laporan protum 1
-
Upload
julio-subagio -
Category
Documents
-
view
716 -
download
33
Transcript of laporan protum 1
LAPORAN PRAKTIKUM
PROYEK TUMBUHAN
BI-2204
ANALISIS KUALITATIF METABOLIT SEKUNDER &
STRUKTUR PENGHASILNYA
Tanggal Praktikum : 29 Januari 2013
Tanggal Pengumpulan : 5 Februari 2013
Disusun oleh :
Julio Subagio
10611066
Kelompok 8
Asisten :
Hajah Sofyamarwa R
10609047
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH ILMU TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa hasil metabolisme yang tidak diperlukan secara
langsung untuk pertumbuhan dan perkembangan, namun keberadaannya diperlukan untuk
menunjang kedua proses tersebut. Senyawa metabolit sekunder dapat berperan sebagai alat
pertahanan tanaman, atau sebagai atraktan polinator. Senyawa metabolit sekunder umumnya
dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan struktur kimiawinya, yaitu fenolik, terpenoid, dan
alkaloid. Senyawa metabolit sekunder seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,
terutama sebagai obat, ataupun parfum dalam bentuk minyak essensial. Pada praktikum kali
ini, tanaman yang digunakan diantaranya adalah akar wangi (Vetiveria zizanioides), tapak
dara (Catharanthus roseus), dan pasak bumi (Eurycoma longifolia). Tanaman akar wangi
secara tradisional dimanfaatkan sebagai pewangi dan obat herbal. Minyak essential dari akar
wangi juga dimanfaatkan sebagai parfum. Tanaman tapak dara dimanfaatkan sebagai obat
herbal, khususnya untuk hipertensi, diabetes, malaria, dan Hodskin’s lymphoma. Tanaman
pasak bumi dikenal karena sifatnya yang aphrodisiac dan memacu hormon testosterone yang
berperan dalam regulasi spermatogenesis.
1.2 Tujuan
1. Menentukan & menganalisis akumulasi alkaloid & terpenoid utama pada tanaman
pasak bumi, tapak dara, dan akar wangi.
2. Menentukan dan mengukur komponen jaringan tumbuhan.
1.3 Hipotesis
1. Senyawa metabolit sekunder pada tanaman akar wangi adalah golongan terpenoid dan
terkonsentrasi pada bagian akar tanaman.
2. Senyawa metabolit sekunder pada tanaman pasak bumi adalah golongan alkaloid dan
terkonsentrasi pada bagian batang serta akar tanaman.
3. Senyawa metabolit sekunder pada tanaman tapak dara adalah golongan alkaloid dan
terkonsentrasi pada bagian daun tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Akar Wangi, Pasak Bumi, dan Tapak Dara serta
Pemanfaatannya
2.1.1 Akar Wangi
Gambar 1. Tanaman Akar Wangi (Starr, 2012)
Akar wangi (Vetiveria zizanioides) termasuk ke dalam genus
Chrysopogon dan famili Poaceae. Nama ilmiah akar wangi saat ini berubah
menjadi Chrysopogon zizanioides. Akar wangi dikenal karena akarnya
yang memiliki aroma yang khas. Tanaman akar wangi sering dimanfaatkan
sebagai parfum lewat minyak essensial yang dihasilkannya. Minyak
essensial akar wangi mengandung senyawa sesquiterpenoid, seperti α
vetivone, β vetivone, dan khusinol. Tanaman ini juga sering digunakan
sebagai obat tradisional khususnya untuk penyakit pencernaan, seperti
mual, diare, dan radang usus, demam, batuk, bronchitis, asthma, dan
penyakit kulit (Caldecott, 2010).
2.1.2 Tapak Dara.
Gambar 2. Tanaman Tapak Dara (Hyde, Wurtsen & Ballings, 2013)
Tapak dara (Catharanthus roseus) termasuk dalam genus
Catharanthus dari famili Apocynaceae. Tanaman ini mengandung
senyawa alkaloid berupa vinblastine, leurosine, vincristine, dan
catharantine. Bagian akar dan herba tanaman ini sering digunakan sebagai
obat tradisional untuk mengobati hipertensi, diabetes, hepatitis, malaria,
dan Hodskin’s lymphoma (Dalimartha, 1999).
2.1.3 Pasak Bumi
Gambar 3. Tanaman Pasak Bumi (Chinh, 2010)
Pasak bumi (Eurycoma longifolia) termasuk ke dalam genus Eurycoma
dari famili Simaroubaceae. Pasak bumi digunakan sebagai obat tradisional
karena sifatnya yang anti-malaria, aphrodisiac, anti-diabetik, dan anti-
piretik. Tanaman ini mengandung banyak senyawa alkaloid dan senyawa
bioaktif lainnya (Bhat & Karim, 2010).
2.2 Senyawa Metabolit Sekunder dan Penggolongannya
Senyawa metabolit sekunder dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu alkaloid, fenolik,
dan terpenoid. Berikut adalah gambaran umum dari ketiga golongan senyawa metabolit
sekunder tersebut.
2.2.1 Alkaloid
Senyawa alkaloid memiliki ciri khas, yaitu memiliki atom nitrogen
pada cincin heterosikliknya. Pada tanaman, alkaloid berperan sebagai salah
satu alat pertahanan, karena bersifat toksik. Beberapa senyawa alkaloid
bersifat stimulan dan sedatif, seperti nikotin dan kafein (Taiz & Zeiger,
2002).
2.2.2 Fenolik
Senyawa fenolik dapat dikenali lewat adanya gugus fenol. Terdapat dua
jalur biosintesis utama (biosynthetic pathway) bagi senyawa fenolik, yaitu
shikimic acid pathway dan malonic acid pathway. Beberapa senyawa
fenolik bersifat allelopatik, yaitu menghambat pertumbuhan tanaman lain
di sekitar area tumbuhnya individu penghasil senyawa fenolik, sehingga
survival rate individu tersebut meningkat. Senyawa golongan fenolik dari
kelas flavonoid bersifat sebagai atraktan bagi polinator lewat tampilan
visual, misalnya anthosianin. Beberapa senyawa fenolik juga berfungsi
untuk memperkokoh bagian tanaman tertentu, seperti lignin dan tanin
(Taiz & Zeiger, 2002).
2.2.3 Terpenoid
Senyawa terpenoid terdiri dari isopentana dengan rantai karbon
bercabang, atau disebut juga isoprene unit. Terpenoid bersifat water
insoluble. Terdapat dua jalur biosintesis utama bagi senyawa terpenoid,
yaitu mevalonic acid pathway dan methylerythritol phosphate
pathway. Senyawa terpenoid tertentu berperan sebagai
penunjang pertumbuhan dan perkembangan, misalnya
gibberelin. Beberapa senyawa terpenoid bersifat detterent
atau pengusir bagi predator, seperti limonoid (Taiz & Zeiger,
2002).
2.3 Metode Pengidentifikasian Senyawa Metabolit Sekunder
Terdapat beberapa metode pengidentifikasian senyawa metabolit sekunder pada
tanaman, diantaranya kolorimetri, histokimia, dan maserasi. Kolorimetri adalah metode
analisis berdasarkan tampilan visual berupa warna larutan yang telah diberi reagen
dibandingkan terhadap warna larutan standar yang dijadikan acuan. Analisis histokimia
adalah metode identifikasi kandungan kimiawi suatu jaringan (Heidcamp, 2005).
Maserasi adalah metode ekstraksi pemisahan pelarut (solvent extraction) (Heidcamp,
2005).
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Alat & Bahan
Alat Bahan
Mikroskop Tanaman tapak dara (Catharanthus roseus)
Silet Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides)
Pelat tetes Tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia)
Jarum jara Etanol 96%
Kaca preparat & kaca objek Reagen Dragendorff
Alat sentifugasi Reagen Lieberman-Burchard
Reagen Jeffrey
Reagen Neutral-Red
Sampel maserat
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Kolorimetri
Organ tanaman yang akan diidentifikasi sebanyak 1 g diekstraksi
dengan penggerusan dan pelarutan menggunakan 10 mL etanol 96%,
kemudian disaring. Hasil penyaringan lalu dilarutkan kembali ke dalam 10
mL etanol 96%, dan disaring kembali. Larutan dicampurkan, kemudian
disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan putar 16000 g. Hasil
sentrifugasi lalu diteteskan ke pelat tetes. Larutan pada pelat tetes kemudian
ditetesi oleh reagen Dragendorff untuk uji alkaloid, dan reagen Lieberman-
Burchard untuk uji terpenoid, masing-masing 3 tetes secara terpisah. Hasil
pencampuran ekstrak dengan reagen kemudian dianalisis berdasarkan
warnanya.
3.2.2 Histokimia
Organ tanaman yang akan diidentifikasi disayat sedemikian rupa
untuk kemudian dibuat preparat. Sayatan pada kaca preparat ditetesi oleh
reagen Jeffrey untuk uji alkaloid, dan reagen Neutral-Red untuk uji
terpenoid, masing-masing 2 tetes, secara terpisah. Preparat lalu diamati
dibawah mikroskop, lalu dianalisis kandungannya berdasarkan warna hasil
reaksi.
3.2.3 Maserasi
Sampel maserat diteteskan pada kaca preparat lalu ditutup dengan
kaca objek. Preparat lalu diamati dengan menggunakan mikroskop dan
diidentifikasi komponen penyusunnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN
4.1 Kolorimetri
Gambar 4. Hasil kolorimetri (Dokumentasi pribadi, 2013)
Tabel 2. Data hasil kolorimetri
Sampel Ekstrak
Tanaman
Reagen Warna Keterangan
Tapak Dara (daun) - Hijau
Dragendorff Kuning-jingga
terang
Mengandung
alkaloid dalam
jumlah sedang
Lieberman-
Burchard
Hijau gelap Mengandung
terpenoid
Pasak Bumi (batang) - Bening-kekuningan
Dragendorff Jingga terang Mengandung
alkaloid dalam
jumlah cukup tinggi
Lieberman-
Burchard
Bening-kekuningan Tidak mengandung
terpenoid
Pasak Bumi (akar) - Bening-kekuningan
Dragendorff Jingga pekat Mengandung
alkaloid dalam
jumlah sangat tinggi
Lieberman-
Burchard
Kuning-kecoklatan Mengandung
terpenoid
Akar Wangi (akar) - Bening
Dragendorff Jingga Mengandung
alkaloid
Lieberman-
Burchard
Kuning-kecoklatan Mengandung
terpenoid
Berdasarkan tabel di atas, sampel tanaman akar wangi, pasak bumi, dan tapak dara
mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid atau terpenoid. Warna jingga
setelah penetesan reagen Dragendorff menunjukan senyawa metabolit sekunder golongan
alkaloid, sedangkan warna gelap atau kecoklatan setelah penetesan reagen Lieberman-
Burchard menunjukan adanya adanya senyawa metabolit sekunder golongan terpenoid.
Berdasarkan hasil uji kolorimetri, dapat disimpulkan bahwa tanaman tapak dara
mengandung senyawa alkaloid dan terpenoid pada bagian daun, tanaman akar wangi
mengandung senyawa alkaloid dan terpenoid pada bagian akar, dan tanaman pasak bumi
mengandung senyawa alkaloid pada bagian batang dan akar, serta senyawa terpenoid
pada bagian akar.
4.2 Histokimia
Tabel 3. Foto Pengamatan Histokimia
Foto Preparat Keterangan
Akar tapak dara, ditetesi reagen Jeffrey.
Perbesaran 40x. Warna gelap menunjukan
adanya kandungan senyawa alkaloid pada
bagian korteks.
Batang tapak dara, ditetesi reagen Jeffrey.
Perbesaran 40x. Warna tidak berubah,
menunjukan tidak adanya kandungan
alkaloid.
Daun tapak dara, ditetesi reagen Jeffrey.
Perbesaran 40x. Warna kecoklatan,
menunjukan adanya kandungan alkaloid.
Batang tapak dara, ditetesi reagen Neutral-
Red. Perbesaran 40x. Warna kemerahan
pada bagian endodermis, menunjukan
kemungkinan adanya kandungan terpenoid.
Daun tapak dara, ditetesi reagen Neutral-
Red. Perbesaran 40x. Warna kemerahan
pada bagian epidermis, menunjukan adanya
kandungan terpenoid.
Akar tapak dara, ditetesi reagen Neutral-
Red. Perbesaran 40x. Warna kemerahan
pada bagian jaringan pembuluh
menunjukan adanya senyawa terpenoid.
Batang akar wangi, ditetesi reagen Jeffrey.
Perbesaran 100x. Warna kecoklatan pada
bagian parencymal ground tissue
menunjukan adanya senyawa alkaloid.
Daun akar wangi, ditetesi reagen Jeffrey.
Perbesaran 100x. Warna kecoklatan pada
bagian epidermis menunjukan kemungkinan
adanya senyawa alkaloid.
Akar akar wangi, ditetesi reagen Neutral-
Red. Perbesaran 40x. Warna kemerahan
pada hampir seluruh bagian menunjukan
adanya senyawa terpenoid.
Batang akar wangi, ditetesi reagen Neutral-
Red. Perbesaran 40x. Warna kemerahan
pada hampir seluruh bagian menunjukan
adanya senyawa terpenoid.
Daun akar wangi, ditetesi reagen Neutral-
Red. Perbesaran 100x. Warna kemerahan
terutama pada bagian epidermis menunjukan
adanya senyawa terpenoid.
Berdasarkan hasil uji histokimia, terlihat bahwa senyawa metabolit sekunder menempati bagian
ground tissue yang terdiri dari sel-sel parenkim, baik di bagian akar maupun batang. Khusus pada
daun, senyawa metabolit sekunder tampak pada bagian epidermis. Terdapat perbedaan struktural
antara bagian akar, batang, dan daun pada tanaman dikotil dan monokotil. Berikut adalah
gambaran umum perbedaan struktur organ pada tanaman dikotil dan monokotil.
Gambar 5. Struktur tanaman pada monokitil & dikotil (Campbell et al, 2012)
Jaringan tumbuhan terdiri dari tiga jaringan utama, yaitu jaringan dermal, jaringan dasar (ground
tissue), dan jaringan pembuluh/vaskuler. Pada gambar, jaringan dermal ditunjukan dengan warna
coklat, jaringan dasar ditunjukan dengan warna kuning, dan jaringan pembuluh ditunjukan
dengan warna ungu. Pada tanaman dikotil (sebelah kanan), struktur batang (kanan tengah)
ditandai oleh vascular bundle yang tersusun sedemikian rupa membentuk cincin, dan pada akar
(kanan bawah), jaringan vaskuler terpusat di tengah dengan xylem membentuk tetrarch. Pada
tanaman monokotil, struktur batang (kiri tengah) ditandai dengan vascular bundle yang tersebar
secara acak. Vascular bundle pada akar monokotil (kiri bawah) terpusat di tengah, dengan xylem
membentuk cincin.
4.3 Maserasi
Gambar 6. Foto hasil maserasi (Dokumentasi pribadi, 2013)
Berdasarkan hasil pengamatan preparat maserasi, dapat disimpulkan bahwa sel penyusun
tanaman terdiri dari empat jenis sel utama, yaitu parenkim, kolenkim, sklerenkim, dan
water conducting cell. Pada preparat maserasi, sel parenkim ditunjukan lewat struktur
kotak simetris yang terkesan menumpuk. Sel fiber, yang merupakan sel sklerenkim
ditunjukan lewat struktur memanjang dengan ujung lancip. Trakeid, salah satu jenis water
conducting cell ditunjukan lewat stuktur lonjong yang lebih pendek daripada fiber, dan
memiliki ujung tumpul.
BAB V
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap uji kolorimetri dan histokimia, dapat
disimpulkan bahwa tanaman tapak dara mengandung senyawa metabolit sekunder
golongan alkaloid dan terpenoid pada bagian akar dan daun, tanaman pasak bumi
mengandung senyawa alkaloid pada bagian batang dan akar, serta terpenoid pada
bagian akar. Tanaman akar wangi mengandung kedua golongan senyawa metabolit
sekunder, alkaloid dan terpenoid, pada bagian akar, batang, dan daun.
2. Jaringan penyusun tumbuhan terdiri dari tiga jaringan utama, yaitu jaringan dermal,
jaringan dasar (ground tissue), dan jaringan pembuluh/vaskuler. Terdapat
perbedaan struktural antara tanaman monokotil dan dikotil.
DAFTAR PUSTAKA
Bhat, R., Karim, A. A. 2010. Tongkat Ali (Eurycoma longifolia Jack): a review on its ethnobotany and
pharmacological importance. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20434529[online] diakses
pada tanggal 4 Februari 2012 pukul 17.10.
Caldecott, Todd. 2010. Ushira. http://www.toddcaldecott.com/index.php/herbs/learning-herbs/338-
ushira[online] diakses pada tanggal 4 Februari 2012 pukul 15.34.
Campbell, N A., J. B. Reece., M. R. Taylor., E. J. Simon., J. L. Dickey. 2012.
Biology, Concept & Connection. San Francisco. Pearson Education, Inc.
Chinh, Van Phong. 2010. Eurycoma longifolia. http://moringa-herbs.com/ct/chi-tiet/28/eurycoma-
longifolia.html[online] diakses pada tanggal 4 Februari 2012 pukul 16.13.
Dalimartha, Setiawan. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran. Trubus Agriwidya
Heidcamp, William. H. 2005. Cell Biology Labroratory Manual.
http://homepages.gac.edu/~cellab/contents.html#chpt-2[online] diakses pada tanggal 4 Februari
2012 pukul 18.16.
Hyde, M. A., Wursten, B. T., Ballings, P. 2013. Flora of Zimbabwe.
http://www.zimbabweflora.co.zw/speciesdata/species-record.php?record_id=307[online] diakses
pada tanggal 4 Februari 2012 pukul 17.10.
Starr, Kim., Starr, Forest. 2012. Plants of Hawaii.
http://www.starrenvironmental.com/images/species/?
q=chrysopogon+zizanioides&o=plants[online] diakses pada tanggal 4 Februari 2012 pukul 15.20.
Taiz, Lincoln., Zeiger, Eduardo. 2002. Plant Physiology. Sinauer Associates.