laporan resmi golongan darah.docx

13
LAPORAN RESMI PRATIKUM FISIOLOGI GOLONGAN DARAH 1

Transcript of laporan resmi golongan darah.docx

LAPORAN RESMI PRATIKUM FISIOLOGIGOLONGAN DARAH

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Darah merupakan komponen yang memainkan peranan penting dalam tubuh manusia. Kekurangan darah dalam tubuh bisa menyebabkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk melakukan transfusi diperlukan golongan darah yang kompatibel. Antigen dan antibodi merupakan penentu dalam sistem golongan darah seseorang. Reaksi antigen antibodi membantu penetuan golongan darah seseorang.

Sistem golongan darah terdiri dari satu atau lebih antigen yang ditentukan baik oleh gen tunggal maupun dua atau lebih gen homolog yang berkaitan erat. Ada 25 sistem golongan darah seperti golongan darah ABO,MNS,P,RH,LU (Lutheran),KEL( kell),LE (Lewis), FY( Duffy ) namun sistem golongan darah yang sering digunakan adalah sistem ABO dan RH

Pada beberapa kasus penyakit misalnya penyakit anemia tertentu diperlukan transfusi darah dari donor.agar tidak terjadi reaksi transfusi hemolitik diperlukan kesesuaian antara serum pasien dengan darah donor atau sebaliknya darah pasien dan serum donor. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah dan cross match guna mencegah hal terburuk yang dapat terjadi.

2. Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan golongan darah sederhana dengan menggunakan metode kaca objek dan mampu menjelaskan golongan darah yang ada.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

terdapat empat golongan darah yaitu A,B,AB dan O. Sel darah merah golongan ini memiliki antigen(aglutinogen) yang sesuai. Golongan A memiliki antigen A, golongan B memiliki antigen B, golongan AB memiliki antigen A dan B dan golongan darah O tidak memiliki antigen A atau B. Di dalam plasma terdapat antibodi (aglutinin ) yang mengakibatkan aglutinasi ( penggumpalan ) setiap sel yang membawa antigen yang sesuai. Plasma golongan A mengandung anti B, plasma golongan B mengandung anti A, plasma golongan O mengandung anti A dan anti B dan plasma golongan AB tidak mengandung aglutinin. Transfusi dengan golongan ABO yang tidak kompatibel menyebabkan reaksi hemolitik berat dan dapat terjadi kematian. (Brooker, 2005 )sistem ABO yang ditemukan pada tahun 1900 oleh ahi patologi kelahiran austria, Karl Landsteiner, merupakan sistem yang sangat penting dalam bank darah dan ilmu kedokteran transfusi. Antigen-antigen utamanya disebut A dan B; antibodi utamanya adalah anti-A dan anti-B. Gen-gen yang menentukan ada atau tidaknya A dan B terletak di kromosom 9. Oarang normal yang berusia lebih dari 6 bulan hampir selalu memiliki antibodi alamiah yang bereaksi dengan antigen A dan B yang tidak terdapat dalam sel-sel mereka sendiri.( Sacher,2002 )Antigen eritrosit adalah protein atau lipoprotein yang terinkorporasi pada lapisan lipid pada membran eritosit. Pembentukan antigen tersebut dikode oleh gen-gen tertentu yang terdapat pada lokus spesifik DNA. Oleh karena itu, maka seseorang yang lahir dengan antigen eritrosit tertentu akan memilikinya seumur hidup. Antibodi terbentuk sebagai respons adanya antigen, antibodi dapat terbentuk sebagai reaksi imunitas tubuh terhadap adanya antigen asing atau secara natural memang ada karena stimulasi dari antigen endogen yang normal seperti anti-A dan anti-B.(Djoerban, Analisis DNA telah membuktikan bahwa sistem ABO sebenarnya adalah multiplisistas polimorfisme. Aktifitas antigenik bergantung pada gugus gula spesifik yang terletak pada ujung sebuah rantai gula pendek yang melekat pada suatu molekul besar kompleks dengan struktur protein atau lemak. Sebagian besar antigen sel darah merah tereletak pada rantai gula terminal atau lemak membran yang disebut glikosfingolipid, tetapi glikoprotein juga memiliki aktivitas ABO.( Sacher,2002 )Pada populasi umum terdapat 2 gen A berbeda yang sering dijumpai yaitu A1 dan A2. A2 transferase kurang efisien dibandingkan A1 transferase dalam mengubah H menjadi A. Sebuah gen A1 menghasilkan transferase yang mengubah hampir semua H menjadi A, tetapi A2 menghasilkan sel darah merah dengan aktivitas antigenik A yang lebih lemah dan lebih banyak residu antigen H. Orang dengan genotipe A2-A2 atau A2-O memiliki sel darah merah dengan fenotipe A2. Orang dengan satu gen A1 dan satu gen A2 memiliki sel darah merah A1. Adanya gen B tidak mengubah aktivitas A1 atau A2. Sekitar 20 % dari AB adalah A2B sedangkan mayoritas adalah A1B sama seperti 20 % orang golongan A adalah A2.(Sacher, 2002 )Walaupun Anti A dan anti B bereksi secara kuat dan spesifik dengan antigen sel darah merah yang sesuai , rangsangan bagi terbentuknya anti A dan anti B bukanlah pajanan ke sel darah merah. Pajanan lingkungan yang terus menerus terhadap antigen-antigen yang tersebar luas memicu pembentukan antibodi pada individu yang mampu mengembangkan imun,asalkan antigennya bukan konstituen diri dari sel darah merah yang bersangkutan. Orang dengan golongan darah A hanya membentuk anti B dan orang dengan golongan darah B hanya memiliki anti A. Orang dengan golongan darah O memiliki anti A dan anti B, sedangkan individu AB tidak memiliki kedua antibodi tersebut.( Sacger, 2002 )Anti A dan anti B merupakan aglutinin yang kuat. Dalam sirkulasi keduanya menyebabkan destruksi cepat melalui perantaraan komplemen terhadap semua sel yang tidak sesuai ( incompatible ). Sebagian besar aktivitas anti A dan anti B terletak pada kelas IgM, yang menghasilkan aglutinasi cepat dan atau hemolisis. Orang golongan darah O lebih sering memiliki IgG anti-A dan anti-B dibandingkan dengan orang dengan golongan A atau B.

Pengelompokan ABO rutin

Reaksi sel yang diperiksa dengan :Reaksi serum yang diperiksa dengan:

Anti-AAnti-BSel A1Sel BSel O

00++0

+00+0

0++00

++000

+ = terjadi aglutinasi0 = tidak terjadi aglutinasi

( Harmenning,DM and Firestone:The ABO blood group system.in Hammering,DM:Modern blood banking and transfussion pratcices, Ed.4.FA Davis,Philadelphia,1999,p 99. )

Melemahnya antigen A dapat terlihat pada orang yang mengidap leukimia akut atau pada penyakit mieloproliferatif kronis dengan evolusi leukemik. Kanker tertentu seperti kanker kolon lebih mungkin berkaitan dengan akuisisi antigen B yang disebut B didapat. Dengan demikian pada penyakit ini kadang-kadang pasien dengan fenotipe golongan darah O mungkin memperoleh B dan tampak seperti golongan darah B atau seseorang dari golongan darah A mungkin mendapat B sehingga tampak seperti golongan darah AB.( Sacher, 2002 )Setelah sistem ABO, sistem RH merupakan kelompok antigen sel darah merah dengan arti klinis paling penting. Tidak seperti anti-A dan anti-B, yang terdapat pada orang normal yang tidak terimunisasi, antibodi Rh tidak muncul tanpa suatu stimulus imunogenik seperti kehamilan atau transfusi. Antigen utama pada sistem Rh (D) lebih besar kemungkinannya memicu pembentukan antibodi daripada antigen sel darah merah lain apabila dimasukkan ke seseorang yang tidak memiliki antigen bersangkutan. ( Sacher,2002 )Tiga pasang antigen yang diberi kode berdasarkan gen yang ditandai dengan huruf Cc,Dd, dan Ee terdapat pada sel darah merah. Jika sel darah merah hanya mengandung golongan cde maka darah memiliki rhesus negatif (Rh-), jika sel mengandung C,D atau E secara tunggal atau berkombinasi dengan cde maka darah memiliki rhesus positif (Rh +). Antigen Dd memiliki makna klinis.sekitar 85% populasi kaukasia memiliki antigen D. berbeda dengan sistem ABO, tidak ada antibodi yang dibentuk sebelumnya terhadap antigen D,tetapi kelompok ini bersifat antigenik dan dapat berada dalam kondisi yang cocok menghasilkan antibodi yang sesuai dengan serum. Antibodi dibentuk apabila terdapat transfusi Rh + ke pasien Rh atau imunisasi selama kehamilan oleh sel darah merah janin Rh + dengan antigen D yang memasuki sirkulasi ibu yang memiliki Rh negatif. Hal ini dapat menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir ( eritroblastosis fetalis ).( Brooker, 2005 )Sistem genetik yang diajukan selama ini terbatas pada alel-alel pasangan tunggal. Jumlah maksimum alel yang dimiliki oleh sebuah lokus gen yang dimiliki oleh setiap individu adalah dua, dengan satu pada masing-masing kromosom homolog. Tapi karena sebuah gen hanya dapat diubah menjadi bentuk alternatifnya melalui proses mutasi, dalam populasi individu banyak sekali alel yang dapat terjadi.setiap kali ada lebih dari dua sel yang teridentifikasi pada sebuah lokus gen pada suatu populasi, kita memiliki satu seri alel ganda.( Elrod,2007 )Sebuah contoh klasik mengenai alel ganda ditemukan pada sistem golongan darah ABO manusia, dimana alel untuk antigen A kodominan dengan alel untuk antigen A. Baik maupun dominan sepenuhnya terhadap alel i, yang tidak menspesifikasi struktur antigenik apapun yang terdeteksi. Hubungan hierarki dominansi dilambangkan dengan( > ) > i.dua antisera anti A dan anti B diperlukan untuk mendekteksi keempat fenotip golongan darah.

GenotipeReaksi dengan :Golongan darah( Fenotipe )

Anti-AAnti-B

.+-A

-+B

++AB

--O

( dikutip dari : Elrod,Susan L dan Stansfield,William D.(2007).Genetika,edisi 4.Jakarta:Erlangga )

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN

serum antibodi yang terdiri dari : Serum anti A berwarna biru Serum anti B berwarna kuning Serum anti AB berwarna merah muda Serum anti D yang berwarna Kartu golongan darah Pengaduk kaca Darah naracoba

B. CARA KERJA

Teteskan darah pada 4 panel pada kartu golongan darah

Teteskan masing-masing serum antibodi pada masing-masing panel yang berisi darah.

Ratakan campuran pada masing-masng panel dengan menggunakan kaca pengaduk

Amati ada atau tidaknya aglutinasi yang terjadi pada masing-masing panel.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Naracoba 1

Nama : Agustinus Rudolf PhymaJenis kelamin : laki-laki Usia : 20 tahunAlamat : Klitren,GK Lor 2

Ayah ( Golongan darah O ) x Ibu ( golongan darah O )= golongan darah ORh = negatif (-)Naracoba 2Nama : Febrianti MangontanJenis kelamin : perempuan Usia : 20 tahun Alamat : perum Griya Harapan Mulya no.20F

Ayah ( Golongan darah O ) x ibu ( Golongan darah B )= golongan darah B

Rh = negatif (-)

B. PEMBAHASAN

Naracoba 1 mempunyai ayah dengan golongan darah O dan ibu dengan golongan darah O. Dari hasil pemeriksaan didapatkan naracoba mempunyai golongan darah O. Ibu mempunyai alel ii dan ayah mempunyai alel ii sehingga naracoba 1 mempunyai golongan darah O. Naracoba 2 mempunyai ayah dengan golongan darah O dan ibu dengan golongan darah B. Dari hasil pemeriksaan didapatkan naracoba mempunyai golongan darah O. Ibu mempunyai alel atau sedangkan ayah mempunyai alel ii, sehingga naracoba 2 mempunyai golongan darah B.

Ayah bergolongan darah A dan ibu bergolongan darah B kemungkinan mempunyai anak dengan golongan darah O. Dalam hal ini fenotipe O pada anak disebabkan karena ayah dan ibu pada anak tersebut kemungkinan mempunyai alel ganda yang heterozigot. Ayah kemungkinan mempunyai alel atau sedangkan ibu kemungkinan mempunyai alel atau . Sehingga jika dilakukan persilangan alel dan , kemungkinan anak mempunyai alel ,, dan ii. Alel ii dari hasil persilangan menunjukan fenotipe golongan darah O,Sehingga ibu atau ayah dengan antigen A atupun B dapat mempunyai anak dengan golongan darah O. Jika ayah dan ibu mempunyai alel yang homozigot yaitu atau , maka anak kemungkinan mempunyai golongan darah A,B atau AB sehingga anak tersebut bukan anak kedua orangtua tersebut.

BAB VKESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Sacher,Ronald A dan McPherson,Richard A.(2002).Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium ,edisi 11.Jakarta:EGCBrooker,Ch.(2005).Ensiklopedia keperawatan,edisi 1.Jakarta:EGCElrod,Susan L dan Stansfield,William D.(2007).Genetika,edisi 4.Jakarta:ErlanggaDjoerban, Z.dkk.(2009).Buku ajar ilmu penyakit dalam.Jakarta:Internapublishing

LAMPIRAN

1