LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

download LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

of 18

Transcript of LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    1/18

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL

    PRAKTIKUM IV

    Pembuatan Sediaan untuk Mata

    Disusun oleh:

    Disusun oleh:

    Kelompok 2B

    Curie Julia Kulzumia (G1F012054)

    Reza Nur Iman (G1F012056)

    Retno Widiastuti (G1F012058)

    Anita Kurnia (G1F012060)

    Dosen Pembimbing : Dhadhang Wahyu Kurniawan, M.Sc., Apt.

    Asisten : Joula Aulia Khak S.

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    JURUSAN FARMASI

    PURWOKERTO

    2014

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    2/18

    PRAKTIKUM IV

    Pembuatan Sediaan untuk Mata

    I.

    PENDAHULUAN

    A. Tujuan

    1.

    Dapat menjelaskan dan melakukan pembuatan sediaan obat untuk mata;

    2. Dapat menjelaskan dan melakukan evaluasi yang harus dilakukan

    terhadap produk sediaan steril.

    B. Landasan Teori

    Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi

    yang ditujukan untuk dimasukkan dalam saccus conjungtival. Tetes mata

    dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan

    antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fiostigmin sulfat

    atau obat midriatik seperti atropin sulfat (Ansel, 1989). Larutan obat mata

    adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat

    dan dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai digunakan pada mata

    (Farmakope Indonesia IV, 1995).

    Pada pembuatan obat mata perlu diperhatikan hal khusus sebagai

    berikut:

    Toksisitas bahan obat

    Tonisitas

    Kebutuhan akan dapar

    Sterilitas

    Kemasan yang tepat

    Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 dan mempunyai

    kapasitas dapar tertentu. Penggunaan obat mata merangsang pengeluaran

    air mata dan penetralan cepat setiap perubahan pH tertentu. Secara ideal

    larutan obat mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan air mata.

    Hal ini tidak selalu dapat dilakukan, karena pada pH>7,4 banyak obat yang

    tidak cukup larut dalam air. Selain itu banyak obat yang secara khemis

    tidak stabil pada pH mendekati 7,4. ketidakstabilan ini lebih nyata pada

    suhu tinggi yaitu pada saat sterilisasi dengan pemanasan. Oleh karena itu

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    3/18

    pada system dapar harus dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologis

    yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan obat ataupun mempercepat

    kerusakan obat.

    Nilai isotonisitas cairan mata isotonic dan darah mempunyai nilai

    isotonisitas sesuai dengan larutan NaCl p 0,9%. Secara ideal larutan obat

    mata harus mempunyai nilai isotonisitas tersebut, tetapi mata tahan

    terhadap isotonisitas rendah setara dengan larutan NaCl p 0,6% dan

    tertinggi setara dengan larutan NaCl p 0,2% tanpa gangguan yang nyata.

    Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat

    larut air, basa lemah atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-

    sifat fisikokimia yang harus diperhatikan dalam memilih garam untuk

    formulasi larutan optalmik yaitu :

    1. Kelarutan

    2. Stabilitas

    3.

    pH stabilitas dan kapasitas dapar

    4. kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula

    Bentuk garam yang biasa digunakan adalah garam hidroksida, sulfat

    dan nitrat. Sedangkan untuk zat aktif yang berupa asam lemah, biasanya

    digunakan garam natrium (Lund, 1994).

    Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran ganda bila

    digunakan secara perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan

    pada permukaan mata. Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan

    disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaina pertama. Sedangkan

    untuk penggunaan pembedahan, disamping steril, larutan obat mata tidak

    boleh mengandung antibakteri karena dapat mengiritasi jaringan mata(Farmakope Indonesia IV, 1995).

    Keuntungan obat tetes mata :

    Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal homogenisita,

    bioavailabilitas, dan kemudahan penanganan

    Suspense mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif

    dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    4/18

    meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi

    peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya.

    Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan

    Kerugian obat tetes mata :

    Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak

    yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi (AMA,

    1995).

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    5/18

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    6/18

    dan asam borat selanjutnya akan menghambat fungi atau bakteri

    dimata, sehingga gejala mata merah, bengkak dan berair akan

    berkurang dan berangsur menghilang (Mutschler, 1991).

    Efek samping

    a.

    Menyebabkan gangguan produksi air mata, yamg menyebabkan

    mata menjadi kering

    b. Intoksikasi atau keracunan pada mata anak

    c.

    Mata terasa panas, gatal dan perih, menggangu serta mengganjal

    saat mata mengedip

    d.

    Infeksi seperti trachoma yang dapat menimbulkan gangguan

    penglihatan

    Interaksi obat

    Pada suhu 100c akan kehilangan air dan pada suhu 140c

    akan berubah menjadi asam metabolik (Tjay, 2007).

    B. Preformulasi

    Pemerian bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cairan

    pencuci mata asam borat ini adalah sebagai berikut :

    1.

    Aquades

    Air murni adalah air murni yang dimurnikan dengan destilasi,

    perlakuan menggunakan penukaran ion, osmosis balik atau proses

    lain yang sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air

    minum. Tidak mengandung zat tambahkan lain. Air murni

    digunakan untuk sediaan steril. Selain sediaan parenteral, air harus

    memenuhi persyaratan uji sterilitas atau gunakan air murni steril

    yang terlindung daro kontaminasi mikroba. Pemeriaan: cairanjernih, tidak berwarna, tidak berbau (Dirjen POM, 1995).

    2.

    NaCl

    NaCl (Natrium klorida)

    Rumus molekul : NaCl

    Bobot molekul : 58,44

    Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau

    serbuk kristal putih, tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl. 2,54 g

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    7/18

    NaCl

    ekivalen dengan 1 g Na

    Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10

    bagian gliserol.

    Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi

    Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil

    dapat menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas.

    pH : 4,57(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3

    OTT : logam Ag, Hg, Fe

    (Dirjen POM, 1995).

    3.

    Asam borat (H3BO3)

    Pemerian : Serbuk kristal putih, rasa agak pahit dan lama kelamaan

    rasa manis, berbau lemah. Kelarutan : 1 bagian larut dalam 20

    bagian air, 16 bagian alkohol, 4 bagian gliserol, sedikit larutan

    dalam minyak, praktis tidak larut dalam eter. pH : 3,8 4,8 OTT :

    Polivinil alkohol dan tanin. Sterilisasi : Otoklaf atau

    Filtrasi.Konsentrasi : 1% (Steril Dossage form hal. 359)Khasiat :

    Fungistatik, bakteriostatik lemah, mata merah berair, bengkak,

    gatal pada kelopak mata Stabilitas : Pada suhu 100C akan

    kehilangan air dan pada suhu 140C akan berubah menjadi asam

    metabolik. (Martindale, 2011).

    C. Pendekatan Formulasi

    Sediaan kolirium (cairan pencuci mata) dibuat menggunakan

    bahan-bahan yaitu asam borat 10 mg, Nacl 10 mg dan akuades (aqua

    pro injectio) 10 ml dan carbo adsorben. Pada formula ini yangberperan sebagai zat aktif adalah asam borat, hal ini dikarenakan asam

    borat berfungsi sebagai fungsistitik dan bakteriostatik, sedangkan

    Nacl digunakan sebagai zat pengisotonis sehingga menghindarkan

    rasa perih dan iritasi serta meningkatkan kenyamannan penggunaan.

    Aqua pro injectio digunakan sebagai pelarut zat aktif dan zat

    tambahan dalam formula ini (Voight, 1998).

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    8/18

    Sediaan yang dibuat digunakan untuk menghasilkan efek

    diagnostik dsn terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan

    kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi

    bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata

    (Voight, 1998).

    D. Formulasi

    Cairan pencuci mata asam borat tiap 10 ml mengandung :

    Asam borat 10 mg

    Carbo adsorben 10 mg

    NaCl 10 mg

    Aqua p.i ad 10 mg

    (Formularium Nasional, 1978).

    Formulasi yang digunakan dalam praktikum, yaitu :

    Asam Borat 10 mg E = 0,28

    NaCl 10 mg E = 1

    Aqua p.i add 10 ml

    E. Sterilisasi

    Sterilisasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah sterilisasi

    akhir dengan autoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan

    panas. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat

    dan bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 121 0

    C. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan suhu 1210C selama

    15 menit. Saat dilakukan sterilisasi uap, sebenarnya memaparkan uap

    jenuh pada obyek sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang

    mengakibatkan pembunuh mikroorganisme secara irreversibel akibat

    denaturasi atau koagulasi protein sel (Ansel, 2005).

    Saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama-

    kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara

    yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti

    dengan uap air, katup uap ditutup sehingga tekanan udara didalamya

    naik. Saat tekanan dan suhu yang sesuai tercapai, maka proses

    sterilisasi dimulai. Setelah sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    9/18

    dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf

    tidak boleh dibuka sebelum mencapai tekanan 0 psi. Hal lain yang

    harus diperhatikan adalah sebelum disterilisasi, tutup wadah harus

    dilapisi dengan alumunium foil terlebih dahulu untuk mencegah

    masuknya uap panas kedalam wadah melalui celah tutup (Lachman,

    1994). Metode sterilisasi akhir pada percobaan kali ini adalah

    sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf. Namun, karena

    autoklaf yang ada tidak bisa digunakan, maka proses sterilisasi

    akhirnya hanya dengan simulasi saja.

    F. Evaluasi Sediaan

    1.

    Kejernihan larutan

    Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan

    oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah

    penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke

    dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan

    rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-

    benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.

    Latar belakang hitam dimaksudkan untuk melihat partikel-partikel

    kontaminan yang berwarna putih, sedangkan yang putih untuk

    melihat partikel berwarna hitam (Lachman, 1994).

    Kejernihan larutan dapat dilihat dengan kertas hitam dan

    kertas putih, sebelumnya larutan tetes mata di masukan ke dalam

    beaker glass yang dilewatkan pada kertas hitam atau putih. Jika

    partikel lebih gelap, maka menggunakan kertas putih agar partikel

    dapat terlihat. Jika partikel lebih terang, maka menggunakankertas hitam. Setelah wadah dilewatkan pada kertas hitam dan

    putih, terdapat partikel yang terlihat dengan menggunakan kertas

    hitam sedangkan menggunakan kertas putih tidak terlihat partikel

    asing didalamnya . Hasil larutan tetes mata yang dibuat ketika

    dilewatkan pada kertas putih tidak terdapat partikel berwarna

    hitam, sedangkan ketika dilewatkan pada kertas hitam terdapat

    partikel berwarna putih . Hal ini disebabkan kemungkinan adanya

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    10/18

    pertikel yang mengendap diprediksi berasal dari wadah yang di

    bersihkan dengan tisu, dan partikel-partikel tisu masih menempel

    di wadah. Ataupun dapat berasal dari akuades yang tidak tertutup

    rapat, sehingga banyak kotoran yang masuk kedalamnya. Hasil

    dari evaluasi pada praktikum ini dapat dinyatakan bahwa larutan

    obat tetes mata yang dibuat belum memenuhi syarat yaitu bebas

    dari pirogen.

    2. Volume terpindahkan

    Mengukur volume setelah sediaan jadi bertujuan untuk

    mengetahui kesesuaian volume yang tercantum pada kemasan

    dengan volume sesungguhnya. Cara mengukur volume

    terpindahkan ini dilakukan dengan menuangkan sediaan kedalam

    gelas ukur. Larutan sediaan tetes mata steril dibuat dengan

    volume 10 ml. Untuk mencegah berkurangnya volume larutan,

    maka dilebihkan 5 % dari volume larutan awal. Sehingga volume

    larutan steril yang dibuat adalah 10,5 ml. Setelah disaring dengan

    penyaringan didapatkan volum sebesar 8 ml artinya berkurang 2,5

    ml. Hal ini tidak sesuai dengan volume yang diinginkan.

    Pengurangan volume larutan ini dikarenakan adanya volume yang

    berpindah dari dalam botol. Volume yang hilang kemungkinan

    tertinggal di dalam botol atau tumpah selama proses pembuatan.

    3. Penetapan pH

    Harga pH mata sama seperti darah yaitu 7,4. Pada

    pemakaian tetes mata. Larutan yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah

    larutan dengan pH 7,3

    9,7. Namun daerah Ph 5,5

    11,4 masihdapat diterima.pengaturan pH sangat berguna untuk mencapai

    rasa bebas nyeri (Lukas, 2006).

    Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan kertas

    indikator pH universal. Indikator pH universal dicelupkan

    kedalam larutan dan hasil warna yang terbentuk dibandingkan

    terhadap warna standar. Hasil pengukuran pH yang didapat pada

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    11/18

    praktikum kali ini adalah pH 7, hal ini menunjukan pH sediaan

    masih berada rentang pH yang masih diterima yaitu 5,5 11,4.

    G.

    Desain Sediaan

    Kemasan Sekunder

    Kemasan Primer

    CUCITAArtificial Teardrops

    10 ml

    PT.RR Pharma

    Purwokerto-

    Indonesia

    CUCITAArtificial Teardrops

    10 ml

    PT. RR PharmaPurwokerto-

    Indonesia

    CUCITACara pakai:

    Satu tetes pada tiap

    mata, atau digunakansesuai petunjukdokter.

    Komposisi:

    10 ml mengandung

    0,9% NaCl dan 10 mgasam borat.

    Kadaluwarsa

    10 Juni 2016

    CUCITAObat tetes mata

    Indikasi:

    menyejukkan matakering akibatkekurangan skresi airmata atau teriritasikarena kondisi

    lingkungan.Tutup wadah rapat-rapat.

    No Reg : DKL 01 001010 01A 1No Batch : 12345

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    12/18

    H. Informasi Obat

    Etiket

    Informasi Obat

    CUCITALarutan tetes mata steril

    Komposisi: 10 ml mengandung 0,9% natriumklorida dan 10 mg asam borat

    No Reg : DKL 01 001 010 01A 1No Batch : 12345

    PT. PM Pharma

    Purwokerto- Indonesia

    CUCITA

    Larutan tetes mata

    Mengandung Natrium klorida dan Asam borat.

    Komposisi:

    Tiap 10 ml larutan mengandung:

    Natrium klorida 0,9%

    Asam borat 10 mg

    Mekanisme kerja:

    Sebagai pembasah/lubricant pada mata yang kering danberfungsi untuk mempertahankan agar permukaan mata tetapbasah. Membentuk lapisan pelindung pada permukaan mata

    yang disebut lapisan air mata (tears film).

    Indikasi:

    Menyejukkan mata kering akibat kekurangan skresi air mataatau teriritasi karena kondisi lingkungan.

    Peringatan dan Perhatian:

    Penggunaan untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun harus

    dengan pengawasan orang tua.

    Dosis:

    1 tetes pada mata

    Penyimpanan:

    Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya, ruang bersihdan kedap.

    Kemasan:Tiap dus berisi satu wadah @ 10 mlHARUS DENGAN RESEP DOKTER

    PT. PM PharmaNo Reg : DKL 01 001 010 01A 1

    No Batch : 12345

    Tgl. Daluwarsa : 10 November 2015

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    13/18

    III.Perhitungan

    - Asam Borat

    Asam Borat = 10 mg + ( 5% x 10 )= 10,5 mg

    -

    Aqua

    Aqua = 10 ml + (5% x 10) = 10,5 ml

    -

    Nacl

    NaCl = (W1 x E1 ) + (W2 x E2)

    = (10 x 0,28) + (10 x 1)

    = 12,8 mg

    NaCl yang digunakan adalah 0,9% = 900 mg12,8 = 887, 2 mg

    NaCl = 887,2 mg + (5% x 887,2) = 931,56 mg

    IV. Penimbangan

    Asam Borat = 10,5 mg

    NaCl = 931,56 mg

    Aquadest = 10,5 ml

    V. Cara Pembuatan

    Tetes mata yang dibuat pada percobaan ini berbentuk larutan. Bentuk

    larutan pada sediaan tetes mata mempunyai keuntungan antara lain mudah

    dipakai karena tinggal diteteskan pada mata dan media yang digunakan tidak

    menghalangi penglihatan mata karena jernih. Sedangkan kekurangan

    pengggunaan larutan tetes mata antara lain kontak dengan mata sebentar

    sehingga pemakaiannya berulang ataupun perlu penambahan viscosity agent.

    Dalam pembuatan larutan sediaan untuk tetes mata hal-hal yang

    pertama dilakukan adalah menyiapkan bahan dan alat yang akan dipakai

    pada praktikum kali ini. Setelah menyiapkan bahan dan alat, terlebih dahulumenimbang bahan-bahan yaitu Asam borat 10,5 mg, NaCl 0,9% sebanyak

    931,56 mg dan aquadest sebanyak 10,5 ml. Perhitungan untuk penimbangan

    bahan ditambahkan 5% untuk menghindari pengurangan volume selama

    proses pembuatan,baik yang tertinggal dialat ataupun yang mungkin menguap

    saat proses pembuatan ataupun sterilisasi. Air mata mempunyai pH normal

    7,4 dan memiliki suatu kemampuan dapar. Pemakaian suatu larutan yang

    mengandung obat mata merangsang aliran air mata yang mencoba

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    14/18

    menetralkan setiap kelebihan ion hidrogen atau hidroksil yamg dikenakan

    bersama larutan (Ansel, 1989). Daerah toleransi pH yang tidak merusak mata

    ternyata tidak sama pada beberapa literatur. Pada pemakaian tetesan biasa

    yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Daerah pH 5,5

    11,4 masih dapat diterima (Voight, 1994). Penyeimbangan pH pada

    umumnya dilakukan dengan larutan dapar isotonis pada praktikum kali ini

    digunakan dapar borat.

    Salah satu syarat tetes mata yaitu harus punya pH yang sesuai baik dari

    segi terapi kenyamanan pasien maupun sifat fisika-kimia bahan obatnya. Dari

    segi terapi pH harus disesuaikan dengan pH tubuh karena larutan yang pH

    dan tonisitasnya sangat berbeda dari normal tubuh akan menyebabkan

    keluarnya air mata yang akan mencuci obatnya dari daerah kornea dan

    mengakibatkan obatnya tumpah keluar mata sehingga efektivitasnya

    berkurang. Dari segi sifat fisika-kimia obatnya pengaturan pH harus

    memperhatikan juga kelarutan dan stabilitas obatnya. Pasien merasa sakit

    karena iritasi apabila pH terlalu jauh dari pH normal (lebih kurang 7,4)

    (Voight, 1994).

    Kemudian asam borat dimasukkan ke dalam beaker gelas yang terisi

    aquadest dan diaduk dengan menggunakan batang pengaduk hingga terlarut.

    Selanjutnya, NaCl ditambahkan ke dalam larutan asam borat. Penambahan

    NaCl dilakukan setelah asam borat untuk menghindari terjadinya salting out

    yang mengakibatkan asam borat menjadi leih sukar larut karena adanya NaCl.

    Pembuatan tetes mata tidak menggunakan karbon aktif untuk menyerap

    pirogen sebab sediaan tetes mata termasuk ke dalam sediaan SVP (smal

    volume parenteral) yang tidak mempersyaratkan bebas pirogen (Ansel,1989).

    Bahan - bahan yang ditimbang dilebihkan 5% berdasarkan Dirjen POM

    (1995) untuk menghindari penyusutan volume saat pembuatan. Setelah

    larutan diaduk hingga homogen, larutan di saring dengan menggunakan

    kertas saring hingga terbentuk larutan yang jernih. Penyaringan dengan kertas

    saring bertujuan untuk memastikan larutan bebas dari partikel-partikel yang

    tidak terlarut. Setelah disaring, larutan tetes mata dimasukkan ke dalam botol

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    15/18

    eyedrop. Setelah semuanya siap botol yang berisi larutan sediaan obat tetes

    mata akan disterilisasikan produk menggunakan autoklaf, sebelum

    dimasukan kedalam autoklaf botol tadi diberi indikator tape terlebih dulu

    yang berwarna putih pucat, jika setelah dimasukkan kedalam autoklaf atau

    setelah larutan itu steril kertas tadi akan berubah menjadi coklat, itu

    menandakan bahwa larutan tersebut sudah steril. Mengapa menggunakan

    sterilisasi autoklaf, karena bahan dan alatnya tahan panas dan juga

    membutuhkan tekanan, maka sterilisasi menggunakan autoklaf tepat. Setelah

    disterilisasi larutan tadi dimasukan kedalam beaker glass untuk dilakukan

    evaluasi.

    Pengawet yang digunakan adalah phenylhydragyrinitas (fenil raksa (II)

    nitrat) yaitu campuran fenil raksa (II) nitrat dan fenil raksa (II) hidroksida.

    Fenil raksa (II) nitrat sangat sukar larut dalam air sehingga untuk

    melarutkannya perlu ditambahkan pada larutan buffer basa (asam borat dan

    boraks). Tetapi pada praktikum kali ini tidak diberi pengawet

    phenylhydragyrinitas.

    Karena tetas mata tidak melalui sirkulasi/peredaran darah mata tidak

    diperlukan adanya bebas pirogen. Karena pirogen yang ada tidak akan

    menimbulkan suatu respon piretik spesifik. Terjadinya respon piretik jika

    pirogen masuk kedalam sirkulasi sistemik, sedangkan pada penggunaan tetes

    mata tidak sampai masuk kedalam sirkulasi sistemik.

    Setelah proses sterilisasi selesai kemudian vial diberi etiket biru karena

    penggunaan sediaan tetes mata ini tidak melewati saluran pencernaan

    melainkan diteteskan pada mata.

    Evaluasi yang dilakukan terdiri dari kejernihan larutan diuji denganmenggunakan kertas atau alat penguji yang berwarna hitam dan putih. Setelah

    dilakukan penggujian diatas alat penguji berwarna hitam dan putih maka

    dinyatakan jernih jika pengujian pada kertas berwarna putih sedangkan

    pengujian pada kertas berwarna hitam terdapat partikel didalamnya. Hasil

    dari evaluasi pada praktikum ini dapat dinyatakan bahwa larutan obat tetes

    mata yang dibuat belum memenuhi syarat yaitu bebas dari pirogen

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    16/18

    Setelah itu dilakukan pengujian volume terpindah, pada perlakuan

    pengujian ini volumenya berkurang sebanyak 2,5 mL, hal ini dikarenakan

    pemindahannya kurang hari-hati sehingga ada yang tumpah dan masih ada

    sedikit larutan didalam wadah sebelumnya yang mengakibatkan volumenya

    berkurang. Setelah itu dilakukan evaluasi yang terakhir adalah penggujian

    penetapan pH. Pada penetapan pH ini digunakan indikator pH universal, pH

    yang didapat pada larutan obat tetes mata yang dibuat adalah 7, hal ini

    menunjukan pH sediaan masih berada rentang pH yang masih diterima yaitu

    5,5 11,4.

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    17/18

    VII.KESIMPULAN

    - Sterilisasi sediaan untuk mata dilakukan dengan sterilisasi akhir agar

    mikroorganisme yang masuk selama proses pembuatan hilang,

    sehingga larutan dalam keadaan jernih.

    - Evaluasi sediaan untuk mata dilihat dari :

    a.

    Volume yang terpindahkan : 8 mL

    b. pH yang didapat : 7

    c. Kejernihan : Area putih : -

    Area hitam : +

  • 8/10/2019 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN IV.pdf

    18/18

    VI. DAFTAR PUSTAKA

    AMA. 1995.Drug Evaluation Annual. American: American Medical

    Association.

    Ansel. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Jakarta : UI press

    Ansel, Haward c. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta: UI

    Press.

    Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen

    Kesehatan RI.

    Formularium Nasional. 1978. Formularium Nasional. Jakarta:

    Departemen Kesehatan RI.

    Lachman II, et al. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi ketiga

    vol III. Jakarta: UI Press.

    Lukas.S. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

    Lund, W., 1994, The Pharmaceutical Codex, 20thedition, PhP, London.

    Martindale. 2011. The Complete Drug Reference 36th Ed. Australia:

    Pharmaceutical Press.

    Mutschler R, 1991,Dinamika Obat, Bandung : Penerbit ITB.

    Tjay TH dan Kirana R. 2007. Obat-obat penting. Jakarta: Elex Media

    Computindo.

    Voigth R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM

    Press.