Laporan Project Akhir Irdas h1
-
Upload
azaofficial -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of Laporan Project Akhir Irdas h1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Irigasi merupakan komponen penting bagi kegiatan pertanian di Indonesia
yang sebagian besar berada di wilayah perdesaan. Indonesia adalah negara yang
sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya
beras, sagu, dan ubi hasil produksi pertanian.
Menurut Purwanto (2003) Kebijakan pemerintah dalam pembangunan
sangat diperlukan untuk mendukung sektor tersebut antara lain tentang
pengelolaan sistem irigasi di tingkat usaha tani telah ditetapkan dalam 2 (dua)
landasan hukum yaitu UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
Kedua landasan hukum tersebut, ditekankan bahwa “pengelolaan sistem
irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air“.
Artinya, segala tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di
tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga perkumpulan petani pemakai air
(pada beberapa daerah dikenal dengan Mitra Cai, Subak, HIPPA, Dharma Tirta)
termasuk perkumpulan petani pemakai air tanah/P3AT.
Menurut Mawardi dan Memed (2004) Irigasi menjadi pendukung
keberhasilan pembangunan pertanian dan merupakan kebijakan Pemerintah yang
sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional guna
mempertahankan produksi swasembada beras.
Irigasi juga merupakan suatu carauntuk mengambil air dari sumbernya guna
keperluan pertanian, dengan mengalirkan dan membagikan air secara teratur
dalam usaha pemanfaatan air untuk mengairi tanaman.
1.2 Tujuan
Mengetahui jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman
Mengetahui sistem irigasi yang tepat guna (efisien) dan sesuai untuk
digunakan
Mengetahui fungsi dari sistem irigasi yang digunakan
BAB II
KONDISI LAHAN
2.1 Kondisi Aktual lahan
Lahan tempat kami melakukan praktikum berada di Kebun Praktikum
Brawijaya, Desa Ngijo, Kec Karang Ploso, Kab. Malang. Lahan tersebut berada di
7.45 LS dan 112.35 BT. Luas area kebun percobaan secara keseluruhan adalah 1
ha. Secara umum kondisi lahan percobaan ngijo berada di dataran tinggi. Lahan
tersebut ditanamai berbagai macam komoditas tanaman seperti padi, jagung, ubi
jalar dan lainnya. Selain itu biasanya kebun tersebut juga di gunakan oleh para
mahasiswa dalam kegiatan praktikum. Lokasi kebun percobaan berada cukup
dekat dengan pemukiman warga sekitar desa.
Secara umum kondisi bentang lahan di kebun percobaan ngijo berlereng dan
ada juga yang berupa dataran, sehingga sedikit banyak dapat di temukan lahan
berteras di areal kebun percobaan ngijo. Selain kondisi bentang alam, pengairan
yang di terapkan di kebun percobaan ngijo menggunakan sistem irigasi yang
bersumber dari air sungai yang mengalir di sekitar lahan. Sumber air berasal dari
dataran yang berada di atasnya dan turun ke bawah mengikuti aliran sungai,
sehingga pengairan yang di terapkan dengan irigasi yang dialirkan secara manual
melalui aliran sungai tersebut.
Karena pertanian disana mayoritas adalah lahan kering, maka jenis tanaman
yang di budidayakan di areal kebun percobaan ngijo mayoritas pula berupa
tanaman yang di budidayakan di lahan kering. Misalnya jagung, ubi jalar, ketela
pohon dan lainnya. Jenis tanaman yang di pilih pada pengamatan kali ini
merupakan komoditas jagung yang memang di kebun percobaan tersebut sangat
banyak di budidayakan disana. (Prasetya, 2007)
2.2 Kondisi Iklim
2.2.1 Data Iklim Stasiun Karangploso (Evaporasi potensial)
Evapotranspirasi merupakan proses total dari evaporasi dan transpirasi,
dimana evaporasi terjadi melalui tanah dan tanaman. Sedangkan menurut Jensen
(1990) evapotranspirasi potensial (ETP) adalah besarnya evapotranspirasi pada
suatu lahan pertanaman jika air mencukupi dan pertumbuhan tanaman tidak
kurang air dan seluruh vegetasi diatasnya menutupi seluruh permukaan tanah.
Misalnya suatu unit luasan yang ditumbuhi tanaman rumput setinggi 8 – 15 cm,
dengan pertumbuhan seragam dan optimal serta dalam kondisi kecukupan air.
Dari data tabel ETo stasiun Karangploso, terlihat bahwa rata-rata ETo yang
terjadi selama satu tahun yaitu 4,33 mm/hari. Nilai ETo terbesar terjadi pada
bulan Oktober, yaitu sebesar 5,35 mm/hari, dan nilai ETo terendah terdapat pada
bulan Maret dengan nilai 3.72 mm/hari.
2.2.2 Data Curah Hujan
Data diatas merupakan data yang menunjukkan jumlah curah hujan per
tahunnya. Dalam satu tahun curah hujan terendah pada bulan September yaitu
sebesar 6,6 mm dan curah hujan tertinggi pada bulan Maret yaitu sebesar 303,8
mm sehingga total curah hujan dalam setahun sebesar 1599,0 mm. Sedangkan
pada curah hujan efektif nilai terendah pada bulan September yaitu sebesar 6,5
mm dan nilai tertinggi pada bulan Maretyaitu sebesar 155,4 mm sehingga dalam
setahun hujan efektif totalnya sebesar 998,9 mm. Data curah hujan efektif ini
merupakan data pendukung yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air
tanaman.
2.3 Kondisi Tanah
Infiltrasi merupakan Peroses masuk nya air atau meresapnya
air kedalaman tanah melalui pori-pori tanah. (Barnamakusumah, 1978) Gerak air
menembus tanah pada status air di atas kapasitas lapang terutama dikendalikan
oleh potensial gravitasi, dan potensial matrik pada status air di bawah kapasitas
lapang. Laju maksimal gerakan air masuk kedalam tanah dinamakan kapasitas
infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan
tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan
lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju
curah hujan.
Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan
satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi
yang tidak kembali lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi
air tanah untuk seterusnya mengalir ke sungai disekitar. Salah satu proses yang
berkaitan dengan distribusi air hujan yang jatuh ke permukaan bumi adalah
infiltrasi.
Dari pengamatan infiltrasi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
tinggi air berkurang di ring master pada waktu 3 menit rata – rata adalah 3 cm
dengan nilai kapasitas infitrasi rata – rata 5 cm hr -1 . Sedangkan pada waktu 5
menit rata – rata tinggi air yang berkurang di ring master adalah 6,5 cm dengan
kapasitas infiltrasi rata – rata 2,1 cm hr-1 sama dengan 0,58 mm/jam.
Menurut Barnamakusumah (1978), jumlah dan ukuran pori yang
menentukan adalah jumlah pori – pori yang berukuran besar. Makin banyak pori –
pori besar maka kapasitas infiltrasi makin besar pula, dan besarnya ukuran pori
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini .
Atas dasar ukuran pori tersebut di atas ternyata liat kaya akan pori halus.
Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus.
Dengan demikian kapasitas infiltrasi pada tanah – tanah pasir jauh lebih besar dari
pada tanah liat, dan pengaruh perbedaan dari pada tekstur tanah terhadap proses
infiltrasi terlihat pada tabel.
Tekstur di ngijo berdasarkan pengamatan tekstur adalah lempung berliat.
Dari tabel literatur diatas nilai kapasitas infiltrasi 0,58 mm/jam adalah lempung
berliat sehingga sama dengan pengamatan tekstur dilapang. Menurut
Suridiakusumah (2010) Tanah – tanah yang bertekstur kasar membentuk struktur
tanah yang ringan, sebaliknya tanah – tanah yang berbentuk atau tersusun dari
tekstur yang halus menyebabkan terbentuknya tanah – tanah yang bertekstur berat.
Adanya perbedaan struktur tanah yang terjadi, secara tidak langsung
mempengaruhi ukuran dan jumlah pori – pori tanah yang terbentuk. Sehingga
tektur lempung merupakan tekstur yang berat.
Menurut Depdikbud (1998) Tanah – tanah dengan struktur yang berat
mempunyai jumlah pori halus yang banyak, dan miskin akan pori – pori besar,
mempunyai kapasitas infiltrasi kecil. Sebaliknya tanah – tanah yang berstruktur
ringan mengandung banyak pori besar dan sedikit pori halus, kapasitas
infiltrasinya lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berstruktur berat.
Karena di ngijo adalah lempung berliat dan bertekstur berat maka infiltrasinya
pun akan rendah yaitu 0,58 mm/jam.
Berkaitan dengan infiltrasi, penggunaan lahan dengan tutupan vegetatif
akan menyediakan perlindungan dari pemadatan oleh energi air hujan. Namun
besarnya infiltrasi tergantung pada fase pertumbuhan. Tanah dengan tanaman
jagung dewasa memiliki infiltrasi yang lebih besar dibandingkan dengan jagung
yang baru ditanam. Menurut Rawls et al (1993), peningkatan infiltrasi ini
disebabkan oleh peningkatan buka akar dan perlindungan daun-daunan dewasa
yang melindungi tanah dari pemadatan oleh air hujan. Penggunaan lahan tegalan
dengan komoditas jagung dengan fase vegetatif membuat infiltrasi lebih besar.
pF0 214,24
pF1 210,61
pF2 210,3
pF4,2 208,01
Kemampuan tanah untuk mengikat air berhububungan erat dengan
tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air
menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di
dalam tanah. Daya ikat air dinyatakan dengan pF yaitu logaritma dari centimeter
air. Misalnya, suatu gumpal tanah dapat menahan pipa air setinggi 100 cm, maka
daya ikatnya (pF) = log 100 = 2. Harga pF berkisar antara 0 – 7, dimana 0 adalah
titik jenuh air dan 7 adalah titik kering mutlak.
Berdasarkan data pF , lahan di kepuharjo infitrasinya sangat tinggi hal ini
dikarenakan nilai pF 0 tinggi yaitu 214,24 sehingga pori makronya besar sehingga
menyebabkan kemampuan tanah menahan air menjadi rendah hal ini terlihat pada
pori mesonya adalah 210,3 untuk pF 2 serta pori mikronya 208,01 untuk pF 4,2.
Sehingga dengan infiltrasi yang tinggi air yang ada di tanah akan cepat lolos ke
bawah sehingga perlu dilakukan pengelolaan irigasi.
Menurut Sutanto (2005) Kemampuan tanah dalam mengikat air
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salahsatunya adalah tekstur tanah. Tekstur
tanah yang berbeda, mempunyai kemampuanuntuk menahan air yang berbeda
pula.Tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil
daripada tanah bertekstur halus. Hal ini dikarenakan tanah bertekstur kasar
mempunyai luas permukaan yang kecil dan mengandung sedikit ruang pori. Oleh
karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir, umumnya lebih mudah
mengalami kekeringan. Dari segi permeabilitas, kemampuan tanah pasir dalam
melalukan atau meloloskan air cukup besar tetapi karena hanya mengandung
banyak pori makro, maka kemampuan menahan atau mengikat airnya kecil. Hal
ini terjadi berkebalikan pada tanah bertekstur liat. Tanah bertekstur liat
mengandung pori mikro yang lebih banyak dan memiliki luaspermukaan yang
besar sehingga daya ikatnya terhadap air besar walaupun dari segi permeabilitas,
tanah bertekstur liat mempunyai kemampuan melalukan air yangtergolong kecil
karena mengandung banyak pori mikro. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah
bertekstur liat, memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga
berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar,
contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit,
sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula. Di Kepuharjo tekstur
tanahnya adalah lempung berliat sehingga kemampuan menahan dan menyimpan
air besar. (Barnamakusumah,1978)
BAB III
PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN DESAIN SISTEM IRIGASI
3.1 Jenis dan Dasar Pertimbangan Tanaman yang akan Diusahakan
Pada lahan pertanian di Ngijo dapat diketahui bahwa tekstur tanah di lahan
tersebut adalah lempung berliat dengan komoditas jagung. Jagung tidak
memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat
diusahakan untuk pertanaman jagung. Di samping itu drainase dan aerasi yang
baik serta pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha pertanaman
jagung (AAK,1993). Menurut Harniati (2000), hal yang harus diperhatikan
tentang tanah sebagai syarat yang baik untuk pertanaman jagung adalah pH tanah
optimal yaitu pH 5,5 - 6,5. Jagung dapat tumbuh baik pada daerah dataran rendah
maupun dataran tinggi dengan ketinggian antara 800-1800 meter di atas
permukaan laut. Drainase yang baik diperlukan oleh tanaman yang membutuhkan
aerasi yang baik seperti jagung. Aerasi tanah yang baik menyebabkan di dalam
tanah cukup tersedia oksigen. Dengan demikian, akar tanaman mampu menyerap
unsur hara dan dapat berkembang dengan baik.
Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan
curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau
(Syahriri, 2010). Tanah yang dikehendaki tanaman jagung adalah tanah bertekstur
liat yang banyak mengandung pasir. Lebih disukai bila tanah itu banyak
mengandung humus, gembur, dan berdrainase baik.
3.2 Pemilihan Sistem Irigasi
Pola pengoperasian irigasi curah (sprinkler) merupakan suatu pola
pengoperasian irigasi air tanah yang efektif dan efisien digunakan sebagai irigasi
konjungtive, yaitu air tanah yang dioperasikan secara terpadu.Waktu operasional
irigasi sprinkler air sprinkler.
Pada metode irigasi curah, air irigasi diberikan dengan cara
menyemprotkan air di Penyemprotan dilakukan dengan mengalirkan air
bertekanan melalui lubang kecil( orifice/nozzle) . Tekanan biasanya didapatkan
dengan pemompaan.Untuk mendapatkan penyebaran air yang seragam diperlukan
pemilihan ukuran nozzle ,tekanan operasional, spasing atau jarak antar yang
sesuai dan laju infiltrasi tanah (PSDA,2012)
Sistem irigasi sprinkler cocok untuk semua jenis tanah apabila tingkat
kegunaannya sesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada
lahan marginal yang memiliki kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air
yang rendah, selain itu menurut Puslitbang Sumber Daya Air, (2012) keuntungan
dan juga kerugian dari sistem irigasi sprinkler sebagai berikut
a. Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman sehingga dapat
mengurangi tingkat pertumbuhan tanaman yang vegetative dan
memperbesar peluang tanaman untuk tumbuh secara generative
dimana akan meningkatkan produktivitas hasil panen.
b. Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis tanaman,
tenaga kerja yang tersedia dan penghematan energy
c. Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui
system irigasi Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi
pertumbuhan tanaman
d. Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan
seedling (persemaian)
e. Mempercepat perkecambahan dan penentuan panen
Kerugian Sistem Sprinkler
a. Memerlukan biaya investasi yang tinggi
b. Keseragaman distribusi air dapat terus menurun seiring dengan waktu
c. Angin sangat berpengaruh atas keseragaman distribusi air
d. Dapat mengakibatkan kanopi tanaman lembab dan mendatangkan
penyakit tanaman
e. Dapat merusak tanaman muda pada saat air disiramkan
Waktu operasional = (kebutuhan air tanaman / laju curah sprinkler)
Waktu penyiraman tanaman jagung dengan irigasi curah sesuai dengan
periode pertumbuhannya.
Irigasi curah dapat digunakan untuk mengairi berbagai jenis tanaman
asalkan tidak terlalu tinggi, karena tinggi sprinkler maksimum hanya sekitar 1,5 m
dari permukaan tanah dengan radius penyiraman 10 m.Penerapan irigasi sprinkler
di lahan kering memerlukan investasi awal yang mahal. Oleh karena itu, untuk
mengurangi beban petani, pemerintah hendaknya dapat berperan dalam
pendampingan dan penguatan kelembagaan di tingkat petani.Penguatan
kelembagaan penting artinya karena dengan kelembagaan yang kuat, pengelolaan
irigasi mikro dapat lebih baik.Pemilihan metode ini didasarkan juga pada
komoditas yang digunakan, polatanam, luasan lahan, dan sumber mata air
(Wiyono, 2008)
Metode irigasi yang dipilih yaitu irigasi sprinkler dengan menggunakan
solid set system,karena melihat kondisi di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya di Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang
memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Daerah penanaman komoditas jagung
cenderung kering dikarenakan jauh dengan sumber air ,sehingga dengan
pemilihan metode irigasi ini diharapkan dapat lebih efisien.
Menurut Kalsim,dkk (2006) untuk irigasi sprinkler dengan menggunakan
solid set system pada tanaman semusim, pipa dan sprinkler dipasang setelah tanam
dan tetap di tempat selama musim pertumbuhan dan irigasi. Sesudah panen
perlengkapan dibongkar dan disimpan di gudang peralatan untuk digunakan pada
musim berikutnya
Jika mengairi tanaman tahunan seperti buah-buahan, maka jaringan pipa
dan sprinkler sering kali tetap di tempat dari musim kemusim.Dalam kasus
inisistem tesebut disebut sebagai sistem permanen.Umumnya pada sistem
permanen jaringan perpipaan ditanam di bawah tanah untuk menghindari
kerusakan dari kendaraan pertanian yang lewat, atau dipasang permanen di atas
tanaman.Umumnya pada sistem solid atau permanen hanya sebagian dari sistem
bekerja secara simultan.Hal initergantung pada ukuran pipa dan jumlah air
tersedia. Debit aliran disalurkan dari satu blok ke blok lainnya melalui hidran atau
katup. Pada kondisi khusus misalnya untuk pencegahan kabut beku (frost)
diperlukan operasi simultan di seluruh lahan. Sistem solid atau permanen ini
memerlukan tenaga kerja jauh lebih sedikit dari pada sistem bergerak dan juga
memerlukan tenaga trampil lebih sedikit. Akan tetapi investasi awalnya lebih
besar karena jumlah pipa, sprinkler, dan perlengkapannya akan lebih banyak.
3.3 Desain plot irigasi ( sket )
BAB. IV
KEBUTUHAN AIR DAN JADWAL IRIGASI
4.1. Kebutuhan Air Tanaman (Etc atau CWR)
a. Data Iklim
Dari data iklim dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata temperatur minimum
dari bulan januari sampai dengan bulan desember sebesar 19.8° C. nilai rata-rata
temperatur maksimum sebesar 28° C. nilai rata-rata kelembapan dari bulan januari
sampai bulan desember sebesar 78 % . nilai rata-rata kecepatan angin dalam
setahun sebesar 196 km/hari. nilai rata-rata intensitas matahari dalam setahun
sebesar 7.9 jam. nilai rata-rata radiasi matahari dalam setahun sebesar 20.7
MJ/m/hari. Terakhir nilai rata-rata evapotranspirasi dalam setahun sebesar 4.34
mm/hari.
b. Data Curah Hujan
Dari data curah hujan dapat dijelaskan bahwa nilai total hujan dalam
satuan mm dari bulan januari sampai bulan desember sebesar 1326.2 mm. Nilai
total hujan efektif dalam satuan mm dari bulan januari sampai bulan desember
sebesar 846.6 mm. dari data yang didapatkan diketahui bahwa total hujan efektif
lebih kecil dari pada curah hjan yang ada. Sehingga tidak perlu melakukan irigasi
secara intensif.
c. Data Jenis Tanaman
Dari data jenis tanaman, data yang digunakan yaitu data tanaman jagung
yang ditanam pada tanggal 25 mei 2015 yang mempunyai tahap inisiasi selama 20
hari, tahap perkembangan selama 35 hari, tahap pertengahan selama 40 hari, dan
tahap akhir selama 30 hari. Apabila di total dari tahap inisiasi sampai tahap akhir
tanaman jagung mempunyai umur 125 hari. Dari total umur jagung yang selama
125 hari maka jagung siap dipanen pada tanggal 26 September 2015.
d. Data Jenis Tanah
Jenis tanah yang ada pada lahan ngijo merupakan jenis tanah dominan
lempung yang mempunyai total kemampuan memegang air sebesar 290 mm/m.
Nilai maksimum infiltrasi air hujan sebesar 40 mm/hari. Kedalaman akar pada
jenis tanah ini sedalam 1,5 cm. nilai kemampuan initial tanah sebesar 290 mm/m.
e. Data Kebutuhan Air Tanaman
Data kebutuhan air tanaman jagung yang ditanam pada tanggal 25 mei
2015 menunjukan bahwa nilai total evapotranspirasi dari tahap inisiasi tanaman
sampai tahap akhir tanaman sebesar 488.4 mm/dec. Nilai total hujan efektif dalam
satuan mm/dec sebesar 51.2 mm/dec. Nilai total kebutuhan irigasi dari tahap
inisiasi sampai tahap akhir tanaman sebesar 439.8 mm/dec. Menurut Subandi
( 1988 ) Kebutuhan air yang terbanyak pada tanaman jagung adalah stadia
pembungaan dan stadia pengisian biji. Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan
membutuhkan 45-60 cm air.
e. Grafik Kebutuhan Air Tanaman
Grafik kebutuhan air tanaman menunjukan bahwa grafik berwarna hijau
menunjukan kebutuhan air tanaman dengan satuan mm/dec, sedangkan grafik
berwarna biru menunjukan kebutuhan irigasi dengan satuan mm/dec. Dilihat dari
grafiknya kebutuhan air terbanyak pada fase pertengahan pertumbuhan
dibandingkan dengan fase inisiasi, perkembangan, dan fase akhir.
4. 2 Kebutuhan Air Irigasi (IWR)
1. Irrigate at critical depletion (100%)-Refill soil to 100% Field capacity
Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 0,0 % dengan field eff. 70%
menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % terdapat 2 kali
perlakuan atau penjadwalan irigasi diantaranya :
Pada 25 juli dimana 62 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air yang
dibutuhkan pertanaman) sebesar 160,3 mm, lalu gr irr(jumlah air yang
dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar
229,1 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,43 l/s/ha.
Pada 25 agustus dimana 93 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air
yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 161,6 mm, lalu gr irr(jumlah air yang
dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar
230,9 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,86 l/s/ha.
2. Irrigate at critical depletion (100%)- Refill soil to 50% Field capacity
Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 0,0 % dengan field eff. 70%
menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % terdapat 3 kali
perlakuan atau penjadwalan irigasi diantaranya :
Pada 25 juli dimana 62 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air yang
dibutuhkan pertanaman) sebesar 80,6 mm, lalu gr irr(jumlah air yang dibutuhkan
tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar 115,1 mm.
untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,21 l/s/ha.
Pada 10 agustus dimana 78 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air
yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 82,7 mm, lalu gr irr(jumlah air yang
dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar
118,2 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,85 l/s/ha.
Pada 26 agustus dimana 94 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air
yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 84,6 mm, lalu gr irr(jumlah air yang
dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar
120,8 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,87 l/s/ha.
3. Irrigate at given ET crop reduction perstage- Refill soil to 100% Field
capacity
Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 0,0 % dengan field eff. 70%
menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % terdapat 1 kali
perlakuan atau penjadwalan irigasi diantaranya :
Pada 13 agustus dimana 81 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air
yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 227,8 mm, lalu gr irr(jumlah air yang
dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar
325,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,46 l/s/ha.
4. Irrigate at critical depletion (100%)- Fixed application depth (50mm)
Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 0,0 % dengan field eff. 70%
menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % terdapat 5 kali
perlakuan atau penjadwalan irigasi diantaranya :
Pada 25 juli dimana 62 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air yang
dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang dibutuhkan
tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar 71,4 mm.
untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.
Pada 4 agustus dimana 72 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air
yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang
dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar
71,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.
Pada 14 agustus dimana 82 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air
yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang
dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar
71,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.
Pada 23 agustus dimana 91 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air
yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang
dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar
71,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.
Pada 8 september dimana 107 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air
yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang
dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar
71,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.
Grafik kebutuhan irigasi tanaman menunjukkan bahwa garis coklat nilai
dari RAM, garis hijau merupakan garis TAM, dan grafik warna merah merupakan
nilai kekurangan air. Apabila grafik semakin mendekati garis coklat harus
dilakukan pemberian irigasi. Apabila melebihi garis coklat tanaman akan
mengalami titik layu dan apabila tidak di cegah maka tanaman akan mati.
5. Rainfed (No Irrigation)
Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 42,6 % dengan field eff. 70%
tanpa menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % di sini
hanya mengandalkan air hujan saja
4.3 Jadwal Irigasi dan Debit Pemberian Air sesuai dengan Metode
Irigasinya.
Jadwal
/dec
KC Kebutuhan
Irigasi
EDR
(mm/jam)
Waktu
irigasi
(jam)
May (3) 0,3 2,2 1,76 x10-3 1,25
Juni (1) 0,3 5,8 1,76 x10-3 3,3
Juni (2) 0,37 14,9 1,76 x10-3 8,5
Juni (3) 0,61 25,2 1,76 x10-3 14,3
Juli (1) 0,87 35,3 1,76 x10-3 20,1
Juli (2) 1,11 47,2 1,76 x10-3 26,8
Juli (3) 1,18 56,7 1,76 x10-3 32,2
Agustus (1) 1,18 51,7 1,76 x10-3 29,4
Agustus (2) 1,18 52,2 1,76 x10-3 29,7
Agustus (3) 1,15 59,2 1,76 x10-3 33,6
September
(1)
0.92 45,4 1,76 x10-3 25,8
September
(2)
0,64 33,6 1,76 x10-3 19,1
September
(3)
0,42 10,4 1,76 x10-3 6
Dapat dijelaskan bahwa pemberian irigasi pada tanaman jagung yang
pertama dilakukan pada bulan mei yang diaplikasikan sampai tiga periode dengan
waktu irigasi selama 1,25 jam dengan kebutuhan irigasi sebesar 2,2 mm/periode.
kebutuhan irigasi yang dibutuhkan paling tinggi yaitu pada bulan agustus sebesar
59,2 mm/periode yang dilakukan sebanyak 3 periode selama 33,6 jam.
V. Kesimpulan
Dari hasil analisis hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam
menentukan suatu irigasi kita harus mengetahui kondisi aktual, kondisi iklim,
kondisi tanah, pemilihan jenis tanaman dan sistem irigasi yang sesuai dengan
kondisi dilahan. Selain itu pemilihan sistem irigasi juga tergantung dari keadaan
topografi, biaya, dan teknologi yang tersedia. Pada lahan Jagung yang kita
gunakan di Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang di
dapatkan nilai kebutuhan air tanaman pada setiap dekadenya berbeda, tergantung
pada fase pertumbuhan, nilai Kc, dan ETo.
Kebutuhan air irigasi dimulai pada awal bulan Mei. Karena bulan
tersebut merupakan awal musim kemarau. Kadar air tanah mulai menurun, dan
kebutuhan air tanaman tidak terpenuhi. Hujan efektif juga lebih kecil daripada
nilai ETc, sehingga tanaman membutuhkan irigasi. Dengan efisiensi yang di
gunakan adalah 70 % karena irigasi yang digunakan merupakan irigasi
Springkler. Pemilihan irigasi Springkler di lakukan dengan pertimbangan bahwa,
tanaman jagung juga tergolong tanaman C4, tanaman yang membutuhkan air
tidak terlalu banyak , terutama saat memasuki musim penghujan dan sistem irigasi
permukaan ini sesuai untuk semua kondisi lahan.
Daftar Pustaka
Aksi Agraris Kanisius (AAK). (1993). Teknik Bercocok TanamJagung. Kanisius
Yogyakarta.
Barnamakusumah, R. 1978. Erosi, Penyebab, Dan Pengedaliannya. Bandung:
Yayasan Penerbit Fak. Pertanian UNPAD.
Direktorat Pendidikan Tinggi, DEPDIKBUD.1998.Tanah dan
Lingkungan.Jakarta: DIKTI
Harniati, Revi Marsusi, Djamaluddin Sahari, dan Purnawati. (2000). Teknologi
Budidaya Tanaman Jagung Di Lahan Kering. Lokasi
PengkajianTeknologi Pertanian Pontianak. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Pontianak.
Kalsim, dkk. 2006.Teknik Irigasi dan Drainase. Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Mawardi, Erman dan Moch. Memed. 2006. Desain Hidraulik Bendung Tetap
Untuk Irigasi Teknis. Bandung: Alfabeta.
Purwanto. 2003. Pengaruh Alih Fungsi Lahan kawasan Baturraden Terhadap
Debit AirSungai Banjaran. Jurnal Ilmiah Unsoed, Lembaga Penelitian,
Unsoed. Purwokerto.
Puslitbang Sumber Daya Air. 2012. Metode Perencanaan Sistem Irigasi
Sprinkler. http://psda.jabarprov.go.id/. Diakses pada tanggal 31 Mei
2015
Rawls, W.J., Y.A. Pachepsky, J.C. Ritchie, T.M. Sobecki dan H. Bloodworthc.
2003.Effect of soil organic carbon on soil water retention. Geoderma
116 (2003) 61– 76.
Subandi, I. Manwan, and A. Blumenischein, 1988. National Coordinated
Research Program : Corn. Central Research Institute for Food Crops.
Bogor.p.83
Suripin. 2004. Peleestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.
Sutanto, Rahman.2005.Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan.Yogyakarta:2005
Syahriri.2010. Budidaya Jagung (http://syahriri.blogspot.com/200711/09
/budidaya-jagung.html. diakses 25 Mei 2015)
Wiyono, J. 2008. Kemarau Datang, Irigasi Mikro pada Lahan Kering Jadi
Pilihan. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
LAPORAN PROJECT AKHIR
”IRIGASI DAN DRAINASE”
Disusun Oleh:
KELOMPOK H-1
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
ANGGOTA KELOMPOK
Disusun Oleh:
KELOMPOK H-1
Asisten: Fahma Sariahta Berutu
ANGGOTA
1. ANNISA NURFAZRINA 125040218113022
2. SRI ENDAH AGUSTINA 135040200111036
3. MOH HAMDANI RUSDI 135040200111051
4. MUALIF ADI SAPUTRA 135040200111054
5. MIFTACHUL FITRIYAH 135040200111059
6. SYAWALIA PUTRI M 135040200111064
7. PUPUT WAHYUNINGSIH 135040200111066
8. RENDRI PUSPITA DEWI 135040200111068
9. FARDIANSYAH NASUTION 135040200111069
10. NITA KARMELINA 135040200111079
11. WULAN KARTIKA W 135040200111089
12. ALMIRA WIDIANTARI P 135040200111092
13. HISKIA TARIGAN 135040200111109
14. JEFFRY PURBA 135040200111112
15. DEDI SUTRISNO 135040200111130
16. RA PUTRI HUSADANING 135040200111136
17. REZA MUHAMMADI 135040200111157
18. TRIA YULIANTI 135040200111161
19. ALIF NUR RIZKI 135040200111173
20. AULIA AZIZAH 135040200111195
21. HARDIANTO 135040200111197
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015