Laporan Status Keanekaragaman Hayati di PT Pertamina...
Transcript of Laporan Status Keanekaragaman Hayati di PT Pertamina...
Laporan Status Keanekaragaman Hayati
di PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu
Kabupaten Tanggamus
Provinsi Lampung
Mei, 2019
1
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Kata Pengantar
PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
energi panas bumi sangat peduli terhadap kelestarian keanekaragaman hayati. Hal ini dibuktikan
dengan adanya program-program perlindungan dan pelestarian flora dan fauna yang dilaksanakan
setiap tahun bekerja sama dengan pemerintah, LSM, dan masyarakat di sekitar wilayah kerja Area
Ulubelu.
Adapun salah satu program tersebut yaitu melakukan penelitian dan pemantauan keanekaragaman
hayati bekerja sama dengan pihak eksternal (expert) untuk melihat data status keanekaragaman hayati
di area konservasi PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu. Hasil dari kegiatan penelitian dan
pemantauan keanekaragaman hayati tahun 2019 ini merupakan data yang berkesinambungan (time
series) dari tahun sebelum-sebelumnya sebagai bahan evaluasi untuk melihat dampak dari kegiatan
pengembangan lapangan panas bumi terhadap keanekaragaman hayati (flora dan fauna) dan mengukur
efektifitas pelaksanaan program-program perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati.
PT. PGE Area Ulubelu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Tanggamus, Mei 2019
PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu,
Dirgo Rahayu
General Manager
2
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
I. Letak dan Status Kawasan
I.1. Letak Kawasan
Secara administrasi lokasi kegiatan PT. PGE Area Ulubelu terletak di Kecamatan Ulubelu Kabupaten
Tanggamus Provinsi Lampung.
1.2 Status Kawasan
Wilayah Ulubelu merupakan bagian dari Gunung Way Panas, dengan luas total wilayah 89.280
hektar, di lokasi tersebut termasuk Konsesi Geothermal (Wilayah Kuasa Pengusahaan Sumberdaya
Panas) Bumi/WKP) PT Pertamina sebagaimana tercantum dalam Keputusan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral No. 2067 K/MEM/2012, tertanggal 18 Juni 2012.
Area konservasi keanekaragaman hayati berbatasan langsung dengan kawasan lindung yaitu Hutan
Lindung Bukit Rindingan, Luas keseluruhan Hutan Lindung Bukit Rindingan adalah 6.690 hektar.
Dari keseluruhan luas kawasan lindung tersebut sekitar 6,6 Ha terasuk dalam WKP PT. Pertamina,
yang tercakup dalam Cluster J. Adapun area konservasi PT. PGE Area Ulubelu dapat dilihat pada
Gambar 1.1 Peta Penetapan Area Konservasi Keanekaragaman Hayati PT Pertamina Geothermal
Energy Area Ulubelu.
Gambar 1.1 Peta Penetapan Area Konservasi Keanekaragaman Hayati
PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu
3
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Gambar 1.2 Peta Overlay Lokasi PT PGE Area Ulubelu Lampung dengan Hutan Lindung
II. Keanekaragaman Hayati Flora
Kondisi keanekaragaman hayati pada periode Tahun 2019 seperti yang diuraikan secara umum, relatif
tidak berbeda signifikan dengan kondisi rona lingkungan hidup awal kegiatan Pengembangan
Pembangunan Lapangan Panas bumi dan Pusat Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Unit 6 (55 MW)
Proyek Geothermal Ulubelu Lampung Tahun 2014, dimana observasi tim studi ANDAL pada tahun
2012 hasil menunjukan bahwa vegetasi dominan di lokasi adalah berupa tanaman kopi dengan
kepadatan berkisar 1.600 - 2.200 batang per hektar. Selain tanaman kopi, di antara tanaman kopi
terdapat tanaman pohon yang tersebar secara acak, seperti: cempedak (Arthocarpus champeden),
melinjo (Gnetum gnemon), pisang (Musa paradisiaca), kelapa (Cocos nucifera), kemang (Mangifera
caesia), nangka (Arthrocarpus heterophylla), randu (Bombax valetonii), dan dadap (Erythrina
variegata).
Namun dapat diamati pula beberapa perubahan atau dampak yang diakibatkan oleh pelaksanaan
konstruksi pembukaan sumur-sumur eksplorasi baru seperti dapat dilihat di lokasi pembukaan Cluster
J. Di lokasi Cluster J dibuka pada tahun 2017 – 2018 dimana terjadi konversi lahan kawasan lindung
4
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
menjadi kawasan sumur eksplorasi Cluster J, berdasarkan hasil pengamatan meskipun kawasan Cluster
J termasuk kawasan lindung, namun sebagian besar penggunaan lahan merupakan lahan perkebunan
kopi serta beberapa tanaman budidaya lain yang diusahakan atau ditanam oleh masyarakat diantaranya
adalah Kakao (Theobroma cacao), jambu biji (Psidium guajava, pinang (Areca cathchu) dan pisang
(Musa paradisaca). Kebun kopi tersebut diselingi dengan pepohonan dengan beragam tutupan kanopi,
oleh karena itu kawasan termasuk kawasan vegetasi binaan yang dapat dianggap sebagai habitat alami
dan bernilai ekologis rendah.
II. 1 Struktur Vegetasi
Struktur vegetasi ditunjukkan melalui distribusi jumlah pohon atau bidang dasar pohon menurut kelas
diameter pohonnya dari diameter yang terkecil hingga yang terbesar. Struktur tegakan memberikan
gambaran tentang kerapatan pohon dalam suatu ekosistem hutan yang dalam hal ini diwakili oleh
Cluster-cluster sumur dan Jalur pipa distribusi uap panas bumi. Selain itu juga menjelaskan
menjelaskan bagaimana variasi ukuran dari pohon yang menyusun tegakan.
II.2 Komposisi Vegetasi
Berdasarkan hasil pemantauan atau monitoring vegetasi tanggal 20 - 25 Mei 2019 didapatkan jumlah
komposisi vegetasi yaitu 203 jenis dari 61 famili. Berdasarkan hasil pemantauan periode sebelumnya
tahun 2018 diketahui jumlah jenis tumbuhan yang teridentifikasi menurun, di bandingkan tahun 2018
yaitu 212 jenis, seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Grafik perbandingan jumlah vegetasi periode 2016, 2018, dan 2019
Artinya penurunan jumlah jenis tersebut mengindikasikan terjadinya proses kompetisi alami pada titik-
titik pemantauan/monitoring biologi. Jumlah ini dapat menjadi sebuah indikator adanya proses suksesi
yang baik pada lokasi pemantauan atau lebih dikenal dengan istilah “daya lenting” yaitu kemampuan
suatu ekosistem untuk berkembang dari tekanan-tekanan yang ada disekitarnya baik yang disebabkan
faktor alami seperti bencana alam ataupun tidak alami misalnya perusakan lahan/hutan oleh tangan
manusia. Berikut adalah Jenis tumbuhan hasil Inventarisasi di lokasi PT.PGE Ulubelu Per Periode
2017, 2018, dan 2019.
0 50 100 150 200 250
Jumlah Jenis
2019 2018 2016
5
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Tabel 2.1 Perbandingan dan Status Konservasi Jenis Tumbuhan Di Keseluruhan Lokasi
Sumur/Cluster PT.PGE Area Ulubelu periode tahun 2017 - 2019
No Famili Nama Daerah Nama Ilmiah Tahun Red List
IUCN 2017 2018 2019
1 Acanthaceae Asystasia Asystasia gangetica √
2 Alismataceae Genjer Limnocharis flava √ √ √
3 Altingiaceae Rasa Mala Altingia excels √ √
4 Anacardiaceae Bacang/Limus Mangifera foetida √ √ √ DD
5 Renghas Gluta renghas √ √
6 Jambu dipa Anacardium occidentale √ √ √
7 Mangga Mangifera indica L. √ √ √ DD
8 Anonaceae Glodogan tiang Polyathia longifolia √ √ √
9 Apiaceae Antanan Centella asiatica √ √
10 Apocynaceae Pulai Alstonia scholaris √ √ √ LC
11 Araceae Cariang Homolonema sp. √ √ √
12 Talas hias Caladium bicolor √ √ √
13 Talas Colocasia esculenta √ √ √
14 Arecaceae Aren Arenga pinnata √ √ √
15 Kelapa Cocos nucifera L. √ √ √
16 Pohon Pinang Areca catechu √ √ √
17 Salak Salacca zalacca √ √
18 Rotan bubuay Plectocomia elongate √
19 Kelapa sawit Elaeis guineensis √ √ √
20 Arecaceae Palem ekor tupai Wodyetia bifurcata
A.K.Irvine
√ √ CD
21 Asparagaceae Paku ekor tupai Asparagus densiflorus √ √
22 Spider Lily Chlorophytum comosum √ √
23 Dwarf Lily Ophiopogon bodinieri √ √
24 Hanjuang Cordyline fruticosa √ √ √
25 Bawang daun Allium sativum √ √
26 Aspleniaceae Paku sarang burung Asplenium nidus √ √
27 Asteraceae Babadotan Ageratum conyzoides L. √ √ √
28 Harega Bidens pilosa L √ √ √
29 Jotan Acmella paniculata √ √ √
30 Kana Canna indica √ √ √
31 Kirinyuh Eupatorium inulifolium √ √ √
32 Sembung Blumea balsamifera √ √
33 Kirinyuh Chromolaena odorata √ √
34 Urang-aring Eclipta prostrate √ √
35 Emilia sonchifolia √ √
36 Erigeron sumatrensis √ √
37 Galinsoga Galinsoga parviflora √ √
38 Mikania Mikania micrantha √ √
39 Porophyllum ruderale √
40 Synedrella nodiflora √
41 Bunga tahi kotok Tagetes erecta √ √
42 Ki pait Tithonia diversifolia √ √
6
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No Famili Nama Daerah Nama Ilmiah Tahun Red List
IUCN 2017 2018 2019
43 Serunai Wedelia triloba √ √
44 Sintrong Crassocephalum
crepidioides
√ √ √
45 Athyriaceae Paku sayur Diplazium esculentum √ √ √
46 Begoniaceae Begonia Begonia maculate √ √
47 Bignoniaceae Kiacret spathodea campulata √ √ √
48 Bromeliaceae Nanas Ananas comosus √ √ √
49 Campanulaceae Ki tolod Hippobroma longiflora √ √
50 Cannabaceae Kuray Trema orientalis √ √
51 Caricaceae Pepaya Carica papaya L. √ √ √
52 Casuarinaceae Cemara laut Casuarina equisetifolia √ √ √
53 Combretaceae Ketapang Terminalia catappa √ √ √
54 Costaceae Pacing Costus spicatus √ √ √
55 Cyatheaceae Paku –pakuan Tracheophyta √ √ √
56 Paku tiang Alsopila glauca √ √ √
57 Paku tiang Cyathea contaminans √ √
58 Paku tiang Alsopila glauca √ √ √
59 Cyperaceae Teki Carex baccans √ √
60 Teki Cyperus iria √
61 Teki Cyperus rotundus √ √
62 Teki Fimbristylis littoralis √ √
63 Teki Kyllinga nemoralis √
64 Teki Rhynchospora corymbosa √ √
65 Dioscoreaceae Gadung Dioscorea hispida √ √ √
66 Gadung Dioscorea alata √ √
67 Euphorbiaceae Karembi Homalanthus populneus √ √ √
68 Karet Hevea brasiliensis √ √ √
69 Kemiri Aleurites moluccanus (L.) √ √ √
70 Singkong Manihot esculenta √ √ √
71 Puring Codiaeum variegatum √ √ √
72 Mara Macaranga tanarius √ √
73 Singkong karet Manihot glaziovii M.A. √ √ √
74 Elaeocarpaceae Ganitri Elaeocarpus ganitrus √ √
75 Fabaceae Akasia Acacia auriculiformis √ √ √
76 Akasia Acacia mangium √ √ √
77 Dadap blending Erythrina microcarpa √ √ √
78 Kacang panjang V. u. sesquipedalis √ √ √
79 Gamal Gliricidia sepium √ √ √
80 Jengkol Archidendron pauciflorum √ √ √
81 Johar Cassia siamea √ √ √
82 Kacang-Kacangan Senna sp √ √ √
83 Kaliandra Calliandra callothyrus √ √ √
84 Ki kupu Bauhinia semibifida √ √ √
85 Kimanila Camissonia claviformis √ √ √
86 Petai Parkia speciosa √ √ √
7
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No Famili Nama Daerah Nama Ilmiah Tahun Red List
IUCN 2017 2018 2019
87 Petai cina Leucaena leucocephala √ √ √
88 Putri malu Mimosa pudica √ √ √
89 Rumput garuk Mimosa pigra √ √ √
90 Saga besar Adenanthera pavonina √ √ √
91 Albasiah Albizia falcataria √ √ √
92 Trembesi Albizia saman (Jacq.) √ √ √
93 Mimosa invisa √ √
94 Aeschynomene indica √ √
95 Kacang tanah Arachis hypogaea √ √
96 Orok-orok Crotalaria juncea √
97 Kacang rambat Pueraria phaseoloides √ √
98 Ketepeng cina Senna alata √ √
99 Kacang rambat Centrosema pubescens √ √
100 Turi Sesbania grandiflora √ √ √
101 Gnetaceae Melinjo Gnetum gnemon √ √ √
102 Hydrangiaceae Bunga Berondong Hydrangea sp √ √ √
103 Lamiaceae Kemangi Ocimum citriodorum √ √ √
104 Bunga pagoda Clerodendrum japonicum √ √
105 Hyptis brevipes √ √
106 Hyptis capitata √ √
107 Lauraceae Alpukat persea americana √ √ √ LC
108 Kayu manis Cinnamonum Curmanii √ √ √
109 Lecythidaceae Baringtonia Barringtonia asiatica √ √ √
110 Leguminaceae Kecipir Psophocarpus
tetragonolobus
√ √ √
111 Magnoliaceae Cempaka bodas Michelia alba √ √ √
112 Malvaceae Durian Durio zibethinus √ √ √
113 Randu Ceiba pentandra √ √ √
114 Sidaguri Sida rhombifolia L √ √ √
115 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis √ √
116 Pulutan Urena lobata √ √
117 Sidaguri Sida acuta √ √
118 Tisuk Hibiscus macrophyllus √ √ √
119 Melastomataceae Harendong Melastoma affine √ √ √
120 Harendong
(berbulu)
Melastoma candidum √ √ √
121 Harendong bulu Clidemia hirta √ √ √
122 Harendong tangkal Bellucia pentamera √ √ √
123 Meliaceae Mahoni Swietenia mahagoni √ √ √ VU
124 Mindi Melia azedarah L. √ √ √
125 Pohon dukuh L. domesticum √ √ √
126 Khaya anthoteca √ √
127 Suren Toona sureni √ √ √
128 Moraceae Nangka Artocarpus heterophyllus √ √ √
129 Sukun Artocarpus communis √ √ √
8
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No Famili Nama Daerah Nama Ilmiah Tahun Red List
IUCN 2017 2018 2019
130 Bisoro Ficus hispida √ √
131 Beunying Ficus fistulosa √ √
132 Hamirang Ficus padana √ √
133 Teureup/Kelewih Artocarpus elasticus √ √ √
134 Musaceae Pohon Pisang Musa paradisiaca √ √ √
135 Myristicaceae Pala Myristica fragrans √ √ √
136 Myrtaceae Cengkeh Syzygium aromaticum √ √ √
137 Jambu bol Syzygium malaccense √ √
138 Jambu air Syzygium aqueum √ √ √
139 Jambu batu Psidium guajava √ √ √
140 Salam Syzygium polyanthum √ √ √
141 Oxalidaceae Belimbing averhoa carambola √ √ √
142 Calingcing/ceplukan Oxalis corniculata √ √ √
143 Clingcing Oxalis barrelieri √ √
144 Phyllanthaceae Meniran Phyllanthus urinaria √ √
145 Piperaceae Sirih Piper betle √ √
146 Sirih hutan Piper aduncum √ √
147 Lada Piper nigrum √ √ √
148 Piroseaceae Pirosea Pirosea sp √ √ √
149 Poaceae Akar wangi V. zizanioides √ √ √
150 Alang-alang Imperata cylindrical √ √ √
151 Bambu bitung Dendrocalamus asper √ √ √
152 Bambu tali Asparagus cochinchinensis √ √ √
153 Bambu Tamiang Schizostachyum blumei
Nees
√
154 Haur hijau Bambusa vulgaris var.
striata
√ √
155 Bambu surat Gigantochloa
pseudoarundinacea
√ √
156 Cyperus Cypirus rotundus √ √ √
157 Kaso Saccharum spontaneum √ √ √
158 Kilameta Leersia hexandra √ √ √
159 Rumput Kawat Cynodon dactylon √ √ √
160 Serai Cymbopogon citratus √ √ √
161 Tebu Saccharum arundinaceum √ √ √
162 Rumput Axonopus compressus √ √
163 Rumput Brachiaria reptans √ √
164 Rumput Chloris barbata √ √
165 Rumput Coix lacryma-jobi √ √
166 Rumput Cymbopogon calcicola √ √
167 Rumput Digitaria ciliaris √ √
168 Rumput Echinochloa colona √ √
169 Rumput Ecinochloa cruss-galli √ √
170 Rumput Eleusine indica √ √
171 Rumput Eragrostis amabilis √ √
172 Rumput Melinis repens √ √
9
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No Famili Nama Daerah Nama Ilmiah Tahun Red List
IUCN 2017 2018 2019
173 Padi Oryza sativa √ √
174 Rumput Panicum maximum √ √
175 Rumput Panicum repens √ √
176 Rumput Paspalum conjugatum √ √
177 Rumput Pennisetum purpureum √ √
178 Rumput Pennisetum setaceum √ √
179 Rumput Setaria barbata √ √
180 Jagung Zea mays √ √
181 Tetembagaan Ischaemum macrurum √ √ √
182 Polypodiaceae Paku tanduk rusa P. bifurcatum √ √
183 Paku sisik naga Pyrrosia piloselloides √ √
184 Pteridaceae Suplir Adiantum cuneatum √ √ √
185 Rhamnaceae kayu afrika Maesopsis eminii √ √ √
186 Rubiaceae Jabon Anthocephalus cadamba √ √ √
187 Mengkudu Morinda citrifolia √ √ √
188 Kopi Coffea robusta √ √ √ LC
189 Oldenlandia auricularia √ √
190 Spermacoce remota √ √
191 Rutaceae Jeruk bali Citrus maxima √ √ √
192 Sapindaceae Rambutan Nephelium lappaceum √ √ √ LC
193 Sapotaceae Sawo duren Risophilum Cainito
194 Selaginellaceae Paku ceker ayam Selaginella doederleinii √ √ √
195 Solanaceae Cabai Capsicum annum √ √ √
196 Tekokak Solanum torvum √ √ √
197 Tembakau Nicotiana tabacum √ √
198 Tomat Solanum lycopersicum √ √
199 Kecubung gunung Brugmansia suaveolens √ √
200 Sterculiaceae Coklat Theobroma cacao √ √ √
201 Theaceae Puspa Schima bancana Miq. √ √ √
202 Typhaceae Typha Typha angustifolia √ √
203 Urticaceae Pulus Dendrocnide stimulans √ √
204 Nangsi Oreocnide rubescens √ √
205 Verbenaceae Jarong Stachytarpheta jamaicensis √ √ √
206 Saliara Lantara camara √ √ √
207 Jarong Stachytarpheta indica √ √
208 Zingiberaceae Kunyit Curcuma longa √ √ √
209 Lengkuas Alpinia galangal √ √ √
210 Honje Etlingera elatior √ √
211 Tepus Etlingera solaris √ √ √
212 Pinaceae Pinus Pinus merkusii Jungh. √ √ √ VU
Jumlah Total 122 212 203
Data Primer, Mei 2019
Ket: Status Konservasi
DD: Data Deficein, CD: Conservation Dependent, LC: Least Concern, VU: Vulnerable
10
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Berdasarkan hasil tabulasi yang dilakukan pada monitoring kali ini dengan dibandingkan pada periode
pemantauan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa jenis-jenis flora yang dijumpai pada periode
pemantauan sebelumnya yaitu dari periode tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 dapat dengan mudah
pula dijumpai pada periode pemantauan tahun 2019, seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.1 diatas.
Hasil identifikasi tumbuhan didapatkan beberapa jenis tumbuhan yang tercatat di dalam Red List
IUCN atau Status Konservasi penting. Jenis ekosistem yang hampir sama dari setiap titik pemantauan
memperlihatkan jenis tumbuhan yang hampir sama. Teridentifikasi 2 jenis tumbuhan masuk kedalam
Red List IUCN kategori Data Deficien/Kurang Data (DD) yaitu jenis Mangga (Mangifera indica) dan
Bacang (mangifera Floetida) keduanya berasal dari famili Anacardiaceae. Foto dokumentasi dari jenis
tersebut di lokasi pemantauan dapat dilihat pada gambar 3.27 dab 3.28.
Gambar 2.2 Bacang (mangifera Floetida) Gambar 2.3 Mangga (Mangifera indica)
Didapatkan 4 jenis tumbuhan masuk kedalam Red List IUCN Least Concern/ Resiko rendah (LC) yaitu
jenis pulai (Alstonia scholaris), kayu manis (Cinnamonum Curmanii), rambutan (Nephelium
lappaceum), dan kopi (Coffea robusta). Foto dokumentasi dari jenis tersebut di lokasi pemantauan
dapat dilihat pada gambar 2.4 sampai 2.6.
.
Gambar 2.4 Pulai (Alstonia
scholaris)
Gambar 2.5 Rambutan
(Nephelium lappaceum) Gambar 2.6 Kopi (Coffea
robusta)
11
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Teridentifikasi 2 jenis tumbuhan kedalam Red List IUCN kategori vulnerable (VU) atau rentan yaitu
jenis mahoni (Swietenia mahagoni) dan Pinus (Pinus merkusii). Foto dokumentasi dari jenis tersebut
di lokasi pemantauan dapat dilihat pada gambar 2.7 dan 2.8.
Gambar 2.7 Mahoni (Swietenia mahagoni) Gambar 2.8 Pinus (Pinus merkusii)
Teridentifikasi 1 jenis tumbuhan kedalam Red List IUCN kategori conservation dependent/
Spesies yang bergantung pada konservasi (CD) yaitu jenis palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata).
Berikut foto dokumentasi.
Gambar 2.9 Palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcata)
Berdasarkan hasil monitoring vegetasi di keseluruhan Re-injeksi dan cluster area PT. PGE Area
Ulubelu di dapatkan jenis tumbuhan dari berbagai tipe vegetasi antara lain semak belukar,
sawah/ladang dan kebun binaan (kebun campuran, Kopi, lada, cengkeh, tembakau dan kelapa sawit).
Tumbuhan yang dominan dan sering dijumpai di kebun binaan adalah pertama jenis Kopi (Coffea
robusta), kedua Kayu afrika (Maesopsis eminii), dan dadap cangkring (Erythrina microcarpa),
tumbuhan ini sering dijumpai di jalur pipa re-injeksi, jalur pipa distribusi ataupun di setiap lokasi
cluster.
12
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Gambar 2.10 Jenis tanaman
Kayu Afrika (Maesopsis
emenii)
Gambar 2.11 Jenis tanaman
Dadap Cangkring (Erythrina
microcarpa)
Gambar 2.12 Jenis tanaman Kopi
(Coffea robusta)
Jenis tanaman kopi (Coffea robusta) paling dominan di setiap Re-injeksi ataupun Cluster sering
dijumpai. Mengingat kondisi tanah serta kondisi alam di lokasi pemantauan yang sangat cocok
ditanami kopi, sehingga memberikan hasil dengan kualitas baik serta bernilai jual tinggi dan
menguntungkan bagi masyarakat setempat, pada saat kegiatan pemantauan dilakukan tanaman kopi
berada dalam kondisi berbuah dan sebagian masih berbunga. Tumbuhan semak belukar yang dominan
sering dijumpai dilokasi studi yaitu jenis Harendong (Melastoma affine), Teki (Cyperus rotundus),
Babadotan (Ageratum conyzoides), Kirinyuh (Euphatorium odaratum), Gelagah (Saccharum
spontaneum), Rumput garuk (Mimosa pigra), Alang-alang (Imperata cylindrica). dan Sirih hutan
(Piper aduncum). Berikut foto dokumentasi beberapa jenis tumbuhan semak dominan.
Gambar 2.13 Jenis Tanaman Harendong
(Melastoma affine)
Gambar 2.14 Jenis Tanaman Teki (Cyperus
rotundus)
Gambar 2.15 Jenis Tanaman Sirih Hutan (Piper aduncum)
13
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
II.3 Struktur dan Keanekaragaman Jenis Vegetasi
Secara umum, tipe komunitas tumbuhan di Titik Pengamatan termasuk kedalam kelas hutan sub-
montana. Area pengamatan tersebut termasuk kedalam hutan sekunder yang telah mengalami
gangguan berupa perladangan. Tegakan hutan pada area pengamatan ini termasuk kedalam fase hutan
persaingan, dimana didominasi oleh semak belukar yang saling berkompetisi untuk perkembangan ke
tahap/kategori diatasnya. Formasi tumbuhan tersusun oleh strata A, B, C, D dan E.
Kondisi struktur kanopi tumbuhan di area pengamatan memiliki bentuk tidak rata dan diskontinyu
(Gambar 3.16). Persentase penutupan kanopi berkisar 40-50% dari total wilayah pengamatan, dengan
komposisi penutupan kanopi kategori pohon (30-40%), tiang (50-60%), pancang (70-80%), anakan
(10-20%) dan tumbuhan penutup lantai sebesar 40%.
Gambar 2.16 Tipe kanopi yang memperlihatkan bentuk tidak rata dan diskontinyu (kiri) dan bentuk
yang cukup rapat (kanan) di Titik Pengamatan
Kategori tumbuhan penyusun titik pengamatan diantaranya adalah pohon, tiang, pancang, anakan,
tumbuhan bawah dan epifit. Struktur batang masih memperlihatkan tegakan normal berupa
percabangan diatas 5 meter dari permukaan tanah, namun jenis yang menyusunnya merupakan jenis
pohon kayu yang ditanam sebagai komoditi. Kondisi batang ditumbuhi oleh lumut, anggrek, paku-
pakuan dan crustose lichens (gambar 3.17). Ditemukannya jenis-jenis epifit pada lokasi pengamatan
menandakan bahwa lokasi pengamatan memiliki kelembaban yang cukup tinggi.
Gambar 2.17 Keberadaan Tumbuhan Epifit Pada Batang
14
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat 3 kategori tumbuhan yang memiliki Nilai Indeks
Keanekaragaman sedang, yaitu pohon, tiang, dan pancang pada seluruh lokasi pengamatan. Hal ini
terjadi dikarenakan pada lokasi pengamatan tidak seluruhnya merupakan lokasi dengan kondisi
vegetasi yang alami, dan sebagian besar cenderung perkebunan kopi dengan pola penanaman tumpang
sari atau campuran dengan dengan tanaman kayu.
Jenis tumbuhan Waru (Hibiscus tiliaceus) memiliki INP tertinggi dengan nilai 36,29% pada kategori
pohon. Sedangkan pada kategori tiang, mencatat jenis pisang (Musa paradisiaca) sebagai tumbuhan
dominan dengan INP sebesar 57,23%. Tumbuhan dominan pada kategori pancang mencatat jenis kopi
(Coffea robusta) dengan INP sebesar 121,52%.
Tabel 2.2 Indeks Nilai Penting (INP) dan indeks keanekaragaman jenis (H’) vegetasi katagori pohon
No. Nama Jenis Nama Ilmiah KR FR DR INP H'
1 Waru Hibiscus tiliaceus 11.29 14.63 10.37 36.29 0.23
2 Rimau Toona sureni 9.68 9.76 8.46 27.89 0.21
4 Randu Ceiba pentandra 8.06 9.76 9.89 27.71 0.19
5 Kayu Afrika Maesopsis eminii 12.90 4.88 14.77 32.55 0.25
6 Cempaka Michelia campaca 4.84 7.32 7.21 19.37 0.14
7 Dadap Erythrina macrocarpa 4.84 7.32 5.68 17.83 0.14
8 Trembesi Samanea saman 4.84 2.44 4.55 11.82 0.14
9 Mangium Acaccia mangium 4.84 2.44 4.48 11.76 0.14
10 Mahoni Swietania macrophylla 4.84 2.44 4.23 11.51 0.14
11 Pinang Areca catechu 3.23 4.88 2.30 10.40 0.10
12 Gamal Gliricidia sepium 3.23 2.44 1.41 7.08 0.10
13 Jengkol Archindendron jiringa 6.45 4.88 7.42 18.75 0.17
14 Cengkeh Syzigium aromaticum 3.23 2.44 2.67 8.33 0.10
15 Pepaya Carica papaya 3.23 2.44 2.51 8.17 0.10
16 Kelapa Cocos nucifera 1.61 2.44 2.00 6.06 0.06
17 Nangka Artocarpus heteroplyllus 1.61 2.44 1.18 5.24 0.06
18 Rambutan Nephelium lappaceum 1.61 2.44 1.41 5.46 0.06
19 Jambu monyet Syzigium mallacense 1.61 2.44 1.24 5.29 0.06
20 Harendong monyet Bellucia axinanthera 1.61 2.44 1.20 5.25 0.06
21 Durian Durio zibenthinus 1.61 2.44 1.57 5.62 0.06
22 Sengon Albizzia falcata 1.61 2.44 2.21 6.26 0.06
23 Alpukat Persea americana 1.61 2.44 1.69 5.74 0.06
24 Petai Parkia speciosa 1.61 2.44 1.55 5.60 0.06
Total 100.00 100.00 100.00 300.00 2.72
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 2.3 Indeks Nilai Penting (INP) Dan Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Vegetasi Katagori Tiang
No. Nama Jenis Nama Ilmiah KR FR DR INP H'
1 Trembesi Samanea saman 0.95 2.27 1.56 4.78 0.04
2 Cemara Casuarina 0.95 2.27 1.26 4.49 0.04
3 Gamal Gliricidia sepium 8.57 6.82 14.91 30.30 0.20
4 Petai Cina Leucaena leucocephala 0.95 2.27 3.08 6.30 0.04
5 Pinang Areca catechu 1.90 4.55 2.00 8.45 0.07
15
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No. Nama Jenis Nama Ilmiah KR FR DR INP H'
6 Rimau Toona sureni 23.81 11.36 13.09 48.26 0.33
7 Tanjung Mimusops elengi 0.95 2.27 1.48 4.71 0.04
8 Pisang Musa paradisiaca 33.33 18.18 5.71 57.23 0.36
9 Cengkeh Syzigium aromaticum 5.71 11.36 11.09 28.17 0.16
10 Waru Hibiscus tiliaceus 6.67 9.09 6.42 22.17 0.17
11 Randu Ceiba pentandra 0.95 2.27 1.68 4.90 0.04
13 Kayu Afrika Maesopsis eminii 3.81 4.55 9.09 17.44 0.12
14 Cempaka Michelia campaca 3.81 4.55 6.05 14.40 0.12
17 Mahoni Swietania macrophylla 1.90 4.55 4.04 10.49 0.07
18 Alpukat Persea americana 0.95 2.27 1.34 4.56 0.04
19 Mangium Acaccia mangium 0.95 2.27 9.49 12.72 0.04
20 Cokelat Theobroma cacau 0.95 2.27 2.86 6.08 0.04
21 Pepaya Carica papaya 0.95 2.27 1.78 5.01 0.04
22 Kopi Coffea robusta 1.90 4.55 3.08 9.53 0.07
Total 100.00 95 100 300 2.05
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 2.4 Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Vegetasi
Katagori Pancang
No. Nama Jenis Nama Ilmiah KR FR DR INP H'
1 Gamal Gliricidia sepium 11.91 6.56 10.44 28.91 0.26
2 Jambu Batu Psidium guajava 0.43 1.64 2.65 4.71 0.02
3 Petai Cina Leucaena leucocephala 2.13 8.20 6.09 16.42 0.08
4 Waru Hibiscus tiliaceus 2.55 8.20 5.39 16.14 0.09
5 Cengkeh Syzigium aromaticum 3.40 6.56 4.86 14.82 0.12
7 Kopi Coffea sp 59.57 22.95 38.99 121.52 0.30
8 Cempaka Michelia champaca 1.28 4.92 1.10 7.30 0.06
9 Singkong Manihot esculenta 3.83 1.64 1.85 7.32 0.13
10 Rimau Toona sureni 2.98 4.92 9.18 17.08 0.11
11 Pepaya Carica papaya 1.28 4.92 3.05 9.24 0.06
12 Karet kebo Ficus elastica 0.85 1.64 1.99 4.48 0.04
13 Pinang Areca catechu 1.28 3.28 2.69 7.25 0.06
14 Kayu manis Cinamomum burmanii 2.13 4.92 1.85 8.90 0.08
15 Cokelat Theobroma cacao 0.85 3.28 0.31 4.44 0.04
16 Alpukat Persea americana 0.43 1.64 0.88 2.95 0.02
17 Mangga Mangifera indica 0.43 1.64 0.71 2.77 0.02
18 Durian Durio zibenthinus 0.43 1.64 1.10 3.17 0.02
19 Kayu Africa Maesopsis eminii 0.43 1.64 0.49 2.55 0.02
20 Cemara Angin Casuarina equisetifolia 1.70 1.64 0.49 3.83 0.07
21 Dadap Erythrina macrocarpa 0.85 3.28 0.84 4.97 0.04
22 Jengkol Archindendron jiringa 0.43 1.64 0.49 2.55 0.02
23 Mangium Acasia mangium 0.43 1.64 3.91 5.97 0.02
24 Nangka Artocarpus heterophyllus 0.43 1.64 0.66 2.73 0.02
TOTAL 100.00 100.00 100.00 300.00 1.72
Sumber : Data Primer, 2019
16
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
II.4 Perbandingan Struktur dan Komposisi Tumbuhan
Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap lokasi, ditemukan perbedaan jumlah jenis tumbuhan pada
setiap periode pemantauan di beberapa cluster di sekitar PLTP. Cluster yang memiliki perubahan pada
periode 2018 dan 2019 yaitu cluster C, D, F, H, I, J, K, PLTP Unit 1 & 2, PLTP Unit 3 & 4, jalur pipa
R1-A, jalur pipa C-H, Jalur pipa separator ke PLTP 3-4, jalur pipa D-F, jalur pipa B-C, jalur pipa
C-PLTP 1&2. Pada lokasi cluster C, D, H, I, PLTP Unit 1 & 2, jalur pipa R1-A, Jalur pipa C-H, Jalur
pipa C-PLTP 1&2 mengalami pertambahan individu sebanyak 2 individu.
Pada Cluster J dan PLTP Unit 3 & 4 mengalami pertambahan 1 individu berturut-turut dari 94 menjadi
95 dan dari 104 menjadi 105. Pada jalur pipa separator ke PLTP 3-4, Jalur pipa D-F, dan jalur pipa
B-C mengalami penambahan individu sebanyak 3 individu. Sedangkan Cluster K mengalami
penambahan paling banyak yaitu 4 individu dari total 76 individu menjadi 80 individu.
Pada beberapa lokasi ditemukan perbedaan jumlah jenis pada setiap periode pematauan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor, salah satunya adalah upayan pengelolaan lingkungan yang berupa
penanaman jenis-jenis tumbuhan untuk keperluan penghijauan. Selain jenis-jenis tumbuhan untuk
penghijauan, penambahan jenis ini disebabkan pula oleh tumbuhan jenis invasive dari kelompok
Asteraceae yang cepat menyebar.
Kehadiran jenis-jenis tersebut disebabkan karena sebagian besar lokasi pengamatan merupakan daerah
terbuka, sehingga jenis-jenis invasif tersebut dapat cepat tumbuh. Hal ini perlu mendapat perhatian
dikarenakan jenis-jenis tersebut dapat mendominasi lokasi pengamatan dan dapat mengeliminasi jenis-
jenis tumbuhan asli yang ada di sekitar PLTP.
Gambar 2.18 Grafik Perbandingan Jumlah Vegetasi Pada Tiap Periode Pemantauan
0
20
40
60
80
100
120
140
Grafik perbadingan jumlah vegetasi pada tiap periode pemantauan
2018 2019
17
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
II.5 Nilai Indeks Kesamaan
Indeks Kesamaan menyatakan derajat kesamaan komposisi jenis yang dimiliki oleh dua komunitas
yang dibandingkan. Semakin tinggi Indeks Kesamaan berarti bahwa dua komunitas tersebut memiliki
komposisi jenis yang hampir sama. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui persamaan atau perbedaan
komposisi jenis vegetasi di seluruh lokasi pemantauan.
Jika nilai ISs > 50%, maka pada daerah tersebut memiliki kesaman komunitas. Jika nilai ISs < 50%,
maka pada daerah tersebut ada perbedan komunitas atau bahkan tidak memiliki kesamaan komunitas.
Tabel 2.5 Nilai Indeks Kesamaan periode tahun 2017-2018 dan 2019
No Tahun Jumlah Vegetsi Iss
(%)
1 2017 122 70,52
2 2018 224
3 2019 219 69,34
Sumber: Data primer, 2019
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesamaan jenis tumbuhan periode 2016-2018 dan 2019 dengan
menggunakan rumus Sorensen diatas, dapat diketahui bahwa diperbandingkan antara periode 2016 &
2018 dan 2019 memiliki nilai indeks kesamaan yang berbeda sedikit, namun berada pada satu
klasifikasi kesamaan yang hampir sama atau mempunyi derajat kesamaan yang hampir sama yaitu
70,52% (2016 & 2018) dan 69,34% (2019). Artinya hasil monitoring jenis tumbuhan periode tahun
2016 & 2018 dan 2019 tidak begitu signifikan (berbeda). Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan
hampir sama dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya lingkungan juga sama.
II.6 Pendugaan Biomassa dan Kandungan Karbon
Berdasarkan hasil penghitungan Biomassa dan estimasi kandungan karbon pada tiap lokasi
pengamatan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6 Biomassa (ton/Ha) atas permukaan tanah di lokasi pemantauan
Cluster Biomassa Cluster Biomassa Cluster Biomassa Cluster Biomassa Cluster Biomassa
A Pohon 273.38 F Pohon 83.19 K Pohon 8.68 Jalur
Cluster
D-Unit
1&2
Pohon 31.15 Cluster J-B Pohon 40.02
Tiang 202.70 Tiang 23.11 Tiang 10.91 Tiang 55.51 Tiang 32.11
Pancang 0.00 Pancang 5.59 Pancang 2.34 Pancang 38.09 Pancang 1.17
B Pohon 58.06 G Pohon 0.00 R-1 Pohon 100.91 Cluster
B-C
Pohon 6.51 Pembangkit
Unit 3&4
Pohon 120.43
Tiang 51.84 Tiang 4.46 Tiang 39.90 Tiang 21.93 Tiang 26.39
Pancang 519.08 Pancang 13.36 Pancang 13.44 Pancang 9.62 Pancang 32.55
C Pohon 0.00 H Pohon 42.69 R-2 Pohon 13.73 Jalur
Cluster
C-PLTP
1&2
Pohon 62.16
Tiang 22.32 Tiang 3.34 Tiang 34.34 Tiang 13.61
Pancang 47.42 Pancang 13.26 Pancang 29.13 Pancang 38.32
D Pohon 8534.24 I Pohon 0.00 Pipa
Reinjeksi
A-R1
Pohon 238.78 Cluster
1&2
Pohon 0.00
Tiang 8.74 Tiang 8.74 Tiang 66.24 Tiang 29.62
Pancang 10.21 Pancang 17.17 Pancang 0.00 Pancang 58.26
E Pohon 170.68 J Pohon 0.00 Pipa
Cluster
C-H
Pohon 48.89 Separator
Unit 3&4
Pohon 17.43
Tiang 22.60 Tiang 6.21 Tiang 14.64 Tiang 23.40
Pancang 16.61 Pancang 5.47 Pancang 25.40 Pancang 28.30
Sumber: Data Primer, 2019.
18
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Berdasarkan hasil penghitungan, tercatat bahwa nilai cadangan biomassa tertinggi adalah kategori
pohon pada lokasi Cluster D dengan nilai 8354,24. Pada kategori tiang, nilai cadangan karbon tertinggi
adalah pada cluster A dengan nilai sebesar 202.70. Pada kategori Pancang, nilai cadangan karbon
tertinggi ditemukan pada cluster B. Lokasi yang tidak ditemukannya nilai cadangan karbon pada salah
satu kategori vegetasi dikarenakan pada lokasi tersebut tidak ditemukannya tumbuhan kategori tertentu
pada lokasi tersebut.
Kondisi lokasi pengamatan sebagian besar merupakan lahan tumpangsari kebun kopi. Naungan yang
ditanami di kebun kopi ini biasanya merupakan jenis tumbuhan yang memiliki nilai komersil.
Sehingga fungsi ekologis dan ekonomi pada lokasi ini semakin meningkat dikarenakan adanya
komoditi yang dapat dijadikan sumber penghasilan oleh masyarakat dan tanaman naungan yang
bervariasi sehingga meningkatkan keanekaragaman hayati di lokasi ini. Besarnya cadangan C di atas
tanah ditentukan oleh besarnya cadangan C dalam tanah, melalui peran bahan organik tanah dalam
mempertahankan kimia tanah (ketersediaan hara), kondisi fisik tanah (mempertahankan berat isi dan
aerasi tanah), dan biologi tanah (mempertahankan populasi simbion, mengurangi serangan hama dan
penyakit) (Mutuo et al., 2005).
Terdapat korelasi yang antara cadangan karbon dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
(untuk vegetasi berdiameter ≥10 cm) pada tipe ekosistem hutan dan penutup lahan lainnya. Hal ini
menegaskan perlunya perlindungan dan pengelolaan terhadap areal-areal hutan dengan cadangan
Karbon Tinggi karena selain menyimpan cadangan karbon tinggi juga memiliki keanekaragaman
spesies flora yang cukup tinggi. Selain itu tingginya cadangan karbon yang juga berkorelasi dengan
tingginya nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener juga berimplikasi dengan terjaganya dan
terlindunginya kondisi beberapa mata air yang terdapat di sekitar area Ulubelu, hal ini dapat dilihat
dari terjaganya debit air yang keluar dari beberapa mata air tersebut dan berdasarkan informasi dari
warga masyarakat tidak pernah terjadi kekeringan di mata air tersebut meskipun dalam kondisi
kemarau panjang.
III. Keanekaragaman Hayati Fauna
III.1 Struktur dan Komposisi Avivauna
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di 23 titik pengamatan dijumpai 47 jenis burung dari 22 famili
(Tabel 3.1). Jumlah jenis tersebut cukup banyak dan cenderung meningkat dibandingkan dengan
pemantauan sebelumnya sehingga menunjukkan bahwa lokasi pengamatan mendukung bagi
kehidupan burung. Famili burung yang ditemukan cukup variatif berdasarkan tipe feeding guild
(pembagian burung berdasarkan jenis pakan), mulai dari tipe pemakan biji, pemakan buah, serangga,
hingga mamalia kecil. Variasi ini menunjukan bahwa lingkungan di PT PGE Area Ulubelu
menyediakan persedian makanan yang melimpah bagi burung, salah satu indikator kondisi lingkungan
dalam keadaan baik.
III.1.1. Status Konservasi
Status konservasi burung, didasari dari beberapa peraturan perlindungan. Peraturan umum yang biasa
digunakan antara lain Peraturan Mentri LHK No. 92 tahun 2018 dan Undang-undang No. 5 tahun
1990, IUCN (International Union for Conservation of Nature), dan CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species). Selain itu, endimisitas suatu jenis mempengaruhi pula
terhadap status konservasinya.
19
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Tabel 3.1 Jenis Burung, Endemisitas dan Status Perlindungan di Lokasi Pemantauan
No Nama Daerah Nama Latin Famili Status Perlindungan
Endemisitas IUCN CITES RI
1 Bambangan merah Ixobrychus cinnamomeus Ardeidae LC
2 Beluk jempuk Bubo sumatranus Strigidae LC II
3 Bentet kelabu Lanius schach Laniidae LC
4 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae LC
5 Bondol peking Lonchura punctulata Estrildidae LC
6 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae LC
7 Bubut Jawa Centropus nigrorufus Cuculidae LC
8 Burung-gereja Erasia Passer montanus Ploceidae LC
9 Burung-madu kelapa Anthreptes malacensis Nectariniidae LC
10 Burung-madu sriganti Cinnyris jugularis Nectariniidae LC
11 Cabai bunga api Dicaeum trigonostigma Dicaeidae LC
12 Cabai merah Dicaeum cruentatum sumatranum Dicaeidae LC S
13 Caladi tilik Picoides moluccensis Picidae LC
14 Cangak merah Ardea purpurea Ardeidae LC
15 Cekakak belukar Halcyon smyrnensis Alcedinidae LC
16 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae LC
17 Cici padi Cisticola juncidis Sylviidae LC
18 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Sylviidae LC
19 Cucak kuning Pycnonotus melanicterus dispar Pycnonotidae LC
20 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae LC
21 Elang brontok Nisaetus cirrhatus Accipitridae LC II D
22 Elang hitam Ictinaetus malayensis Accipitridae LC II D
23 Elang tikus Elanus caeruleus Accipitridae LC II D
24 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae LC
25 Kangkok ranting Cuculus saturatus Cuculidae LC
26 Kapasan kemiri Lalage nigra Campephagnidae LC
27 Kapinis rumah Apus affinis Apodidae LC
28 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae LC
29 Kedasi hitam Surniculus lugubris Cuculidae LC
30 Kekep babi Artamus leucorhynchus Artamidae LC
31 Kepudang-sungu kecil Coracina fimbricata Campephagnidae LC
32 Kepudang kuduk hitam Oriolus chinensis Campephagnidae LC
33 Kuntul besar Egretta intermedia Ardeidae LC
34 Kuntul Kerbau Bubulcus ibis Ardeidae LC
35 Layang-layang batu Hirundo tahitica Hirundinidae LC
36 Meninting besar Enicurus leschenaulti Turdidae LC
37 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae LC
38 Perkutut Jawa Geopelia striata Columbidae LC
39 Prenjak Jawa Prinia familiaris Sylviidae LC
40 Takur tenggeret Megalaima australis Capitonidae LC
41 Takur ungkut-ungkut Megalaima haemacephala delica Capitonidae LC S
42 Tepekong jambul Hemiprocne longipennis Hemiprocnidae LC
43 Tikusan alis-putih Porzana paykullii Rallidae LC
20
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No Nama Daerah Nama Latin Famili Status Perlindungan
Endemisitas IUCN CITES RI
44 Uncal kouran Macropygia ruficeps Columbidae LC
45 Walet sapi Collocalia esculenta Apodidae LC
46 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae LC
47 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae LC
Sumber: Data Primer, 2019
Keterangan *): 1) D = Dilindungi RI: Permen LHK no. 92 tahun 2018
2) IUCN (International Union for Conservation of Nature):
3) CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)
- Appendix II: Daftar spesies hidupan liar yang dapat diperdagangkan secara internasional dengan pembatasan kuota tertentu yang didasarkan atas data yang akurat mengenai populasi dan
kecenderungannya di alam
Beberapa burung yang tercatat merupakan burung yang merupakan ras endemik Sumatera, yaitu
adalah Dicaeum cruentatum sumatranum dan Megalaima haemacephala delica. Perlindungan
terhadap fauna endemik sangat penting, karena penyebarannya sangat terbatas, memunculkan risiko
yang lebih tinggi terhadap kepunahan jenis-jenis ras tersebut.
Gambar 3.19 Bubut Jawa (Centropus nigrorufus) Gambar 3.20 Cekakak Belukar (Halcyon smyrnensis)
Berdasarkan kategori konservasi IUCN, semua jenis burung yang tercatat memiliki status LC (Least
concern) atau resiko rendah. Hal ini berarti bahwa jenis-jenis -burung yang ada di sekitar PT. PGE
Ulubelu tidak ada yang termasuk jenis terancam atau jenis mendekati terancam. Berdasarkan kategori
konservasi CITES, beberapa jenis masuk ke dalam appendix II. Kategori appendix II menjelaskan
daftar spesies kehidupan liar yang dapat diperdagangkan secara internasional dengan pembatasan
kuota tertentu yang didasarkan atas data yang akurat mengenai populasi dan kecenderungan di alam.
Jenis-jenis tersebut antara lain berasal dari famili Accipitridae dan Strigidae.
Status konservasi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. 20 tahun 2018 menunjukan 3 jenis
termasuk burung yang dilindungi. Jenis-jenis tersebut antara lain 3 jenis dari burung predator
(Accipitridae). Burung predator dilindungi karena fungsinya di rantai makanan yang penting dan
regenerasinya yang sedikit, dokumentasi jenis burung predator di lokasi pemantauan dapat dilihat pada
gambar 3.3 dan 3.4.
21
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Gambar 3.3 Elang Tikus (Elanus caeruleus) Gambar 3.4 Elang Hitam (Ictinaetus
malayensis)
III.1.2 Kehadiran Jenis Burung Pada Setiap Lokasi
Hasil pengamatan burung di PT PGE Ulubelu tahun 2019 dapat dilihat pada table 3.2. Terdapat 23
lokasi yang diamati.
Tabel 3.2 Kehadiran Jenis Burung di Lokasi Pengamatan
No Nama Jenis Nama Latin
Lokasi Pengamatan
R
1
R
2
A B C D E F G H I K PLT
P
1&2
PLT
P
3&4
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P
7
1 Bambangan merah
Ixobrychus cinnamomeus
x
2 Beluk jampuk Bubo sumatranus x
3 Bentet kelabu Lanius schach
bentet
x x x x x x x x x x
4 Bondol Jawa Lonchura
leucogastroides
x x x
5 Bondol peking Lonchura
punctulata
x x x x x x x x
6 Bubut alang-alang Centropus
bengalensis
x x x x x
7 Bubut Jawa Centropus
nigrorufus
x x x x x
8 Burung-gereja
Erasia
Passer montanus x x x x x x x x x X x x
9 Burung-madu
kelapa
Anthreptes
malacensis
x x x
10 Burung-madu
sriganti
Cinnyris jugularis x x x x x x
11 Cabai bunga api Dicaeum
trigonostigma
x x x x x x x
12 Cabai merah Dicaeum
cruentatum sumatranum
x x x x X x
13 Caladi tilik Picoides moluccensis
x x x x x
14 Cangak merah Ardea purpurea x x
15 Cekakak belukar Halcyon
smyrnensis
16 Cekakak sungai Halcyon chloris x x x x x x x x x X x x x x x
22
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No Nama Jenis Nama Latin
Lokasi Pengamatan
R
1
R
2
A B C D E F G H I K PLT
P
1&2
PLT
P
3&4
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P
7
17 Cici padi Cisticola juncidis x x
18 Cinenen kelabu Orthotomus
ruficeps
x x x x x x X x x x x
19 Cucak kuning Pycnonotus
melanicterus
dispar
x
20 Cucak kutilang Pycnonotus
aurigaster
x x x x x x x x x x X x x X
21 Elang brontok Nisaetus cirrhatus x x x x x
22 Elang hitam Ictinaetus
malayensis
x x x x x
23 Elang tikus Elanus caeruleus x x
24 Kacamata biasa Zosterops
palpebrosus
x
25 Kangkok ranting Cuculus saturatus
26 Kapasan sayap-
putih
Lalage sueurii x
27 Kapinis rumah Apus affinis x X x
28 Kareo Padi Amaurornis
phoenicurus
x
29 Kedasi hitam Surniculus
lugubris
x x x
30 Kekep babi Artamus
leucorhynchus
x x x x
31 Kepudang kuduk
hitam
Oriolus chinensis x x x x x x
32 Kepudang-sungu
kecil
Coracina
fimbricata
x x
33 Kuntul besar Egretta
intermedia
x x x x x
34 Kuntul Kerbau Bubulcus ibis
35 Layang-layang
batu
Hirundo rustica x
36 Meninting besar Enicurus
leschenaulti
x x
37 Merbah cerukcuk Pycnonotus
goiavier
x x
38 Perkutut Jawa Geopelia striata x x x x x x x
39 Prenjak coklat Prinia polychroa x x
40 Takur tenggeret Megalaima
australis
x x
41 Takur ungkut-
ungkut
Megalaima
haemacephala
delica
x
42 Tepekong jambul Hemiprocne
longipennis
x x
43 Tikusan alis-putih Porzana paykullii x
44 Uncal kouran Macropygia ruficeps
x
45 Walet sapi Collocalia esculenta
x x x x x x x x x x
46 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus
x
47 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis
x x x x x x
(Sumber : Data Primer, 2019 Keterangan *): P1=Pipa R1-A; P2=Pipa C-H; P3=Pipa Separator–PLTP 3,4; P4=Pipa D-PLTP 1,2;
P5=Pipa D-F; P6=PipaB-C; dan P7=PipaC-PLTP 1,2.
23
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
III.1.3. Analisis Komunitas Burung
Komunitas burung dapat dilihat dari hasil perhitungan antara kehadiran dan jumlah individu setiap
jenis burung pada lokasi pengamatan di lokasi pemantauan secara kuantitatif. Keluaran dari
perhitungan tersebut adalah besaran nilai FR Frekuensi relatif, berikut ditampilkan jenis burung
dengan nilai frekuensi relative terbesar.
Tabel 3.3 Burung dengan frekuensi relatif terbesar
No Nama Jenis Nama Daerah FR (%)
1 Cekakak sungai Todirhampus chloris 9,49
2 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 8,86
3 Burung-gereja Erasia Passer montanus 6,96
4 Bentet kelabu Lanius schach bentet 6,32
Sumber: Data Primer, 2019
Frekuensi relatif akan memberikan informasi intensitas pertemuan setiap jenis burung serta tingkat
penyebarannya yang merata atau tidak merata yang dapat dilihat dari jumlah titik pengamatan
menjumpai suatu jenis burung tertentu. Oleh karena itu, semakin banyak titik pertemuan dengan jenis
burung tertentu maka semakin merata penyebarannya di lokasi penelitian. Secara umum, dapat
menggambarkan bahwa ketersedian makanan maupun kesesuaian habitat, terjadi secara merata. Selain
itu, nilai frekuensi juga menggambarkan bahwa burung-burung tersebut bersifat adaptif, yang dengan
mudah dapat ditemukan karena tingkat adaptasi yang baik dengan lingkungan dan aktivitas manusia
disekitarnya. Sedangkan nilai frekuensi yang relatif kecil menunjukkan suatu jenis yang cenderung
bersifat soliter dengan pola penyebaran di sekitar lokasi pengamatan yang relatif acak.
(a) Cekakak Sungai (Todirhampus
chloris)
(b) Bentet Kelabu (Lanius schach)
24
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
(c) Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster)
(d) Burung Gereja Eurasia (Passer
montanus)
Gambar 3.5 Jenis-Jenis Burung Dengan Nilai FR Tinggi
Tabel 3.3 diatas menunjukkan bahwa cekakak sungai (Todirhampus chloris) memiliki nilai FR tertinggi.
Jenis ini kerap dijumpai hampir di semua lokasi, namun tidak dalam jumlah yang banyak, hanya satu
hingga tiga ekor pada setiap penampakannya. Burung ini memakan ikan yang ada di sungai atau kolam
maupun serangga. Melimpahnya burung ini dapat mengindikasikan bahwa kualitas air di lingkungan
PT. PGE Area Ulubelu memiliki kondisi yang baik dikarenakan menjadi habitat bagi mangsa yang
menjadi makanan dari jenis burung ini.
Tabel 3.4 Burung Dengan Kelimpahan Relatif Terbesar
No Nama Jenis Nama Daerah KR (%)
1 Burung-gereja Erasia Passer montanus 30,02
2 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 13,64
3 Bondol peking Lonchura punctulata 10,91
4 Bondol jawa Lonchura leucogastroides 5,457
5 Cekakak sungai Halcyon cyanoventris 5,297
Sumber: Data Primer, 2019
Pada tabel 3.4 dapat dilihat persentase jenis burung dengan kelimpahan relatif tertinggi. Nilai
kelimpahan tertinggi menunjukan kelima burung tersebut memiliki jumlah individu per satuan luas
yang paling banyak dibandingkan jenis lainnya. Jumlah individu yang tinggi memperlihatkan bahwa
tingkat adaptasi dan regenerasi burung-burung tersebut relatif lebih baik, dibanding burung lainnya.
Kelimpahan relatif terbesar dimiliki Burung-gereja Erasia. Burung ini hidup bergerombol dalam
jumlah yang banyak pada setiap perjumpaannya. Jenis ini ditemukan pada lokasi yang terdapat banyak
aktivitas manusia.
25
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
(a) Burung Gereja Eurasia (Passer montanus)
(b) Cucak Kutilang (Pycnonotus
aurigaster)
(c) Bondol Peking (Lonchura punctulata)
Gambar 3.6 Jenis-Jenis Burung Dengan
Nilai KR Tertinggi
Tabel 3.5 Jenis Burung Teridentifikasi Dengan Dominansi Terbesar
No Nama Jenis Nama Daerah D (%)
1 Burung-gereja Erasia Passer montanus 19,12
2 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 11,25
3 Bondol peking Lonchira punctulata 7,989
4 Cekakak sungai Halcyon chloris 7,395
5 Bentet kelabu Lanius shach bentet 5,572
6 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 5.407
Sumber: Data Primer, 2019
Tabel 3.5 menunjukkan enam jenis burung yang memiliki nilai dominansi tertinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa keenam burung memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungan sekitarnya, terlebih lagi pada gangguan manusia. Selain itu, kesemuanya merupakan
burung yang bersifat kosmopolit. Tingkat dominansi setiap spesies menggunakan pengkategorian yang
26
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
dikeluarkan Jorgensen (1974) dalam van Helvoort (1981), yakni <2% (tidak dominan), 2-5% (sub-
dominan), dan >5% (dominan). Keeneam burung tersebut merupakan yang dominan di lingkungan PT.
PGE Ulubelu, karena memiliki SDR>5%.
Gambar 3.7 Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Salah Satu Jenis Burung Dengan
Nilai Dominansi Tinggi
III.1.4. Indeks Keanekaragaman (H’)
Keanekaragaman dalam komunitas burung di sekitar PT PGE Ulubelu dapat diketahui dengan indeks
Keanekaragaman (H’). Indeks Keanekaragaman dalam pengamatan ini menggunakan rumus menurut
Shannon-Wiener (1949) dalam Krebs (1985). Berdasarkan Magurran (1988), besaran H’ > 3.5
menunjukkan bahwa Keanekaragaman komunitas tinggi, H’ = 1,5 - 3,5 menunjukkan
Keanekaragaman komunitas sedang dan H’ < 1,5 menunjukkan Keanekaragaman komunitas rendah.
Dari hasil analisis, nilai indeks keanekaragaman burung di lokasi studi sekitar PT PGE Ulubelu
menunjukan nilai 2,63, yang menunjukkan Keanekaragaman komunitas burungnya tergolong sedang.
Semakin tinggi nilai indeksnya maka semakin baik kemampuan daya dukung ekosistemnya. Hal ini
dapat disebabkan karena penyebaran spesies-spesies burung yang merata. Keadaan di lapangan
menunjukan secara keseluruhan kondisi lingkungan di daerah-daerah ini dalam kondisi yang cukup
baik. Keanekaragaman komunitas yang tergolong sedang ini dipengaruhi oleh variasi vegetasi yang
rendah, yang hanya berupa semak, kebun campuran dan kebun binaan, tidak ada vegetasi yang masih
alami.
Apabila dibandingkan dengan pemantauan periode sebelumnya yaitu tahun 2018 dan tahun 2017
dimana nilai indeks keanekaragaman jenis masing-masing adalah sebesar 2,66 dan 2,61 terdapat
sedikit penurunan nilai Indeks keanekaragaman (gambar 3.51).
beberapa faktor yang dapat menyebabkan penurunan nilai ini diantaranya adalah jumlah lokasi
pemantauan, yang berbeda dimana lokasi pemantauan tahun 2019 lebih banyak yaitu 23 lokasi jika
dibandingkan dengan tahun 2018 yang hanya 21 lokasi, namun hal ini maka nilai indeks
keaenkaragaman dapat dikatakan masih dalam kondisi tetap atau stabil dan berada dalam
Keanekaragaman jenis yang sedang (berada pada kisaran H’ 1,5 – 3,5).
27
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Gambar 3.8 Perbandingan Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner Komunitas
Burung Tahun 2016-2019
III.1.5. Indeks Perataan (E)
Kemerataan jenis burung (E) menunjukkan tingkat penyebaran jenis-jenis burung pada suatu lokasi
pengamatan. Nilai indeks ini berkisar antara 0-1. Semakin mendekati angka 1 maka jenis-jenis burung
tersebar secara merata. Sebaliknya, jika mendekati 0 maka jenis-jenis burung tidak tersebar secara
merata dan terdapat jenis yang dominan.
Indeks perataan di lokasi penelitian memiliki nilai 0.735, meunujukkan nilai yang tinggi dan mendekati
angka 1. Besaran nilai E ini menunjukan kompetisi intraspesies yang tidak tinggi, dimana ketersediaan
pakan yang dibutuhkan oleh suatu jenis burung dapat diperoleh tidak pada hanya satu lokasi, tetapi
pada sebagian besar wilayah sehingga semua kawasan memiliki sumber daya yang sama. Jika
dibandingkan dengan hasil perhitungan Indeks perataan jenis pada periode pemantauan sebelumnya
yaitu pada tahun 2016 dan 2018 yaitu masing-masing sebesar , menunjukan nilai yang relative sama
sehingga dapat diketahui bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap penyebaran jenis
burung.
Gambar 3.9 Perbandingan Nilai Indeks Perataan Jenis Komunitas Burung Tahun 2016-2019
2.61
2.66
2.63
2.58
2.59
2.6
2.61
2.62
2.63
2.64
2.65
2.66
2.67
2016 2018 2019
Tahun
H'
Perbandingan Nilai Indeks Keanekaan Shannon Wienner Tahun 2016-
2019
0.730
0.723
0.735
0.715
0.720
0.725
0.730
0.735
0.740
2016 2018 2019
Tahun
E
Perbandingan Nilai Indeks Perataan jenis Komunitas
Burung Tahun 2016 - 2019
28
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
III.1.6. Pembahasan Per Lokasi Monitoring
Pengamatan dilakukan di 23 lokasi, yaitu 10 lokasi Cluster (Cluster A, B, C, D, E, F, G, H, I, J dan
K), 2 lokasi PLTP (Unit 1-2 dan Unit 3-4) dan 10 lokasi jalur pipa (Pipa Re Injeksi 1- Cluster A, Pipa
Cluster C – Cluster H, Pipa Central Separator – PLTP Unit 3-4, Pipa Cluster D - PLTP Unit 1-2, Pipa
Cluster D – Cluster F, Pipa Cluster B - Cluster C dan Pipa Cluster C - PLTP Unit 1-2).
Dari hasil analisis, didapatkan besaran indeks Keanekaragaman (H’) dari setiap lokasi, hal tersebut
dapat dilihat pada gambar 3.10.
Gambar 3.10 Indeks Keanekaragaman (H’) Pada Setiap Lokasi Pengamatan
Indeks Keanekaragaman (H’) tertinggi dari setiap lokasi di area PT PGE Ulubelu adalah R1 sebesar
2,077. Lokasi ini memiliki kondisi lingkungan rawa-sawah yang terbuka yang dikelilingi bukit-bukit,
memungkinkan terjadinya banyak interaksi burung, mulai dari burung rawa hingga burung kebun.
Kondisi lokasi seperti ini pun memudahkan untuk dilakukannya pengamatan. Namun demikian,
keanekaragaman burung di lokasi ini masih tergolong sedang (H’ = 1,5-3,5), sama hal nya dengan 7
lokasi lain seperi Cluster G, Cluster F, Cluster C, R2, Jalur Pipa Cluster D-F, Cluster K dan Jalur Pipa
R1-K.
0.619
0.732
0.972
0.991
1.069
1.169
1.288
1.314
1.384
1.387
1.41
1.454
1.491
1.503
1.596
1.597
1.908
1.927
1.932
1.958
2.077
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Jalur Pipa C-PLTP 1,2
Jalur Pipa B-C
Jalur Pipa Separator-PLTP 3,4
PLTP 1,2
Cluster I
Cluster A
Jalur Pipa C-H
Cluster D
Cluster H
Cluster B
PLTP 3,4
Cluster E
Jalur Pipa D-PLTP 1,2
Jalur Pipa R1-A
Cluster K
Jalur Pipa D-F
Cluster R2
Cluster C
Cluster F
Cluster G
Cluster R1
H' (Indeks Keanekaan)
29
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Jalur Pipa C-PLTP 1-2 merupakan lokasi yang memiliki indeks Keanekaragaman (H’) terendah
dengan nilai 0,619. Sepanjang jalur pipa ini, banyak terdapat aktivitas manusia dan perusahaan yang
intensif, sehingga sedikit burung tinggal disana, terlebih sumber makanan yang sulit didapat karena
jauh dari vegetasi. Keanekaragaman di lokasi ini tergolong rendah (H < 1,5), juga dengan 12 lokasi
lain yaitu Jalur Pipa D-PLTP 1-2, Cluster E, PLTP 3-4, Cluster B, Cluster H, Cluster D, Jalur Pipa
Cluster C-H, Cluster A, Cluster I, PLTP 1-2, Jalur Pipa Central Separator–PLTP 3-4, Jalur Pipa Cluster
B-C, dan Jalur Cluster C – PLTP 1,2.
Secara umum, pada kegiatan monitoring tahun 2019 terjadi peningkatan dan penurunan nilai H’ pada
hampir seluruh lokasi, Hasil pengolahan data menunjukkan peningkatan nilai indeks keanekragaman
Shannon-Wienner (H’) tidak diikuti dengan pertambahan jenis baru pada tahun 2019, hal ini
menunjukkan meskipun mengalami kenaikan nilai H’ akan tetapi komposisi jenis tidak mengalami
perubahan secara signifikan.
Lokasi dengan nilai H’ tertinggi pada kegiatan monitoring 2019 adalah lokasi cluster R1 yaitu sebesar
2.077 dan nilai H’ terkecil yaitu 0.619 pada lokasi jalur pipa C menuju PLTP 1 & 2. Lokasi R1 masih
memiliki tegakan alami dan memiliki beberapa tipe komunitas seperti talun, kebun, dan rawa, karena
beragamnya tipe komunitas maka komposisi avifauna yang hidup juga cukup beragam, hal ini bertolak
belakang dengan lokasi jalur cluster C menuju PLTP 1&2 di mana hanya dijumpai kebun monokultur
dan banyak dijumpai gangguan oleh manusia.
Jenis-jenis tersebut merupakan jenis yang memiliki peranan ekologi yang sangat penting di
lingkungan. Oleh sebab itu keberadaan jenis-jenis tersebut bisa menjadi indikator kualitas lingkungan.
Semua jenis elang dilindungi karena merupakan jenis avifauna predator yang memuncaki rantai
makanan, hilangnya jenis elang dapat mengganggu keseimbangan rantai makanan tersebut.
Contohnya, hilangnya jenis elang dapat berdampak kepada meningkatnya jenis tikus, hal ini tentu
dapat memberikan dampak negatif terhadap masyarakat di sekitar lingkungan tersebut.
Keluarga/famili alcedinidae dilindungi oleh Undang-Undang karena termasuk avifauna indikator
kualitas air, jenis ini keberadaanya sangat bergantung oleh keberadaan kualitas air yang baik. Hal ini
berkaitan dengan pakan dan tempat bersarang jenis ini. Selain famili Alcedinidae terdapat punya famili
lainnya yang dilindungi karena peranannya penting bagi lingkungan, yaitu dari famili nectarinidae.
Keluarga/famili nectarinidae merupakan jenis avifauna yang memiliki peran ekologis sebagai
penyerbuk. Tentunya perubahan yang terjadi khususnya pada tingkatan tipe komunitas contohnya
hilangnya hutan yang digantikan oleh kebun monokultur tentunya akan berdampak pada penurunan
populasi jenis ini. Famili ini juga dapat menjadi indikator kualitas udara, contohnya bila terjadi
pelepasan zat pencemar melalui udara tentunya akan berdampak terhapat pohon berbunga, pohon yang
amati tentunya tidak dapat menghasilkan bunga dan hal ini menyebabkan penurunan ketersediakan
pakan untuk jenis famili ini.
Selain jenis-jenis dilindungi tersebut terdapat pula satu jenis yang tidak dilindungi tetapi memiliki
peran ekologi yang penting. Jenis tersebut adalah punai gading (Columba vernans), jenis ini
merupakan salah satu jenis dari famili columbidae yang dijumpai di sekitaran lokasi pengambilan data.
Jenis ini memiliki fungsi sebagai penyebar biji, hal ini disebabkan oleh jenis pakan jenis ini adalah
buat-buah kecil. Penyebaran biji sangat penting untuk lingkungan, karena akan membantu regenerasi
pohon.
30
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
III.1.7. Faktor Gangguan
Gangguan terhadap komunitas burung diakibatkan oleh beberapa faktor, baik dari keberadaan sumur
panas bumi maupun dari manusia yang berada di sekitar kawasan. Keberadaan sumur berdampak
terhadap kondisi habitat sekitarnya, khususnya komunitas burung. Hal tersebut dikarenakan sumur
eksplorasi panas bumi ini mengeluarkan suara yang bising. Suara yang bising diperkirakan telah
mengganggu komunitas burung di sekitar sumur sehingga sebagian besar jenis burung akan terdesak
lebih masuk ke dalam daerah yang memiliki vegetasi. Dalam pengamatan lapangan hanya sedikit jenis
burung yang ditemukan tepat berada di kawasan Cluster dan Unit PLTP adalah Burung-gereja Erasia
(Passer montanus).
Faktor yang sangat mempengaruhi komunitas burung adalah kondisi struktur vegetasi di sekitar lokasi.
Pada beberapa daerah yang kondisi vegetasinya berupa semak, untuk menemukan komunitas burung
harus terlebih dahulu masuk ke dalam tegakan kebun campuran atau kebu binaan. Hal ini dikarenakan
dengan tidak terbatasnya tegakan pohon di sekitar sumur sehingga lapisan pemecah suara bising dari
sumur yang sedang beroperasi relatif sedikit. Sehingga untuk sebagian jenis burung yang tidak dapat
beradaptasi akan bergeser masuk ke dalam hutan.
Gambar 3.11 Kondisi habitat di Cluster K
Gambar 3.12 Kondisi habitat di Cluster G
Untuk meminimalkan gangguan suara bising dari sumur eksplorasi di setiap cluster salah satu langkah
yang dapat dilakukan adalah dengan membuat sabuk hijau (green belt) di sekeliling area cluster serta
sepanjang jalur pipa distribusi dan reinjeksi panas bumi, komposisi jenis yang menyusun green belt
tersebut harus merupakan tanaman asli yang banyak dijumpai di lokasi, tanaman mempunyai fungsi
peneduh, berbunga indah dan harum, tanaman dengan tajuk atau daun indah, tanaman yang
mempunyai fungsi ekologis, diantaranya peredam kebisingan dan penyerap polutan serta debu,
tanaman yang mempunyai peranan sebagai habitat satwa, serta tanaman yang telah direkomendasikan
oleh pemerintah setempat (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung), sebagai flora endemik dan langka.
III.1.7 Perbandingan Baseline Avifauna dengan Hasil Pemantauan 2019
Dari hasil analisis di titik pengamatan selama kegiatan AMDAL tahun 2010 (baseline) hingga
monitoring tahun 2019, tercatat ditemukan sebanyak 54 jenis burung. Hasil inventarisasi jenis burung
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.
31
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Tabel III.6 Perbandingan Jenis Burung Yang Teridentifikasi Tahun 2010 dan 2019
No Nama Daerah Nama Ilimah Famili Tahun
2010 2019
1 Bambangan merah Ixobrychus cinnamomeus Ardeidae +
2 Ayam hutan Gallus gallus Phasianidae +
3 Beluk jempuk Bubo sumatranus Strigidae + +
4 Bentet kelabu Lanius schach Laniidae + +
5 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae + +
6 Bondol peking Lonchura punctulata Estrildidae +
7 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae +
8 Bubut Jawa Centropus nigrorufus Cuculidae +
9 Kucica Copsychus saularis Apodidae +
10 Burung kendali Copsychus balasiensis Apodidae +
11 Burung-gereja Erasia Passer montanus Ploceidae +
12 Burung-madu kelapa Anthreptes malacensis Nectariniidae +
13 Burung-madu sriganti Cinnyris jugularis Nectariniidae +
14 Cabai bunga api Dicaeum trigonostigma Dicaeidae +
15 Cabai merah Dicaeum cruentatum sumatranum Dicaeidae +
16 Caladi tilik Picoides moluccensis Picidae +
17 Cangak merah Ardea purpurea Ardeidae +
18 Cekakak belukar Halcyon smyrnensis Alcedinidae +
19 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae +
20 Cici padi Cisticola juncidis Sylviidae +
21 Cinenen biasa Orthotomus sutorius Sylviidae +
22 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Sylviidae + +
23 Cucak kuning Pycnonotus melanicterus dispar Pycnonotidae + +
24 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae + +
25 Elang brontok Nisaetus cirrhatus Accipitridae +
26 Elang hitam Ictinaetus malayensis Accipitridae + +
27 Elang tikus Elanus caeruleus Accipitridae +
28 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae + +
29 Kangkok ranting Cuculus saturatus Cuculidae +
30 Kapasan kemiri Lalage nigra Campephagnidae +
31 Kapinis rumah Apus affinis Apodidae +
32 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae +
33 Kedasi hitam Surniculus lugubris Cuculidae +
34 Kekep babi Artamus leucorhynchus Artamidae +
35 Kepudang-sungu kecil Coracina fimbricata Campephagnidae +
36 Kepudang kuduk hitam Oriolus chinensis Campephagnidae +
37 Kuntul besar Egretta intermedia Ardeidae +
38 Kuntul Kerbau Bubulcus ibis Ardeidae +
39 Layang-layang batu Hirundo tahitica Hirundinidae + +
40 Layang-layang asia Hirundo rustica Hirundinidae + +
41 Meninting besar Enicurus leschenaulti Turdidae +
42 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae + +
32
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No Nama Daerah Nama Ilimah Famili Tahun
2010 2019
43 Perkutut Jawa Geopelia striata Columbidae + +
44 Prenjak Jawa Prinia familiaris Sylviidae + +
45 Sikatan Bubik Muscicapa latirostris Muscicapidae +
46 Takur tenggeret Megalaima australis Capitonidae +
47 Takur ungkut-ungkut Megalaima haemacephala delica Capitonidae +
48 Tepekong jambul Hemiprocne longipennis Hemiprocnidae +
49 Tikusan alis-putih Porzana paykullii Rallidae +
50 Uncal kouran Macropygia ruficeps Columbidae +
51 Walet sapi Collocalia esculenta Apodidae + +
52 Walet sarang putih Collocalia fuchifaga Apodidae + +
53 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae +
54 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae +
Sumber : AMDAL PGE Area Ulubelu Tahun 2010 dan Data Primer 2019.
Berdasarkan hasil analisis, Jumlah jenis tersebut cukup banyak sehingga menunjukkan bahwa lokasi
pengamatan mendukung bagi kehidupan burung. Famili burung yang ditemukan cukup variatif
berdasarkan tipe feeding guild (pembagian burung berdasarkan jenis pakan), mulai dari tipe pemakan
biji, pemakan buah, serangga, hingga mamalia kecil. Variasi ini menunjukan bahwa lingkungan di PT
PGE area Ulubelu menyediakan persedian makanan yang melimpah bagi burung, yang merupakan
salah satu indikator kondisi lingkungan dalam keadaan baik.
Pada perbandingan antara data AMDAL Tahun 2010 dan monitoring periode 2019, jenis burung di
area PT.PGE Ulubelu meningkat secara signifikan. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh adanya
perbedaan jumlah unit sampling antara data ANDAL 2010 dan monitoring periode 2019. Selain itu
yang dapat menyebabkan adanya perbedaan jenis-jenis avifauna pada setiap periode pemantauan
diantaranya adalah L
- Adanya perbedaan waktu sampling berdasarkan musim hujan dan musim kemarau. Pada musim
kemarau jenis burung yang ditemukan dapat lebih sedikit diakibatkan karena jenis-jenis tesebut
berpindah menuju daerah yang lebih rimbun di dalam hutan, sehingga jenis-jenis tersebut lebih sulit
ditemui dan diamati.
- Periode perbungaan pun dapat mempengaruhi hasil inventarisasi jenis burung di lokasi pengamatan.
Pada saat jenis-jenis tumbuhan berbungan dan berbuah, jenis-jenis burung dapat lebih mudah
dijumpai di sekitar lokasi pengamatan karena ketersediaan sumber pakan yang melimpah.
III.2 Mamalia
III.2.1 Status Mamalia
Dalam pemantauan mamalia, pengamatan langsung didasari atas pertemuan langsung, penemuan
kotoran, bekas jejak, penemuan bekas makanan, atau penemuan jejak alami lainnya. Hasil pemantauan
didapatkan 10 jenis mamalia. Data mengenai jenis-jenis mamalia ini disajikan pada tabel dibawah ini;
33
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Tabel 3.7 Jenis-Jenis Mamalia di Area Konservasi PT PGE Ulubelu
No Famili Nama Jenis Nama Ilmiah Status Perlindungan
Endemisitas IUCN CITES RI
1 Hylobatidae Owa Siamang Symphalangus syndactylus EN I D S
2 Cercopithecidae Simpai Presbytis melalophos EN II D S
3 Lorisidae Kukang Sumatera Nycticebus coucang VU II D S
4 Bovidae Kerbau ternak Bubalus bubalis LC
5 Artiodactyla Babi hutan Sus scrofa LC
6 Tupaidae Tupai ramping Tupaia gracilis LC
7 Sciuridae Bajing kelapa Callosciurus notatus LC
8 Viverridae Musang/ Luwak Paradoxurus hermaphroditus LC
9 Canidae Anjing domestik Canis familiaris LC
10 Chiroptera Codot pisang coklat Macroglossus minimus LC
Sumber: Data Primer, 2019
Keterangan :
1) RI : Peraturan Menteri LHK No. 20 tahun 2018
2) IUCN (International Union for Conservation of Nature):
3) CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)
- Ap.I : daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk
perdagangan internasional
- Ap.II: daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tapi mungkin terancam punah bila
perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan
- Ap.III: daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di negara tertentu dalam batas-
batas kawasan habitatnya, dan suatu saat peringkatnya bisa dinaikkan ke dalam Apendiks II atau
Apendiks I
Dari 10 jenis mamalia yang tercatat, 1 diantaranya tidak didapatkan dari pengamatan langsung, yaitu
Siamang. Kehadiran Siamang (Symphalangus syndactylus) didapatkan kehadirannya nanya berupa
suara dari jauh di Cluster I. Suara tersebut berasal dari balik bukit kearah bakal lokasi Cluster J.
Siamang merupakan jenis kera yang endemic di Pulau Sumatera. Jenis ini berkerabat dekat dengan
Owa, namun perawakannya khas, yaitu berwarna hitam. Keberadaan jenis primata ini sangat
memerlukan kondisi vegetasi yang masih alami, terutama keberadaan tegakan kanopi pohon yang
berkesinambungan, karena pergerakan mereka sangat bergantung untuk bergelantung dari satu pohon
ke pohon lainnya.
Berdasarkan peraturan IUCN, ada 3 jenis yang memiliki status konservasi khusus. Siamang
(Symphalangus syndactylus) dan Simpai (Presbytis melalophos) termasuk ke dalam kategori
Endangered/Terancam punah dan Kukang Sumatera (Nycticebus coucang) termasuk kedalam
Vulnurable/rentan. Ketiga jenis primate tersebut juga termasuk jenis satwa dilindungi di Indonesia
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
Didapatkan perjumpaan langsung dengan Simpai (Presbytis melalophos) di area sekitar Cluster K.
Simpai tersebut teramati dalam kelompok yang berkisar antara 5-6 ekor, berada di rimbunan pohon
pada bukit dibelakang air terjun. Simpai yang teramati ini merupakan simpai subspecies yang endemik
di Pulau Sumatera bagian selatan. Keberadaan simpai bergantung kepada adanya-tidaknya tegakan
vegetasi yang masih alami di sekitarnya, beberapa jenis vegetasi alami yang dijadikan habitat jenis
primate ini diantaranya adalah jenis Madhuca laurifolia dan Palaqium sp. Kedua jenis pohon tersebut
34
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
dimanfaatkan karena merupakan sumber makanan, tempat tinggal dan jalur pergerakan. Mereka
merupakan primata yang sensitif dari segala macam gangguan, salah satunya adalah akivitas manusia.
Gambar 3.13 Simpai (Presbytis melalophos)
Pada pengamatan di malam hari didapatkan juga perjumpaan dengan primate malam, Kukang
Sumatera. Kukang teramati ketika sedang berpindah dari satu pohon ke pohon lain ketika menyeberang
jalan di area PLTP Unit 3-4. Keadaan ini diakibatkan karena terciptanya gap pada kanopi vegetasi di
habitat mereka, sehingga mereka tidak bisa berpindah secara langsung dari satu kanopi ke kanopi.
Selain pada malam hari, jenis Kukang tersebut juga teramati secara langsung sedang menyeberang
kabel listrik di sekitar jalur pipa separator station ke PLTP Unit 3 dan 4 (Gambar 3.14).
Gambar 3.14 Kukang Sumatera (Nycticebus coucang) dijumpai secara langsung di
sekitar jalur pipa separator station ke PLTP Unit 3 & 4
Selain itu, didapatkan pula fauna mamalia malam lainnya seperti musang (Paradoxurus
hermaphrodites) dan codot pisang coklat (Macroglossus minimus) yang dijumpai di sekitar area
perkebunan kopi. Keberadaan beberapa jenis hewan tersebut juga secara langsung membantu
35
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
penyebaran tumbuhan secara alami, terutama dari buah-buahan yang dimakan dan disebarkan melalui
kotoran (feaces).
Gambar 3.15 Musang (Paradoxurus
hermaphrodites)
Gambar 3.16 Codot pisang coklat
(Macroglossus minimus)
III.2.2 Perbandingan Baseline Mamalia dengan Hasil Pemantauan 2019
Hasil Monitoring tahun 2019 yang telah dilakukan berhasil mencatat 11 jenis mamalia, jenis-jenis
mamalia tersebut tercatat dari hasil perjumpaan langsung, identifikasi suara, jejak, dan sisa kotoran.
Sedangkan data rona lingkungan hidup pada AMDAL Tahun 2010 (baseline) tercatat hanya sejumlah
4 jenis mamalia. Perbandingan Jenis-jenis tersebut dengan hasil kegiatan pemantauan tahun 2019
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.1 Perbandingan Komposisi Jenis Mamalia Tahun 2010 (ANDAL) dan
2019 (Pemantauan)
No Famili /Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Inggris ANDAL
2010
Pemantauan
2019
1 1. Hylobatidae
Symphalangus syndactylus (Raffles,
1821)
Siamang Siamang √ √
2. Cercopithecidae
2 Presbytis melalophos ssp. mitrata
(Eschsholtz, 1821)
Simpai Sumatran Surili √ √
3. Lorisidae
3 Nycticebus coucang (Boddaert, 1785) Kukang
Sumatera
Sumatera Slow Loris √
4. Bocidae
4 Bubalus bubalis (Linnaeus, 1758) Kerbau ternak Water buffalo √
5. Artidactyla
5 Sus scrofa (Linnaeus, 1758) Babi hutan Wild Boar √
6. Tupaidae
6 Tupaia javanica (Horsfield, 1822) Tupai kekes Horsfield's Treeshrew √ √
7. Scriuridae
7 Callosciurus notatus (Boddaert, 1785) Bajing kelapa Plantain Squirrel √
36
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No Famili /Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Inggris ANDAL
2010
Pemantauan
2019
8 Sundasciurus hippurus (I. Geoffroy,
1831)
Bajing ekor-
kuda
Horse-tailed Squirrel √
8. Viverridae
9 Paradoxurus hermaphroditus (Pallas,
1777)
Musang/
Luwak
Common Palm Civet √ √
9. Canidae
10 Canis familiaris (Linnaeus, 1758) Anjing
domestic
Domestic Dog √
10. Chiroptera
11 Macroglossus minimus (É. Geoffroy
Saint-Hilaire, 1810)
Codot pisang
coklat
Lesser Long-tongued
Fruit Bat
√
Sumber: AMDAL 2010 dan Data Primer, 2019.
Perbandingan perjumpaan jenis antara data dalam AMDAL Tahun 2010 dan data hasil kegiatan
monitoring tahun 2019 mengindikasikan adanya peningkatan perjumpaan jenis pada tahun 2019.
Peningkatan jenis ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Jenis-jenis mamalia pada tersebut ada namun tidak ditemukan pada saat pengamatan di tahun
2010.
2. Adanya perubahan kondisi lokasi pengamatan dengan bertambahnya jenis tumbuhan yang
berbunga dan berbuah sehingga meningkatkan kehadiran jenis-jenis hewan mamalia di lokasi
pengamatan. Bertambahnya jenis-jenis tumbuhan ini dapat disebabkan secara alami (benih-
benih tumbuhan disebarkan oleh hewan) dan buatan/campur tangan manusia (karena adanya
program penghijauan dai PT. Pertamina Geothermal Energy).
IV. Program Perlindungan Keanekaragaman Hayati PT. PGE Area Ulubelu
IV.1 Program Penghijauan di Area Ulubelu
Program penghijauan di area Ulubelu yang di lakukan oleh PT. PGE Area Ulubelu bekerjasama dengan
KPH Batutegi Dinas Kehutanan Provinsi Lampung telah dilaksanakan dari tahun 2013, sampai dengan
tahun 2019 ini tercatat sebanyak 35 jenis tanaman dengan jumlah individu/bibit yang ditanam sekitar
241.233 individu pohon dan perdu telah ditanam di seluruh area Ulubelu terutama lahan-lahan kritis,
atau vegetasi yang terganggu karena kegiatan konstruksi serta eksplorasi sumur. Mayoritas tanaman
penghijauan yang ditanam adalah jenis pohon peneduh dan pohon buah-buahan. Selengkapnya jenis
pohon penghijauan dapat dilihat pada tabel 4.1. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terlihat
bahwa program penghijauan cukup berhasil, terlihat bahwa hampir di seluruh lokasi Cluster telah hijau
dan rimbun dengan pepohonan, termasuk disepanjang jalur pipa uap panas bumi. Beberapa foto
dokumentasi jenis pohon penghijauan dapat dilihat pada gambar 4.1 - 4.3.
Tabel 4.1 Jenis dan Jumlah Individu Tanaman Penghijauan di PT PGE Area Ulubelu
No Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Jumlah Individu
1 Mangga Mangifera indica Buah-buahan 80
2 Alpukat Persea americana Buah-buahan 50
3 Jambu Citra Syzigium aqueum Buah-buahan 50
4 Jambu Jamaika Syzigium malaccense Buah-buahan 80
37
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
No Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Jumlah Individu
5 Nangka mini Artocarpus heterophyllus Buah-buahan 100
6 Nangkadak Arthocarpus cempeden Buah-buahan 100
7 Sukun Arthocarpus altilis Buah-buahan 25
8 Jeruk Sate Citrus aurantifolia Buah-buahan 25
9 Jeruk BW Citrus sp. Buah-buahan 25
10 Jeruk kristal Citrus sp. Buah-buahan 50
11 Sirsak ratu Anonna muricata Buah-buahan 20
12 Sawo manila Manilkara khauki Buah-buahan 50
13 Andong Cordyline fructicosa Hias 2,500
14 Cemara Casuarina sp Hias 6
15 Pucuk merah Syzigium oleina Hias 1,350
16 Akar wangi Chrysopogon zizanioides Industri 210,000
17 Bambu Bambusa sp Industri 1,742
18 Sengon Albizzia falcata Industri 50
19 Cengkeh Syzigium aromaticum Industri 200
20 Rumput Gajah mini Pennisetum purpureum Pakan ternak 8,000
21 Glodokan Tiang Polytia longifolia Peneduh 1,287
22 Trembesi Samanea saman Peneduh 6,470
23 Mahoni Swietania macrophylla Peneduh 3,075
24 Cempaka Michelia champaca Peneduh 1,188
25 Pulai Alstonia sochlaris Peneduh 1,005
26 Salam Syzigium polyantum Peneduh/bumbu 270
27 Samama Anthocepalus macrophylus Peneduh/kayu industri 365
28 Waru Hibiscus tiliaceus Peneduh 120
29 Akasia Acaccia sp. Peneduh 195
30 Medang Litsea spp Peneduh 1,645
31 Bayur Pterospermum javanicum Peneduh 475
32 Gamelina Gmelina arborea Peneduh 265
33 Tanjung Mimusops elengi Peneduh 250
34 Rimau Toona sureni Peneduh 20
35 Jengkol Archidendron pauciflorum Tanaman Buah/sayur 100
241,233
Sumber : PT. PGE Area Ulubelu, 2019
Berdasarkan hasil penghitungan jenis-jenis tumbuhan yang ditanami, terlihat sebagian besar
merupakan jenis peneduh dan buah-buahan. Dengan kondisi demikian, selain memberikan fungsi
ekonomi maka fungsi ekologisnya pun dapat terpenuhi. Kegiatan penghijauan yang telah dilakukan
oleh PT. PGE Area Ulubelu telah berkontribusi dalam menunjang dalam upaya pelestarian dan
perlindungan keaneragaman hayati di area Ulubelu, hal ini terlihat dari berkurangnya lahan kritis
akibat pembukaan lahan baik untuk kegiatan eksplorasi panas bumi maupun pengembangan
perkebunan kopi oleh masyarakat.
Beragam jenis tanaman penghijauan yang pada umumnya merupakan tanaman peneduh dan tanaman
buah-buahan memberikan kontribusi dalam membentuk lansekap vegetasi, merehabilitasi lahan kritis
mencegah erosi serta menyediakan habitat hidup bagi beragam jenis fauna
38
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Namun untuk peningkatan fungsi keanekaragaman hayati, disarankan untuk membuat green belt di
lokasi-lokasi yang memungkinkan di sekitar sumur eksplorasi panas bumi dan sepanjang jalur pipa
distribusi, sehingga dapat membentuk dan memperbaiki koridor vegetasi sebagai habitat fauna yang
banyak terbuka dikarenakan kegiatan pembukaan sumur eksplorasi panas bumi serta pengembangan
perkebunan kopi masyarakat.
Jenis-jenis tumbuhan yang menyusun green belt tersebut sebaiknya merupakan jenis pohon yang
penyusun vegetasi hutan alam yang ada di sekitar lokasi.
Beberapa jenis tumbuhan hutan alam yang ada di sekitar lokasi diantaranya jenis-jenis dari keluarga
Lauraceae, Myrtaceae, Dipterocarpaceae dan Fagaceae, seperti Magnolia sp, Quercus
sp, dan Garcinia sp. Sedangkan hutan hujan pegunungan tingginya didominasi oleh Eugenia sp, dan
Castanopsis sp. Famili pohon yang dominan pada hutan hujan perbukitan adalah Damar Mata
Kucing (Shorea javanica), Damar Batu (Shorea ovalis) dan Jelutung (Dyera sp), Jenis –jenis flora
endemic sumatera pun dapat ditambahkan seperti Bacaurea multiflora, Madhuca magnifolia,
Memecylon multiflorum, Drypetes subsymetrica, Drypetes simalurensis, Ryparosa multinervosa dan
lain-lain.
Gambar 4.1 Pohon penghijauan
jenis Medang (Litsea spp.) di lokasi
Cluster B
Gambar 4.2 Pohon penghijauan
jenis Bayur (Pterospermum
javanicum ) di lokasi Cluster B
Gambar 4.3 Pohon penghijauan
jenis Mahoni (Swietania
macrophylla) di jalur pipa
Reinjeksi R1 – R2
IV.2 Program Ternak Kambing Saburai
Selain melaksanakan kegiatan penelitian audit dan monitoring keanekaragaman hayati pihak PT. PGE
Area Ulubelu juga melakukan langkah nyata dalam melestarikan keanekaragaman hayati khususnya
fauna lokal, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sentra produksi kambing berbasis kelompok
tani. Jenis fauna lokal yang dipilih dalam pengembangan adalah Kambing Saburai yang merupakan
bibit unggal kambing khas Lampung.
39
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Kambing saburai merupakan hasil inseminasi buatan antara kambing Ettawa (tinggi) dan Boer
(gemuk) di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. Kambing Saburai telah diakui keberadaannya
dan telah ditetapkan sebagai rumpun baru di Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 359/Kpts/PK.040/6/2015 tanggal 8 Juni 2015.
Program penguatan kelembagaan kelompok dan peningkatan kemampuan peternak kambing
dilaksanakan di Pekon Ngarip. Program ini bertujuan untuk mengembangkan sentra produksi kambing
berbasis kelompok tani. Program juga di lakukan untuk memperkuat kelembagaan pada kelompok
peternak kambing. Untuk meningkatkan kelembagaan, program ini juga merangkum pelatihan
administrasi, sistem kerja, inovasi kegiatan dan management keuangan. program penguatan
kelembagaan kelompok tani dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan secara reguler. Program
CSR pada kelompok ternak kambing juga berupaya mengatasi masalah mutu genetik ternak yang
terbilang rendah. Oleh karenanya, program CSR pada pengembangan peternak melakukan
pendampingan terkait aspek reproduksi ternak dan biosecurity untuk mendapatkan bibit yang unggul
serta mendatangkan kambing Saburai yang merupakan bibit unggul dari Lampung. Program budidaya
kambing yang dimonitor adalah Kelompok Berkah Jaya yang beranggotakan 15 orang, berlokasi di
Dusun Karang Rejo Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus, usaha kelompok ini dimulai dari
tahun 2018, dengan mendapatkan fasilitas bibit, pembuatan kandang dan layanan kesehatan ternak
dari pihak PT. PGE Area Ulubelu telah dimulai dari tahun 2018 saat ini sudah berlangsung selama
kurang lebih satu tahun.
Gambar 4.4 Kondisi kandang kambing Saburai milik kelompok Berkah Jaya di Pekon Ngarip
40
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Saat ini kegiatan masih dalam taraf ujicoba penggemukan Kaming Saburai, dan belum memasuki tahap
pemasaran, diperkirakan ternak kambing Saburai baru dapat dijual sekitar 2-3 tahun kemudian.
Dari bibit awal kambing sejumlah 15 ekor, saat ini sudah bertambah menjadi sekitar 20 ekor kambing,
teknologi sederhana juga telah diterapkan untuk mendorong keberhasilan produksi ternak diantarany
dengan penggunaan dan pemanfaatan silase, silase yaitu fermentasi peningkatan giji dan produktifitas
dan meringankan waktu dan biaya pencarian pakan. Saat ini harga beli kambing Saburai adalah dengan
sistem taksir, saburai di hitung kilo Rp 100 ribu/kg untuk pembibitan sedangkan kambing jantan berat
masing-masing mencapai 70 kg dan 86 kg.
Beberapa jenis tanaman yang terdapat di lokasi dapat dijadikan sebangai pakan Kambing Saburai
diantaranya kayu Afrika (Maesopsis eminii), daun kopi (Coffea robusta), Gamal (Gliricidia sepium),
daun singkong (Manihot esculenta) dan lain-lain.
Program perlindungan keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh PT. PGE Area Ulubelu yaitu
budidaya kambing Saburai berkontribusi secara signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat,
dimana masayarakat lokal mempunyai alternatif usaha untuk meningkatkan pendapatan mereka selain
berkebun kopi hal ini terlihat dari berjalannya program budidaya dimana dalam jangka waktu sekitar
1 tahun dari sekitar 15 bibit kambing saburai yang dibudidayakan oleh kelompok Berkah Jaya di Pekon
Ngarip telah bertambah menjadi 20 ekor, namun program ini belum terlihat dampak secara ekonomi
dikarenakan belum ada kambing hasil reproduksi yang dijual (masih dalam tahap pemeliharaan).
IV.3 Program Nursery
Kegiatan nursery merupakan kegiatan pembibitan pohon yang rutin dilakukan oleh PT PGE Area
Ulubelu. ada berbagai macam pohon yang terdapat nursery, seperti pohon Tanjung, Durian, Trembesi,
Bintaro, dan lain sebagainya. Berikut dapat dilihat beberapa contoh pohon yang ada di nursery.
Gambar 4.5 Tanaman di Nursery
41
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
IV.4 Pembibitan Tanaman Obat-obatan
Program pembibitan tanaman obat-obatan ini bertujuan untuk melestarikan tanaman-tanaman obat dan
memberikan pengetahuan yang baik kepada masyarakat mengenai manfaat tanaman tersebut. Program
ini diawali dengan mengadakan kerjasama dengan pihak ke-3, dalam hal ini PT PGE Area Ulubelu
bekerjasama dengan UPTD Puskesmas Ngarip untuk melakukan pembibitan.
Gambar 4.6 Proses Pembibitan Tanaman Obat-obatan
IV.5 Program Penanaman 5000 Bibit Kayu
Program penanaman 5000 pohon ini bertujuan untuk memelihara tanaman endemic di Area Ulubelu.
Selain itu, dilakukan juga penanaman pohon bambu yang berguna untuk memperkuat lereng-lereng
kritis sehingga menghindari terjadinya longsoran. Selain itu PT PGE Area Ulubelu juga melakukan
penanaman tanaman terancam punah (Endangered) dan rentan (Vulnerable) seperti Cengal dan
Merbau.
42
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
Gambar 4.7 Kegiatan Penanaman Pohon
IV.6 Kegiatan Penanaman dan Pemeliharaan 1000 Pohon
Penghijaun di PT PGE Area Ulubelu dilaksanakan dengan melibatkan pekerja perusahaan dan
masyarakat sekitar. Hal ini ditujukan agar pekerja dan masyarakat sadar akan pentingnya pelestarian
pohon di lingkungan sekitar.
Gambar 4.8 Kegiatan Penanaman Pohon bersama Pemerintah & Masyarakat
IV.7 Kegiatan Penelitian dan Pemantauan Keanekaragaman Hayati
Kegiatan penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati dimaksudkan agar keanekaragaman
hayati (flora dan fauna) di lingkungan PT PGE Area Ulubelu terpantau dengan baik, sehingga dapat
dilihat perubahan jumlahnya setiap tahun. Monitoring jumlah flora dan fauna ini berguna untuk
43
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
menentukan program lingkungan kedepannya. Kegiatan ini dilaksanakan sekali setahun bekerja sama
dengan pihak eksternal (expert).
Gambar 4.9 Kegiatan Pemantauan Keanekaragaman Hayati oleh Pihak Eksternal
IV.8 Pemasangan Rambu Larangan Berburu, Menebang Pohon, Membuat Api, dan Membuang
Puntung Rokok
Pemasangan rambu ini dimaksudkan guna menghindari adanya perburuan liar yang menangkap satwa-
satwa liar yang berada di area geothermal ulubelu, mencegah adanya penebangan liar terhadap
tumbuhan-tumbuhan yang dilindungi, serta menghindari adanya kebakaran hutan yang diakibatkan
oleh api buatan dan puntung rokok.
Gambar 4.10 Kegiatan Pemasangan Rambu
44
LAPORAN STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
AREA ULUBELU 2019
V. Kesimpulan
1. Dari hasil monitoring inventarisasi jenis burung (Avifauna) di setiap lokasi studi di PT.PGE
Ulubelu, Kab. Tanggamus Lampung selatan didapatkan 47 jenis burung.
2. Jumlah jenis burung bulan agustus tahun 2019 lebih banyak jenisnya dibanding pada monitoring
sebelumnya apabila dibandingkan dengan data laporan periode sebelumnya.
3. Nilai Indek Perataan jenis burung (E) dari setiap lokasi yang dibandingkan memiliki nilai 0.735,
maka pada daerah penelitian tingkat penyebaran spesies tergolong merata.
4. Tanaman penghijauan yang ditanam di area PT. PGE Area Ulubelu terdiri dari 35 jenis, dengan
jumlah individu sekitar 250.000 pohon.
5. Kegiatan penghijauan yang telah dilakukan oleh PT. PGE Area Ulubelu yang sudah dilaksanakan
dari tahun 2013 sangat menunjang dalam upaya pelestarian dan perlindungan keaneragaman hayati
di area Ulubelu
6. Jenis satwa liar yang dijumpai secara langsung selain jenis-jenis burung diantarnya adalah Siamang
(Symphalangus syndactylus) dan Simpai (Presbytis melalophos mitrata) termasuk ke dalam
kategori endangered/terancam punah dan Kukang Sumatera (Nycticebus coucang) termasuk
kedalam vulnurable/rentan, dan termasuk satwa dilindungi berdasarkan Nomor
P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
7. Program perlindungan keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh PT. PGE Area Ulubelu yaitu
budidaya kambing Saburai berdampak positif terhadap pemberdayaan masyarakat.