Laporan Skills Lab Empati

download Laporan Skills Lab Empati

of 4

Transcript of Laporan Skills Lab Empati

Nama : Claudia Zendha PapilayaNIM : 102011273Kelas : E5Email : [email protected]

Laporan Kegiatan Skills Lab EmpatiPanti Sosial Tresna Werda Usada Mulia 5

Kegiatan skills lab empati ini dilaksanakan dipanti sosial tersna werda usada mulia 5, jalan Cendrawasih 6, Cengkareng- Jakarta Barat, pada tanggal 22 Oktober 2011. Kondisi panti tersebut cukup bagus, dan bersih. Di panti tersebut kebanyakan dirawat pasien yang sudah lanjut usia, tetapi ada juga beberapa pasien yang tergolong masi muda, namun mempunyai penyakit yang serius dan harus dirawat dipanti itu. Pada panti tersebut, terdapat barak-barak, dan pada setiap barak terdapat ruangan-ruanagan seperti kamar yang digunakan sebagai tempat para pasien untuk beristirahat. Pada setiap kamar tedapat 5-10 pasien. Mereka di tempatkan berdasarkan penyakit mereka. Hal yang unik dari panti tersebut adalah setiap barak yang ada diberi nama sesuai dengan nama-nama bunga. Pada saat melakukan penelitian kami dibagi menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari lima orang. Saya dan teman-teman saya ditugaskan untuk mewawancarai lima pasien yang bearada pada barak flamboyan. Pasien pertama bernama pak Tardi, 47 tahun. Pertama ia masuk panti werda ini pada tahun 1998 dan dalam keadaan sakit. Pak Tardi mengalami patah tulang dan pemendekan otot pada kakinya, tetapi menurutnya ha itu bermula hanya dari engkel biasa pada kaki, dan lama kelamaan menjadi lumpuh. Tetapi menurut dokter kemungkinan untuk sembuh masih ada. Selain itu, penyakit yang diderita oleh pak Tardi adalah penyakit pada matanya. Pada awalanya hanyalah katarak pada matanya, tetapai lama- kelamaan menjadi parah, dan menjadi glukoma. Menurutnya itu disebabkan karena pengaruh obat Cina yang dikonsumsi untuk kesembuhan kakinya. Tetapi obat itu malah berpengaruh fatal pada matanya, sehingga ia tidak bisa melihat secara normal. Ia sekarang tidak dapat berjalan, dan hanya memakai kursi roda, untuk mambantunya beraktifitas. Kegiatan yang dilakukan oleh pak Tardi selama di panti ialah olahraga, pengajian, dan fisioterapi. Dari kegiatan fisioterapi itu, ia mendapat banyak kemajuan pada kakinya. Harapan dari pak Tardi adalah ia ingin secepatnya sembuh secara total, agar dapat bekerja lagi seperti biasanaya.Pasien kedua bernama Navardi, 80 tahun. Ia berasal dari Padang. Ia dulu adalah seorang pedagang, dan pernah bersekolh di STM. Seluruh keluarganya berada di Padang, dan merupakan keluarga yang ekonominya susah. Ia telah berada di panti tersebut selama satu tahun. Pak Navardi menderita penyakit Stoke, yang telah dideritanya selama tiga tahun. Itu mengakibatkan ia tidak dapat berjalan sendiri, dan hanya memakai tongkat untuk membatu ia berjalan. Dalam masa pengobatan yang di lakukan pak Navardi, ia telah banyak mengalami banyak kemajuan karena proses fisioterapi yang terus diikutinya.Pasien ketiga adalah pak Vauzar. Ia beusia 58 tahun, dan berasal dari padang. Ia sudah memiliki 4 orng anak, tetapi menurutnya ia telah ditinggal cerai isterinya, karena isterinya berkebaratan dengan penyakit yang diderita pak Vauzar. Anak-anaknya pun dilarang isterinya untuk menjengukya di panti. Pak Vausar dulu bekerja sebagai pengemudi Taxi selama lima belas tahun. Ia sudah berada dipanti selama 4 bulan, karena penyakit stroke yang telah dideritanya selama 5 tahun. Akibat dari penyakitnya itu, membuat ia tidak dapat berjalan dan hanya memakai alat bantu untuk membantunya berjalan. Selama berada dipanti ia telah melakukan fisioterpi dan banyak mengalami kemajuan, sehingga sekarang perlahan-lahan ia sudah bisa berjalan walau masih peganagan.Pasien keempat adalah pak Sabar. Pak Sabar berusia 80 tahun, dan berasl dari Klaten. Menurutnya, pada waktu dulu ia adalah seorang pejuang kemerdekaan, dengan menjadi pasukan perang G30SPKI dan DITI. Ia dimasukkan ke panti oleh anak laki-lakinya yang bernama jenderal mariner Joko Susanto, karena ia menderita frakturtibia. Ia berada di panti tersebut baru sekitar setengah bulan. Menurutnya selama ia berada dipanti ia mendapat pelayanan yag bagus dan mendapat makanan yang bergizi. Hal yang menarik saat mewawancarai pak Sabar adalah menurutnya pada malam hari ia sering melihat Bung Karno dan Ratu Pantai selatan datang ke panti itu. Tetapi saya tidak tahu pasti apakah hal itu benar tejadi, atau apakah itu hanya adalah halusinasinya saja.Pasien kelima bernama Ahmad Solihin. Ia berusia 31 tahun, dan berasal dari Makasar. Ia sudah berada di panti selama empat tahun sejak tahun 2007. Pasien menderita kelumpuhan pada kaki, akibat kecelakaan yang terjadi pada tahun 2007 silam. Sebuah mobil bus yang hilang kendali pada saat itu langsung menggiling kaki pasien. awalnya pasien bekerja di bengkel, dan beralih profesi pada tahun 2007 sebagai agen di perusahaan pariwisata. Selama di panti ia tidak pernah dijenguk oleh keluargannya, karena kondisi ayah dan ibunya yang sudah lanjut usia. Ia pernah dua kali dirawat di rumah sakit yang berbeda. Dua bulan dirawat di Bandung, dan tiga setangah bulan dirawat di rumah sakit Ciptomangunkusumo. Menurut dokter kemungkinan untuk sembuh sangat sulit. Akibat kelumpuhan pada kedua kakinya itu, sekarang ia hanya dapat menggunakan kursi roda.Dalam melakukan wawancara kepada lima pasien yang berbeda saya merasa mendapat banyak hal. Saya dapat berinteraksi langsung dengan mereka, dan saya dapat belajar bagaimana bersikap empati kepada apa yang mereka rasakan. Ternyata melakukan sikap empati kepada orang lain adalah hal yang cukup sulit untuk di lakukan, karena untuk melaukan hal itu, kita di tuntut untuk mengerti apa yang mereka rasakan, dan menjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Karena mereka memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda, dan kita pun harus menyesuaikan diri dengan hal itu. Untuk itu, menjadi seorang dokter yang baik, bukan hanya dilihat dari intelektual yang dimiliki, tetapi seorang dokter dapat dikatakan baik dan berhasil apabila dokter itu mampu menyesuaikan diri dan melakukan komunikasi yang baik dengan setiap pasien, serta selalu berempati dengan seluruh kondisi pasien.