Laporan Teknologi Bahan Bangunan
-
Upload
perdana-sukma-wibowo -
Category
Documents
-
view
47 -
download
1
Transcript of Laporan Teknologi Bahan Bangunan
LAPORAN TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu konstruksi bangunan, beton merupakan bagian yang penting. Bersadarkan hal ini maka
analisa dan penelitian terhadap materi dan proses bentuknya beton sangat dibutuhkan. Sebagai progarm wajib
dalam Ilmu Bahan Bangunan, maka penerapan dasar dan aplikasinya wajib dikuasai oleh setiap mahasiswa/i
teknik sipil. Hal ini diacukan agar kedepan seorang sarjana sipil dapat menguasai konsep dan analisa kerja saat
terjun ke dunia konstruksi.
Beton (concrete) sendiri adalah bahan bagunan / konstruksi berupa batu-batuan (Artifisial Stone) yang
homogen yang diperoleh dari campuran tiga bahan dasar yaitu:
1. Semen portland sebagai bahan pengikat hidrolis.
2. Air sebagai bahan pereaksi pengikatan, dan
3. Batuan / agregat sebagai bahan pengisi (filler) dan penguat (strengter) yang meliputi agregat kasar (Coarse
Agregate) dan agregat halus (Fine Agregat).
Dalam hal-hal tertentu campuran diberi bahan tambahan (additive) atau bahan campuran (admixture) yang tidak
menurunkan mutu beton sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
Praktikum ini bertujuanuntuk memperoleh pengetahuan mengenai perencanaan campuran boton serta
ketrampilan dalam pelaksanaannya. Untuk mendapatkan beton yang bermutu baik dan mempunyai kuat tekan
yang besar, perlu adanya suatu analisa laboratorium terhadap beberapa faktor penyusun terbentuknya beton,
yang meliputi sifat-sifat fisis berupa:
Susunan bitiran (Sieve Analysis)
Berat volume (Bulk Density)
Berat Jenis (Spesific Grafity)
Penyerapan (Absorption)
Kelembapan (Moisture Contain)
Modulus Kehalusan (Fineness Modulus)
Kandungan Lumpur (Claylumps).
Pada air dan semen tidak dilakukan suatu analisa khusus karena dianggap telah memenuhi stadar syarat
dalam PBI 1971 NI-2.
Setalah dilakukan pemeriksaan terhadap agregat, baru dilaksanakan Mix Disign atau rencana campuran
beton berdasarkan pada ketentuan Amirican Concrete Intitute(ACI ) Standar 211, 1-77 yang dikombinasikan
denagn ketentuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971).
Pencampuran dan pengadukan beton dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk Mollen dengan
nilai slump yang direncanakan yaitu ; 7,5 – 10 cm. Benda uji yang digunakan adalah cetakan baja berbentuk
silinder dengan tinggi 30 cm dan berdiameter 15 cm sebanyak 5 buah, dengan mutu beton yang diinginkan
adalah mutu beton dengan nilai FAS 0,89.
BAB II
MATERIAL, BANDA UJI DAN METODE PENELITIAN
2.1 MATERIAL
Material utama yang digunakan dalam pembentukan beton adalah agregat, semen dan air. Agregat terdiri
dari Coarse Agregate yang berupa kerikil denag butiran > 5mm dan Fine Agregate berupa pasir kasar (Coarse
sand).
Semen yang digunakan adalah portland cement tipe I ANDALAS. Air yang digunakan adalah air bersih
dengan kekentalan Ph ± 7 dan berasal dari PDAM yang tersedia di lab. Konstruksi dan ilmu Bahan Bangunan
Fakultas Tehnik Al-Muslim.
2.1.1 AGREGATE
Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat denag ukuran butiran
antara 0.075 – 150 mm. Agregat yang digunakan adalah agregat alam yang berupa coarse agregate (kerikil) dan
coarse sand (pasir kasar). Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat dan pengisi serta
menempati sekitar 75 % dari volume total beton.
Keutamaan agregat dalam peranannya didalam beton diantaranya:
Menghemat penggunaan semen Portland.
Menghasilkan kekuatan besar pada beton.
Mengurangi penyusutan pad pengerasan beton.
Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat.
A. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan
atau berupa pasir batuan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat ini berukuran 0.075 – 5 mm, dan
meliputi pasir kasar (Coarse sand) dan pasir halus (Fine sand).
Menurut PBI agregat halu harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal artinya tidak hancur oleh
pengaruh cuaca dan temperarur.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kerin). Bila lebih dari
5% harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan
warna dari ABRAMS-HARDER denagn larutan NaOH 3% .
Angka kehalusan (fineness Modulus) antara 2-3,2 .
Agregat halus harus terdiri dari beraneka ragam besarnya.
B. Agregat Kasar
Agregat kasar bisa juga disebut kerikil sebagai hasil dari desintegrasi alami dari batuan tau berupa dari
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 5 – 150 mm.
Ketentuan agregat kasar antara lain:
Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang butirannya
pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui 20% berat agreagat seluruhnya dan
memiliki batas panjang tertentu.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat keringnya. Bila melampaui
harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat yang relatif alkali.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batuan pecah.
2.1.2 SEMEN PORTLAND (PORTLAND CEMENT)
Bahan pengikat hidrolis yang paling utama adalah semen portland. Disebut pengikat hidrolis karena
semen portland akan mengikat (sifat adesi dan kohesi) apabila diberi air dan kemudian terjadi reaksi kimia
(proses hidarsi) yang bermula dari pasta semen yang plastis kemudian menjadi kaku dan keras. Semen portland
hidrolis dihasilkan dengan cara menggiling halus klingker (mineral pembentuk semen), terutama dari silikat-
silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu.
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland terbagi dalam 5 jenis yaitu:
Tipe I, untuk konstruksi secara umum.
Tipe II, untuk konstruksi secara umum terutama sekali bila disyaratkan agak tahan terhadap sulfat dan panas
hidarsi yang sedang.
Tipe III, untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi.
Tipe IV, untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.
Tipe V, untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
Dalam praktikum ini, semen portland yang kami gunakan adalah semen portland tipe I PADANG
dengan spesific garvity 3,16.
2.1.3 AIR
Air yang digunakan sebagai bahan pereaksi dalam campuran beton dan perawatannya harus bebas dari
minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis, bahan-bahan yang dapat merusak beton dan zat-zat
reaktif lainnya (Ph → 6,8 – 7). Dalam hal ini sebaiknya digunakan air yang dapat diminum. Jadi air yang
dipakai untuk membuat adonan / cetakan harus tepat dengan perbandingan berat tau isi sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Pada percobaan ini, air yang digunakan adalah air bersih dengan ketentuan Ph normal dan berasal dari
PDAM yang tersedia di lab. Kontruksi Bahan Bangunan Fakultas Teknik Almuslim.
2.2 BENDA UJI
Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda uji beton. Benda uji beton
dapat berbentuk kubus 15 x 15 x 15 cm3 , 20 x 20 x 20 cm3 dan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Berdasarkan PBI 1971, benda uji standar ialah kubus 15 x 15 x 15 cm3 sedangkan menurut ACI 211.71 adalah
silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Pada percobaan ini mutu beton yang direncanakan adalah mutu beton dengan FAS 0,58 dengan
menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 5 buah.
Slump dengan ketinggian 20 cm untuk menguji kekentalan campuran dengan nilai slump yang
diinginkan 7,5 – 10 cm.
2.3 METODE PENELITIAN
2.3.1 Sifat – sifat Fisis Agregat
Untuk menentukan sifat-sifat agregat, digunakan metode British standard (BS) dan American Asociety
for Testing for Material (ASTM).
Dalam penyelidikan berat volume (bulk Density) dilaksanakan berdasarkan metode BS 812.
Berat jenis (Spesivic Grafity) agregat adalah perbandingan berat sejumlah volume agregat tanpa
mengandung rungga udara terhadap berat air pada volume yang sama. Spesivic Gravity dibedakan dalam dua
keadaan yaitu keadaan jenuh permukaan (Saturated Surfave dry) dan kering Absolut (Oven Dry) berdasarkan
metode BS 812.
Pengukuran dilakukan dengan dua cara, yaitu penimbangan diluar dan didalam air untuk kerikil; dan
untuk pasir berdasarkan metode Thawlaw’s.
Analisa saringan (Sieve Analysis) bertujuan menguraikan susunan butiran agregat yang diperoleh dari
hasil penyarigan benda uji dengan menggunakan beberapa fraksi saringan. Dalam hal ini saringan standard yang
digunakan bardasarkan metode ASTM.
2.3.2 Kandungan Organisme Dalam Pasir
Jika agregat campuran beton mengandung bahan organik akan mengakibatkan proses hidarsi terganggu,
sehingga dapat mengurangi kekuatan beton. Untuk itu pasir harus diperiksa kandungan organiknya dengan
menggunakan metode Abram’s Harder ASTM C - 40 – 73.
2.3.3 Komposisi Campuran Beton (Concrate Mix Design)
Setelah bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton diteliti sifatnya, kemudian perencanaan
komposisi campuran berdasarkan American Concreate Intitude (ACI) 211.1-91.
BAB III
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN MATERIAL,
PERHITUNGAN KOMPOSISI CAMPURAN DAN
PEMBUATAN BENDA UJI
3.1 PEMERIKSAAN MATERIAL
3.1.1 Berat Volume (Bulk Density)
Tujuan : Untuk menentukan berat volume pada agregat
Langkah :
Benda uji yang telah dikeringkan dalam oven dikeluarkan dan dibiarkan dingin. Kemudian gregat diisi
kedalam container yang terdiri dari tiga lapisan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali
tumbukan. Terakhir diisi hingga penuh dan diratakan, lalu dihitung beratnya. Hal ini dilakukan sebanyak tiga
kali.
3.1.2 Analisa Saringan (Sieve Analysis)
Tujuan : Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyratan perencanaan campuran agregat untuk beton
Langkah :
Benda uji diisi kedalam saringan yang berukuran; 31,5 mm; 19,0 mm; 9,52 mm; 4.75 mm; 2,36 mm;
1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; serta sisa. Saringan digoyangkan dengan tangan beberapa menit.
Kemudian masing-masing fraksi benda uji yang tertahan diatas saringan ditimbang beratnya.
3.1.3 Berat Jenis (specific Gravity)
Tujuan : Untuk mengetahui volume agregat
Langkah :
Benda uji direndam kedalam air selama 24 jam dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan hingga
mencapai kondisi SSD. Kemjudian dimasukkan kedalam cetakan kerucut pasir yang terdiri dari tiga lapis (diisi
sepertiga-sepertiga bagian cetakan), setiap lapisan ditusuk 25 kali dengan tongkat pemadat. Setelah permukaan
diratakan, cetakan diangkat vertikal. Bila pasir yang di uji itu tidak mengikuti bentuk cetakan berarti telah dalam
keadaan SSD. Benda uji yang telah dalam keadaan SSD tersebut diisi kedalam gelas beserta tutup plat kaca dan
ditimbang beratnya. Gelas diisi penuh dengan air guna untuk menghilangkan udara yang dikandung benda uji,
lalu ditimbang. Benda uji diisi dalam container, dioven hingga kondisi OD dan ditimbang beratnya.
3.1.4 Absorbsi (Absorbtion)
Tujuan : Menetukan persentase berat air yang teresap. Absorbsi merupakan persentase perbandingan agregat dalam keadaan
SSD dengan OD.
Langkah : Merupakan langkah lajutan pada penentuan berat jenis benda uji. Dari hasil perhitungan berat jenis benda dalam
keadaan SSd dan OD, kita dapat mencari persentase absorbsi air.
3.2 PERHITUNGAN KOMPOSISI CAMPURAN BETON
Dari tabel A 1.5.2.3 jumlah air yang dibutuhkan adalah 186,76 Kg/m3 (didapat secara interpolasi linier).
FAS untuk non air entrained concrete dengan tegangan 274,025 Kg/m2 dari tabel A 1.5.2.4 adalah 0,58.
sehingga jumlah semen yang dibutuhkan:
Jumlah air = 186,760 = 316,54 Kg/m3
FAS 0,59
Coarse Aggregate dengan diameter max 31,5 cm denagn Dry Rodded Weight 1684 Kg/m3 . Jumlah CA
yang dibutuhkan diperkirakan menggunakan tabel A 1.5.2.6 adalah 0,6708 m3 (On Dry Rodded Weight)dalam
setiap m3 beton. Kebutuhan CA (kering) adalah 0,6708 m3 x 1701 Kg/m3 = 1140,75 Kg.
Dari tabel A 1.5.3.7.1, berat 1 m3 beton diperkirakan 2395,6 Kg. Berat masing-masing bahan yang telah
dihitung:
Air = 186,760 Kg
Semen = 316,542 Kg
CA = 1129,627 Kg
Jumlah = 2395,600 Kg
Rumus estimasi (pendekatan interpolasi linier) capuran agregat halus, dengan perbandingan FM (JISC /
DOBOKUGAKKAI):
Untuk mencampur pada 5 benda uji standar, maka komposisi campuran yang dibutuhkan dapat dilihat pada
table :
Tabel 3.2.1 Komposisi Campuran Beton
PENCAMPURAN DI LAB. untuk SILINDER K-175 FAS : 0,59
MATERIALJUMLAH BENDA UJI SILINDER 15x30
cm
volume 1 benda uji0.010
6
m3
3 4 5St
n
- Air 5.933 7.911 9.889 kg
- Semen 9.702 12.936 16.170 kg
- Agregat Kasar (Coarse Aggregate) 34.994 46.659 58.324 kg
- Pasir (Sand) 25.479 33.971 42.464 kg
3.3 PEMBUATAN BENDA UJI
Setelah dilakukan mix design, kemudian dilaksanakan pembuatan benda uji dengan mengaduk
campuran beton secara berurutan dari Coarse Aggregat, Coarse Snd, Fine Sand, semen dan air kedalam molen.
Kemudian mollen diputar selama 5 menit dengan kemiringan mollen sebesar 45º.
Setelah campuran beton teraduk rata, didakan beberapa pengujian sebabagai berikut :
A. Slump Test
Tujuan : Menetukan kekentalan (konsistensi) adukan beton.
Langkah :
Campuran beton (fresh Concrete) diisi kedalam kerucut Abram’s yang ditempatkan diatas plat baja,
dimana pengisiannya atas 3 lapisan yang setiap lapisan ditumbuk sebanyak 25 kali dengan panjang tongkat yang
panjangnya 60 cm. Saat pengisian kaki kerucut diinjak sampai cetakan tepat terisi. Alu kerucut diangkat vertikal
dan diukur jarak turun permukaan terhadap tinggi semula.
B. Airmeter
Tujuan : Menentukan berat volume beton dan kandungan udara didalm suatu campuran beton.
Langkah :
Campuran beton diisi kedalam Airmeter atas 3 lapisan dan setiap lapisan ditumbuk 25 kali dengan
tongkat pemadat. Kemudian sekeliling dindingnya diketuk dengan mortil karet, agar butiran udara muncul ke
permukaan. Ratakan permukaan adukan dan Airmeter ditutup serta dikunci. Airmeter + benda uji ditimbang,
untuk mengetahui berat volume udara. Dengan menggunakan pompa pada airmeter, jarum skala pada
manometer digerakkan hingga terletak pada 0 (nol). Tekan klepnya agar jarum menunuk pada angka tertentu.
Angka itu menyatakan kandungan udara dala 1 m³ beton.
Hasil :
Slumps Test : 7,5 – 10 cm
Berat beton : -
Suhu beton : 29 ºC
Kadungan udara : 2 %
Setelah dilakukan pemeriksaan diatas, benda uji diisi kedalam silinder. Pengisian atas 3 lapisan, setiap
lapisan ditumbuk 25 kali. Sekeliling dinding diketuk dengan martil karet agar beton benar-benar padat.
Selang 4 jam dari saat pengecoran setiap benda uji diberi Capping yang berbuat dari campuran semen
dan 29% air dari banyaknya semen yang dipakai, pasta semen tersebut dioleskan di atas cetakan setebal 1 cm
dan ditekan dengan plat kaca. Capping ini digunakan untuk meneruskan tekanan pada campuran beton di dalam
cetakan. Kemudian dibiarkan dibiarkan 24 jam agar mengeras. Setalah itu cetakan dibuka dan dirawat diruangan
perawatan dalam bak perendaman (Curring).
3.3.1 Pembebanan Benda Uji
Setalah beton berumur 5 hari, lima benda uji dikeluarkan dari bak perendaman untuk dikeringkan
kemudian dilakukan pengujian kuat tekan beton. Sebelum diuji, semua benda uji ditimbang beratnya serta
diukur dimensinya.
Kuat tekan beton / benda uji dapat dihitung dengan rumus :
σ’bi = P
A
3.3.2 Pengujian
Pengujian benda uji dilakukan pada umur 5 hari dengan lima buah benda uji. Hasil pengujian dapat
menentukan kuat tekan beton pada umur tersebut.
Langkah pertama, benda uji dikeluarkan dari bak perendaman dan dibersihkan dengan kain lap, setelah
itu dibirakan selama lebih kurang 3 jam untuk pengeringan. Langkah terakhir dilakukan pengujian kuat tekan
dengan menggunakan penguji portable compressor denagan kapasitas 200 ton.
Kuat tekan beton / benda uji dapat dihitung dengan rumus :
σ’bi = P
A
Keterangan:
σ’bi = kuat tekan beton
P = benda hancur (ton)
A = luas penampang
= ¼ π d²
= ¼ (3,14) (15)²
= 176,625 cm²
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Material
Dari hasil pemeriksaan sofat-sifat fisis material yang dilaksanakan untuk kedua jenis material agregat
yaitu Coarse Aggregate, dan Coarse Sand, maka hasil penyelidikan tertera pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Sifat - sifat fisis agregat
NO Sifat-sifat fisisAGGREGATE
kerikil Pasir
1 Specific Grafity SSD 2,551 2,469
2 Specific Grafity OD 2,493 2,392
3 Bulk Density (Kg/L) 1,684 1,613
4 Water Absorbtion (%) 2,355 3,231
5 Fineses Modulus (FM) 6,672 2,119
Tabel 4.2. Hasil penelitian Sieve Analysis dari agregat
NO Ukuran saringan Jenis aggregate
Coarse
Aggregate
C
Sand
1 31,5 1,65 0,00
2 19,0 23,75 0,00
3 9,25 43,85 0,00
4 4,75 25,90 0,03
5 2,36 0,00 8,47
6 1,18 0,00 6,03
7 0,60 0,00 16,03
8 0,30 0,00 45,20
9 0,15 0,00 6,77
10 sisa 4,85 17,47
Jumlah 100,000 100,000
4.1 Hasil Pembebanan
Hasil pembebanan diperlihatkan pada tabel 4.2.1
Tebel 4.2.1 Hasil kuat tekan benda uji
NO Benda UjiBerat Volume
( Kg )
Beban
Tekan
( KN )
Kuat Tekan (σ’bi)
(kg/cm²)
1 Benda Uji I 12 427,5 161,5
2 Benda Uji II 12.1 427,5 93,4
3 Benda Uji III 11.9 420 161,4
4 Benda Uji IV 12 442,5 148,6
5 Benda Uji V 12.1 457,5 118,9
Jumlah 2175 683,7
Keterangan:
Yang digunakan sebagai benda uji adalah kubus yang berdimensi 15 X 15 cm. Atau silinder yang
berdiameter 15cm dengan tinggi 30 cm .
Luas permukaan untuk perhitungan beban tekan adalah luas silinder, yaitu
= ¼ π d²
= ¼ (3,14) (15)²
= 176,625 cm²
Luas permukaan untuk perhitungan beban tekan adalah luas kubus, yaitu:
= Sisi X sisi
= 225 cm².
Pelaksanaan pengujian kuat tekan diambil pada benda uji dengan umur 10 hari.
4.1 Hasil Pembebanan
Perhitungan kuat tekan karakteristik benda uji meliputi :
A. Kuat Tekan Beton Rata-rata
Pada umur 11 hari
τbm = Σσ’bi
n
= 683,7 = 136,74 kg/cm²
Tabel 4.1.2 Deviasi Standar
a. Pada umur 11 hari
NO τbi ( kg/cm² ) τbm ( kg/cm² ) ( τb – τbm )²
1 161,5 136,74 608,1
2 93,4 136,74 1878,4
3 161,4 136,74 608,1
4 148,6 136,74 140,7
5 118,9 136,74 318,3
Jumlah 3553,6
Deviasi standar merupakan tolak ukur dari mutu pelaksanaan pekerjaan pembetonan PBI 1971 Devisi
Standar (S) diperoleh dari rumus :
S = ∑ ( τ b – τ bm) 2
n - 1
Pada umur 10 hari.
S = ∑ (τb – τ bm) 2
n – 1
S = 29,80 Kg/cm2
A. Kuat Tekan Karakteristik
Sesuai dengan rekomendasi Internasional untuk perencanaan serta pelaksanaan bangunan beton, melalui
Peraturan Beton Bertulang 1971 NI-2, menentukan minimum 20 benda uji dengan persentase defektif 5% harga
k yang diambil 1,64. Apabila jumlah benda uji diambil / dipilih lain maka harga k dievaluasi menurut dalil
matematika statistika. Maka harga k untuk 20 benda uji dan persentase defektif sebesar 5% adalah 1,645.
Kuat tekan karakteristik umur 11 hari :
τbk = τ’bm – k . S
= 136,74 – 1,645 . 29,80 kg/cm²
= 136,74 – 49,02
= 87,71 kg/cm²
Keterangan :
= kuat tekan karakteristik
τ’bm = kuat tekan rata-rata
k = 1,645
Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase kekuatan beton umur hari
terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :
Apabila:
Benda uji dalam bentuk silinder maka Kuat Tekan/ Mutu Beton (τ bk) harus terlebihdahulu dikalikan dengan
faktor bentuk kubus yaitu sebesar 0,83
0,83 x 87,71 = 72,80 kg/cm²
Umur benda uji belum mencapai 28 hari maka nilai kuat tekan rencana harus dikalikan dengan faktor umur beton
12 hari yaitu 0,814, didapat :
0,814 x 200 = 162,8 kg/cm²
= mutu beton campuran x 100%
mutu beton rencana
= 124,028 kg/cm² x 100%
131 kg/cm²
= 44,71 %
4. Pembahasan
Dari hasil percobaan kuat tekan beton karakteristik, penelitian secara menyeluruh dan mengamati
segala kemungkinan selama praktikum dapat diambil suatu pernyataan bahwa kuat tekan beton karakteristik
sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan pembentuknya dan proses perawatan beton tersebut. Disamping itu
terdapat pula faktor-faktor tambahan lainnya, antara lain : Faktor Air Semen (FAS), proses pencampuran, proses
pemadatan, proses perawatan dan umur benda uji, dimana pengaruh perawatan juga berpengaruh terhadap
kekuatan beton karakteristik. Berdasar tabel diatas diketahui bahwa kekuatan beton karakteristik umur 12 hari
sebesar = 72,80 kg/cm² (44,71 % dari mutu beton yang direncanakan ). Mutu beton yang tidak sesuai dengan
yang telah direncanakan dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan kuat tekan beton karakteristik tidak mencapai 100% adalah
adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi diantaranya
Kotoran Organik Pada Agregat
Bahan organik yang dikandung agregat dapat mempengaruhi kekuatan beton. Bila pada pencucian
agregat tidak sempurna, akan menyebabkan kandungan kotoran organik dalam agregat cukup tinggi, sehingga
dapat merusak beton melalui proses-proses kimia yang berlangsung.
Persentase Air Yang Dikandung
Persentase air yang dikandunng dalam agregat sangat mempengaruhi terhadap FAS. Bila kita
mengetahui kedar air yang terkandung maka kita dapat menentukan FAS yang tepat, sehingga mutu beton yang
diinginkan dapat kita peroleh.
Kekerasan Agregat
Kekerasan agregat dapat juga mempengaruhi mutu beton yang ingin diperoleh. Secara logis dapat
dikatakan bahwa semakin kuat agregat semakin kuat pula daya dukung agregat tersebut sehingga akan lebih
besar tekanan yang mampu ditahan beton yang kita buat.
Kadar Lumpur
Bila kadar lumpur yang dikandung agregat melebihi batas toleransi, maka dapat menyebabkan tidak
baiknya terjadi ikatan pasta semen sehingga kuat tekan beton berkurang dan menyebabkan beton akan luruh tau
hanur. Kandungan lumpur yang dibolehkan untuk fine aggregate adalah tidak lebih dari 5% dan untuk coarse
aggregate tidak lebih dari 1%.
Dalam pelaksanaan perencanaan campuran beton harus diperhatikan kekurangandan kelebihan yang
terdapat pada bahan-bahan dasar pembentuk beton. Oleh sebab itu diperlukan ketelitian yang tinggi sehingga
didapat komposisi yang tepat dan seimbang sesuai dengan perbandingan kadar bahan yang telah diizinkan yang
pada akhirnya didapat mutu beton yang diinginkan.
Umur Beton
Umur beton pada saat diadakan pengujian kuat tekan tidak mencapai umur 28 hari, beton hanya diuji
pada umur 12 hari.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh kuat tekan beton karakteristik (σ’bk)
sebesar 72,80 Kg/cm². Kuat tekan beton rata-rata (σ’bm) 136,74 Kg/ cm², dengan nilai deviasi standar (S)
sebesar 29,80 Kg/ cm². Persentase mutu betonnya adalah 44,71 % dari mutu yang direncanakan. Tinggi slump
yang diperoleh 9,5 cm. Hasil penelitian sifat-sifat fisis agregat yang digunakan telah memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh ACI (American Concrete Intitute) dan PBI (Peraturan Beton Indonesia 1971).
Kesalahan-kasalahan pada hasil penelitian kuat tekan beton ini disebabkan antara lain:
Kekeliruan dalam perhitungan perbandingan bahan-bahan pencampur yang digunakan, kurangnya ketelitian saat
menimbang, mencampur dan mengaduk beton sehingga mempengaruhi komposisi campuran beton.
Pada pembuatan benda uji pemadatannya kurang dan terlalu berkumpulnya material yang halus atau
material yang kasar saat memasukkan campuran beton kedalam cetakan. Hal ini akan menyebabkan kekuatan
beton tidak merata pada setiap bagian benda uji.
Melakukan pengujian pada waktu kurang toleransi yang diperbolehkan setelah benda uji dikeluarkan
dari bak perendam pada setiap pembebanan sehingga mutu beton menjadi tidak maksimum.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini penulis menyadari agak kurang teliti. Untuk itu, masih banyak hal
yang mesti diperbaiki dan ditingkatkan guna berhasilnya pelaksanaan praktikum dimasa mendatang.
Perencanaan untuk menentukan kekuatan beton diperlukan ketelitian dan kesungguhan yang tinggi.
Oleh karena itu, diperlukan sikap saling membutuhkan antara pembimbing dengan pelaksana praktikum unutk
mendapatkan kuat tekan beton seperti yang direncanakan.
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan praktikum, penulis menghimbau untuk semua
mahasiswa yang akan melaksanakan praktikum dimasa mendatang, diharapkan dapat memahami materi kuliha
sebelum melakukan praktikum. Ketelitian dan kehati-hatian dalam melaksanakan praktikum harus ditingkatkan,
serta dituntut pula kekompakan antara anggota praktikan agar hasil kerja maksimal.
Kapada karyawan dan staff laboratorium, hendaklah bimbingannya lebih ditingkatkan, sehingga
ketidak telitian dalam menimbang dan menguji dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah M.A ; 1995, Paduan Praktikum Merencanakan Komposisi Campuran Beton Struktural, Laboratorium Konstruksi dan Bahan
Bangunan FT Al-Muslim, Bireuen.
Ir. Moochtar R; 1982, PUBI – 1982, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendarl Cuipta Karya, Bandung.
Murdock L.J; Brook K.M; Ir.Hidarko S; 1999, Bahan dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.