Laporan Proyek Klp 4
description
Transcript of Laporan Proyek Klp 4
PENGARUH LAMA PERSILANGAN DAN JUMLAH INDIVIDU BETINA TERHADAP KEBERHASILAN KAWIN Drosophila melanogaster STRAIN
w DAN wa
Laporan ProyekDisusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika II
yang dibina oleh Prof. Dr. A. D. Corebima, M.Pd. dan Dr. Siti Zubaidah, M.Pd.
OlehKelompok 4 /Off C
Anisa Rizki Amalia (100341406446)Yuli Estiningsih (100341404630)
The Learninng University
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGIDesember 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan reproduksi dengan cara
melakukan perkawinan yang bertujuan untuk mempertahankan atau melestarikan
jenisnya. Proses reproduksi atau perkembangbiakan yang dilakukan baik secara
seksual maupun aseksual. Drosophila merupakan salah satu marga insekta yang
berkembangbiak secara seksual.
Drosophila melanogaster merupakan spesies yang banyak dimanfaatkan
sebagai obyek pada berbagai percobaan, hal ini dikarenakan D. melanogaster
mempunyai banyak kelebihan diantaranya mudah diperoleh, mudah
dikembangbiakkan, mudah dipelihara, memiliki siklus hidup yang pendek, dan
ukurannya yang kecil (Campbell, 2002). D. melanogaster memiliki tingkat
keberhasilan kawin yang lebih tinggi dibanding spesies lainnya. D. melanogaster
telah lama populer menjadi model dalam pembelajaran aspek evolusioner terkait
keberhasilan kawin dalam populasinya. Tidak semua perkawinan yang dilakukan
suatu individu berhasil dan menghasilkan suatu keturunan, namun beberapa
diantaranya mengalami kegagalan sehingga tidak dihasilkan keturunan.
Keberhasilan kawin dari D. melanogaster dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu faktor internal atau faktor genetik, misalnya adanya hormon perkawinan
(hormon feromon) dan faktor eksternal atau faktor lingkungan, misalnya suhu
atau temperatur, cahaya, kelembapan, dan faktor lingkungan lainnya (Markow,
1987). Faktor internal maupun eksternal dapat memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap keberhasilan kawin, dan pengaruh ini bisa diketahui dan
dibuktikan dengan suatu penelitian. Dewasa ini banyak penelitian dilakukan untuk
mengetahui perilaku reproduksi D. melanogaster . Kenyataan yang diketahui,
jantan dapat kawin dengan lebih dari satu betina menunjukkan seleksi dari
perilaku reproduksinya. Perkawinan berulang pada Drosophila merupakan suatu
keuntungan bagi jantan dan seleksi tersendiri bagi jantan sebagai respon terhadap
betina. Hal ini juga dibuktikan oleh Nusantari (1997) dalam Singh dan Singh
(2000), dalam penelitiannya bahwa selang waktu 2 hari individu jantan D.
melanogaster dapat kawin sebanyak 4 sampai 7 kali, sedangkan pada waktu 4 hari
dapat melakukan kawin 4 sampai 6 kali.
Mc Sheely (1963) dalam Priest et al (2008), menyatakan bahwa
kemampuan kawin individu jantan Drosophila juga menunjukkan bahwa
banyaknya individu betina yang dipasangkan akan menentukan frekuensi kawin
individu jantan beberapa jenis Drosophila. Jika 1 individu jantan dikawinkan
dengan dengan 15 individu betina maka kemampuan kawin akan meningkat
sekitar 1,52 kali lebih tinggi daripada dikawinkan dengan 10 individu betina.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian pada D.
melanogaster untuk membuktikan pengaruh dari beberapa faktor terhadap
keberhasilan kawin individu tersebut dengan melakukan persilangan dan
memberikan perlakuan perbedaan jumlah betina dan lama waktu persilangan.
Sehingga dari paparan diatas laporan ini diberi judul “Pengaruh Lama Persilangan
dan Jumlah Individu Betina terhadap Keberhasilan Kawin Drosophila
melanogaster Strain w dan wa “.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh jumlah betina terhadap keberhasilan kawin D.
melanogaster strain w dan wa?
2. Apakah ada pengaruh lama persilangan terhadap keberhasilan kawin D.
melanogaster strain w dan wa?
3. Apakah ada interaksi antara jumlah betina dan lama persilangan terhadap
keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh jumlah betina terhadap keberhasilan kawin D.
melanogaster strain w dan wa.
2. Mengetahui pengaruh lama persilangan terhadap keberhasilan kawin D.
melanogaster strain w dan wa.
3. Mengetahui interaksi antara jumlah betina dan lama persilangan terhadap
keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian pengaruh jumlah betina dan lama waktu
persilangan terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa bagi
mahasiswa adalah sebagai berikut.
1. Memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh jumlah betina terhadap
keberhasilan kawin D. Melanogaster strain w dan wa
2. Memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh lama waktu persilangan
terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menunjang perkembangan genetika selanjutnya.
E. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Adapun ruang lingkup dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Strain D. melanogaster yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain w
dan wa.
2. Jumlah betina yang disilangkan adalah 5 dan 10 ekor, sedangkan jumlah
jantannya hanya 1 ekor.
3. Lama persilangan yang dilakukan adalah 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam.
4. Pengamatan terhadap betina yang menghasilkan larva dilakukan selama 7 hari.
F. Asumsi
Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Umur D. melanogaster yang disilangkan dianggap sama.
2. Seluruh aspek biologis setiap individu D. melanogaster yang disilangkan dalam
penelitian dianggap sama.
3. Kondisi lingkungan (suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya) selama
penelitian dianggap sama.
4. Seluruh kondisi botol dan medium dianggap sama.
G. Definisi Operasional
Dalam penyusunan laporan ini terdapat beberapa istilah yang digunakan
untuk menjelaskan berbagai hal. Masing-masing istilah memiliki arti sesuai
dengan konteks penggunaannya. Adapun istilah tersebut sebagai berikut.
1. Jumlah betina adalah jumlah individu betina D. melanogaster yang disilangkan
dengan 1 individu jantan, adapun jumlah betina yang disilangkan dalam
penelitian adalah 5 dan 10 ekor.
2. Lama waktu persilangan adalah selang waktu yang digunakan untuk proses
persilangan antara individu jantan dan individu betina D. melanogaster, adapun
lama waktu yang digunakan dalam penelitian adalah 12 jam, 24 jam, 36 jam
dan 48 jam.
3. Strain adalah galur-galur dalam suatu spesies, adapun spesies yang digunakan
dalam penelitian adalah w dan wa.
4. Keberhasilan kawin yang dimaksud adalah hasil perkawinan yang dapat
diketahui dengan ada tidaknya larva pada masing-masing botol yang berisi
individu betina.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Drosophila melanogaster
Menurut Beuk (1997), sistematika dari D. melanogaster adalah sebagai
berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Species : D. melanogaster
D. melanogaster merupakan salah satu spesies lalat buah yang digunakan
dalam penelitian di bidang genetika. D. melanogaster merupakan serangga yang
mudah berkembangbiak. Hasil dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan
keturunan, dan generasi yang baru dapat berkembangbiak selama dua minggu.
Karakteristik ini menjadikan lalat buah menjadi organisme yang cocok sekali
untuk kajian-kajian genetik (Campbell, 2002).
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kawin
Kemampuan kawin pada D. melanogaster dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan. Sejauh ini, kontribusi jantan dalam hal keberhasilan kawin sangat
menentukan karena individu jantan melakukan seleksi terhadap betina yang akan
dikawininya. Meskipun diketahui bahwa jantan dapat melakukan perkawinan
dengan lebih dari satu betina, tetapi waktu yang diperlukan bagi jantan untuk
melakukan perkawinan kedua dan lama kopulasi pada perkawinan kedua tersebut
belum dapat diketahui secara pasti. Umumnya, lama kopulasi pada D.
melanogaster terjadi dalam selang waktu sekitar 12-20 menit (Singh and Singh,
2000). Selain itu menurut Corebima (1995) dalam Kusmindarti (1998) yang
menyatakan bahwa jumlah betina D. Melanogaster yang semakin banyak akan
meningkatkan kemampuan kawin individu jantan D. Melanogaster. Mc Sheely
(1963) dalam Priest et al (2008), juga menyatakan bahwa jumlah individu betina
akan menentukan frekuensi kawin individu jantan pada beberapa jenis D.
Melanogaster. Dimana jika individu jantan disilangkan dengan 15 individu betina
maka kemampuan kawin akan meningkat 1,52 kali.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan kawin D. melanogaster
diantaranya umur dan jumlah individu betina. Betina dengan umur yang belum
mencapai kematangan seksual akan menolak jantan hingga betina tersebut telah
mencapai kematangan seksual. Selain itu, D. melanogaster mempunyai semacam
feromon yang menunjukkan dimorfisme seksual. Dalam perkawinan, feromon
memiliki peran penting karena feromon yang dikeluarkan oleh individu betina
yang diterima jantan akan menstimulus jantan untuk memulai tahap-tahap
kopulasi (Vosshall, 2008).
Namun, belum diketahui secara jelas bagaimana mekanisme feromon yang
dikeluarkan oleh betina dapat diterima oleh jantan, begitu pula perbedaan feromon
yang dikeluarkan oleh betina perawan ataupun betina yang bukan perawan
(Vosshall, 2008). Hal lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan kawin pada D.
melanogaster adalah karakeristik beberapa strain jantan yang memiliki
ketertarikan lebih terhadap betina strain lain sehingga jantan tersebut lebih
memilih untuk mendekati betina strain lain dibandingkan dengan betina sesama
strain (Kowalsky, 2004).
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konseptual
Persilangan D. melanogaster antara strain w dan wa. Adapun kerangka
konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Keberhasilan kawin D. melanogaster
Keberhasilan kawin ditandai dengan larva yang
dihasilkam oleh individu betina
(pengaruh lama persilangan)
Lama persilangan
12 jam, 24 jam, 36 jam dan
48 jam
(pengaruh jumlah betina)
Persilangan 1♂ dengan 5 ♀ dan
1♂ dengan 10♀
kemampuan kawin individu jantan
Drosophila tergantung banyaknya
individu betina yang dipasangkan
Priest et al (2008)
Nusantari (1997) dalam Singh dan
Singh (2000), selang waktu 2 hari
individu jantan D.melanogaster dapat
kawin sebanyak 4-7 kali, sedangkan
pada waktu 4 hari dapat melakukan
kawin 4- 6 kali.
B. Hipotesis
1. Ada pengaruh jumlah betina terhadap keberhasilan kawin D.
melanogaster strain w dan wa.
2. Ada pengaruh lama persilangan terhadap keberhasilan kawin D.
melanogaster strain w dan wa.
3. Ada interaksi antara jumlah betina dan lama persilangan terhadap
keberhasilan kawin D. melanogaster strain w dan wa.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan bersifat eksperimen, hal ini dikarenakan obyek penelitian
diberi perlakuan yang selanjutnya akan diamati serta dianalisis pengaruhnya
terhadap perlakuan yang diberikan. Rancangan penelitian yang kami lakukan
dengan cara menyilangkan 5 individu betina dan 10 individu betina dengan 1
jantan selama 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam. Strain yang digunakan, yaitu w
dan wa. Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali ulangan dan melihat ada tidaknya
larva dalam waktu 7 hari.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan September − Nopember 2012 di
Laboratorium Genetika ruang 310, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas
Negeri Malang.
C. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan adalah Drosophila melanogaster yang didapat
dari Laboratorium Genetika. Sampel yang digunakan adalah Drosophila
melanogaster strain w dan wa.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas : jumlah individu betina dan lama persilangan.
Variabel terikat : keberhasilan kawin D. melanogaster strain W dan Wa.
Variabel kontrol : umur D.melanogaster, kondisi lingkungan (suhu,
kelembapan, dan intensitas cahaya), kondisi botol dan medium.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Botol selai, botol balsem, selang, spon (gabus), blender, kuas (cotton bad),
baskom, pengaduk, kompor, panci besar, kain kasa, spidol, kardus, timbangan,
pisau, kertas pupasi, sendok, cutter, dan mikroskop stereo.
2. Bahan
D. melanogaster strain w dan wa, pisang rajamala, yeast, tape, gula merah, dan
air.
F. Prosedur Kerja
1. Pembuatan medium
a. Menimbang bahan berupa pisang rajamala, tape, dan gula merah dengan
perbandingan 7:2:1 (700 gram pisang rajamala, 200 gram tape, dan 100
gram gula merah) untuk satu resep.
b. Menghaluskan pisang rajamala dan tape dengan memblendernya kemudian
ditambah air.
c. Memasukkan adonan ke dalam panci dan menambahkan gula merah
kemudian memasak selama 45 menit.
d. Setelah masak, kemudian dimasukkan dalam botol selai sesuai takaran,
menutup dengan spon.
e. Mendinginkan medium.
f. Setelah dingin, membersihkan uap air di sekitar botol dan menambahkan
yeast ± 4-7 butir dan memasang kertas pupasi.
2. Pengamatan fenotip
a. Mengambil satu ekor dari masing-masing D. melanogaster strain w dan wa
dari stok.
b. Memasukkan dalam plastik tansparan dan memasukkan kapas yang telah
diberi eter atau kloroform ke dalam plastik tersebut sehingga lalat menjadi
pingsan.
c. Mengamati fenotip D. melanogaster di bawah mikroskop stereo yang
meliputi warna tubuh, keadaan tubuh, bentuk sayap, dan warna mata.
d. Mencatat hasil yang di peroleh.
3. Persiapan stok
a. Mengambil stok D. melanogaster dari Laboratorium Genetika.
b.Meremajakan dengan memasukkan beberapa pasang D. melanogaster ke
dalam medium baru yang berbeda untuk setiap strain.
c. Memberi label strain dan tanggal peremajaan.
d. Setelah terbentuk pupa dan menghitam, kemudian mengisolasi pupa dalam
selang ampul yang telah diberi pisang dengan menggunakan kuas atau
cotton bad.
e. Menunggu pupa sehingga membentuk imago yang cukup umur (± 3 hari).
4. Tahap perlakuan
a. Menyilangkan sesama strain (1♂w >< 5♀w; 1♂wa >< 5♀wa)
pada botol selai selama 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam.
b. Setelah 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam, kemudian melepas jantan dan
memindahkan betina ke dalam botol balsem berisi medium baru (satu
individu betina/botol).
c. Mengamati selama 7 hari ada tidaknya larva yang muncul dan mencatat
hasilnya.
d. Pengamatan ini dilakukan juga untuk persilangan 1♂w >< 10♀w; 1♂wa ><
10♀wa.
e. Untuk setiap persilangan dilakukan 4 kali ulangan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara
pengamatan ada atau tidaknya larva yang muncul dari betina hasil persilangan
sebelumnya pada botol balsem. Data diambil mulai hari pertama sampai hari
ketujuh untuk setiap ulangan dan data disajikan dalam bentuk tabel data
pengamatan.
Tabel Hasil Pengamatan betina yang menghasilkan larva dari persilangan 1♂ >< 5♀
PersilanganLama
PersilanganUlangan
Betina ke-Total
1 2 3 4 5
12 jam
1
2
3
4
24 jam
1
2
3
4
36 jam
1
2
3
4
48 jam
1
2
3
4
Tabel Hasil Pengamatan betina yang menghasilkan larva dari persilangan 1♂ >< 10♀
PersilanganLama
PersilanganUlangan Betina ke-
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
12 jam1
2
3
4
24 jam
1
2
3
4
36 jam
1
2
3
4
48 jam
1
2
3
4
H. Teknik Analisis Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan mengamati ada
tidaknya larva yang muncul pada masing-masing betina. Penelitian ini dilakukan
sebanyak 4 kali ulangan untuk setiap strain dan perlakuan. Teknik analisis data
yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis varian ganda dengan
rancangan percobaan RAK.
Adapun langkah-langkah dalam teknik Analisis Data RAK menurut
Sulisetijono (2006) adalah sebagai berikut :
a. Menghitung JK Total = ∑ X2 – FK
b. Menghitung JK Perlakuan = ∑ x2
n - FK
c. Menghitung JK Ulangan
d. Menghitung JK Galat = JK Total- JK Perlakuan – JK ulangan
e. Masukkan data pada tabel Ringkasan Anava
f. Membandingkan nilai F hitung dengan nilai F Tabel pada taraf
0,01 dan 0,05
g. Menarik kesimpulan
- Jika Fhit ˃ F tabel, maka Ho ditolak dan hipotesis penelitian diterima
- Jika Fhit ˂ F tabel, maka Ho diterima dan hipotesis penelitian ditolak
BAB V
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Data Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Fenotipe dari Strain w dan wa
Nama
strainCiri-ciri Gambar
w
Warna putih
Faset mata halus
Warna tubuh kuning kecoklatan
Sayap menutupi tubuh dengan
sempurna
wa
Warna mata orange
Faset mata halus
Warna tubuh kuning kecoklatan
Sayap menutupi tubuh dengan
sempurna
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Jumlah Betina yang Menghasilakan Larvs
Persilangan Lama persilanganUlangan
Total1 2 3 4
1♂w >< 5♀w
12 jam 1 2 2 0 5
24 jam 1 0 0 0 1
36 jam 2 0 0 0 2
48 jam 1 0 0 0 1
1♂wa >< 5♀wa
12 jam 0 0 0 0 0
24 jam 2 3 0 0 5
36 jam 2 4 3 0 9
48 jam 3 1 0 0 4
1♂w >< 10♀w 12 jam 4 5 0 0 9
24 jam 2 0 0 0 2
36 jam 8 0 0 0 8
48 jam 4 5 0 0 9
1♂wa >< 10♀wa
12 jam 0 0 0 0 0
24 jam 7 0 0 0 7
36 jam 0 0 0 0 0
48 jam 5 3 0 0 8
B. Analisis data
Tabel 5.3 Prosentase Betina yang Menghasilkan Larva
Persilangan UlanganProsentase (%) Betina yang Menghasilkan Larva
12 Jam 24 Jam 36 Jam 48 Jam
1♂w >< 5♀w
1 20 20 40 20
2 40 0 0 0
3 49 0 0 0
4 0 0 0 0
1♂wa >< 5♀wa
1 0 40 40 60
2 0 60 80 20
3 0 0 60 0
4 0 0 0 0
1♂w >< 10♀w
1 40 20 80 40
2 50 0 0 50
3 0 0 0 0
4 0 0 0 0
1♂wa >< 10♀wa
1 0 70 0 50
2 0 0 0 30
3 0 0 0 0
4 0 0 0 0
Berdasarkan hasil prosentase, diketahui bahwa dari persilangan 1♂w ><
5♀w hanya ulangan satu yang lengkap datanya yaitu 20%, 20%, 40%, 20% untuk
perlakuan 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Dan untuk ulangan dua dan tiga
Prosentase = jumlahbetina yang menghasilkanlarva
jumlah seluruhbetina x
hanya ada pada perlakuan 12 jam yaitu 40%. Seadangkan ulangan empat belum
ada yang dilakukan pada semua perlakuan. Pada persilangan 1♂wa >< 5♀wa juga
hanya ulangan satu yang lengkap datanya yaitu 0%, 40%, 40%, 60% untuk
perlakuan 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Sedangkan untuk ulangan dua ada
pada perlakuan 24 jam, 36 jam, dan 48 jam yaitu 60%, 80%, dan 20%. Untuk
ulangan tiga hanya perlakuan 36 jam yaitu 60%. Dan ulangan empat belum ada
yang dilakukan pada semua perlakuan.
Pada persilangan 1♂w >< 10♀w, ulangan satu yang lengkap datanya yaitu
40%, 20%, 80%, 40% untuk perlakuan 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Dan
untuk ulangan dua ada pada perlakuan 12 jam dan 48 jam yaitu 50%. Sedangkan
ulangan empat belum ada yang dilakukan pada semua perlakuan. Pada persilangan
1♂wa >< 10♀wa belum ada ulangan lengkap datanya. Pada perlakuan 24 jam
yaitu 70%, 48 jam untuk ulangan satu dan dua yaitu 50% dan 30%.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Jumlah Betina terhadap Keberhasilan Kawin D. melanogaster
Berdasarkan analisis data menunjukkan perbedaan prosentase antara
persilangan satu jantan dengan lima betina dan persilangan satu jantan dengan
sepuluh betina. Penelitian ini belum dapat mengetahui adanya pengaruh atau
tidaknya jumlah betina terhadap keberhasilan D. melanogaster, karena data yang
didapatkan masih belum lengkap.
Jumlah betina dikatakan berpengaruh terhadap keberhasilan kawin D.
melanogaster jika hasil prosentase antara persilangan satu jantan dengan lima
betina lebih kecil daripada persilangan satu jantan dengan sepuluh betina. Hal ini
sesuai pernyataan Corebima (1995) dalam Kusmindari (1998), bahwa jumlah
betina D. melanogaster yang semakin banyak akan meningkatkan kemampuan
kawin individu jantan D. melanogaster. Selain itu, Fowler (1973) dalam
Kusmindarti (1998) menyatakan bahwa jumlah individu betina yang memadai
bagi jantan akan menentukan frekuensi kawin. Mc. Sheeley (1963) dalam
Kusmindarti (1998), juga menyatakan bahwa jumlah individu betina akan
menentukan frekuensi kawin individu jantan pada beberapa jenis D.
Melanogaster. Jika satu individu jantan dikawinkan dengan lima belas individu
betina maka kemampuan kawin meningkat 1,52 kali. Sehingga jumlah individu
betina dapat mempengaruhi frekuensi kawin individu jantan.
Sedangkan jika jumlah betina dikatakan tidak berpengaruh terhadap
keberhasilan kawin D. melanogaster jika hasil prosentase antara persilangan satu
jantan dengan lima betina lebih besar daripada persilangan satu jantan dengan
sepuluh betina. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti feromon
yang disekresikan oleh betina. Vosshall (2008), menyatakan bahwa
D.melanogaster memiliki feromon yang dikeluarkan oleh individu betina dan
akan diterima oleh jantan sehingga dapat menstimulus jantan untuk memulai
tahap-tahap kopulasi. Akan tetapi, jantan tertentu tidak akan langsung melakukan
hal tersebut jika feromon yang disekresikan oleh betina tidak sama dengan yang
terdapat pada jantan. Hal inilah yang mungkin mempengaruhi interaksi antara
jumlah betina terhadap keberhasilan kawin D.melanogaster.
Hal lain yang juga mempengaruhi tidak berpengaruhnya jumlah individu
betina terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster yaitu adanya kompetisi dari
masing-masing betina untuk mendapatkan jantan sehingga tidak semua betina
dapat dikawini oleh jantan. Berbeda dengan jantan yang mempunyai sifat selektif
yaitu memiliki perilaku memilih betina yang akan dikawinnya (Kowalsky, 2004).
B. Pengaruh Lama persilangan terhadap Keberhasilan Kawin D.
Melanogaster
Berdasarkan analisis data menunjukkan tidak adanya perbedaan prosentase
lama persilangan 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Dari data tersebut masih
belum dapat mengetahui adanya pengaruh atau tidaknya lama persilangan
terhadap keberhasilan kawin D. Melanogaster, karena data yang diperoleh belum
lengkap.
Lama persilangan bisa berpengaruh terhadap keberhasilan kawin D.
Melanogaster, jika semakin lama waktu persilangan menunjukkan prosentase
yang semakin besar untuk keberhasilan kawin D. Melanogaster. Dalam hal ini,
Nusantari (1997) dalam Singh dan Singh (2000), dalam penelitiannya
membuktikan bahwa selang waktu 2 hari individu jantan Drosophila
melanogaster dapat kawin sebanyak 4 sampai 7 kali, sedangkan pada waktu 4 hari
dapat melakukan kawin 4 sampai 6 kali.
Lama persilangan juga bisa tidak berpengaruh terhadap keberhasilan kawin D.
Melanogaster, jika semakin lama waktu persilangan menunjukkan prosentase
yang semakin kecil untuk keberhasilan kawin D. Melanogaster. Hal ini
dipengaruhi oleh kegagalan melakukan tahapan kopulasi yang dilakukan individu
jantan sehingga betina tidak mau melanjutkan tahapan kopulsi dan meninggalkan
jantan (Colegrave, 2000).
C. Pengaruh interaksi antara jumlah betina dan lama persilangan terhadap
keberhasilan kawin D. melanogaster
Pengaruh interaksi antara jumlah individu betina dan lama persilangan
terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster belum dapat kami ketahui karena
data yang kami peroleh belum lengkap. Sehingga tidak dapat dianalisis secara
statistik. Hasil pengaruh interaksi antara jumlah individu betina dan lama
persilangan hanya bisa dilihat dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan.
Jika ada pengaruh interaksi berarti bahwa jumlah betina dan lama persilangan
bersifat saling menguatkan, dalam artian jika jumlah semakin banyak jumlah
betina dan semakin lama persilangannya maka keberhasilan kawin akan
meningkat dan sebaliknya. Akan tetapi, jika tidak ada pengaruh interaksi antara
jumlah betina dan lama persilangan maka berarti masing-masing variabel tersebut
berdiri sendiri dalam mempengaruhi keberhasilan kawin D. melanogaster.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan Sementara
Kesimpulan sementara dari penelitian ini adalah:
1. Akan ada pengaruh jumlah betina terhadap keberhasilan kawin
D.melanogaster jika hormon feromon yang dihasilkan oleh lalat betina
yang bersifat polimorfik tersebut menyebabkan individu jantan
meningkatkan kemampuan untuk kopulasi. Serta tidak akan muncul
pengaruh terhadap keberhasilan kawin jika adanya kompetisi dari masing-
masing betina, sehingga tidak semua akan dikawini oleh jantan.
2. Akan ada pengaruh lama waktu persilangan keberhasilan kawin
D.melanogaster jika semakin lama persilangan terjadi maka kejadian
kopulasi semakin tinggi. Serta perlakuan tersebut tidak akan berpengaruh
jika frekuensi setiap durasi memiliki nilai yang sama.
3. Akan ada pengaruh atas interaksi antara jumlah betina dan lama
persilangan terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster terjadi jika lalat
jantan meningkat kemampuan kopulasi yang distimulis oleh hormone
feromon dari betina. Serta tidak akan berpengaruh jika adanya kompetisi
jumlah lalat betina.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa.
1. Dalam pelaksanaan penelitian harus dilakukan dengan sangat hati-hati, sabar,
dan teliti terutama dalam pemindahan individu betina hasil persilangan ke
dalam botol balsem.
2. Dilakukan penelitian lanjut mengenai pengaruh jumlah betina dan lama
persilangan terhadap keberhasilan kawin D. melanogaster strain lain.
3. Untuk mempermudah dalam penelitian seharunya dilakukan peremajaan stok
sebanyak mungkin agar tidak mengalami keterbatasan pupa yang akan
diampul.
DAFTAR RUJUKAN
Beuk, Paul. 1997. Drosophila classification (online), (http://www.bio.net/ mm/dros/ 1997 - March/002817.html, diakses 22 November 2011)
Campbell, Neil A, dkk. 2002. Biologi Jilid I edisi Kelima. Jakarta : Erlangga Colegrave, N., H. Hollocher, K. Hinton, and M.G. Ritchie. 2000. The Courtship
Song of African Drosophila melanogaster, (online). School of Enviromental and Evolutionary Biology, University of St.Andrews, Bute Medical Building, St.Andrews, Fife, UK and Department of Ecology and Evolutionary Biology, Princeton University, New Jersey, USA
Kowalsky, Solange. Thierry Aubin, and Jean-Rene Martin. 2004. Courtship Song in Drosophila melanogaster: A Differential Effect on Male-Female Locomotor Activity, (online). NRC Research Press Canada
Kusmindarti, Ratna. 1998. Pengaruh Jumlah individu betina dan suhu terhadap kemampuan kawin individu jantan Drosophila melanogaster strain N dan white. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang.
Markow, Therese Ann. 1987. Behavioral and Sensory Basis of Courtship Success in Drosophila melanogaster, (online). Department of Zoology, Arizona State University, tempe, AZ 85287
O’Dell, Kevin M.C. 2003. The Voyeurs’ Guide to Drosophila melanogaster Courtship, (online). IBLS Division of Molecular Genetics, Anderson College Complex, University of Glasgow, 54 Dumbarton Road, Glasgow, Scotland G11 6NU, UK
Priest, Nicholas K., Laura F., Galloway, and Deborah A. Roach. 2008. Mating Frequaency and Inclusive Fitness in Drosophila melanogasster, (online). Departement of Biology, University of Virginia, Charlottesville, Virginia 22904.
Singh, Shree Sam and Bashisth N. Singh. 2000. Male Remating in Drosophila ananassae: Evidence for Interstrain Variation in Second Mating, (online). Genetics laboratory, departement of zoology, banaras hindu university, Varanasi-221005, India.
Vosshall, Leslie B. 2008. Scent of a Fly, (online). Howard Hughes Medical Institute, Laboratory of Neurogenetics and Behavior, The Rockefeller University, 1230 York Avenue, Box 63, New York, NY 10065, USA
LAMPIRAN
Tabel. Hasil Pengamatan jumlah Betina yang Menghasilkan Larva dari Persilangan
1♂w >< 5♀w
PersilanganLama
PersilanganUlangan
Betina ke-Total
1 2 3 4 5
1♂w >< 5♀w
12 jam
1 − √ − − − 1
2 √ √ − − − 2
3 √ − √ − − 2
4
24 jam
1 √ − − − − 1
2
3
4
36 jam
1 − √ − − √ 2
2
3
4
48 jam
1 − − − − √ 1
2
3
4
Tabel. Hasil Pengamatan jumlah Betina yang Menghasilkan Larva dari Persilangan
1♂wa >< 5♀wa
PersilanganLama
PersilanganUlangan
Betina ke-Total
1 2 3 4 5
1♂wa >< 5♀wa
12 jam
1 − − − − − 0
2
3
4
24 jam
1 − √ − − √ 2
2 √ √ − √ − 3
3
4
36 jam
1 √ − √ − − 2
2 √ √ √ − √ 4
3 − √ − √ √ 3
4
48 jam 1 √ − √ − √ 3
2 − √ − − − 1
3
4
Tabel. Hasil Pengamatan jumlah Betina yang Menghasilkan Larva dari Persilangan
1♂w >< 10♀w
Tabel. Hasil Pengamatan jumlah Betina yang Menghasilkan Larva dari Persilangan
1♂wa >< 10♀wa
PersilanganLama
Persilangan UlanganBetina ke-
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1♂wa >< 10♀wa
12 jam1
2
34
24 jam
1 − √ − √ √ √ − √ √ √ 7
2
3
4
36 jam
1
2
3
4
PersilanganLama
PersilanganUlangan Betina ke-
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1♂w >< 10♀w
12 jam1 √ √ √ − − − − √ − − 4
2 − √ − − √ √ √ √ − − 5
3
4
24 jam
1 − √ − − − − − − √ − 2
2
3
4
36 jam
1 √ √ √ √ √ √ √ √ − − 8
2
3
4
48 jam
1 − − − − √ √ − − √ √ 4
2 − √ √ √ − √ − √ − − 5
3
4