laporan SSP

14
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I STIMULASI SISTEM SARAF PUSAT DAN ANTIEPILEPTIKA Oleh : Afri Yanti (1113102000081) Azzumary Khairiady (1113102000055) Berliana Novianita (1113102000050) Sinthiya Nur Septiani (1113102000038) Dosen Pembimbing : Yardi, M.Si., Ph.D., Apt Eka Putri, M.Si., Apt Syaikhul Aziz, M.Farm., Apt PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

description

Farmakologi

Transcript of laporan SSP

LAPORAN PRAKTIKUMFARMAKOLOGI ISTIMULASI SISTEM SARAF PUSAT DAN ANTIEPILEPTIKA

Oleh :Afri Yanti (1113102000081)Azzumary Khairiady(1113102000055)Berliana Novianita (1113102000050)Sinthiya Nur Septiani (1113102000038)Dosen Pembimbing :Yardi, M.Si., Ph.D., AptEka Putri, M.Si., AptSyaikhul Aziz, M.Farm., Apt

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAAPRIL/2015

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aminofilin1. Farmakologi AminofilinAminofilin adalah garam etilendiamin termasuk golongan xantin yang mempunyai gugus metil dengan rumus kimia 2,6 dioksipurin. Xantin dan derivatnya termasuk dalam golongan fosforilase inhibitor. Kelarutan dari metilxantin adalah rendah jika dikombinasikan dengan garam etilen diamin akan membentuk aminofilin di mana kelarutannya 2o kali teofilin. Aminofilin biasanya diberikan secara intravena dan tersedia dalam berbagai sediaan. Metabolisme terjadi di hepar dan diekskresi melalui urin.

2. Mekanisme KerjaAda 3 hipotesa utama yang menerangkan cara kerja dari aminofilin, yaitu:a. pada siklik adenosin 5 monofosfat (cAMP),b. katekolamin,c. kalsium.cAMP diduga mempengaruhi fungsi sentral maupun fungsi seluler. Sebagian besar sistem enzim menggunakan cAMP sebagai perantara atau lebih dikenal sebagai second messenger yang mempengaruhi fungsi seluler sebagai akibat dari pengaruh hormonal, obat-obatan atau zat lain.Di dalam sistem cAMP hormon atau obat-obatan akan berperan sebagai first messenger yang akan membawa pesan pertama ke ekstra seluler. Kemudian hormon atau obat-obatan akan masuk ke dalam reseptor serta akan mengaktifkan adenilsiklase yang terdapat di membran sel. Dengan adanya ion magnesium, adenilsiklase akan menghambat perubahan dari cAMP menjadi AMP. Pemecahan cAMP diatur enzim fosfodiesterase. Inhibisi terhadap enzim fosfodisterase oleh aminofilin akan mengakibatkan peningkatan kadar cAMP dan terjadinya respon fisiologis yaitu bronkodilatasi. Peningkatan katekolamin tidak merangsang fungsi seluler secara langsung, tetapi melalui aktivasi adenilsiklase yang akan menyebabkan peningkatan aktifitas efektor yang sinergis dengan cAMP. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pemberian aminofilin secara i.v. akan menyebabkan peningkatan ekskresi epinefrin dan nor epinefrin melalui urin. Peningkatan tersebut berhubungan dengan rangsangan terhadap medula adrenal. Peranan kalsium terhadap mekanisme kerja aminofilin belum jelas.

3. Dosisa. Dosis umum untuk asma akut: 6 mg/kg dalam 100-200 ml cairan infus secara i.v dengan perlahan selama 20-30 menit.b. Dosis geriatrik untuk asma akut: pasien tidak menerima aminofilin atau teofilin , maka dosis yang diberikan yaitu 6 mg/kg dalam 100-200 ml cairan infus secara i.v dengan perlahan selama 20-30 menit. Untuk dosis pemeliharaaan: 0,2-0,3 mg/kg/jam infus secara kontinyu. hingga 9 tahun: 1 mikrogram/kg BB. Anak 10-16 tahun: mikrogram/kg BB.

4. ToksikologiPemberian aminofilin i.v. cepat pada dosis terapeutik (500 mg) kadang-kadang menyebabkan kematian mendadak yang mungkin disebabkan oleh aritmia jantung. Obat tersebut harus disuntikkan perlahan-lahan selama 20-40 menit untuk mencegah gejala-gejala toksik yang parah. Gejala ini meliputi sakit kepala, jantung berdebar, pening, mual, hipotensi, dan nyeri pada bagian perikordium. Gejala toksisitas lain meliputi takikardia, kegelisahan yang parah, agitasi, dan muntah; efek-efek ini berhubungan dengan konsentrasi dalam plasma yang lebih dari 20 mikrogram/ml. Kejang sebagian dan menyeluruh juga dapat terjadi, kadang-kadang tanpa tanda-tanda toksisitas sebelumnya.

B. Diazepam1. Mekanisme KerjaDiazepam merupakan salah satu obat turunan benzodiazepin. Efek yang paling menonjol dari obat ini adalah aktivitas sedasi, hipnosis, berkurangnya ansietas, relaksasi otot, anterograde amnesia, dan antikonlvusan. Obat golongan benzodiazepin dipercaya memunculkan sebagian besar efeknya melalui interaksinya dengan reseptor neurotransmiter melalui aktivasi langsung oleh GABA. Reseptor GABA merupakan protein terikat membran yang terbagi menjadi dua sub tipe yaitu GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA ionotropik terdiri atas lima subunit yang bersama-sama membentuk saluran klorida yang utuh. Reseptor GABAA bertanggung jawab atas sebagian besar neurotransmisi inhibitori di SSP. Sebaliknya, reseptor GABAB metabolik dipasangkan pada mekanisme transduksi sinyalnya oleh protein G; reseptor ini terbuat dari peptida tunggal dengan tujuh domain transmembran. Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABAA tetapi tidak pada GABAB dengan berikatan secara langsung pada tempat spesifik yang berbeda dengan tempat ikatan GABA pada kompleks reseptor/saluran ion. Tidak seperti barbiturat, benzodiazepin tidak secara langsung mengaktivasi reseptor GABAA, tetapi membutuhkan GABA untuk mengekspreksikan efeknya; yaitu senyawa-senyawa ini hanya memodulasi efek GABA. Pada manusia diazepam dapat digunakan untuk gangguan ansietas status eliptikus, relaksasiotot rangka, pramediasi anestesi. Waktu paruh obat ini adalah 43 13 jam dengan dosis 5-10 mg/kgBB.

2. KontraindikasiDepresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang disertai dengan depresi.

3. Efek Samping Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia.Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut.

4. Interaksi dengan obat lain Alkohol : Meningkatkan efek sedatifAnestetik : Meningkatkan efek sedatifAnalgetik : Analgetik opioid meningkatkan efek sedatif

METODOLOGI PRAKTIKUM1. Bahan :1. Hewan uji: Mencit 5 ekor1. Obat: Aminophyllin 24 mg/ml Diazepam 5 mg / mL1. Alat :1. Timbangan hewan1. Syringe1. Stopwatch1. Kapas1. Alkohol 70%

1. Prosedur Kerja1. Masing-masing mencit ditimbang, dicatat hasilnya dan diberi nomor.1. Dihitung dosis hewan dan VAO berdasarkan data berikut : Human Equivalent Dose Aminophyllin yang digunakan pada praktikum ini adalah 17 mg / kgBB, dan Diazepam 10 mg / kgBB.1. Mencit 1 dan 2 disuntikkan Diazepam secara intramuskular, kemudian respon yang diberikan hewan uji diamati dan dicatat.1. 20 menit kemudian, mencit 1, 2, 3, dan 4 disuntikkan Aminophyllin secara intraperitoneal, kemudian diamati respon hewan uji terhadap sediaan dan bandingkan dengan control mencit nomor 5.1. Hasil uji dibandingkan antara mencit yang diberi Diazepam terlebih dahulu dan yang tidak diberikan Diazepam terlebih dahulu. Diamati pula tipe kejang, saat muncul kematian dan sebab kematian bila hal tersebut terjadi.

HASIL0. Penghitungan Dosis Hewan dan VAODiazepam Diberikan IntramuscularKonsentrasi: 5 mg/mlDosis manusia: 10 mg/kgBB

AminophyllinDiberikan IntraperitonealKonsentrasi: 24 mg/mlDosis toksik: 34 mg/kgBB menyebabkan kejang dan kematian (8:4)Dosis yang diberikan: 17 mg/kgBB

0. Respon Pemberian Obat

Mencit 1Mencit 2Mencit 3Mencit 4

ObatDiazepamAminophylinDiazepamAminophylinAminophylinAminophylin

Kelompok 1Onset 2 27Tidak menunjukan efekOnset 57Onset 5Efek: kejang parsial, matiOnset 8 37Efek: Kejang total, matiOnset 10 33Efek: kejang total, mati

Kelompok 3Onset 10Onset 45Efek: kejang parsial, matiOnset 5

Onest 16Efek: kejang parsial, matiOnset 7Efek: kejang parsial, matiOnset 4Efek: kejang parsial, mati

Kelompok 5Onset 2-Onset 2Onset 23Efek: panik sejenak-Onset 3Efek: Diare, takikardi

Kelompok 6Onset 1 5-Onset 5-Onset 12Efek: kejang sesaat, diareOnset 10Efek: kejang sesaat, diare

Keterangan: 1. Dosis Aminophylin kelompok 1 dan 3= 34 mg/kgBB1. Dosis Aminophylin kelompok 5 dan 6= 17 mg/kgBB

PEMBAHASANPada praktikum kali ini akan diuji efek dari antiepileptika. Obat yang dipakai yaitu diazepam dan aminofilin. Diazepam dipakai untuk menekan efek samping dari aminofilin 17 mg/kgBB. Aminofilin digunakan untuk memicu kejang. Pada praktikum ini digunakan 5 mencit. Pada mecit 1 dan 2 diberikan diazepam sebelum diberikan aminofilin sedangkan mencit 3 dan 4 hanya diberi aminofilin saja, mencit 5 disini hanya berperan sebagai kontrol. Mekanisme kerja aminofilin yaitu pada siklik adenosin 5 monofosfat (cAMP), katekolamin, dan kalsium. Sedangkan kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusatPada mencit 1 diberikan diazepam 0,022 ml secara intramuscular. Setelah pemberian mencit 1 tenang, lemas dan terdiam. Kemudian 20 menit setelahnya diberikan Aminofilin secara intraperitoneal 0,468 ml. Setelah pemberian tidak ada respon yang terjadi terhadap mencit 1 dalam jangka panjang selama praktikum berlangsung. Pada mencit 2 diberikan diazepam sebanyak 0,021 ml secara intramuscular. Sama seperti mencit 1, setelah pemberian diazepam mencit 2 juga tenang, lemas dan diam. Kemudian 20 menit setelahnya mencit 2 diberikan aminofilin sebanyak 0,461 ml secara intraperitoneal. Setelah pemberian aminofilin terjadi efek panik sejenak 23 menit setelahnya dan setelah itu mencit kembali ke kondisi normal.Pada mencit 3 tidak diberikan diazepam sebagai penekan efek dari aminofilin. Mencit 3 langsung diberikan aminofilin sebanyak 0,3965 ml secara intraperitoneal. Tidak ada efek yang ditimbulkan oleh mencit 3 selama praktikum berlangsung, pada mencit 4 tidak diberikan diazepam. Mencit 4 diberikan aminofilin secara intraperitoneal. 3 menit setelah pemberian mencit 4 mengalami takikardia selama beberapa menit dan mengalami diare.Pada mencit 1 yang diberikan diazepam, efek tenang akibat diazepam sangat kelihatan dibanding mencit 3 dan mencit 4 yang tidak diberikan diazepam. Sedangkan pada mencit 4 efek toksik dari aminofilin tidak dapat ditekan karena tidak diberikan diazepam. Pada mencit 2 mengalami panic sesaat, berbeda dengan mencit 1 walaupun sama-sama diberi diazepam. Hal ini bias dikarenakan perbedaan sifat fisiologis dari masing-masing mencit dan bias disebabkan dosis yang berlebih. Begitupun pada mencit 3 dan 4 yang tidak diberikan diazepam namun, hanya mencit 4 yang mengalami efek dari aminofilin, perbedaan sifat fisiologis dari masing-masing mencit dan dosis yang berbeda kemungkinan menjadi faktor utama dari perbedaan yang diberikan kedua mencit tersebut.

KESIMPULAN0. Diazepam adalah obat yang menekan sistem saraf pusat yaitu pada reseptor GABA. Diazepam mempunyai aktivitas sedasi, hipnosis, berkurangnya ansietas, relaksasi otot, anterograde amnesia, dan antikonlvusan.0. Aminofilin adalah obat yang dapat menginduksi kejang bahkan kematian pada dosis toksik yaitu 34 mg/kgBB, sehingga pada dosis 17 mg/kgBB kejang tidak terjadi. Efek yang terjadi pada hewan uji pada dosis ini adalah diare dan takikardi.0. Diazepam dapat menekan efek yang diberikan oleh obat aminofilin.

DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo. 1980. Obat Perangsang Susunan Saraf Pusat dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta.Strt JA, Sullivan SF. Aminophylline. Anasthesia Analgesia 1981; 60: 578-602.Gurel A, Hanalu A. Aminophylline. Anasthesia Analgesia 1987; 66: 336-6.Meyer BH. Aminophylline in Health volunteer Adult. Anasth Analg 1984; 63: 900-901.