Laporan Studi Kasus Fix
description
Transcript of Laporan Studi Kasus Fix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai bagian dari keseluruhan sistem pendidikan, sekolah
diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan dan kualitas pendidikan
manusia Indonesia sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional. Salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran
disekolah adalah guru yang mempunyai tanggung jawab dalam upaya
mencapai tuujuan tersebut yang meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Dalam upaya membentuk guru yang profesional, calon guru harus
mengetahui segala hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
Sehubungan dengan itu guru diharapkan mampu melihat, memahami, dan
mengantisipasi berbagai permasalahan yang timbul dalam proses
pembelajaran.
Namun beragam permasalahan yang di alami siswa dalam
menjalankan peranya sebagai pelajar di sekolah. Siswa diharakan dapat
memahami pelajaaran dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekolah. Tapi kenyataan tidak seindah harapan , masih banyak siswa yang
mengalami beragam hambatan dan kesulitan.
Sehingga berakibat pada pencapaian prestasi belajar yang rendah
dan sikap dan kebiasaan yang kurang baik karena tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan sehari-
hari serta kuranganya perhatian dan motivasi dari guru-guruu terhadap
keadaan peserta didik.
1
Untuk dapat memahami peserta didik secara lebih mendalam,
maka seorang pembimbing maupun seorang konselor perlu mengumpulkan
berbagai keterangan atau data tentang peserta didik yang meliputi berbagai
aspek : seperti, aspek sosial kultural, perkembangan individu , perbedaan
individu , adaptasi masalah bealajar dan sebagainya. Dalam rangka
mempelajari informasi tentang sebab sebab timbulnya masalah serta untuk
menentukan langkah-langkah penanganan masalah tersebut maka
diperlukan adanya suatu tehnik atau metode pengumpulan data atau fakta-
fakta yang terkait dengan permasalahan yang terkait dengan permasalahan
yang ada. Untuk mengetahui kondisi dan keadaan siswa banyak metode dan
pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan
yaitu studi kasus ( Case Study).
1.2 Pembatasan Masalah
Dalam hal ini penulis batasi masalah pada penelitian yaitu : latar belakang
siswa “I” keadaan Keluarga siswa “I” dan lingkungan tempat tinggal siswa “I”
status sosial dan keadaan ekonomi keluarga siswa “I”
1.3 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah kerja penelitian, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : faktor apa saja yang menyebabkan
siswa “I” terisolir dari lingkungan sekolahnya di SMA NEGERI 19
PALEMBANG.
2
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan pelaksanaan studi kasus ini yaitu :
1. Dapat memahami kepribadian siswa yang bermasalah
2. Dapat memahami latar belakang siswa yang bermasalah
3. Dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab
permasalahan yang muncul pada siswa yang bermasalah
4. Dapat memahami dan memecahkan permasalahan yang muncul
terkait dengan siswa
5. Dapat memberi pemahaman kepada keluarga agar lebih memberi
perhatian kepada siswa “I”
1.5 Manfaat
Hasil penelitian studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
pihak yaitu :
1. Untuk membantu siswa menemukan jalan keluar dari permasalahan
yang dihadapinya
2. Untuk mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami
kondisi siswa secara mendalam
3. Bermanfaat dalam membedakan permasalalahan dan hambatan yang
dialami siswa sampai keakar permasalahan
4. Konselor dapat menentukan skala proritas penanganan dan
pemecahan masalah bagi siswa.
3
BAB II
STUDI KASUS
2.1 Gambaran Umum
Studi kasus adalah suatu tehnik untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan seseorang secara mendalam, dengan tujuan membantu siswa
mencapai penyesuaian diri yang lebih baik
Pada waktu dipanggil pertama kali konseli kelihatan takut, ragu- ragu dan
cemas, siswa “I” hanya menunduk seperti kelihatan bingung, namaun setelah
diberi pengertian dan penjelasan tentang maksud dan tujuan dipanggil ke ruang
BK, konseli mulai memahami mengapa dia dipanggil oleh penulis.
Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh penulis, dapat
diketahui bahwa konseli mengalami masalah sebagai berikut :
“I” adalah siswa kelas X.MIA.4 di SMA 19 Palembang, “I” anak yang suka
menyendiri, tidak mau bergaul dengan teman sebayanya. Dia hanya mau
berteman dengan “N” yang duduk sebangku dengannya, “I” suka berteman
dengan “N” karena dia merasa “N” orang yang penurut dan satu pikiran
dengannya sehingga “I” selalu akrab dengan “N” di kelas. Dan “N” adalah teman
satu SMP nya dulu sehingga sudah terjalin keakraban keduanya.
“I” adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara dari pasangan “F” dan “E”. Siswa “I”
mempunyai kakak laki-laki dan kakak perempuan yang keduanya sudah bekerja,
dan “I” mempunyai satu adik perempuan yang masih duduk di bangku SMP kelas
VII. “I” tinggal bersama Bibi dan Pamannya. Bibinya berprofesi sebagai Ibu
Rumah Tangga, sedangkan Pamannya berprofesi pegawai PT Pusri yang dua
minggu sekali pulang ke rumah. “I” tinggal dengan Bibinya bersama dengan adik
4
perempuannya dengan alasan ayahnya menikah lagi setelah ibunya meninggal
dan ayahnya bekerja di luar Palembang, sehingga “I” ikut dengan bibinya yang
dekat dengan sekolahnya sekarang.
2.2 Gejala Kasus
Dari berbagai informasi yang diperoleh melaluli pengumpulan data seperti:
wawancara singkat, observasi dan konseling individu, maka gambaran umum
kasus konseli adalah sebagai berikut :
1. Konseli dalam proses belajar mengajar kurang fokus
2. Konseli kurang menjalin pertemanan sesama teman kelas
3. Konseli kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya
4. Konseli merasa tertekan tinggal bersama dengan Bibinya
2.3 Perencanaan Penanganan Kasus
Melalui data yang terkumpul selama praktek yang diperoleh dengan
metode observasi, wawancara yang bersifat rahasia, terus terang, ilmiah, maka
penulis memperoleh data atau keterangan untuk diberikan bantuan dalam
penyelesaiannya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala
yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu
mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan
terlebih dahulu.
5
2. Diagnosis
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar
belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan
data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang
diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian
dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar
belakangnya.
3. Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa,
terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini
ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah
ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah
prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai
kemungkinan dan berbagai faktor.
4. Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan
pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini
tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta
memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
5. Langkah Lanjut
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah
langkah terapi yang telah dilakukan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini
dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
6
2.4 Pelaksanaan Penanganan Kasus
Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan melalui
wawancara konseling dengan seorang ahli (konselor) kepada individu atau
konseli yang memiliki masalah agar masalah yang dihadapinya bisa teratasi oleh
dirinya sendiri.
2.4.1 Identifikasi Kasus
Dari hasil observasi dan wawancara dengan siswa secara langsung,
maka proses penanganan kasus siswa “I” sebagai berikut :
1. Hari / tanggal : Sabtu / 12 September 2015
2. Waktu : 10.15 s/d 11.45
3. Tempat : Ruang Bimbinngan Konseling
4. Metode : Wawancara / Konseling
2.4.2 Data dari siswa yang bersangkutan
1. Ayah
Nama : F
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SGO
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.A. Yani, Kec. Simpang, Kab. OKU
Selatan
7
2. Ibu
Nama : E (Almh)
Umur : 49 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SPG
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3. Identitas Siswa
Nama : “I”
Tempat Tanggal Lahir : Simpang, 8 Juli 2000
Alamat : Jl. Padih Usman Lrg. Prajurit Nangyu 3-4
Ulu Laut
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 155 Cm
Warna Kulit : Coklat
Sekolah : SMA Negeri 19 Palembang
Kelas : X.MIA.4
Hobi : Membaca buku dan mendengarkan musik
Status dalam keluarga : Anak Kandung
Agama : Islam
Anak Ke- : 3 dari 4 Saudara
8
2.5 Pengumpulan Data
2.5.1 Keadaan Keluarga
Informasi dari guru BK dan guru mata pelajaran :
Siswa “I” adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, kondisi keluarga “I”
adalah keluarga yang pas-pasan ayahnya bekerja PNS dan ibunya telah
meninggal dunia dan ayahnya telah menikah lagi. Siswa “I” dan adiknya
tinggal bersama bibi dan pamanya dengan alasan “I” ayahnya telah menikah
lagi dan rumah bibinya dekat dengan sekolahnya sekarang. “I” belum
merasakan perhatian langsung dari orang tua kandungnya, karena dari SMP
“I” sudah tinggal bersama bibi dan pamannya. Jadi sekarang sudah 4 tahun
tinggal dengan bibinya dan “I” mengaku sudah tidak betah tinggal dengan
bibinya sekarang.
2.5.2 Keadaan Konseli dalam Pendidikan Di Sekolah
a. Kemampuan akademik
Berdasarkan hasil wawancara dengan teman sekelasnya
dan guru pelajaran, “I” sebenarnya adalah termasuk anak yang
cukup pintar, walaupun dengan nilai yang pas-pasan. “I” termasuk
selalu fokus dan mengikuti pelajaran di dalam kelas.
b. Aktivitas belajar di kelas
Berdasarkan pengamatan konselor, aktivitas belajar
dikelas siswa “I” adalah anak yang penurut dan mengikuti
pelajaran dengan baik dan seksama, terlihat dari tempat duduk
yang paling depan dan “I” yang sering bertanya kepada guru
secara langsung. “I” tidak mau bergabung dengan teman-teman
9
kelas lainnya yang hanya bisa ribut dan keluar kelas ketika ada
dan tidak adanya pelajaran,
Berdasarkan wawancara dengan siswa dikelasnya “I” tidak
banyak disenangi oleh teman-temannya dikarenakn sikap “I”
yang kurang bergaul dengan teman yang lain.
Dari pengamatan konselor aktivitas belajar dikelas, “I”
adalah anak yang pendiam dia tidak suka bergaul dengan
teman-teman dikelasnya, “I” lebih banyak menyendiri
menghabiskan waktu luang istrahatnya untuk berdiam diri di
kelas dengan mendengarkan lagu dari handphonenya melalui
earphone. Ketika jam istirahat juga “I” tidak suka pergi kekantin
dia membawa bekal dari rumah dikarenakan tidak diberikan uang
cukup dari bibinya.
c. Minat
Dari hasil wawancara dengan konseli, maka diperoleh hasil
bahwa “I” memiliki minat ingin menjadi Dokter Hewan.
d. Motivasi
Dari data yang di peroleh siswa “I” mempunyai motivasi yang
tinggi dalam mengikuti pelajaran di sekolah, “I” siswa yang
penurut dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, dalam
wawancara “I” mengungkapkan “jika di sekolah dia akan belajar
sungguh-sungguh tetapi jika dirumah, dia gunakan untuk
mengerjakan tugas rumah karena tekanan dari bibinya”.
10
2.5.3 Keadaan Dimasyarakat
Siswa “I” dilingkungan masyarakat tidak mudah bergaul, siswa “I” yang
suka menyendiri , tidak mau bergaul dengan teman sebayanya dan pendiam.
Siswa “I” lebih banyak menghabiskan waktu senggang nya untuk berdian
dirumah, beristirahat, bermain game, dan membantu pekerjaan rumah bibinya.
2.5.4 Keadaan Kesehatan
1. Keadaan Fisik
Dari hasil pengumpulan data siswa “I” memiliki tinggi badan 155 Cm
dan berat badan 60 Kg, Berkulit coklat , keadaan kesehatan fisiknya
baik tidak terdapat penyakit berat yang diderita, hanya saja berat
badan yang sedikit berlebihan dari tinggi badannya, sehingga terlihat
gemuk.
2. Keadaan Sosial
Berdasarkan pengamatan siswa “I” adalah anak yanng suka
menyendiri, tidak mau bergaul dengan teman sebayanya dan
pendiam.
3. Keadaan Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara dengan konseli, diperoleh hasil bahwa
“I” adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Disini ia tinggal
bersama dengan bibi, paman beserta satu anak bibinya. Pada
kondisi lain, dalam segi ekonomi keluarga “I” adalah keluarga yang
pas-pasan terlihat dari siswa “I” tidak tinggal bersama orang tuanya
tetapi tinggal bersama bibi yang kehidupannya yang dikategorikan
keluarga yang mapan.
11
2.5.5 Tingkah Laku Sosial
Untuk lebih mengetahui sosial konseli di sekolah, penulis mengambil
langkah dengan mewawancarai teman-teman sekolahnya, berdasarkan informasi
yang didapatkan konseli adalah anak pendiam dan hanya penyendiri, “I” hanya
berteman dengan “N”.
2.5.6 Melalui Angket dan Sosiometri
Berdasarkan hasil dari data angket dan sosiometri dapat ditarik kesimpulan
bahwa “I” tidak banyak di sukai oleh teman-temannya. Dan ia hanya memilih
beberapa teman yang ia sukai.
2.5.7 Wawancara dengan Konseli
Wawancara dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah Konseli
Hasil wawancara kepada “I”
Hari / tanggal : Sabtu, 12 September 2015
Interview ke : 1 (satu) dan 2 (dua)
Tujuan : Untuk mengetahui faktor penyebab siswa ”I” yang terisolir
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien didapat data bahwa klien
mengaku kalau “I” senang menyendiri dan hanya mendengarkan musik dari
handphonenya, selain itu di rumah bibinya “I” merasa kurang kasih sayang dan
hanya disuruh-suruh oleh bibinya. Dan “I” mengaku teman-teman sekelasnya
tidak sepikiran dengan nya.
12
2.6 Diagnosa
Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti wawancara
dengan objek yang bersangkutan, pengamatan dan data lainnya, maka diperoleh
inti permasalahan yaitu
1. siswa “I” yang tidak mau bergaul dengan teman sebaya.
2. Siswa “I” yang terisolir. Siswa “I” yang kurang mendapatkan kasih
sayang.
3. Siswa yang kurang percaya diri
2.7 Prognosa
Dalam menyikapi kasus diatas, maka konselor akan memberikan layanan
dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling diantaranya sebagai berikut:
1. Layanan informasi
yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir, dan pendidikan
lanjutan. Materi yang diberikan pengembangan diri
2. Konseling individu
Diharapkan siswa “I” mampu mengarahkan dirinya dan mampu
merubah pikiran irasional menjadi rasional.
3. Bimbingan sosial
Dalam mengembangkan sikap berinteraksi dengan guru, teman,
diharapkan siswa “I” mampu berkomunikasi dengan lingkungannya.
4. Bimbingan keluarga
Diharapkan keluarga dapat membantu dan lebih memperhatikan
semua kegiatan sehari-hari dan membantu semua kesulitan “I”.
13
2.8 TOPOLOGI MASALAH
14
Siswa “I”Yang terisolir
Dirumah / Keluarga1. Sering menyendiri2. Kurang perhatian 3. Sering
menyibukkan diri tanpa mempedulikan orang sekitar.
Masalah
1. Tidak bisa bergaul 2. Menganggap
temannya tidak sepikiran dengannya.
Disekolah
1. Tidak mau bergabung dengan teman lainnya
2. Menganggap remeh hal-hal kecil
Bahwa Anak Tersebut1. Tidak mempunyai teman2. Kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua3. Sering meyibukan diri tanpa mempedulikan orang sekitar4. Menganggap temannya tidak sepikiran.
Bantuan1. Konseling Individu2. Bimbingan Sosial3. Bimbingan Keluarga
2.9 Terapi/ Bantuan
Setelah melakukan prognosa, maka langkah selanjutnya adalah langkah
terapi, dimana bertujuan untuk menetapkan supaya siswa “I” dapat memahami
dirinya sendiri , dapat mengubah pola pikir yang irasional menjadi rasional .
dalam langkah terapi ini siswa “I” diberikan bantuan sebagai berikut :
1. Membangun suasana yang nyaman
2. Menerima siswa “I” dengan apa adanyadan membantu siswa dalam
menghadapi masalahnya
3. Hendaknya dapat merasakan perasaan dan juga memahami
keadaan yang dialami.
4. Motivator, yang mendorong konseli untuk menerima dan memperoleh
keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin
dicapainya dan merangsang klien untuk mampu mengambil
keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup
selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.
5. Penyalur tanggung jawab, sehingga keputusan terakhir berada di
tangan konseli konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta
realistik dalam menilai perilakunya sendiri.
6. Moralist, yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai
dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi
pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya,
sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab
terhadap perilakunya.
7. Guru, yang berusaha mendidik konseli agar memperoleh berbagai
pengalaman dalam mencapai harapannya.
15
8. Pengikat janji (contractor), artinya peranan konselor punya batas-
batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan
konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.
Selain bimbingan, siswa “I” juga diberikan bimbingan lain yaitu :
a. Layanan bimbingan pribadi
Melatih cara mengatur diri sendiri, membiasakan diri untuk bisa
beradaptasi dengan lingkungan kelas dan sekolah.
b. Layanan bimbingan sosial
Dapat mengembangkan sikap berinteraksi dan berkomunikasi
dengan guru dan konselor disekolah serta teman-teman siswa “I”
c. Layanan bimbingan belajar
Memahami tujuan belajar, mampu berkonsentrasi pada saat
belajar dan menumbuhkan lagi semangat belajar dirumah.
2.10 Evaluasi dan Follow Up
a. Evaluasi
Adapun evaluasi yang akan dilakukan oleh konselor dalam menyikapi kasus
“I” adalah untuk melihat apakah bantuan yang diberikan oleh konselor berhasil
atau tidak dengan menggunakan layanan dan kegiatan pendukung yang telah
diberikan kepadanya.
b. Tindak Lanjut (Follow Up)
Untuk menjaga supaya tidak ada lagi masalah pada diri siswa “I” maka
penulis mengajak semua pihak baik guru, keluarga dan juga teman-teman siswa
dapat lebih memperhatiakan perubahan perilaku siswa.
16
Jika dalam proses bimbingan yang dilakukan penulis selama kurang
lebih 2 bulan belum ada perubahan maka tindak lanjut diserahkan kepada
konselor yang ada di SMA N 19 Palembang.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulakan bahwa siswa “I” lebih
suka menyendiri, dan menghabiskan waktu luangnya untuk mengaerjakan
pekerjaan rumahnya tanpa memperdulikan orang disekitarnya. Dan teman-
temanya enggan berteman dengan nya walau hanya sekedar mengobrol karena
siswa “I” dianggap banyak bicara seperti orang dewasa.
Hal inilah yang menimbulkan masalah-masalah pada siswa “I” dan dapat
mempengaruhi kehidupan sosialnya di sekolah. Berdasarkan hal tersebut penulis
dapat menyimpulkan bahwa :
a. Siswa “I” yang terisolir
b. Minat bergaul yang rendah
c. Menganggap semua teman sebanya tidak sepikiran dengannya
d. Guru pembimbing sudah berupaya membantu siswa “I” untuk mengatasi
permasalahan yang dialami oleh siswa “I” dengan cara menerapkan pola
17+ dalam menangani kasusnya.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan berapa
saran yaitu sebagai berikut:
a. Diharapkan keluarga “I” lebih dapat memberikan perhatian yang lebih
kepada siswa “I”
18
b. Dirarapkan guru pembimbing agar dapat memberikan pemahaman
kepada siswa “I” tentang pentingnya bersosialisasi dengan orang-orang
sekitarnya.
19