Laporan Prktkum Enzim

31
1. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi Enzim 1.1 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivasi enzim amilase Untuk memperlihatkan kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan kenaikan suhu Mengetahui suhu optimum untuk reaksi enzimatik 1.2 Landasan Teori Enzim adalah protein-protein yang mengatur perubahan kimia dalam tubuh atau disebut juga biokatalisator yang mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi di dalamnya. Jadi produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi tidak mengandung enzim. Enzim memiliki sifat yang spesifik, artinya enzim hanya akan bekerja pada substrat-substrat tertentu atau tidak semua reaksi kimia yang ada dalam tubuh dipercepat oleh satu enzim tersebut, melainkan sesuai dengan reseptor-reseptor yang dikenali oleh enzim tersebut. Aktivitas enzim didefinisikan sebagai kecepatan pengurangan substrat atau kecepatan pembentukan produk pada kondisi optimum. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa 4 faktor, yaitu suhu, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, dan pH. Enzim akan bekerja lebih cepat pada suhu, kosentrasi dan pH optimal enzim tersebut. Semakin tinggi suhu yang diberikan maka semakin cepat enzim bekerja sampai pada titik optimum suhu untuk enzim tersebut. Reaksi kimia umumnya akan

description

good

Transcript of Laporan Prktkum Enzim

1. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi Enzim

1.1 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivasi enzim amilase Untuk memperlihatkan kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan kenaikan suhu Mengetahui suhu optimum untuk reaksi enzimatik

1.2 Landasan TeoriEnzim adalah protein-protein yang mengatur perubahan kimia dalam tubuh atau disebut juga biokatalisator yang mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi di dalamnya. Jadi produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi tidak mengandung enzim. Enzim memiliki sifat yang spesifik, artinya enzim hanya akan bekerja pada substrat-substrat tertentu atau tidak semua reaksi kimia yang ada dalam tubuh dipercepat oleh satu enzim tersebut, melainkan sesuai dengan reseptor-reseptor yang dikenali oleh enzim tersebut. Aktivitas enzim didefinisikan sebagai kecepatan pengurangan substrat atau kecepatan pembentukan produk pada kondisi optimum. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa 4 faktor, yaitu suhu, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, dan pH. Enzim akan bekerja lebih cepat pada suhu, kosentrasi dan pH optimal enzim tersebut. Semakin tinggi suhu yang diberikan maka semakin cepat enzim bekerja sampai pada titik optimum suhu untuk enzim tersebut. Reaksi kimia umumnya akan berlangsung dua kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu 10, sampai pada suhu 35 - 60. Jika enzim dinaikkan melebihi batas optimum suhu tersebut, maka enzim akan mengalami denaturasi sehingga merusak fungsi katalisatornya yang mengakibatkan enzim tidak akan bekerja. Sedangkan pada suhu di bawah suhu optimum, enzim tidak akan bekerja optimal karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara molekul enzim dan molekul substrat yang berarti tidak berlangsungnya suatu reaksi dan tidak terbentuknya produk.Suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinya kerja enzim secara reversible, karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara molekul enzim [E] dan substrat. Karena benturan tidak terjadi maka komplek E-S yang sangat penting pada reaksi enzimatik tidak terjadi, hal ini secara otomatis menghambat terjadinya produk [P]. Kerja enzim akan semakin meningkat apabila suhu dinaikan. Hal ini terjadi karena kenaikan suhu meningkatkan benturan antara enzim dan substrat. Kenaikan ini terjadi sampai pada suhu tertentu, suhu ini disebut dengan suhu optimum.Apabila suhu lebin tinggi dari suhu optimum, maka enzim akan terdenaturasi dan tidak akan mampu menghasilkan produk, walaupun benturan antara enzim dan substrat semakin sering terjadi. Denaturasi enzim dapat terjadi secara irreversible, apabila suhu kerja enzimatik jauh melampaui suhu optimum. Pati/amilum akan terhidrolisis menjadi maltosa, apabila diberi enzim amilase. Untuk mengetahui keberadaan karbohidrat dalam amilum, maka diberikan larutan iodium. Amilum akan berwarna biru seteah diberi larutan iodium, apabila terdapat karbohidrat di dalamnya.1.3 Alat dan Bahan Alat 1. Spektrofotometer 680 nm2. 8 buah tabung reaksi3. 1 buah rak tabung reaksi4. Pipet mikrometer Bahan Spektrofotometer1. Amilase air liur, 50x pengenceran2. Larutan pati 0,4 mg/mL3. Pereaksi iodium4. Aquades

1.4 Cara Kerja1. Siapkan 8 buah tabung reaksi (4 tabung Abs blanko dan 4 tabung Abs Sampel) 2. Isilah setiap tabung reaksi dengan 1 ml pati 0,4 mg/mL3. Inkubasi 2 tabung (1 tabung Abs blanko dan 1 tabung Abs Sampel) pada setiap suhu 0oC, 25oC, 37oC, dan 100oC selama 5 menit 4. Tambahkan 200 uL liur (50x) pada setiap tabung sampel 5. Setelah 1 menit tambahkan semua tabung dengan iodium 1 mL6. Berikan 7 mL akuades pada setiap tabung7. Baca serapan warna yang ditunjukkan oleh spektrofotometer 680 nm1.5 Hasil PercobaanTabel hasil percobaanSuhuAbs BlankoAbs SampleV (unit/menit)

0oC0,209 A0, 152 A0,057

25oC0,191 A0, 095 A0,096

37oC0, 304 A0,202 A0,102

100oC0,222 A0, 165 A0,057

Diagram hasil percobaan dengan spertrofotometer

1.6 Pembahasan

Aktivitas enzim atau kerja enzim salah satunya dipengaruhi oleh suhu, pada suhu terlalu rendah enzim tidak akan bekerja otimal sedangkan pada suhu terlalu tinggi, enzim akan terdenaturasi yang menyebabkan fungsi katalisatornya hilang. Semakin tinggi suhu yang diberikan maka kecepatan reaksi semakin cepat sampai pada titik optimum suhu tersebut. Pada percobaan enzim amilase ini, suhu 0 kecepatan reaksinya adalah 0, 057 unit/ menit, sedangkan pada suhu 25 kecepatan reaksinya semakin tinggi yaitu 0, 096 unit/ menit, kemudian pada suhu 37 kecepatan reaksi enzim amilase tetap naik, yaitu menjadi 0, 102 unit/ menit dan pada suhu 100 kecepatan reaksi kembali turun menjadi 0, 057 unit/ menit. Sehingga dapat diketahui bahwa enzim amilase bekerja optimal pada suhu 37, dan pada suhu di bawah dan di atas 37 kecepatan reaksinya lebih rendah.1.7 KesimpulanDari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa suhu optimum untuk kerja enzim amilase dalam merubah amilum menjadi maltosa adalah 37oC. Apabila suhu lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu optimum, maka kecepatan kerja enzim akan berkurang

2. Pengaruh Kadar Enzim terhadap Kecepatan Reaksi Enzim.

2.1 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim amilase. Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzim berbanding lurus dengan konsentrasi enzim.

2.2 Landasan Teori Pengaruh konsentrasi enzim pada laju aktivitas enzim-enzim yang derajat kemurniannya tinggi, di dalam batas-batas tertentu, terdapat hubungan linear antara jumlah enzim dan taraf aktivitas. (Pelczar, dkk. 1986). Makin tinggi konsentrasi enzim, makin besar kecepatan reaksi enzim, sampai kecepatan maksimal. Jika kecepatan enzim sudah maksimal, penambahan kadar enzim tidak akan menambah kecepatan karena substratnya habis. Pati / amilum menjadi maltosa oleh enzim amilase. Bentuk pati akan berwarna biru setelah diberi pelarut iodium.Semakin tinggi konsentrasi enzim maka kerja waktu yang dibutuhkan untuk suatu reaksi semakin cepat, sedangkan kecepatan reaksi dalam keadaan konstan.Semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin cepat kerja enzim, tapi jika kerja enzim telah mencapai titik maksimal, maka kerja enzim berikutnya akan konstans.

2.3 Alat dan BahanAlat: tabung reaksi rak tabung reaksi spektrofotometer inkubator pipet tetes mikropipetBahan : amilase liur aquades larutan pati pereaksi iodium

2.4 Cara Kerja menyiapkan 8 tabung reaksi, kemudian labeli tabung reaksi 4buah untuk blanko dan 4 buah untuk sampel menyiapkan air liur yang akan di encerkan dengan pengenceran 50X menyiapkan pati 0,4 mg/ml menyiapkan aquades membuat pengenceran air liur dengan menambahkan 5ml air liur dan 5 ml aquades sehingga pengenceran menjadi 100 x , kemudian melakukan hal yang sama sehingga pengencerannya menjadi 200x, dan 400 x menambahkan larutan hasil pengenceran ke dalam tabung reaksi masing- masing dengan tabung reaksi berlabel 50x 100x 200x dan 400x menambahkan 1ml pati dan 7ml aquades kedalam tabung reaksi yang berlabel blanko memanaskan tabung reaksi dengan suhu 37 selama 1 menit setelah memanaskan,tambahkan iodium 200 mikroliter kemudian, baca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 680 nm.

2.5 Hasil Percobaan Kadar EnzimAbsBlankoAbsSampelV (unit/menit)

50 x0.0690.0040.065

100 x0.0690.0110.058

200 x0.0690.0190.05

400 x0.0690.0440.025

2.6 PembahasanBerdasarkan analisis diatas maka dapat diketahui bahwa besarnya konsentrasi enzim berpengaruh terhadap reaksi pengubahan amilum menjadi maltosa. Hal ini terlihat dimana konsentrasi enzim 100% mempunyai nilai laju reaksi sebesar 0,10 M/detik. Hal ini disebabkan karena pada saat reaksi berlangsung (dengan kadar enzim 400 x) maka enzim akan meningkatkan proporsi molekul yang mempunyai cukup energi untuk bereaksi sehingga laju reaksi akan berjalan lebih cepat. Enzim akan menurunkan energi yang diperlukan reaksi dan bukan meningkatkan jumlah energi dalam tiap molekul. Ini terjadi pada waktu substrat diubah menjadi produk (hasil), penghalang (barrier) energi harus diatasi. Penghalang tersebut adalah energi aktivasi. Adanya enzim akan menurunkan energi aktivasi suatu reaksi. Jika energi aktivasi suatu reaksi itu rendah maka akan lebih banyak molekul (substrat) yang dapat bereaksi sehingga waktu yang diperlukan oleh enzim amilase untuk mengubah amilum menjadi maltosa pun lebih singkat, oleh karena itu, laju reaksi pun menjadi lebih cepat.Laju reaksi menurun pada kadar enzim 200x yakni menjadi 0,03M/detik dalam waktu 24 menit, serta laju reaksi juga menurun pada kadari enzim 100 x yang bernilai 0,01 M/detik dalam waktu 36 menit. Hal ini dikarenakan pada kadar enzim tersebut mempunyai kecepatan reaksi yang lambat karena pada waktu sebstrat diubah menjadi produk (hasil), penghalang (barrier) yang disebut energi aktivasi tidak dapat dikurangi (diturunkan) dalam reaksi tersebut. Karena energi aktivasi tinggi, maka molekul (substrat) lebih sedikit yang bereaksi sehingga waktu yang diperlukan pun lebih lama dan pada akhirnya laju reaksi pun lebih lambat.Pada kadar enzim 50 x juga mengalami penurunan kecepatan. Reaksi yang dihasilkan lebih lama. Ketidak aktifan enzim disebabkan karena enzim dipanaskan. Akibat pemanasan tersebut, meka enzim yang merupakan protein mengalami denaturasi yakni peristiwa perubahan struktur protein dari bentuk tiga dimensi menjadi tidak beraturan sehingga substrat tidak dapat terikat dengan enzim. Oleh karena itu enzim kehilangan sifat katalisnya.2.7 KesimpulanBerdasarkan percobaan di atas, semakin besar konsentrasi enzim (pengenceran sedikit), maka semakin besar pula kecepatan reaksinya. Sebaliknya, semakin kecil konsentrasi enzim (pengenceran banyak), maka semakin kecil pula kecepatan reaksinya. Pati / amilum menjadi maltosa oleh enzim amilase. Bentuk pati akan berwarna biru setelah diberi pelarut iodium.

3. Pengaruh Kadar Substrat terhadap Kecepatan Reaksi Enzim.

3.1 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui pengaruh kadar substrat terhadap aktivitas enzim amylase. Membuktikan bahwa kecepatan reaksi berbanding lurus dengan kecepatan substrat.

3.2 Landasan TeoriEnzim adalah molekul protein yang bertindak sebagai katalis biologi. Mereka meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah proses keseluruhan. Mereka adalah rantai panjang asam amino terikat bersama oleh ikatan peptida.Mereka terlihat di semua sel hidup dan mengendalikan proses metabolisme dimana mereka diubah menjadi energi dan nutrisi sel-sel baru. Enzim juga membantu dalam pemecahan bahan makanan menjadi bentuk yang paling sederhana.Reaktan dari enzim yang direaksikan disebut substrat dan masing-masing enzim memiliki karakter yang spesifik, bertindak pada substrat tertentu untuk menghasilkan produk-produk tertentu. Pendekatan utama untuk mempelajari mekanisme reaksi enzim-katalis adalah untuk menentukan laju reaksi dan perubahan dalam respon dengan perubahan parameter seperti konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, pH, dan temperatur.Ini dikenalsebagai kinetika enzim .Salah satu parameter penting yang mempengaruhi laju reaksi dikatalisis oleh enzim adalah konsentrasi substrat.Pada konsentrasi substrat yang tinggi, acap kali ditemukan laju reaksinya lebih kecil dari nilai maksimum. Hal ini dapat diterapkan bahwa pada konsentrasi tinggi tersebut, substrat dapat menghambat laju konversi menjadi produk. Jenis penghambatan ini akan membentuk komplek (dead end complex) satu sisi manakala molekul substrat terikat pada enzim, dan molekul substrat lain terikat pada sisi lain (sekunder) enzim. Sebagai contoh, invertase dihambat oleh sukrosa pada konsentrasi tinggi, penisilin asilase terhambat pada konsentrasi tinggi bensil penisilin (Suryani dan Mangun widjaja, 2002).

3.3 Alat dan Bahan Alat Tabung reaksi Gelas beker Pipit micrometer Incubator Bahan Enzim amylase dalam air liur Larutan pati 0.4 mg/mL Pereaksi iodium Aquades

3.4 Cara kerja

1) Lakukan pengenceran 1 dengan mencampurkan 1 mL larutan pati 0.4 mg/mL dengan 9 mL larutan aquades dalam gelas beker sehingga terbentuk larutan pati dengan konsentrasi 0.04 mg/mL.2) Lakukan pengenceran 2 dengan mencampurkan 1 mL larutan pati 0.04 mg/mL dengan 9 mL larutan aquades sehingga terbentuk larutan pati 0.004mg/mL.3) Lakukan pengenceran 3 dengan mencampurkan 1 mL larutan pati 0.004 mg/mL dengan 9 mL larutan aquades sehingga terbentuk larutanpati 0.0004 mg/mL.4) Siapkan sample berupa1 mL larutan pati 0.4 mg/ mL dalam 2 tabung reaksi beri label uji dan blanko pada masing- masing tabung. Lakukan juga pada pati dengan konsentrasi 0.04mg/mL, 0.004mg/mL, dan konsentrasi 0.0004 mg/mL.5) Masukkan seluruh tabung dalam incubator selama 5 menit.6) Tambahkan 200 uL air liur pada tabung uji. Diamkan selama 1 menit. Lalu beri larutan iodium7) Berseluruh tabung dengan 7 mL aquades8) Baca pada sprektofotometer dengan panjang gelombang 680 nm.

3.5 Hasil PercobaanSuhuAbs BlankoAbs SampelV (unit/menit)

0,0004 mg/mL0,257 A0,241 A0,016 A

0,004 mg/mL0,130 A0,151 A0,021 A

0,04 mg/mL0,150 A0,093 A0,057 A

0,4 mg/mL0,140 A0,048 A0,097 A

3.6 KesimpulanSemakin tinggi kadar substrat maka semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan enzim untuk bereaksi. Akan tetapi jika kecepatan sudah maksimum, maka penambahan konsentrasi substrat tidak akan berpengaruh lagi karena enzim sudah habis berikatan/bereaksi.

4. Pengaruh pH terhadap Kecepatan Reaksi Enzim

4.1 Tujuan Praktikum Untuk Mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase.

4.2 Landasan TeoriEnzim adalah polimer biologis yang mengatalisis reaksi kimia yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal. Keberadaan dan pemeliharaan rangkaian enzim yang lengkap dan seimbang merupakan hal yang esensial untuk menguraingkan nutrien menjadi energi dan chemical buildingblock (bahan dasar kimiawi); menyusun bahan-bahan dasar tersebut menjadi protein, DNA, membran, sel, dan jaringan; serta memanfaatkan energi untuk melakukan motilitas sel, fungsi saraf, dan kontraksi otot.Enzim yang mengatalis perubahan satu atau lebih senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) meningkatkan laju reaksi setidaknya 106dibandingkan jika tidak dikatalis. Seperti semua katalis lain, enzim tidak berubah secara permanen atau dikonsumsi sebagai konsekuensi dari keikutsertaannya dalam reaksi yang bersangkutan. Selain sangat efisien, enzim juga merupakan katalis yang sangat selektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia sintetik, enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi yang dikatalisis maupun substrat tau substrat-substrat yang berhubungan erat.Aktivitas enzim dapat diamati dari sisa substrat, pH, suhu, dan indikator. Aktivitas enzim dapat diamati dari sisa substrat atau produk yang terbentuk. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aktivitas enzim antara lain konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH, dan indikator.Amilase liur akan aktif pada pH sekitar 6. Pati/ amilum dapat terhidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amilase. Bentuk pati bila diberi pelarut iodium akan berwarna biru.

4.3 Alat dan Bahan- Sampel : - Larutan pati 1 % pada pH 1 - Larutan pati 1 % pada pH 3 - Larutan pati 1 % pada pH 5 - Larutan pati 1 % pada pH 7 - Larutan pati 1 % pada pH 11- Amilase liur, pengenceran 100x- Pereaksi iodium- Aquades- Tabung reaksi 5 buah- Rak tabung reaksi- Pipet tetes- Mikropipet

Larutan Pati 1 % pH 1, 3, 5, 7, 11 dan larutan iodium

Pipet tetes

Mikropipet

4.4 Cara Kerja

1. Siapkan 5 tabung reaksi dan labeli tabung yaitu pH 1, pH 3, pH 5, pH 7, pH 112. Masukkan 2 ml larutan pati sesuai dengan pH yang tertera di label3. Masukkan 2 ml air liur ke dalam masing-masing tabung reaksi4. Inkubasi campuran larutan pati dan air liur tersebut pada suhu 370 selama 15 menit5. Setelah diinkubasi, teteskan pereaksi iodium kedalam masing-masing tabung reaksi6. Amati perubahan warna yang terjadi7. Tambahkan 3 ml aquades pada masing-masing tabung reaksi8. Lakukan pengukuran kandungan protein dalam campuran tersebut dengan spektrofotometer

4.5 Hasil PercobaanSetelah dilakukan percobaan dan pengamatan, berikut hasil yang didapatkan :pHAbs SampelWarna

11,345Biru

31,234Biru donker

50,432Ungu muda

70,209Bening

110,209Ungu lebih muda

4.6 PembahasanKeberadaan enzim dapat diuji dengan pereaksi biuret. Warna biru/ungu yang dihasilkan setelah dimasuki indikator protein yaitu biuret menunjukkan adanya kandungan protein dalam larutan tersebut. Pada percobaan ini, campuran larutan pati dan amilum yang awalnya tidak berwarna, setelah dimasuki pereaksi iodium rata-rata mengalami perubahan warna. Larutan pati yang mengandung pH 1 mengalami perubahan warna menjadi biru, pH 3 menjadi biru donker, pH 5 menjadi ungu muda, ph 11 menjadi ungu namun lebih muda dari pH 5, sedangkan larutan yang mengandung pH 7 tidak mengalami perubahan warna.

Larutan pati pH 1, 3,5,7,dan 11 dan air liur sebelum ditetesi pereaksi iodium

Setelah ditetesi pereaksi iodium Perubahan warna tersebut juga menunjukkan adanya aktivitas reaksi enzim yang memiliki tingkat kecepatan sesuai dengan warna yang dihasilkan. Semakin tua warna biru menunjukkan adanya kandungan protein yang lebih banyak pada larutan tersebut, ini berarti protein berupa amilum dalam larutan tersebut tidak terhidrolisis menjadi maltosa karena enzim tidak bekerja secara maksimal.Untuk membuktikan teori tersebut, dilakukan pengukuran konsentrasi protein dengan spektrofotometer. Hasil pembacaan spektrofotometer menunjukkan bahwa larutan yang mengandung pH 1 memiliki konsentrasi protein 1,345 , pH 3 konsentrasi proteinnya 1,234 , pH 5 konsentrasi proteinnya 0,432 , pH 7 konsentrasi proteinnya 0,209 , pH 11 konsentrasi proteinnya 0,298.

4.7 Kesimpulan Aktivitas enzim bekerja secara maksimum pada pH 7, dan pada pH 7 merupakan pH optimum pada percobaan ini karena jumlah pati berkurang, sehingga dapat dihidrolisis menjadi maltosa. Sedangkan pada pH 1 dan 3 enzim tidak bekerja, kemudian pada pH 5 dan 11 enzim bekerja namun tidak maksimal.I. Kromatografi

1.1 Tujuan PraktikumMemisahkan molekul (protein/hemoglobin dan Vitamin B12) dengan teknik penyaringan molekuler berdasarkan ukuran molekul.1.2 Dasar TeoriDalam percobaan ini digunakan butiran mikroskopis dekstran (suatu bentuk polimer glukosa) dengan diameter dan ukuran pori-pori tertentu sebagai fase stasioner.Vitamin B12 (berwarna merah muda) mempunyai ukuran molekul yang lebih kecil dari pori-pori (BM 1350 dalton), sehingga akan terperangkap masuk dalam pori-pori butiran, keluar lagi, terperangkap dalam butiran lain, demikian seterusnya sehingga akan lebih lambat keluar dari kolom.Sebaliknya molekul Hemoglobin (berwarna coklat) dengan BM 65000 dalton tidak dapat masuk ke pori-pori dan akan lewat disela-sela butiran sehingga akan keluar lebih dahulu dari kolom pemisah.1.3 Alat dan BahanSampel: Hemoglobin dan vitamin B12

Kolom berisi gel penyaring molekuler (sephadex-G100)

Dapar NaCl 0,1 M

Kertas grafik1.4 1.4 Cara Kerja Kolom kromatografi yang sudah siap tambahkan 3 tetes campuran vitamin B12-Hb. Selanjutnya tutup kolom bawah dibuka. Dapar NaCl 0,9% terus diberikan agar gel tetap basah dan cepat mengalir. Hasil tetesan dari kolom ditampung pada tabung sebanyak 5 tetes, kemudian tabung berikutnya 5 tetes dan seterusnya sampai gel jernih kembali. Amati warna pada setiap tabung penampungan. Lalu tentukan intensitas warna yang ada (-,+,++,+++), tambahkan setiap tabung 3ml akuades selanjutnya dibaca pada spektrofotometer =540nm.

1.5 HasilSetelah melakukan tahapan langkah percobaan dengan teknik kromatogafi sebagai mana yang telah dijelaskan dalam cara kerja diatas, kami mendapatkan data yang dapat dijelaskan melalui tabel dan diagram dibawah ini.TabungWarnaIntensitasSerapan ()

1Bening--0,006

2Bening-0,006

3Bening-0,053

4Merah Muda+0,001

5Merah Tua+++0,090

6Merah Muda++0,043

7Merah Muda++0,061

8Merah Muda+0,003

9Merah Muda+0,039

10Merah Muda+0,000

11Merah Muda+0,009

12Merah Muda+0,032

13Merah Muda+-0,012

14Bening +-0,008

15Kuning+0,050

16Bening+-0,014

17Bening--0,014

18Bening--0,002

19Bening--0,020

20Bening--0,013

1.6 Kesimpulanteknik kromatografi bertujuan untuk memisahkan molekul protein/hemoglobin dan vitamin B12 dengan teknik penyaringan molekul berdasarkan ukuran molekul. Secara teori, vitamin B12 mempunyai ukuran molekul yang lebih kecil dari pori-pori, sehinggan akan terperangkap masuk dalam pori-pori butiran, keluar lagi, terperangkap dalam butiran lain, demikian seterusnya sehingga akan lebih lambat keluar dari kolom. Sebaliknya molekul hemoglobin dengan berat massa yang lebih besar dari vitamin B12 tidak dapat masuk ke dalam pori-pori dan akan lewat di sela-sela butiran sehingga akan keluar lebih dahulu dari kolom pemisah.Dari hasil percobaan yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa pada tabung ke-1, ke-2, dan ke-3 campuran Vitamin B12 dan Hemoglobin belum turun, sehingga warnanya bening. pada tabung ke-4 didaptkan warna merah muda, sehingga dapat disimpulkan bahwa tetesan pada tabung ini mulai mengandung Hemoglobin yang mempunyai berat molekul (BM) lebih besar dari Vitamin B12. Pada tabung ke-5 didapatkan warna merah yang paling cerah, sehingga dapat disimpulkan bahwa tabung tersebut mengandung paling banyak hemoglobin.Setelah itu, warna pada tetesan di tabung semakin memudar. Dan pada tabung ke-15, warna kembali meningkat, hal ini menyatakan bahwa pada tabung ini terkandung Vitamin B12 yang mempunya berat molekul (BM) lebih kecil dari hemoglobin, sehingga teperangkap oleh pori-pori yang dimiliki oleh kolom, dan menyebabkan vitamin B12 tetes lebih lama daripada hemoglobin. Dan dapat disimpulkan bahwa teknik kromatografi ini dapat memisahkan protein/hemoglobin dengan vitamin B12. Dalam percobaan ini didapatkan perbedaan dari warna yang terlihat oleh mata dan nilai yang terlihat oleh spekctrofotometer. Adanya perbedaan ini bisa disebabkan karena perbedaan jumlah tetes aquades yang ditambahkan pada masing-masing tabung sebelum dilakukan spektrofotometer. semakin banyak aquades yang ditambahkan ke dalam tabung, maka akan semakin memudarkan warna tabung, sehingga perbedaan jumlah tetes yang diberikan akan mengakibatkan perbedaan nilai yang terbaca oleh spektrofotometer.

DAFTAR PUSTAKAW.A. Newman Dorland. Kamus Kedokteran Dorland.-Ed 31-. Jakarta: EGC; 2010.Devi A, Endah W, Et Al. Buku Panduan Praktikum Modul Celluler & Molecular Basis OfInheritance Semester I. Jakarta: PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012.K.Robbert Murray.2003. Biokimia Harper. Dublin, Ohio : EGCSyamsuri,Istamar,dkk.2002. Biologi 3A untuk SMA Kelas XII. Sem.1. Jakarta : ErlanggaDamin S. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC; 2009Campbell, Nell A dan Jane B.Reece..Biologi Eight.Edition Neil A.Campbell & Jane B.Reece. Jakarta : Erlangga. 2010I Nyoman Suarsana. Enzim dan Koenzim. (cited 18/11/12). Available from http://staff.unud.ac.id Elidar Naiola. Karakteristik ddan Optimasi Media Produksi Amilase dari Aspergilus Niger Dab Aspergilus Clavatus. Des 2002 (Cited 18/11/12). Available from http://elib.pdii.lipi.go.id Annisa Rachma. Kajian Pengaruh Suhu, pH, Waktu dan Konsentrasi Inhibitor Akar Kawao (Milletia Sericea) pada Degradasi Sukrosa oleh Invertase. 2006 (cited 18/11/12). Available from http://repository.ipb.ac.id ENZIM. http://ejurnal.fikk.ung.ac.id/index.php/FSC/article/download/75/28./html.[diunduh 17/11/12].