LAPORAN TAHUNAN - itjen.kemendesa.go.id · Rekapitulasi Tunggakan Tahun Anggaran 2015 ... bahan...
Transcript of LAPORAN TAHUNAN - itjen.kemendesa.go.id · Rekapitulasi Tunggakan Tahun Anggaran 2015 ... bahan...
KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI
LAPORAN TAHUNAN
INSPEKTORAT JENDERALTAHUN 2016
Ses
IR 1
IR II
IR III
IR IV
IR V
0 20 40 60 80 100 120
109
49
Laki laki Perempuan
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
pelaksanaan program dan kegiatan Inspektorat Jenderal dapat terlaksana dengan
baik. Program dan kegiatan Inspektorat Jenderal sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 6
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata kerja Kementerian, adalah melaksanakan
pengawasan intern terhadap seluruh kegiatan dan pengelolaan anggaran semua unit
kerja di lingkungan Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
Sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut maka
Inspektorat Jenderal secara periodik menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan,
dan realisasi anggaran.
Laporan ini merupakan pertanggungjawaban atas kegiatan Inspektorat Jenderal yang
dilaksanakan dalam Tahun Anggaran 2016.
Demikian laporan kegiatan Tahun Anggaran 2016 ini disusun dan disampaikan
untuk memberikan informasi dan gambaran pelaksanaan kegiatan dan sebagai
bahan evaluasi untuk kegiatan Inspektorat Jenderal ditahun mendatang .
Jakarta, Januari 2017
Inspektur Jenderal,
Drs. Sugito M.Si.
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PROFIL INSPEKTORAT JENDERAL ........................................ 1
A. Tugas dan fungsi .................................................................... 1
B. Struktur Organisasi ................................................................. 5
C. Sumber Daya Manusia ........................................................... 7
D. Sarana dan Prasarana ........................................................... 12
BAB II PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN TAHUN 2016 ........... 14
A. Isu Strategis ............................................................................ 14
B. Capaian Program Kegiatan..................................................... 16
C. Realisasi Anggaran ................................................................ 36
BAB III PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT ............................... 41
A. Permasalahan ......................................................................... 41
B. Upaya Tindak Lanjut ............................................................... 35
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 44
A.Kesimpulan ............................................................................. 44
B. Saran ...................................................................................... 44
Lampiran
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal .............................................. 6
Gambar 2.1. Foto Rapat Finalisasi Pedoman Inspektorat Jenderal ........................... 31
Gambar 2.2. Seminar Pengawasan di Hotel Bidakara Jakarta ................................... 34
Gambar 2.3. Diskusi Panel dalam Sarasehan Pengawasan di Hotel Bidakara .......... 35
Gambar 2.4. Capacity Building, Darmawan Park Hotel ............................................. 36
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 iii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Ruang Lingkup Pengawasan Inspektorat Jenderal ................................... 4
Tabel 1.2. Sarana dan Prasarana Lingkungan Kerja Inspektorat Jenderal ................ 12
Tabel 2.1. Rekapitulasi Tunggakan Tahun Anggaran 2015 ....................................... 16
Tabel 2.2 Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI .......................................................... 20
Tabel 2.3. Capaian Inspektorat Jenderal Penanganan Pengaduan Masyarakat ........ 33
DAFTAR GRAFIK/DIAGRAM
Grafik 1.1. Total Pegawai Inspektorat Jenderal ................................................ 8
Grafik 1.2. Pegawai Berdasarkan Jabatan ....................................................... 9
Grafik 1.3. Pegawai ASN dan Non ASN Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 9
Grafik 1.4. Pegawai Berdasarkan Pendidikan .................................................. 10
Grafik 1.5. Pegawai Berdasarkan Golongan ................................................... 11
Grafik 1.6. Auditor Berdasarkan Jabatan ........................................................ 11
Grafik 2.1 Tindak Lanjut Pemeriksaan Internal SPI/Administrasi Tahun 2016 19
Grafik 2.2 Tindak Lanjut Pemeriksaan Internal Kepatuhan/Keuangan Tahun 2016
......................................................................................................................... 20
Grafik 2.3 Grafik Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja ................... 38
Grafik 2.4. Komposisi Alokasi Anggaran ......................................................... 38
Grafik 2.5. Perkembangan Anggaran Inspektorat Jenderal ............................. 39
Grafik 2.6. Grafik Capaian Anggaran Unit Kerja Inspektorat Jenderal ............ 40
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 1
BAB I
PROFIL INSPEKTORAT JENDERAL
A. TUGAS DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 06 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal. Inspektur Jenderal
mempunyai tugas dalam menyelenggarakan pengawasan intern di Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas Inspektur Jenderal menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
1. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
5. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Inspektorat Jenderal terdiri dari:
1. Sekretariat Inspektorat Jenderal
Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
teknis administrasi kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Inspektorat
Jenderal.
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 2
Dalam melaksanakan tugas Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a. Pengkoordinasian dan penyusunan rencana, perumusan program kerja,
pengawasan, anggaran dan laporan Inspektorat Jenderal;
b. Pelaksanaan evaluasi atas laporan hasil pengawasan fungsional dan
pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan;
c. Pelayanan ketatausahaan dan pengelolaan keuangan; dan
d. Pengadministrasian perlengkapan dan rumah tangga serta pengelolaan dan
pembinaan kepegawaian.
Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri atas:
a. Bagian Program, Anggaran dan Pelaporan
Bagian Program, Anggaran dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan penyusunan program dan anggaran, pengumpulan
dan pengolahan data, serta pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan di
lingkungan Inspektorat Jenderal.
Bagian Program, Anggaran dan Pelaporan terdiri atas:
1) Subbagian Program dan Anggaran
Subbagian Program dan Anggaran mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran
pengawasan
2) Subbagian Evaluasi dan Pelaporan
Subbagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan evaluasi pelaksanaan rencana dan program kerja pengawasan
tahunan, jangka menengah dan jangka panjang, serta melakukan evaluasi
dan laporan hasil evaluasi pelaksanaan rencana dan program pengawasan
b. Bagian Analisa dan Pemantauan Hasil Pengawasan
Bagian Analisa dan Pemantauan Hasil Pengawasan mempunyai tugas
melaksanakan analisis dan evaluasi hasil pengawasan serta pemantauan,
penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan.
Bagian Analisa dan Pemantauan Hasil Pengawasan terdiri atas:
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 3
1) Subbagian Analisa Data Hasil Pengawasan
Subbagian Analisa Data Hasil Pengawasan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan analisis dan evaluasi data hasil pengawasan
2) Subbagian Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
Subbagian Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan dan
pemeriksaan, serta penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan
c. Bagian Tata Usaha dan Keuangan
Bagian Tata Usaha dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan
administrasi dan pelayanan ketatausahaan serta pengelolaan keuangan di
lingkungan Inspektorat Jenderal.
Bagian Tata Usaha dan Keuangan terdiri atas:
1) Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan persuratan
kearsipan dan dokumentasi
2) Subbagian Keuangan
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan urusan
perbendaharaan, pengelolaan administrasi dan pertanggungjawaban
keuangan
d. Bagian Kepegawaian dan Umum
Bagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
kepegawaian, urusan tata usaha, perlengkapan dan rumah tangga di lingkungan
Inspektorat Jenderal.
Bagian Kepegawaian dan Umum terdiri atas:
1) Subbagian Kepegawaian
Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian
2) Subbagian Perlengkapan dan Rumah Tangga
Subbagian Perlengkapan dan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan
urusan rumah tangga dan perlengkapan
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 4
2. Inspektorat I, II, III, IV dan V
Inspektorat I, II, III, IV dan V mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu atas
penugasan Menteri serta penyusunan laporan hasil pengawasan.
Dalam melaksanakan tugas Inspektorat I, II, III, IV dan V menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana dan program pengawasan serta program kerja
pemeriksaan;
b. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. Penyusunan pedoman dan manual pemeriksaan;
d. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern;
e. Pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
f. Kegiatan pengawasan lainnya;
g. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
h. Pelaksanaan urusan tata usaha.
Ruang Lingkup Pengawasan Inspektorat I, II, III, IV dan V adalah sebagaimana
tabel berikut:
Tabel 1.1. Ruang Lingkup Pengawasan Inspektorat Jenderal
UNIT KERJA RUANG LINGKUP
INSPEKTORAT I Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
INSPEKTORAT II Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
INSPEKTORAT III Direktorat Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Pemukiman Transmigrasi dan Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi
INSPEKTORAT IV Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi, serta Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu
INSPEKTORAT V Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 5
B. STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015, tentang Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, organisasi
Kementerian ini terdiri Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Direktorat Jenderal Pembangunan
Kawasan Perdesaan; Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu,
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Direktorat Jenderal
Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi, Direktorat
Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi, Inspektorat Jenderal, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi, Staf Ahli
Bidang Pembangunan dan Kemasyarakatan, Staf Ahli Bidang Pengembangan
Ekonomi Lokal, Staf Ahli Bidang Pengembangan Wilayah, Staf Ahli Bidang
Hubungan Antar Lembaga dan Staf Ahli Bidang Hukum
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Inspektorat Jenderal digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 6
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal
INSPEKTUR JENDERAL
INSPEKTUR I INSPEKTUR II INSPEKTUR III INSPEKTUR IV INSPEKTUR V
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SUBBAGIAN
TATA
USAHA
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SEKRETARIS INSPEKTORAT
JENDERAL
KEPALABAGIAN
ANALISA DAN
PEMANTAUAN HASIL
KEPALA BAGIAN TU
DAN KEUANGAN KEPALA BAGIAN
KEPEGAWAIAN
DAN UMUM
KEPALA BAGIAN
PROGRAM,
ANGGARAN, DAN
SUBBAGIAN
PROGRAM DAN
ANGGARAN
SUBBAGIAN
EVALUASI DAN
PELAPORAN
SUBBAGIAN ANALISA
DATA HASIL
PENGAWASAN
SUBBAGIAN
PEMANTAUAN TINDAK
LANJUT HASIL
PENGAWASAN
SUBBAGIAN TATA
USAHA
SUBBAGIAN
KEUANGAN
SUBBAGIAN
KEPEGAWAIAN
SUBBAGIAN
UMUM
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
UMUM
SUBBAGIAN
TATA
USAHA SUBBAGIAN
TATA
USAHA
SUBBAGIAN
TATA
USAHA
SUBBAGIAN
TATA
USAHA
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 7
Berdasarkan Bagan di atas, maka Inspektorat Jenderal memiliki struktur organisasi
sebagai berikut:
1. Sekretariat Inspektorat Jenderal
a. Bagian Program, Anggaran, dan Pelaporan
b. Bagian Analisa dan Pemantauan Hasil Pengawasan
c. Bagian Tata Usaha dan Keuangan
d. Bagian Kepegawaian dan Umum
2. Inspektorat I
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor
3. Inspektorat II
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor
4. Inspektorat III
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor
5. Inspektorat IV
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor
6. Inspektorat V
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor
C. SUMBER DAYA MANUSIA
Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan pengawasan yang profesional dan
berintegritas untuk mendukung terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang bersih,
efektif dan terpercaya di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, maka diperlukan sumber daya manusia sebagai subyek
utama dalam pengawasan. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2016, jumlah
pegawai Inspektorat Jenderal adalah 158 orang yang tersebar pada masing-masing
unit kerja di lingkungan Inspektorat Jenderal. Sebagian besar pegawai berada pada
unit kerja Sekretariat Inspektorat Jenderal
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 8
yaitu 69 orang pegawai (43,67%). Distribusi pegawai Inspektorat Jenderal pada
masing-masing Unit Kerja Eselon II adalah sebagai berikut :
Diagram Grafik 1.1. Total Pegawai Inspektorat Jenderal
Penjelasan lebih lanjut mengenai komposisi dan distribusi pegawai Inspektorat
Jenderal adalah :
1. Berdasarkan Jabatan
Sebagai unit organisasi di bidang pengawasan, maka idealnya sebagian
besar pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal adalah pejabat fungsional
auditor yang bertugas dalam pelaksanaan pengawasan pada seluruh unit
kerja di Inspektorat Jenderal. Akan tetapi, pada tahun 2016 ini terdapat 2 (dua)
orang pejabat fungsional auditor yang pensiun. Sehingga sebagian besar
pegawai Inspektorat Jenderal diisi oleh pejabat fungsional umum. Berikut
ilustrasi distribusi pegawai Inspektorat Jenderal berdasarkan jabatan :
Total Pegawai ; Ses; 69
Total Pegawai ; IR 1; 17
Total Pegawai ; IR II; 19
Total Pegawai ; IR III; 18
Total Pegawai ; IR IV; 19
Total Pegawai ; IR V; 16
Total Pegawai
Ses
IR 1
IR II
IR III
IR IV
IR V
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 9
Diagram 1.2. Grafik Pegawai Berdasarkan Jabatan
Kendati demikian, Inspektorat Jenderal telah berupaya untuk menambah
sumber daya manusia pengawasan melalui sertifikasi Jabatan Fungsional
Auditor (JFA) . Sampai dengan 31 Desember 2016 terdapat 11 (sebelas)
personil auditor tambahan melalui sertifikasi JFA.
2. Berdasarkan Jenis Kelamin
Komposisi pegawai Inspektorat Jenderal berdasarkan jenis kelamin sebagian
besar diisi oleh pegawai laki-laki sebanyak 109 orang (68,98%) dengan
komposisi ASN 54 orang (34,17%) dan Non ASN 55 orang (34,81%).
Selanjutnya pegawai perempuan sejumlah 49 orang (31,01%) dengan
komposisi ASN 27 orang (17,08%) dan Non ASN 22 orang (13,92%).
Diagram 1.3. Grafik Pegawai ASN dan Non ASN Berdasarkan Jenis Kelamin
15%
18%
18%
49%
BERDASARKAN JABATAN
Struktural Fungsional Auditor Fungsional Umum Fungsional Lainnya
0 50 100 150
Laki laki
Perempuan
109
49
Jumlah berdasarkan jenis kelamin
Jumlah
54; 34%
55; 35%
27; 17%22; 14%
Komposisi Pegawai ASN dan Non ASN
Lk- ASN Lk- Non ASN Pr- ASN Pr- Non ASN
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 10
3. Berdasarkan Golongan dan Pendidikan
Komposisi pegawai Inspektorat Jenderal berdasarkan golongan sebagian
besar diisi oleh aparatur sipil negara dengan golongan III sebanyak 49 orang
(60,49%) dan golongan IV 32 orang (39,50%). Sedangkan komposisi pegawai
Inspektorat Jenderal berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yaitu pegawai
dengan ijazah S3 yaitu 1 orang (0,63%), selanjutnya pegawai dengan ijazah
S2 yaitu 29 orang (18,35%), ijazah S1 83 orang (52,53%), ijazah D3 14 orang
(8,86%), ijazah D1 1 orang (0,63%), ijazah SMA 29 orang (18,35%) dan untuk
tingkat pendidikan terendah, masih terdapat pegawai Inspektorat Jenderal
dengan tingkat pendidikan akhir SMP yaitu 1 orang (0,63%).
Diagram 1.4. Grafik Pegawai Berdasarkan Pendidikan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
S-3 S-2 S-1 D-3 D-1 SMA SMP
Komposisi Pegawai BerdasarkanPendidikan
1 29 83 14 1 29 1
Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 11
Diagram 1.5. Grafik Pegawai Berdasarkan Golongan
4. Jabatan Fungsional Auditor
Pada tahun anggaran 2016, Sumber daya manusia Inspektorat Jenderal yang
memiliki jabatan sebagai fungsional auditor adalah sebanyak 29 orang
(18,35%) dari total 158 pegawai. Apabila diklasifikasikan berdasarkan
jabatan, auditor terbagi menjadi auditor utama, auditor madya, auditor muda,
auditor pertama, penyelia, pelaksana lanjutan dan pelaksana. Sebagian besar
auditor Inspektorat Jenderal adalah auditor madya yakni sebanyak 19 orang
(65,51%). Selanjutnya auditor muda sebanyak 4 orang (13,79%) dan auditor
pertama sebanyak 6 orang (20,68%).
Diagram 1.6. Grafik Auditor Berdasarkan Jabatan
Auditor Madya; 66%
Auditor Muda; 14%
Auditor Pertama; 21%
KLASIFIKASI BERDASARKAN JABATAN AUDITOR
60%
40%
Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan
Golongan III
Golongan IV
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 12
D. SARANA PRASARANA
Guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi, sarana dan prasarana
merupakan elemen penting yang tidak dapat dilepaskan dalam sebuah organisasi
struktural. Sarana dan prasarana merupakan penunjang layanan perkantoran
guna mendukung pencapaian kinerja optimal. Lingkungan kerja Inspektorat
Jenderal didukung oleh sarana dan prasarana sebagai berikut :
Tabel 1.2. Sarana dan Prasarana Lingkungan Kerja Inspektorat Jenderal
NO JENIS BARANG SAT
2015 2016 SALDO PER 31
DESEMBER 2016
JML NILAI JML NILAI JML NILAI
1 KENDARAAN DINAS BERMOTOR PERORANGAN
Unit 0 1 550,590,000
1 550,590,000
3 KENDARAAN BERMOTOR BERODA DUA
Unit 4 76,266,000
0 4 76,266,000
4 ALAT UKUR UNIVERSAL Buah 6 18,000,000
6 18,000,000
5 ALAT PENYIMPAN PERLENGKAPAN KANTOR
Buah 2 41,300,000
45 148,750,000
47 190,050,000
6 ALAT KANTOR LAINNYA Buah 26 53,670,000
19 70,750,000
45 124,420,000
7 MEUBELAIR Buah 137 354,910,000
280 639,641,000
417 994,551,000
8 ALAT PENGUKUR WAKTU Buah 20 8,000,000
20 8,000,000
9 ALAT PENDINGIN Buah 7 17,500,000
4 13,800,000
11 31,300,000
10 ALAT RUMAH TANGGA LAINNYA
Buah 22 244,500,000
1 148,250,000
23 392,750,000
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 13
Lanjutan Tabel 1.2. Sarana dan Prasarana Lingkungan Kerja Inspektorat Jenderal
NO JENIS BARANG SAT 2015 2016
SALDO PER 31 DESEMBER 2016
JML NILAI JML NILAI JML NILAI
11 ALAT KOMUNIKASI TELEPHONE
Buah 2 9,000,000
2 9,000,000
12 PERSONAL KOMPUTER Buah 117 1,382,883,200
117 1,382,883,200
13 PERALATAN PERSONAL KOMPUTER
Buah 49 148,250,000
3 46,950,000
52 195,200,000
14 LUKISAN DAN UKIRAN Buah 29 49,875,000
29 49,875,000
(sumber data berdasarkan aplikasi SIMAK BMN Tahun 2016)
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 14
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN TAHUN 2016
A. ISU STRATEGIS
Pada tahun anggaran 2016, isu strategis yang diusung oleh Inspektorat Jenderal
sebagai bentuk keteguhan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi dalam
bidang pengawasan di lingkungan kerja Kementerian Desa, PDt dan
Transmigrasi difokuskan pada dua agenda prioritas, antara lain:
1. MoU antara Inspektorat Jenderal KDPDTT dengan BPKP
Nota Kesepahaman antara Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Nomor: 03/M-
DPDTT/KB/III/2016 dan Nomor: MoU-1/K/D2/2016, Tentang Penguatan Tata
Kelola Pemerintahan Yang Baik di Lingkungan Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi. Nota Kesepahaman tersebut disepakati dan ditanda tangani di
Jakarta, Hari Kamis, Tanggal 17 Maret 2016. Tujuan disepakatinya Nota
Kesepahaman adalah guna memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) di lingkungan kerja Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi.
Dalam pelaksanaannya, secara teknis Nota Kesepahaman dalam hal ini para
pihak menunjuk penanggung jawab di mana pihak kesatu menunjuk Inspektur
Jenderal Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi dan pihak kedua
menunjuk Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah
Bidang Politik, Hukum, Keamanan PMK. Ruang lingkup Nota Kesepahaman
ini meliputi:
a. Pendampingan dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP)
b. Pendampingan penigkatan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP)
c. Pendampingan dalam penerapan manajemen pengelolaan keuangan
yang transparan dan akuntabel, pengawalan perencanaan,
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 15
pendampingan penyusunan Laporan Keuangan (LK) dan pengelolaan
Barang Milik Negara (BMN)
d. Pendampingan reviu Laporan Keuangan (LK)
e. Pelaksanaan audit bersama atau bantuan audit atas program-program
strategis
f. Pemantauan atas ketaatan prioritas penggunaan dana desa
g. Pemantauan atas kegiatan pendamping desa
Nota Kesepahaman ini berlaku selama 4 (empat) tahun terhitung sejak
disepakati dan ditanda tanganinya Mou.
2. Pendampingan Verifikasi Tunggakan Tahun Anggaran 2015
Sebagai institusi pemerintah dengan nomenklatur yang baru, pelaksanaan
program/kegiatan dan anggaran belum dapat berjalan secara optimal. Masa
transisi ini berimplikasi pada belum tuntasnya proses pembayaran pekerjaan
dengan pihak ketiga dikarenakan beberapa faktor antara lain:
a. Adanya keterlambatan dalam pengajuan permintaan pembayaran
b. Belum tuntasnya penyelesaian Surat Perintah Membayar hingga
melampaui tenggat waktu yang ditentukan
c. Belum berjalannya sistem pengajuan proses permintaan pembayaran
yang sistematis (SOP)
Berikut rekapitulasi tunggakan tahun anggaran 2015 hasil verifikasi terakhir
sampai dengan 31 Desember 2016 yakni verifikasi tahap III:
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 16
Tabel 2.1. Rekapitulasi Tunggakan Tahun Anggaran 2015
NO UKE I JUMLAH TAGIHAN
TUNGGAKAN KOREKSI DENDA NETTO
1 DITJEN PPMD
50 31.266.816.821 6.856.430.339 174.735 24.410.211.747
2 DITJEN PKP
4 28.471.993.115 81.372.460 1.611.318.060 26.779.302.595
3 DITJEN PDT
52 33.792.959.910 7.676.769.643 362.115.918 25.754.074.349
75 21.151.812.220
4 DITJEN PDTU
50 100.595.854.255 17.473.709.235 3.392.244.724 79.729.900.296
2 5.729.075.000
JUMLAH 233 221.008.511.321 32.088.281.497 5.365.853.437 156.473.488.907
CATATAN:
Pada Ditjen PDT sebanyak 75 tagihan senilai Rp21.151.812.220 tidak
dapat diverifikasi karena data pendukung tidak lengkap
Pada Ditjen PDTU sebanyak 2 tagihan senilai Rp 5.729.075.000 terdapat
kelebihan pembayaran /kerugian negara Rp 1.101.083.670, sehingga
perlu audit lebih lanjut untuk perhitungan final
B. CAPAIAN PROGRAM/KEGIATAN
Pada tahun anggaran 2016, capaian program/kegiatan Inspektorat Jenderal
adalah sebagai berikut:
1. Reviu RKA-K/L
Sebagai salah satu capaian kinerja Inspektorat Jenderal pada tahun
anggaran 2016, kegiatan reviu RKA-K/L merupakan kegiatan mandatoris
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 17
dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.02/2015 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran dimana peran APIP pada masing-masing Kementerian/Lembaga
untuk mencermati ketepatan penerapan Bagan Akun Standar (BAS),
penetapan indikator kinerja dan penggunaan standar biaya dalam
perencanaan anggaran yang dituangkan dalam bentuk dokumen RKA K/L,
maka kegiatan reviu RKA-K/L merupakan kegiatan berkelanjutan dalam
rangka mendorong realisasi belanja yang sesuai dengan jenis anggaran
belanja agar dapat meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran.
Selain itu, program/kegiatan reviu RKA/K-L mengacu pada efisiensi
anggaran sehingga perencanaan penganggaran dapat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Catatan hasil reviu RKA-K/L Inspektorat Jenderal tahun anggaran 2017
yang dilaksanakan pada tahun 2016 antara lain :
a. Penghapusan terhadap biaya ganda
b. Penghapusan terhadap honor yang tidak sesuai
c. Permintaan kelengakapan data dukung
d. Koreksi terhadap kesalahan AKUN
e. Koreksi terhadap penetapan lokasi Bansos Desa SMART
2. Reviu Laporan Keuangan (LK)
Hasil reviu laporan keuangan (LK) semester 1 (satu) tahun 2016
mengemukakan beberapa catatan sebagai berikut:
a. BMN yang belum diregister adalah sebesar Rp 153.668.914.634
(meliputi 145 satker)
b. Status E- Rekon, terdapat 2 (dua) Satker aktif yang tidak melakukan
rekonsiliasi yaitu (050376) Badan Pemberdayaan Masyarakat Prov.
Sumatera Barat dan (350376) Dinas Tenaga Kerja dan Permukiman
Kab Keerom
c. Adanya selisih realisasi anggaran antara data E-Rekon dan laporan
keuangan dengan data OMSPAN sebesar Rp 17.353.367.669,00
(meliputi 3 Unit Kerja Eselon I)
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 18
d. Adanya Selisih antara SIAP dan SAI dalam data E-rekon dan laporan
keuangan sebesar Rp 35.550.349.843,00 (3 Unit Kerja Eselon I)
e. Adanya Saldo Minus Rp 10.684.537.441,00 (meliputi 4 Unit Kerja
Eselon I)
f. Pengembalian Belanja Melebihi Pagu Rp 695.954083,00 (meliputi 4
Unit Kerja Eselon I)
g. Adanya Saldo tidak wajar (saldo negatif) pada 7 Unit Kerja Eselon I
h. Pengendalian Intern atas pengelolaan persediaan yang lemah berakibat
pada tidak tercatatnya perolehan persediaan sebesar Rp
100.145.192.879,00 dalam aplikasi persediaan (meliputi 5 Unit Kerja
Eselon I), Persediaan pada Sekretariat Kementerian PDT sebesar Rp
517.663.904.806,- tidak terdapat perubahan yang terdiri dari persediaan
untuk diserahkan kepada masyarakat sebesar Rp 517.497.239.506,-
dan untuk operasional sebesar Rp 166.665.300,-, adanya perbedaan
rincian persediaan antara SIMAK dan SAIBA (meliputi 2 Unit Kerja
Eselon I), adanya persediaan yang tidak dirinci yakni sebesar
Rp10.309.108.579 (meliputi 1 Unit Kerja Eselon I).
3. Audit
Inspektorat Jenderal telah melakukan perubahan paradigma dari Institusi
yang berperan sebagai watchdog menjadi konsultan dan Quality Assurance
(katalisator) dalam mendukung terwujudnya tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean governance)
dilingkungan Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Perubahan
tersebut mencakup perubahan kegiatan dari yang hanya melakukan audit
menjadi kegiatan-kegiatan yang antara lain lebih ditekankan kepada reviu,
pendampingan, pemantauan, monitoring dan evaluasi. Hal tersebut sejalan
dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang diwujudkan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan: Audit; Reviu Laporan Keuangan, Reviu RKA-KL,
Pendampingan Tim BPK, Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan,
Monitoring dan Evaluasi Tindak Lanjut Laporan Hasil Pengawasan; dan
kegiatan pengawasan lainnya terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 19
satuan kerja serta berperan sebagai Konsultan (memberikan solusi) dan
Quality Assurance (memberikan pendapat/jaminan). Sebagai upaya
penyusunan laporan hasil pengawasan yang akuntabel, Inspektorat
Jenderal menyelenggarakan pengawasan yang meliputi :
a. Audit Kinerja
Audit kinerja merupakan audit atau pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara dan pelaksanaan tugas serta fungsi instansi
pemerintah yang terdiri dari aspek kehematan, efisiensi dan efektifitas.
Audit kinerja meliputi audit operasional, audit pengadaan barang dan
jasa serta audit keuangan pada tahun berjalan.
b. Audit dengan tujuan tertentu
Yang termasuk ke dalam kegiatan audit dengan tujuan tertentu
diantaranya audit investigasi, audit perencanaan dan audit yang menjadi
fokus perhatian Kementerian. Selain Audit Kinerja dan Audit tujuan
tertentu diatas, juga diprogramkan Audit Khusus, yakni audit yang
dilakukan atas lingkup audit yang bersifat khusus terhadap indikasi
penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang unit kerja atau
pegawai, yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan pengaduan
masyarakat dan pengembangan dari audit kinerja dan audit dengan
tujuan tertentu.
4. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Grafik 2.1 Tindak Lanjut Pemeriksaan Internal SPI/Administrasi Tahun 2016
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 20
Grafik 2.2 Tindak Lanjut Pemeriksaan Internal Kepatuhan/Keuangan Tahun 2016
Keterangan
SPI Keuangan
2014 2015 JUMLAH 2014 2015 JUMLAH
Rekomendasi 56 114 170 10.331.034.698,95 22.337.600.411,40 32.668.635.110,35
Tindak Lanjut 38 68 116 6.452.761.161,47 8.476.070.253,27 15.053.831.414,74
Sisa 16 48 66 3.878.273.537,48 13.861.530.158,13 17.614.803.695,61
Tabel 2.2 Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI
5. Evaluasi PMPRB
Penilaian mandiri pelaksanaan Reformasi Birokrasi merupakan instrumen
penilaian kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dilakukan secara
mandiri (self assessment) oleh Kementerian/Lembaga. Sejalan dengan
Keputusan Menteri PAN-RB Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah, penilaian mandiri
pelaksanaan Reformasi Birokrasi dilaksanakan oleh tim yang
dikoordinasikan oleh Inspektur Jenderal.
Kunci keberhasilan dalam program Reformasi Birokrasi adalah komitmen,
disiplin dan kepedulian terhadap peningkatan kinerja aparatur sipil Negara
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 21
di lingkungan kerja Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Program
Reformasi Birokrasi merupakan program perubahan yang terencana,
terukur, bersifat kontekstual dan dilaksanakan secara bertahap.
Implementasi Reformasi Birokrasi sendiri diawali dengan membuat skala
prioritas. Guna mendukung terwujudnya 9 (Sembilan) program/kegiatan
prioritas dalam NAWAKERJA, maka area perubahan dalam Reformasi
Birokrasi di fokuskan pada 8 (delapan) area perubahan. 8 (delapan) area
perubahan tersebut antara lain:
a. Manajamen Perubahan
Dalam upaya pelaksanaan program manajemen perubahan, dapat
diidentifikasi bahwa permasalahan yang terdapat di lingkungan kerja
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi adalah kurangnya kepedulian
pegawai dikarenakan belum optimalnya sosialisasi terkait Reformasi
Birokrasi.
Dalam exit meeting yang telah diselenggarakan bersama dengan
Kementerian PAN-RB, maka hasil evaluasi PMPRB dalam program
manajemen perubahan Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
adalah sebagai berikut:
• Pimpinan telah menunjukkan komitmen yang tinggai dalam mendorong dan mengawalpelaksanaan reformasi birokrasi di KementerianDesa PDT dan Transmigrasi
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 22
Dengan demikian, nilai program manajemen perubahan adalah 4,31.
b. Penataan Peraturan Perundang-undangan
Penataan peraturan perundang-undangan merupakan serangkaian
kegiatan identifikasi, inventarisasi dan harmonisasi peraturan perundangan-
undangan yang berlaku dengan Peraturan Menteri Desa, PDT dan
Transmigrasi yang merupakan produk regulasi Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi.
Dalam exit meeting yang telah diselenggarakan bersama dengan
Kementerian PAN-RB, maka hasil evaluasi PMPRB dalam program
penataan peraturan perundang-undangan Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi adalah sebagai berikut:
• Mengefektifkan pelaksanaan reformasi birokrasi denganmenyusun rencana kerja rinci masing-masing pokja melaluipenjabaran road map reformasi birokrasi kementerian desa yang telah disusun
• Meningkatkan monitoring pelaksanaan rencana aksi RB masing-masing pokja secara periodik dan mengawal pelaksanaan tindaklanjut hasil monitoring
• Meningkatkan internalisasi program dan hasil pelaksanaan RB melalui berbagai media komunikasi seperti website, bulletin, reform corner dan lain-lain agar semua komponen di dalam dandi luar instansi mendukung terlaksananya kebijakan RB
• Mewujudkan budaya kerja positif melalui penunjukkan AgenPerubahan yang dapat mendorong terjadinya perubahanbudaya kerja ke arah yang lebih baik di instansi
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 23
Dengan demikian, nilai evaluasi PMPRB terkait program penataan peraturan
perundang-undangan adalah 4,38.
c. Penataan dan Penguatan Organisasi
Sebagai sebuah organisasi struktural dengan nomenklatur yang baru maka
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi sangat perlu melakukan
penataan dan penguatan organisasi dalam rangka memberikan pelayanan
publik yang prima.
Dalam exit meeting yang telah diselenggarakan bersama dengan
Kementerian PAN-RB, maka hasil evaluasi PMPRB dalam program
penataan dan penguatan organisasi Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi adalah sebagai berikut:
HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
• Telah berupaya untuk mengharmonisasikan peraturan perundang-undangan yang ada dengan telah melakukan identifikasi dan pemetaan terhadap peraturan perundang-undangan yang telah ada berikut dengan status hukumnya.
• Telah memiliki pedoman sebagai dasar untuk pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan di tingkat kementerian, dan setiap pengusulan produk hukum harus melalui Biro Hukum.
HAL-HAL YANG PERLU DITINDAK LANJUTI
• Melakukan monitoring/pemantauan atas proses pembentukan dan perbaikan (revisi) peraturan perundang-undangan secara berkala agar dapat diselesaikan sesuaijadwal yang ditentukan.
• Melakukan evaluasi atas pelaksanaan sistem pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan secara berkala untuk menyempurnakan produk hukum yng dibentuk
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 24
Dengan demikian, nilai evaluasi PMPRB terkait program penataan dan
penguatan organisasi adalah 5,67.
d. Penataan Tata Laksana
Struktur organisasi yang telah terbentuk di lingkungan Kementerian Desa,
PDT dan Transmigrasi pada saat ini masih perlu untuk ditindaklanjuti
dengan penyusunan tata kerja, mekanisme koordinasi lintas unit,
mekanisme pendelegasian kewenangan yang akan menegaskan bagi para
pegawai/sumber daya manusia guna memudahkan penyelesaian tugasnya.
HAL-HAL YANG PERLU DITINDAK LANJUTI
• Menyelesaikan evaluasi terhadap unit kerja yang belum dievaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasitersebut dengan mengajukan perubahan organisasikepada Kementerian PANRB untuk menilai efektivitasorganisasi secara keseluruhan
• Agar selalu menyelaraskan organisasi dengan perencanaan strategis dalam mendukung pencapaian kinerja kementerian secara optimal
HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
• Upaya untuk mewujudkan organisasi yang dapat mendukung kinerja, pada tahun 2016 telah dilakukan evaluasi untuk menilai ketepatan fungsiorganisasi kementerian desa PDT Trans, namunbelum seluruh unit kerja telah dievaluasi.
• Hasil evaluasi atas sebagian unit kerja ini sudahdiusulkan dan dibahas dengan pihak KementerianPAN dan RB
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 25
Dalam exit meeting yang telah diselenggarakan bersama dengan
Kementerian PAN-RB, maka hasil evaluasi PMPRB dalam program
penataan tata laksana, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi adalah
sebagai berikut:
Dengan demikian, nilai evaluasi PMPRB terkait program penataan tata
laksana adalah 4,05.
HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
• Dalam membangun koordinasi yang baik antar unit kerja,peta proses bisnis Level 0 dan Level 1 telah disusun dan darimasing-masing proses bisnis telah disusun SOP.
• Telah dilakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi danefektivitas pelayanan kepada stakeholder melalui penerapanteknologi informasi dengan menggunakan aplikasi sepertiDesa Online, BUMDES, Layanan Desa, STKD (SistemTransparansi Keuangan Desa), Kawasan Transmigrasi,SIDTT (Sistem Informasi Daerah Tertinggal Tertentu) namunmasih belum terintegrasi. Dalam lingkup internal telahmemiliki aplikasi Sistem Informasi Pembangunan Desa
HAL-HAL YANG PERLU DITINDAK LANJUTI
• Untuk meningkatkan koordinasi yang lebih baik lagi antarunit kerja, agar segera menyelesaikan bisnis proses Level 2 yang saat ini masih disusun dan penyusunan SOP agar didasarkan pada peta bisnis proses untuk meningkatkanefektivitas pelaksanaan SOP.
• Perlu menindaklanjuti hasil evaluasi atas pelaksanaan bisnisproses dan SOP agar secara berkesinambungan dapat melakukan perbaikan kualitas layanan
• Sistem layanan yang sudah menggunakan teknologi informasi agar diintegrasikan sehingga prosedur pemberian layanan dapat dilakukan lebih efektif, sederhana, mudah dan cepat
• Untuk mengawal pelaksanaan kebijakan keterbukaaninformasi publik, perlu dilakukan monitoring dan evaluasiatas implementasi keterbukaan informasi publik sehinggaterwujud transparansi atas layanan informasi kepada publik
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 26
e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
Beberapa permasalahan yang dialami Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi sebagai sebuah kementerian dengan nomenklatur yang baru
menjadi alasan utama diperlukannya penataan sistem manajemen SDM
aparatur sebagai salah satu dari 8 area perubahan.
Dalam exit meeting yang telah diselenggarakan bersama dengan
Kementerian PAN-RB, maka hasil evaluasi PMPRB dalam program
penataan manajemen SDM aparatur, Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi adalah sebagai berikut:
HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
• Perencanaan kebutuhan pegawai telah dilakukan berdasarkananalisis jabatan dan analisis beban kerja sesuai dengan ketentuanperaturan yang ada
• Untuk pengisian formasi yang lowong telah dilakukan rekrutmenPNS dari instansi dengan seleksi yang kompetitif dan objektif
• Pengisian jabatan pimpinan tinggi telah dilakukan secara terbuka dankompetitif untuk mendapatkan pejabat yang kompeten
• Dalam upaya meningkatkan kompetensi, pelatihan sudah dilakukanwalaupun masih fokus kepada pelatihan yang bersifat wajib sepertidiklatpim dan pelatihan teknis fungsional untuk jabatan fungsionaltertentu• Pembangunan budaya kinerja sudah mulai diinisiasi yang
dibuktikan dengan:• Semua pegawai sudah menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
sebagai dasar untuk penilaian prestasi kerja pegawai.• Adanya mekanisme pemilihan pegawai berprestasi yang
diberikan reward kepada pegawai yang terpilih• Sudah menyusun aturan untuk pembayaran tunjangan kinerja
yang bukan hanya didasarkan kepada kehadiran tetapi juga padapencapaian kinerja
• Budaya kerja positif sudah mulai dibangun misalnya denganpenegakkan aturan disiplin yang baik kepada semua pegawai
• Sistem informasi kepegawaian untuk menyimpan data pegawaisudah mulai dibangun
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 27
Dengan demikian, nilai evaluasi PMPRB terkait program penataan
manajemen SDM aparatur adalah 12,92.
f. Penguatan Pengawasan
Sebagai tindak lanjut dalam penyusunan dan pelaksanaan perencanaan
penganggaran, maka diperlukan penguatan pengawasan internal dalam
rangka meminimalisir resiko tindakan penyelewengan.
Dalam exit meeting yang telah diselenggarakan bersama dengan
Kementerian PAN-RB, maka hasil evaluasi PMPRB dalam program
penguatan pengawasan, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi adalah
sebagai berikut:
HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
• Upaya penguatan pengawasan sudah mulai dilakukandengan menyusun kebijakan yang diperlukan. (Gratifikasi, SPIP, Dumas dan WBS, Benturan Kepentingan)
HAL-HAL YANG PERLU DITINDAK LANJUTI
• Penyusunan rencana kebutuhan pegawai perlu jugamempertimbangkan renstra instansi dan juga renstra padamasing-masing unit eselon I agar dapat mendukung kinerjainstansi maupun unit kerja
• Standar kompetensi jabatan agar disusun dan ditetapkan sebagaiacuan dalam melakukan asesmen kepada pegawai gunamenyusun peta kompetensi dan gap kompetensi pegawai denganjabatan yang didudukinya
• Perlu dilakukan identifikasi pelatihan untuk menyusun rencanapelatihan yang prioritas untuk memperkecil gap kompetensiberdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan
• Untuk lebih memfokuskan kinerja setiap individu pegawai dalamkontribusinya kepada pencapaian kinerja unit/organisasi perludiakukan penjabaran kinerja secara berjenjang dari kinerjaKementerian dijabarkan kepada kinerja eselon I, dari kinerjaeselon I dijabarkan kepada kinerja eselon II, kemudian dijabarkanlagi kepada kinerja eselon III dan IV sampai kepada individu
• Mempertahankan dan meningkatkan komitmen pimpinan dalammembangun budaya kerja positif di dalam organisasi
• Agar membangun sistem informasi kepegawaian yang dapatmengupdate data pegawai yang ada di SAPK BKN
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 28
Dengan demikian, nilai evaluasi PMPRB terkait program penguatan
pengawasan adalah 7,41.
g. Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Program penguatan akuntablitas kinerja mengacu pada perbaikan
manajemen kinerja di mana ketersediaan dokumen-dokumen perencanaan
sebagai acuannya.
Dalam exit meeting yang telah diselenggarakan bersama dengan
Kementerian PAN-RB, maka hasil evaluasi PMPRB dalam program
penguatan akuntabilitas kinerja, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
adalah sebagai berikut:
• Telah menyajikan data dan informasi terkait akuntabilitas kinerjatingkat kementerian dan unit kerja melalui website kementeriansebagai bentuk transparansi kepada publik.
• Pemantauan atas rencana aksi telah dilakukan secara berkalasehingga memudahkan pimpinan dalam mengawal pencapaian target
• Pimpinan telah berkomitmen untuk meningkatkan akuntabilitas kinerjayang ditunjukkan antara lain dengan pengawalan terhadap perbaikanpada dokumen perencanaan di tingkat kementerian
HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
HAL-HAL YANG PERLU DITINDAK LANJUTI
• Agar menerapkan kebijakan yang telah dibentuk pada area penguatan pengawasan, kemudian melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi tersebut secara berkalauntuk mengukur progres penerapannya dan memperolehinformasi mengenai kendala yang diselesaikan
• Melakukan tindaklanjut hasil monev mengenai hal-hal yang belum berhasil dilakukan dan menjadikan hal-hal yang berhasil diterapkan menjadi “best practice” dalam instansi
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 29
Dengan demikian, nilai evaluasi PMPRB terkait program penguatan
akuntabilitas kinerja adalah 4,3.
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Latar belakang historis bahwa Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
merupakan penggabungan 3 (tiga) institusi pemerintah menjadi salah satu
faktor belum berjalannya koordinasi lintas sektor secara optimal. Hal ini
tentunya berimplikasi pada belum terdapatnya kebijakan terkait pelayanan
publik sehingga dasar hukum pelayanan publik sendiri belum memadai.
Dalam exit meeting yang telah diselenggarakan bersama dengan
Kementerian PAN-RB, maka hasil evaluasi PMPRB dalam program
peningkatan kualitas pelayanan publik, Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi adalah sebagai berikut:
• Agar dokumen perencanaan diperbaiki secara menyeluruh denganmenyelaraskan atas target-target yang terdapat di dalam RPJMN dengan Renstra Kementerian sehingga menjadi jelas dan lebihterukur, menggambarkan kinerja (hasil kerja) jangka menengah
• Menyempurnakan kembali rumusan ukuran kinerja yang lebihmenggambarkan hasil kinerja dan relevan dengan hasil yang akandicapai di tingkat kementerian dan unit kerja
• Menyusun cascading kinerja secara berjenjang sampai denganeselon IV sehingga kontribusi kinerja setiap jenjang jabatan kepadakinerja Kementerian dapat diwujudkan dengan lebih nyata.
• Memperbaiki mekanisme pengumpulan data kinerja, pengukurannya, sampai dengan pelaporan capaian kinerja
• Memanfaatkan teknologi informasi dalam pengukuran kinerja untukmempermudah pimpinan dalam memantau kinerja yang telahdiperjanjikan dan dalam pengambilan keputusan terhadap rencanaaksi yang akan dilakukan terkait target kinerja
• Mendorong diterapkannya anggaran berbasis kinerja, dengan caramemastikan seluruh unit kerja dapat mengaitkan kinerja utama(indikator dan target) dengan penganggarannya (mengaitkan IKU dengan anggarannya)
HAL-HAL YANG PERLU DITINDAK LANJUTI
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 30
HAL-HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
• Telah memiliki standar pelayanan untuk LayananPengelolaan Informasi yang telah dimaklumatkan dandilengkapi dengan SOP. Layanan tersebut mudah diaksesdan masyarakat dapat melihat melalui Iklan LayananMasyarakat melalui berbagai Media serta tersedia saranaMedia Centre, Call Centre/SMS Centre 1500040, website.kemendes.
• Penanganan Pelayanan telah memanfatkan IT contohnyapada Layanan Call 1500040/Sms Center 0877 8899 0040 atau 0812 8899 0040, Lapor! lapor.go.id, Media Sosial(Facebook Kementeriaan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Twitter @kemendesa) danWebsite kemendesa.go.id
HAL-HAL YANG PERLU DITINDAK LANJUTI
• Menetapkan standar pelayanan untuk semua jenis layanandi Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi dandimaklumatkan.
• Agar menyusun SOP untuk setiap jenis layanan dan SOP tersebut direviu secara berkala guna meningkatkan kualitaspelayanan.
• Kemampuan SDM pemberi layanan juga agar ditingkatkanmelalui pelatihan agar dapat diwujudkan nilai - nilai budayapelayanan prima.
• Menyusun sistem reward dan punishment kepada pemberidan penerima pelayanan, sebagai upaya untukmenciptakan budaya pelayanan yang lebih baik
• Agar mengelola pengaduan atas layanan sehingga kualitaslayanan dapat terus ditingkatkan
• Agar melakukan survei kepuasan masyarakat secaraberkala untuk meningkatkan kualitas layanan.
• Agar memanfaatkan teknologi informasi dalam pelayanandapat diberikan lebih cepat dan mudah
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 31
Dengan demikian, nilai evaluasi PMPRB terkait program peningkatan
kualitas pelayanan publik adalah 5,02.
6. Produk Regulasi
Sebagai institusi pemerintah, Inspektorat Jenderal bertanggung jawab
sepenuhnya kepada Menteri untuk menyelenggarakan tugas dan fungsinya
secara akuntabel. Guna mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan produk-
produk hukum sebagai landasan dan kesepahaman bersama dalam
melaksanakan tugas dan fungsi.
Gambar 2.1. Foto Rapat Finalisasi Pedoman Inspektorat Jenderal (Bidakara, tanggal 13 s.d 14 April 2016)
Pada tahun 2016, Inspektorat Jenderal telah menghasilkan 12 rancangan
pedoman sebagai regulasi pelaksanaan program/kegiatan Inspektorat
Jenderal. 12 produk regulasi tersebut antara lain:
a. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Permen DPDTT No 19
Tahun 2015
b. Pedoman Penanganan Pengaduan di Lingkungan KDPDTT No. 24
Tahun 2016
c. Pedoman Evaluasi dan Implementasi SAKIP di Lingkungan KDPDTT
Permen DPDTT No. 19 Tahun 2016
d. Pedoman Reviu IKU Keputusan Inspektur Jenderal KDPDTT No. 44
Tahun 2016
e. Pedoman Audit Operasional
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 32
f. Pedoman Gratifikasi
g. Pedoman Audit Investigasi
h. Pedoman Reviu Revisi Anggaran
i. Pedoman Reviu RKA-K/L
j. Pedoman Audit PBJ
k. Pedoman PMPRB
l. Pedoman Reviu Laporan Keuangan
Dari 12 (dua belas) rancangan pedoman tersebut, 4 (empat) produk regulasi
yang sudah diterbitkan antara lain:
a. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Permen DPDTT No 19
Tahun 2015
b. Pedoman Penanganan Pengaduan di Lingkungan KDPDTT No. 24
Tahun 2016
c. Pedoman Evaluasi dan Implementasi SAKIP di Lingkungan KDPDTT
Permen DPDTT No. 19 Tahun 2016
d. Pedoman Reviu IKU Keputusan Inspektur Jenderal KDPDTT No. 44
Tahun 2016
7. Penanganan Pengaduan Masyarakat
Dalam menyelenggarakan pengawasan intern di Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, salah satu kegiatan
prioritas Inspektorat Jenderal adalah penanganan pengaduan masyarakat.
Sebagai unit teknis pelaksana pengawasan, Inspektorat Jenderal
bertanggungjawab terhadap segala bentuk pengaduan masyarakat baik
dalam hal tindakan penyelewengan, penyalahgunaan kekuasaan maupun
ketidakpuasan pelayanan publik. Pada tahun anggaran 2016, capaian
Inspektorat Jenderal terkait penanganan pengaduan masyarakat adalah
sebagai berikut:
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 33
NO UNIT KERJA JUMLAH PENGADUAN JUMLAH YANG
DITINDAKLANJUTI
PERSENTASE
1 Inspektorat I 15 15 100
2 Inspektorat II 24 18 75
3 Inspektorat III 6 0 0
4 Inspektorat IV 1 1 100
5 Inspektorat V 3 3 100
6 Sekretariat Inspektorat
Jenderal
9 9 100
Tabel 2.3. Capaian Inspektorat Jenderal Penanganan Pengaduan Masyarakat
8. Seminar Pengawasan
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi telah mengeluarkan Peraturan Menteri Desa, PDT, dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi, di mana salah satu unsur dari fungsi Inspektorat Jenderal
adalah menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan penganggaran
dalam rangka mewujudkan tatakelola pemerintahan yang bersih dan
akuntabel. Dalam rangka penguatan pengawasan intern di lingkungan Kerja
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi tersebut, maka Inspektorat
Jenderal menyelenggarakan kegiatan seminar pengawasan dengan tema
“Peran Pengawasan Internal dalam Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan
Yang Bersih Dan Akuntabel”. Kegiatan seminar pengawasan dilaksanakan
di Hotel Bidakara, Jakarta pada Hari Rabu, Tanggal 31 Agustus 2016.
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 34
Gambar 2.2. Seminar Pengawasan di Hotel Bidakara Jakarta, Tanggal 31 Agustus 2016
Tujuan diselenggarakannya kegiatan seminar pengawasan antara lain
sebagai upaya dalam peningkatan pemahaman pejabat struktural dan
fungsional sebagai peserta seminar tentang pentingnya aspek pengawasan
dalam rangka menuju tatakelola pemerintahan yang bersih dan akuntabel;
meningkatkan aksi pencegahan korupsi, kolusi dan nepostime (KKN) dalam
penyelenggaraan pemerintahan; serta meningkatkan peran Inspektorat
Jenderal dalam melakukan pengawasan di lingkup Kementerian Desa, PDT,
dan Transmigrasi.
Sehubungan dengan pencapaian target 8 (delapan) area perubahan dalam
reformasi birokrasi, kegiatan seminar pengawasan merupakan bukti
kesungguhan Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) yang berkewajiban dan berperan penuh dalam
melakukan pengawalan pelaksanaan Reformasi Birokrasi terkait penguatan
pengawasan.
9. Sarasehan Pengawasan
Kegiatan sarasehan pengawasan diselenggarakan oleh Inspektorat
Jenderal, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi pada Tanggal 17 Maret
2016 di Hotel Bidakara, Jakarta. Sarasehan pengawasan dilaksanakan
dalam rangka mensosialisasikan pedoman SPIP di lingkungan Kementerian
Desa, Pembangunan daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Hal ini
dikarenakan, sebagai unit audit internal, penyelenggaraan SPIP pada tahun
2015 masih belum teraktualisasi secara optimal, antara lain disebabkan baru
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 35
tersusunnya produk regulasi pedoman SPIP Kementerian Desa,
Pembangunan daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Gambar 2.3. Diskusi Panel dalam Sarasehan Pengawasan di Hotel Bidakara
Jakarta, Tanggal 17 Maret 2016
Tujuan dilaksanakannya kegiatan sarasehan pengawasan adalah dalam
rangka meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang penerapan
sistem pengendalian intern pemerintah, sharing dan transfer knowledge atas
penerapan SPIP yang sesuai dengan peraturan berlaku, sebagai upaya
peningkatan efektivitas dan efisiensi program/kegiatan dan anggaran di
lingkup Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi.
Peserta dalam Sarasehan Pengawasan antara lain para Pejabat Struktural
Eselon I, II, III, dan Fungsional Auditor di lingkungan Kementerian Desa,
PDT, dan Transmigrasi, yang berjumlah 250 orang. Selanjutnya, yang
bertindak sebagai keynote speaker dalam pertemuan ini adalah Menteri
Desa, PDT, dan Transmigrasi. Sedangkan Narasumber dalam kegiatan ini
adalah :
1. Kepala BPKP dengan Topik Kebijakan Pelaksanaan SPIP secara
nasional
2. Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan
Topik Penerapan SPIP di Kemendikbud
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 36
3. Bupati Banyuwangi dengan Topik Penerapan SPIP di Pemerintahan
Kabupaten Banyuwangi
10. Capacity Building
Capacity Building Inspektorat Jenderal Tahun 2016 diselenggarakan di
Darmawan Park, Sentul, Bogor pada Tanggal 11-13 November 2016.
Capacity building merupakan sarana penyegaran guna meningkatkan
motivasi dan semangat kerja, serta memupuk solidaritas para pegawai di
lingkungan kerja Inspektorat Jenderal.
Gambar 2.4. Capacity Building, Darmawan Park Hotel, Sentul, Bogor, 11-13 November 2016
Dalam melaksanakan kegiatan capacity building, Inspektorat Jenderal
bekerja sama dengan Child Psychologist and Corporate Kasandra Associate.
Kegiatan capacity building merupakan momentum dalam membentuk
karakter pegawai di lingkungan kerja Inspektorat Jenderal dalam
membangunan kerjasama kelompok guna mencapai sasaran yang
diinginkan.
C. REALISASI ANGGARAN
Pada tahun anggaran 2016, Inspektorat Jenderal yang semula mendapatkan
Pagu Anggaran sebesar Rp. 50.768.405.000 (Lima Puluh Milyar Tujuh Ratus
Enam Puluh Delapan Juta Empat Ratus Lima Ribu Rupiah) berubah menjadi
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 37
Rp. 40.517.542.000 (Empat Puluh Milyar Lima Ratus Tujuh Belas Juta
Lima Ratus Empat Puluh Dua Ribu Rupiah). Hal ini didasarkan pada Surat
Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Nomor: S-377/MK.02/2016 tentang
Penghematan/Pemotongan Anggaran Belanja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi TA 2016. Dalam surat
tersebut ditekankan bahwa setiap Unit KerjaEselon I di Lingkungan
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi mendapatkan alokasi untuk
penghematan/pemotongan anggaran. Inspektorat Jenderal mendapatkan
alokasi penghematan/pemotongan anggaran sebesar Rp. 10.250.863.000
(Sepuluh Milyar Dua Ratus Lima Puluh Juta Delapan Ratus Enam Puluh Tiga
Rupiah).
Selanjutnya, menindaklanjuti efisiensi anggaran tahap 2, Inspektorat
Jenderal mendapatkan self blocking sebesar Rp. 805.000.000,00 (Delapan
Ratus Lima Juta Rupiah), sehingga pagu anggaran Inspektorat Jenderal
pada tahun anggaran 2016 menjadi Rp. 39.711.884.000 (Tiga Puluh
Sembilan Milyar Tujuh Ratus Sebelas Juta Delapan Ratus Delapan Puluh
Empat Ribu Rupiah) mengalami penurunan dari tahun anggaran 2015
sebesar Rp. 55.000.000.000 (Lima Puluh Lima Milyar Rupiah) dengan
persentase penurunan 38,49%. Berikut penjelasan secara rinci mengenai
alokasi dan realisasi anggaran Inspektorat Jenderal tahun 2016 :
1. Alokasi Anggaran sesuai Jenis Belanja
Pada tahun anggaran 2016, Inspektorat Jenderal mengalokasikan
belanja barang (Akun 52) sebesar Rp. 39.288.042.000,- (Tiga Puluh
Sembilan Milyar Dua Ratus Delapan Puluh Delapan Juta Empat Puluh
Dua Ribu Rupiah) (98,93%) dan telah terealisasi (92,92%) sebesar Rp.
36.507.002.413 (Tiga Puluh Enam Milyar Lima Ratus Tujuh Juta Dua
Ribu Empat Ratus Tiga Belas Rupiah). Sedangkan alokasi belanja
modal (Akun 53) sebesar Rp. 1.229.500.000,- (Satu Milyar Dua Ratus
Dua Puluh Sembilan Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) (3,09%) telah
mampu terealisasi (97,31) sebesar Rp. 1.196.500.000,- (Satu Milyar
Seratus Sembilan Puluh Enam Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 38
Grafik 2.3 Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja
Berikut ilustrasi alokasi anggaran sesuai jenis belanja berdasarkan aplikasi
SMART (PMK 249 tahun 2011) :
Grafik 2.4. Komposisi Alokasi Anggaran
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Belanja Barang Belanja Modal
Realisasi Anggaran 92,92 97,31
92,92 97,31
Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja
Realisasi Anggaran
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 39
2. Realisasi Anggaran Sampai Dengan 31 Desember 2016
Pagu anggaran untuk mencapai sasaran strategis Inspektorat Jenderal
tahun anggaran 2016 adalah sebesar Rp 39.711.884.000,00 (Tiga Puluh
Sembilan Milyar Tujuh Ratus Sebelas Ribu Delapan Ratus Delapan
Puluh Empat Ribu Rupiah). Alokasi anggaran tersebut sampai dengan
31 Desember 2016 telah terealisasi sejumlah Rp 37.909.811.134,00
(Tiga Puluh Tujuh Milyar Sembilan Ratus Sembilan Juta Delapan Ratus
Sebelas Ribu Seratus Tiga Puluh Empat Rupiah) dengan persentase
sebesar 95,46%. Meskipun realisasi anggaran Inspektorat Jenderal
tidak mencapai 100%, akan tetapi persentase capaiannya meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Berikut grafik perkembangan
anggaran Inspektorat Jenderal dari tahun 2015:
Grafik 2.5. Perkembangan Anggaran Inspektorat Jenderal
Tahun 2015 Tahun 2016
Pagu 55.000.000.000 39.711.884.000
Realisasi 33.940.753.753 37.909.811.134
Capaian 62% 95%
0
10.000.000.000
20.000.000.000
30.000.000.000
40.000.000.000
50.000.000.000
60.000.000.000 Realisasi Anggaran
Pagu Realisasi Capaian
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 40
3. Realisasi Anggaran pada masing-masing Unit Kerja Eselon II
Secara keseluruhan realisasi anggaran Inspektorat Jenderal sampai
dengan 31 Desember 2016 yaitu sebesar 95,46%. Meskipun telah terjadi
beberapa kali efisiensi anggaran dan self blocking namun pencapaian
anggaran Inspektorat Jenderal tahun 2016 dapat dikategorikan baik.
Realisasi anggaran tertinggi dengan persentase sebesar 98,48% yaitu
Rp 3.891.228.340,00 dicapai oleh Inspektorat IV dan realisasi anggaran
terendah dengan persentase sebesar 89,25% yaitu Rp
3.116.947.375,00 dicapai oleh Inspektorat V. Capaian anggaran sampai
dengan 31 Desember 2016 pada masing-masing unit kerja di lingkungan
kerja Inspektorat Jenderal dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 2.6. Capaian Anggaran Unit Kerja Inspektorat Jenderal
84 86 88 90 92 94 96 98 100
Irwil V
Irwil IV
Irwil III
Irwil II
Irwil I
Set.Itjen
Irwil V Irwil IV Irwil III Irwil II Irwil I Set.Itjen
Realisasi Anggaran UKE II 89,25 98,48 94,16 97,8 96,63 95,54
Realisasi Anggaran UKE II
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 41
BAB III
PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT
A. PERMASALAHAN
Dalam pelaksanaan program/kegiatan dan anggaran Inspektorat Jenderal tahun
2016, terdapat 2 (dua) fokus utama yang menjadi hambatan/kesulitan dalam
pencapaian kinerja. Kedua hambatan ini antara lain:
1. Penerapan dan Implementasi SPIP masih belum berjalan dengan baik.
2. Masih lemahnya aksi-aksi pencegahan dan pemberantasan KKN, hal ini
disebabkan karena masih kurangnya aturan hukum terkait pencegahan
KKN yang berlaku di lingkungan internal kementerian, belum
diimplementasikannya Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi No
24 tahun 2016 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan (Whistleblowing
System) dan WBS Online sebagai salah satu saluran pengaduan yang
efektif dalam pencegahan KKN, serta belum terselenggaranya Wilayah
Bebas Korupsi (WBK) dan Zona Integritas.
3. Keterbatasan waktu dan minimnya persiapan dalam dalam melakukan reviu
RKAK/L sehingga pelaksanaan reviu RKAK/L kurang optimal, belum
menjangkau masalah efektifitas dan efisiensi program kerja dan kebijakan
yang disusun oleh satuan kerja.
4. Terbatasnya SDM Inspektorat Jenderal terutama tenaga auditor yang
bersertifikat yang hanya berjumlah 29 orang dibanding dengan jumlah
program dan kegiatan serta anggaran yang harus diawasi, merupakan
kendala yang perlu diatasi. Untuk membangun APIP yang kapabel maka
salah satu upaya yang dilaksanakan adalah melalui pengembangan dan
peningkatan kompetensi secara berkesinambungan serta penambahan
tenaga auditor melalui rekrutmen dan mengangkat auditor baru yang telah
disertifikasi.
B. UPAYA TINDAK LANJUT
Perbaikan capaian kinerja dapat terwujud melalui optimalisasi kinerja aparatur
dan perbaikan SOP agar menjadi prioritas dalam mendukung perbaikan serta
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 42
peningkatan kinerja. Sehingga diharapkan capaian kinerja program dan
anggaran dapat terealisasikan secara optimal sesuai dengan target yang
ditentukan melalui :
1. Pengawasan terhadap penerapan SPIP berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
merupakan salah satu salah kegiatan yang harus segera dilaksanakan.
Dengan Sistem Pengendalian Intern yang terbangun dengan baik maka
seluruh kegiatan organisasi dapat berjalan sesuai ketentuan dan aturan
yang berlaku. Dengan implementasi SPIP maka akan terbentuk lingkungan
pengendalianyang merupakan komitmen seluruh pegawai, dari jajaran
pimpinan sampai dengan karyawan untuk melaksanakan tata kelola
pemerintahan yang baik. Kementerian Desa,Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi telah berkomitmen untuk melaksanakan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan disahkanya Peraturan
Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi No 19 Tahun 2016 tentang SPIP.
Inspektorat Jenderal sebagai aparat pengawasan internal pemerintah (APIP)
mempunyai tugas untuk mengawal agar Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah dapat terbangun dan berjalan dengan baik.
2. Pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan secara terstruktur dan
sistematis.
3. Optimalisasi waktu dalam pertanggungjawaban keuangan dan pelaporan.
4. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan (LK, LHP dan lain-lain).
5. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan
pelatihan tambahan, khususnya pada bidang pengawasan’
6. Sesuai visi, misi dan tujuan Inspektorat Jenderal maka fungsi pembinaan
dan pendampingan harus diutamakan, audit lebih difokuskan pada kegiatan-
kegiatan yang sedang berjalan, dan reviu-reviu diselenggarakan secara
komprehensif
7. Opini BPK terhadap laporan keuangan Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi yang diharapkan meningkat menjadi WTP, sehubungan
dengan hal tersebut diperlukan perbaikan dan peningkatan berbagai hal,
antara lain :
Penanganan tindak lanjut rekomendasi dan temuan BPK dan APIP tahun-
tahun sebelumnya
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 43
Pembenahan Aset dan BMN
Penertiban dan pembenahan Persediaan,
Penyelesaian utang kepada pihak ketiga ( jika ada )
Penerapan SAP secara benar dalam penyusunan LK
Memastikan bahwa tidak terjadi temuan-temuan yang berulang.
Inspektorat Jenderal melalui pendampingan dalam penyusunan serta reviu
laporan keuangan membantu agar laporan keuangan yangdihasilkan sesuai
SAP serta ketentuan lainnya.
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL │ TAHUN 2016 44
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Capaian kinerja dan anggaran tahun 2016 Inspektorat Jenderal secara
keseluruhan dapat dikategorikan baik dan mampu mencapai capaian atas target
perencanaan. Kendati demikian, dibalik prestasi pencapaian kinerja Inspektorat
Jenderal tidak terlepas dari hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan
program/kegiatan dan anggaran. Hambatan dan tantangan yang dihadapi di
lingkungan kerja Inspektorat Jenderal adalah terbatasnya jumlah personil di
Inspektorat Jenderal dan masih terbatasnya fungsional auditor sehingga
berimplikasi pada kurang optimalnya capaian ouput kegiatan dan efisiensi
waktu. Selain hal tersebut pemotongan anggaran dan self blocking sebagai
bagian dari efisiensi anggaran pemerintah di tahun 2016 menjadi faktor
berkurangnya pencapaian output kinerja atas target.
B. SARAN
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam rangka perbaikan capaian kinerja
adalah dengan optimalisasi kinerja aparatur dan perbaikan SOP agar menjadi
prioritas dalam mendukung perbaikan serta peningkatan kinerja. Sehingga
diharapkan capaian kinerja program dan anggaran dapat terealisasikan secara
optimal sesuai dengan target yang ditentukan melalui :
1. Pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan secara terstruktur dan
sistematis.
2. Optimalisasi waktu dalam pertanggungjawaban keuangan dan pelaporan.