Laporan PTC Mona Edited 12.11
-
Upload
yashdevil-atri -
Category
Documents
-
view
105 -
download
0
description
Transcript of Laporan PTC Mona Edited 12.11
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak di
Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Demikian
juga pada tahun 2001, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian
bayi seperti pada periode sebelumnya (Susanti, 2004).
Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab
kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada
sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare
pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang
dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama
malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka
kematian akibat diare adalah 2.5%. Sementara dari data Profil Kesehatan
Provinsi Sumatra Utara tahun 2008, diare menduduki urutan kedua dari sepuluh
penyebab terbanyak kunjungan ke puskesmas setelah Influenza dengan tingkat
kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya.
Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development
Goals/ MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian
dari tahun 1990 sampai pada 2015. Penyebab utama kematian akibat diare adalah
tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk
menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat
(Kemenkes, 2011).
Penyakit diare menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian
terutama pada bayi usia 29 hari-12 bulan dan usia 12 bulan–59 bulan. Kejadian
tersebut selalu berkaitan dengan perilaku utamanya higiene sanitasi perorangan
1
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
maupun lingkungan, higiene makanan mulai dari memilih jenis makanan, sifat
dan cara penyiapannya (Riskesdas, 2007).
Faktor ibu berperan sangat penting dalam kejadian diare pada balita. Ibu
adalah sosok yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka
tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya.
Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan
(Sudigbia, 1992).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala
klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita
berperan penting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan kejadian diare
serta malnutrisi pada anak.
Dengan keadaan ini penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
gambaran pengetahuan dan tindakan ibu dalam menanggulangi diare pada balita.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan dan tindakan ibu tentang
penanggulangan diare pada balita di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan ibu di Desa Limau
Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara tentang penanggulangan diare
pada balita.
2
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gejala dan penularan
diare pada anak.
2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pencegahan diare pada
balita.
3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pengobatan yang baik dan
benar saat anak mengalami diare.
4. Untuk mengetahui tindakan ibu dalam menanggulangi diare pada
balita.
1.4. Manfaat Penelitan
1.4.1. Bagi Puskesmas di Pematang Panjang
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui
permasalahan dalam usaha pencegahan penyakit diare pada balita
sehingga dapat menurunkan angka kematian pada penyakit ini.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pada bagian evaluasi
promosi kesehatan tentang diare.
c. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya di
Indrapura ini.
1.4.2. Bagi Fakultas Kedokteran
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah kepustakaan
Fakultas Kedokteran dalam bidang laporan penelitian.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
ibu tentang penanggulangan diare pada balita di Desa Limau Sundai Kecamatan
Air Putih Kabupaten Batubara.
.
3
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang. Apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2. Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003), ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif, yakni:
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menybutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3. Aplikasi (application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
di pelajari pada kondisi yang sebenarnya.
4. Analisa (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam
komponen–komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih
4
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
2. Sintesa (Synthesis)
Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulas –
formulasi yang ada.
3. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian–penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria
yang telah ada.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara
umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih
rendah.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
5
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
4. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk
menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
6. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
2.2. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan dibedakan
atas beberapa tingkatan :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.
6
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Pengetahuan merupakan komponen penting yang menentukan perilaku
seseorang. Pengetahuan dapat terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Selain pengetahuan, ada
faktor-faktor lain yang menentukan tindakan seseorang. Menurut teori Lawrence
Green dalam Notoadmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku individu maupun kelompok. Faktor pertama adalah faktor yang
mempermudah (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain dalam individu atau masyarakat. Faktor
kedua adalah faktor pendukung (enabling factor) antara lain umur, status sosial
ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia. Adapun faktor ketiga adalah
pendorong (reinforcing factor), yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku
seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat
atau petugas kesehatan. (Notoatmodjo, 2003).
2.3. Diare
2.3.1. Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar
5-10 g/kg/ 24 jam (Simadabrata, 2006).
Menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari
empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak.
Sedangkan menurut Hasan (1998), diare adalah keluarnya tinja air dan
elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut
diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang
dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan
merupakan indikator untuk volume tinja.
7
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
2.3.2. Etiologi
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.
1) Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:
a) Infeksi oleh bakteri: Escherichia colin, Salmonella thyposa, Vibrio
cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan
patogenik seperti pseudomonas dan infeksi basil (disentri).
b) Infeksi virus rotavirus.
c) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides)
d) Infeksi jamur (Candida albicans).
e) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang
tenggorokan.
f) Keracunan makanan.
2) Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan
lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap laktoglobulis
dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat,
tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi
lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida.
Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi
micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
3) Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan
yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak dan
balita.
8
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
4) Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare
kronis. Tetapi jarang terjadi pada balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih
besar.
2.3.3. Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan
Faktor perilaku antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan
Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap
kuman
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB
anak
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi
Cuci Kakus (MCK)
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang
dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi
terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita
campak (Depkes 2005).
9
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
2.3.4. Klasifikasi
Penyakit diare menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya dibagi
menjadi empat yaitu :
1) Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang
dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan
penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2) Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya
komplikasi pada mukosa.
3) Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
4) Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
Klasifikasi penyakit diare berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a) Diare sekresi (secretory diarrhea).
b) Diare osmotik (osmotic diarrhea). (Suraatmaja, 2007)
2.3.5. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi dibawah ini:
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadabrata, 2006).
10
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari
usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara
lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa
usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa
(Simadabrata, 2006).
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle
empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadabrata, 2006).
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (Simadabrata,
2006).
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya
antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadabrata, 2006).
6. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan
adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadabrata,
2006).
7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Masri,2004).
8. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak
11
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan
oleh bakteri tersebut (Hasan, 1998).
2.3.6 Gejala klinis
Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan
banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan
turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Akibat kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti
dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik), renjatan
hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi laktosa
sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa
usus halus, kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik), dan malnutrisi energi
protein (karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan).
(Hasan, 1998).
2.3.7. Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.
Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering
berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena
12
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering,
bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut
infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam,
dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang
spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon
lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya
makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang
dihasilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus seperti Giardia lamblia
hanya menyebabkan rasa kembung dan steatorea ringan.(Simadibrata, 2006).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong
atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau
basah (Herdawanto,1997).
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi (Herdawanto,1997).
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.
Subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain
(Juffrie, 2010).
13
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan
umum
Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai,
atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada
Mulut dan
lidah
Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa
tidak haus
*haus, ingin minum
banyak
*malas minum atau
tidak bisa minum
Periksa:
turgor kulit
Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
lambat
Hasil
pemeriksaan:
Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
ringan/sedang
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Sumber: Juffrie, 2010
Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :
a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)
b. Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci
(yang diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1
gejala) pada kolom yang sama.
14
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak
diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat (Herdawanto,1997).
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan
untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan
bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.
Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing,
parasit, bakteri, dan lain-lain (Simadabrata,2006).
Pasien yang mengalami dehidrasi berat atau diare berlangsung lebih dari
beberapa hari harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap, kadar elektrolit serum,
ureum dan kreatinin.(Simadabrata,2006).
2.3.8. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya
cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE
yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
15
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat
ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang
rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan
yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila
penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada
derajat dehidrasi.(Kemenkes RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
UmurJumlah oralit yang
diberikan tiap BAB
Jumlah oralit yang disediakan di
rumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI, 2006
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak
boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila
terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
16
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai
dengan diare berhenti.(Juffrie, 2010).
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel
usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.(Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau
ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.(Kemenkes RI, 2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri
ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih
sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan. (Kemenkes
RI, 2011).
17
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat
pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera.(Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan
status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang
berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti
diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).(Kemenkes RI, 2011).
5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
2.3.9. Pencegahan
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006)
adalah sebagai berikut:
18
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
1. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai
daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah
tumbuhnya bakteri penyebab diare.(Depkes RI, 2006).
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula
merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula
biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan
terjadinya gizi buruk.(Depkes RI, 2006).
2. Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan
masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping
ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit
lain yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2009).
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan
pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih
meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak
berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari)
setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak
dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.
b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian
untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang–
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta
menyuapi anak dengan sendok yang bersih.
19
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan
pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan
kepada anak.(Depkes RI, 2009).
3. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare.(Depkes RI, 2009).
4. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan
atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan,
makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.(Depkes
RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat
yang tidak mendapatkan air bersih.(Depkes RI, 2006).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai
dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.(Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat
lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan
serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk
menjauhkan air hujan dari sumber.
c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan
gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
20
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006).
5. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal
yang harus diperhatikan:
a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau
kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan
mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya
atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran
atau daun besar dan buang ke dalam kakus.
c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya.
(Depkes RI, 2006)
6. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban,
dan keluarga harus buang air besar di jamban.(Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur.
c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air
besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan
tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air,
hindari buang air besar tanpa alas kaki.(Depkes RI, 2006)
21
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
7. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi
campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak
segera setelah berumur 9 bulan.(Depkes RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9
bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah
penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan
tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio.
(Depkes RI, 2006).
22
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif
untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat pengetahuan dan tindakan ibu
tentang penanggulangan diare pada balita di Kecamatan Indrapura. Dilakukan
dengan menggunakan pendekatan pengumpulan data sekaligus pada satu saat.
Tiap subjek penelitian hanya satu kali saja dilakukan observasi.(Imron, 2010).
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara. Tempat penelitian merupakan desa binaan untuk memenuhi
syarat kepaniteraan klinik senior di departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dilaksanakan
pada tanggal 25 Oktober 2012.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita
yang tinggal Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatera Utara.
3.3.2 Sampel
Sampel ditentukan berdasarkan pada jumlah populasi yang diteliti dan
kemampuan peneliti dalam hal pendanaan, tenaga dan waktu. Pemilihan sampel
dilakukan dengan menggunakan consecutive sampling. Sampel yang dipilih
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Ibu yang mempunyai sekurang-kurangnya satu anak balita.
23
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
b. Merupakan masyarakat yang tinggal di Desa Limau Sundai
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara.
c. Mempunyai pengertian bahasa Indonesia yang baik.
Sedangkan kriteria eksklusinya adalah :
a. Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian ini.
b. Memiliki gangguan mental.
3.3.3. Besar Sampel
Untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini digunakan teknik non-
probability sampling dengan cara consecutive sampling. Pada consecutive
sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.
Sampel yang diambil berjumlah 50 orang.
3.4 Kerangka Konsep
Berikut adalah kerangka konsep penelitian:
Gambar 3.4. Skema Kerangka Konsep Penelitian
24
Diare pada balitaPengetahuan Ibu
Tindakan Ibu
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
3.5 Definisi Operasional dan Variabel
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, dan Skala
N
o
Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Ukur
Hasil Ukur Skala
1 Pengetahuan
ibu tentang
diare pada
balita
Segala
sesuatu
yang
diketahui
ibu
mengenai
diare pada
balita
meliputi:
pengertian,
penyebab,
gejala dan
tanda,
pengobatan,
dan
pencegahan
Kuesioner Angket Responden
dikategorikan
sebagai berikut
(Pratomo, 1986):
Pengetahuan baik,
jika responden
dapat menjawab
dengan jumlah
nilai tertinggi
antara 10-13
(>75%).
Pengetahuan
sedang, jika
responden dapat
menjawab dengan
jumlah nilai
antara 6-9 (40-
75%).
Pengetahuan
kurang, jika
responden
mendapatkan nilai
5 atau kurang
(<40%).
Data ini
adalah yang
berperingkat
dari baik,
sedang dan
kurang
sekaligus
jenis
datanya
adalah data
ordinal.
25
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
2 Tindakan
ibu terhadap
kejadian
diare pada
balita
Segala
sesuatu
yang telah
dilakukan
ibu
sehubungan
dengan
kejadian
diare pada
balita
Kuesioner Angket Responden di
kategorikan sebagai
berikut (Pratomo,
1986) :
Pengetahuan baik,
jika responden
dapat menjawab
dengan jumlah
nilai tertinggi
antara 9-12
(>75%).
Pengetahuan
sedang, jika
responden dapat
menjawab dengan
jumlah nilai
antara 5-8 (40-
75%).
Pengetahuan
kurang, jika
responden
mendapatkan nilai
4 atau kurang
(<40%)
Data ini
adalah yang
berperingkat
dari baik,
sedang dan
kurang
sekaligus
jenis
datanya
adalah data
ordinal.
3.6. Instrumen Penelitian
3.6.1. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Notoatmojo, 2005, instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan
untuk pengumpulan data. Pengukuran gambaran tingkat pengetahuan ibu
mengenai diare pada balita berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan
oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari 13
pertanyaan tertutup. Setiap jawaban benar dari responden akan diberi nilai 1, dan
jika jawaban responden salah akan diberikan nilai 0.
26
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Selanjutnya tingkat pengetahuan responden diukur dengan menggunakan
skala pengukuran sebagai berikut:
1. Baik, bila nilai yang diperoleh > 75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.
2. Sedang, bila nilai yang diperoleh antara 40-75% dari total nilai kuesioner
pengetahuan.
3. Kurang, bila nilai yang diperoleh < 40% dari total nilai kuesioner
pengetahuan.
Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori dari kuesioner pengetahuan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Skala Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Nilai
Baik Bila 10-13 soal dapat dijawab dengan benar
Sedang Bila 6-9 soal dapat dijawab dengan benar
Kurang Baik Bila 0-5 soal dapat dijawab dengan benar
3.6.2 Pengukuran tindakan
Pengukuran tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita berdasarkan
jawaban dari pernyataan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang
digunakan berupa kuesioner yang mengandung 12 pertanyaan tertutup. Setiap
jawaban benar dari responden akan diberi nilai 1, dan jika jawaban responden
salah akan diberikan nilai 0.
Selanjutnya tindakan responden diukur dengan menggunakan skala
pengukuran sebagai berikut:
1. Baik, bila nilai yang diperoleh > 75% dari total nilai kuesioner tindakan.
2. Sedang, bila nilai yang diperoleh antara 40-75% dari total nilai kuesioner
tindakan.
3. Kurang, bila nilai yang diperoleh < 40% dari total nilai kuesioner tindakan
27
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori dari kuesioner tindakan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3. Skala Tindakan
Tindakan Nilai
Baik Bila 9-12 soal dapat dijawab dengan benar
Sedang Bila 5-8 soal dapat dijawab dengan benar
Kurang Baik Bila 0-4 soal dapat dijawab dengan benar
3.7. Teknik pengumpulan data
Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum populasi
dan responden yang dapat diperoleh dari dinas kesehatan Indrapura. Terlebih
dahulu dilakukan uji validitas terhadap kuesioner. Validitas adalah suatu indeks
yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji
validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan
dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai
adalah teknik korelasi product moment. Pertanyaan disebut valid apabila nilai dari
r hitung lebih besar daripada r tabel.
Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pertanyaan yang telah
diuji validitasnya, akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pada uji reabilitas
pertanyaan disebut reliabel jika nilai r>0.60.
Pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan
kuesioner yang dipakai akan menggunakan aplikasi SPSS 17.0.
3.7.1. Data Primer
Data primer adalah data dari jawaban kuesioner yang diisi oleh sampel
penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.
28
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
3.7.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Kantor Puskesmas
Pematang Panjang dan Kantor Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara yang
berhubungan dengan data ibu yang memiliki balita di daerah penelitian.
3.8. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama
editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden
serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua
coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Tahap ketiga entry yaitu
memasukkan data dari kuesioner ke dalam program computer dengan
menggunakan program SPSS versi 17.0. Tahap keempat adalah melakukan
cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada
kesalahan atau tidak. Tahap kelima saving yaitu menyimpan data yang sudah di
cek untuk kemudian dianalisa.
29
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
BAB 4
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN PROGRAM PUSKESMAS
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Data Geografis
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
yaitu tepatnya di desa Limau Sundai. Daerah ini di rekomendasikan dari kepala
Puskesmas Pematang Panjang.
Kecamatan Air Putih adalah merupakan salah satu dari 7 Kecamatan yang
ada di Kabupaten Batu Bara dan berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatas dengan Sei Suka
b. Sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Simalungun
c. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Sei Suka
d. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Lima Puluh
Letak geografis Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara terletak pada
LU N 30 17,25 m dan BT E 990 22,05 m dengan ketinggian wilayah 00.18 mdpl,
suhu berkisar antara 130C-330C. Dengan luas wilayah Kecamatan Air Putih ±
7.238 Ha, yang terdiri dari 1 Kelurahan dan 12 Desa, yaitu Kelurahan Indrapura,
dan 12 Desa yang terdiri dari:
1. Desa Limau Sundai
2. Desa Tanjung Kubah
3. Desa Tanah Tinggi
4. Desa Tanjung Muda
5. Desa Tanjung Harapan
6. Desa Sipare-pare
7. Desa Pasar Lapan
8. Desa Sukaraja
9. Desa Aras
10. Desa Tanah Merah
11. Desa Pematang Panjang
12. Desa Sukaramai
30
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
4.1.2 Data Demografis
Kecamatan Air Putih memiliki jumlah penduduk 47661 jiwa dengan
jumlah kepala keluarga terdiri dari 12, 219 KK.
Tabel 4.1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
1 Laki-Laki 24,651
2 Perempuan 25.184
Jumlah 49,835 Jiwa
Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012
31
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Tabel 4.2Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk di Masing-Masing
Desa/Kelurahan Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatera Utara
Periode Januari – September 2012
No Desa/KelurahanLUAS
(Ha)
Jumlah
Dusun/
Ling-
kungan
Jumlah
KK
Jumlah Penduduk
Lk Pr JLH
1 Kelurahan Indrapura 73 7 1386 2000 2060 4060
2 Desa Limau Sundai 610 6 421 903 1025 1928
3 Desa Tanjung Kubah 759 8 1379 2746 2710 5456
4 Desa Tanah Tinggi 240 12 1272 2510 2584 5094
5 Desa Tanjung Muda 188 7 399 805 807 1612
6 Desa Tanjung Harapan 800 5 516 1118 1102 2220
7 Desa Sipare-pare 350 6 1296 2973 2942 5915
8 Desa Pasar Lapan 1160 6 1226 2220 2242 4462
9 Desa Sukaraja 383 6 783 1649 1708 3357
10 Desa Aras 890 9 997 2053 2120 4173
11 Desa Tanah Merah 285 4 681 1310 1376 2686
12 Desa Pematang Panjang 592 12 1055 2091 2197 4288
13 Desa Sukaramai 908 7 463 1112 1106 2218
JUMLAH 7238 95 12.659 24.651 25.184 49.835
Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012
32
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Tabel 4.3
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk Menurut Agama
Di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatera Utara
Periode Januari - September 2012
No AgamaJumlah Penduduk
(Jiwa)%
1 Islam 35.691 70,11
2 Kristen 14.278 28,04
3 Hindu 89 0,17
4 Budha 849 1,67
5 Konghuzu - -
Jumlah 100 100
Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012
33
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Tabel 4.4
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk Menurut Suku
Di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatera Utara
Periode Januari – September 2012
No SukuJumlah Penduduk
(Jiwa)Persentase%
1 Melayu 11.159 21,92
2 Jawa 23.675 46,50
3 Batak 12.348 24,25
4 Minang 530 1,04
5 Banjar 905 1,77
6 Aceh 307 0,60
7 Lainnya 1.983 3,89
Jumlah 50.907 100
Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012
34
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Tabel 4.5
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk Menurut Mata
Pencaharian
Di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatera Utara
Periode Januari – September 2012
NoDesa/
KelurahanPertanian
Industri Kecil
KaryawanPNS/
POLRILain-lain
1Kelurahan Indrapura
- 1.000 139 40 207
2Desa Limau
Sundai1877 - 2 37 10
3Desa Tanjung
Kubah611 59 90 109 303
4Desa Tanah
Tinggi667 160 62 61 298
5Desa Tanjung
Muda319 30 30 20 -
6Desa Tanjung
Harapan278 - 16 3 219
7Desa Sipare-
Pare475 125 216 175 409
8Desa Pasar
Lapan482 164 68 48 549
9Desa Sukaraja
726 - 15 42 -
10Desa Aras
621 120 106 57 101
11Desa Tanah
Merah183 96 39 87 106
12Desa Pematang
Panjang555 98 243 43 68
13Desa
Sukaramai417 - - 9 37
Jumlah 7.211 1.852 1.026 731 2.307
Sumber: Data Profil Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012
35
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
4.2 Puskesmas Pematang Panjang
4.2.1 Program Pokok Puskesmas
Terdapat 18 kegiatan pokok yang dilaksanakan di Puskesmas Pematang Panjang
yang sempurna yakni meliputi usaha-usaha pokok atau Basic Health Service
seperti tercantum dalam program kesehatan nasional yaitu meliputi:
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat karena Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Usaha Kesehatan Olahraga
10. Usaha Kesehatan Kerja
11. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
12. Usaha Kesehatan Jiwa
13. Usaha Kesehatan Mata
14. Laboratorium Sederhana
15. Kesehatan Masyarakat
16. Kesehatan Usia Lanjut
17. Pengobatan Tradisional (BATRA)
18. Perencanaan dan Pelaporan
Pada era sentralisasi, Program Puskesmas dibedakan menjadi program
kesehatan dasar dan program kesehatan pengembangan. Program kesehatan dasar
adalah program minimal yang harus dilaksanakan oleh puskesmas, yang dikemas
dalam basic six, yaitu:
1. Promosi Kesehatan (Promkes)
2. Kesehatan Lingkungan (Kesling)
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
36
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
4. Perbaikan Gizi
5. Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan
Program Pokok Puskesmas Pematang Panjang
1. Keluarga Berencana (KB)
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
4. Usaha Perbaikan Gizi
5. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
6. Pemeriksaan dan Pelaporan dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan
7. Pencatatan dan Pelaporan dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan
8. Kesehatan Gigi dan Mulut
9. Usaha Kesehatan Sekolah
10. Laboratorium Sederhana
11. Perawatan Kesehatan Masyarakat
12. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
13. Kesehatan Mata
14. Perawatan Usia Lanjut
Keterangan: Dari 14 program pokok puskesmas, hanya 4 program pokok
puskesmas yang belum berjalan yaitu:
1. Kesehatan Olahraga
2. Kesehatan Kerja
3. Kesehatan Jiwa
4. Program Tradisional (BATRA)
37
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Tabel 4.6
Data 10 Penyakit Terbesar di Wilayah Puskesmas Pematang Panjang
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Bulan
Januari - September Tahun 2012
No Penyakit Jumlah
1 ISPA 1633
2 Diare 534
3 Hipertensi 503
4 Gastritis 493
5 Rematik 476
6 Penyakit Kulit Alergi 377
7 Penyakit Kulit Infeksi 238
8 Diabetes Melitus 227
9 Kecelakaan dan Ruda Paksa 136
10 Asma 60
JUMLAH 4677
Sumber: Data Di Kantor Camat Kecamatan Air Putih 2012
Keterangan Tabel 4.6
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit terbanyak yang
mengenai penduduk di wilayah kerja puskesmas Pematang Panjang adalah
penyakit ISPA yaitu sebesar 1633 kasus.
38
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Limau Sundai Kecamatan Air
Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara dengan 50 orang responden,
data dikumpulkan, diolah, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
5.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, karakteristik yang diamati pada responden meliputi umur,
tingkat pendidikan dan jumlah balita responden.
A. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 5.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Desa Limau
Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2012
No Umur Responden Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 20-24 tahun 4 8.0
2. 25-29 tahun 8 16.0
3. 30-34 tahun 19 38.0
4. 35-39 tahun 17 34.0
5. 40-44 tahun 2 4.0
Total 50 100.0
Dari tabel 5.1.1.1 di atas diketahui bahwa sebanyak 19 orang responden berada
dalam kelompok 30-34 tahun dan merupakan kelompok umur terbanyak.
Sebanyak 2 orang responden berada dalam kelompok umur 40-44 tahun yaitu
merupakan kelompok umur yang paling kurang. Jumlah responden paling banyak
dalam kelompok umur 30-34 tahun diduga oleh peneliti mungkin kerana pada
kelompok umur inilah sebagian besar ibu mempunyai anak balita dan masih
39
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
berada dalam usia reproduksi. Jumlah responden paling kurang pada kelompok
umur 40-44 tahun karena pada kelompok umur ini sebagian besar anak mereka
telah masuk ke usia dewasa muda dan pada kelompok umur ini berada pada di
penghujung usia reproduksi.
B. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 5.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2012
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. SD 12 24.0
2. SMP 9 18.0
3. SMA 26 52.0
4. D3 1 2.0
5. Lainnya 2 4.0
Total 50 100.0
Dari tabel 5.1.1.2 di atas diketahui bahwa sebanyak 12 orang responden
mempunyai tingkat pendidikan SD, 9 orang responden mempunyai tingkat
pendidikan SMP, 26 orang responden mempunyai tingkat pendidikan SMA yang
merupakan kelompok terbanyak, 1 responden mempunyai tingkat pendidikan D3
yang merupakan kelompok yang paling kurang, dan 2 orang responden
mempunyai tingkat pendidikan lainnya. Sebagian besar responden mempunyai
tingkat pendidikan yang bagus di mana minimal para responden dapat membaca
dan menulis. Hal ini amat membantu saat menjawab kuesioner yang diberikan
oleh peneliti dan dapat memahami penyuluhan serta leaflet yang diberikan.
40
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
C. Karakteristik responden berdasarkan jumlah balita
Tabel 5.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Balita di Desa
Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2012
No Jumlah Balita Responden Jumlah (orang) Presentase (%)
1. 1 40 80.0
2. 2 7 14.0
3. 3 3 6.0
Total 50 100.0
Dari tabel 5.1.1.3 di atas diketahui bahwa sebanyak 40 orang responden
mempunyai 1 orang anak balita yang merupakan jumlah terbanyak, sebanyak 7
orang responden mempunyai 2 orang anak balita dan sebanyak 3 orang responden
mempunyai 3 orang anak balita yang merupakan jumlah yang paling kurang.
Sebagian besar responden mempunyai 1 anak balita mungkin berkaitan dengan
faktor ekonomi di mana sebagian besar penduduk di Desa Limau Sundai bekerja
sebagai petani dan tidak mampu mempunyai ramai anak serta program KB yang
dijalankan oleh Puskesmas Pematang Panjang di Desa Limau Sundai.
5.1.2. Distribusi Jawaban Responden
Dalam penelitian ini distribusi jawaban responden yang diamati adalah melalui
jawaban-jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan mengenai
pengetahuan dan tindakan responden tentang penanggulangan diare pada balita
A. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Tingkat
Pengetahuan
41
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Tabel 5.1.2.1. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan
Tingkat Pengetahuan di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012
No Pertanyaan Betul (%) Salah (%)
1 Apakah anda pernah mendengar tentang penyakit diare? 94 62 Menurut anda, apakah yang dimaksudkan dengan diare? 24 76
3Yang sering merupakan penyebab terjadinya diare pada anak adalah
44 56
4 Menurut anda, manakah yang dapat menularkan diare? 26 74
5Menurut anda, berapa kali buang air besar dalam sehari bisa disebut sebagai penderita diare?
56 44
6Yang sering merupakan gejala-gejala anak yang mengalami diare adalah…
18 82
7Penanganan yang pertama kali diberikan pada anak yang diare adalah...
18 82
8Cara yang paling tepat dalam memberikan makanan pada anak yang diare adalah…
72 28
9Apa yang paling baik diberikan pada anak yang sedang diare?
90 10
10Bagaimana cara memberikan ASI pada bayi yang sedang diare?
72 72
11Jika anak muntah saat diberi oralit, apakah pemberian oralit harus dihentikan?
64 64
12 Perlukah diberikan obat penghenti diare pada anak? 8 92
13Apakah hal yang dapat membahayakan jiwa anak jika diarenya tidak ditangani secara tepat?
52 48
Berdasarkan Tabel 5.1.2.1 bisa dilihat bahwa terdapat 13 soal. Pilihan jawaban
bagi pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 diberi dalam
bentuk aneka pilihan. Pada setiap pertanyaan jawaban yang betul diberi nilai 1 dan
yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa
pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah
pertanyaan nomor 1 yaitu dengan persentase sebesar 94% di mana sebagian besar
responden berjaya menjawab dengan betul sedangkan pertanyaan yang paling
banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 12 yaitu
dengan persentase sebesar 92% yang menjawab dengan salah.
42
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Pertanyaan nomor 1 yang paling banyak dijawab dengan betul oleh
responden adalah tentang pernahkah responden mendengar tentang diare. Hal ini
diduga oleh peneliti kerana diare bukan satu keluhan yang asing bagi para
responden dan merupakan salah satu keluhan yang sering dikeluhkan saat
mendapatkan pelayanan kesehatan atau kehidupan seharian serta dapat terjadi
pada semua golongan umur. Pertanyaan nomor 12 yang paling banyak dijawab
dengan salah oleh responden adalah tentang perlukah diberikan obat penghenti diare
pada anak. Hal ini diduga oleh peneliti adalah kerana kurangnya pengetahuan di kalangan
para responden tentang penanganan diare pada balita.
B. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Tindakan
Tabel 5.1.2.3. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan
Tindakan di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012
No Tindakan Betul (%) Salah (%)1 Ibu memberikan oralit pada anak yang sedang diare 94 6
2Ibu memberikan cairan tambahan misalnya larutan gula garam/kuah sayur/air tajin pada anak yang sedang diare
80 20
3 Ibu memberikan obat-obatan penghenti diare kepada anak 12 884 Ibu mengurangi porsi makanan anak jika sedang diare 52 48
5Ibu memberikan air putih yang lebih banyak dari biasanya pada anak yang sedang diare
86 14
6Ibu memberikan antibiotika pada anak yang sedang diare tanpa resep dokter
72 28
7Ibu mendatangi pusat kesehatan (misalnya puskesmas atau dokter) jika anak terlihat lesu dan tidak mau makan/minum
92 8
8Ibu mencuci botol susu/dot dengan air yang bersih dan sabun sebelum digunakan
96 4
9Ibu selalu memberikan air minum yang telah dimasak sampai mendidih kepada anak
96 4
10Ibu selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum memasak, menyuapi anak, atau setelah menceboki anak
92 8
11Ibu memberi pisang atau buah segar untuk mempercepat penyembuhan diare anak.
72 28
12Ibu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa disertai dengan pemberian susu formula.
78 22
43
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Berdasarkan Tabel 5.1.2.3 bisa dilihat bahwa terdapat 12 soal. Pilihan jawaban
bagi pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 diberi dalam bentuk
pertanyaan tertutup dengan pilihan ya atau tidak. Pada setiap pertanyaan jawaban
yang betul diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan tabel di atas
juga dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar
oleh responden adalah pertanyaan nomor 8 dan 9 yaitu dengan persentase sebesar
96% di mana semua responden berjaya menjawab dengan betul sedangkan
pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah
pertanyaan nomor 3 yaitu dengan persentase sebesar 88% yang menjawab dengan
salah.
Pertanyaan nomor 8 dan 9 yang paling banyak dijawab dengan betul oleh
responden adalah tentang ibu mencuci botol susu/dot dengan air yang bersih dan sabun
sebelum digunakan dan ibu selalu memberikan air minum yang telah dimasak sampai
mendidih kepada anak. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden faham
dan melakukan penyediaan air yang bersih dan botol susu yang bersih sebelum
memberikan susu pada balita. Peneliti menduga para responden mungkin telah
mengetahui tentang pentingnya penyediaan air yang bersih dan botol susu yang
bersih melalui tingkat pendidikan para responden yang sebagian besarnya bagus
atau melalui pengalaman harus menyediakan air dan wadah yang bersih bagi
anak-anak.
Pertanyaan nomor 3 yang paling banyak dijawab dengan salah oleh
responden adalah tentang pemberian obat penghenti diare pada anak. Hal ini diduga
oleh peneliti adalah kerana kurangnya pengetahuan di kalangan para responden tentang
penanganan diare pada balita.
44
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan
Dalam penelitian ini distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan
tindakan tentang penanggulangan diare pada balita diukur berdasarkan jumlah
jawaban yang benar dan dikelompokkan kepada tiga kelompok yaitu pengetahuan
baik, sedang dan kurang. Hal yang dilakukan untuk pengukuran tindakan
responden tentang penanggulangan diare pada balita.
A. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.1.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di
Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2012
No Tingkat Pengetahuan Jumlah (orang) Presentase (%)
1. Baik 3 6.0
2. Sedang 41 82.0
3. Kurang 6 12.0
Total 50 100,0
Dari tabel 5.1.3.1 di atas diketahui bahwa hanya sebanyak 3 orang responden
dengan persentase 6.0% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yang
merupakan jumlah paling kurang, 41 orang responden dengan persentase 82.0%
mempunyai tingkat pengetahuan sedang yang merupakan jumlah terbanyak serta 6
orang responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang dengan persentase
12.0% tentang penanggulangan diare pada balita. Sebagian besar responden
mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang penanggulangan diare pada
balita, hal ini diduga oleh peneliti kerana kurangnya pemahaman responden
tentang gejala-gejala dan penanganan diare yang benar. Ini terjadi mungkin kerana
kurangnya rasa ingin tahu dari responden sendiri tentang penanggulangan diare
serta kurangnya informasi dan penyuluhan tentang penanggulangan diare pada
balita di Desa Limau Sundai oleh bagian pelayanan kesehatan, dalam hal ini
Puskesmas Pematang Panjang.
45
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
B. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan
Tabel 5.1.3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan di Desa Limau
Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2012
No Tindakan Frekuensi Presentase (%)
1. Baik 25 50.0
2. Sedang 23 46.0
3. Kurang 2 4.0
Total 50 100,0
Dari tabel 5.1.3.2 di atas diketahui bahwa sebanyak 25 orang responden dengan
persentase 50.0% mempunyai tingkat tindakan yang baik yang merupakan jumlah
paling banyak, 23 orang responden dengan persentase 46.0% mempunyai tingkat
pengetahuan sedang serta 2 orang responden mempunyai tingkat pengetahuan
kurang dengan persentase 4.0% yang merupakan jumlah paling kurang tentang
penanggulangan diare pada balita. Sebagian besar responden mempunyai tingkat
tindakan yang baik tentang penanggulangan diare pada balita, hal ini diduga oleh
peneliti kerana para responden telah mempunyai pengalaman-pengalaman
sebelumnya tentang apa yang harus dilakukan apabila anak balita mengalami
diare contohnya tindakan memberi larutan gula garam/kuah sayur/air tajin pada anak
yang sedang diare. Selain itu juga, sesetengah tindakan yang dilakukan oleh ibu
sebagai upaya dalam mencegah diare pada balita yang mungkin tidak disadari
seperti ibu mencuci botol susu/dot dengan air yang bersih dan sabun sebelum digunakan
atau ibu selalu memberikan air minum yang telah dimasak sampai mendidih kepada anak
juga mempengaruhi tindakan yang baik di kalangan responden.
46
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
5.2. Pembahasan
No PERMASALAHAN PEMECAHAN MASALAH
1. Didapatkan bahwa 82% responden
memiliki tingkat pemgetahuan yang
sedang terhadap penanggulangan
diare pada balita.
Melakukan penyuluhan tentang
penanggulangan diare pada balita di
Desa Limau Sundai kecamatan Air
Putih Kabupaten Batu Bara serta
menggalakkan masyarakat untuk
terus mencari informasi mengenai
penaggulangan diare baik dengan
membaca buku dan koran,
menonton televisi, dan
mendengarkan radio.
2. Didapatkan bahwa 50% responden
memiliki tindakan yang baik
terhadap penanggulangan diare
pada balita.
47
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini didapati bahwa:
Sebagian besar responden berumur 30-34 tahun (38%), pendidikan
responden terbanyak adalah SMA (52%), dan sebagian besar responden
mempunyai satu orang anak bawah usia lima tahun (80%).
Sebanyak 82% responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang terhadap
penanggulangan diare pada balita.
Sebanyak 50% responden mempunyai tindakan yang baik tentang
penanggulangan diare pada balita.
6.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.
Adapun saran tersebut yaitu :
1.Diharapkan kepada Dinas Kesehatan PTC Indrapura, khususnya pusat
pelayanan kesehatan primer yang memiliki wilayah kerja di Kecamatan Air
Putih, untuk lebih meningkatkan kegiatan promotif terhadap
penanggulangan diare pada balita.
2.Meningkatkan penyuluhan mengenai penanggulangan diare pada balita, bila
memungkinkan, sebaiknya dilakukan melalui media cetak untuk menambah
informasi kepada masyarakat di Kecamatan Air Putih.
3.Bagi para kader kesehatan berperan lebih aktif dalam promosi informasi
mengenai penanggulangan diare pada balita di lingkungan masyarakat.
4.Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama, diharapkan agar
lebih memperdalam cakupan penelitiannya sehingga dapat lebih bermanfaat
dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran
dan kesehatan.
48
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Repubik Indonesia, 2006. Pedoman Tatalaksana Diare.
Available from:
http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman/pedoman%20tatalaksana
%20diare.pdf [ Accessed 15 Oktober 2012 ]
Departemen Kesehatan RI, 2009. Tatalaksana Penderita Diare.Available from:
http://www.litbang.depkes.09.id/laporan PKD/Indonesia/laporan Nasional.pdf.
[Accessed on 12 Oktober 2012]
Hasan, R. dan Alatas,H.(ed).1998.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
I.cet.ke:8.Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Herdawanto.Diare akut karena infeksi.In:Noer HMS-Waspadji S-Rachman
AM.Lesmana LA-Widodo D-Isbagio H.Alwi.eds.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I.Edisi ketiga.Balai Penerbit FKUI.Jakarta.1997.hlm 451-457.
Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta :
Balai Penerbit IDAI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Panduan Sosialisasi
Tatalaksana Diare pada Balita. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Situasi Diare di Indonesia.
Buletin Jendela, Data dan Informasi Kesehatan.
Masri, S.H. 2004. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun.Available
from: http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?
artikelid=61175-35k (Accessed on 13 Oktober 2012).
Notoadmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar.
Cetakan Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.
49
Laporan Penelitian UPT-PTC IndrapuraGambaran Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Limau Sundai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara 2012
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan Pertama.
Jakarta : Rineka Cipta.
Riskesdas, 2007. Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Desember 2008.
Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413.
Sudigbia,Haritono, 1992. Efek Positip Tempe Terhadap Mukosa Usus Anak
Penderita Diare. Bagian ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran – UNDIP,
RSUP Karyadi Semarang. Jakarta: Majalah Gizi Indonesia, Vol. 1-2.
Suraatmaja, S., 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung
Seto.
Susanti N.I. 2004. Usia Tepat Mendapat Makanan Tambahan. Available from:
http://www.tabloitnakita.com/artikel-ph3?edisi=0406rubrik [Accessed on 14
Oktober 2012]
Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka, pp: 58-70.
WHO, 2009. Implementing the New Recommendation on the Clincal
Management of Diarrhea. Available from :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html [Accessed on 10
Oktober 2012 ]
50