Laporan Proyek Klp 4

34
PENGARUH LAMA PERSILANGAN DAN JUMLAH INDIVIDU BETINA TERHADAP KEBERHASILAN KAWIN Drosophila melanogaster STRAIN w DAN w a Laporan Proyek Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika II yang dibina oleh Prof. Dr. A. D. Corebima, M.Pd. dan Dr. Siti Zubaidah, M.Pd. Oleh Kelompok 4 /Off C Anisa Rizki Amalia (100341406446) Yuli Estiningsih (100341404630) The Learninng University

description

genetika

Transcript of Laporan Proyek Klp 4

PENGARUH LAMA PERSILANGAN DAN JUMLAH INDIVIDU BETINA TERHADAP KEBERHASILAN KAWIN Drosophila melanogaster STRAIN

w DAN wa

Laporan ProyekDisusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika II

yang dibina oleh Prof. Dr. A. D. Corebima, M.Pd. dan Dr. Siti Zubaidah, M.Pd.

OlehKelompok 4 /Off C

Anisa Rizki Amalia (100341406446)Yuli Estiningsih (100341404630)

The Learninng University

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGIDesember 2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan reproduksi dengan cara

melakukan perkawinan yang bertujuan untuk mempertahankan atau melestarikan

jenisnya. Proses reproduksi atau perkembangbiakan yang dilakukan baik secara

seksual maupun aseksual. Drosophila merupakan salah satu marga insekta yang

berkembangbiak secara seksual.

Drosophila melanogaster merupakan spesies yang banyak dimanfaatkan

sebagai obyek pada berbagai percobaan, hal ini dikarenakan D. melanogaster

mempunyai banyak kelebihan diantaranya mudah diperoleh, mudah

dikembangbiakkan, mudah dipelihara, memiliki siklus hidup yang pendek, dan

ukurannya yang kecil (Campbell, 2002). D. melanogaster memiliki tingkat

keberhasilan kawin yang lebih tinggi dibanding spesies lainnya. D. melanogaster

telah lama populer menjadi model dalam pembelajaran aspek evolusioner terkait

keberhasilan kawin dalam populasinya. Tidak semua perkawinan yang dilakukan

suatu individu berhasil dan menghasilkan suatu keturunan, namun beberapa

diantaranya mengalami kegagalan sehingga tidak dihasilkan keturunan.

Keberhasilan kawin dari D. melanogaster dipengaruhi beberapa faktor,

yaitu faktor internal atau faktor genetik, misalnya adanya hormon perkawinan

(hormon feromon) dan faktor eksternal atau faktor lingkungan, misalnya suhu

atau temperatur, cahaya, kelembapan, dan faktor lingkungan lainnya (Markow,

1987). Faktor internal maupun eksternal dapat memberikan pengaruh yang

berbeda terhadap keberhasilan kawin, dan pengaruh ini bisa diketahui dan

dibuktikan dengan suatu penelitian. Dewasa ini banyak penelitian dilakukan untuk

mengetahui perilaku reproduksi D. melanogaster . Kenyataan yang diketahui,

jantan dapat kawin dengan lebih dari satu betina menunjukkan seleksi dari

perilaku reproduksinya. Perkawinan berulang pada Drosophila merupakan suatu

keuntungan bagi jantan dan seleksi tersendiri bagi jantan sebagai respon terhadap

betina. Hal ini juga dibuktikan oleh Nusantari (1997) dalam Singh dan Singh

(2000), dalam penelitiannya bahwa selang waktu 2 hari individu jantan D.

melanogaster dapat kawin sebanyak 4 sampai 7 kali, sedangkan pada waktu 4 hari

dapat melakukan kawin 4 sampai 6 kali.

Mc Sheely (1963) dalam Priest et al (2008), menyatakan bahwa

kemampuan kawin individu jantan Drosophila juga menunjukkan bahwa

banyaknya individu betina yang dipasangkan akan menentukan frekuensi kawin

individu jantan beberapa jenis Drosophila. Jika 1 individu jantan dikawinkan

dengan dengan 15 individu betina maka kemampuan kawin akan meningkat

sekitar 1,52 kali lebih tinggi daripada dikawinkan dengan 10 individu betina.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian pada D.

melanogaster untuk membuktikan pengaruh dari beberapa faktor terhadap

keberhasilan kawin individu tersebut dengan melakukan persilangan dan

memberikan perlakuan perbedaan jumlah betina dan lama waktu persilangan.

Sehingga dari paparan diatas laporan ini diberi judul “Pengaruh Lama Persilangan

dan Jumlah Individu Betina terhadap Keberhasilan Kawin Drosophila

melanogaster Strain w dan wa “.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh jumlah betina terhadap keberhasilan kawin D.

melanogaster strain w dan wa?

2. Apakah ada pengaruh lama persilangan terhadap keberhasilan kawin D.

melanogaster strain w dan wa?

3. Apakah ada interaksi antara jumlah betina dan lama persilangan terhadap

keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh jumlah betina terhadap keberhasilan kawin D.

melanogaster strain w dan wa.

2. Mengetahui pengaruh lama persilangan terhadap keberhasilan kawin D.

melanogaster strain w dan wa.

3. Mengetahui interaksi antara jumlah betina dan lama persilangan terhadap

keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian pengaruh jumlah betina dan lama waktu

persilangan terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa bagi

mahasiswa adalah sebagai berikut.

1. Memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh jumlah betina terhadap

keberhasilan kawin D. Melanogaster strain w dan wa

2. Memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh lama waktu persilangan

terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menunjang perkembangan genetika selanjutnya.

E. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Strain D. melanogaster yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain w

dan wa.

2. Jumlah betina yang disilangkan adalah 5 dan 10 ekor, sedangkan jumlah

jantannya hanya 1 ekor.

3. Lama persilangan yang dilakukan adalah 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam.

4. Pengamatan terhadap betina yang menghasilkan larva dilakukan selama 7 hari.

F. Asumsi

Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Umur D. melanogaster yang disilangkan dianggap sama.

2. Seluruh aspek biologis setiap individu D. melanogaster yang disilangkan dalam

penelitian dianggap sama.

3. Kondisi lingkungan (suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya) selama

penelitian dianggap sama.

4. Seluruh kondisi botol dan medium dianggap sama.

G. Definisi Operasional

Dalam penyusunan laporan ini terdapat beberapa istilah yang digunakan

untuk menjelaskan berbagai hal. Masing-masing istilah memiliki arti sesuai

dengan konteks penggunaannya. Adapun istilah tersebut sebagai berikut.

1. Jumlah betina adalah jumlah individu betina D. melanogaster yang disilangkan

dengan 1 individu jantan, adapun jumlah betina yang disilangkan dalam

penelitian adalah 5 dan 10 ekor.

2. Lama waktu persilangan adalah selang waktu yang digunakan untuk proses

persilangan antara individu jantan dan individu betina D. melanogaster, adapun

lama waktu yang digunakan dalam penelitian adalah 12 jam, 24 jam, 36 jam

dan 48 jam.

3. Strain adalah galur-galur dalam suatu spesies, adapun spesies yang digunakan

dalam penelitian adalah w dan wa.

4. Keberhasilan kawin yang dimaksud adalah hasil perkawinan yang dapat

diketahui dengan ada tidaknya larva pada masing-masing botol yang berisi

individu betina.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Drosophila melanogaster

Menurut Beuk (1997), sistematika dari D. melanogaster adalah sebagai

berikut.

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Diptera

Family : Drosophilidae

Genus : Drosophila

Species : D. melanogaster

D. melanogaster merupakan salah satu spesies lalat buah yang digunakan

dalam penelitian di bidang genetika. D. melanogaster merupakan serangga yang

mudah berkembangbiak. Hasil dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan

keturunan, dan generasi yang baru dapat berkembangbiak selama dua minggu.

Karakteristik ini menjadikan lalat buah menjadi organisme yang cocok sekali

untuk kajian-kajian genetik (Campbell, 2002).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kawin

Kemampuan kawin pada D. melanogaster dipengaruhi oleh faktor genetik

dan lingkungan. Sejauh ini, kontribusi jantan dalam hal keberhasilan kawin sangat

menentukan karena individu jantan melakukan seleksi terhadap betina yang akan

dikawininya. Meskipun diketahui bahwa jantan dapat melakukan perkawinan

dengan lebih dari satu betina, tetapi waktu yang diperlukan bagi jantan untuk

melakukan perkawinan kedua dan lama kopulasi pada perkawinan kedua tersebut

belum dapat diketahui secara pasti. Umumnya, lama kopulasi pada D.

melanogaster terjadi dalam selang waktu sekitar 12-20 menit (Singh and Singh,

2000). Selain itu menurut Corebima (1995) dalam Kusmindarti (1998) yang

menyatakan bahwa jumlah betina D. Melanogaster yang semakin banyak akan

meningkatkan kemampuan kawin individu jantan D. Melanogaster. Mc Sheely

(1963) dalam Priest et al (2008), juga menyatakan bahwa jumlah individu betina

akan menentukan frekuensi kawin individu jantan pada beberapa jenis D.

Melanogaster. Dimana jika individu jantan disilangkan dengan 15 individu betina

maka kemampuan kawin akan meningkat 1,52 kali.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan kawin D. melanogaster

diantaranya umur dan jumlah individu betina. Betina dengan umur yang belum

mencapai kematangan seksual akan menolak jantan hingga betina tersebut telah

mencapai kematangan seksual. Selain itu, D. melanogaster mempunyai semacam

feromon yang menunjukkan dimorfisme seksual. Dalam perkawinan, feromon

memiliki peran penting karena feromon yang dikeluarkan oleh individu betina

yang diterima jantan akan menstimulus jantan untuk memulai tahap-tahap

kopulasi (Vosshall, 2008).

Namun, belum diketahui secara jelas bagaimana mekanisme feromon yang

dikeluarkan oleh betina dapat diterima oleh jantan, begitu pula perbedaan feromon

yang dikeluarkan oleh betina perawan ataupun betina yang bukan perawan

(Vosshall, 2008). Hal lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan kawin pada D.

melanogaster adalah karakeristik beberapa strain jantan yang memiliki

ketertarikan lebih terhadap betina strain lain sehingga jantan tersebut lebih

memilih untuk mendekati betina strain lain dibandingkan dengan betina sesama

strain (Kowalsky, 2004).

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

Persilangan D. melanogaster antara strain w dan wa. Adapun kerangka

konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Keberhasilan kawin D. melanogaster

Keberhasilan kawin ditandai dengan larva yang

dihasilkam oleh individu betina

(pengaruh lama persilangan)

Lama persilangan

12 jam, 24 jam, 36 jam dan

48 jam

(pengaruh jumlah betina)

Persilangan 1♂ dengan 5 ♀ dan

1♂ dengan 10♀

kemampuan kawin individu jantan

Drosophila tergantung banyaknya

individu betina yang dipasangkan

Priest et al (2008)

Nusantari (1997) dalam Singh dan

Singh (2000), selang waktu 2 hari

individu jantan D.melanogaster dapat

kawin sebanyak 4-7 kali, sedangkan

pada waktu 4 hari dapat melakukan

kawin 4- 6 kali.

B. Hipotesis

1. Ada pengaruh jumlah betina terhadap keberhasilan kawin D.

melanogaster strain w dan wa.

2. Ada pengaruh lama persilangan terhadap keberhasilan kawin D.

melanogaster strain w dan wa.

3. Ada interaksi antara jumlah betina dan lama persilangan terhadap

keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan bersifat eksperimen, hal ini dikarenakan obyek penelitian

diberi perlakuan yang selanjutnya akan diamati serta dianalisis pengaruhnya

terhadap perlakuan yang diberikan. Rancangan penelitian yang kami lakukan

dengan cara menyilangkan 5 individu betina dan 10 individu betina dengan 1

jantan selama 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam. Strain yang digunakan, yaitu w

dan wa. Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali ulangan dan melihat ada tidaknya

larva dalam waktu 7 hari.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan September − Nopember 2012 di

Laboratorium Genetika ruang 310, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas

Negeri Malang.

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan adalah Drosophila melanogaster yang didapat

dari Laboratorium Genetika. Sampel yang digunakan adalah Drosophila

melanogaster strain w dan wa.

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas : jumlah individu betina dan lama persilangan.

Variabel terikat : keberhasilan kawin D. melanogaster strain W dan Wa.

Variabel kontrol : umur D.melanogaster, kondisi lingkungan (suhu,

kelembapan, dan intensitas cahaya), kondisi botol dan medium.

E. Alat dan Bahan

1. Alat

Botol selai, botol balsem, selang, spon (gabus), blender, kuas (cotton bad),

baskom, pengaduk, kompor, panci besar, kain kasa, spidol, kardus, timbangan,

pisau, kertas pupasi, sendok, cutter, dan mikroskop stereo.

2. Bahan

D. melanogaster strain w dan wa, pisang rajamala, yeast, tape, gula merah, dan

air.

F. Prosedur Kerja

1. Pembuatan medium

a. Menimbang bahan berupa pisang rajamala, tape, dan gula merah dengan

perbandingan 7:2:1 (700 gram pisang rajamala, 200 gram tape, dan 100

gram gula merah) untuk satu resep.

b. Menghaluskan pisang rajamala dan tape dengan memblendernya kemudian

ditambah air.

c. Memasukkan adonan ke dalam panci dan menambahkan gula merah

kemudian memasak selama 45 menit.

d. Setelah masak, kemudian dimasukkan dalam botol selai sesuai takaran,

menutup dengan spon.

e. Mendinginkan medium.

f. Setelah dingin, membersihkan uap air di sekitar botol dan menambahkan

yeast ± 4-7 butir dan memasang kertas pupasi.

2. Pengamatan fenotip

a. Mengambil satu ekor dari masing-masing D. melanogaster strain w dan wa

dari stok.

b. Memasukkan dalam plastik tansparan dan memasukkan kapas yang telah

diberi eter atau kloroform ke dalam plastik tersebut sehingga lalat menjadi

pingsan.

c. Mengamati fenotip D. melanogaster di bawah mikroskop stereo yang

meliputi warna tubuh, keadaan tubuh, bentuk sayap, dan warna mata.

d. Mencatat hasil yang di peroleh.

3. Persiapan stok

a. Mengambil stok D. melanogaster dari Laboratorium Genetika.

b.Meremajakan dengan memasukkan beberapa pasang D. melanogaster ke

dalam medium baru yang berbeda untuk setiap strain.

c. Memberi label strain dan tanggal peremajaan.

d. Setelah terbentuk pupa dan menghitam, kemudian mengisolasi pupa dalam

selang ampul yang telah diberi pisang dengan menggunakan kuas atau

cotton bad.

e. Menunggu pupa sehingga membentuk imago yang cukup umur (± 3 hari).

4. Tahap perlakuan

a. Menyilangkan sesama strain (1♂w >< 5♀w; 1♂wa >< 5♀wa)

pada botol selai selama 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam.

b. Setelah 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam, kemudian melepas jantan dan

memindahkan betina ke dalam botol balsem berisi medium baru (satu

individu betina/botol).

c. Mengamati selama 7 hari ada tidaknya larva yang muncul dan mencatat

hasilnya.

d. Pengamatan ini dilakukan juga untuk persilangan 1♂w >< 10♀w; 1♂wa ><

10♀wa.

e. Untuk setiap persilangan dilakukan 4 kali ulangan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

pengamatan ada atau tidaknya larva yang muncul dari betina hasil persilangan

sebelumnya pada botol balsem. Data diambil mulai hari pertama sampai hari

ketujuh untuk setiap ulangan dan data disajikan dalam bentuk tabel data

pengamatan.

Tabel Hasil Pengamatan betina yang menghasilkan larva dari persilangan 1♂ >< 5♀

PersilanganLama

PersilanganUlangan

Betina ke-Total

1 2 3 4 5

12 jam

1

2

3

4

24 jam

1

2

3

4

36 jam

1

2

3

4

48 jam

1

2

3

4

Tabel Hasil Pengamatan betina yang menghasilkan larva dari persilangan 1♂ >< 10♀

PersilanganLama

PersilanganUlangan Betina ke-

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

12 jam1

2

3

4

24 jam

1

2

3

4

36 jam

1

2

3

4

48 jam

1

2

3

4

H. Teknik Analisis Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan mengamati ada

tidaknya larva yang muncul pada masing-masing betina. Penelitian ini dilakukan

sebanyak 4 kali ulangan untuk setiap strain dan perlakuan. Teknik analisis data

yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis varian ganda dengan

rancangan percobaan RAK.

Adapun langkah-langkah dalam teknik Analisis Data RAK menurut

Sulisetijono (2006) adalah sebagai berikut :

a. Menghitung JK Total = ∑ X2 – FK

b. Menghitung JK Perlakuan = ∑ x2

n - FK

c. Menghitung JK Ulangan

d. Menghitung JK Galat = JK Total- JK Perlakuan – JK ulangan

e. Masukkan data pada tabel Ringkasan Anava

f. Membandingkan nilai F hitung dengan nilai F Tabel pada taraf

0,01 dan 0,05

g. Menarik kesimpulan

- Jika Fhit ˃ F tabel, maka Ho ditolak dan hipotesis penelitian diterima

- Jika Fhit ˂ F tabel, maka Ho diterima dan hipotesis penelitian ditolak

BAB V

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Data Pengamatan

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Fenotipe dari Strain w dan wa

Nama

strainCiri-ciri Gambar

w

Warna putih

Faset mata halus

Warna tubuh kuning kecoklatan

Sayap menutupi tubuh dengan

sempurna

wa

Warna mata orange

Faset mata halus

Warna tubuh kuning kecoklatan

Sayap menutupi tubuh dengan

sempurna

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Jumlah Betina yang Menghasilakan Larvs

Persilangan Lama persilanganUlangan

Total1 2 3 4

1♂w >< 5♀w

12 jam 1 2 2 0 5

24 jam 1 0 0 0 1

36 jam 2 0 0 0 2

48 jam 1 0 0 0 1

1♂wa >< 5♀wa

12 jam 0 0 0 0 0

24 jam 2 3 0 0 5

36 jam 2 4 3 0 9

48 jam 3 1 0 0 4

1♂w >< 10♀w 12 jam 4 5 0 0 9

24 jam 2 0 0 0 2

36 jam 8 0 0 0 8

48 jam 4 5 0 0 9

1♂wa >< 10♀wa

12 jam 0 0 0 0 0

24 jam 7 0 0 0 7

36 jam 0 0 0 0 0

48 jam 5 3 0 0 8

B. Analisis data

Tabel 5.3 Prosentase Betina yang Menghasilkan Larva

Persilangan UlanganProsentase (%) Betina yang Menghasilkan Larva

12 Jam 24 Jam 36 Jam 48 Jam

1♂w >< 5♀w

1 20 20 40 20

2 40 0 0 0

3 49 0 0 0

4 0 0 0 0

1♂wa >< 5♀wa

1 0 40 40 60

2 0 60 80 20

3 0 0 60 0

4 0 0 0 0

1♂w >< 10♀w

1 40 20 80 40

2 50 0 0 50

3 0 0 0 0

4 0 0 0 0

1♂wa >< 10♀wa

1 0 70 0 50

2 0 0 0 30

3 0 0 0 0

4 0 0 0 0

Berdasarkan hasil prosentase, diketahui bahwa dari persilangan 1♂w ><

5♀w hanya ulangan satu yang lengkap datanya yaitu 20%, 20%, 40%, 20% untuk

perlakuan 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Dan untuk ulangan dua dan tiga

Prosentase = jumlahbetina yang menghasilkanlarva

jumlah seluruhbetina x

hanya ada pada perlakuan 12 jam yaitu 40%. Seadangkan ulangan empat belum

ada yang dilakukan pada semua perlakuan. Pada persilangan 1♂wa >< 5♀wa juga

hanya ulangan satu yang lengkap datanya yaitu 0%, 40%, 40%, 60% untuk

perlakuan 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Sedangkan untuk ulangan dua ada

pada perlakuan 24 jam, 36 jam, dan 48 jam yaitu 60%, 80%, dan 20%. Untuk

ulangan tiga hanya perlakuan 36 jam yaitu 60%. Dan ulangan empat belum ada

yang dilakukan pada semua perlakuan.

Pada persilangan 1♂w >< 10♀w, ulangan satu yang lengkap datanya yaitu

40%, 20%, 80%, 40% untuk perlakuan 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Dan

untuk ulangan dua ada pada perlakuan 12 jam dan 48 jam yaitu 50%. Sedangkan

ulangan empat belum ada yang dilakukan pada semua perlakuan. Pada persilangan

1♂wa >< 10♀wa belum ada ulangan lengkap datanya. Pada perlakuan 24 jam

yaitu 70%, 48 jam untuk ulangan satu dan dua yaitu 50% dan 30%.

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Jumlah Betina terhadap Keberhasilan Kawin D. melanogaster

Berdasarkan analisis data menunjukkan perbedaan prosentase antara

persilangan satu jantan dengan lima betina dan persilangan satu jantan dengan

sepuluh betina. Penelitian ini belum dapat mengetahui adanya pengaruh atau

tidaknya jumlah betina terhadap keberhasilan D. melanogaster, karena data yang

didapatkan masih belum lengkap.

Jumlah betina dikatakan berpengaruh terhadap keberhasilan kawin D.

melanogaster jika hasil prosentase antara persilangan satu jantan dengan lima

betina lebih kecil daripada persilangan satu jantan dengan sepuluh betina. Hal ini

sesuai pernyataan Corebima (1995) dalam Kusmindari (1998), bahwa jumlah

betina D. melanogaster yang semakin banyak akan meningkatkan kemampuan

kawin individu jantan D. melanogaster. Selain itu, Fowler (1973) dalam

Kusmindarti (1998) menyatakan bahwa jumlah individu betina yang memadai

bagi jantan akan menentukan frekuensi kawin. Mc. Sheeley (1963) dalam

Kusmindarti (1998), juga menyatakan bahwa jumlah individu betina akan

menentukan frekuensi kawin individu jantan pada beberapa jenis D.

Melanogaster. Jika satu individu jantan dikawinkan dengan lima belas individu

betina maka kemampuan kawin meningkat 1,52 kali. Sehingga jumlah individu

betina dapat mempengaruhi frekuensi kawin individu jantan.

Sedangkan jika jumlah betina dikatakan tidak berpengaruh terhadap

keberhasilan kawin D. melanogaster jika hasil prosentase antara persilangan satu

jantan dengan lima betina lebih besar daripada persilangan satu jantan dengan

sepuluh betina. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti feromon

yang disekresikan oleh betina. Vosshall (2008), menyatakan bahwa

D.melanogaster memiliki feromon yang dikeluarkan oleh individu betina dan

akan diterima oleh jantan sehingga dapat menstimulus jantan untuk memulai

tahap-tahap kopulasi. Akan tetapi, jantan tertentu tidak akan langsung melakukan

hal tersebut jika feromon yang disekresikan oleh betina tidak sama dengan yang

terdapat pada jantan. Hal inilah yang mungkin mempengaruhi interaksi antara

jumlah betina terhadap keberhasilan kawin D.melanogaster.

Hal lain yang juga mempengaruhi tidak berpengaruhnya jumlah individu

betina terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster yaitu adanya kompetisi dari

masing-masing betina untuk mendapatkan jantan sehingga tidak semua betina

dapat dikawini oleh jantan. Berbeda dengan jantan yang mempunyai sifat selektif

yaitu memiliki perilaku memilih betina yang akan dikawinnya (Kowalsky, 2004).

B. Pengaruh Lama persilangan terhadap Keberhasilan Kawin D.

Melanogaster

Berdasarkan analisis data menunjukkan tidak adanya perbedaan prosentase

lama persilangan 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Dari data tersebut masih

belum dapat mengetahui adanya pengaruh atau tidaknya lama persilangan

terhadap keberhasilan kawin D. Melanogaster, karena data yang diperoleh belum

lengkap.

Lama persilangan bisa berpengaruh terhadap keberhasilan kawin D.

Melanogaster, jika semakin lama waktu persilangan menunjukkan prosentase

yang semakin besar untuk keberhasilan kawin D. Melanogaster. Dalam hal ini,

Nusantari (1997) dalam Singh dan Singh (2000), dalam penelitiannya

membuktikan bahwa selang waktu 2 hari individu jantan Drosophila

melanogaster dapat kawin sebanyak 4 sampai 7 kali, sedangkan pada waktu 4 hari

dapat melakukan kawin 4 sampai 6 kali.

Lama persilangan juga bisa tidak berpengaruh terhadap keberhasilan kawin D.

Melanogaster, jika semakin lama waktu persilangan menunjukkan prosentase

yang semakin kecil untuk keberhasilan kawin D. Melanogaster. Hal ini

dipengaruhi oleh kegagalan melakukan tahapan kopulasi yang dilakukan individu

jantan sehingga betina tidak mau melanjutkan tahapan kopulsi dan meninggalkan

jantan (Colegrave, 2000).

C. Pengaruh interaksi antara jumlah betina dan lama persilangan terhadap

keberhasilan kawin D. melanogaster

Pengaruh interaksi antara jumlah individu betina dan lama persilangan

terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster belum dapat kami ketahui karena

data yang kami peroleh belum lengkap. Sehingga tidak dapat dianalisis secara

statistik. Hasil pengaruh interaksi antara jumlah individu betina dan lama

persilangan hanya bisa dilihat dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan.

Jika ada pengaruh interaksi berarti bahwa jumlah betina dan lama persilangan

bersifat saling menguatkan, dalam artian jika jumlah semakin banyak jumlah

betina dan semakin lama persilangannya maka keberhasilan kawin akan

meningkat dan sebaliknya. Akan tetapi, jika tidak ada pengaruh interaksi antara

jumlah betina dan lama persilangan maka berarti masing-masing variabel tersebut

berdiri sendiri dalam mempengaruhi keberhasilan kawin D. melanogaster.

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan Sementara

Kesimpulan sementara dari penelitian ini adalah:

1. Akan ada pengaruh jumlah betina terhadap keberhasilan kawin

D.melanogaster jika hormon feromon yang dihasilkan oleh lalat betina

yang bersifat polimorfik tersebut menyebabkan individu jantan

meningkatkan kemampuan untuk kopulasi. Serta tidak akan muncul

pengaruh terhadap keberhasilan kawin jika adanya kompetisi dari masing-

masing betina, sehingga tidak semua akan dikawini oleh jantan.

2. Akan ada pengaruh lama waktu persilangan keberhasilan kawin

D.melanogaster jika semakin lama persilangan terjadi maka kejadian

kopulasi semakin tinggi. Serta perlakuan tersebut tidak akan berpengaruh

jika frekuensi setiap durasi memiliki nilai yang sama.

3. Akan ada pengaruh atas interaksi antara jumlah betina dan lama

persilangan terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster terjadi jika lalat

jantan meningkat kemampuan kopulasi yang distimulis oleh hormone

feromon dari betina. Serta tidak akan berpengaruh jika adanya kompetisi

jumlah lalat betina.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa.

1. Dalam pelaksanaan penelitian harus dilakukan dengan sangat hati-hati, sabar,

dan teliti terutama dalam pemindahan individu betina hasil persilangan ke

dalam botol balsem.

2. Dilakukan penelitian lanjut mengenai pengaruh jumlah betina dan lama

persilangan terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster strain lain.

3. Untuk mempermudah dalam penelitian seharunya dilakukan peremajaan stok

sebanyak mungkin agar tidak mengalami keterbatasan pupa yang akan

diampul.

DAFTAR RUJUKAN

Beuk, Paul. 1997. Drosophila classification (online), (http://www.bio.net/ mm/dros/ 1997 - March/002817.html, diakses 22 November 2011)

Campbell, Neil A, dkk. 2002. Biologi Jilid I edisi Kelima. Jakarta : Erlangga Colegrave, N., H. Hollocher, K. Hinton, and M.G. Ritchie. 2000. The Courtship

Song of African Drosophila melanogaster, (online). School of Enviromental and Evolutionary Biology, University of St.Andrews, Bute Medical Building, St.Andrews, Fife, UK and Department of Ecology and Evolutionary Biology, Princeton University, New Jersey, USA

Kowalsky, Solange. Thierry Aubin, and Jean-Rene Martin. 2004. Courtship Song in Drosophila melanogaster: A Differential Effect on Male-Female Locomotor Activity, (online). NRC Research Press Canada

Kusmindarti, Ratna. 1998. Pengaruh Jumlah individu betina dan suhu terhadap kemampuan kawin individu jantan Drosophila melanogaster strain N dan white. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang.

Markow, Therese Ann. 1987. Behavioral and Sensory Basis of Courtship Success in Drosophila melanogaster, (online). Department of Zoology, Arizona State University, tempe, AZ 85287

O’Dell, Kevin M.C. 2003. The Voyeurs’ Guide to Drosophila melanogaster Courtship, (online). IBLS Division of Molecular Genetics, Anderson College Complex, University of Glasgow, 54 Dumbarton Road, Glasgow, Scotland G11 6NU, UK

Priest, Nicholas K., Laura F., Galloway, and Deborah A. Roach. 2008. Mating Frequaency and Inclusive Fitness in Drosophila melanogasster, (online). Departement of Biology, University of Virginia, Charlottesville, Virginia 22904.

Singh, Shree Sam and Bashisth N. Singh. 2000. Male Remating in Drosophila ananassae: Evidence for Interstrain Variation in Second Mating, (online). Genetics laboratory, departement of zoology, banaras hindu university, Varanasi-221005, India.

Vosshall, Leslie B. 2008. Scent of a Fly, (online). Howard Hughes Medical Institute, Laboratory of Neurogenetics and Behavior, The Rockefeller University, 1230 York Avenue, Box 63, New York, NY 10065, USA

LAMPIRAN

Tabel. Hasil Pengamatan jumlah Betina yang Menghasilkan Larva dari Persilangan

1♂w >< 5♀w

PersilanganLama

PersilanganUlangan

Betina ke-Total

1 2 3 4 5

1♂w >< 5♀w

12 jam

1 − √ − − − 1

2 √ √ − − − 2

3 √ − √ − − 2

4

24 jam

1 √ − − − − 1

2

3

4

36 jam

1 − √ − − √ 2

2

3

4

48 jam

1 − − − − √ 1

2

3

4

Tabel. Hasil Pengamatan jumlah Betina yang Menghasilkan Larva dari Persilangan

1♂wa >< 5♀wa

PersilanganLama

PersilanganUlangan

Betina ke-Total

1 2 3 4 5

1♂wa >< 5♀wa

12 jam

1 − − − − − 0

2

3

4

24 jam

1 − √ − − √ 2

2 √ √ − √ − 3

3

4

36 jam

1 √ − √ − − 2

2 √ √ √ − √ 4

3 − √ − √ √ 3

4

48 jam 1 √ − √ − √ 3

2 − √ − − − 1

3

4

Tabel. Hasil Pengamatan jumlah Betina yang Menghasilkan Larva dari Persilangan

1♂w >< 10♀w

Tabel. Hasil Pengamatan jumlah Betina yang Menghasilkan Larva dari Persilangan

1♂wa >< 10♀wa

PersilanganLama

Persilangan UlanganBetina ke-

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1♂wa >< 10♀wa

12 jam1

2

34

24 jam

1 − √ − √ √ √ − √ √ √ 7

2

3

4

36 jam

1

2

3

4

PersilanganLama

PersilanganUlangan Betina ke-

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1♂w >< 10♀w

12 jam1 √ √ √ − − − − √ − − 4

2 − √ − − √ √ √ √ − − 5

3

4

24 jam

1 − √ − − − − − − √ − 2

2

3

4

36 jam

1 √ √ √ √ √ √ √ √ − − 8

2

3

4

48 jam

1 − − − − √ √ − − √ √ 4

2 − √ √ √ − √ − √ − − 5

3

4

48 jam

1 √ √ − − √ √ √ − − − 5

2 − √ √ √ − − − − − 3

3

4

Keterangan :

√ = ada larva

— = tidak ada larva