LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA...

22
1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR SELATAN, KOTA DENPASAR Oleh PPLH Unud, Denpasar Pusat Penelitian Lingkungan Hidup LPPM Universitas Udayana Denpasar 2015

Transcript of LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA...

Page 1: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

1

LAPORAN

STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN

KECAMATAN DENPASAR SELATAN, KOTA DENPASAR

Oleh PPLH Unud, Denpasar

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup LPPM Universitas Udayana

Denpasar 2015

Page 2: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................ ii DAFTAR ISI ..................................................................................... iii DAFTAR TABEL ................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v DAFTAR PETA ................................................................................... vii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................1 1.2. Permasalahan ........................................................................3 1.3. Tujuan ..................................................................................3

1.4. Luaran .................................................................................3 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 5

2.1. Sifat Dasar Tanah ....................................................................5 2.2. Kerusakan Tanah .....................................................................5 2.3. Kerusakan Tanah untuk produksi Biomassa ...............................6 2.4. Produksi Biomassa ...................................................................6

BAB III . METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 5 3.1. Tempat dan Waktu .................................................................5 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ..........................................................5 3.3. Bahan dan Alat .......................................................................6 3.4. Metodologi .............................................................................5 3.3. Jadwal Penelitian ....................................................................6

BAB IV . DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN .................................... 7 4.1. Iklim ......................................................................................7 4.2. Penggunaan Lahan .................................................................10 4.3. Topografi ..............................................................................7 4.4. Penduduk .............................................................................7

BAB V . HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 7 5.1. Kondisi Lahan pertanian ..........................................................7 5.2. Potensi Kerusakan Tanah ........................................................10 5.3. Status Kerusakan tanah ..........................................................13 5.4. Produksi Biomassa ..................................................................13

BAB VI. KESIMPULAN ..................................................................... 54 6.1. Kesimpulan .............................................................................54 6.2. Saran ....................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

3

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan pengendalian kerusakan lingkungan yang salah satunya yaitu melakukan

konservasi dan perlindungan sumber daya alam, salah satunya adalah untuk mengendalikan

alih fungsi lahan serta kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pembangunan fisik perkotaan.

Salah satu kegiatan inovatif yang berisi kajian serta program aksi yang ingin dikembangkan

untuk mengendalikan kerusakan lingkungan di Kota Denpasar adalah pengembangan

ekowisata dan jasa lingkungan.

Ekowisata merupakan bentuk pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya

alam, lingkungan serta keunikan alam dan budaya yang dapat menjadi salah satu sektor

unggulan daerah yang belum dikembangkan secara optimal. Di samping itu Ekowisata adalah

kegiatan wisata alam dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan

terhadap usaha-usaha konservasi sumber daya alam, serta peningkatan pendapatan

masyarakat lokal.

Mengembangkan ekowisata memerlukan perencanaan, pemanfaatan dan

pengendalian ekowisata. Pelaku ekowisata adalah pemerintah, pemerintah daerah, dunia

usaha dan masyarakat. Pengembangan ekowisata mesti memperhatikan aspek –aspek

konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan secara lestari sumberdaya

alam yang digunakan untuk ekowisata. Dalam kaitan dengan aspek ekonomis ekowisata

diharapkan memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak

pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.

Dalam kaitan dengan edukasi, ekowisata mengandung unsur pendidikan untuk mengubah

persepsi seseorang agar memiliki kepedulian tanggungjawab dan komitmen terhadap

pelestarian lingkungan dan budaya.

Ekowisata diharapkan memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung,

serta mendorong partisipasi masyarakat yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan

perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial

budaya dan keagamaan masyarakat disekitar kawasan serta sesuai dengan kearifan lokal.

Page 4: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

4

Perencanaan dan pengembangan ekowisata menyangkut jenis ekowisata, data dan

informasi, potensi pangsa pasar, hambatan-hambatan, lokasi, luas, batas, alokasi biaya, target

waktu pelaksanaan dan desain teknisnya. Untuk data dan informasi yang dimaksud adalah

daya tarik dan keunikan alam; kondisi ekologis / lingkungan, kondisi sosial, budaya dan

ekonomi , peruntukan kawasan, sarana dan prasarana serta sumber pendanaan.

Mengembangkan kawasan ekowisata wajib memberdayakan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui kegiatan peningkatan pendidikan dan

ketrampilan masyarakat. Untuk partisipasi masyarakat melibatkan warga masyarakat, Badan

permusyawarahan Desa, Kader PKK, Tokoh Masyarakat dan LSM. Rencana pengembangan

ekowisata di Subak Kerdung, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan sangat perlu

mendapatkan perhatian mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan RTHK, mempunyai

jalur jogging track, dekat dengan kawasan hutan mangrove dan keindahan alam yang berada di

kawasan urban yang perlu untuk dipertahankan untuk peningkatan ekonomi masyarakat

sekaligus pelestarian alam.

1.2. Permasalahan

Subak Kerdung terletak di Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan Kota

Denpasar sangat perlu mendapatkan perhatian mengingat kawasan tersebut merupakan

kawasan RTHK, mempunyai jalur jogging track, dekat dengan kawasan hutan mangrove dan

keindahan alam yang berada di kawasan urban. Permasalahan pokok yang ada di Subak

Kerdung meliputi :

a. Terjadinya alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi lahan terbangun walaupun

wilayahnya berupa lahan sawah.

b. Adanya alih fugsi lahan akan mengganggu fungsi saluran irigasi yang ada

c. Keberadaan Subak Kerdung yang berada dikawasan perkotaan maka saluran irigasi

menjadi seperti saluran pembuangan limbah baik padat maupun cair

d. Secara umum lahan sawah tersebut dikerjakan oleh para petani penggarap.

Page 5: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Ekowisata

Kegiatan ekowisata yang pertama barangkali adalah kegiatan safari (berburu hewan di

alam bebas) yang dilakukan oleh para petualang dan pemburu di Afrika pada awal tahun 1900.

Dan pemerintahan Kenya mengambil kesempatan dan membuka peluang bisnis dari kegiatan

safari padang safana dan mamalia Afrika yang liar dan eksotis. Pemerintah Kenya menjual satu

ekor singa sebagai buruan seharga US$27.000 pada tahun 1970. Namun akhirnya disadari

bahwa perburuan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kepunahan spesies flora atau

fauna dan mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Belajar dari pengalaman ini,

pemerintah Kenya akhirnya melakukan banyak perubahan di dalam pelaksanaan kegiatan

safari dan mulai menerapkan konsep-konsep ekowisata modern di dalam industri pariwisata.

Pada akhir dekade 1970 gagasan ekowisata mulai diperbincangkan dan dianggap

sebagai suatu alternatif kegiatan wisata tradisional. Selama masa 1980-an beberapa badan

dunia, merumuskan "Ekowisata adalah perjalanan ketempat-tempat yang masih alami dan

relatif belum terganggu atau tercemari dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan

menikmati pemandangan, flora dan fauna, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya

masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini". Rumusan ini kemudian

disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990,

sebagai berikut: "Ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab dengan

menjaga keaslian dan kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk

setempat”. Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan

potensi sumber daya alam dan budaya masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai sumber

pendapatan yang berkesinambungan.

Perkembangan ekowisata di dunia secara umum terasa cukup cepat dan mendapat

prioritas dan perhatian dari pemerintahan masing-masing negara yang melaksanakannya.

Walaupun dimulai dari Afrika, ekowisata berkembang pesat dan berevolusi secara

menakjubkan justru di Amerika Latin. Di beberapa negara Amerika Latin (terutama yang dialiri

oleh sungai Amazon), kegiatan mengunjungi objek wisata alam berkembang menjadi kegiatan

penyelamatan lingkungan hidup (konserfasi). Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata

banyak peserta ekowisata yang tertarik dan ingin berkontribusi di dalam penyelamatan alam

Page 6: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

6

(flora dan fauna) dari kerusakan yang semakin parah. Beberapa lembaga atau organisasi yang

bergerak dibidang lingkungan hidup menangkap peluang ini dan mulai mengadakan kegiatan

reboisasi beserta dengan masyarakat luas termasuk peserta ekowisata, hingga kepada

penggalangan dana dan penanaman pohon yang dapat diikuti melalui media internet.

Belajar dari kesalahan-kesalahan terdahulu yang menyebabkan dampak rusaknya

lingkungan, pemerintah Costa Rica memobilisasi masyarakatnya untuk berperan aktif dalam

kegiatan ekowosata. Tidak ada hotel berbintang dan bandara international yang dibangun di

dekat objek wisata alam. Yang ada adalah rumah-rumah masyarakat yang terbuka untuk

ditinggali sementara oleh para wisatawan (sekarang disebut home stay atau rumah singgah).

Masyarakatpun tidak menyediakan menu masakan international kepada para wisatawan,

mereka menyuguhkan masakan tradisional dengan standar kebersihan yang tinggi. Pemerintah

Costarica yakin bahwa peserta ekowisata bukan hanya tertarik kepada eksotisme alam dari

negaranya, tetapi juga tertarik kepada eksotisme kebudayaan dan cara hidup masyarakatnya.

Di Afrika, evolusi kegiatan ekowisata menarik untuk dicermati. Kegiatan perburuan binatang

(singa, kerbau, gajah, badak dan lain sebagainya) yang sebelumnya dianggap dapat

mengganggu kelestarian suatu spesies ternyata kalau dilakukan secara selektif justru dapat

meningkatkan populasi spesies tersebut atau spesies yang lainnya. Membunuh singa jantan

yang tua ternyata membuka peluang bagi singa jantan yang muda, sehat dan produktif untuk

meminpin kelompok tersebut dan kembali meneruskan garis keturunannya. Semenjak itulah

kegiatan perburuan singa dan beberapa spesies lainnya mulai diadakan kembali di Kenya,

tentunya dengan spesfikasi dan pengawasan yang ketat dari petugas taman nasional.

2.2. Ekowisata di Indonesia

Di Indonesia kegiatan ekowisata mulai dirasakan pada pertengahan 1980-an, dimulai

dan dilaksanakan oleh orang atau biro wisata asing, salah satu yang terkenal adalah Mountain

Travel Sobek – sebuah biro wisata petualangan tertua dan terbesar. Bebepa objek wisata

terkenal yang dijual oleh Sobek antara lain adalah pendakian gunung api aktif tertinggi di garis

khatulistiwa - Gunung Kerinci (3884 m), pendakian danau vulkanik tertinggi kedua di dunia -

Danau Gunung Tujuh dan kunjungan ke danau vulkanik terbesar didunia - Danau Toba.

Page 7: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

7

Beberapa biro wisata lain maupun perorangan yang dijalankan oleh orang asing juga

melaksanakan kegiatan kunjungan dan hidup bersama suku-suku terasing di Sumatera,

Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua. Salah satu dari proyek ekowisata yang terkenal yang

dikelola pemerintah bersama dengan lembaga asing adalah ekowisata orang hutan di Tanjung

Puting, Kalimantan.

2.3. Ekowisata Berbasis Masyarakat

Kegiatan ekowisata di Indonesia diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun

2009. Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari kegiatan wisata alam

biasa, namun memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang tinggi terhadap objek

wisatanya.

Wisata pemandangan:

o Objek-objek alam (pantai, air terjun, terumbu karang)

o Flora (hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan)

o Fauna (hewan langka dan endemik)

o Perkebunan (teh, kopi)

Wisata petualangan:

o Kegiatan alam bebas (lintas alam, berselancar)

o Ekstrem (mendaki gunung, paralayang)

o Berburu (babi hutan)

Wisata kebudayaan dan sejarah:

o Suku terasing (orang Rimba, orang Kanekes)

o Kerajinan tangan (batik, ukiran)

o Peninggalan bersejarah (candi, batu bertulis, benteng kolonial)

Wisata penelitian:

o Pendataan spesies (serangga, mamalia dan seterusnya)

o Pendataan kerusakan alam (lahan gundul, pencemaran tanah)

o Konservasi (reboisasi, lokalisasi pencemaran)

Wisata sosial, konservasi dan pendidikan:

o Pembangunan fasilitas umum di dekat objek ekowisata (pembuatan sarana

komunikasi, kesehatan)

Page 8: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

8

o Reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembang biakan hewan langka

o Pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat di dekat objek ekowisata

(pendidikan bahasa asing, sikap)

Istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah

terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di

suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung

pelestarian alam. Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan

bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan

budaya setempat dan mampu meningkatk an pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat

dan nilai konservasi.

Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang

mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang

diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan

peran aktif komunitas. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal

dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai

pengelola. Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi

masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari

jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos transportasi; homestay ; menjual kerajinan,

dll. Ekowisata membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli

setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga

antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata. Masyarakat

membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan ekowisata di daerahnya, dengan

dukungan dari pemerintah dan organisasi masyarakat nilai partisipasi masyarakat dan edukasi

Prinsip local ownership (pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat).

Page 9: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

9

III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Lokasi kegiatan pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan ini adalah di Subak

Kerdung, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Pelaksanaan

kegiatan dilakukan mulai bulan April tahun 2015 s/d Oktober 2015.

3.2. Metodologi

Metode yang digunakan adalah metode survei dengan purposive random sampling,

pengambilan sampel dilapangan dilakukan baik langsung maupun berdasarkan data sekunder.

Penelitian lapangan dan wawancara, pemeriksaan dokumen (khususnya monografi atau profil

desa, atau statistik desa, atau data lainnya yang ada) serta melalui FGD. Pemberdayaan

masyarakat (community based development); Enterpreneurship model.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan adalah :

- Melakukan survey untuk kajian potensi ekowisata Subak Kerdung.

- Melakukan pertemuan dengan petani dan aparat Desa untuk persepsi tentang

ekowisata

- Menentukan program aksi yang dapat dilakukan baik itu sarana dan ide yang dapat

dilakukan di lokasi studi;

- Program pembersihan saluran irigasi

- Memberdayakan masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat mulai perencanaan

pemanfaatan dan pengendalian ekowisata di daerah penelitian.

Page 10: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Fisik Subak Kerdung

Luas subak di Kecamatan Denpasar Selatan adalah 935 Ha, sedangkan luas Subak

Kerdung saat ini tinggal 215 Ha saja. Secara geografi Subak Kerdung terletak di Kelurahan

Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan dan secara geografi terletak antara garis bujur

115o11’23’’ dan 115o12’33’’ BT serta di antara garis lintang 8o42’34’’ LS dan 8o44’49’’ LS.

a. Iklim

Keadaan iklim wilayah Denpasar Selatan secara umum mirip dengan keadaan umum iklim

Pulau Bali yaitu di pengaruhi oleh pengendali-pengendali iklim seperti interaksi laut-atmosfer,

aktivitas konvergensi, pertemuan masa udara dari belahan bumi utara dan selatan, tumbuhnya

pusat tekanan rendah, pengaruh kondisi lokal setempat seperti keberadaan vegetasi dan

keadaan topografi. Pengaruh pengendali-pengendali iklim tersebut menyebabkan perbedaan

pada besaran unsur-unsur iklim dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain serta dari waktu ke

waktu.

Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya

sangat tinggi dari segi waktu maupun tempat dan air hujan juga merupakan faktor penting

dalam siklus hidrologi. Curah hujan tahunan ke dua kecamatan tersebut pada tahun 2014

berdasarkan pos pengamatan BMKG Denpasar adalah 2.026,2 mm/tahun dengan curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 730,5 mm/bulan dan terendah pada bulan

Juni dan Agustus yaitu sebesar 0,2 mm/bulan. Akan tetapi bila dilihat kondisi rata-rata 10

tahun terakhir maka curah hujan di wilayah Denpasar Selatan tersebut adalah sebesar 1.901

mm/tahun dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember yaitu 338 mm/bulan dan

terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar 22 mm/bulan. Jumlah hari hujan selama tahun

2011 adalah 130 hari yang terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu 28 hari sedangkan bulan

Juni dan Agustus memiliki hari hujan selama 1 hari.

b. Penggunaan Lahan

Subak Kerdung dengan luas total sekitar 215 Ha di Tahun 2010 merupakan kawasan

pesawahan yang diapit oleh kawasan terbangun, sehingga subak ini secara perlahan

mengalami alih fugsi lahan menjadi kawasan terbangun terutama untuk permukiman. Di

Page 11: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

11

daerah perkotaan seperti Kota Denpasar, proses alih fungsi lahan dari lahan produktif menjadi

lahan permukiman sangat cepat yang diakibatkan oleh proses urbanisasi dan meningkatnya

taraf ekonomi masyarakat perkotaan.

Berdasarkan interpretasi terhadap citra ALOS/AVNIR-2 tahun 2008 oleh Pusat Penelitian

Lingkungan Hidup (PPLH UNUD, 2009), wilayah Kecamatan Denpasar Selatan di dominasi oleh

tipe penggunaan lahan pemukiman yang mencakup lebih dari 40% dari total wilayah, Sawah

irigasi merupakan tipe penggunaan lahan terluas kedua yaitu menyisakan lahan sawah > 25%.

Tipe penggunaan lahan pemukiman di Kecamatan Denpasar Selatan adalah seluas 2.091,05 ha

atau 42,98% dari luas wilayah, adapun lahan sawah yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka

hijau memiliki luas 1.219,27 ha. Luas sawah yang terletak di wilayah Subak Kerdung saat ini

tinggal kurang lebih 215 Ha, dari awalnya seluas 240 Ha karena terjadinya alih fungsi lahan

sawah menjadi pemukiman.

c. Topografi

Topografi adalah bentuk wilayah dari suatu daerah, termasuk di dalamnya perbedaan

kecuraman, bentuk lereng, dan ketinggian tempat. Secara umum wilayah Subak Kerdung di

dominasi oleh wilayah dengan kelas lereng 0 – 8 %. Batuan permukaan berupa tanah yang

berkembang dari batuan gunungapi Buyan Beratan Batur Purba (Qpbb). Berdasarkan

pengamatan lapangan dan peta kelerengan lahan menunjukkan bahwa sebagian besar lokasi

Subak Kerdung diidentifikasi sebagai tipe dataran aluvial yang berasal dari lithologi batuan

sedimentary rock yang mempunyai indurasi batuan lemah dengan tipe batuan alluvium,

estuarine-marine baru. Tipe lahan ini mempunyai relief < 2 m dan lereng < 3 %, umumnya

mempunyai konfigurasi lereng datar sehingga tidak berpotensi terjadinya erosi tanah. Dilihat

dari distribusi kemiringan lahan wilayah Subak Kerdung memiliki kemiringan lahan 0 - 8 %

dikategorikan sebagai wilayah datar.

d. Hidrologi

Wilayah Denpasar bagian selatan dimana Subak Kerdung berada merupakan wilayah

terpusatnya aliran air bawah tanah yang mengalir ke arah selatan dari daerah yang lebih tinggi

di sebelah utaranya baik wilayah Kota Denpasar maupun Kabupaten Badung. Terpusatnya

aliran air bawah tanah menuju ke laut sehingga wilayah ini mempunyai potensi air bawah

tanah yang tinggi seperti yang ditunjukkan Peta Hidrogeologi Bali (1998) bahwa wilayah ini

Page 12: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

12

mempunyai potensi air bawah tanah yang tinggi dengan debit >10 lt/dtk. Imbuhan air bawah

tanah Kota Denpasar dari berbagai sumber penelitian menunjukkan nilai sebesar 6.141 lt/detk.

Berdasarkan DPU (1989) imbuhan air bawah tanah memasuki akifer Denpasar Selatan dan

mengalir ke arah laut sebesar 1,9 m3/dtk. Wilayah Denpasar bagian selatan yang mempunyai

luas wilayah 4.993 Ha atau 39,074 % dari seluruh luas Kota Denpasar, dari luas tersebut diatas

lahan pertanian seluas 935 Ha dan lahan terbangun seluas 4.058 Ha. Maka imbuhan air bawah

tanah adalah sebesar 2.399 lt/dtk.

Jumlah curah hujan tahun 2012 di Kecamatan Denpasar Selatan berkisar 1.0 - 466.0 mm

dan rata-rata 119,4 mm. Perhitungan imbuhan dari air hujan adalah diperhitungkan bahwa

luas wilayah merupakan daerah tangkapan hujan atau catchment area dikalikan dengan hujan

yang jatuh dikalikan dengan dengan nilai koefisien run off atau nilai resapan air masuk dalam

tanah. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai imbuhan air bawah tanah dari air hujan

sebesar 4.993 Ha atau 49.930.000 m2 x 119,4 mm atau 0,119 m = 5.971.642 m3/bln atau

2.303 lt/dtk.

e. Tanah

Identifikasi umum terhadap jenis tanah yang mendominasi wilayah Subak Kerdung

menunjukkan jenis tanah yang belum begitu berkembang dan dikelompokkan ke dalam ordo

Inceptisol dari great group Hydraquept atau Aquept (Soil Survey Staff, 1992), dengan bahan

induk Alluvium dan bereaksi netral.

Tanah-tanah di lokasi studi yaitu, di Subak Kerdung Kelurahan Pedungan, Kecamatan

Denpasar Selatan, menunjukkan ukuran fraksi yang bervariasi yang umumnya berukuran cukup

halus sampai sangat halus. Ukuran fraksi tanah secara garis besar dibedakan atas fraksi pasir,

debu dan liat. Perbandingan relatif dari ketiga fraksi tersebut dikenal dengan sebutan tekstur

tanah. Dari hasil penetapan tekstur tanah di laboratorium, tanah di kawasan ini memiliki

tekstur liat berdebu, yaitu gabungan komposisi fraksi tanah halusnya lebih dominan serta

melekat.

Karakteristik fisik tanah merupakan sifat - sifat yang menggambarkan keadaan fisik

tanah yang lebih mencerminkan fungsi tanah sebagai bahan filter / penyaring. Dalam

pengkajian PP 150 tahun 2000 tentang pengendalian kerusakan tanah untuk produksi

biomassa bagian lampiran diuraikan kriteria kerusakan tanah di lahan kering, parameter -

parameter yang dipantau yang termasuk dalam sifat fisik tanah adalah sebagai berikut.

Page 13: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

13

Sifat fisik tanah

Ketebalan Solum

Ketebalan solum di semua lokasi sampling sebagian besar lebih dari 100 cm, dimana

nilai ini di luar ambang kritis yang ditetapkan yaitu < 20 cm. Ketebalan solum tanah

mencerminkan zona keleluasaan perkembangan akar, pengambilan air dan hara serta untuk

menopang batang tubuh tanaman itu sendiri. Tebal < 20 cm menjadi penghambat keleluasaan

akar kecuali untuk tanaman rerumputan. Nilai 20 cm Juga dimaknai oleh jenis tanah Litosol

(tanah tipis dibatasi oleh batuan). Ketebalan solum tanah. penting untuk diamati karena

menentukan jumlah total unsur hara maupun air yang tersedia bagi tanaman. Ketabalan solum

tanah diukur langsung di lapangan dengan menggunakan meteran.

Kebatuan Permukaan

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang dilakukan menunjukkan bahwa pada

semua lokasi sampel yang dipantau tidak terdapat kebatuan di permukaan. Kebatuan

menunjukkan persentasi kehadiran batu (baik ukuran kerikil 0,2 — 6,4 cm, kerakal 6,4 - 25 cm

maupun batu > 25 cm) yang muncul di permukaan tanah, Keberadaan bahan ini yang melebihi

40% sangat mengurangi keleluasaan perkembangan akar untuk menyerap air dan hara.

Kebatuan perniukaan menentukan mudah tidaknya tanah diolah.

Komposisi fraksi

Hasil pengukuran komposisi fraksi yang dilakukan pada semua lokasi sampling

menunjukkan kandungan fraksi lempung/clay. Kriteria fraksi pasir < 80% (dibawah ambang

kritis) sehingga pada lokasi ini kemampuan tanah mengikat unsur hara maupun air cukup baik.

Penyerapan dan penyedia hara terletak pada koloid tanah yang merupakan gabungan dari

koloid organik dan clay, sedangkan perbandingan fraksi tanah (pasir, debu, lempung)

menentukan tekstur tanah yang berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam mengikat

unsur hara maupun air dan berhubungan dengan derajat kelulusan air (permeabilitas). Makin

kecil ukuran fraksi penyusun tanah makin halus teksturnya maka makin besar kemampuannya

dalam mengikat unsur hara maupun air.

Derajat Pelulusan Air (Permeabilitas)

Parameter permeabilitas menunjukkan kemampuan tanah untuk melalukan air secara

vertikal ke bawah solum tanah sehingga tanah terhindar dari erosi permukaan. Seluruh lokasi

sampel dalam penelitian ini memiliki permeabilitas yang tergolong rendah dan

mengindikasikan telah terjadinya kerusakan tanah ringan. Namun, resiko adanya erosi

Page 14: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

14

permukaan akibat curah hujan dan nilai permeabilitas yang rendah dapat dieliminasi karena

sebagian besar lahan tergolong tanah sawah.

Berat Isi

Berat isi tanah menunjukkan tingkat kemampatan atau kesarangan tanah, sehingga

menentukan mudah tidaknya akar masuk dan berkembang serta mendapatkan oksigen, berat

tanah diukur untuk satu satuan volume (padatan tanah dan rongga/pori). Tanah yang padat

sukar untuk ditembus akar. Hasil pengamatan dilokasi nilainya secara umum <lebih rendah

daripada 1,4 g/cm3, yaitu pada kisaran antara 0,82 -1,13 g/cm3. Namun, parameter ini telah

mengindikasikan adanya kerusakan tanah ringan di lokasi pengamatan (Denpasar Selatan).

Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa yang

bersifat kimia dan terjadi di dalam maupun di permukaan tanah sehingga akan menentukan

sifat dan ciri suatu tanah. Adapun karakteristik kimia tanah yang diamati meliputi pH tanah;

kandungan bahan organik; KTK tanah; Kejenuhan Basa; kandungan P dan K total tanah.

pH

Reaksi tanah (pH tanah) adalah suatu parameter yang menunjukkan keaktifan ion H+

dalam suatu larutan, yang berkesetimbangan dengan OH- yang terdapat di dalam sistem tanah.

Jadi, intensitas keasaman dari suatu sistem dinyatakan dengan pH dan kapasitas keasaman

dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi ditambah H tidak terdisosiasi di dalam sistem.

Sistem tanah yang didominasi oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam, namun sebaliknya akan

bersuasana basa/alkalin bila didominasi oleh ion-ion OH-. Penyebab keasaman tanah adalah

ion H+ dan Al3+ yang berada dalam larutan tanah dan komplek jerapan. Bila pH sama dengan 7

menunjukkan keadaan netral. Reaksi tanah (pH) kurang dari 7 itu menunjukkan keadaan

asam, dan pH lebih dari 7 menunjukkan keadaan alkalis.

Nilai pH tanah dari masing-masing lokasi sampel di Kecamatan Denpasar Selatan

berada pada kisaran netral (6,9 – 7,0 ). Berdasarkan kisaran nilai pH tanah yang diperoleh,

maka tanah di daerah Kecamatan Denpasar Selatan tergolong baik (sesuai untuk aktivitas

pertanian). Pada pH netral sebagian besar unsur hara tanah akan tersedia untuk tanaman,

kecuali beberapa unsur mikro.

Page 15: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

15

Bahan Organik

Tanah merupakan penyimpan karbon terbesar dalam ekosistem daratan dan

memegang peranan penting dalam siklus karbon secara global. Penyerapan karbon oleh tanah

merupakan salah satu cara yang diperlukan untuk mengurangi akumulasi karbon di dalam

atmosfir, sehingga mampu mengurangi risiko perubahan iklim. Karbon disimpan dalam tanah

dalam bentuk yang relatif stabil, baik melalui fiksasi CO2 atmosfer secara langsung maupun

tidak langsung melalui fotosintesis tanaman. Kehilangan C-organik tanah ini seringkali

dikaitkan dengan tingkat produksi yang rendah. Itulah sebabnya C-organik dipakai sebagai

salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesuburan suatu tanah. Berdasarkan hasil

penetapan C-organik tanah pada ketiga lokasi pengamatan di Subak Kerdung diperoleh

kandungannya berturut=turut 2,03%; 2,01% dan 2,09% yang kesemuanya tergolong dalam

kriteria sedang.

KTK

Kapasitas tukar kation tanah mencerminkan kemampuan koloid tanah dalam

menjerap dan mempertukarkan kation-kationnya di dalam tanah. Makin tinggi KTK yang

dimiliki suatu tanah makin besar pula kemampuan tanah itu untuk menjerap atau memegang

dan mempertukarkan hara yang dimilikinya. Berdasarkan pengukuran KTK tanah pada ketiga

lokasi pengamatan di Subak Kerdung berturut-turut mendapat hasil pengukuruan sebesar

26,02; 24.32; dan 32,18 me/100 gr. Yang ketiganya tergolong dalam kriteria tinggi.

Salah satu reaksi terpenting yang umum terjadi dan senantiasa berlangsung di dalam

tanah adalah reaksi pertukaran kation. Mudah tidaknya kation-kation dalam tanah digantikan

atau dipertukarkan oleh ion H+ dari akar tanaman bergantung pada kejenuhan kation tersebut

pada kompleks jerapan tanah. Bila kejenuhannya tinggi, maka akan mudah digantikan,

sebaliknya akan sukar dipertukarkan bila kejenuhannya rendah. Kejenuhan suatu kation

adalah perbandingan kation tersebut dengan seluruh kation terjerap baik kation asam maupun

kation basa (KTK). Kejenuhan basa (KB) merupakan perbandingan antara semua kation basa

dengan KTK tanah. Kejenuhan Basa tanah biasanya dinyatakan dalam persen. Berdasarkan

pengukuran persentase KB tanah pada ketiga lokasi pengamatan di Subak Kerdung berturut-

turut mendapat rata-rata hasil pengukuruan sebesar 90,22% yang tergolong dalam kriteria

tinggi. Selanjutnya berdasarkan hasil pengukuran kandungan P205 dan K20 tanah diperoleh

rata-rata kandungan total kedua unsur tersebut berturut-turut sebesar 22,47 mg/100g

tergolong sedang dan 80,02 mg/100g tergolong sangat tinggi.

Page 16: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

16

Dari pantauan hasil pengukuran beberapa sifat kimia tanah di Subak Kerdung yang

telah dikemukakan di atas, akhirnya dapat dihitung atau diperoleh tingkat kesuburannya

berdasarkan pada pedoman evaluasi kesuburan tanah PPT (1995), bahwa tanah sawah di

Subak Kerdung tergolong memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi.

4.2. Potensi Ekowisata Subak Kerdung

Potensi kowisata dalam kajian ini dilihat dari 4 (empat) aspek, yaitu atraksi/daya tarik,

aksesbilitas, sarana prasarana dan ancillaries.

1). Daya Tarik

Daya tarik ekowisata yang utama adalah alam termasuk flora dan faunanya, flora

fauna di Subak Kerdung sangat beragam. Fauna darat yang berupa fauna darat aves dan non

aves da nada juga yang merupakan satwa yang dilindungi, yaitu kokokan (Egretta spp.;

E.garzetta & E. alba), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), Javan King Fisher (Halcyon cyanoventris).

Sedangkan fauna darat non aves yang merupakan satwa yang dilindungi adalah Landak.

Binatang piaraan yang ada di Subak Kerdung dan berada di pesawahan adalah Sapi. Fauna

akuatik yang banyak ditemukan adalah be peletimah, kakul, katak dan lainnya.

Flora utama yang dibudidayakan adalah padi dan berbagai jenis tanaman hortikultura dan uga

berbagai tanaman liar yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kondisi fisik subak dari hasil pengukuran beberapa sifat kimia tanah seperti yang telah

dikemukakan di atas, akhirnya dapat dihitung atau diperoleh tingkat kesuburannya

berdasarkan pada pedoman evaluasi kesuburan tanah PPT (1995), bahwa tanah sawah di

Subak Kerdung tergolong memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Kondisi hidrologi

terutama air irigasi juga tersedia sepanjang tahun.

Daya tarik budaya yang berupa aktivitas ritual keagamaan di sawah dapat pula

menunjang ekowisata menjadi daya tarik sector budaya demkian pula adanya pura subak.

2). Aksessibilitas

Subak Kerdung di Pedungan mempunyai lokasi yang strategis yang dapat diakses

dengan baik sari berbagai arah kota Denpasar. Lokasisnya adalah di Jl. Pulau Bungin masuk ke

selatan menuju Pura dalem terus kea rah pesawahan.

Page 17: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

17

3). Sarana dan Prasarana

Sarana penting yang berkaitan dengan pengembangan ekowisata adalah adanya jalur

trekking dengan memanfaatkan pematang sawah. Disamping itu juga telah ada jalur sepeda

yang memanjang dari arah utara ke selatan sekitar 2 km, sementara ini jalur ini adalah jalur

petani untukmengangkut hasil panen.

4). Ancilaries

Hal yang penting terkait dengan ancillaries adalah keberadaan pengelola, aturan

penunjang, pemandu, kerjasama dengan travel agent, promosi dll

4.2. Persepsi dan Sikap Masyarakat

Persepsi dan sikap masyarakat diperoleh dari pertemuan dengan para petani

penggarap, pemilik , pekaseh, masyrakat maupun aparat kelurahan, pertemuan dilakukan baik

di Balai Subak Kerdung, Kantor Kelurahan Pedungan maupun di Balai di Sawah. Persepsi dan

sikap masyarakat juga diperoleh dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat (Lurah dan

Pekaseh Subak Kerdung). Sebelum pertemuan denganseluruh komponen petani juga diawali

dengan melakukan demplot penanaman sayuran, buah dan tanaman obat.

Secara umum masyarakat setuju saja asal tidak mengganggu kegiatan pertanian yang

telah ada, persepsi dan pendapat masyarakat secara umum dapat di kelompokkan menjadi :

Petani setuju adanya ekowisata namun perlu kesepakatan dengan para pemilik lahan

sawah

Perlu sosialisasi lebih lanjut tentang ekowisata

Setuju dibentuk ekowisata dengan nama Ekowisata Kerdung Hijau

Mengembangkan tanaman yang menarik bagi wisata namun tidak mengganggu

adanya sawah

4.3. Gerakan Membersihkan Saluran Irigasi

Kerjabakti membersihkan saluran irigasi dilakukan bersama oleh BLH Kota Denpasar,

SKPD Kota Denpasar, PPLH Universitas Udayana, Kelurahan Pedungan, Komponen masyarakat.

Kerjabakti dilakukan pada hari Minggu dan dapat mengurangi tumpukan limbah padat yang

ada dan mengganggu kelancaran saluran irigasi, disamping itu juga dilakukan sosialisasi ke

masyarakat mengenai Ekowisata Kerdung Hijau.

Page 18: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

18

4.4. Produk Ekowisata yang Dikembangkan

Berdasarkan potensi yang ada Subak Kerdung sangat potensial dikembangkan produk

ekowisata eko-agro wisata. Produk yang bisa dikembangkan adalah pusat bibit pertanian,

trekking, cycling, ekowisata pendidikan sawah dan hutan mangrove, culinary dll.

4.5. Analisis SWOT

Sebelum merumuskan rencana lebih lanjut ke depan, perlu kiranya dilakukan analisis

SWOT dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap

pengembangan ekowisata kerdung hijau ke depan.

Kekuatan

Pesawahan dengan pemandangan yang indah, flora, fauna dan budaya

Berdekatan dengan wisata hutan mangrove

Adanya jalur tracking

Dukungan dari masyrakat

Dukungan pemerintah

Semangat petani dengan ekowisata kerdung hijau

Kondisi fisik yang subur dan air tersedia

Banyak terdapat sapi di pesawahan

Kelemahan

Sosialisasi belum tuntas

Pemahaman tentang ekowisata

Organisasi pengelola belum terbentuk

Data potensi belum tergali maksimal

Pengemasan produk belum ada

Data potensi penunjang perlu tersedia

Belum ada fasilitas umum

Peluang

Pengembangan berbagai produk ekowisata (bird watching, camping, trekking,

education tour, ecoagro tour, pusat bibit, wisata mangrove dll

Page 19: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

19

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Pengembangan Ekowisata Kerdung Hijau di Subak Kerdung, Kelurahan Pedungan

merupakan impian yang didukung oleh masyarakat petani dan masyarakat setempat. Pada

saat ini adalah baru tahap rintisan inisiasi yang belum terpikirkan secara menyeluruh. Kajian

lanjutan perlu dilakukan dengan menyerap aspirasi dari masyarakat.

5.2. Rekomendasi

Pengembangan Ekowisata Kerdung Hijau di Subak Kerdung, Kelurahan Pedungan

berdasarkan kajian sementara dapat direkomendasikan :

Sosialisasi yang lebih luas ke seluruh pemangku Subak Kerdung

Membuat perencanaan pembentukan Ekowisata Kerdung Hijau

Pemetaan potensi ekowisata

Kerjasama dengan pihak pengelola hutan mangrove

Pembentukan Tim pengelola

Kerjasama dengan pihak desa/kelurahan lain dalam penanganan limbah cair dan padat

yang masuk ke saluran irigasi

Pedampingan bagi petani dalam mengembangkan tanaman

Page 20: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

20

DOKUMENTASI

Gambar 1 dan 2 . Sosialisasi di Kelurahan Pedungan

Gambar 3 dan 4 . Sosialisasi di Balai Subak Kerdung

Gambar 5 dan 6 . Demplot tanaman sayuran, buah dan tanaman obat

Page 21: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

21

Gambar 7 dan 8 . Demplot tanaman sayuran, buah dan tanaman obat

Gambar 9 dan 10 . Saat Panen Buah dan Sayur

Gambar 11 dan 12 . Ibu Walikota datang saat panen

Page 22: LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN ......1 LAPORAN STUDI KAJIAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN JASA LINGKUNGAN DI SUBAK KERDUNG, KELURAHAN PEDUNGAN KECAMATAN DENPASAR …

22

Gambar 13 dan 14 . Ibu Walikota panen sayur

Gambar 15 dan 16 . Panen Semangka

Gambar 17 dan 18 . Sosialisasi di Balai Tengah Sawah