Laporan teknologi pangan

20
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TEKNOLOGI PANGAN PENGOLAHAN PANGAN DENGAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP) “BAKSO IKAN” OLEH : GOLONGAN 4 KELAS 2C 1.ELSA PERMATA SARI ( NIM : 112110181) 2.YOSI IRENE PUTRI (NIM : 112110204)

description

laporan tentang pembuatan bakso

Transcript of Laporan teknologi pangan

Page 1: Laporan teknologi pangan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TEKNOLOGI PANGAN

PENGOLAHAN PANGAN DENGAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP)“BAKSO IKAN”

OLEH :GOLONGAN 4

KELAS 2C1.ELSA PERMATA SARI ( NIM : 112110181)2.YOSI IRENE PUTRI (NIM : 112110204)

POLITEKNIK KESEHATAN PADANGKEMENTERIAN KESEHATAN RI

JURUSAN GIZI 2013

Page 2: Laporan teknologi pangan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TEKNOLOGI PANGAN

JUDUL PRATIKUM : Pengolahan Pangan dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

TOPIK PRATIKUM : Bakso Ikan

PRAKTEK KE/GOL : 4/4

HARI/TANGGAL : Selasa/26 Maret 2013

TUJUAN PRATIKUM

1. Memahami prinsip pengolahan bahan pangan dengan penggunaan bahan tambahan

pangan

2. Mampu mengolah pangan dengan menggunakan bahan tambahan pangan

3. Memahami tahap - tahap pengolahan dengan menggunakan bahan tambahan pangan

4. Mengenal ciri - ciri pangan hasil olahan dengan penggunaan bahan tambahan pangan

5. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap proses pengolahan dengan

dengan penggunaan bahan tambahan pangan

PRINSIP

Pemberian bahan tambahan pada pangan disamping dapat menghambat pertumbuhan

mikroba juga dapat memberikan cita rasa dan bentuk fisik baru.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Bakso Ikan

Bakso merupakan produk pangan yang terbuat dari daging (sapi/ikan/ayam) yang

dihaluskan, dicampur dengan tepung, dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau lebih besar dan

dimasak dalam air panas hingga bakso tersebut mengapung. Masyarakat lebih mengenal bakso

sebagai makanan yang dihidangkan dengan pelengkap lain seperti mie, sayuran, pangsit, dan

kuah. Makanan ini sangat populer dan digemari oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya

penjual mie bakso, mulai dari restoran sampai ke warung-warung kecil serta gerobak dorong.

Page 3: Laporan teknologi pangan

Kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas bahan-bahan mentahnya, terutama jenis dan mutu

ikan, jumlah tepung yang digunakan, atau perbandingannya dalam adonan dan faktor-faktor lain,

seperti pemakaian bahan-bahan tambahan dan cara pemasakannya, juga sangat mempengaruhi

mutu bakso yang akan dihasilkan (Daniati, 2005).

Bakso ikan merupakan bakso yang mulai digemari oleh masyarakat, karena bahan baku

pembuatannya yaitu daging ikan. Selain halal juga telah dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Bakso ikan terkenal dengan aromanya yang khas. Bakso ikan paling enak dinikmati dengan cara

menggorengnya, sehingga rasa amis tidak begitu terasa. Contoh ikan yang bagus untuk diolah

menjadi bakso adalah ikan tenggiri, ikan kakap, ikan tuna, dsb. Jenis daging ikan yang digunakan

biasanya berupa fillet ikan segar dan fillet ikan beku (Anonim, 2010).

Ikan yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bakso ikan haruslah dipilih

dari jenis yang memiliki kadar gizi yang tinggi, tidak terlalu amis, dan benar-benar masih segar.

Beberapa jenis ikan, baik ikan air tawar, air payau ataupun air asin (laut) dapat digunakan

sebagai bahan baku pembuatan bakso ikan. Beberapa jenis ikan air tawar yang dapat digunakan

dalam pembuatan bakso ikan, antara lain adalah lele, ikan mas dan nila merah. Sedangkan Ikan

air payau adalah bandeng, payus, dan mujair (Suprapti, 2007).

Persyaratan bahan baku (ikan) yang terpenting adalah kesegarannya. Semakin segar ikan

yang digunakan, semakin baik pula mutu bakso yang dihasilkan. Berbagai jenis ikan yang

digunakan untuk membuat bakso, terutama ikan yang berdaging tebal dan mempunyai daya

elastisitas seperti tenggiri, kakap, cucut, bloso, ekor kuning dan lain-lain. Selain bahan baku dari

ikan segar, bakso juga dapat dibuat dari produk yang sudah setengah jadi (daging ikan lumat)

(Anonim, 2009).

A. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Bakso Ikan

Berdasarkan pendapat Daniati (2005), fungsi bahan dan bumbu-bumbu tambahan adalah

sebagai berikut :

a. Tepung tapioka

Tepung digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan bakso. Tepung yang

digunakan dalam pembuatan bakso berfungsi sebagai pengikat dan perekat bahan lain. Kualitas

tepung yang digunakan sebagai bahan makanan sangat berpengaruh terhadap makanan yang

dihasilkan. Tepung yang baik kualitasnya dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yaitu berwarna putih,

Page 4: Laporan teknologi pangan

tidak berbau apek, teksturnya halus. Agar baksonya lezat, teksturnya bagus, bermutu tinggi,

jumlah tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10-15% dari berat bahan dasar.

b. Rempah (bumbu)

Bumbu yang umum digunakan dalam pembuatan bakso ikan meliputi : bawang putih,

bawang merah, merica, ketumbar dan garam.

Bawang merah

Bawang merah (Alllium Cepa) berasal dari Iran dan Pakistan Barat yang kemudian

dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropik maupun tropik. Umbinya dapat dimakan mentah,

untuk bumbu masak, acar, obat tradisional. Kulit umbinya dapat digunakan sebagai zat pewarna

dan daunnya dapat digunakan sebagai campuran sayur. Senyawa berkhasiat dalam bawang relatif

utuh dan tidak mengalami kerusakan sekalipun dimasak, penggunaan bawang merah pada

pembuatan bakso ikan bertujuan untuk meningkatkan citarasa dari bakso yang dihasilkan.

Bawang putih

Bawang putih (Allium sativum) berasal dari daerah Asia Tengah, bawang putih

mempunyai bau yang tajam karena umbinya mengandung sejenis minyak atsiri (Methyl allyl

disulfida) sehingga akan memberikan aroma yang harum. Umbinya dapat digunakan sebagai

campuran bumbu masak serta penyedap berbagai masakan. Bawang putih yang digunakan

sekitar 1% dari berat daging ikan.

Merica

Merica (Piper Nigrum) sering disebut juga dengan lada. Merica putih maupun lada hitam

mengandung senyawa alkaloid piperin yang berasa pedas. Minyak atsiri yang terdapat dalam

merica, yakni filandren membuat bau pedasnya menyengat, terutama jika dicium dari jarak

dekat. Merica yang digunakan sekitar 0.2% dari berat daging ikan.

Garam

Garam dapur mempunyai istilah kimia Natrium Chlorida (NaCl). Pada umumnya

digunakan untuk memantapkan rasa dalam pembuatan makanan termasuk dalam pembuatan

bakso. Fungsi garam adalah memberi rasa gurih pada bakso, garam yang bermutu baik adalah

berwarna putih, bersih dari kotoran. Garam yang digunakan sekitar 4% dari berat ikan.

Ketumbar

Ketumbar digunakan untuk mebambah cita rasa dari bakso yang dibuat. Penambahan

ketumbar dianjurkan sebanyak 0.2 % dari berat bahan dasar berupa daging ikan.

Page 5: Laporan teknologi pangan

c. Air Es

Es batu merupakan salah satu bahan tambahan yang wajib dalam pembuatan bakso. Jika

tidak ada es, pembuatan bakso tidak akan berhasil. Fungsi es adalah menjaga agar adonan tetap

dalam keadaan bersuhu rendah. Dalam adonan, air yang berasal dari es berfungsi untuk

melarutkan garam dan menyebarkannya secara merata keseluruh bagian masa daging,

memudahkan ekstraksi protein dari daging dan membantu dalam pembentukan emulsi. Es

ditambahakn sampai adonan mencapai tekstur yang dikehendaki. Jumlah penambahan es

dipengaruhi oleh jumlah tepung yang ditambahkan. Semakin banyak penambahan tepung,

semakin banyak es yang harus ditambahkan. Biasannya es yang digunakan berkisar anata 20 –

50% dari berat adonan.

B. Teknik Pengolahan Bakso Ikan

Teknik pengolahan bakso ikan yaitu jika digunakan bahan baku dari ikan segar,

perlu dilakukan pemisahan daging dari tulang-tulang dan durinya dengan cara menyayat

memanjang pada bagian punggung hingga terbelah. Ambillah bagian dagingnya cara dikerok

menggunakan sendok. Bersihkan hancuran daging tersebut dari komponen-komponen yang tidak

dikehendaki (kulit, duri dan tulang). Siapkan larutan garam (brine) dingin dengan perbandingan

antara air, es dan ikan adalah 4:1:1 dan konsentrasi garam 0,2–0,3 %. Rendam hancuran

daging ikan dalam larutan tersebut selama 15 menit sambil diaduk-aduk. Buanglah jika

timbul lemak yang mengapung di permukaan. Lakukan pengepresan, pemerasaan dengan

menggunakan kain kasa. Lakukan proses perendaman tersebut sebanyak 2–3 kali. Lumatkan

daging ikan tersebut dengan menggunakan alat penggiling daging sambil diberi garam (2–3%).

Haluskan bumbu-bumbu tersebut ke dalam daging lumat sambil diaduk dan masukkan

tapioka sedikit demi sedikit. Aduk adonan sampai homogen dan tidak lengket di tangan. Aduk

adonan sampai homogen dan tidak lengket di tangan. Elastisitas dapat diperbaiki dengan

menambahkan putih telur satu butir untuk setiap 1 kg adonan. Lakukan pencetakan yaitu dengan

membuat bola-bola kecil dengan cara adonan diletakkan pada telapak tangan, dikepal-kepal,

kemudian ditekan sehingga akan keluar bola-bola bakso dari sela-sela jari dan telunjuk.

Bola-bola bakso yang keluar dari kepalan itu diangkat dengan sendok dan sedikit

diratakan. Masukkan ke dalam air hangat (suhu 60 – 700 C) biarkan selama 20 menit.

Rebus dalam air mendidih sampai bakso mengapung sebagai tanda telah matang.

Page 6: Laporan teknologi pangan

C. Standar Nasional Indonesia (SNI)

Kriteria bakso Ikan yang baik dapat dilihat dari syarat mutu bakso yang terdapat didalam

SNI 01-3818-1995 berdasarkan Anonim (2010) adalah :

Bentuk : bulat halus, berukuran seragam, bersih dan cemerlang, tidak kusam

Warna : putih merata tanpa warna asing lain

Rasa : lezat, enak, rasa ikan dominan sesuai jenis ikan yang digunakan

Aroma : bau khas ikan segar rebus dominan sesuai jenis ikan yang digunakan dan bau

bumbu cukup tajam

Tekstur : kompak, elastis, tidak liat atau membal, tidak ada serat daging, tanpa

duri atau tulang, tidak lembek, tidak basah berair, dan tidak rapuh.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Bakso Ikan

Kualitas bakso ditentukan oleh bahan baku. Bahan baku akan mempengaruhi mutu bakso

yang dihasilkan. Berbagai macam tepung yang digunakan dan perbandingannya didalam adonan,

sedangkan faktor lain yang mempengaruhi kualitas bakso diantaranya adalah bahan-bahan

tambahan yang digunakan serta cara memasaknya (Daniati, 2005).

Menghasilkan bakso daging yang lezat dan bermutu tinggi jumlah tepung yang digunakan

sebaiknya paling banyak 15%-30% dari berat daging. Idealnya, tepung tapioka, yang

ditambahkan sebanyak 10% dari berat daging. Memang sering dijumpai, terutama yang dijajakan

di jalanan, bakso tepungnya mencapai 30%-40% dari berat daging. Bakso seperti ini diduga rasa

dan mutunya kurang bagus (Wibowo, 2006).

2. Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan merupakan bahan kimia yang sengaja dimasukkan ke dalam

makanan dengan berbagai tujuan antara lain untuk pengawetan, pemberian cita rasa dan

memberikan bentuk fisik yang baru. Pemberian bahan kimia pada pengolahan bahan pangan

seharusnya memperhatikan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh badan yang mempunyai

wewenang dalam penentuan batas - batas penggunaan bahan tambahan kimia pada pangan.

Fosfat sangat dibutuhkan untuk membuat bakso. Fosfat biasanya seing disebut STPP (Sodium

Tripolifosfat). Fosfat berfungsi sebagai penahan (pelindung) agar cairan yang ada di dalam

adonan bakso tidak keluar selama penyimpanan dan pemasakan, sehingga bakso tetap juicy.

Page 7: Laporan teknologi pangan

Fosfat juga dapat mencegah terbentuknya permukaan kasar dan rekahan pada bakso. Fosfat

berbentuk serbuk, berwarna putih, jika diraba terasa lengket, tidak mudah menggumpal ketika

dicampur dengan adonan. Penggunaan polifosfat biasanya 0,75% dari berat daging. Penambahan

fosfat yang lebih tinggi dapat menyebabkan rasa getir atau pahit. Menurut ahli pengolahan hasil

ternak Undip Dr Ir Anang M Legowo MSc, dalam penelitiannya, penambahan sodium

tripolifosfat dengan konsentrasi 0,1% sampai 0,2% saja sudah cukup bagus untuk mengenyalkan

bakso.(di kutip dari koran Suara Merdeka). Pengenyal bakso ini berbentuk serbuk putih,

merupakan anorganik material dengan rumus kimia Na5P3O10 (wikipedia). cukup familiar

dikalangan pedagang bakso, harga pengenyal bakso ini  cukup terjangkau.

BAHAN

Ayam ½ kg

Tepung tapioka 10% dari BBD (Berat Bahan Dasar)

Bawang putih 3 siung, giling halus

Bawang merah 3 siung, giling halus

Ketumbar 1 sdm, giling halus

Lada/merica 0.2 % BBD

Garam 4 % BBD

Air es 20 - 50 % BBD

STPP 0.1 %

ALAT

Page 8: Laporan teknologi pangan

Baskom tempat mencampur adonan

Blender

Pisau

Timbangan

Panci

PROSEDUR PRATIKUM

1. Ikan digiling kasar. Tambahkan lada, garam, ketumbar, bawang merah dan bawang putih,

dan ¾ bagian air es ke dalam daging di dalam mesin penggiling (blender)

2. Lakukan pencampuran dengan menjaga suhu ≤ 80 C

3. Tambahkan tepung tapioka dan ¼ bagian es yang tersisa, teruskan pencampuran sampai

terbentuk adonan homogen (suhu dijaga ≤ 160 C)

4. Adonan dicetak menjadi bola - bola kecil dan langsung direndam dalam air panas (suhu

60 - 700 C)

5. Rebus bola - bola kecil adonan di dalam air bersuhu 800 C, sampai matang (bakso

mengapung di dalam air perebus)

Pengamatan

1. Amati cita rasa (mencakup warna, bau, rasa, dan tekstur)

2. Rendemen

3. Lakukan analisa biaya

HASIL PRATIKUM

Tabel Hasil Pengamatan Uji Organoleptik pada Bakso Ikan

No. Parameter Penilaian

1 Warna Putih cerah

2 Aroma Bau ikan

3 Tekstur Kenyal dan elastis

4 Rasa Rasa ikan

Page 9: Laporan teknologi pangan

Sumber : Dokumentasi kelompok 4Rendemen : Rendemen = (Berat produk/ Berat bahan baku) x 100%

= (275/250) x 100% = 110 %

Analisa Biaya :

No Nama Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Sebenarnya

1 Ikan sisiak 250 gr Rp 50.000/kg Rp 12.500

2 Tepung tapioka 25 gr Rp 8.000/kg Rp 200

3 Bawang putih 15 gr Rp 40.000/kg Rp 600

4 Bawang merah 15 gr Rp 40.000/kg Rp 600

5 Merica 0.5 gr Rp 1.000/bks Rp 100

6 Ketumbar 10 gr Rp 1.000/bks Rp 100

7 Garam halus 10 gr Rp 2.000/bks Rp 100

8 Es batu 50 gr Rp 1.000/bks Rp 100

TOTAL Rp 14.300

Page 10: Laporan teknologi pangan

B.  Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan bakso dengan bahan dasar daging ikan.

Warna bakso ikan yang dihasilkan adalah berwarna putih. Hal ini sesuai dengan syarat mutu

bakso ikan . yang terdapat dalam SNI 01-3818-1995 yaitu warna bakso putih cerah dan merata

tanpa warna asing lain.

Aroma bakso ikan yang dihasilkan adalah aroma khas ikan dengan aroma bumbu

tambahan terutama merica, ketumbar, bawang merah dan bawang putih. Hal ini sesuai dengan

dari syarat mutu bakso yang terdapat didalam SNI 01-3818-1995 yaitu aroma bakso

adalah bau khas ikan segar rebus dominan sesuai jenis ikan yang digunakan dan bau bumbu

cukup tajam.

Tekstur bakso ikan yang dihasilkan pada praktikum kali ini kenyal dan elastis karena

tepung tapioka yang ditambahkan sesuai dengan jumlah yang dianjurkan yaitu 15% dari berat

daging. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniati (2005), bahwa kualitas tepung yang digunakan

sebagai bahan makanan sangat berpengaruh terhadap makanan yang dihasilkan. Supaya bakso

memiliki tekstur bagus dan bermutu tinggi, jumlah tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10-

15% dari berat daging.

Bahan tambahan yang digunakan pada proses pembuatan bakso adalah tepung tapioka,

garam, gula, merica, ketumbar, bawang putih, bawang merah, dan putih telur. Bahan tambahan

tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam bakso ikan yang dihasilkan. Tepung tapioka

berfungsi sebagai pengikat bahan lain dan memperbaiki tekstur bakso. Garam berfungsi memberi

rasa gurih pada bakso. Merica, ketumbar, bawang merah, dan bawang putih, berfungsi untuk

membentuk aroma dan cita rasa pada bakso. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniati (2005),

bahwa tepung tapioka berfungsi dalam meningkatkan daya ikat air serta memperbaiki tekstur

bakso, dan bumbu-bumbu sebagai bahan tambahan pembuatan bakso ikan berfungsi sebagai

penambah aroma dan cita rasa bakso yang dihasilkan.

Garam yang digunakan dalam proses pembuatan bakso adalah garam dapur (NaCl).

Garam berfungsi sebagai pemberi rasa gurih dan memantapkan rasa bakso. Hal ini sesuai dengan

pendapat Daniati (2005), bahwa garam pada umumnya digunakan untuk memantapkan rasa

dalam pembuatan makanan termasuk dalam pembuatan bakso, fungsi garam adalah memberi

rasa gurih pada bakso.

Page 11: Laporan teknologi pangan

Merica dalam pembuatan bakso ikan berfungsi sebagai pemberi rasa pedas. Merica

mengandung filandren yang menghasilkan aroma yang menyengat. Hal ini sesuai dengan

pendapat Daniati (2005), bahwa minyak atsiri yang terdapat dalam merica, yakni filandren

membuat bau pedasnya menyengat. Ketumbar digunakan dalam pembuatan bakso juga untuk

menambah cita rasa.

Bawang merah baik digunakan karena meski dalam keadaan panas (dimasak), senyawa

berkhasiat didalamnya tidak mengalami kerusakan. Bawang merah yang digunakan dalam

pembuatan bakso ikan berfungsi untuk memberi cita rasa pada bakso ikan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Daniati (2005), bahwa penggunaan bawang merah pada pembuatan bakso ikan

bertujuan untuk meningkatkan citarasa dari bakso yang dihasilkan.

Bakso ikan yang dibuat juga mengandung bawang putih. Bawang putih mempunyai bau

yang tajam karena mengandung senyawa methyl allyl disulfida. Bawang putih dalam bakso ikan

berfungsi memberi aroma dan sebagai penyedap masakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Daniati (2005), bahwa bawang putih digunakan sebagai campuran bumbu masak serta penyedap

berbagai masakan.

Pengolahan bakso ikan dimulai dengan penghalusan daging lalu kemudian ditambah

dengan bahan tambahan. Penggunaan bahan tambahan dalam proses pencampuran ini harus tepat

agar bakso yang dihasilkan bisa bermutu baik. Setelah pencampuran selesai, dilakukan

pembentukan adonan menjadi bola-bola kecil kemudian dimasak sampai mengapung yang

menunjukkan bahwa bakso sudah matang. Hal ini sesuai dengan Anonim (2010), bahwa bakso

direbus dalam air mendidih sampai bakso mengapung sebagai tanda telah matang.

Pada pembuatan bakso juga ditambahkan es batu. Es batu merupakan salah satu bahan

tambahan yang wajib dalam pembuatan bakso. Jika tidak ada es, pembuatan bakso tidak akan

berhasil. Fungsi es adalah menjaga agar adonan tetap dalam keadaan bersuhu rendah. Dalam

adonan, air yang berasal dari es berfungsi untuk melarutkan garam dan menyebarkannya secara

merata keseluruh bagian masa daging, memudahkan ekstraksi protein dari daging dan membantu

dalam pembentukan emulsi. Es ditambahakn sampai adonan mencapai tekstur yang dikehendaki.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan bakso yakni bahan tambahan yang

digunakan serta proses perebusan atau pemasakan pada bakso. Hal ini didasarkan pada

pernyataan Daniati (2005), bahwa kualitas bakso ditentukan oleh bahan baku, berbagai macam

tepung yang digunakan dan perbandingannya didalam adonan, sedangkan faktor lain yang

Page 12: Laporan teknologi pangan

mempengaruhi kualitas bakso diantaranya adalah bahan-bahan tambahan yang digunakan serta

cara memasaknya.

Sesuai dengan topik praktikum yaitu bahan tambahan pangan seharusnya dalam

pembuatan bakso ikan pada praktikum ini ditambahkan bahan tambahan pangan yaitu STPP

yang berfungsi untuk pengawet. Namun, kami tidak melakukan penambahan STPP tersebut.

STPP ditambahkan pada adonan pertama, sedangkan pada adonan yang satunya lagi tidak

ditambahkan STPP. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan sifat organoleptik

antara bakso yang ditambahkan BTP (bahan tambahan pangan) dengan yang tidak memakai

bahan tambahan pangan karena pemberian BTP pada pangan disamping dapat menghambat

pertumbuhan mikroba juga dapat memberikan cita rasa dan bentuk fisik baru.

KESIMPULAN :

1. Bakso tidak hanya dibuat dari daging sapi tapi juga bisa dibuat dari daging ikan atau pun

daging ayam yang mempunyai citarasa yang khas sesuai dengan bahan dasar dalam

pembuatannya.

2. Bahan tambahan yang ditambahkan dalam pembuatan bakso mempunyai sifat masing-masing

seperti tepung tapioka berfungsi sebagai perekat, garam berfungsi sebagai pemberi rasa

gurih, gula, merica, bawang merah, dan bawang putih berfungsi sebagai penambah aroma

dan cita rasa pada bakso ikan, air es adalah untuk menjaga agar adonan tetap dalam keadaan

bersuhu rendah, melarutkan garam dan menyebarkannya secara merata keseluruh bagian

masa daging, memudahkan ekstraksi protein dari daging dan membantu dalam pembentukan

emulsi

3. STPP merupakan bahan tambahan pangan yang biasa digunkan dalam pembuatan bakso yaitu

untuk membuat bakso menjadi lebih kenyal serta tidak membuat bakso lengket jika disentuh.

Penambahan STPP harus sesuai dengan yang dibolehkan agar tidak berbahaya bagi

kesehatan.

4. Penambahan BTP pada bahan pangan tidak hanya menghambat pertumbuhan mikroba juga

dapat memberikan cita rasa dan bentuk fisik baru.

Page 13: Laporan teknologi pangan

DAFTAR PUSTAKA :

Daniati, Tristeza, 2005. Pembuatan Bakso Ikan Cucut Dengan Bahan Tambahan Jenis Tepung Yang Berbeda. http://digilib.unnes.ac.id /gsdl/collect/skripsi/archives/HASH34e6.dir/doc.pdf. Akses tanggal 30 Maret 2013.

Suprapti, Lies, M, Ir. 2007. Bakso Daging dan Bakso Ikan. Kanisius : Yogyakarta.

Wibowo, S. 2006. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya: Jakarta.

Anonim, 2009a. Membuat Bakso Ikan. http://cuek.wordpress.com/2009/01/06/ membuat-bakso-ikan/ Akses Tanggal 27 Oktober 2010.

Padang, 5 Maret 2013Pembimbing Praktikum Yang membuat laporan

M.Husni Thamrin, STP, MP (Elsa Permata Sari) (Yosi Irene Putri)` NIM:112110181 NIM:112110204