Laporan PTC Mona Edited 12.11

78
Laporan Penelitian UPT-PTC Indrapura Gambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Demikian juga pada tahun 2001, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi seperti pada periode sebelumnya (Susanti, 2004). Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009). Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara tahun 2008, diare menduduki urutan kedua dari sepuluh penyebab terbanyak kunjungan ke puskesmas setelah Influenza 1

description

laporan kasus untuk PTC medan, mahasiswa usu

Transcript of Laporan PTC Mona Edited 12.11

Page 1: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak di

Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Demikian

juga pada tahun 2001, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian

bayi seperti pada periode sebelumnya (Susanti, 2004).

Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab

kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada

sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara

berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare

pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang

dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama

malnutrisi pada anak (WHO, 2009).

Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka

kematian akibat diare adalah 2.5%. Sementara dari data Profil Kesehatan

Provinsi Sumatra Utara tahun 2008, diare menduduki urutan kedua dari sepuluh

penyebab terbanyak kunjungan ke puskesmas setelah Influenza dengan tingkat

kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun

sebelumnya.

Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development

Goals/ MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian

dari tahun 1990 sampai pada 2015. Penyebab utama kematian akibat diare adalah

tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk

menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat

(Kemenkes, 2011).

Penyakit diare menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian

terutama pada bayi usia 29 hari-12 bulan dan usia 12 bulan–59 bulan. Kejadian

tersebut selalu berkaitan dengan perilaku utamanya higiene sanitasi perorangan

1

Page 2: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

maupun lingkungan, higiene makanan mulai dari memilih jenis makanan, sifat

dan cara penyiapannya (Riskesdas, 2007).

Faktor ibu berperan sangat penting dalam kejadian diare pada balita. Ibu

adalah sosok yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka

tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya.

Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan

(Sudigbia, 1992).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala

klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita

berperan penting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan kejadian diare

serta malnutrisi pada anak.

Dengan keadaan ini penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana

gambaran pengetahuan dan tindakan ibu dalam menanggulangi diare pada balita.

1.2. Rumusan masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan dan tindakan ibu tentang

penanggulangan diare pada balita di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih

Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan ibu di Desa Limau

Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara tentang penanggulangan diare

pada balita.

2

Page 3: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gejala dan penularan

diare pada anak.

2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pencegahan diare pada

balita.

3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pengobatan yang baik dan

benar saat anak mengalami diare.

4. Untuk mengetahui tindakan ibu dalam menanggulangi diare pada

balita.

1.4. Manfaat Penelitan

1.4.1. Bagi Puskesmas di Pematang Panjang

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui

permasalahan dalam usaha pencegahan penyakit diare pada balita

sehingga dapat menurunkan angka kematian pada penyakit ini.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pada bagian evaluasi

promosi kesehatan tentang diare.

c. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya di

Indrapura ini.

1.4.2. Bagi Fakultas Kedokteran

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah kepustakaan

Fakultas Kedokteran dalam bidang laporan penelitian.

1.4.3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan

ibu tentang penanggulangan diare pada balita di Desa Limau Sundai Kecamatan

Air Putih Kabupaten Batubara.

.

3

Page 4: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku seseorang. Apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003), ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup

dalam domain kognitif, yakni:

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.

termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menybutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

di pelajari pada kondisi yang sebenarnya.

4. Analisa (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam

komponen–komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih

4

Page 5: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

2. Sintesa (Synthesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulas –

formulasi yang ada.

3. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian–penilaian ini didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria

yang telah ada.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara

umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan

yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih

rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan

seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

5

Page 6: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.

Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk

menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan dibedakan

atas beberapa tingkatan :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.

6

Page 7: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Pengetahuan merupakan komponen penting yang menentukan perilaku

seseorang. Pengetahuan dapat terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Selain pengetahuan, ada

faktor-faktor lain yang menentukan tindakan seseorang. Menurut teori Lawrence

Green dalam Notoadmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan

perilaku individu maupun kelompok. Faktor pertama adalah faktor yang

mempermudah (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap,

kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain dalam individu atau masyarakat. Faktor

kedua adalah faktor pendukung (enabling factor) antara lain umur, status sosial

ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia. Adapun faktor ketiga adalah

pendorong (reinforcing factor), yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku

seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat

atau petugas kesehatan. (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Diare

2.3.1. Definisi

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak

atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.

Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran

tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar

5-10 g/kg/ 24 jam (Simadabrata, 2006).

Menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari

empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. 

Sedangkan menurut Hasan (1998), diare adalah keluarnya tinja air dan

elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut

diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang

dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan

merupakan indikator untuk volume tinja.

7

Page 8: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

2.3.2. Etiologi

Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi

(gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.

1) Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.

Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:

a) Infeksi oleh bakteri: Escherichia colin, Salmonella thyposa, Vibrio

cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan

patogenik seperti pseudomonas dan infeksi basil (disentri).

b) Infeksi virus rotavirus. 

c) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides)

d) Infeksi jamur (Candida albicans).

e) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang

tenggorokan.

f) Keracunan makanan.

2)   Faktor malabsorpsi

Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan

lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap laktoglobulis

dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat,

tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi

lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida.

Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi

micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan

mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.

3)   Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,

beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan

yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak dan

balita.

8

Page 9: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

4)   Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare

kronis. Tetapi jarang terjadi pada balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih

besar.

2.3.3. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak

langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

Faktor risiko terjadinya diare adalah:

1. Faktor perilaku

2. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:

a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan

Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap

kuman

b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare

karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu

c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi

ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB

anak

d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis

Faktor lingkungan antara lain:

a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi

Cuci Kakus (MCK)

b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang

dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi

terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita

campak (Depkes 2005).

9

Page 10: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

2.3.4. Klasifikasi

Penyakit diare menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya dibagi

menjadi empat yaitu :

1)   Diare Akut

Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang

dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan

penyebab utama kematian bagi penderita diare.

2)   Disentri

Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah

anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya

komplikasi pada mukosa.

3)   Diare persisten

Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus

menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme.

4)   Diare dengan masalah lain

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga

disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit

lainnya.

Klasifikasi penyakit diare berdasarkan mekanisme patofisiologik:

a) Diare sekresi (secretory diarrhea).

b) Diare osmotik (osmotic diarrhea). (Suraatmaja, 2007)

2.3.5. Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi dibawah ini:

1. Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari

usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis

ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap

berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadabrata, 2006).

10

Page 11: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

2. Diare osmotik

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari

usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara

lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa

usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa

(Simadabrata, 2006).

3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle

empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadabrata, 2006).

4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif

NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (Simadabrata,

2006).

5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus

sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya

antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadabrata, 2006).

6. Gangguan permeabilitas usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan

adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadabrata,

2006).

7. Diare inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa

keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan

hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,

mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk

dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare

lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Masri,2004).

8. Diare infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut

kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak

11

Page 12: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan

oleh bakteri tersebut (Hasan, 1998).

2.3.6 Gejala klinis

Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan

mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi

kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya

lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat

makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat

diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah

diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat

gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan

banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan

turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput

lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Akibat kehilangan cairan dan

elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti

dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik), renjatan

hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi laktosa

sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa

usus halus, kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik), dan malnutrisi energi

protein (karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan).

(Hasan, 1998).

2.3.7. Diagnosis

1. Anamnesis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung

penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.

Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering

berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena

12

Page 13: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering,

bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut

infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam,

dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang

spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon

lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya

makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang

dihasilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus seperti Giardia lamblia

hanya menyebabkan rasa kembung dan steatorea ringan.(Simadibrata, 2006).

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi

denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari

tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan

tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong

atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau

basah (Herdawanto,1997).

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.

Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan

ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat

dehidrasi yang terjadi (Herdawanto,1997).

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:

obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.

Subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain

(Juffrie, 2010).

13

Page 14: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian A B C

Lihat:

Keadaan

umum

Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai,

atau tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan

kering

Air mata Ada Tidak ada

Mulut dan

lidah

Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa

tidak haus

*haus, ingin minum

banyak

*malas minum atau

tidak bisa minum

Periksa:

turgor kulit

Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat

lambat

Hasil

pemeriksaan:

Tanpa Dehidrasi Dehidrasi

ringan/sedang

Bila ada 1 tanda *

ditambah 1 atau

lebih tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda *

ditambah 1 atau

lebih tanda lain

Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

Sumber: Juffrie, 2010

Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :

a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)

b. Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci

(yang diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1

gejala) pada kolom yang sama.

14

Page 15: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak

diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab

dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada

penderita dengan dehidrasi berat (Herdawanto,1997).

Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan

untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan

bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.

Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing,

parasit, bakteri, dan lain-lain (Simadabrata,2006).

Pasien yang mengalami dehidrasi berat atau diare berlangsung lebih dari

beberapa hari harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap, kadar elektrolit serum,

ureum dan kreatinin.(Simadabrata,2006).

2.3.8. Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah

LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan

Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya

cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat

diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE

yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah

tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia

15

Page 16: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat

ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang

rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan

yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila

penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada

derajat dehidrasi.(Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas

untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011)

Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur

UmurJumlah oralit yang

diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang disediakan di

rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

Sumber: Depkes RI, 2006

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok

dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak

boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila

terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan

16

Page 17: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai

dengan diare berhenti.(Juffrie, 2010).

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana

ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel

usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.(Kemenkes RI, 2011).

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat

keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,

serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.

Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak

mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara

pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau

ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.(Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri

ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.

Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan

padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih

sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan. (Kemenkes

RI, 2011).

17

Page 18: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian

diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat

pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek

kolera.(Kemenkes RI, 2011).

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita

diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali

muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan

status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang

berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti

diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).(Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat

dengan balita harus diberi nasehat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

2.3.9. Pencegahan

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006)

adalah sebagai berikut:

18

Page 19: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

1. Pemberian ASI

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya

antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan

terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai

daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang

disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah

tumbuhnya bakteri penyebab diare.(Depkes RI, 2006).

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama

kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula

merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula

biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan

terjadinya gizi buruk.(Depkes RI, 2006).

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap

mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan

masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping

ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit

lain yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2009).

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan

pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih

meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak

berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari)

setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak

dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.

b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian

untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang–

kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.

Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta

menyuapi anak dengan sendok yang bersih.

19

Page 20: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan

pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan

kepada anak.(Depkes RI, 2009).

3. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan

sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare.(Depkes RI, 2009).

4. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan

atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan,

makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.(Depkes

RI, 2006).

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih

mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat

yang tidak mendapatkan air bersih.(Depkes RI, 2006).

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai

dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.(Depkes RI, 2006).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat

lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan

serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk

menjauhkan air hujan dari sumber.

c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan

gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

20

Page 21: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006).

5. Membuang Tinja Bayi yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal

ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak

dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal

yang harus diperhatikan:

a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau

kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.

b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan

mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya

atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran

atau daun besar dan buang ke dalam kakus.

c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya.

(Depkes RI, 2006)

6. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap

penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban,

dan keluarga harus buang air besar di jamban.(Depkes RI, 2006).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai

oleh seluruh anggota keluarga.

b) Bersihkan jamban secara teratur.

c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air

besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan

tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air,

hindari buang air besar tanpa alas kaki.(Depkes RI, 2006)

21

Page 22: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

7. Pemberian Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi

campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak

segera setelah berumur 9 bulan.(Depkes RI, 2006).

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9

bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang

sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari

penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus

mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah

penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan

tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio.

(Depkes RI, 2006).

22

Page 23: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif

untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat pengetahuan dan tindakan ibu

tentang penanggulangan diare pada balita di Kecamatan Indrapura. Dilakukan

dengan menggunakan pendekatan pengumpulan data sekaligus pada satu saat.

Tiap subjek penelitian hanya satu kali saja dilakukan observasi.(Imron, 2010).

3.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih

Kabupaten Batu Bara. Tempat penelitian merupakan desa binaan untuk memenuhi

syarat kepaniteraan klinik senior di departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dilaksanakan

pada tanggal 25 Oktober 2012.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita

yang tinggal Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Sampel

Sampel ditentukan berdasarkan pada jumlah populasi yang diteliti dan

kemampuan peneliti dalam hal pendanaan, tenaga dan waktu. Pemilihan sampel

dilakukan dengan menggunakan consecutive sampling. Sampel yang dipilih

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a. Ibu yang mempunyai sekurang-kurangnya satu anak balita.

23

Page 24: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

b. Merupakan masyarakat yang tinggal di Desa Limau Sundai

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara.

c. Mempunyai pengertian bahasa Indonesia yang baik.

Sedangkan kriteria eksklusinya adalah :

a. Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian ini.

b. Memiliki gangguan mental.

3.3.3. Besar Sampel

Untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini digunakan teknik non-

probability sampling dengan cara consecutive sampling. Pada consecutive

sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

Sampel yang diambil berjumlah 50 orang.

3.4 Kerangka Konsep

Berikut adalah kerangka konsep penelitian:

Gambar 3.4. Skema Kerangka Konsep Penelitian

24

Diare pada balitaPengetahuan Ibu

Tindakan Ibu

Page 25: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

3.5 Definisi Operasional dan Variabel

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, dan Skala

N

o

Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Ukur

Hasil Ukur Skala

1 Pengetahuan

ibu tentang

diare pada

balita

Segala

sesuatu

yang

diketahui

ibu

mengenai

diare pada

balita

meliputi:

pengertian,

penyebab,

gejala dan

tanda,

pengobatan,

dan

pencegahan

Kuesioner Angket Responden

dikategorikan

sebagai berikut

(Pratomo, 1986):

Pengetahuan baik,

jika responden

dapat menjawab

dengan jumlah

nilai tertinggi

antara 10-13

(>75%).

Pengetahuan

sedang, jika

responden dapat

menjawab dengan

jumlah nilai

antara 6-9 (40-

75%).

Pengetahuan

kurang, jika

responden

mendapatkan nilai

5 atau kurang

(<40%).

Data ini

adalah yang

berperingkat

dari baik,

sedang dan

kurang

sekaligus

jenis

datanya

adalah data

ordinal.

25

Page 26: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

2 Tindakan

ibu terhadap

kejadian

diare pada

balita

Segala

sesuatu

yang telah

dilakukan

ibu

sehubungan

dengan

kejadian

diare pada

balita

Kuesioner Angket Responden di

kategorikan sebagai

berikut (Pratomo,

1986) :

Pengetahuan baik,

jika responden

dapat menjawab

dengan jumlah

nilai tertinggi

antara 9-12

(>75%).

Pengetahuan

sedang, jika

responden dapat

menjawab dengan

jumlah nilai

antara 5-8 (40-

75%).

Pengetahuan

kurang, jika

responden

mendapatkan nilai

4 atau kurang

(<40%)

Data ini

adalah yang

berperingkat

dari baik,

sedang dan

kurang

sekaligus

jenis

datanya

adalah data

ordinal.

3.6. Instrumen Penelitian

3.6.1. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmojo, 2005, instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan

untuk pengumpulan data. Pengukuran gambaran tingkat pengetahuan ibu

mengenai diare pada balita berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan

oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari 13

pertanyaan tertutup. Setiap jawaban benar dari responden akan diberi nilai 1, dan

jika jawaban responden salah akan diberikan nilai 0.

26

Page 27: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Selanjutnya tingkat pengetahuan responden diukur dengan menggunakan

skala pengukuran sebagai berikut:

1. Baik, bila nilai yang diperoleh > 75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

2. Sedang, bila nilai yang diperoleh antara 40-75% dari total nilai kuesioner

pengetahuan.

3. Kurang, bila nilai yang diperoleh < 40% dari total nilai kuesioner

pengetahuan.

Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori dari kuesioner pengetahuan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Skala Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Nilai

Baik Bila 10-13 soal dapat dijawab dengan benar

Sedang Bila 6-9 soal dapat dijawab dengan benar

Kurang Baik Bila 0-5 soal dapat dijawab dengan benar

3.6.2 Pengukuran tindakan

Pengukuran tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita berdasarkan

jawaban dari pernyataan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang

digunakan berupa kuesioner yang mengandung 12 pertanyaan tertutup. Setiap

jawaban benar dari responden akan diberi nilai 1, dan jika jawaban responden

salah akan diberikan nilai 0.

Selanjutnya tindakan responden diukur dengan menggunakan skala

pengukuran sebagai berikut:

1. Baik, bila nilai yang diperoleh > 75% dari total nilai kuesioner tindakan.

2. Sedang, bila nilai yang diperoleh antara 40-75% dari total nilai kuesioner

tindakan.

3. Kurang, bila nilai yang diperoleh < 40% dari total nilai kuesioner tindakan

27

Page 28: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori dari kuesioner tindakan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Skala Tindakan

Tindakan Nilai

Baik Bila 9-12 soal dapat dijawab dengan benar

Sedang Bila 5-8 soal dapat dijawab dengan benar

Kurang Baik Bila 0-4 soal dapat dijawab dengan benar

3.7. Teknik pengumpulan data

Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum populasi

dan responden yang dapat diperoleh dari dinas kesehatan Indrapura. Terlebih

dahulu dilakukan uji validitas terhadap kuesioner. Validitas adalah suatu indeks

yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji

validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan

dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai

adalah teknik korelasi product moment. Pertanyaan disebut valid apabila nilai dari

r hitung lebih besar daripada r tabel.

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pertanyaan yang telah

diuji validitasnya, akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pada uji reabilitas

pertanyaan disebut reliabel jika nilai r>0.60.

Pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan

kuesioner yang dipakai akan menggunakan aplikasi SPSS 17.0.

3.7.1. Data Primer

Data primer adalah data dari jawaban kuesioner yang diisi oleh sampel

penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.

28

Page 29: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

3.7.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Kantor Puskesmas

Pematang Panjang dan Kantor Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara yang

berhubungan dengan data ibu yang memiliki balita di daerah penelitian.

3.8. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama

editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden

serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua

coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Tahap ketiga entry yaitu

memasukkan data dari kuesioner ke dalam program computer dengan

menggunakan program SPSS versi 17.0. Tahap keempat adalah melakukan

cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada

kesalahan atau tidak. Tahap kelima saving yaitu menyimpan data yang sudah di

cek untuk kemudian dianalisa.

29

Page 30: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

BAB 4

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN PROGRAM PUSKESMAS

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Data Geografis

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

yaitu tepatnya di desa Limau Sundai. Daerah ini di rekomendasikan dari kepala

Puskesmas Pematang Panjang.

Kecamatan Air Putih adalah merupakan salah satu dari 7 Kecamatan yang

ada di Kabupaten Batu Bara dan berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatas dengan Sei Suka

b. Sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Simalungun

c. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Sei Suka

d. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Lima Puluh

Letak geografis Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara terletak pada

LU N 30 17,25 m dan BT E 990 22,05 m dengan ketinggian wilayah 00.18 mdpl,

suhu berkisar antara 130C-330C. Dengan luas wilayah Kecamatan Air Putih ±

7.238 Ha, yang terdiri dari 1 Kelurahan dan 12 Desa, yaitu Kelurahan Indrapura,

dan 12 Desa yang terdiri dari:

1. Desa Limau Sundai

2. Desa Tanjung Kubah

3. Desa Tanah Tinggi

4. Desa Tanjung Muda

5. Desa Tanjung Harapan

6. Desa Sipare-pare

7. Desa Pasar Lapan

8. Desa Sukaraja

9. Desa Aras

10. Desa Tanah Merah

11. Desa Pematang Panjang

12. Desa Sukaramai

30

Page 31: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

4.1.2 Data Demografis

Kecamatan Air Putih memiliki jumlah penduduk 47661 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga terdiri dari 12, 219 KK.

Tabel 4.1

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kecamatan Air Putih

Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1 Laki-Laki 24,651

2 Perempuan 25.184

Jumlah 49,835 Jiwa

Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012

31

Page 32: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Tabel 4.2Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk di Masing-Masing

Desa/Kelurahan Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

Provinsi Sumatera Utara

Periode Januari – September 2012

No Desa/KelurahanLUAS

(Ha)

Jumlah

Dusun/

Ling-

kungan

Jumlah

KK

Jumlah Penduduk

Lk Pr JLH

1 Kelurahan Indrapura 73 7 1386 2000 2060 4060

2 Desa Limau Sundai 610 6 421 903 1025 1928

3 Desa Tanjung Kubah 759 8 1379 2746 2710 5456

4 Desa Tanah Tinggi 240 12 1272 2510 2584 5094

5 Desa Tanjung Muda 188 7 399 805 807 1612

6 Desa Tanjung Harapan 800 5 516 1118 1102 2220

7 Desa Sipare-pare 350 6 1296 2973 2942 5915

8 Desa Pasar Lapan 1160 6 1226 2220 2242 4462

9 Desa Sukaraja 383 6 783 1649 1708 3357

10 Desa Aras 890 9 997 2053 2120 4173

11 Desa Tanah Merah 285 4 681 1310 1376 2686

12 Desa Pematang Panjang 592 12 1055 2091 2197 4288

13 Desa Sukaramai 908 7 463 1112 1106 2218

JUMLAH 7238 95 12.659 24.651 25.184 49.835

Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012

32

Page 33: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Tabel 4.3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk Menurut Agama

Di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

Provinsi Sumatera Utara

Periode Januari - September 2012

No AgamaJumlah Penduduk

(Jiwa)%

1 Islam 35.691 70,11

2 Kristen 14.278 28,04

3 Hindu 89 0,17

4 Budha 849 1,67

5 Konghuzu - -

Jumlah 100 100

Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012

33

Page 34: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Tabel 4.4

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk Menurut Suku

Di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

Provinsi Sumatera Utara

Periode Januari – September 2012

No SukuJumlah Penduduk

(Jiwa)Persentase%

1 Melayu 11.159 21,92

2 Jawa 23.675 46,50

3 Batak 12.348 24,25

4 Minang 530 1,04

5 Banjar 905 1,77

6 Aceh 307 0,60

7 Lainnya 1.983 3,89

Jumlah 50.907 100

Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012

34

Page 35: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Tabel 4.5

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk Menurut Mata

Pencaharian

Di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

Provinsi Sumatera Utara

Periode Januari – September 2012

NoDesa/

KelurahanPertanian

Industri Kecil

KaryawanPNS/

POLRILain-lain

1Kelurahan Indrapura

- 1.000 139 40 207

2Desa Limau

Sundai1877 - 2 37 10

3Desa Tanjung

Kubah611 59 90 109 303

4Desa Tanah

Tinggi667 160 62 61 298

5Desa Tanjung

Muda319 30 30 20 -

6Desa Tanjung

Harapan278 - 16 3 219

7Desa Sipare-

Pare475 125 216 175 409

8Desa Pasar

Lapan482 164 68 48 549

9Desa Sukaraja

726 - 15 42 -

10Desa Aras

621 120 106 57 101

11Desa Tanah

Merah183 96 39 87 106

12Desa Pematang

Panjang555 98 243 43 68

13Desa

Sukaramai417 - - 9 37

Jumlah 7.211 1.852 1.026 731 2.307

Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012

35

Page 36: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

4.2 Puskesmas Pematang Panjang

4.2.1 Program Pokok Puskesmas

Terdapat 18 kegiatan pokok yang dilaksanakan di Puskesmas Pematang Panjang

yang sempurna yakni meliputi usaha-usaha pokok atau Basic Health Service

seperti tercantum dalam program kesehatan nasional yaitu meliputi:

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

2. Keluarga Berencana (KB)

3. Usaha Peningkatan Gizi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat karena Kecelakaan

7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

9. Usaha Kesehatan Olahraga

10. Usaha Kesehatan Kerja

11. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut

12. Usaha Kesehatan Jiwa

13. Usaha Kesehatan Mata

14. Laboratorium Sederhana

15. Kesehatan Masyarakat

16. Kesehatan Usia Lanjut

17. Pengobatan Tradisional (BATRA)

18. Perencanaan dan Pelaporan

Pada era sentralisasi, Program Puskesmas dibedakan menjadi program

kesehatan dasar dan program kesehatan pengembangan. Program kesehatan dasar

adalah program minimal yang harus dilaksanakan oleh puskesmas, yang dikemas

dalam basic six, yaitu:

1. Promosi Kesehatan (Promkes)

2. Kesehatan Lingkungan (Kesling)

3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

36

Page 37: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

4. Perbaikan Gizi

5. Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan

Program Pokok Puskesmas Pematang Panjang

1. Keluarga Berencana (KB)

2. Kesehatan Lingkungan

3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

4. Usaha Perbaikan Gizi

5. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

6. Pemeriksaan dan Pelaporan dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan

7. Pencatatan dan Pelaporan dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan

8. Kesehatan Gigi dan Mulut

9. Usaha Kesehatan Sekolah

10. Laboratorium Sederhana

11. Perawatan Kesehatan Masyarakat

12. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)

13. Kesehatan Mata

14. Perawatan Usia Lanjut

Keterangan: Dari 14 program pokok puskesmas, hanya 4 program pokok

puskesmas yang belum berjalan yaitu:

1. Kesehatan Olahraga

2. Kesehatan Kerja

3. Kesehatan Jiwa

4. Program Tradisional (BATRA)

37

Page 38: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Tabel 4.6

Data 10 Penyakit Terbesar di Wilayah Puskesmas Pematang Panjang

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Bulan

Januari - September Tahun 2012

No Penyakit Jumlah

1 ISPA 1633

2 Diare 534

3 Hipertensi 503

4 Gastritis 493

5 Rematik 476

6 Penyakit Kulit Alergi 377

7 Penyakit Kulit Infeksi 238

8 Diabetes Melitus 227

9 Kecelakaan dan Ruda Paksa 136

10 Asma 60

JUMLAH 4677

Sumber: Data Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012

Keterangan Tabel 4.6

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit terbanyak yang

mengenai penduduk di wilayah kerja puskesmas Pematang Panjang adalah

penyakit ISPA yaitu sebesar 1633 kasus.

38

Page 39: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Limau Sundai Kecamatan Air

Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara dengan 50 orang responden,

data dikumpulkan, diolah, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, karakteristik yang diamati pada responden meliputi umur,

tingkat pendidikan dan jumlah balita responden.

A. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Desa Limau

Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2012

No Umur Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 20-24 tahun 4 8.0

2. 25-29 tahun 8 16.0

3. 30-34 tahun 19 38.0

4. 35-39 tahun 17 34.0

5. 40-44 tahun 2 4.0

Total 50 100.0

Dari tabel 5.1.1.1 di atas diketahui bahwa sebanyak 19 orang responden berada

dalam kelompok 30-34 tahun dan merupakan kelompok umur terbanyak.

Sebanyak 2 orang responden berada dalam kelompok umur 40-44 tahun yaitu

merupakan kelompok umur yang paling kurang. Jumlah responden paling banyak

dalam kelompok umur 30-34 tahun diduga oleh peneliti mungkin kerana pada

kelompok umur inilah sebagian besar ibu mempunyai anak balita dan masih

39

Page 40: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

berada dalam usia reproduksi. Jumlah responden paling kurang pada kelompok

umur 40-44 tahun karena pada kelompok umur ini sebagian besar anak mereka

telah masuk ke usia dewasa muda dan pada kelompok umur ini berada pada di

penghujung usia reproduksi.

B. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 5.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2012

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SD 12 24.0

2. SMP 9 18.0

3. SMA 26 52.0

4. D3 1 2.0

5. Lainnya 2 4.0

Total 50 100.0

Dari tabel 5.1.1.2 di atas diketahui bahwa sebanyak 12 orang responden

mempunyai tingkat pendidikan SD, 9 orang responden mempunyai tingkat

pendidikan SMP, 26 orang responden mempunyai tingkat pendidikan SMA yang

merupakan kelompok terbanyak, 1 responden mempunyai tingkat pendidikan D3

yang merupakan kelompok yang paling kurang, dan 2 orang responden

mempunyai tingkat pendidikan lainnya. Sebagian besar responden mempunyai

tingkat pendidikan yang bagus di mana minimal para responden dapat membaca

dan menulis. Hal ini amat membantu saat menjawab kuesioner yang diberikan

oleh peneliti dan dapat memahami penyuluhan serta leaflet yang diberikan.

40

Page 41: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

C. Karakteristik responden berdasarkan jumlah balita

Tabel 5.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Balita di Desa

Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2012

No Jumlah Balita Responden Jumlah (orang) Presentase (%)

1. 1 40 80.0

2. 2 7 14.0

3. 3 3 6.0

Total 50 100.0

Dari tabel 5.1.1.3 di atas diketahui bahwa sebanyak 40 orang responden

mempunyai 1 orang anak balita yang merupakan jumlah terbanyak, sebanyak 7

orang responden mempunyai 2 orang anak balita dan sebanyak 3 orang responden

mempunyai 3 orang anak balita yang merupakan jumlah yang paling kurang.

Sebagian besar responden mempunyai 1 anak balita mungkin berkaitan dengan

faktor ekonomi di mana sebagian besar penduduk di Desa Limau Sundai bekerja

sebagai petani dan tidak mampu mempunyai ramai anak serta program KB yang

dijalankan oleh Puskesmas Pematang Panjang di Desa Limau Sundai.

5.1.2. Distribusi Jawaban Responden

Dalam penelitian ini distribusi jawaban responden yang diamati adalah melalui

jawaban-jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan mengenai

pengetahuan dan tindakan responden tentang penanggulangan diare pada balita

A. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Tingkat

Pengetahuan

41

Page 42: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Tabel 5.1.2.1. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan

Tingkat Pengetahuan di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih

Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

No Pertanyaan Betul (%) Salah (%)

1 Apakah anda pernah mendengar tentang penyakit diare? 94 62 Menurut anda, apakah yang dimaksudkan dengan diare? 24 76

3Yang sering merupakan penyebab terjadinya diare pada anak adalah

44 56

4 Menurut anda, manakah yang dapat menularkan diare? 26 74

5Menurut anda, berapa kali buang air besar dalam sehari bisa disebut sebagai penderita diare?

56 44

6Yang sering merupakan gejala-gejala anak yang mengalami diare adalah…

18 82

7Penanganan yang pertama kali diberikan pada anak yang diare adalah...

18 82

8Cara yang paling tepat dalam memberikan makanan pada anak yang diare adalah…

72 28

9Apa yang paling baik diberikan pada anak yang sedang diare?

90 10

10Bagaimana cara memberikan ASI pada bayi yang sedang diare?

72 72

11Jika anak muntah saat diberi oralit, apakah pemberian oralit harus dihentikan?

64 64

12 Perlukah diberikan obat penghenti diare pada anak? 8 92

13Apakah hal yang dapat membahayakan jiwa anak jika diarenya tidak ditangani secara tepat?

52 48

Berdasarkan Tabel 5.1.2.1 bisa dilihat bahwa terdapat 13 soal. Pilihan jawaban

bagi pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 diberi dalam

bentuk aneka pilihan. Pada setiap pertanyaan jawaban yang betul diberi nilai 1 dan

yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa

pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah

pertanyaan nomor 1 yaitu dengan persentase sebesar 94% di mana sebagian besar

responden berjaya menjawab dengan betul sedangkan pertanyaan yang paling

banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 12 yaitu

dengan persentase sebesar 92% yang menjawab dengan salah.

42

Page 43: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Pertanyaan nomor 1 yang paling banyak dijawab dengan betul oleh

responden adalah tentang pernahkah responden mendengar tentang diare. Hal ini

diduga oleh peneliti kerana diare bukan satu keluhan yang asing bagi para

responden dan merupakan salah satu keluhan yang sering dikeluhkan saat

mendapatkan pelayanan kesehatan atau kehidupan seharian serta dapat terjadi

pada semua golongan umur. Pertanyaan nomor 12 yang paling banyak dijawab

dengan salah oleh responden adalah tentang perlukah diberikan obat penghenti diare

pada anak. Hal ini diduga oleh peneliti adalah kerana kurangnya pengetahuan di kalangan

para responden tentang penanganan diare pada balita.

B. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Tindakan

Tabel 5.1.2.3. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan

Tindakan di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

No Tindakan Betul (%) Salah (%)1 Ibu memberikan oralit pada anak yang sedang diare 94 6

2Ibu memberikan cairan tambahan misalnya larutan gula garam/kuah sayur/air tajin pada anak yang sedang diare

80 20

3 Ibu memberikan obat-obatan penghenti diare kepada anak 12 884 Ibu mengurangi porsi makanan anak jika sedang diare 52 48

5Ibu memberikan air putih yang lebih banyak dari biasanya pada anak yang sedang diare

86 14

6Ibu memberikan antibiotika pada anak yang sedang diare tanpa resep dokter

72 28

7Ibu mendatangi pusat kesehatan (misalnya puskesmas atau dokter) jika anak terlihat lesu dan tidak mau makan/minum

92 8

8Ibu mencuci botol susu/dot dengan air yang bersih dan sabun sebelum digunakan

96 4

9Ibu selalu memberikan air minum yang telah dimasak sampai mendidih kepada anak

96 4

10Ibu selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum memasak, menyuapi anak, atau setelah menceboki anak

92 8

11Ibu memberi pisang atau buah segar untuk mempercepat penyembuhan diare anak.

72 28

12Ibu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa disertai dengan pemberian susu formula.

78 22

43

Page 44: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Berdasarkan Tabel 5.1.2.3 bisa dilihat bahwa terdapat 12 soal. Pilihan jawaban

bagi pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 diberi dalam bentuk

pertanyaan tertutup dengan pilihan ya atau tidak. Pada setiap pertanyaan jawaban

yang betul diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan tabel di atas

juga dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar

oleh responden adalah pertanyaan nomor 8 dan 9 yaitu dengan persentase sebesar

96% di mana semua responden berjaya menjawab dengan betul sedangkan

pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah

pertanyaan nomor 3 yaitu dengan persentase sebesar 88% yang menjawab dengan

salah.

Pertanyaan nomor 8 dan 9 yang paling banyak dijawab dengan betul oleh

responden adalah tentang ibu mencuci botol susu/dot dengan air yang bersih dan sabun

sebelum digunakan dan ibu selalu memberikan air minum yang telah dimasak sampai

mendidih kepada anak. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden faham

dan melakukan penyediaan air yang bersih dan botol susu yang bersih sebelum

memberikan susu pada balita. Peneliti menduga para responden mungkin telah

mengetahui tentang pentingnya penyediaan air yang bersih dan botol susu yang

bersih melalui tingkat pendidikan para responden yang sebagian besarnya bagus

atau melalui pengalaman harus menyediakan air dan wadah yang bersih bagi

anak-anak.

Pertanyaan nomor 3 yang paling banyak dijawab dengan salah oleh

responden adalah tentang pemberian obat penghenti diare pada anak. Hal ini diduga

oleh peneliti adalah kerana kurangnya pengetahuan di kalangan para responden tentang

penanganan diare pada balita.

44

Page 45: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan

Dalam penelitian ini distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan

tindakan tentang penanggulangan diare pada balita diukur berdasarkan jumlah

jawaban yang benar dan dikelompokkan kepada tiga kelompok yaitu pengetahuan

baik, sedang dan kurang. Hal yang dilakukan untuk pengukuran tindakan

responden tentang penanggulangan diare pada balita.

A. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.1.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di

Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2012

No Tingkat Pengetahuan Jumlah (orang) Presentase (%)

1. Baik 3 6.0

2. Sedang 41 82.0

3. Kurang 6 12.0

Total 50 100,0

Dari tabel 5.1.3.1 di atas diketahui bahwa hanya sebanyak 3 orang responden

dengan persentase 6.0% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yang

merupakan jumlah paling kurang, 41 orang responden dengan persentase 82.0%

mempunyai tingkat pengetahuan sedang yang merupakan jumlah terbanyak serta 6

orang responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang dengan persentase

12.0% tentang penanggulangan diare pada balita. Sebagian besar responden

mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang penanggulangan diare pada

balita, hal ini diduga oleh peneliti kerana kurangnya pemahaman responden

tentang gejala-gejala dan penanganan diare yang benar. Ini terjadi mungkin kerana

kurangnya rasa ingin tahu dari responden sendiri tentang penanggulangan diare

serta kurangnya informasi dan penyuluhan tentang penanggulangan diare pada

balita di Desa Limau Sundai oleh bagian pelayanan kesehatan, dalam hal ini

Puskesmas Pematang Panjang.

45

Page 46: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

B. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan

Tabel 5.1.3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan di Desa Limau

Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2012

No Tindakan Frekuensi Presentase (%)

1. Baik 25 50.0

2. Sedang 23 46.0

3. Kurang 2 4.0

Total 50 100,0

Dari tabel 5.1.3.2 di atas diketahui bahwa sebanyak 25 orang responden dengan

persentase 50.0% mempunyai tingkat tindakan yang baik yang merupakan jumlah

paling banyak, 23 orang responden dengan persentase 46.0% mempunyai tingkat

pengetahuan sedang serta 2 orang responden mempunyai tingkat pengetahuan

kurang dengan persentase 4.0% yang merupakan jumlah paling kurang tentang

penanggulangan diare pada balita. Sebagian besar responden mempunyai tingkat

tindakan yang baik tentang penanggulangan diare pada balita, hal ini diduga oleh

peneliti kerana para responden telah mempunyai pengalaman-pengalaman

sebelumnya tentang apa yang harus dilakukan apabila anak balita mengalami

diare contohnya tindakan memberi larutan gula garam/kuah sayur/air tajin pada anak

yang sedang diare. Selain itu juga, sesetengah tindakan yang dilakukan oleh ibu

sebagai upaya dalam mencegah diare pada balita yang mungkin tidak disadari

seperti ibu mencuci botol susu/dot dengan air yang bersih dan sabun sebelum digunakan

atau ibu selalu memberikan air minum yang telah dimasak sampai mendidih kepada anak

juga mempengaruhi tindakan yang baik di kalangan responden.

46

Page 47: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

5.2. Pembahasan

No PERMASALAHAN PEMECAHAN MASALAH

1. Didapatkan bahwa 82% responden

memiliki tingkat pemgetahuan yang

sedang terhadap penanggulangan

diare pada balita.

Melakukan penyuluhan tentang

penanggulangan diare pada balita di

Desa Limau Sundai kecamatan Air

Putih Kabupaten Batu Bara serta

menggalakkan masyarakat untuk

terus mencari informasi mengenai

penaggulangan diare baik dengan

membaca buku dan koran,

menonton televisi, dan

mendengarkan radio.

2. Didapatkan bahwa 50% responden

memiliki tindakan yang baik

terhadap penanggulangan diare

pada balita.

47

Page 48: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini didapati bahwa:

Sebagian besar responden berumur 30-34 tahun (38%), pendidikan

responden terbanyak adalah SMA (52%), dan sebagian besar responden

mempunyai satu orang anak bawah usia lima tahun (80%).

Sebanyak 82% responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang terhadap

penanggulangan diare pada balita.

Sebanyak 50% responden mempunyai tindakan yang baik tentang

penanggulangan diare pada balita.

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang

mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

Adapun saran tersebut yaitu :

1.Diharapkan kepada Dinas Kesehatan PTC Indrapura, khususnya pusat

pelayanan kesehatan primer yang memiliki wilayah kerja di Kecamatan Air

Putih, untuk lebih meningkatkan kegiatan promotif terhadap

penanggulangan diare pada balita.

2.Meningkatkan penyuluhan mengenai penanggulangan diare pada balita, bila

memungkinkan, sebaiknya dilakukan melalui media cetak untuk menambah

informasi kepada masyarakat di Kecamatan Air Putih.

3.Bagi para kader kesehatan berperan lebih aktif dalam promosi informasi

mengenai penanggulangan diare pada balita di lingkungan masyarakat.

4.Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama, diharapkan agar

lebih memperdalam cakupan penelitiannya sehingga dapat lebih bermanfaat

dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran

dan kesehatan.

48

Page 49: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Repubik Indonesia, 2006. Pedoman Tatalaksana Diare.

Available from:

http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman/pedoman%20tatalaksana

%20diare.pdf [ Accessed 15 Oktober 2012 ]

Departemen Kesehatan RI, 2009. Tatalaksana Penderita Diare.Available from:

http://www.litbang.depkes.09.id/laporan PKD/Indonesia/laporan Nasional.pdf.

[Accessed on 12 Oktober 2012]

Hasan, R. dan Alatas,H.(ed).1998.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak

I.cet.ke:8.Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Herdawanto.Diare akut karena infeksi.In:Noer HMS-Waspadji S-Rachman

AM.Lesmana LA-Widodo D-Isbagio H.Alwi.eds.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid I.Edisi ketiga.Balai Penerbit FKUI.Jakarta.1997.hlm 451-457.

Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta :

Balai Penerbit IDAI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Panduan Sosialisasi

Tatalaksana Diare pada Balita. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Situasi Diare di Indonesia.

Buletin Jendela, Data dan Informasi Kesehatan.

Masri, S.H. 2004. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun.Available

from: http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?

artikelid=61175-35k (Accessed on 13 Oktober 2012).

Notoadmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar.

Cetakan Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.

49

Page 50: Laporan PTC Mona Edited 12.11

Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012

Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan Pertama.

Jakarta : Rineka Cipta.

Riskesdas, 2007. Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Desember 2008.

Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413.

Sudigbia,Haritono, 1992. Efek Positip Tempe Terhadap Mukosa Usus Anak

Penderita Diare. Bagian ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran – UNDIP,

RSUP Karyadi Semarang. Jakarta: Majalah Gizi Indonesia, Vol. 1-2.

Suraatmaja, S., 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung

Seto.

Susanti N.I. 2004. Usia Tepat Mendapat Makanan Tambahan. Available from:

http://www.tabloitnakita.com/artikel-ph3?edisi=0406rubrik [Accessed on 14

Oktober 2012]

Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:

Kawan Pustaka, pp: 58-70.

WHO, 2009. Implementing the New Recommendation on the Clincal

Management of Diarrhea. Available from :

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html [Accessed on 10

Oktober 2012 ]

50