Laporan Sosialisasi Pangan Lokal SMPN 1 Muhamadiyah

17
SOSIALISASI PANGAN LOKAL DI SMP MUHAMMADIYAH 1 JEMBER Teknologi Pengolahan Pangan Lokal Oleh : Kelompok 4 Desy Amita Putri (121710101097) Akhmad Tri Rifqi (121710101099) Abdul Mukit (121710101121) Yasinta Suci (121710101122) Faris Malik Ibrahim (121710101125) JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Transcript of Laporan Sosialisasi Pangan Lokal SMPN 1 Muhamadiyah

SOSIALISASI PANGAN LOKAL DI SMP MUHAMMADIYAH 1 JEMBERTeknologi Pengolahan Pangan Lokal

Oleh : Kelompok 4Desy Amita Putri(121710101097)Akhmad Tri Rifqi(121710101099)Abdul Mukit(121710101121)Yasinta Suci(121710101122)Faris Malik Ibrahim(121710101125)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangEkspansi pasar dari produk luar negeri sangat gencar di Indonesia. Toko penjual makanan cepat saji yang merupakan makanan hasil kebudayaan luar banyak di temui di Indonesia. Pengiklanan dari produk mereka juga sangat gencar di Indonesia. Sehingga masyarakat mulai beralih pada makanan tersebut dari pada makanan tradisional. Sifat konsumtif masyarakat jugalah yang menebabkan perubahan kebudayaan ini. (Hafsah,J. 2012.).Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi lunturnya kegemaran sebagian masyarakat terhadap makanan tradisional Indonsia antara lain disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup, perubahan sosial budaya, perkembangan ekonomi dalam kehidupan masyarakat, di samping itu kebiasaan masyarakat terhadap makan di luar, gencarnya promosi dan tersedianya makanan asing di berbagai kota besar juga sebagai salah satu faktor mengapa masyarakat lebih menyukai makanan asing dari pada makanan kita sendiri. Saat ini Indonesia tidak sepenuhnya swasembada pangan, dalam arti tidak seluruh wilayah dapat memenuhi sendiri kebutuhan pangannya yang beraneka ragam, sehingga pada saat tertentu memerlukan impor. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2001 sekitar 203,5 juta jiwa dan pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 236,7 juta jiwa, serta permasalahan lain seperti kapasitas produksi panan Nasional yang semakin terbatas karena aktivitas ekonomi dan penciutan lahan karena alih fungsi. Selain hal tersebut juga data BAPENAS tahun 2002 di Indonesia terdapat 49,5 juta penduduk miskin yang memerlukan perhatian agar kebutuhan pangan dapat terpenuhi. Kemampuan produksi bahan pangan domistik tidak dapat mengikuti peningkatan kebutuhan, maka pada waktu yang akan datang Indonesia akan tergantung impor, yang berarti ketahanan pangan nasional akan semakin rentan karena akan semakin tergantung pada kebijakan ekonomi negara lain. Berdasarkan perkiraan tersebut tantangan utama dalam pemantapan ketahanan pangan adalah optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pangan domistik dan peningkatan kapasitas produksi pangan dalam jumlah, kualitas dan keragamannya. Konsumsi pangan hendaknya memperhatikan ketentuan zat gizi yang cukup berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif. Oleh karena itu, kami melakukan sosialisasi terhadap masyarakat khususnya anak-anak untuk mengenalkan berbagai macam produksi pangan yang ada di Indonesia, sehingga diharapkan mereka mampu mengaplikasikannya dengan cara mencintai produk dalam negeri dan mengurangi konsumsi produk impor, selain itu anak anak juga dapat merubah pola konsumsi tentang beras.1.2 Tujuan1. Menjelaskan pengertian pangan lokal, ketahanan pangan, pola konsumsi, diversifikasi pangan dan AKG pada siswa siswi SMP Muhammadiyah 1 jember. 2. Menjelaskan pada siswa siswi SMP Muhammadiyah 1 jember tujuan mengkonsumsi pangan lokal. 3. Memberitahukan berbagai macam bahan pangan lokal yang ada di Indonesia. 4. Meningkatkan kesadaran audiens khususnya anak-anak untuk mau mengkonsumsi berbagai jenis produksi pangan lokal di Indonesia.

1.3 Manfaat1. Dapat memahami pengertian pangan lokal, ketahanan pangan, pola konsumsi, diversifikasi pangan dan AKG. 2. Dapat mengetahui manfaat mengkonsumsi pangan lokal. 3. Dapat mengetahui berbagai macam pangan lokal yang ada di Indonesia.4. Dapat meningkatkan kesadaran audiens khususnya anak-anak untuk mau mengkonsumsi berbagai jenis produksi pangan lokal di Indonesia

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketahanan PanganDefinisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu definisi Maxwell dan Frankenberger (1992) yakni akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat. Berikut disajikan beberapa definisi ketahanan yang sering diacu: Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut:a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ke-tersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.2.2 DiversifikasiMenurut Soetrisno (1998), diversifikasi pangan (dalam konteks konsumsi pangan) yaitu sebagai upaya menganekaragamkan jenis pangan yang dikonsumsi, mencakup pangan sumber energi dan zat gizi, sehingga memenuhi kebutuhan akan pangan dan gizi sesuai dengan kecukupan baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Diversifikasi pangan dimaksudkan untuk memperoleh keragaman zat gizi sekaligus melepas ketergantungan masyarakat atas satu jenis pangan pokok tertentu yaitu beras. Ketergantungan yang tinggi dapat memicu ketidakstabilan jika pasokan terganggu dan sebaliknya jika masyarakat menyukai pangan alternative maka ketidakstabilan akan dapat dijaga.2.3 Pola Konsumsi Menurut Ariani (2006), pola konsumsi pangan merupakan suatu susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang tiap hari yang umum dikonsumsi atau dimakan oleh penduduk dalam jangka waktu tertentu. Beberapa cara atau strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan pola konsumsi masyarakat menuju pala pangan yang sesuai dengan harapan yaitu dengan melalui sosialisasi yang dilakukan di kalangan kelompok-kelompok masyarakat seperti ibu rumah tangga, organisasi masyarakat dan lain-lain untuk menyampaikan dan menerapkan tata cara penyediaan pangan untuk konsumsi pangan, memberdayakan masyarakat untuk melaksanakan diversifikasi konsumsi pangan, melakukan promosi diversifikasi konsumsi pangan melalui penyuluhan dan diadakannya konsultasi kegiatan di posyandu tentang konsumsi pangan. Hal tersebut juga harus ditunjang dengan keterlibatan masyarakat untuk melakukan diversfikasi pangan.2.4 Pangan LokalPangan lokal adalah pangan tradisional yang dihasilkan dari suatu daerah di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam makanan olahan baik makanan pokok, maupun makanan tambahan. Pangan lokal dapat dijadikan sebagai suatu ciri khas dari suatu daerah. Saat ini di Indonesia mulai banyak makanan yang berasal dari luar negeri dan menggeser pola konsumsi masyarakat terhadap pangan lokal. Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan terhadap pangan lokal untuk meningkatkan kualitas, gizi, sehingga mampu bersaing dengan pangan modern yang saat ini sudah banyak dijumpai dikalangan masyarakat. Dengan adanya peningkatan pemanfaatan pangan lokal dan diversifikasi pangan diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Ketahanan pangan diartikan sebagai (UU RI No 8 Tahun 2012) kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan juga dapat diartikan sebagai Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan masyarakat yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, terjangkau,mudah diakses dan didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumberdaya lokal. Namun yang penting adalah dalam pemenuhan pangan untuk mencapai ketahanan pangan ini apakah Indonesia masih mengandalkan Negara lain untuk melaksanakannya. Oleh sebab itu perlu adanya gerakan kembali ke pangan lokal yang merupakan potensi lokal setiap daerah yang secara otomatis akan mempermudah akses terhadap bahan pangan tersebut dan proses diversifikasi pangan. Dengan melihat potensi lokal Indonesia, Indonesia seharusnya mampu untuk mewujutkan ketahan pangan tanpa mengimpor bahan pangan tersebut.2.5 AKG (Angka Kecukupan Gizi)AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa AKG harus dimiliki dari setiap makanan yang akan dikonsumsi masyarakat, sehingga diversifikasi pangan dan pola konsumsi pangan harus disesuaikan dengan AKG. Adanya makanan yang sesuai dengan AKG akan dapat mempermudah meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia, sehingga masalah lemahnya ketahanan pangan dapat terselesaikan (Muhilal dkk,2000).

BAB 3. METODOLOGI

3.1 PelaksanaanDilaksanakan pada : Hari, tanggal: Rabu, 26 Februari 2014 Tempat: SMPN 1 Muhammadiyah Jember Waktu: 08-00 09.15 WIBSasaran : Siswa siswi SMP Muhammadiyah 1 Jember Jumlah: 40 anak3.2 Cara Pelaksanaan1. PembukaanPembukaan diawali dengan sambutan kepada ibu guru dan siswa siswi SMP Muhammadiyah1 jember dan memaparkan tujuan sosialisasi. 2. Perkenalan anggota Perkenalan anggota memaparkan identitas kepada siswa siswi SMP Muhammadiyah 1 jember3. Presentasi mengenai sosialisasi pangan lokal Presentasi sosialisasi dilakukan dengan cara pemaparan poster dan Power point beserta penjelasan tentang ketahanan pangan, diversifikasi pangan, pola konsumsi, AKG dan pangan local. Pelaksanaan sosialisasi ini dilakukan dengan menjelaskan isu isu yang beredar belakangan di Indonesia seperti maraknya bahan pangan impor, dan inovasi pangan dari hasil pangan lokal. Pemaparan ini melibatkan siswa siswi yang berjumlah 40 orang dan 1 guru. 4. PendokumentasianPendokumentasian dilakukan pada setiap sesi acara. 5. Sesi tanya jawabTanya jawab dilakukan setelah penyampaian materi yang bertujuan untuk pendalaman pemahaman tentang pangan local terhadap siswa-siswi.

6. GamesSetelah tanya jawab dilakukan game dengan tema pangan lokal, yaitu tebak pangan pintar, dan survey pangan lokal. 7. Pemberian konsumsi yang berbahan pangan lokal dan hadiah.8. Penutup

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Sosialisasi ini dilakasanakan di SMP Muhammadiyah 1 jember. Kami datang kesana pada hari Rabu, 26 februari 2014 pada pukul 07.30 WIB. Disana kami menyiapkan berbagai persiapan seperti pembagian poster, pemaparan power point dan mengkondisikan anak-anak supaya dapat fokus dengan materi yang kami berikan.Tujuan kami datang ke SMP Muhammadiyah 1 Jember adalah untuk mensosialisasikan pangan lokal kepada para siawa siswi disana. Pada awalnya kami menyampaikan contoh bahan-bahan produk lokal yang ada di Indonesia, seperti singkong, beras, ubi, dll. Untuk lebih mudah memahami kepada mereka kami menunjukkan berbagai gambar yang sudah terpampang pada poster yang telah kami persiapkan dan juga pemaparan pada power point. Awalnya kami melakukan perjanjian jargon yaitu jika kami mengatakan Lestarikan Pangan Lokal maka siswa siswi akan menjawab Go,Go,Go,Go.Disini kami mensosialisasikan tentang ketahanan pangan, diversifikasi pangan, pola konsumsi, AKG dan pangan lokal. Pelaksanaan sosialisasi ini dilakukan dengan menjelaskan isu isu yang beredar belakangan di Indonesia seperti maraknya bahan pangan impor, dan inovasi pangan dari hasil pangan lokal. Lalu setelah materi selesai dilakukan sesi tanya jawab mereka bertanya tentang cara pembuatan tape, beras cerdas, dan gandum. Setelah tidak ada pertanyaan kami yang bertanya kepada mereka apa definisi pangan lokal? Mereka menjawab pangan lokal adalah pangan yang berasal dari daerah itu sendiri. Siswa siswi merespon dengan baik tentang pangan lokal, mereka berantusias untuk lebih mengetahui berbagai macam makanan olahan yang berasal dari bahan lokal di Indonesia. Setelah sesi tanya jawab dilanjutkan dengan sesi game yang berisi tentang tebak pangan pintar dan survey pangan lokal. Pada game tebak pangan pintar dilakukan dengan peserta 2 perwakilan dari masing masing kelomopok dengan satu dipasang topi yang berisikan makanan lokal seperti onde onde, dll pada game ini diberi waktu 2 menit per kelompok. Pemenang dari game ditentukan dengan ketepatan jawaban dan waktu tercepat. Game kedua adalah survey pangan lokal yaitu setiap kelompok menyebutkan sebanyak banyaknya pangan lokal yang mereka ketahui dengan waktu 2 menit. Setelah itu penentuan pemenang dan pemberian konsumsi berupa pangan lokal yaitu suwar-suwir dan tape. Dan sesi terakhir penutup dengan ucapan terimakasih kepada guru dan siswa siswi SMP Muhammadiyah 1 Jember.

BAB 5. PENUTUP

5.1 KesimpulanDari hasil sosialisasi tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1. Produk lokal kurang diminati karena kurangnya inovasi dari olahan yang dihasilkan.2. Siswa siswi sudah mengenal tentang pangan lokal.3. Pangan local masih diminati beberapa siswa.4. Rata-rata siswa SMP Muhammadiyah 1 Jember mengetahui tentang pangan lokal. 5.2 SaranSebaiknya ada tindak lanjut yang konkrit berkaitan dengan sosialisasi pangan lokal dan perlu juga dilakukan praktek tentang membuat pangan lokal yang berinovasi.

DAFTAR PUSTAKAAriani, M dan Ashari. 2006. Arah, Kendala, dan Pentingnya Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia. Forum Agro Ekonomi. Vol. 21, No. 2. Desember. Bogor.Soetrisno, N. 1998. Ketahanan Pangan. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Serpong 17-20 Pebruari. Jakarta : LIPI. Frankenberger, Timothy. 1992. Indicators and Data Collection Methods for Assessing Household Food Security. Pp. 73-129 in Household Food Security: Concepts, Indicators, Measurements, edited by S. Maxwell and T. Frankenberger. New York and Rome: UNICEF and IFAD.FAO. 1997. Fiberboard and Particle Board. FAO : Geneva.FIVIMS Assessment Report,2005. Strengthening Food Insecurity and Vulnerability Information Management in Lesotho. Mr. Ren VerduijnMercy corps Indonesia.2009. healthy starts project developing a model to improve breastfeeding in Indonesia 3rd annual report. Jakarta : mercy corps. Hafsah,J. 2012. Bisakah Indonesia mencapai kedaulatan pangan? September 2012. Jakarta.Maxwell, S., dan T. Frankenberger. 1992. Household food security concepts, indicators,and measurements. Maxwell S. dan T. Frankenberger. Muhilal, Jalal, F. Hardiyansyah, 2000 Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan, Prosiding Widya Karya Pangan dan Gizi.Suhardjo.1998. Pangan. Jakarta : UI PRESS pangan dan pertanian.USAID. 1992. Brosur proyek pengelolaan sumber daya alam. USAID: Jakarta