LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

21
“TUGAS PRESENTASI KASUS” TONSILITIS KRONIS DAN FARINGITIS AKUT TUTOR : dr. Anton Budhi D., Sp.THT., M.Kes. Kelompok G7 Fitri Yulianti G1A009093 Jurusan Kedokteran

Transcript of LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

Page 1: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

“TUGAS PRESENTASI KASUS”

TONSILITIS KRONIS DAN FARINGITIS AKUT

TUTOR :

dr. Anton Budhi D., Sp.THT., M.Kes.

Kelompok G7

Fitri Yulianti

G1A009093

Jurusan Kedokteran

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

2012

Page 2: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

BAB I

PENDAHULUAN

Tonsilitis dan faringitis merupakan penyakit yang bermanifestasi sebagai

nyeri tenggorok, nyeri yang menyebar ke telinga dan disfagia serta biasanya

disertai dengan demam. Demam terutama disebabkan oleh Streptococcus β

hemolitikus. Pada anak usia 6-15 tahun, 50% kejadian tonsilitis dan faringitis

disebabkan oleh Streptococcus β hemolitikus (Grabber, 2006).

Tonsilitis kronis merupakan kondisi di mana terjadi pembesaran tonsil

disertai dengan serangan infeksi yang berulang-ulan. Tonsillitis merupakan salah

satu penyakit yang paling umum ditemukan pada masa anak-anak. Angka

kejadian tertinggi terutama antara anak-anak dalam kelompok usia antara 5

sampai 10 tahun yang mana radang tersebut merupakan infeksi dari berbagai jenis

bakteri (Hammouda, 2009).

Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang terjadi di tenggorokan terutama

terjadi pada kelompok usia muda. Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit

amandel, merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar

terjadi pada anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang

dewasa, dan masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu

mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. (Kurien, 2000).

Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada

tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut

(4,6%) yaitu sebesar 3,8% (Farokah, 2007).

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh

berbagai mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejala infeksi umum dari

saluran nafas bagian atas merupakan suatu infeksi lokal yang terjadi spesifik di

faring (Rusmarjono, 2007).

Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis

kelamin, dengan frekuensi yang lebih tinggi terjadi pada populasi anak-anak.

Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya

meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut

sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang

Page 3: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

diakibatkan faringitis jarang, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi

penyakit ini (Aung,2005 ; Kazzi,2005 ; Berhman,1992).

Page 4: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tonsilitis Kronis

1. Definisi

Tonsilitis adalah peradangan tonsila palatina yang merupakan bagian dari

cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa

yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu tonsila faringeal (adenoid),

tonsila palatina (tonsila faucial), tonsila lingual dan tonsil tuba

Eustachius. Tonsila merupakan kumpulan kecil jaringan limfoid yang

tidak berkapsul yang terletak di sekitar faring. Tonsilitis dibedakan

menjadi beberapa jenis, yaitu tonsilitis akut, tonsilitis membranosa dan

tonsilitis kronis. Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil setelah

serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis

(Rusmarjono, 2007).

2. Etiologi dan Predisposisi

Penyebab tonsilitis kronis pada umumnya adalah kuman-kuman gram

positif, yaitu grup A Streptococcus β hemolitikus, Pneumococcus,

Streptococcus viridans dan Streptococcus piogenes. Akan tetapi, kadang-

kadang juga bisa disebabkan oleh kuman gram negatif. Faktor

predisposisi timbulnya tonsilitis kronis adalah rangsangan menahun dari

rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh

cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat

(Rusmarjono, 2007).

3. Patofisiologi

Proses peradangan yang berulang akan menyebabkan pengikisan epitel

mukosa dan jaringan limfoid. Proses penyembuhan pada jaringan limfoid

yang terkikis akan membentuk jaringan parut yang akan mengalami

pengerutan sehingga kripte melebar. Kripte ini akan tampak diisi oleh

detritus. Proses pengikisan berjalan terus sehingga menembus kapsul

tonsilaris dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di

sekitar fosa tonsilaris (Rusmarjono, 2007).

Page 5: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

Peradangan berulang

Pengikisan epitel mukosa dan jaringan limfoid

Pembentukan jaringan parut

Pengerutan jaringan limfoid

Kripte melebar

Detritus mengisi kripte

4. Penegakkan Diagnosis

a. Anamnesis (Rusmarjono, 2007; Herawati, tidak diketahui; Brooker,

2008 ; Delf, 1996)

1) Sulit menelan

2) Rasa kering di tenggorok

3) Rasa mengganjal di tenggorok

4) Napas berbau

5) Badan lesu

6) Nafsu makan berkurang

7) Nyeri telinga

8) Demam

9) Gangguan pernafasan

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada tonsil dilakukan dengan inspeksi terhadap

tonsila palatina. Untuk inspeksi secara memadai, pemeriksa harus

menekan lidah pasien dengan spatula lidah. Pasien diminta untuk

membuka mulutnya lebar-lebar, menjulurkan lidahnya dan bernapas

perlahan melalui mulutnya. Spatula lidah dipegang dengan tangan

kanan sedangkan tangan kiri memegang penlight. Spatula lidah harus

Page 6: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

diletakkan di sepertiga tengah lidah, tidak terlalu anterior maupun

posterior (Swartz, 1995).

Inspeksi pada pasien dengan tonsilitis kronis akan didapatkan

(Rusmarjono, 2007; Herawati, tidak diketahui) :

1) Tonsil melebar

Keterangan :

T0 : bila sudah dioperasi

T1 : ukuran yang normal ada

T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

T3 : pembesaran mencapai garis tengah

T4 : pembesaran melewati garis tengah

2) Permukaan tonsil tidak rata

3) Kripte melebar

4) Detritus

5) Pembesaran kelenjar getah bening leher

c. Pemeriksaan Penunjang

Kultur tenggorok untuk menentukan jenis mikroorganisme penyebab

penyakit (Muscari, 2005).

d. Gold Standar Diagnosis

Kultur swab tenggorokan.

5. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

1) Antibiotik spektrum luas (pilihan) :

a) Amoxicilin

Page 7: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

b) Eritromisin

c) Klindamicin

2) Antipiretik

Paracetamol

3) Antiinflamasi (kortikosteroid)

a) Dexamethason

b) Methylprednisolon

b. Operatif

Tonsilektomi dilakukan apabila ada indikasi (Rusmarjono, 2007) :

1) Serangan tonsilitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah

mendapat terapi yang adekuat

2) Tonsil hipertrofi yang telah mengalami maloklusi gigi dan

menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial

3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan

sumbatan jalan napas, sleep apneu, gangguan menelan,

gangguan berbicara dan cor pulmonale

4) Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil

yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan

5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan

6) Tonsilitis berulang

7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan

8) Otitis media efusa / otitis media supuratif

c. Nonmedikamentosa

1) Menjaga kebersihan mulut dengan cara :

a) Menyikat gigi teratur

b) Menggunakan obat kumur yang mengandung desinfektan

2) Makan makanan lunak apabila ada kesulitan atau nyeri dalam

menelan

3) Antibiotik yang diberikan selama 10 hari harus dihabiskan.

6. Prognosis

a. Ad vitam : ad bonam

b. Ad sanam : ad bonam

Page 8: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

c. Ad fungsionam : ad bonam

7. Komplikasi

a. Rhinitis kronis

b. Sinusitis

c. Otitis media

d. Endokarditis

e. Artritis

f. Uveitis

g. Iridosiklitis

h. Miositis

i. Nefritis

j. Dermatitis

k. Pruritus

l. Urtikaria

m. Furunkulosis

B. Faringitis Akut

1. Definisi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan

oleh berbagai mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejala infeksi

umum dari saluran nafas bagian atas merupakan suatu infeksi lokal yang

terjadi spesifik di faring (Rusmarjono, 2007).

2. Etiologi dan Predisposisi (Rusmarjono, 2007).

a. Bakteri

Infeksi bakteri terutama disebabkan oleh Streptococcus β

hemolitikus. Bakteri lainnya yang bisa menjadi penyebab :

1) Streptococcus pyogenes

2) Neisseria gonorrhae

3) Treponema palidum

4) Yersinia enterocolitica

5) Streptococcus grup C dan G

6) Corynebacterium sp.

Page 9: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

b. Virus

1) Rhinovirus

2) Coronavirus

3) Virus influenza

4) Adenovirus

5) Herpes simpleks virus

6) Virus epstein-Barr

7) HIV

8) Cytomegalovirus

c. Jamur

Jamur penyebabnya adalah Candida sp.

3. Patofisiologi

Mikroorganisme melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi

inflamasi lokal. Infeksi oleh bakteri akan menyebabkan kerusakan

jaringan yang hebat karena bakteri ini akan melepaskan toksin

ekstraseluler yang dapat menimbulkan demam rematik, kerusakan katup

jantung dan glomerulonefritis akut karena kompleks antigen-antibodi

yang terbentuk akan mengganggu fungsi glomerulus.

4. Penegakkan Diagnosis

a. Anamnesis (Rusmarjono, 2007 ; )

1) Faringitis bakterial (Rusmarjono,2007 ; Muscari, 2005)

a) Nyeri tenggorokan

b) Sulit menelan

c) Nyeri kepala yang hebat

d) Mual

e) Muntah

f) Demam tinggi

g) Sakit kepala

h) Nyeri abdomen

2) Faringitis viral (Rusmarjono,2007 ; Muscari, 2005)

Page 10: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

a) Demam

b) Rinorea

c) Mual

d) Nyeri tenggorok

e) Sukar menelan

f) Malaise

3) Faringitis fungal (Rusmarjono, 2007)

a) Nyeri tenggorok

b) Nyeri menelan

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada faring dilakukan dengan inspeksi terhadap

palatum dan orofaring. Untuk inspeksi secara memadai, pemeriksa

harus menekan lidah pasien dengan spatula lidah. Pasien diminta

untuk membuka mulutnya lebar-lebar, menjulurkan lidahnya dan

bernapas perlahan melalui mulutnya. Spatula lidah dipegang dengan

tangan kanan sedangkan tangan kiri memegang penlight. Spatula

lidah harus diletakkan di sepertiga tengah lidah, tidak terlalu anterior

maupun posterior (Swartz, 1995).

Inspeksi pada pasien dengan faringitis akut akan didapatkan

(Rusmarjono, 2007) :

1) Faringitis bakterial

a) Hipertrofi tonsil

b) Faring dan tonsil hiperemis

c) Eksudat dipermukaan tonsil dan faring

d) Bercak ptechie pada faring dan palatum

e) Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri

tekan.

2) Faringitis viral

a) Faring hiperemis

b) Tonsil hiperemis

c) Lesi vesikular di orofaring

d) Lesi kulit berupa maculopapular rashi

Page 11: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

3) Faringitis fungal

a) Mukosa faring hiperemis

b) Plak putih di orofaring

c. Pemeriksaan Penunjang (Rusmarjono,2007 ; Fauci, 2008)

1) Kultur bakteri

2) Pembiakan jamur dengan media Sabouroud dextrosa

3) Tes deteksi antigen cepat

4) ELISA

d. Gold Standar Diagnosis

Kultur swab tenggorokan.

5. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

1) Etiologis

a) Faringitis bakterial

Penicilin G Benzatin IM dosis tunggal atau amoxilicin 50

mg/kgBB selama 10 hari.

b) Faringitis viral

Antiviral metisoprinol hanya diberikan pada infeksi herpes

simpleks.

c) Faringitis fungal

Nystatin 100.000-400.000 2x/hari

2) Simptomatik

a) Analgesik

b) Antipiretik

c) Kortikosteroid

Dexamethason

b. Nonmedikamentosa

1) Istirahat cukup

2) Kumur dengan air hangat atau antiseptik

3) Makan makanan lunak

6. Prognosis

a. Ad vitam : ad bonam

Page 12: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

b. Ad sanam : ad bonam

c. Ad fungsionam : ad bonam

7. Komplikasi

a. Demam rematik

b. Faringitis kronis

c. Glomerulonefritis akut

d. Kelainan katup jantung

Page 13: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

BAB III

KESIMPULAN

1. Tonsilitis adalah peradangan tonsila palatina yang merupakan bagian dari

cincin Waldeyer.

2. Etiologi tonsilitis adalah bakteri gram positif dan negatif.

3. Penegakkan diagnosis tonsilitis kronis mencakup :

a. Anamnesis, didapatkan keluhan-keluhan pada daerah tenggorokan dan

terkadang sampai ke telinga

b. Pemeriksaan fisik, didapatkan pembesaran tonsil, kripte dan detritus.

c. Gold standarnya adalah swab tenggorok

4. Penatalaksanaannya mencakup :

a. Medikamentosa

1) Antibiotik spektrum luas (pilihan) :

2) Antipiretik

3) Antiinflamasi (kortikosteroid)

b. Operatif (tonsilektomi)

c. Nonmedikamentosa

Menjaga kebersihan mulut, makan makanan lunak dan teratur minum

obat.

5. Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh

berbagai mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejala infeksi umum

dari saluran nafas bagian atas merupakan suatu infeksi lokal yang terjadi

spesifik di faring.

6. Etiologi faringitis adalah bakteri, virus dan jamur.

7. Penegakkan diagnosis faringitis akut mencakup :

a. Anamnesis, didapatkan keluhan-keluhan pada daerah tenggorokan dan

terkadang sampai ke telinga, abdomen dan kepala.

b. Pemeriksaan fisik, didapatkan hiperemis pada orofaring.

c. Gold standarnya adalah swab tenggorok

8. Penatalaksanaannya mencakup :

a. Medikamentosa

Page 14: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

1) Etiologis

a) Faringitis bakterial

Penicilin G Benzatin IM dosis tunggal atau amoxilicin 50

mg/kgBB selama 10 hari.

b) Faringitis viral

Antiviral metisoprinol hanya diberikan pada infeksi herpes

simpleks.

c) Faringitis fungal

Nystatin 100.000-400.000 2x/hari

2) Simptomatik

a) Analgesik

b) Antipiretik

c) Kortikosteroid

d) Dexamethason

b. Nonmedikamentosa

1) Istirahat cukup

2) Kumur dengan air hangat atau antiseptik

3) Makan makanan lunak

Page 15: LAPORAN THT (Tonsilitis+Faringitis)

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Aung, K. Pharyngitis, Viral. eMedicine.Com 2005; (online),

(http://www.emedicine.Com/med/topic.1812.htm).

Berhman, E. Richard dan Victor C.V.1992. Sistem pernafasan: Infeksi-infeksi

Saluran Nafas Bagian Atas dalam: Nelson Ilmu Penyakit Anak Bagian 2.

Jakarta : EGC.

Brooker, C.. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.

Delf, M. H. dan R. T. Manning. 1996. Major Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC.

Farokah. 2007. Hubungan Tonsilitis Kronik dengan Prestasi Belajar pada Siswa

Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang. Cermin Dunia Kedokteran No.

155 Hal: 87-92.

Hammouda, M.. 2009. Chronic Tonsillitis Bacteriology in Egyptian Children

Including Antimicrobial Susceptibility. Australian Journal of Basic and

Applied Sciences , 3(3): 1948-1953.

Herawati, S. dan S. Rukmini. Tidak diketahui. Buku AjarIlmu Penyakit Telinga

Hidung dan Tenggorok. Jakarta : EGC.

Kazzi, AA. Pharyngitis. eMedicine.Com 2005; (online),

(http://www.emedicine.Com/emerg/topic.419.htm.)

Kurien,M.. 2000. Throat Swab in the Chronic Tonsillitis: How Reliable and Valid

is it? Singapore Med J Vol 41(7):324-326.

Muscari, M.. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Rusmarjono dan E. A. Soepardi. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,

Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher : Faringitis, Tonsilitis dan Hipertrofi

Adenoid. Jakarta : FKUI.

Swartz, M.H.. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC.