LAPORAN THEODOLIT dai.docx

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pengertian Poligon Poligon adalah rangkaian garis khayal diatas permukaan bumi yang merupakan garis lurus yang menghubungkan titik- titik dan merupakan suatu obyek pengukuran. Poligon juga biasa disebut sebagai rangkaian segi banyak untuk pembuatan peta. 2. Pengukuran Poligon Ada dua macam pengukuran poligon, yaitu : Pengukuran jarak mendatar. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan pita ukur (roll meter) dan melalui pembacaan benang pada alat ukur theodolit untuk mengetahui jarak optis (D). 1

description

LAPORAN THEODOLIT dai.docx

Transcript of LAPORAN THEODOLIT dai.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Pengertian Poligon

Poligon adalah rangkaian garis khayal diatas permukaan bumi yang merupakan

garis lurus yang menghubungkan titik-titik dan merupakan suatu obyek pengukuran.

Poligon juga biasa disebut sebagai rangkaian segi banyak untuk pembuatan peta.

2. Pengukuran Poligon

Ada dua macam pengukuran poligon, yaitu :

Pengukuran jarak mendatar.

Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan pita ukur (roll meter)

dan melalui pembacaan benang pada alat ukur theodolit untuk mengetahui

jarak optis (D).

1

B

AB

β

A

YA

X

Pengukuran sudut mendatar.

Pengukuran sudut mendatar dalam hal ini adalah selisih antara dua arah yang

berlainan. Ada dua macam sudut mendatar / sudut horizontal dalam ilmu ukur

tanah, yaitu :

o Sudut arah ( β ) yaitu selisih antara A dan B.

o Sudut jurusan (α ) atau sudut azimuth yaitu sudut yang terbentuk

berdasarkan sumbu Y atau sudut yang dibentuk searah putaran jarum

jam sampai sudut yang ditentukan.

3. Bentuk – bentuk Poligon

a. Poligon Terbuka,

Poligon terbuka terdiri atas tiga bagian yaitu :

Poligon Lepas yaitu poligon yang apabila titik awalnya diketahui atau

hanya satu titik yang diketahui koordinatnya.

Poligon Terikat yaitu poligon yang titik awal dan titik akhirnya diketahui

koordinatnya.

Poligon Terikat Sempurna yaitu apabila dua titik awal dan titik akhir

yang diketahui koordinatnya.

2

P0

P20

P130

P320βα

β

α

b. Poligon Tertutup.

Pada bentuk geometri ini sesungguhnya sama dengan poligon terbuka, hanya

sisi akhirnya yang merupakan sisi awal dari poligon tersebut.

Ket : α = Sudut luar

β = Sudut dalam

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara penggunaan alat theodolit dengan tepat?

2. Bagaimana cara untuk melakukan identifikasi pada setiap jenis pengukuran?

C. Tujuan Praktikum

1. Tujuan Instruksional Umum

Memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat mengerti dan

memahami cara-cara penggunaan alat theodolit dengan tepat.

3. Tujuan Instruksional Khusus

Memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan identifikasi

setiap jenis pengukuran, yaitu : jarak, beda tinggi, dan sudut yang diperlukan

untuk penggambaran kerangka dasar pemetaan.

3

D. Lokasi dan Waktu Praktikum

Lokasi praktikum kelompok VI yaitu di depan gedung MIPA Lama. Dengan

patok pertama di dekat deker pada gedung MIPA Lama. Dan kembali ke patok awal

dengan metode pengukuran poligon tertutup.

Praktikum ukur tanah ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 16 Maret

2012, dimulai pada pukul 15.00 WITA dan berakhir pada pukul 17.02. Dan

kemudian di lanjutkan kembali pada hari Sabtu, tanggal 17 Maret 2012, dimulai pada

pukul 13.00 WITA dan berakhir pada pukul 16.50 WITA.

E. Alat dan Bahan yang Digunakan

Dalam melaksanakan praktikum ini, alat dan bahan yang digunakan di

lapangan sebagai berikut :

1. Pesawat Theodolit lengkap,

Pesawat theodolit sebagai alat ukur universal yang disamping dapat

mengukur sudut horizontal dan sudut vertikal juga dapat menentukan beda tinggi.

Alat ukur theodolit secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

a. Pegangan,

b. Alat pembidik, berfungsi untuk membidik secara kasar sasaran bidik.

c. Alat pencatat digital, berfungsi sebagai pembacaan sudut horizontal dan sudut

vertikal.

d. Pengatur mikrometer, berfungsi untuk mengatur garis skala pembacaan

(nonius).

e. Klem penyetel tinggi, berfungsi untuk membuka dan mengunci pergerakan

vertikal teropong.

f. Gelang penyetel jarak, berfungsi untuk titik fokus lensa yang berguna untuk

memperjelas obyek yang dibidik.

4

g. Okuler teropong, berfungsi untuk memperjelas nampaknya benang sebagai

standar pembacaan.

h. Sekrup penyetel tinggi, berfungsi untuk menggerakkan secara halus teropong

kearah vertikal.

i. Sekrup penyetel putaran, berfungsi untuk mengatur pergerakkan putaran

horizontal secara halus.

j. Klem penyetel putaran, berfungsi untuk mengunci dan membuka putaran alat

ke arah horizontal.

k. Pelat dasar berkaki tiga yang dapat dibuka.

l. Nivo kotak, berfungsi untuk mengetahui kedataran alat.

m. Nivo tabung (alhidade), berfungsi untuk mengetahui kedataran alat.

n. Unting-unting optis, berfungsi untuk mengetahui ketetapan posisi alat

terhadap patok.

o. Tiga buah sekrup penyetel, berfungsi untuk mengatur kedudukan nivo.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

5

Pegangan

Pengatur Nivo

Okuler Teropong

Pengunci

Layar Bacaan Sudut

2. Rambu (Bak) Ukur, berfungsi untuk mengetahui nilai pembacaan. Rambu ukur

mempunyai penampang segi empat panjang yang berukuran kurang lebih 3-4 cm,

lebar 10 cm, panjang 300 cm, dan bahkan ada yang panjangnya mencapai 500 cm,

ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dilengkapi dengan

ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang

mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya

bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan

pengukuran tinggi tiap patok utama dan jarak optis antara titik.

6

3. Roll meter, berfungsi untuk mengukur jarak antar patok. Pita ukur terbuat dari

fiber glass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi tangkai untuk mengukur jarak

antara patok yang satu dengan patok yang lain.

4. Payung, berfungsi untuk melindungi pesawat dari sinar matahari maupun hujan

karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar matahari. dan juga

apabila lensa teropong basah maka akan mengganggu dalam pembacaan rambu

ukur.

5. Kompas, berfungsi untuk menentukan arah utara dari titik yang diukur.

7

6. Patok, berfungsi sebagai suatu tanda dimana kita meletakkan rambu ukur untuk

mengukur suatu titik di lapangan. Terbuat dari kayu dan mempunyai penampang

berbentuk lingkaran atau segi empat dengan panjang kurang lebih 25 cm dan

ujung bawahnya dibuat runcing.

7. Statif (kaki tiga), berfungsi sebagai penyangga theodolit dengan ketiga kakinya

dapat menyangga penempatan alat yang ada pada masing-masing ujung yang

runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tingginya

sesuai dengan tanah tempat alat itu berdiri seperti tampak pada gambar. Selain itu

juga statif dilengkapi dengan sekrup pengunci theodolit, agar theodolit tidak

bergeser dan jatuh.

8

8. Alat Penunjang Lainnya, alat penunjang lainnya seperti blanko data dan alat tulis

lainnya guna menulis hasil pembacaan data yang diperoleh dilapangan, kalkulator

yang sangat berguna untuk melakukan koreksi atau perhitungan sederhana

dilapangan, catatan lapangan yang dibuat sesuai dengan data dan metode yang

dipergunakan, pengetahuan dasar pengukuran yang sangat membantu jalannya

praktikum.

F. Tim Pengukur

Kelompok kami adalah kelompok VI yang beranggotakan :

a. Wa Ode Rahmah Akhmaliah

b. Andika Fadly

c. Abd. Halim Perdana

d. Muh. Zulifikar

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Theodolit

Theodolit merupakan alat yang di desain untuk pengukuran sudut dalam

pengukuran/pemetaan tanah. Theodolit diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Menurut Konstruksinya, terdiri dari :

Theodolit Repitisi (sumbu ganda)

Theodolit reiterasi (sumbu tunggal)

2. Menurut Ketelitiannya, terdiri dari :

Rendah

Menegah

Tinggi

3. Menurut Bacaan Lingkaran, terdiri dari :

Berupa garis lurus/nomiles

Mikrometer(tembus cahaya)

Digital/Elektrik

4. Menurut Ada Tidaknya Kompas/Bousule, terdiri dari :

Menggunakan kompas/bousule

Offset/bousule

Tanpa kompas/bousule

5. Menurut Sistem Sintering, terdiri dari :

Sintering mekanis/unting-unting

Sintering optis

Sintering teleskopik

Sintering laser

6. Menurut Piranti Bacaan, terdiri dari :

10

Bacaan langsung pada piringan

Bacaan optis

2. Poligon

Poligon adalah rangkaian garis khayal diatas permukaan bumi yang

merupakan garis lurus yang menghubungkan titik-titik dan merupakan suatu

obyek pengukuran. Poligon juga biasa disebut sebagai rangkaian segi banyak

untuk pembuatan peta.

3. Pengukuran Poligon

Ada dua macam pengukuran poligon, yaitu :

Pengukuran jarak mendatar.

Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan pita ukur (roll meter)

dan melalui pembacaan benang pada alat ukur theodolit untuk mengetahui

jarak optis (D).

Pengukuran sudut mendatar.

Pengukuran sudut mendatar dalam hal ini adalah selisih antara dua arah yang

berlainan. Ada dua macam sudut mendatar / sudut horizontal dalam ilmu ukur

tanah, yaitu :

11

A

BC

D

E

β

β

β

β

β

B

AB

β

A

YA

X

o Sudut arah ( β ) yaitu selisih antara A dan B.

o Sudut jurusan (α ) atau sudut azimuth yaitu sudut yang terbentuk

berdasarkan sumbu Y atau sudut yang dibentuk searah putaran jarum

jam sampai sudut yang ditentukan.

4. Bentuk – bentuk Poligon

1. Poligon tertutup adalah Poligon yang titik awalnya merupakan titik akhir

pengukuran Poligon tersebut.

Poligon tertutup

12

U

A (x,y)

B

C

D

β

β

α

U

A (x,y)1

2

3

B (x,y)β

β

βα

A (x,y)1β

β

α

α

UU

B (x,y) C (x,y)

D (x,y)

2. Poligon terbuka terbagi tiga jenis :

a. Poligon lepas adalah Poligon yang hanya satu titiknya diketahui

koordinatnya

Poligon lepas

b. Poligon terikat adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya

diketahui koordinatnya

Poligon terikat

c. Poligon terikat sempurna adalah Poligon yang dua titik dan dua titik

akhirnya yang diketahui koordinatnya

Poligon terikat sempurna

13

BAB III

METODE PENGUKURAN

1. Teknik Pengukuran

a. Polygon Memanjang

Dalam pengukuran poligon, penentuan posisi suatu titik menggunakan

sistim koordinat dan yang dipakai adalah sistim koordinat kartesian yang

dinyatakan dengan absis dan ordinat.

Titik yang dimaksud disini adalah berupa pilar ( bench mark ) atau patok

kayu. Untuk penentuan titik dilakukan pengukuran sudut dan jarak.

Pengukuran sudut dan jarak disini ada dua macam yaitu sudut vertikal dan

sudut horizontal sementara jarak yang dimaksud adalah jarak lurus dan

horizontal. Adapun profil memanjang terbagi dua yaitu :

Poligon memanjang tertutup yaitu teknik

pengukuran poligon yang berputar mengelilingi suatu bidang,

dimana titik pengukuran merupakan titik akhir pengukuran. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Poligon Memanjang Tertutup

14

P0

P1P2

P3

P4P5

U0

β

β β

β

ββ

UP3

PnP0

P1

P2

Poligon memanjang terbuka yaitu teknik

pengukuran poligon dimana titik awal pengukuran bukan

merupakan titik akhir pengukuran. Untuk lebih jelasnya dapat

diperhatikan gambar dibawah ini :

Poligon Memanjang Terbuka

b. Sistem Tachimetri

Sistem tachimetri adalah suatu teknik pengukuran dimana alat hanya

berdiri pada suatu titik dan dapat menembak lebih dari satu titik untuk

menentukan posisi dan ketinggian titik tersebut.

c. Sistem Kisi (Grid)

Sistem kisi (grid) adalah sistim pengukuran sebagai jaringan siku-siku

yang diterapkan di daerah tanpa peta dan tanpa bangunan.

2. Sistem Pengukuran

Supaya suatu pengukuran sudut dapat dilakukan dengan tepat sistim sumbu-

sumbu pada suatu theodolit harus memenuhi syarat-syarat berikut :

15

αα

αα

Pesawat Theodolit Dengan Menggunakan Sistem Sumbu

a. LL ¿ VV, Sumbu nivo tabung (alhidade) tegak lurus pada sumbu pertama,

b. ZZ ¿ HH, Garis bidik tegak lurus pada sumbu kedua,

c. HH ¿ VV, Sumbu kedua tegak lurus pada sumbu pertama,

d. Sumbu nivo indeks harus sejajar dengan garis bidik yang disetel horizontal

atau indeks yang automatis harus bekerja.

3. Prosuder Pelaksanaan Praktikum

a. Peninjauan Lapangan

Peninjauan lapangan langsung kita lakukan terlebih dahulu sekaligus

pemasangan patok-patok poligon (segi banyak) keliling.

Patok harus cukup tertanam dalam tanah,

Harus digambar sketsa kedudukannya,

Tinggi patok dari tanah ± 5 – 10 cm,

Jarak antar patok 15 – 50 m

b. Pengukuran Poligon (Sudut Poligon)

Keluarkan pesawat theodolit dari tempatnya,

Statif dipasang diatas patok yang akan diukur beda tingginya dan

poringnya dikontrol ( nivo dilihat ) diusahakan agar berada

16

diposisi mendatar, sehingga mudah untuk menstabilkan nivo

theodolit,

Pesawat theodolit dipasang diatas piringan statif dan sekrup

pengunci pesawat dikencangkan,

Senteran patok dikontrol, apakah posisi patok sudah tepat berada

pada lingkaran hitam yang ada pada pesawat,

Posisi nivo pesawat distabilkan, diatur sedemikian rupa sehingga

nivo stabil dengan memutar sekrup penyetel (pemutaran

kencang/longgar agar dihindari),

Dengan kompas menentukan arah utaranya, menentukan sudut

azimut,

Mengatur sudut skala horizontal sehingga pada ninous 00 0 00 ‘ 00

“ dengan membidik teropong kearah utara,

Bak ukur diletakkan pada patok yang telah ditentukan, selanjutnya

pesawat diarahkan ke patok yang telah dipasangkan bak ukur

kemudian melakukan pembacaan :

Bak Ukur

Benang Benang Atas L1 (Ba), Benang Bawah L2 (Bb) dan

Benang Tengah i (Bt),

Sudut Vertikal,

Sudut Horizontal.

Langkah selanjutnya adalah memindahkan pesawat ke patok

berikutnya, kemudian mengatur kedudukan vertikal dan

17

horizontalnya. Lalu pesawat dinolkan ( 00 0 00 ‘ 00 “ ) pada patok

sebelumnya setelah itu pesawat diputar searah jarum jam ke patok

selanjutnya,

Setiap data hasil pembacaan dimasukkan ke dalam blangko data

yang telah disediakan,

Sebelum pesawat dipindahkan, maka tinggi pesawat diukur

terlebih dahulu.

Lakukan hal yang sama pada patok-patok selanjutnya hingga

pengukuran selesai.

4. Kesalahan dan Hambatan di Lapangan

Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan.

Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :

a. Kesalahan Besar (Mistakes Blunder)

Kesalahan besar (Mistakes Blunder) adalah kesalahan pengukuran yang

terjadi akibat kekeliruan dalam pengukuran. Misalnya angka yang

seharusnya 47,84 ditulis 48,74. Kesalahan ini bila melebihi dari batas

kewajaran maka pengukuran harus diulang.

b. Kesalahan Sistematis (Sistematic Error)

Kesalahan yang terjadi pada setiap kali pengukuran. Umumnya kesalahan

ini terjadi karena alat ukur itu sendiri. Misalnya panjang roll meter yang

tidak tepat atau mungkin peralatan ukurnya sudah tidak sempurna.

Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau

mengkaligrasi alat/memperbaiki alat.

c. Kesalahan Yang Tak Terduga/Acak (Accidental Error)

Kesalahan acak yaitu kesalahan pengukuran yang terjadi secara kebetulan

yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Kesalahan ini dapat terjadi

18

karena hal – hal yang tidak diketahui dengan pasti dan tidak diperiksa.

Misalnya ada getaran pada alat ukur itu sendiri ataupun pada permukaan

tanah. Kesalahan ini dapat dikoreksi dengan melakukan observasi

beberapa kali, dan dari observasi tersebut diambillah nilai rata – rata

sebagai hasil pengukuran.

19