PENGARUH FAKTOR PENDIDIKAN ANGGOTA SUBAK TERHADAP ... filejaringan irigasi tersier yang merupakan...
Transcript of PENGARUH FAKTOR PENDIDIKAN ANGGOTA SUBAK TERHADAP ... filejaringan irigasi tersier yang merupakan...
1
LAPORAN PENELITIAN
HIBAH KETEKNIKSIPILAN
PENGARUH FAKTOR PENDIDIKAN ANGGOTA SUBAK
TERHADAP PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER
SUBAK TEMAGA KECAMATAN DENPASAR TIMUR
TIM PENELITI :
I Ketut Suputra
Ida Bagus Ngurah Purbawijaya
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Dibiayai Dari :
Dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2015
Dengan Surat Perjanjian Kontrak Nomor :
2623.1/UN14.1.31/PN/SPK/2015
Tanggal 27 Juli 2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN 2015
Judul Penelitian : Pengaruh Faktor Pendidikan Anggota
Subak Terhadap Pemeliharaan Jaringan
Irigasi Tersier Subak Temaga
Kecamatan Denpasar Timur
1. Ketua Tim Peneliti
Nama Lengkap dan Gelar : Ir I Ketut Suputra, MT
Golongan/ Pangkat/ NIP : Pembina / IV.a/19540817 198601 1 001
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Unit Kerja : Jurusan Teknik Sipil,
Bidang Keahlian : Hidrologi
2. Anggota Tim Peneliti ( selain : 1. Ir Ida Bagus Ngurah Purbawijaya, MSi, MT
Ketua Tim ) 2. Kadek Dedy Sudiatmika
3. Nanda Angga Parahita
3. Lokasi Penelitian : Denpasar Timur
4. Jangka waktu Penelitian : 95 (Sembilan puluh lima) hari kalender
terhitung mulai 27 Juli
2015 s/d 29 Oktober 2015
5. Nilai Kontrak : Rp. 10.000.000,00 ( sepuluh juta rupiah )
Mengetahui : Bukit Jimbaran 29 Oktober
2015
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Unud Ketua Tim Peneliti
( I Ketut Sudarsana,ST, PhD ) ( Ir. I Ketut Suputra, MT )
NIP : 19691016 199601 1 001 NIP : 19540817 198601 1 001
3
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Hyang Whidi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya , penelitian dengan judul : Pengaruh
Faktor Pendidikan Anggota Subak Terhadap Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier
Subak Temaga Kecamatan Denpasar timur dapat kami selesaikan.
Laporan penelitian ini dibiayai dari dana DIPA Universitas Udayana Tahun
Anggaran 2015 Dengan Perjanjian Kontrak Nomor :
2623.1/UN14.1.31/PN/SPK/2015. Dalam laporan ini diuraikan dan dianalisis
tentang peran subak Temaga yang ada di Denpasar Timur dalam pemeliharaan
jaringan irigasi tersier yang merupakan hak dan tanggung jawab petani yang di Bali
terkenal dengan nama subak. Untuk meningkatkan peran serta petani dalam
pembangunan di bidang pertanian khususnya dalam pemeliharaan jaringan tersier
perlu ditingkatkan pendidikan anggota subak di kota Denpasar khususnya di subak
Temaga Denpasar Timur.
Dengan terselesainya laporan penelitian ini tak lupa kami menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu selama kami melakukan
penelitian. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi petani yang ada di subak Temaga Denpasar Timur.
Denpasar, Oktober 2015
Tim Peneliti
Ir. I Ketut Suputra, MT
4
ABSTRAK
Peranan Subak sebagai mitra pemerintah dalam ikut mensukseskan program-
program pembangunan dibidang pertanian, khususnya dalam memproduksi beras,
tidak dapat dipungkiri. Oleh sebab itu subak sebagai warisan budaya yang bernilai
luhur yang secara factual pada tahun 1017 M subak sudah ada di Bali. Subak
kiranya perlu dilestarikan eksistensinya karena peran subak dari tahun ketahun
semakin melemah. Dilestarikan dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai-
nilai lama, tetapi sekaligus membina dan mengembangkannya, agar subak menjadi
lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi.
Tantangan yang menghambat laju pembangunan pertanian saat ini menurunnya
kuantitas dan kualitas air, alih fungsi lahan yang terus meningkat dan produksi
pangan yang tidak sebanding dengan pesatnya pertumbuhan penduduk.
Untuk pembangunan pertanian sangat diperlukan adanya kesadaran dari semua
pihak yang terkait sehingga kebutuhan sarana dan prasarana yang menyangkut
lahan dan kebutuhan teknologi untuk menuju perbaikan kehidupan petani dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada dengan jalan meningkatkan
pendidikan anggota subak dalam pemeliharaan jaringan tersier.yang ada di subak
Temaga Denpasar Timur. Dalam penelitian ini dilakukan analisis pengaruh faktor
pendidikan anggota subak yang diperhitungkan dalam mendukung operasional
dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier yang dilakukan oleh pertani antara lain :
meningkatkan partisipasi petani dalam proyek peningkatan pembangunan jaringan
irigasi, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam bidang yang
berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usaha tani dan penelitian-
penelitian mengenai berbagai aspek persubakan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan ada pengaruh simultan variabel
pendidikan petani terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier diperoleh hasil :
Pengujian pengaruh simultan variabel Tingkat Pendidikan terhadap pemeliharaan
jaringan irigasi tersier, diperoleh hasil nilai F hitung (59,338) > dari F tabel (3,95)
berarti variable Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemeliharaan
jaringan irigasi tersier. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa
faktor pengetahuan petani berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan
bangunan air pada jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung
7,706 > nilai t tabel (1,66757) dan Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t)
dinyatakan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap
pemeliharaan jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung
3,32600 > nilai t tabel (1,66342).Implikasi dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pendidikan subak terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier
dalam pembangunan pertanian.
Kata Kunci : Pendidikan Petani, Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Analisis
Faktor.
5
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................, vii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Pokok Masalah ........................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 9
2.1 Pertanian Dan Irigasi Subak .................................................. 9
2.2 Pemberdayaan Anggota Subak .............................................. 12
2.3 Tingkat Pendidikan Anggota Subak ..................................... 16
2.4 Operasional Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi ................. 18
BAB III. METODE PENELITIAN ……………………………………….. 21
3.1 Lokasi Penelitian ……………………………………………. 21
3.2 Identifikasi Variabel ………………………………………… 21
3.3 Definisi Operasional Variabel ……………………………… 22
3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian …………………………… 24
3.4.1 Metode Penentuan Sampel ………………………….. 24
3.4.2 Jenis Dan Sumber Data ……………………………… 25
3.4.3 Skala Pengukuran …………………………………… 25
3.4.4 Teknik Analisa Data ………………………………… 26
3.4.5 Uji Signifikansi Regresi ……………………………… 29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………. 34
4.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas ……………………………… 34
4.1.1 Uji Validitas …………………………………………… 34
4.1.2 Uji Reliabilitas ………………………………………... 38
4.2 Hasil Analisa Regresi ……………………………………….. 41
4.3 Uji Ketepatan Model Secara Simultan ……………………. 42
4.4 Uji Ketepatan Model Secara Parsial ………………………. 43
4.5 Koefisien Determinasi ………………………………………. 44
BAB V. PENUTUP ……………………………………………………….. 48
5.1 Kesimpulan …………………………………………………. 48
5.2 Saran ………………………………………………………… 48
6
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 49
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………… 50
7
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Subak merupakan lembaga irigasi tradisional yang bercorak sosio religius
yang terdapat di Bali dan telah dikenal sejak abad XI M dengan dilandasi oleh jiwa
dan semangat gotong royong yang tinggi jauh sebelum irigasi teknis dikenal
Norken (1993), dimana banyak menarik minat peneliti asing untuk mempelajarinya
secara lebih mendalam. Peranan subak sebagai mitra pemerintah dalam ikut
mensukseskan program–program pembangunan dibidang pertanian, khususnya
dalam produksi beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu subak sebagai warisan
budaya yang bernilai luhur , kiranya perlu dilestarikan eksistensinya. Dilestarikan
dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai–nilai lama, tetapi sekaligus
membina dan mengembangkannya , agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri
sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi.Tantangan yang
menghambat laju pembangunan pertanian saat ini antara lain menurunnya kuantitas
dan kualitas air, alih fungsi lahan yang terus meningkat dan peningkatan produksi
pangan yang tidak sebanding dengan pesatnya pertumbuhan penduduk (Sutawan,
dalam subak 1993)
Seiring dengan laju pembangunan di berbagai sektor di kota Denpasar,
khususnya industri dan prasarana phisik lainnya, ternyata telah memberikan
pengaruh yang sangat signifikan terhadap pembangunan pertanian, terutama adanya
8
penyusutan lahan sawah. Konversi lahan secara besar–besaran untuk aktivitas non
pertanian,
seperti pemukiman, fasilitas umum dan kepariwisataan berpengaruh sangat
mendasar
terhadap pembangunan khususnya pada sector pertanian di Denpasar.
Perkembangan kondisi lahan–lahan sawah yang masih produktif per kecamatan di
kota Denpasar disajikan pada tabel 1.1. Dari tabel 1.1 dapat dikemukakan bahwa
selama satu decade (1993–2006) telah terjadi penyusutan lahan sawah produktif
yang sangat signifikan sebesar 47,23% atau 3 036 Ha, yaitu dari 5 753,43 Ha pada
tahun 1993 menjadi 2 717 Ha pada tahun 2006
Tabel 1.1 Perkembangan luas sawah produktif per kecamatan di kota
Denpasar
Kecamatan Luas sawah produktif ( Ha )
1993 2004 2005 2006
Denpasar Timur 1 587,64 777,00 754,00 726,00
Denpasar Barat 2 269,90 1 082,00 1 059,00 284,00
Denpasar Selatan 1 895,89 955,00 955,00 935,00
Denpasar Utara - - - 772,00
Kota Denpasar 5 753,43 2 814,00 2 768,00 2 717,00
Sumber : Laporan Inventarisasi Lahan Sawah Tahun 2006 Di Kota Denpasar
Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius bagi semua pihak karena keadaan ini
dapat memberikan konskuensi pada keterjaminan ketahanan pangan dan juga
keberlanjutan system irigasi subak, sebagai salah satu sumberdaya budaya Bali
umumnya, dan kota Denpasar khususnya. Seperti diketahui bahwa pada tahun 1993
tercatat 45 subak yang ada di kota Denpasar, sedangkan pada tahun 2006 tercatat 41
subak yang tersebar Empat kecamatan di kota Denpasar. Terdapat beberapa
9
penyebab terhadap ketidak berlanjutan Empat subak tersebut antara lain : 1) beralih
fungsinya seluruh lahan sawah menjadi lahan non pertanian, 2) beralihnya mata
pencaharian petani dari sector pertanian ke non pertanian 3) terganggunya jaringan
irigasi subak sebagai akibat pembangunan untuk pengembangan pemukiman
.Pengaruh lainnya akibat penyusutan lahan yang terlalu tinggi adalah akan
mempengaruhi stok pangan daerah dan kontribusi subsektor ini pada PDRB daerah.
Dampak yang ditimbulkan secara langsung terhadap sub sector pertanian adalah
terjadi peningkatan luas lahan kering serta penurunan produksi padi sawah per
tahunnya seperti data pendukung pada tabel 1.2. Sesuai dengan Perda kota
Denpasar No. 10 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) luas
wilayah kota Denpasar adalah 12 778 Ha, menurut data ( Denpasar dalam angka
2006 )pada tahun 2001 luas lahan sawah tercatat 23,71% dari luas wilayah dan pada
tahun 2005 menurun menjadi 21,66% dari luas wilayah. Jumlah penduduk di Kota
Denpasar pada tahun 2005 tercatat sebanyak 574 955 jiwa dengan tingkat
kepadatan 4499 jiwa / km2 , sedangkan pada tahun 2004 tercatat sebanyak 562 970
jiwa selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2 Data pertumbuhan jumlah penduduk , jumlah subak dan luas subak
di kota Denpasar tahun 2005
No Tahun
Jumlah
penduduk
( jiwa )
Luas subak ( Ha ) Jumlah
( Ha ) Luas sawah Tanah kering
1 2001 536 641 3 030 9 739 12 769
2 2002 561 814 2 882 9 896 12 778
3 2003 585 150 2 856 9 922 12 778
4 2004 562 970 2 814 9 964 12 778
10
5 2005 574 955 2 768 10 001 12 769
Sumber : Denpasar dalam angka 2006.
Sejalan dengan berbagai permasalahan yang terkait antara yang satu dengan yang
lainnya akan menempatkan petani pada posisi yang sulit karena berpengaruh
terhadap hasil produksi dan kelangsungan usaha tani jangka panjang.
Atas dasar kenyataan tersebut maka sangat diperlukan konsep pemikiran
tentang usaha pembinaan, pelestarian, pengembangan dan perlindungan terhadap
anggota subak / para petani agar tetap dapat berdaya guna dalam pengembangan
pembangunan pertanian khususnya pertanian lahan basah.Hal ini dapat dilakukan
dengan mengoptimalkan fungsi dan efektifitas irigasi , peningkatan SDM ,
memfasilitasi berbagai kepentingan petani dll dengan tujuan dapat meningkatkan
peran serta petani dalam menjaga kelangsungan pembangunan pertanian. Menurut
pandangan N Sutawan ( 1993 : 193 ) perlu adanya pemikiran tentang strategi
pelestarian dan pengembangan subak, dengan langkah–langkah kebijakan yang
kiranya perlu ditempuh antara lain :
1) Meningkatkan partisipasi petani dalam proyek–proyek peningkatan/
pembangunan jaringan irigasi.
2) Memberikan peranan yang lebih besar kepada subak dalam pengelolaan
jaringan irigasi.
3) Memfasilitasi pembentukan wadah koordinasi antar subak
11
4) Memberikan bantuan perbaikan / penyempurnaan jaringan irigasi sebelum
diserahkan pengelolaannya kepada subak
5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam bidang yang
berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usha tani.
Penekanan dari uraian tentang strategi pelestarian dan pengembangan subak
tersebut diatas adalah dengan pendekatan peningkatan pendidikan anggota subak
yakni melibatkan para petani (anggota subak) dalam pengambilan keputusan karena
telah terbukti dapat memberikan dampak positif terhadap keterpaduan sistim
pemeliharaan jaringan irigasi dan operasional pengelolaan air. Disamping itu
dengan adanya peningkatan pendidikan anggota subak
Akan mempermudah dalam memecahkan persoalan yang berkaitan langsung
dengan usaha pemeliharaan jaringan irigasi tersier di wilayahnya. Kondisi ini sesuai
dengan yang termuat dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
1974 tentang irigasi antara lain menyatakan :
1) Masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan
sumber daya air
2) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem jaringan ditetapkan sebagai
berikut:
- Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder
menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sesuai kewenangannya.
12
- Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi hak
dan tanggung jawab Petani Pemakai Air (P3A) yang di Bali dikenal dengan
Subak.
Pelaksanaan dari Undang–Undang ini diharapkan dapat menunjang pencapaian
hasil produksi pangan seoptimal mungkin sesuai kemampuan sumber air, serta
menjaga/ mempertahankan kelestarian prasarana irigasi agar dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin oleh para petani subak.
Menurut Sunaryo (2004) bahwa, partisipasi masyarakat merupakan aspek
penting dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air secara adil,
berkelanjutan dan mantap. Dimasa lalu pemerintah sering kali lebih berperan
(dominan) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengembangan
sumber air. Namun seiring perubahan cara pandang (khususnya dalam kebijakan
sector public), peran masyarakat untuk dilibatkan dalam proses pengembangan dan
pengelolaan sumber daya air menjadi penting. Partisipasi masyarakat petani
umumnya berwujud peran serta dalam proses pengambilan keputusan dalam
pengelolaan jaringan irigasi secara luas merupakan tindakan yang strategis.
Adapun gambaran Kondisi existing terakhir tentang penguasaan lahan
sawah dan jumlah subak per kecamatan dapat dilihat dalam tabel 1.3. Data luas
baku, luas lahan sawah dan produksi pada tabel 1.4
Tabel 1.3 Status penguasaan lahan sawah per kecamatan di kota Denpasar.
No Kecamatan Jumlah
subak
Luas
sawah
2006
(Ha )
Status penguasaan ( orang )
Pemilik
penggarap
Penyakap
/
pengarap
Jumla
h
13
1 Denpasar Timur 13 726 706 1 233 1 939
2 Denpasar Barat 8 284 179 293 472
3 Denpasar
Selatan 10 935 415 1 216 1 631
4 Denpasar Utara 10 772 882 849 1 731
5 Kota Denpasar 41 2 717 2 182 3 591 5 773
Sumber : Laporan Inventarisasi Lahan sawah Tahun 2006 Di Kota Denpasar
Tabel 1.4 Data luas sawah, lahan kering, luas baku dan produksi di Kota
Denpasar Th 2006
No Kecamatan Jumlah
subak
Lahan
sawah
(Ha)
Lahan
kering
(Ha)
Luas
baku
(Ha)
%
lahan
sawah
1 Denpasar Timur 13 726 1505 2231 32,54
2 Denpasar Barat 8 284 2122 2406 11,80
3 Denpasar Selatan 10 935 4064 4999 18,17
4 Denpasar Utara 10 772 2370 3142 24,57
5 Kota Denpasar 41 2 717 10.061 12.778 21,26
Sumber : Laporan Statistik petanian tanaman pangan dan hortikultura tahun 2006
Pembangunan pertanian di Bali yang berbasis subak didukung dengan
direncanakannya Kebijakan Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Bali Tahun 2007 yaitu : pengembangan SDM melalui program penyuluhan,
pemantapan kelembagaan kelompok tani/subak. Keberhasilan pembangunan
pertanian di Bali tidak dapat dilepaskan dari besarnya peran subak sebagai suatu
organisasi sosio–religius dan pengelola irigasi. Sebagai suatu lembaga irigasi
tradisional yang telah ada sejak berabad–abad, subak telah berfungsi memproduksi
bahan pangan khususnya beras.
(Sutawan,1993) peranan subak sebagai mitra pemerintah dalam ikut
mensukseskan program–program pembangunan di bidang pertanian, khususnya
14
dalam produksi beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu, subak sebagai warisan
budaya yang bernilai luhur, kiranya perlu dilestarikan eksistensinya. Dilestarikan
dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai–nilai lama, tetapi sekaligus
membina dan mengembangkannya, agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri
sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi. Dalam pembangunan
pertanian yang berbasis subak ada beberapa langkah strategis pelestarian dan
pengembangan subak yang perlu diperhatikan antara lain : 1) meningkatkan
partisipasi petani dalam proyek peningkatan / pembangunan jaringan irigasi, 2)
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam bidang yang berkaitan
dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usahatani, 3) penelitian– penelitian
mengenai berbagai aspek persubakan.
Berdasarkan atas urain tersebut diatas untuk dapat menjaga kontinyuitas
aliran air dalam pemenuhan kebutuhan air untuk daerah irigasi di subak Temaga
perlu memiliki jaringan irigasi dengan efektifitas profil saluran yang optimal.
Dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang pendidikan anggota subak
yang mempunyai pengaruh secara signifikan dalam pemeliharaan jaringan irigasi
tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur
1.2 Pokok Masalah
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut :
15
Adakah pengaruh signifikan faktor tingkat pendidikan anggota subak
terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan
Denpasar Timur.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan faktor tingkat
pendidikan anggota subak Temaga terhadap pemeliharaan Jaringan irigasi
tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur
16
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pertanian dan Irigasi Subak
Pembangunan irigasi merupakan salah satu komponen kegiatan yang sangat
penting , karena keberhasilan pembangunan pertanian, khususnya pertanian lahan
basah akan sangat ditentukan oleh ketersediaan air (kontinyuitas air). Pembangunan
pertanian, khususnya dalam usaha meningkatkan produksi pertanian , secara umum
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Untuk
pertanian lahan sawah, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi harus dibarengi
dengan perbaikan serta perluasan irigasi (Wardoyo, 1982). Salah satu pemikiran
dalam paradigma baru pembangunan pertanian adalah bagaimana kita dapat
menciptakan kebijaksanaan pertanian yang menjamin agar para petani memperoleh
hak mereka atas air dan bibit, yang mereka butuhkan untuk mengelola usah tani
secara lestari.Oleh karena itu, usaha pertama yang perlu dilakukan untuk menjamin
hak petani atas air adalah memberdayakan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A). Pemerintah negara–negara yang sedang berkembang perlu memberikan
hak - hak politik bagi organisasi tersebut, untuk melindungi dan memperjuangkan
hak petani atas air (Loekman Soetrisno, 1999: 62).
Menurut pendapat Sumodiningrat (2000:7) menyebutkan bahwa
pembangunan pertanian harus ditujukan untuk mempersiapkan masyarakat petani
berkemampuan dalam memantapkan proses perubahan–perubahan struktur yang
17
muncul dan kemampuan petani itu sendiri. Perubahan struktur masyarakat petani
diawali dari pengelolaan kegiatan sosial ekonomi produktif. Kegiatan produksi
dilakukan untuk menghasilkan pendapatan yang dapat memberikan nilai tambah
secara efektif dan efisien sehingga menimbulkan surplus yang dapat dimanfaatkan.
Prinsip pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat merupakan prasyarat dalam
pembangunan pertanian yang berorientasi pada manusia. Guna dapat menempatkan
masyarakat petani sebagai pelaku ekonomi pembangunan, maka masyarakat petani
perlu dibina dan dipersiapkan guna dapat merumuskan permasalahannya sendiri ,
melaksanakan dan mengawasi kegiatannya sehingga peran sertanya dalam
pembangunan dapat optimal, yang pada akhirnya meningkatkan produksi dan
produktivitasnya. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional, karena visi dan misi pembangunan pertanian dirumuskan
dalam kerangka dan mengacu pada pencapaian visi dan misi pembangunan
nasional. Visi pembangunan pertanian nasional adalah terwujudnya pertanian
modern, tangguh dan efisien menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera.
Sedangkan misi pembangunan pertanian nasional adalah : 1) menggerakan berbagai
upaya untuk memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal dan menerapkan
teknologi tepat serta spesifik lokasi dalam rangka membangun pertanian yang
berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, 2) memberdayakan masyarakat pertanian
menuju wiraswasta agribisnis yang mandiri, maju dan sejahtera.
Upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam agenda reformasi
pembangunan pertanian adalah mengembangkan ketahanan pangan yang berbasis
18
pada kemampuan produksi, keragaman sumberdaya pangan, serta kelembagaan dan
budaya lokal (Departemen Pertanian 2000). Hal ini bisa ditempuh dengan
pemberdayaan petani melalui usaha kelompok agar mampu secara efektif
mengartikulasikan aspirasi kepentingan petani. Adanya organisasi petani yang kuat
merupakan faktor kunci agar kepentingan petani dapat lebih diperhatikan dalam
kebijakan pembangunan dan kemampuan mereka dalam melaksanakan
pembangunan pertanian agar dapat lebih diberdayakan.Pengembangan lembaga
tradisional dalam pembangunan pertanian yang mengarah ke bidang
ekonomi/komersial yang berpola agribisnis perlu mendapat perhatian yang serius.
Dewasa ini, pembangunan pertanian masih menjadi prioritas dalam pembangunan
nasional kita mengingat sebagian terbesar masyarakat adalah petani baik yang
mengusahakan lahan di lahan sawah maupun di lahan kering. Oleh karena itu
jumlah petani sangat besar, maka setiap kebijakan yang terkait dengan pertanian
haruslah berorientasi pada kesejahteraannya, peningkatan produksi, kualitas
produksi dan memiliki daya saing sehingga pada gilirannya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat petani (Sedana, dalam Revitalisasi Subak dalam
Memasuki Era Globalisasi).
Pembangunan pertanian berbasis subak yang ada di Bali memiliki beberapa
kewajiban yang harus dilaksanakan seperti tercantum dalam Peraturan Daerah
Tingkat I Bali, No.02/PD/DPRD/1972 yang menyebutkan bahwa: 1) Subak
berkewajiban mengatur rumah tangganya sendiri baik dalam mengusahakan adanya
air maupun mengatur air dengan tertib dan efektif untuk persawahan para anggota
19
subak di dalam wilayahnya, 2) subak memelihara dan menjaga prasarana–prasarana
irigasi dengan sebaik–baiknya yang diperlukan untuk menjamin kelancaran dan
tertibnya di dalam wilayahnya, 3) Dalam melaksanakan urusan rumah tangganya ,
subak menjalankan peraturan–peraturan, awig–awig dan sima subak yang baru, 4)
subak menyelesaikan perselisihan–perselisihan / sengketa yang timbul dalam rumah
tangganya, 5) apabila ada pelanggaran dan tindak pidana diselesaikan menurut
hukum yang berlaku. Menurut pandangan (Windia,2002) mengatakan bahwa sitem
pertanian (subak) sebagai suatu sitem kebudayaan atau sistem teknologi yang telah
menjadi fenomena masyarakat budaya masyarakat Bali. Windia mengajukan
strategi pembangunan pertanian di Bali melalui tiga aspek, yaitu pola pikir, sosial
dan artefak /kebendaan. Inti dari ketiga aspek tersebut adalah bagaimana
keberpihakan dan strategi memajukan sektor pertanian melalui keharmonisan dan
kebersamaan dari ketiga aspek tersebut. Subak sebagai suatu sistem irigasi yang
dikelola petani secara swadaya untuk tanaman semusim khususnya padi, memiliki
beberapa elemen yang saling terkait yaitu : 1) organisasi petani pengelola air
irigasi, 2) jaringan irigasi/sarana prasarana irigasi, 3) produksi pangan, 4) ekosistem
lahan sawah berigasi, 5) ritual keagamaan terkait dengan budidaya petani.
Kelestarian subak dalam pembangunan pertanian akan terwujud jika kelestarian
organisasi subak (institutional Sustainability), kelestarian jaringan irigasi (technical
sustainability) , kelestrian produksi pangan (economic sustainability), kelestarian
ekosistem lahan sawah (ecological Sustainability), kelestarian nilai–nilai sosial
20
budaya/ritual keagamaan (socio cultural sustainability) dan kelestarian DAS dan
sumber air bagian hulu (environmental sustainability) dapat dijaga.
2.2 Pemberdayaan Anggota Subak
Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai proses yang mengembangkan
dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses
pembangunan yang berlangsung secara dinamis dan masyarakat dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mengambil keputusan secara bebas
(independent) dan mandiri. Pemberdayaan P3A seperti dimaksud dalam inpres
No.3/1999 adalah untuk mewujudkan kelembagaan P3A yang otonom, mandiri,
mengakar di masyarakat, bersifat sosial, ekonomi, budaya dan berwawasan
lingkungan serta memberikan kemudahan dan peluangnya kepada anggota untuk
secara demokratis membentuk organisasi/unit usaha ekonomi ditingkat usaha tani
sesuai dengan pilihannya.Memberdayakan mengandung pula arti melindungi,
melindungi harus dilihat sebagi upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang
tidak seimbang , serta eksploitasi terhadap yang lemah (Syamsul , Dewi 2007 ).
Salah satu misi yang ditetapkan dalam Rencana pembangunan Jangka panjang
Tahun 1999–2004 yaitu pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi
nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan
mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar
yang berkeadilan berbasis pada sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang
produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
21
Subak sebagai lembaga tradisional yang bergerak dibidang pertanian
dikenal sebagai organiasi agraris, religius yang ada di Bali sejak dahulu
dipertahankan keberadaannya sampai sekarang merupakan salah satu kekayaan
budaya nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama subak yang kita
warisi ini sudah terkenal di seluruh dunia dan khususnya untuk tingkat nasional
telah banyak mempelajari sistem subak ini untuk diterapkan di beberapa daerah di
Indonesia (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali 2007). John. S. Ambler (1990)
menyatakan bahwa “ subak dengan alat keirigasiannya yang nampaknya sederhana
saja merupakan salah satu organisasi petani pemakai air yang paling canggih di
seluruh dunia “. Dari pernyataan diatas mengandung makna bahwa keberadaan
subak di Bali hendaknya tetap dipertahankan dan perlu lebih ditingkatkan
peranannya di bidang pertanian dalam arti yang seluas–luasnya. Pemberdayaan
adalah rangkaian upaya aktif yang dilakukan dalam rangka menjaga agar kondisi
dan keberadaann lembaga subak dapat lestari dan makin kokoh, sehingga dapat
berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan. Kata pemberdayaan
mengandung arti bahwa upya yang dilakukan diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia baik secara pribadi maupun secara organisatoris
dalam rangka memajukan usaha tani khususnya dan usaha–usaha lainnya yang erat
kaitannya dengan sektor pertanian (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali 2007).
Beberapa langkah strategis dalam upaya pelestarian dan pemberdayaan
subak adalah memperkuat/memperdayakan kelembagaan subak mulai pendekatan–
pendekatan berikut : 1) peningkatan penyediaan pelayanan pendukung (support
22
services) seperti kredit usaha tani yang mudah diakses tanpa prosedur yang
berbelit– belit, informasi pasar, penyuluhan pertanian, 2) pelatihan dan pendidikan
khususnya bagi para pimpinan subak dalam berbagai bidang seperti operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi , pembukuan / manajemen keuangan, kepemimpinan,
kewiraswastaan / entrepeneurship , perkoperasian, 3) memfasilitasi pengembangan
subak menjadi lembaga irigasi berorientasi agribisnis, agrowisata, dan ekowisata
guna meningkatkan kemampuan finansialnya tanpa melalaikan tugas–tugas
pokoknya sebagai pengelola air irigasi yang bercorak sosio–religius, 4)
memfasilitasi kemitraan subak dengan desa adat / desa pekraman, koperasi, asosiasi
perhotelan, asosiasi restoran dan lembaga–lembaga lain baik pemerintah maupun
swasta sesuai kebutuhan, 5) bantuan pemerintah bagi subak yang benar-benar
membutuhkan perbaikan jaringan irigasi yang rusak berat karena tidak dapat
ditangani sendiri berdasarkan pendekatan partisipatoris, 6) pengakuan subak
sebagai badan hukum agar bisa melakukan transaksi ekonomi dan mencari kredit di
bank, melalui peraturan daerah (Perda) tanpa harus melalui prosedur yang kini
masih dianggap memberatkan petani karena harus diproses melalui Pengadilan
Negeri setempat. Langkah lainnya dalam pemberdayaan subak adalah dengan
membatasi alih fungsi lahan, dapat dilakukan dengan :1) perencanaan tata ruang
dan penggunaan tanah yang cermat dengan mempertimbangkan ketersediaan air, 2)
pembuatan perangkat hukum atau peraturan yang melarang penggunaan sawah
untuk usaha non pertanianpada tempat–tempat yang sudah jelas ditetapkan sebagai
tempat konservasi sawah dengan penegakan hukum yang ketat, 3) bebas /
23
keringanan pajak bagi petani anggota subak dan insentif lainnya untuk mendorong
para petani tidak mengalihkan fungsikan sawahnya, untuk mewujudkan semua itu ,
maka tidak kalah pentingnya adalah melakukan penelitian mengenai subak dari
berbagai aspeknya termasuk penelitian–penelitian mengenai kearifan lokal agar
mendapat pemahaman yang lebih holistik (Sutawan dalam Revitalisasi Subak
Dalam Memasuki Era Globalisasi 2007).
Melihat bahwa tantangan petani ke depan menuntut adanya berbagai usaha
pemberdayaan terhadap petani anggota subak, yang harus dilakukan dengan
pendekatan partisipatif. Pemberdayaan subak diharapkan mampu menimbulkan
sikap petani yang semakin loyal terhadap profesinya, mandiri dalam pengambilan
keputusan dan memiliki wawasan ekonomis/agribisnis. Pemberdayaan ini
merupakan prasyarat dalam dalam usaha pelestarian subak (Gede Sedana, dalam
Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi 2007).
2.3 Tingkat Pendidikan Anggota Subak
Perbedaan tingkat pendidikanyang dimiliki masyarakat yang satu dengan
masyarakat lainnya, akan menimbulkan perbedaan pandangan dan kesadaran akan
kebutuhan teknologi sebagai sarana menuju perbaikan kehidupan dalam mengatasi
berbagai permasalahan yang ada ditengah–tengah masyarakat tersebut. Suatu
masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi biasanya dibarengi dengan
kesadaran akan kebutuhan hidup yang tiggi pula. Dengan adanya kesadaran akan
kebutuhan tuntutan hidup yang tinggi (lebih baik), timbul kesadaran akan
pentingnya suatu teknologi yang dapat menciptakan perbaikan–perbaikan dalam
24
kehidupan. Dengan demikian, suatu masyarakat dengan tingkat pendidikan yang
tinggi akan lebih mudah menyerap suatu teknologi yang diperkenalkan dan atau
ditengah–tengah lingkungannya (Dikti 1990: 23). Pandangan umum lainnya tentang
pengetahuan adalah hasil belajar baik formal maupun non formal yang diperoleh
dari hasil interaksi dengan masyarakat. Disebutkan pula luasnya cakrawala
pengetahuan seseorang tidak terlepas dari pengetahuannya dalam hidup
masyarakat. Akibatnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tidaklah berbeda
jauh dengan warga lainnya apabila pengetahuan yang didapat semata–mata berasal
dari interaksi sosial sesama warga tempat ia hidup (Depdibud 2000:9).Kemiskinan
dalam ilmu pengetahuan akan menjadi salah satu penyebab mundurnya tingkat
keberlanjutan proses pembangunan. Dampaknya adalah penduduk yang relatif
miskin ilmu pengetahuan akan menjadi kurang peduli dan memiliki kesadaran
rendah terhadap lingkungannya serta semakin tertutup akan adanya inovasi–inovasi
teknologi. Untuk itu, dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia anggota
petani yang tercermin dari tingkat pendidikan yang dimiliki, ada beberapa aspek
yang perlu ditumbuhkan : 1) adanya pengetahuan teknis, 2) penciptaan peluang–
peluang beragribisnis, 3) juga aspek-aspek administrasi (Sedana 2003, dalam
Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi). Program pendidikan dan
pelatihan bagi para petani , khususnya pengurus subak perlu dilakukan terutama
pada hal–hal yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam berbagai bidang seperti operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi,
manajemen agribisnis, pembukuan dan kewirausahaan. Pelaksanaan Sekolah
25
Lapangan (SL) yang merupakan salah satu metode pembelajaran orang dewasa
untuk memberikan keterampilan kepada petani sangat cocok dilakukan sehingga
petani mampu menemukenali permasalahan yang dihadapinya, selanjutnya mencari
alternatif pemecahannya (Sutawan 1998, dalam Revitalisasi Subak Dalam
Memasuki Era Globalisasi). Dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang didapat
baik formal maupun non formal yang diperoleh secara mandiri atau dari hasil
interaksi dapat meningkatkan wawasan dan kepekaan mereka terhadap tuntutan
perubahan termasuk kepedulian mereka akan inovasi, dalam hal ini adalah
pembangunan pertanian.
2.4 Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Keberlanjutan pertanian beririgasi berbasis subak sangat tergantung pada
keberlanjutan dari sistim irigasi sebagai faktor pendukung penyelenggaraan sistem
pertanian dalam suatu institusi subak. Kebijakan penyerahan pengelolaan irigasi
(PPI) seperti tertuang dalam INPRES RI, nomor 3 tahun 1999, yang dalam UU RI
nomor 11 tahun 1`974 dikenal sebagai pengelolaan irigasi partisipatif (PIP)
merupakan upaya pemerintah untuk memberikan peran yang lebih besar kepada
masyarakat petani termasuk subak dalam hal pengelolaan jaringan irigasi, sebagai
akibat semakin terbatasnya kemampuan pemerintah dari segi personil maupun dana
terutama untuk melaksanakan operasional dan pemeliharaan ( O&P ) jaringan
irigasi. Ketentuan yang termuat dalam undang – undang tersebut adalah : 1)
masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber
daya air, 2) pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem jaringan ditetapkan
26
sebagaiu berikut : a) pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer
dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah
daerah sesuai kewenangannya, b) pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem
irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air/subak (Budiasa,
dalam Revitalisasi subak dalam memasuki era globalisasi,2005).
Pelaksanaan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertujuan untuk
dapat mempertahankan adanya kontinyuitas air yang diperlukaan oleh petani ,
pelaksanaan operasional dan pemeliharaan meliputi : pengaturan, pelaksanaan ,
pemantauan, dan evaluasi untuk menjamin kelestarian fungsi dari jaringan irigasi
beserta bangunannya. Dalam hal perkumpulan petani pemakai air tidak mampu
melaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi hak dan
tanggung jawabnya, pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten
kota, dapat memberikan bantuan dan/atau dukungan fasilitas berdasarkan
permintaan dari perkumpulan petani pemakai air dengan memperhatikan prinsip
kemandirian (UU RI No 11 tahun 1974).
Peran sektor pertanian sangat strategis dalam perekonomian nasional dan
kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari air. Oleh sebab itu, irigasi sebagai salah
satu komponen pendukung keberhasilan pembangunan pertanian mempunyai peran
yang sangat penting.Berdasarkan atas uraian tersebut diatas maka dapat dijelaskan
bahwa implimentasi dari operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi (O & P)
pada daerah irigasi terhadap seluruh fasilitas irigasi akan berpengaruh pada
kontinyuitas air, penetapan pola tanam ,intensitas tanam, efektifitas saluran dan
27
bangunan fasilitas serta produksi hasil pertanian. Meskipun Operasional dan
pemeliharaan ditingkat tersier menjadi tanggung jawab petani namun kenyataannya
tetap mendapat perhatian dari pemerintah untuk menjaga kontinyuitas air irigasi.
Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan suatu rutinitas
kegiatan yang dilakukan baik oleh petani maupun instansi terkait dalam
pengoperasian dan pemeliharaan khususnya diwilayah jaringan irigasi pengelolaan
perkumpulan petani pemakai air (tersier) dan jaringan sekunder, primer pada
umumnya. Berdasarkan penerapan ke lima komponen tersebut akan berpengaruh
terhadap pembangunan pertanian berbasis subak yang ada khususnya di kecamatan
Denpasar Timur, selanjutnya dapat dipergunakan untuk memprediksi kondisi
maupun potensi pengembangannya kedepan salah satu diantaranya adalah
kebijakan melestarikan dan melindungi subak itu sendiri.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar khususnya di Subak Temaga
Kecamatan Denpasar Timur, yang memiliki kateristik kawasan sub sektor pertanian
adalah pertanian dengan sistim irigasi semi teknis. Yang dimaksud dengan irigasi
semi teknis adalah sitim pemanfaatan air irigasi untuk pertanian dimana salurannya
masih berfungsi ganda yaitu untuk irigasi dan drainase serta bangunan fasilitas tidak
sepenuhnya permanen
3.2 Identifikasi Variabel
Berdasarkan uraian hipotesis dan tujuan penelitian yang ingin dicapai , maka
dapat dilakukan identifikasi baik terhadap varabel terikat (dependen variabel) yaitu
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier sedang variabel bebas (independen variabel)
adalah Tingkat Pendidikan anggota Subak, Identifikasi terhadap variabel tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tingkat pengetahuan petani meliputi
a) Tingkat pendidikan petani
b) Pemahaman pemeliharaan jaringan
c) Pengetahuan tentang efektifitas profil saluran
d) Pengetahuan pentingnya kontinyuitas aliran irigasi
e) Perolehan pengetahuan operasional dan pemeliharaan
f) Pengetahuan tentang kebersihan saluran irigasi tersier
Pemeliharaan jaringan irigasi tersier meliputi
a) Adanya rutinitas monitoring jaringan irigasi
b) Kontinyuitas kebutuhan air irigasi
c) Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik
d) Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah
e) Kesiapan subak terhadap O&P
f) Adanya insentif dari pemerinta
3.3 Definisi Operasional Variabel
Untuk melihat dimensi variabel penelitian maka sebelumnya dibuat
operasional konsep variabel menjadi definisi operasional, sehingga jelas dimensi
yang diukur dari masing–masing variabel sebagai berikut :
1) Tingkat Pendidikan Anggota Subak
Yang dimaksud dengan pengetahuan petani adalah pemahaman petani tentang
organisasi subak, pemahaman tentang perkembangan teknologi, pemahaman tentang
operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pemahaman tentang produksi serta
pemasarannnya.
Definisi operasional dari tingkat pengetahuan petani dapat dilihat dari dimensi :
a) Tingkat pendidikan petani, diukur dari latar belakang pendidikan yang
mempengaruhi pengetahuannya dalam memelihara jaringan irigasi
b) Pemahaman dalam memelihara jaringan irigasi tersier
c) Pengetahuan petani tentang menjaga efektifitas fungsi saluran irigasi tersier
d) Pengetahuan petani tentang pentingnya kontinyuitas kapasitas aliran
irigasi pada jaringan tersier
e) pengetahuan petani tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi
diukur dari kemampuan petani dapat memanfaat secara optimal fasilitas
irigasi.
f) Pengetahuan anggota subak tentang pentingnya menjaga kebersihan saluran
irigasi baik dari sampah maupun dari limbah pencemaran
2) Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier
Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan suatu rutinitas
kegiatan yang dilakukan baik oleh petani maupun instansi terkait dalam
pengoperasian dan pemeliharaan khususnya diwilayah jaringan irigasi pengelolaan
perkumpulan petani pemakai air (tersier) dan jaringan sekunder, primer pada
umumnya.
Definisi operasional dari pemeliharaan jaringan irigasi tersier dapat dilihat dari
dimensi :
a) Rutinitas monitoring jaringan irigasi dapat diukur dari jaringan irigasi
dapat mengalirkan air sesuai pola aliran yang direncanakan.
b) Terpenuhinya kebutuhan atau kontinyuitas air irigasi dapat diukur dari
tercapainya ketinggian air minimum di lahan pertanian.
c) Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik dapat diukur dari
tidak pernah terjadi keluhan dari anggota petani.
d) Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah dapat
diukur dari sering dilakukan peninjauan langsung ke lahan pertanian
oleh pemerintah.
e) Kesiapan subak terhadap O & P dapat diukur dari kemampuan subak
untuk mengelola secara mandiri jaringan irigasinya tanpa campur
tangan pemerintah.
f) Adanya intensif dari pemerintah dapat diukur dari jumlah bantuan yang
telah disalurkan oleh pemerintah dalam penanganan O & P jaringan
irigasi.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Populasi
anggota subak Temaga di kecamatan Denpasar Timur adalah 520 orang anggota.
3.4.1 Metode Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (1999: 76)) teknik sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.Teknik sampling
daerah ini digunakan melalui dua tahapan, tahapan pertama menentukan sampel
daerah dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu., penentuan jumlah sampel dari populasi sebanyak 520 orang
dengan taraf kesalahan 10% menurut rumus Slovin didapat sebanyak 84 orang
3.4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka seperti jumlah penduduk ,
jumlah subak, jumlah anggota subak Temaga Kecamatan Denpasar Timur
2) Data kualitatf yaitu data yang berupa pernyataan responden dan pertanyaan
yang diberikan dalam bentuk kuisioner.
3.4.3 Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Skala Likert,
yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala
Likert, maka dimensi dijabarkan menjadi variabel kemudian variabel dijabarkan lagi
menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang
terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa
pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban
dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap dalam kategori skala
pengukuran sebagai berikut:
a. Sangat Setuju (SS) = 4
b. Setuju (S) = 3
c. Tidak Setuju = 2
d. Sangat Tidak Setuju = 1
3.4.4 Teknik Analisis Data
1) Ukuran sampel dalam penelitian pengaruh pendidikan terhadap pemeliharaa
jaringan irigasi di subak Temaga kecamatan denpasar Timur dihitung dengan
menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2005) sebagai berikut:
2Ne1
Nn
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.
2) Uji validitas dan reliabilitas
Untuk mengetahui kelayakan dari instrumen penelitian (questionair) yang akan
dipakai dalam penelitian ini, sebelumnya dilakukan uji coba instrumen pada 40
responden di kawasan Denpasar.
Menutur Lerbin R (2005) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat.
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara
bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan
setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir,
dengan rumus Pearson Product Moment adalah :
2222 ...
.
YYnXXn
YXXYnrhitung
Dimana :
rhitung = Koefisien korelasi
∑Xi = Jumlah skor item
∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)
n = Jumlah responden
Selanjutnya, dihitung dengan Uji-t dengan rumus :21
2
r
nrthitung
Dimana :
t = Nilai t hitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2)
Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya
jika thitung < ttabel berarti tidak valid
Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan alat
bantu program SPSS for window sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner
pada setiap variabel bebas.
Selanjutnya terhadap skor jawaban tiap item dilakukan uji reliabilitas dengan
tujuan menunjukkan sejauh mana pengukuran itu memberikan hasil yang relative
tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama
mengenai kemantapan, keandalan/stabilitas dan keadaan tidak berubah dalam
waktu pengamatan pertama dan selanjutnya. Menurut Sugiyono (2007),
instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Uji reliabilitas dilakukan secara eksternal dengan test-retest yaitu dengan cara
mencobakan instrumen yang sama dua kali pada responden yang sama dalam
waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan significant
maka instrument tersebut dinyatakan reliable.
Uji reliabilitas dilakukan secara internal, yaitu dengan menganalisis
data yang berasal dari satu kali pengjian kuesioner. Reliabilitas diukur dari
koefisien Alpha (Malhotra, 1999). Bila koefisien alpha (Cronbach's Alpha)
> 0,6 maka instrument tersebut dinyatakan reliabel. Nilai koefisien alpha
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Bilson, 2004).
2
2
11 11
rt
b
k
k
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan
b2 = jumlah varians butir
t2 = varians total
Analisis penelitian ini dilakukan sesuai dengan kerangka alur berpikir seperti
pada diagram 3.3
3.4.5 Uji Signifikansi Koefisien Regresi
Untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan,
dapat dilakukan dengan uji signifikansi koefisien regresi
3.4.5.1 Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara simultan
Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat, langkah-langkah pengujiannya dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut (Nata Wirawan,2002):
(1) Merumuskan hipotesis
0: 6543210
Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan
dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hi : Minimal salah satu dari 0i dimana i = (1,2,........,5,6)
Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari
seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
(2) Menentukan taraf nyata yaitu α = 0.05
(3) Statistik uji dan daerah kritis seperti gambar 3.1
Gambar 3.1
Pengujian Hipotesis Pengaruh Simultan
Sumber: Nata Wirawan, 2002
4) Menghitung statistik uji berdasarkan initial -2 log Likehood rasio (χ2)
(Imam Ghozali,2005)
5). Menarik kesimpulan/keputusan pengujian
3.4.5.2 Uji signifikansi koefisien regresi secara parsial
Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing
variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya, digunakan
uji t.
Dengan langkah- langkah pengujian berikut ini (Nata Wirawan,2002)).
(1) Merumuskan hipotesis
H0 : βi = 0
Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat dimana (i=1,2,3,4,5,6)
Hi : βi > 0
Artinya ada pengaruh positif yang signifikan secara parsial dari
masing-masing variabel bebas terhadapvariabel terikat.
2 tabel
f(2)
(2) Menentukan nilai t tabel tingkat signifikan α = 0.05 dengan derajat
kebebasan dk = n-k dimana n adalah jumlah observasi, k adalah
jumlah variabel (Sugiyono, 2004).
(3) Statistik Uji dan Daerah Kritis
Statistik uji dan daerah kritis disesuikan dengan arah pengujian
hipotesis yang dipergunakan (uji satu sisi kiri atau uji sisi kanan). Bila
pengujiannya menggunakan uji satu sisi kanan maka dapat
dgambarkan seperti Gambar 3.2
Gambar 3.2
Pengujian Hipotesis Pengaruh Parsial
Sumber: Nata Wirawan,2002
(4) Menghitung statistik uji
Nilai statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh parsial
variabel bebas terhadap variabel terikat adalah Wald statistik. Nilai
statistik Wald koefisien regresi sebuah variabel bebas dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Imam Ghozali,2005).
Wald = (/s.e )2
Nilai statitik Wald adalah nilai kuadrat dari statistik t hitung
Selanjutnya nilai t hitung dapat dicari dengan rumus berikut.
ticWaldstatist
t tabel 0
Daerah
Penerimaan H0
Daerah
Penolakan H0
(5) Menarik kesimpulan / mengambil keputusan pengujian
a) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yang diuji
secara parsial mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan
terhadap variabel terikat.
b) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima, artinya variabel bebas yang diuji
secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang bermakna atau
signifikan terhadap variabel terikat.
Kerangka Alur Berpikir
Ide
Latar belakang dan permasalahan
Kajian Pustaka
Metodeligi Penelitian
Data Skunder Data Primer
Pengumpulan dan tabulasi data
Uji Validitas Data
Uji Reliabilitas Data
Hasil Penelitian
Pembahasan
Analisis Kualitatif
Simpulan Dan Saran
Gambar 3.3 Kerangka Alur Berpikir
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas
4.1.1 Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian mampu
mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Validitas diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi (r hitung)
dengan menggunakan Pearson Product Moment. Instrumen penelitian dikatakan valid jika
koefisien korelasi item pertanyaan lebih besar dari 0.300. Hasil uji untuk kedua variable
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Variabel Terikat (Y)
Correlations
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y
Y1 Pearson Correlation 1 .254* .152 .326** .287** .225* .625**
Sig. (2-tailed) .020 .167 .002 .008 .040 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
Y2 Pearson Correlation .254* 1 .321** .304** .213 -.123 .517**
Sig. (2-tailed) .020 .003 .005 .051 .267 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
Y3 Pearson Correlation .152 .321** 1 .225* .396** -.086 .536**
Sig. (2-tailed) .167 .003 .039 .000 .439 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
Y4 Pearson Correlation .326** .304** .225* 1 .318** .210 .697**
Sig. (2-tailed) .002 .005 .039 .003 .055 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
Y5 Pearson Correlation .287** .213 .396** .318** 1 .115 .656**
Sig. (2-tailed) .008 .051 .000 .003 .297 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
Y6 Pearson Correlation .225* -.123 -.086 .210 .115 1 .458**
42
Sig. (2-tailed) .040 .267 .439 .055 .297 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
Y Pearson Correlation .625** .517** .536** .697** .656** .458** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
b) Variabel Bebas X1
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1
X1.1 Pearson Correlation 1 .058 -.040 .115 .086 .110 .374**
Sig. (2-tailed) .597 .719 .298 .437 .318 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.2 Pearson Correlation .058 1 .332** .219* .364** .142 .597**
Sig. (2-tailed) .597 .002 .046 .001 .198 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.3 Pearson Correlation -.040 .332** 1 .438** .496** .126 .664**
Sig. (2-tailed) .719 .002 .000 .000 .252 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.4 Pearson Correlation .115 .219* .438** 1 .213 .046 .571**
Sig. (2-tailed) .298 .046 .000 .052 .680 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.5 Pearson Correlation .086 .364** .496** .213 1 .299** .707**
Sig. (2-tailed) .437 .001 .000 .052 .006 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.6 Pearson Correlation .110 .142 .126 .046 .299** 1 .547**
Sig. (2-tailed) .318 .198 .252 .680 .006 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1 Pearson Correlation .374** .597** .664** .571** .707** .547** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
43
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1
X1.1 Pearson Correlation 1 .058 -.040 .115 .086 .110 .374**
Sig. (2-tailed) .597 .719 .298 .437 .318 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.2 Pearson Correlation .058 1 .332** .219* .364** .142 .597**
Sig. (2-tailed) .597 .002 .046 .001 .198 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.3 Pearson Correlation -.040 .332** 1 .438** .496** .126 .664**
Sig. (2-tailed) .719 .002 .000 .000 .252 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.4 Pearson Correlation .115 .219* .438** 1 .213 .046 .571**
Sig. (2-tailed) .298 .046 .000 .052 .680 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.5 Pearson Correlation .086 .364** .496** .213 1 .299** .707**
Sig. (2-tailed) .437 .001 .000 .052 .006 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.6 Pearson Correlation .110 .142 .126 .046 .299** 1 .547**
Sig. (2-tailed) .318 .198 .252 .680 .006 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1 Pearson Correlation .374** .597** .664** .571** .707** .547** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
44
No Variabel Terikat Pemeliharaan Jaringan
Irigasi Tersier (Y)
Koefisien Korelasi Keterangan
1 Rutinitas monitoring jaringan irigasi
dapat diukur dari jaringan irigasi
sehingga dapat mengalirkan air sesuai
dengan pola aliran yang direncanakan
0.625
Valid
2 Terpenuhinya kebutuhan atau
kontinyuitas air irigasi dapat diukur dari
tercapainya ketinggian air minimum di
lahan pertanian
0.517
Valid
3 Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi
dengan baik dapat diukur dari tidak
pernah terjadi keluhan dari anggota
petani
0.536
Valid
4 Adanya koordinasi yang baik antara
subak dan pemerintah dapat diukur dari
sering dilakukan peninjauan langsung ke
lahan pertanian oleh pemerintah
0.697
Valid
5 Kesiapan subak terhadap O & P dapat
diukur dari kemampuan subak untuk
mengelola secara mandiri jaringan
irigasinya tanpa campur tangan
pemerintah
0.656
Valid
6 Adanya intensif dari pemerintah dapat
diukur dari jumlah bantuan yang telah
disalurkan oleh pemerintah dalam
penanganan O & P jaringan irigasi
0.458
Valid
Variabel Bebas Tingkat Pendidikan (X1)
7 Petani mampu memanfaatkan secara
optimal fasilitas jaringan irigasi
0.374
Valid
8 Petani memiliki pemahaman yang
45
memadai terhadap proses tata kelola
penggunaan air
0.597 Valid
9 Meningkatnya kemampuan bekerjasama
sesama anggota subak dalam penggunaan
air irigasi
0.664
Valid
10 Adanya kerjasama yang baik diantara
sesama anggota subak dalam mengatasi
perselisihan
0.571
Valid
11 Meningkatnya pemahaman anggota
subak tentang pentingnya pelestarian
sistim irigasi tradisional
0.707
Valid
12 Meningkatnya kemampuan anggota
subak terhadap intensitas tanam guna
meningkatkan hasil produksi pertanian
0.547
Valid
Dari hasil rekapitulasi uji validitas instrumen penelitian seperti pada tabel dapat diketahui
bahwa semua instrumen penelitian tentang Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y), dan
Tingkat Pendidikan (X1) dapat dinyatakan valid, karena masing-masing butir pertanyaan
memiliki koefisien korelasi lebih besar dari 0.30.
4.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan secara internal, yaitu menganalisis data yang berasal dari satu
kali pengujian kuesioner. Reliabilitas diukur dari koefisien alpha (cronbach's alpha). Bila
koefisien alpha > 0.6 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.
46
a) Variabel Terikat (Y)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 84 100.0
Excludeda 0 .0
Total 84 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.710 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Y1 21.4523 3.738 .460 .668
Y2 21.4404 3.974 .329 .699
Y3 21.4047 3.916 .346 .695
Y4 21.5119 3.383 .515 .651
Y5 21.4643 3.578 .480 .662
Y6 21.7262 3.937 .170 .760
Y 21.5000 3.554 1.000 .595
47
b) Variabel Bebas X1
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 84 100.0
Excludeda 0 .0
Total 84 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.709 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X1.1 16.9186 6.399 .148 .740
X1.2 16.8829 5.632 .410 .679
X1.3 16.8472 5.398 .497 .656
X1.4 16.8829 5.685 .372 .688
X1.5 16.8829 5.207 .549 .641
X1.6 16.7996 5.557 .287 .722
X1 16.8690 5.344 1.000 .593
48
No Variabel Koefisien Alpha Keterangan
1 Pemeliharaan Jaringan
Irigasi Tersier (Y)
0.710 Reliabel
2 Tingkat Pendidikan (X1) 0.709 Reliabel
Dari hasil rekapitulasi uji reliabilitas instrumen penelitian seperti pada tabel dapat diketahui
bahwa semua intrumen penelitian tentang Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y), dan
Tingkat Pendidikan (X1) adalah reliabel, karena seluruhnya mempunyai koefisien Alpha
lebih besar dari 0.60
4.2 Hasil Analisis Regresi
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 TingkatPendidika
na
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable:
PemeliharaanJaringanIrigasiTersier
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .811a .658 .633 .24072
a. Predictors: (Constant), TingkatPendidikan
49
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.441 1 3.441 59.388 .000a
Residual 4.751 82 .058
Total 8.193 83
a. Predictors: (Constant), TingkatPendidikan
b. Dependent Variable: PemeliharaanJaringanIrigasiTersier
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.097 .195 10.779 .000
TingkatPendidikan .528 .069 .648 7.706 .000
a. Dependent Variable: PemeliharaanJaringanIrigasiTersier
Dari hasil uji Analisis Regresi Linier Berganda didapat persamaan Y = 2.097 + 0.528X1
Dari persamaan regresi linier berganda tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa
variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan
irigasi tersier. Besarnya koefisien dari variabel tingkat pendidikan petani dalam
mempengaruhi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier adalah 0.528.
4.3 Uji Ketepatan Model Secara Simultan
Pengujian secara simultan menggunakan uji - f. Analisis uji - f pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis awal yang digunakan
adalah H0 : 0 yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari
seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta Hi : 0 yang artinya terdapat
pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan f hitung dengan f tabel. Apabila f
hitung > f tabel maka H0 ditolak dan Hi diterima demikian sebaliknya.
50
Diperoleh :
f hitung = 59.388
f tabel = df untuk pembilang : 1 (jumlah variabel) ; df untuk penyebut = 84 (jumlah sampel),
diperoleh f tabel = 3.95
f hitung > f tabel (berpengaruh signifikan secara simultan)
Gambar 4.1. Pengujian pengaruh simultan variabel tingkat pendidikan terhadap
pemeliharaan jaringan irigasi tersier
4.4 Uji Ketepatan Model Secara Parsial
Signifikansi Koefisien Secara Parsial
Pengujian secara parsial menggunakan uji - t. Analisis uji - t menunjukkan apakah
variabel bebas secara parsial atau individual memberikan pengaruh terhadap variabel terikat.
Dengan dilakukan uji - t ini akan dapat diketahui apakah variabel tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Hipotesis awal yang digunakan
adalah H0 : 01 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari
variabel bebas terhadap variabel terikat serta Hi : 01 yang artinya ada pengaruh positif
yang signifikan secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel. Apabila t
hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Hi diterima, dan sebaliknya.
t tabel diperoleh : α = 0.05 ; df = 84-1 = 83
f hitung = 59.388
f tabel = 3.95
51
t tabel = 1.66342
No Variabel Bebas t - hitung t - tabel Probabilitas
1 Tingkat
Pendidikan
7.706 1.66342 0.000
Berdasarkan hasil uji - t dinyatakan bahwa faktor tingkat pendidikan berpengaruh signifikan
terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung > t
tabel sehingga H0 ditolak.
Gambar 4.2. Pengujian pengaruh parsial variabel tingkat pendidikan terhadap
pemeliharaan jaringan irigasi tersier
4.5 Koefisien determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Dari tabel pengujian regresi linier berganda dapat diketahui
bahwa koefisien determinasi sebesar 0.658. Hal ini menunjukkan bahwa 65.8% dari variasi
yang terjadi didalam variabel pemeliharaan jaringan irigasi tersier dipengaruhi oleh variabel
tingkat pendidikan petani. Sedangkan sisanya sebesar 34.2% dipengaruhi oleh faktor-faktor
diluar faktor tersebut.
Daerah
Penerimaan H0
Daerah
Penolakan H0
t hitung = 7.706
t tabel = 1.66342
52
Deskriptif Statistik
Y1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3.00 31 36.9 36.9 36.9
4.00 53 63.1 63.1 100.0
Total 84 100.0 100.0
Y2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3.00 30 35.7 35.7 35.7
4.00 54 64.3 64.3 100.0
Total 84 100.0 100.0
Y3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 1 1.2 1.2 1.2
3.00 25 29.8 29.8 31.0
4.00 58 69.0 69.0 100.0
Total 84 100.0 100.0
Y4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 4 4.8 4.8 4.8
3.00 28 33.3 33.3 38.1
4.00 52 61.9 61.9 100.0
Total 84 100.0 100.0
53
Y5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 2 2.4 2.4 2.4
3.00 28 33.3 33.3 35.7
4.00 54 64.3 64.3 100.0
Total 84 100.0 100.0
Y6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 9 10.7 10.7 10.7
3.00 36 42.9 42.9 53.6
4.00 39 46.4 46.4 100.0
Total 84 100.0 100.0
X1.1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 29 34.5 34.5 34.5
3.00 46 54.8 54.8 89.3
4.00 9 10.7 10.7 100.0
Total 84 100.0 100.0
X1.2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 27 32.1 32.1 32.1
3.00 47 56.0 56.0 88.1
4.00 10 11.9 11.9 100.0
Total 84 100.0 100.0
54
X1.3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 25 29.8 29.8 29.8
3.00 48 57.1 57.1 86.9
4.00 11 13.1 13.1 100.0
Total 84 100.0 100.0
X1.4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 28 33.3 33.3 33.3
3.00 45 53.6 53.6 86.9
4.00 11 13.1 13.1 100.0
Total 84 100.0 100.0
X1.5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 28 33.3 33.3 33.3
3.00 45 53.6 53.6 86.9
4.00 11 13.1 13.1 100.0
Total 84 100.0 100.0
X1.6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 1.2 1.2 1.2
2.00 29 34.5 34.5 35.7
3.00 33 39.3 39.3 75.0
4.00 21 25.0 25.0 100.0
Total 84 100.0 100.0
55
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengujian pengaruh simultan variabel Tingkat Pendidikan terhadap pemeliharaan
jaringan irigasi tersier, diperoleh hasil nilai F hitung (59,338) > dari F tabel (3,95)
berarti variable Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemeliharaan
jaringan irigasi tersier.
2. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa faktor pengetahuan
petani berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan bangunan air pada
jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung 7,706 > nilai t tabel
(1,66757)
3. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa Tingkat Pendidikan
berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier, seperti
hasil yang diperoleh nilai t hitung 3,32600 > nilai t tabel (1,66342)
6.1 Saran
1. Dari hasil analisis yang diperoleh perlu dilakukan analisis berupa penelitian lanjutan
dengan menambahkan beberapa faktor lainya seperti kebutuhan air irigasi, efisiensi
saluran irigasi dll. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan air irigasi
secara kontinyu di daerah irigasi.
2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait untuk lebih intensif dalam
memberikan penyuluhan terkait dengan efisiensi penggunaan air dan upaya–upaka
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan air irigasi.
56
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 1997.Analisis Regresi , BPFE , Yogyakarta
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Tahun 2007 , Pedoman Dan Kriteria Penelitian Subak
Provinsi Bali.
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan.1997. Pedoman Umum
Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi .
Dinas Pertanian Dan Kelautan Kota Denpasar.2006. Laporan Inventarisasi Lahan Sawah di
Kota Denpasar
Loekman Soetrisno. 1999. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan
Sosiologis, Kanisius, Yogyakarta.
Pitana I Gede Dan Setiawan I Gede.2005. Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era
Globalisasi, Andi Yogyakarta
Pitana I Gede.1993. Sistem Irigasi Tradisional Di Bali, Upada Sastra Denpasar.
Rosady Ruslan. 2003. Metode Penelitian, Pubilc Relations Dan Komunikasi, Raja Grafindo
Persada Jakarta.
Robert. J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu ,
Andi Yogyakarta.
Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung.
Sumarta I Ketut.1992. Subak Inspirasi Manajemen Pembangunan Pertanian , Cita Budaya.
Trie M Sunaryo.2005. Pengelolaan Sumber Daya Air, Bayumedia Publishing, Malang
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun1974, tentang Irigasi
W Gulo.2000. Metodelogi Penelitian, PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Windia Wayan.2006. Transformasi Sistem Irigasi Subak, Pustaka Bali Post
57
Lampiran 1
TINGKAT PENDIDIKAN
Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier di kecamatan
Denpasar timur
Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:
SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Petani mampu memanfaatkan secara optimal
fasilitas jaringan irigasi
2 Petani memiliki pemahaman yang memadai
terhadap proses tata kelola penggunaaan air
3 Meningkatnya kemampuan bekerjasama sesama
anggota subak dalam penggunaan air irigasi
4 Adanya kerjasama yang baik diantara sesama
anggota subak dalam mengatasi perselisihan
5 Meningkatnya pemahaman anggota subak tentang
pentingnya pelestarian sistim irigasi tradisional
6 Meningkatnya kemampuan anggota subak terhadap
intensitas tanam guna meningkatkan hasil produksi
pertanian
58
Lampiran 2
PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER
Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
pemeliharaan jaringan irigasi tersier di kecamatan Denpasar timur
Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:
SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Rutinitas monitoring jaringan irigasi dapat diukur
dari jaringan irigasi dapat mengalirkan air sesuai
pola aliran yang direncanakan.
2 Terpenuhinya kebutuhan atau kontinyuitas air
irigasi dapat diukur dari tercapainya ketinggian air
minimum di lahan pertanian
3 Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik
dapat diukur dari tidak pernah terjadi keluhan dari
anggota petani.
4 Adanya koordinasi yang baik antara subak dan
pemerintah dapat diukur dari sering dilakukan
peninjauan langsung ke lahan pertanian oleh
pemerintah
5 Kesiapan subak terhadap O & P dapat diukur dari
kemampuan subak untuk mengelola secara mandiri
jaringan irigasinya tanpa campur tangan
pemerintah.
6 Adanya intensif dari pemerintah dapat diukur dari
jumlah bantuan yang telah disalurkan oleh
pemerintah dalam penanganan O & P jaringan
irigasi.
59
Lampiran 3 : Jawaban Responden Terhadap Variabel Terikat
PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y
3 4 4 4 4 3 3.67
3 3 2 3 2 3 2.67
4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 3 4 4 3.83
4 3 4 4 4 4 3.83
3 4 4 4 4 4 3.83
4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 4 4 3 3.67
4 4 3 4 3 3 3.5
4 3 4 4 4 4 3.83
3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 4 4 4 3.67
3 4 4 3 3 2 3.17
3 3 4 4 4 4 3.67
4 3 3 2 3 4 3.17
4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 3 3 3 3.17
3 4 4 4 3 3 3.5
3 4 3 4 4 3 3.5
4 3 4 3 3 3 3.33
3 3 4 3 4 4 3.5
4 4 4 4 4 3 3.83
3 4 3 2 2 3 2.83
4 4 4 4 4 3 3.83
3 3 4 3 4 4 3.5
3 3 3 2 4 4 3.17
3 4 3 3 3 2 3
3 3 3 4 3 4 3.33
3 3 3 3 3 3 3
4 3 4 3 3 4 3.5
3 4 4 3 4 2 3.33
3 3 4 4 4 2 3.33
4 4 4 4 4 3 3.83
3 4 4 3 3 4 3.5
4 4 4 4 3 4 3.83
4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 3 3.83
60
4 4 4 4 4 4 4
4 3 4 3 3 3 3.33
3 4 4 3 4 2 3.33
4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 4 4 3 3.5
4 4 4 4 3 3 3.67
4 4 4 4 4 3 3.83
4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 4 4 4 3.67
4 4 4 4 4 3 3.83
4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 3 4 3 3.67
4 4 4 4 3 3 3.67
4 3 4 4 4 3 3.67
4 4 3 4 3 3 3.5
3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 3 3.83
4 4 4 4 4 4 4
4 3 4 4 3 3 3.5
3 4 4 4 3 3 3.5
3 4 4 3 4 2 3.33
3 4 4 4 3 2 3.33
4 4 3 3 4 3 3.5
4 4 4 4 4 2 3.67
4 4 4 3 4 3 3.67
3 3 4 2 4 2 3
4 4 3 4 4 4 3.83
4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 3 4 3 3.67
4 4 4 4 4 3 3.83
4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 4 3 4 3.33
4 4 3 4 4 4 3.83
4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 3 3 4 3.33
3 4 4 3 4 4 3.67
3 3 3 4 4 4 3.5
4 4 4 3 3 3 3.5
4 4 4 4 4 3 3.83
3 3 3 3 3 4 3.17
4 3 4 3 4 3 3.5
3 3 4 3 4 3 3.33
61
3 3 4 4 3 4 3.5
4 4 3 4 4 4 3.83
3 4 4 4 3 4 3.67
4 4 3 3 3 4 3.5
Lampiran 4 : Jawaban responden Terhadap Variabel Bebas
TINGKAT PENDIDIKAN
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1
4 2 2 2 2 2 2.33
62
3 2 3 4 3 3 3
3 4 3 4 3 1 3
3 4 3 2 4 4 3.33
2 3 3 3 4 3 3
3 2 2 3 3 4 2.83
2 4 4 4 3 3 3.33
2 3 3 3 3 3 2.83
3 3 2 3 2 3 2.67
3 2 3 3 3 4 3
2 3 3 2 2 2 2.33
3 2 2 2 2 3 2.33
3 2 2 3 3 3 2.67
2 3 2 3 2 2 2.33
2 2 3 3 3 2 2.5
3 2 2 2 2 4 2.5
4 3 3 3 2 4 3.17
3 2 2 2 2 3 2.33
4 3 2 3 2 2 2.67
3 2 2 3 2 3 2.5
3 2 3 2 3 2 2.5
2 2 3 2 3 4 2.67
3 3 4 3 3 3 3.17
2 3 2 2 2 2 2.17
2 3 3 4 3 4 3.17
2 3 2 2 3 2 2.33
3 2 2 2 3 4 2.67
2 3 2 2 2 2 2.17
2 3 2 3 2 4 2.67
2 2 2 2 2 2 2
3 2 3 2 4 2 2.67
2 3 3 2 3 2 2.5
3 2 2 3 3 2 2.5
3 3 4 3 3 4 3.33
3 2 2 2 2 2 2.17
2 2 4 3 4 4 3.17
4 4 3 3 3 4 3.5
3 3 3 3 3 4 3.17
4 3 3 3 3 4 3.33
3 2 3 2 2 3 2.5
2 3 3 2 3 2 2.5
4 4 4 3 4 3 3.67
2 3 2 3 3 3 2.67
3 3 3 3 2 3 2.83
63
3 4 3 3 3 3 3.17
4 4 4 4 4 3 3.83
2 3 3 2 3 3 2.67
3 4 3 3 3 3 3.17
3 3 3 4 4 3 3.33
2 3 3 3 3 3 2.83
2 3 3 3 2 3 2.67
3 2 3 3 3 3 2.83
3 3 2 3 2 3 2.67
2 2 2 2 2 2 2
3 3 4 4 3 2 3.17
3 3 3 3 3 4 3.17
3 2 3 4 2 3 2.83
3 3 3 3 2 2 2.67
2 3 3 2 3 4 2.83
2 3 3 3 2 2 2.5
3 3 2 2 3 3 2.67
3 3 3 3 3 2 2.83
3 3 3 2 3 3 2.83
3 2 3 2 2 2 2.33
3 3 2 3 3 3 2.83
3 3 3 3 3 4 3.17
2 2 4 4 3 2 2.83
4 3 3 3 4 3 3.33
3 3 3 3 3 2 2.83
2 4 4 3 4 4 3.5
3 2 3 4 2 3 2.83
3 3 3 3 2 2 2.67
2 3 3 2 3 4 2.83
2 3 3 3 2 2 2.5
3 3 2 2 3 3 2.67
3 3 3 3 3 2 2.83
3 3 3 2 3 3 2.83
3 2 3 2 2 2 2.33
3 3 2 3 3 3 2.83
3 3 3 3 3 4 3.17
2 2 4 4 3 2 2.83
4 3 3 3 4 3 3.33
3 3 3 3 3 2 2.83
2 4 4 3 4 4 3.5
64
LAMPIRAN. 5
1. Jadwal Penelitian
No Uraian Waktu Pelaksanaan Penelitian Tahun 2015
Juni Juli Agustus September
1 Persiapan
2 Survey Lapangan
3 Analisis Data
4 Pembuatan Laporan
5 Penyerahan Laporan
Bukit Jimbaran, Mei 2015
Ketua Tim Peneliti
( Ir. I Ketut Suputra, MT )
NIP: 19540817 198601 1 001
65
2. Personalia Penelitian
Tim Peneliti :
Dosen :
Ketua Tim Peneliti
Nama : Ir I Ketut Suputra, MT
Golongan Pangkat dan NIP : IV/a 195408171986011001
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Jabatan Struktural : -
Bidang Keahlian : Hidrologi
Anggota Tim Peneliti
Nama : Ir IBN Purbawijaya, MSi ,MT
Golongan Pangkat dan NIP : IV/a 196004171986011001
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Jabatan Struktural : -
Bidang Keahlian : Hidro (Irigasi)
Nama Mahasiswa
1. : Kadek Dedy Sudiatmika
2. : Nanda Angga Parahita
66
3. Rencana Biaya Penelitian
Biaya Penelitian Terdiri Dari :
A Honorarium Tim Peneliti (max 30 % dari
total biaya Rp 10.000.000)
Nilai (RP)
Ketua Tim Peneliti 950.000
Anggota Tim Peneliti 850.000
Mahasiswa 1 550.000
Mahasiswa 2 550.000
Jumlah 2.900.000
B Biaya Operasional
Usulan Penelitian 700.000
Pembuatan Dan penyebaran Kuesioner 3.000.000
Transportasi 1.600.000
Pengolahan Dan Analisa Data 900.000
Laporan Penelitian 900.000
Jumlah 7.100.000
Total 10.000.000
Bukit Jimbaran, 30 September 2015
Ketua Tim Peneliti
( Ir. I Ketut Suputra,MT )
NIP : 195408171986011001