Laporan Teknik Pemboran 1 Modul 1

24
MODUL I Sistem Peralatan Pemboran Laporan Praktikum Nama : Kevin Tamara NIM : 12213075 Kelompok : Rabu 1 Tanggal Praktikum : Rabu, 2 September 2015 Tanggal Penyerahan : Rabu, 9 September 2015 Dosen : Dr.Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun Asisten Modul : Hanniyah Hasna 12212009 Muhammad Ridha Anshari 12212025 Muhammad Insan Aljabbar 12212068 Harry Hartowo 12212092 Arnold Rico Novrianto 12212094 Danni Dwicahyo 12212097 LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015

description

Modul 1 Sistem Peralatan Pemboran

Transcript of Laporan Teknik Pemboran 1 Modul 1

MODUL I

Sistem Peralatan Pemboran

Laporan Praktikum

Nama : Kevin Tamara

NIM : 12213075

Kelompok : Rabu 1

Tanggal Praktikum : Rabu, 2 September 2015

Tanggal Penyerahan : Rabu, 9 September 2015

Dosen : Dr.Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun

Asisten Modul : Hanniyah Hasna 12212009

Muhammad Ridha Anshari 12212025

Muhammad Insan Aljabbar 12212068

Harry Hartowo 12212092

Arnold Rico Novrianto 12212094

Danni Dwicahyo 12212097

LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2015

2

DAFTAR ISI

Daftar isi .............................................................................................................. 2

I. Tujuan Percobaan .......................................................................................... 3

II. Keberjalanan Praktikum ................................................................................ 4

III. Analisis .......................................................................................................... 6

IV. Simpulan dan Saran ..................................................................................... 14

Daftar Pustaka .................................................................................................... 24

3

I. Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum yang dijalani adalah sebagai berikut :

1. Memahami prinsip kerja peralatan-peralatan pada hoisting system,

circulating system, rotating system, BOP system, dan power system.

2. Mampu mengidentifikasi peralatan-peralatan yang termasuk dalam sistem

peralatan pemboran.

3. Mengamati dan meingidentifikasi peralatan-peralatan pemboran dan

produksi di Gedung Teknik Perminyakan ITB

4. Mengenali dan memahami prinsip kerja peralatan-peralatan khusus yang

digunakan dalam operasi pemboran.

5. Mampu menjelaskan fungsi-fungsi dari peralatan-peralatan yang termasuk

dalam sistem peralatan pemboran.

6. Memahami prinsip kerja dari Sucker Rod Pump dan dapat membedakan

tipe, komponen, dan peralatan-peralatan pada Sucker Rod Pump.

7. Mengenali komponen-komponen, dan memahami prinsip kerja dari

Christmas Tree.

4

II. Keberjalanan Praktikum

Pada praktikum modul 1 ini, praktikan shift rabu satu yang beranggotakan dua

belas orang dibagi menjadi beberapa kelompok dimana setiap kelompok memiliki

anggota enam orang. Lalu, dua kelompok tersebut dibagi lagi menjadi dua

kelompok kecil. Kelompok pertama melakukan praktikum dengan bang Ibay dan

yang kedua dengan kak Hani. Praktikan diharuskan mengamati jenis-jenis bit yang

berbeda, christimas tree, dan drillpipe. Pertama dilakukan pengamatan dan

pengukuran pada bit jenis Drag Bit untuk kelompok kecil pertama. Pengamatan

dimulai dengan pengambilan foto pada Drag Bit. Lalu, dimulai pengukuran dengan

mengukur outer diameter, inner diameter, diameter nozzle, jumlah nozzle dan

tinggi. Pada saat yang bersamaan, kelompok-kelompok kecil lainnya melakukan

pengukuran pada jenis-jenis bit yang berbeda dan drillpipe. Setelah melakukan

pengukuran pada bit dan drillpipe, kelompok pertama dan kedua memulai

pengukuran pada christmas tree dan bit yang berada di depan gedung TM secara

bergantian. Saat seluruh pengukuran dan pengamatan sudah selesai, praktikan

kembali menuju lab pemboran untuk menjalani tes akhir yang diberikan oleh

asisten. Tes akhir tersebut berisi tentang kesan dan saran saat menjalani praktikum,

pesan kepada asisten, dan soal mengenai drillpipe, bit, dan christmas tree.

Didapatkan data-data pengukuran dan pengamatan sebagai berikut :

Drag Bit

Inner

Diameter (cm)

Outer

Diameter (cm)

Jumlah

nozzle

Panjang (cm)

8,45 20,34 3 48

5

Rolling Cutter Bit

Outer Diameter

(inch)

Jumlah

nozzle

Jumlah cone

17,5 3 3

Poly Diamond Crystaline Bit (1)

Inner

Diameter (cm)

Outer

Diameter (cm)

Jumlah

nozzle

Diameter

nozzle (cm)

Jumlah

tempat

diamond

8,45 14,34 8 1 6

Poly Diamond Crystaline Bit (2)

Inner

Diameter (cm)

Outer

Diameter (cm)

Jumlah

nozzle

Diameter

nozzle (cm)

Jumlah

tempat

diamond

9,94 14,92 4 1,16 4

Drill Pipe Besar

Keliling (cm) Outer

Diameter (cm) Panjang (cm)

26 8,28 452

Drill Pipe Kecil

Keliling (cm) Outer

Diameter (cm) Panjang (cm)

18 5,73 441

6

III. Analisis

1. Bit

Bit atau pahat merupakan ujing dari drill string yang menyentuh formasi,

diputar dan diberi beban untuk menghancurkan serta menembus formasi. Bit

terbagi menjadi 2 jenis yakni fixed cutter bits dan cone bits. Jenis oahat yang

dipakai untuk mengebor formasi bergantung pada kekerasan batuan yang akan

dibor. Bit yang lunak tidak berjalan dengan baik dalam mengebor batuan yang

keras. Ukuran bit berkisar antara beberapa inch sampai 30 inch. Terdapat tiga

jenis bit, yakni Drag Bit, Roller Cone Bit, dan Poly Diamond Crystaline (PDC)

Bit.

a. Drag Bit

Drag Bit merupakan pahat yang digunakan pada formasi yang lunak

seperti pasit, lempung, atau formasi-formasi

batuan yang tergolong lunak. Bit ini tergolong

pada fixed cutter bits. Bit ini digunakan pada

pemboran yang dangkal. Pisau potongnya mirip

ekor ikan dan pemboran dilakukan dengan cara

menggeruk. Pemboran tergantung dari beban,

putaran dan kekuatan pisau potong. Drag Bit

yang diamati pada praktikum kali ini memiliki

tiga nozzle dan tiga blade pisau dimana diameter luarnya 20,34 cm, diameter

dalamnya 8,45 cm, diameter nozzlenya 0,76 cm, dan tingginya 48 cm. Dari

pengamatan yang dilakukan terhadap kondisi drag bit yang ada dalam

praktikum modul ini, dapat dilihat bahwa rate bit wear dari bit tersebut

sudah tinggi sehingga menyebabkan

salah satu dari tiga pahat yang ada

mengalami kerusakan serta diketahui

besar sudut antar pahat yang ada yakni

sebesar 120 derajat. Semakin keras

formasi, rate bit wear akan bertambah

dan dapat menurunkan laju pemboran. Masalah rate bit wear ini dapat diatas

dengan mengurangi besarnya sudut yang dibentuk oleh elemen drag dengan

dasar lubang. Nozzle merupakan tempat mengalirnya lumpur pemboran dan

7

sangat penting penggunaannya pada bit. Lumpur pemboran yang digunakan

pada bit dapat membersihkan cutting dan mengangkatnya ke permukaan

sehingga pahat atau bit tidak akan terjepit. Semakin banyak nozzlenya juga

semakin bagus dalam menentukan arah dalam directional drilling.

b. Poly Diamond Crystaline (PDC) Bit

Bit jenis ini tegolong pada fixed cutter bits yang mempunyai gerigi-

gerigi yang sudah menempel pada bit. PDC merupakan hasil perkembangan

dari diamond bit dengan intan sintetis polycrystaline diamond (tidak intan

murni) yang dilekatkan pada tungsten carbide melalui proses tekanan dan

temperatur tinggi. PDC ini memiliki keuntungan dalam ketahanannya

namun harga bit jenis ini lebih mahal relatif dibanding bit lainnya. Tetapi,

PDC ini kualitasnya masih dibawah dengan diamond bit dimana bit tersebut

menggunakan intan murni. Lalu, PDC tidak memiliki bagian yang berputar

saat bit dioperasikan yang artinya tidak ada bearing. Bit jenis ini memiliki

kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan drag bit dan formasi batuan

karena memiliki intan. Biasanya saat drag bit atau yang lainnya sudah tidak

dapat menembus formasi, PDC ini dipakai menggantikan bit sebelumnya.

PDC pada gambar diatas merupakan bit yang memiliki delapan nozzle

dengan diameter luar 14,34 cm, diameter dalam 8,45 cm, diameter nozzle 1

cm, dan tempat diamond diletakkan sebanyak 6. PDC tipe delapan nozzle

ini lebih memiliki kualitas yang baik untuk menentukan arah pada

directional drilling karena memiliki banyak nozzle. Selain itu, bit dengan

jumlah nozzle yang banyak digunakan untuk formasi lunak yang juga

bersifat seperti lem sehingga cutting yang menempel pada bit dapat

dibersihkan dengan fluida pemboran seperti lumpur pemboran yang lebih

efektif untuk menghindari problem bit bailing. Tetapi terdapat kelemahan

8

dengan bit ini, yakni semakin banyak jumlah nozzle maka semakinbanyak

pressure loss yang terjadi.

Terlihat juga kondisi dari PDC bernozzle delapan bahwa bit ini pernah

mengalami broken cutter yang mungkin disebabkan karena terhantamnya

bit kepada pinggiran formasi saat pemboran.

PDC pada gambar diatas merupakan bit yang memiliki empat nozzle

dimana diameter luarnya 14,92 cm, diameter dalamnya 9,94 cm, diameter

nozzle 1,16 cm, dan tempat diletakkannya intan sebanyak 4. Pada bit ini,

jumlah nozzlenya tidak sebanyak PDC yang satunya lagi yang memiliki

makna bahwa pressure loss pada bit ini tidak sebanyak PDC yang satunya

lagi. Terlihat juga kondisi dari PDC bernozzle empat bahwa dibagian ujung

bit ini mengalami worm cutter atau bisa disebut juga dengan penumpulan.

Perbedaan dari jumlah nozzle berpengaruh pada penggunaan dalam

pengeboran. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, PDC yang bernozzle lebih

banyak lebih menguntungkan dalam penentuan arah dalam directional

drilling karena mudah diatur.

c. Roller Cone Bit

Roller cone bit memiliki tiga cone. Terdapat 2 tipe dari roller cone bit,

yang pertama memiliki gerigi besi (steel tooth bit atau milled tooth bit) dan

satu lagi memiliki sisipan dari tungsten carbide. Steel tooth bit memiliki

kemampuan untuk membor formasi yang lunak hingga keras. Sedangkan

tungsten carbide memiliki tingkat kekerasan yang sangat tinggi dan

memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan milled tooth bit dan

juga ketahanan atas kausannya lebih baik. Jika menggunakan tungsten

carbide pada formasi yang lunak, perlu diperhatikan juga berat beban dan

kecepatannya. Dimana untuk membor formasi yang lunak, berat beban

9

sedang dan kecepatan tinggi. Untuk formasi yang keras, berat beban besar,

dan kecepatan sedang.

Bit yang diamati dan diukur pada praktikum

kali ini seperti namanya tergolong dalam roller

cone bit atau rock bit. Bit ini memiliki tiga

kerucut bergerigi dimana setiap cone memiliki

jumlah gerigi tertentu. Setiap conenya dapat

berputar dimana jumlah gerigi besi dari setiap

conenya adalah 23, 24, dan 26. Terlihat bahwa

dua diantaranya terdiri dari dua level gigi dan

satunya lagi terdiri dari tuga gigi. Perbedaan level tersebut sangat

berpengaruh dalam menghindari tumbukkan antar cone dan proses

penghancuran batuan dimana penghancuran batuan tersebut dapat

menghasilkan serpihan atau cutting yang lebih halus. Hasil pengukuran dari

diameter luarnya adalah 17,5 inch dan jumlah nozzle 3.

2. Drill Pipe

Drill pipe merupakan pipa baja yang digantung dibawah kellu untuk

mentransmisikan putaran dari rotary table ke bit. Drill pipe merupakan

komponen utama dari drillstring. Proses menurunkan drillstring dinamakan

tripping in dan menaikkan drillstring dinamakan tripping out. Drillpipe berputar

dan perlahan bergerak kebawah menembus formasi. Lumpur pemboran

dipompakan kedalam drillstring hinffa nozzle pada pahat. Gerakan bit

menghasilkan pecahan batuan yang disebut cutting. Drillpipe diklasifikasikan

oleh API berdasarkan range panjang yakni range 1 (18-22 ft), range 2 (27-30

ft), range 3 (38-45 ft). Berdasarkan pengukuran yang dilakukan didapatkan data

bahwa panjang keseluruhan drillpipe termasuk tool joint adalah 14.839 ft.

Dalam pengamatan kali ini terdapat dua ukuran drillpipe yang berbeda.

10

Drillpipe diatas merupakan drillpipe yang ukurannya lebih besar. Dalam

praktikum kali ini dinamakan drillpipe besar untuk memudahkan penamaan.

Drillpipe ini memiliki diameter luar 8,28 cm, keliling 26 cm, dan panjang 452

cm. Terlihat pada klasifikasi API bahwa drillpipe yang diamati dan diukur ini

tidak termasuk dalam kelompok range yang ditentukan oleh API.

Drillpipe diatas merupakan drillpipe yang ukurannya lebih kecil. Dalam

praktikum kali ini dinamakan drillpipe kecil untuk memudahkan penamaan.

Drillpipe ini memiliki diameter luar 5,73 cm, keliling 18 cm, dan panjang 441

cm. Terlihat pada klasifikasi API bahwa drillpipe yang diamati dan diukur ini

tidak termasuk dalam kelompok range yang ditentukan oleh API.

11

Drillpipe kecil yang memiliki panjang lebih besar dari drillpipe besar

akan lebih dipilih ketika pengeboran yang memiliki kedalaman yang jauh. Pada

ujung drillpipe besar dan kecil yang diamati, terdapat

benda berwarna kuning. Benda tersebut dinamakan

crossover dan tool joint. Crossover dan tool joint

merupakan alat penyambung yang berbeda dimana

crossover menyambung drillpipe yang ukurannya

berbeda sedang kan tool joint menyambung drillpipe

yang ukurannya sama.

3. Christmas Tree

Cristmas tree merupakan raingkaian valve, spools, dan fitting yang

digunakan untuk mengontrol aliran ke luar atau ke dalam sumur dan

disambungkan dengan bagian atas tubing head. Christmas tree juga berfungsi

sebagai shut up dan shut down seumur serta mengatur arahnya alirnya fluida

dengan adanya valve-valve yang bida membuka dan menutup. Pada christmas

tree yang terletak di depan Gedung Teknik Perminyakan ITB terlihat bahwa

memiliki delapan valve, yaitu swab valve, production wing valve, kill wing

valve, upper master valve, lower master valve, intermediete valve, dan lower

casing valve.

12

Swab valve atau top valve adalah manual gate valve yang dibuka untuk

membiarkan tekanan fluida mencapai top adapter untuk membaca

tekanan, mengambil sample fluida dan juga untuk lewatnya wireline

unit. Swab valve dibiarkan terbuka untuk memonitor tubing head

pressure dari pressure gauge yang dipasang di bagian paling atas dari

Christmas tree.

Wing valve, terdapat dua umumnya, dimana wing valve yang pertama

adalah production wing valve. Production wing valve merupakan valve

yang mengatur aliran dari christmas tree menuju flowline dan separator.

Sedangkan wing valve yang kedua adalah kill wing valve yang

digunakan bila kita ingin memasukan killing fluid kedalam sumur.

Upper master valve merupakan bagian dari master valve yang berfungsi

untuk mengatur aliran fluida dari dalam sumur ke permukaan. Letaknya

pas di atas lower master valve dan terintegrasi dengan wellhead control

panel, menutup sumur secara otomatis saat kondisi darurat. Upper

master valve lebih mengarah ke alasan safety dan merupakan hydraulic

valve.

Lower master valve masih termasuk master valve yang mengatur aliran

fluida dari dalam sumur ke permukaan, namun berbeda dengan upper

master valve, valve ini adalah manual valve dan berada tepat di atas

casing head. Umumnya lower master valve digunakan untuk menutuo

sumur dalam keadaan darurat. Master valve sulit untuk diperbaiki

karena berada dalam christmas tree. Lower master vave ditutup terakhir

13

saat shut in dan dibuka pertama kali saat awal operasi. Terdapat tulisan

80106F WKM ACF 3 STEEL

808. Tulisan WKM ACF

menandakan bahwa valve tersebut

merupakan WKM expanding gate

valve yang dibuat oleh ACF

industries. Angka 3 menunjukkan

ukuran dari valve. Tulisan Steel

menunjukkan bahwa material yang membentuk valve adalah baja.

.

14

IV. Simpulan dan Saran

Simpulan :

1. Prinsip kerja peralatan dalam sistem pemboran :

a. Hoisting System merupakan sistem peralatan pemboran yang

digunakan untuk menyediakan fasilitas dalam mengangkat, menahan,

dan menurunkan drillstring, casing string, dan perlengkapan bawah

permukaan lainnya serta mengizinkan driller untuk mengatur weight

on bit (WOB) pada saat proses pemboran berlangsung.

b. Circulating System merupakan sistem peralatan pemboran yang

digunakan untuk mengangkat cutting dari dasar sumur ke permukaan.

c. Rotating System merupakan sistem peralatan pemboran yang

digunakan untuk mentransmisikan putaran dari rotary table ke bit.

d. BOP System merupakan sistem peralatan pemboran yang digunakan

untuk mencegah aliran fluida formasi yang tidak terkendali dari lubang

bor yang merupakan bahaya utama dari operasi pengeboran.

e. Power System merupakan komponen berupa sumber tenaga yang

berfungsi untuk menggerakkan semua sistem yang ada dalam proses

pengeboran dan berfungsi juga untuk menyuplai listrik ke sistem-

sistem yang ada dalam operasi pemboran.

2. Peralatan-peralatan pada sistem operasi pemboran :

a. Hoisting System

Derrick and

Substructure

Rig

Rig Floor

Drawwork

Cathead

Hook

Drilling Line

Crown Block

Travelling Block

Elevator

b. Circulating System

Mud Pump

Mud Pits

Mud Mixing Equipment

Contaminant Removal

c. Rotating System

Swivel Kelly

15

Rotary Drive

Rotary Table

Drill Pipe

Heavy Weight Drill Pipe

(HWDP)

Drill Colar

Bit

d. BOP System

BOP Stack

Accumulator

Supporting System

e. Power System

Prime Mover (motor)

Sistem Transmisi

3. Peralatan pemboran dan produksi yang diamati dan diukur di Gedung

Teknik Perminyakan ITB :

a. Bit

Drag Bit

Inner

Diameter (cm)

Outer

Diameter (cm)

Jumlah

nozzle

Panjang (cm)

8,45 20,34 3 48

16

Diamond Bit (1)

Inner

Diameter (cm)

Outer

Diameter (cm)

Jumlah

nozzle

Diameter

nozzle (cm)

Jumlah

tempat

diamond

8,45 14,34 8 1 6

Diamond Bit (2)

Inner

Diameter (cm)

Outer

Diameter (cm)

Jumlah

nozzle

Diameter

nozzle (cm)

Jumlah

tempat

diamond

9,94 14,92 4 1,16 4

Rolling Cutter Bit

Outer Diameter

(inch)

Jumlah

nozzle

Jumlah cone

17,5 3 3

17

b. Drill Pipe

c. Christmas Tree

Drill Pipe Besar

Keliling (cm) Outer

Diameter (cm) Panjang (cm)

26 8,28 452

Drill Pipe Kecil

Keliling (cm) Outer

Diameter (cm) Panjang (cm)

18 5,73 441

18

4. Peralatan-peralatan khusus pada operasi pengeboran :

a. Stabilizer, digunakan di dalam BHA untuk menjaga keseimbangan bit

dan drill collar di dalam lubang bor selama operasi pengeboran

b. Rotary Reamer, digunakan untuk memperbesar lubang sumur setelah

dibor

c. Shock Absorber, dipasang dibagian bawah drill collar untuk menyerap

getaran dan beban kejut yang mungkin terjadi saat proses pemboran

sehingga mengurangi kemungkinan kerusakan drill stem.

d. Square Drill Collar, menambah beban pada drill stem bagian bawah

dan juga digunakan sebagai “Specialized Downhole Stabilizer”.

e. Peralatan Pembelokan Lubang, digunakan untuk membelokkan bit

seperti badger bit, spud bit, knuckle joint, whipstock, turbodrill, bent

sub, dan jet deflector bit.

f. Peralatan Cementing, digunakan untuk melakukan proses sementasi

seperti mixer, pompa semen, casing cementing head, casing shoe dan

float collar, wiper plug, scratcher, dan casing centralizer.

5. Peralatan yang termasuk pada sistem operasi pemboran :

a. Hoisting System

Derrick and Substructure, berfungsi untuk menyediakan ruang

ketinggian vertikal yang diperlukan untuk mencabut dan

menurunkan pipa dari dan ke dalam sumur, dan menopang rig floor

dan peralatan di rig floor.

Rig floor, berfungsi untuk menyediakan ruang kerja di bawah lantai

rig untuk blowout preventer.

Crown Block, katrol diam yang terletak di atas rig.

Travelling Block, katrol yang bergerak naik turun sambil

bergantung dibawah crown block, tempat melilitkan drilling line.

Drilling Line, tali baja yang berfungsi untuk mengubungkan semua

komponen dalam hoisting system.

Hook, peralatan berbentuk kait besar yang terletak di bawah

travelling block untuk menggantungkan drill stem.

Elevator, penjepit yang sangat kuat untuk memegang drill pipe dan

drill collar sehingga dapat dimasukkan dan dikeluarkan dari dan ke

dalam lubang bor.

19

Drawwork, peralatan mekanik yang menjadi otak dari derrick yang

merupakan pusat pengontrol bagi driller yang menjalankan operasi

pemboran.

Cat Head, sub-bagian dari drawwork yang digunakan untuk

menyambung dan melepas sambungan tetapi tugas yang lebih

umum adalah mengangkat peralatan yang lebih ringan dengan

catline.

b. Circulating System

Mud Pump, berfungsi untuk memompa fluida pemboran dengan

tekanan tinggi.

Mud Pits, suatu kolam lumpur sebelum disirkulasikan.

Mud Mixing Equipment, berfungsi untuk mencampurkan bahan-

bahan atau material pada lumpur dengan menggunakan mixing

hopper.

Contaminant Removal, berfungsi untuk membersihkan fluida

pemboran yang keluar dari lubang sumur setelah disirkulasikan.

c. Rotating Systen

Swivel, berfungsi sebagai penahan beban drillstring dan bagian

statis pada drillstring yang berputar.

Kelly, pipa pertama di bawah swivel yang berbentuk segiempat atau

segienam dan berfungsi untuk memutar drillstring.

Rotary Drive, berfungsi untuk meneruskan daya dari drawwork ke

rotary table.

Rotary Table, berfungsi untuk memutar drillstring melalui kelly dan

untuk menggantung drillstring.

Drill Pipe, pipa baja yang digantung di bawah kelly untuk

mentransmisikan putaran ke bit.

Heavy Weight Drill Pipe, drill pipe yang memiliki dinding yang

lebih tebal dengan berat dua sampai tiga kali drill pipe standar.

Drill Collar, pipa baja penyambung berdinding tebal yang terletak

di bagian bawah drill stem di atas bit yang berfungsi untuk

menambah beban yang terpusat pada bit.

20

Bit, ujung dari drill string yang menyentuh formasi, diputar dan

diberi beban untuk menghancurkan serta menembus formasi.

d. BOP System

BOP Stack, peralatan pencegan semburan liar yang ditempatkan

pada kepala casing di bawah rotary table dan didesain untuk

menahan tekanan lubang bor bila terjadi kick.

Accumulator, bekerja pada BOP Stack dengan high pressure

hydraulic dan ditempatkan sekitar seratus meter dari rig.

Supporting System, terdiri dari choke manifold untuk membantu

menjaga back pressure dalam lubang bor untuk menceganh

terjadinya intrusi fluida formasi dan kill line untuk memompakan

lumpur berat agar tekanan hidrosastiknya dapat mengimbangi

formasi.

e. Power System

Prime Mover, merupakan motor utama yang menyalurkan tenaga ke

sistem-sistem lainnya dalam operasi pengeboran.

Sistem Transmisi, berfungsi untuk menyalurkan tenaga dari prime

mover ke bagian sistem peralatan pemboran.

6. Sucker Rod Pump

Sucker Rod Pump atau dalam bahasa Indonesianya pompa angguk

adalah metoda artificial lift yang tradisional. SRP biasa disebut juga

sebagai beam pumping dimana alat ini dapat menyediakan energy mekanik

untuk mengangkat oil pada sumur produksi ke permukaan. SRP ini dapat

digunakan hingga kedalaman 10000 ft. Terdiri dari :

Motor, berfungsi untuk menggerakkan pompa. Motor dapat berupa

motor listrik atau mesin dengan internal combustion.

Alat permukaan, Daya dari motor dialirkan ke input shaft dari gear

reducer melalui V-blet drive. Input shaft dari gear reducer

menyebabkan crank berputar. Pitman arm akan mengubah putaran

dari crank menjadi gerakan naik turun pada walking beams. Untuk

merubah dari gerakan berputar menjadi gerakan naik turun maka

kecepatan rpm mesin harus dikurangi dengan gear reducer dan

ukuran pulley belt sehingga kecepatannya akan sama dengan

21

kecepatan naik turun. Bagian teratas dari rod adalah polished rod

yang di-klem pada horse head melalui wireline hanger agar

polished rod tetap tegak lurus dan bisa bergerak lancar melalui

stuffing box.

Alat-alat bawah permukaan, Prinsip kerja di bawah permukaan

adalah sebagai berikut : ketika gerakan plunger kebawah, standing

valve akan tertutup karena ditekan fluida di atasnya, travelling

valve terbuka karena mendapat dorongan dari fluida di working

barrel, fluida bergerak masuk dari barrel ke plungernya. Pada

gerakan ke atas, travelling valve tertutup, standing valve terbuka

karena efek penghisapan, fluida masuk dari sumur ke working

barrel karena effek penghisapan tersebut. working barrel digunakan

untuk tempat naik dan turunnya plunger dan sebagai tempat

pengumpul cairan.

Sucker Rod, Energi mekanik ditransfer dari peralatan permukaan ke

peralatan bawah permukaan melalui rod. Ukuran yang umum

digunakan adalah 5/8 inchi, ¾ inchi, 7/8 inchi, dan 1 inchi. Rod

memberikan efek terbesar dari seluruh rangkaian kinerja SRP.

22

Jenis dari SRP berdasarkan letak titik pusat putarannya :

Conventional Pumping Unit, titik pusat putaran berada di tengah,

Mark II, titik pusat putaran berada di ujung depan.

Air Balanced Unit, titik pusat putaran berada di ujung belakang.

7. Christmas Tree

Fungsi utama dari Christmas tree adalah mengontrol aliran keluar

atau ke dalam well, dan memungkinkan keluar masuknya peralatan ke

dalam dan keluar sumur untuk perawatan. Prinsipnya adalah membuka,

menutup, dan mengatur arahnya aliran fluida dengan valve-valve yang

terdapat pada christmas tree. Terdapat komponen-komponennya, yakni :

Wing valve, terdapat dua umumnya, dimana wing valve yang

pertama adalah production wing valve. Production wing valve

merupakan valve yang mengatur aliran dari christmas tree menuju

flowline dan separator. Sedangkan wing valve yang kedua adalah

kill wing valve yang digunakan bila kita ingin memasukan killing

fluid kedalam sumur.

Swab valve atau top valve adalah manual gate valve yang dibuka

untuk membiarkan tekanan fluida mencapai top adapter untuk

membaca tekanan, mengambil sample fluida dan juga untuk

lewatnya wireline unit.

Upper master valve: merupakan bagian dari master valve yang

berfungsi untuk mengatur aliran fluida dari dalam sumur ke

permukaan. Upper master valve lebih mengarah ke alasan safety dan

merupakan hydraulic valve.

Lower master valve: masih termasuk master valve yang mengatur

aliran fluida dari dalam sumur ke permukaan, namun berbeda

dengan upper master valve, valve ini adalah manual valve.

Tree Cap and Gauge

Tree Adapter

Kill Wing Connection

Tubing Head Adapter

23

Saran : penjelasan mengenai alat-alatnya diperjelas, apa saja yang harus diukur

dan kalau bisa alat-alatnya ditambah agar praktikan dapat memahami alat-alat

tersebut dengan langsung praktik tidak hanya membaca buku saja. Terima

kasih

24

DAFTAR PUSTAKA

Rubiandini, Rudi. 2012. Teknik Operasi Pemboran I. Bandung: ITB.

American Petroleum Institute. 2004. ANSI/API Spesification 6A Nineteenth Edition-

Spesification for Wellhead and Christmas Tree Equipment.

IADC, IADC Drilling Manual, Technical Toolboxes, Houston, 2000.

Modul Praktikum Teknik Operasi Pemboran TM 3101 Semester I 2015/2016