Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

20
Laporan UJI AKTIVITAS ENZYM PADA BATING AGENTS (OROPON) Disusun Oleh : Afifah NIM. 130101002 Teknologi Bahan Kulit-A KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA 2015

Transcript of Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

Page 1: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

Laporan

UJI AKTIVITAS ENZYM PADA BATING AGENTS

(OROPON)

Disusun Oleh :

Afifah

NIM. 130101002

Teknologi Bahan Kulit-A

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI

POLITEKNIK ATK

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

Praktikum I

Uji Aktivitas Enzym pada Bating Agents (Oropon)

A. Tujuan

1. Mengetahui aktivitas atau kekuatan enzim dalam oropon

2. Mampu melakukan dan menguji aktivitas enzim dalam oropon dengan

metode Northrop dan Groos

B. Dasar Teori

1. Enzim

Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel

hidup. Sekarang, kira-kira lebih dari 2.000 enzim telah teridentifikasi, yang

masing-masing berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam system

hidup. Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian nesar enzim dapat

diperoleh dari ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya.Sebagai

katalisator, enzim berbeda dengan katalisator anorganik dan organic

sederhana yang umumnya dapat mengkatalisis berbagai reaksi kimia. Enzim

memepunyai spesifitas yang sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat)

maupun jenis reaksi yang dikatalisiskan. Pada umumnya, suatu enzim hanya

mengkatalisis satu jenis reaksi dan bekerja pada suatu substrat tertentu.

Kemudian, enzim dapat meningkatkan laju reaksi yang luar biasa tanpa

pembentukan produk samping dan molekul berfungsi dalam larutan encer

pada keadaan biasa (fisiologis) tekanan, suhu, dan pH normal. Hanya sedikit

katalisator nonbiologi yang dilengkapi sifat-sifat demikian.

Enzim merupakan unit fungsional dari metabolism sel. Enzim bekerja

dengan urutan-urutan yang teratur dan mengkatalisis ratusan reaksi dari

reaksi yang sangat sederhan seperti replikasi kromosom sampai ke reaksi

yang sangat rumit, misalnya yang menguraikan molekul nutrient, menyimpan

dan mengubah energy kimiawi. Masing-masing reaksi dikatalisis oleh sejenis

Page 3: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

enzim tertentu. Diantara sejumlah enzim tesebut, ada sekelompok enzim yang

disebut enzim pengatur. Enzim dapat mengenali berbagai isyarat metabolis

yang diterima. Melalui aktivitasnya, enzim pengatur mengkoordinasikan

system enzim dengan baik, sehingga menghasilkan hubungan harmonis

diantara sejumlah aktivitas metabolis yang berbeda. Pada keadaan abnormal

atau aktivitas berlebihan suatu enzim dapat menimbulkan penyakit.

Semua enzim pada hakikatnya adalah protein. Beberapa diantaranya

mempunyai struktur agak sederhana sedangkan sebagian besar lainnya

memiliki struktur rumit. Naun, kebanyakan enzim baru berfungsi sebagai

katalis apabila disertai zat lain yang bukan protein, yang disebut kofaktor.

Suatu kofaktor dapat berupa ion logam sederhana seperti Fe2+

atau Cu2-

,

tetapi dapat pula berupa molekul organic kompleks yang disebut koenzim.

Bagian protein dari enzim disebut apoenzim. Kemudian gabungan apoenzim

dan kofaktornya sehingga enzim menjad aktif disebut holoenzim.

Berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis, enzim dapat dibagi menjadi

enam golongan utama yaitu:

a. Oksidoreduktase: kelompok enzim yang mengerjakan reaksi oksidasi

dan reduksi.

b. Transferase: kelompok enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan

suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain.

c. Hidrolase: kelompok enzim yang berperan dalam reaksi hidrolisis.

d. Liase: kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi adisi atau pemecahan

ikatan rangkap.

e. Isomerase: kelompok enzim yang mengkatalisis perubahan konformasi

molekul (isomerisasi).

f. Ligase (sintetase): kelompok enzim yang mengkatalisis pembentukan

ikatan kovalen.

Page 4: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

Banyak factor yang mempengaruhi aktivitas enzim. Beberapa

diantaranya yang paling penting adalah suhu, pH, konsentrasi enzim, dan

konsentrasi substrat.

a. Pengaruh suhu

Setiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu suhu dimana enzim

memiliki aktivitas maksimal. Enzim didalam tubuh manusia mempunyai

suhu optimal sekitar 37ºC. di bawah atau di atas suhu optimum, aktivitas

enzim menurun. Suhu mendekati titik beku tidak merusak enzim, tetapi

enzim tidak aktif. Jika suhu dinaikkan, maka aktivitas enzim meningkat.

Namun, kenaikan enzim yang cukup besar dapat menyebabkan enzim

mengalami denaturasi dan mematikan aktivitas katalisnya. Sebagian

enzim mengalami denaturasi pada suhu di atas 60ºC.

b. Pengaruh pH

Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada pH sekitar 6-8.

Setiap enzim mempuntai pH optimum yang khas. pH optimum enzim

umumnya adalah sekitar pH jaringan di mana enzim berada. Beberapa

enzim ada yang aktivitasnya pada pH tinggi dan ada pula yang pada pH

rendah. Misalnya, pepsin merupakan enzim pencernaan yang terdapat

dalam usus halus dan memiliki pH 7,7. Pada pH jauh diatas pH

optimum, enzim akan mengalami denaturasi.

c. Pengaruh konsentrasi enzim

Pada konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya konsentrasi

enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis (V) berbanding

lurus dengan konsentrasi enzim (E) sampai batas tertentu, sehingga

reaksi mengalami kesetimbangan. Pada saat setimbang, peningkatan

knsentrasi enzim sudah tidak berpengaruh.

d. Pengaruh konsentrasi substrat

Pada konsentrasi enzim yang tetap, peningkatan konsentrasi

substrat akan menaikkan kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai

Page 5: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

kecepatan maksimum yang tetap. Pada titik maksimum semua enzim

telah jenuh dengan substrat, sehingga penambahan substrat sudah tidak

akan meningkatan kecepatan reaksi enzimatis.

2. Kasein

Kasein mengacu pada komponen protein utama pada susu.Kasein

merupakan golongan protein yang komposisinya mencapai 80% dari

komposisi keseluruhan protein susu. Protein kasein terbagi menjadi beberapa

komponen, komponen yang umum dijumpai adalah αs1-kasein, αs2-kasein,

β-kasein, dan κ-kasein.

Protein kasein memiliki daerah hidrofobik dan hidrofilik yang

bervariasi. Kasein relatif tidak sensitif terhadap panas, dibutuhkan temperatur

diatas 120°C untuk merusak struktur kasein hingga menjadi tidak larut dalam

air. Di sisi lain, kasein cukup sensitif terhadap pH, maka itu protein kasein

akan mengendap pada titik isoelektriknya.Protein kasein mempunyai masa

molekul sebesar 106 hingga 109 Dalton. Kasein mampu menyebarkan

cahaya. Oleh karena keberadaan kasein di dalam susu, susu berwarna putih.

Protein kasein bersama dengan kalsium fosfat, dapat membentuk

semacam partikel koloid yang terdispersi, yang disebut misel (micelles).

Karena protein kasein berupa suspensi, protein tersebut dapat dipisahkan dari

campuran menggunakan sentrifugasi.Setelah sentrifugasi, beberapa protein

tertingal di dalam larutan. Protein yang larut di dalam supernatan tersebut

disebut protein whey.

Kasein mengandung asam beragam asam amino yang diperlukan

mamalia muda untuk tumbuh.Karena memiliki protein berkualitas tinggi

seperti kasein, susu sapi dianggap sebagai salah satu makanan manusia yang

paling penting.Lebih jauh lagi, protein kasein terdesain untuk berikatan

dengan kalsium fosfat, yang secara langsung mengendap pada lambung bayi

baru lahir. Hal ini membuat protein tersebut mudah dicerna. Karena protein

Page 6: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

kasein dinilai mempunyai signifikansi yang besar terhadap kehidupan

manusia, struktur kasein telah dipelajari secara menyeluruh, akan tetapi

struktur pasti kasein masih diperdebatkan.

3. Ammonium Sulfat

Ammonium Sulfat (ejaan yang direkomendasikan IUPAC; juga

ammonium sulfat dalam bahasa Inggris British), (NH4)2SO4, ialah suatu

garam anorganik dengan penggunaan komersial yang banyak. Penggunaan

paling umum ialah sebagai pupuk tanah. Ammonium sulfat mengandung

21% nitrogen sebagai kation ammonium, dan 24% sulfur sebagai anion

sulfat.

Dalam biokimia, pengendapan ammonium sulfat ialah suatu cara biasa

untuk memurnikan protein melalui pengendapan selektif; Ammonium sulfat

sangat larut dalam air dan dapat membuat larutan sangat pekat, yang dapat

membuat protein mengalami “salt out”, yang menyebabkan pengendapan

pada konsentrasi tertentu. Ini memberikan sesuatu yang berarti dan sederhana

untuk memfraksinasikan campuran protein kompleks. Ammonium sulfat juga

tercantum sebagai bahan racikan untuk banyak vaksin Amerika Serikat setiap

Pusat untuk Pengawasan Penyakit.

4. Oropon

Oropon didasarkan pada enzim pankreas. aktif antara pH 7 dan 9.

Oropon cocok untuk semua jenis kulit, terutama untuk kulit yang lembut

oropan dapat melonggarkan serta memberikan elastisitas. Oropon berupa

bubuk dengan nilai ph 5,0 – 7,0.

5. Larutan Penyangga

Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-

nya, jika ditambahkan sedikitasam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan

Page 7: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

penyangga merupakan campuran asam lemah dengan basakonjugasinya atau

campuran basa lemah dengan asam konjugasinya.

Contoh: Larutan yang mengandung CH3COOH 0,1 M dan CH3COONa 0,1

M.

a. Penambahan sedikit asam.

Contoh, penambahan sedikit HCl. Jika ke dalam larutan ini

ditambahkan sedikit HCl, maka pH larutan tidak berubah. Hal ini

disebabkanH+ yang berasal dari HCl dalam larutan akan dinetralkan

dengan CH3COO- yang berasal dari CH3COONa berdasarkan reaksi

berikut.

H+(aq) + CH3COO-(aq) ⇌ CH3COOH(aq)

Reaksi ini menyebabkan jumlah H+ dalam larutan tidak

berubah. Akibatnya, pH larutan tidakberubah.

b. Penambahan sedikit basa.

Jika ke dalam larutan ini ditambahkan sedikit NaOH, maka pH

larutan tidak berubah. Hal ini disebabkan OH- yang berasal dari NaOH

dalam larutan akan dinetralkan CH3COOH berdasarkan reaksi berikut.

OH-(aq) + CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO-(aq) + H2O

Reaksi ini menyebabkan jumlah OH- atau H+ dalam larutan

tidak berubah. Akibatnya, pH larutan tidak berubah.

c. Pengeceran.

Contoh, pengeceran larutan hingga volumenya = 10 kali volume

semula. Jika larutan ini diencerkan hingga volumenya = 10 kali volume

semula, maka a CH3COOH bertambah yang dapat menyebabkan jumlah

H+ dalam larutan bertambah. Tetapi, konsentrasi H+ tidak berubah

sebab volume larutan bertambah. Akibatnya, pH larutan tidak berubah.

Larutan yang mengandung NH4OH 0,1 M dan NH4Cl 0,1 M.

Page 8: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

6. Bating Agents

Bating agent adalah bahan untuk proses bating dalam penyamakan

kulit atau untuk mengikis protein pada kulit yaitu penghilangan akhir pada

komponen kulit yang bukan kolagen meliputi protein globular, elastin dan

sisa struktur sel, yang terjadi proses enzimatis. Pada proses bating terjadi

proses pelisisan zat-zat kimia, terbentuk void space dan terurainya (splitting)

berkas serabut kolagen. Zat-zat kimia yang dilisis oleh enzim dalam proses

bating adalah protein elastin, protein globular, lemak, karbohidrat, sel-sel

pada epitel folikel rambut, epidermis dan pembuluh darah.

Sumber-sumber enzim yang dapat digunakan pada proses pembuatan

bating agent dapat diperoleh dari sel-sel pada tumbuhan, sel-sel pada organ

pankreas hewan, dan dalam sel mikroba. Perbedaan antara ketiga sumber

enzim tersebut adalah pada letak dimana enzim itu dapat dipanen, kekuatan

enzimnya, dan cara memanennya. Enzim pada tumbuhan terletak pada

getahnya, enzim pada hewan terletak pada kelenjar pankreas, sedangkan

enzim pada mikroba terletak pada sitoplasma sel-selnya.

Bating agent selain bersumber dari tumbuhan, hewan, dan bakteri, juga

dapat diperoleh dari bahan paten/ bating agent patent. Bating agent patent

dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama karena kondisinya kering,

terdapat bahan pengawet di dalamnya dan dikemas dalam keadaan kedap

udara. Komponen yang terdapat dalam bating agent patent adalah enzim

campuran (crude enzim). Crude enzim terdiri dari bahan pengawet sekaligus

juga sebagai pengikat (enzim menempel) enzim dan bahan pengisi. Contoh

dari bahan yang mempunyai fungsi sebagai pengawet dan pengikat enzim

adalah ZA, ammonium sulfat, dll. Bahan pengisi termasuk juga untuk

menentukan kekuatan/ menstabilkan kekuatan enzim. Contoh dari bahan

pengisi adalah tepung kanji, tepung gergaji yang tidak mengandung zat

tannin,dll. Sebagai contoh dari bating agent patent adalah oropon, pancreol,

palkobate, dll.

Page 9: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

Bating agent berisi enzim yang berfungsi untuk melisis substrat dari

zat tertentu. Substrat-substrat yang dilisis oleh enzim itu adalah cairan

jaringan, substansi dasar, protein elastis, protein globular dan senyawa kimia

yang larut dalam substansi dasar dan cairan jaringan (Khurry, 2012).

7. Presipitasi Kasein

Presipitas adalah pengendapan, yaitu pembentukan zat solid dalam

larutan atau dalam lainnya selama reaksi kimia atau oleh difusi dalam

padatan, dimana zat terlarut tidak larut dengan pelarut dan terbentuklah

endapan. Presipitas juga memiliki definisi suatu makroskopik yang

menghasilkan perubahan yang visible (peningkatan viskositas atau

kekeruhan pada larutan) (http://www.slideshare.net/fransiskaputeri/acara-iii-

paling-anyar).

Kasein akan mengalami presipitasi apabila ditambah dengan alkohol,

enzim, asam atau dengan penurunan pH, atau dapat pula dengan centrifuse

kecepatan tinggi. Presipitasi protein adalah pengendapan yang terjadi karena

penggumpalan yang parsial. presipitasi disebabkan oleh berkurangnya

kelarutan protein (perubahan fisik) yang terjadi karena perubahan kimia.

Seperti halnya denaturasi protein, presipitasi juga disebabkan oleh faktor

kimia dan fisika. Semua faktor yang terjadi pada denaturasi juga terjadi pada

presipitasi protein. Semua faktor yang dapat menimbulkan denaturasi

protein, juga dapat menyebabkan perubahan kelarutan protein. Dengan

demikian presipitasi protein merupakan fenomena fisika yang disebabkan

oleh perubahan struktur kimia.

Presipitasi disebabkan oleh pengembangan molekul protein akibat

unfolding atau membukanya heliks-heliks protein. Presipitasi juga terjadi

akibat terganggunya kesetabilan koloid yang disebabkan oleh menurunnya

muatan elektrostatik protein sehingga gaya gravitasi akan lebih dominan

dibandingkan gaya tolak-menolak antar molekul. Kesimpulannya adalah

Page 10: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

presipitasi protein merupakan fenomena berkurangnya kelarutan suatu

protein yang disebabkan oleh perubahan struktur kimia (Puspita, 2015).

8. Aktivitas enzim

Aktivitas enzim didefinisikan sebagai laju reaksi kimia berkatalis

enzim dalam mengubah substrat menjadi produk. Aktivitas bergantung pada

konsentrasi enzim dan keadaan reaksi seperti pH, suhu. Aktivitas enzim

sering diukur dengan mengikuti munculnya produk berwarna atau

menghilangnya substrat warna dalam waktu beberapa waktu (Ayu, 2012).

Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat

yang bereaksi dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan

terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya

akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara

khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam

senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap

enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat

digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa.

Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah

substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan

suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim

adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan

keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat

bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini

akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim

juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang

menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan

aktivitas enzim (http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim).

Jumlah enzim di dalam larutan atau ekstrak jaringan tertentu dapat

diuji secara kuantitatif dalam hal pengaruh katalitik yang dihasilkannya.

Page 11: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

Biasanya, enzim diuji pada pH optimum, pada suhu yang mudah

dipergunakan, biasanya dalam kisaran 25 sampai 38°C, dan dengan

konsentrasi substrat yang mendekati jenuh. Pada keadaan ini, kecepatan

reaksi awal biasanya sebanding dengan konsentrasi enzim, sedikitnya pada

kisaran konsentrasi enzim tertentu.

Dengan persetujuan internasional, 1unit aktivitas enzim didefinisikan

sebagai jumlah yang menyebabkan pengubahan 1mikromol substrat per

menit pada 25oC pada keadaan pengukuran optimal. Aktivitas spesifik

adalah Jumlah unit enzim per mg protein atau besarnya aktivitas enzim per

jumlah protein yang terkandung dalam campuran enzim yang diuji. Makin

besar suatu aktivitas spesifik enzim, maka makin besar tingkat kemurnian

suatu enzim karena aktivitas spesifik merupakan suatu ukuran kemurnian

enzim, nilainya meningkat selama pemurnian suatu enzim dan menjadi

maksimum dan tetap (konstan) jika enzim sudah berada pada keadaan murni

(Anonim, 2013).

Kekhususan aktivitas enzim adalah peranannya sebagai katalis hanya

terhadap satu reaksi atau beberapa reaksi yang sejenis saja. Jadi dapat

melibatkan beberapa jenis substrat. Kekuatan enzim didefinisikan sebagai

kekuatan enzim untuk melisis substrat dalam waktu tertentu.

Menurut Khurry (2012), istilah aktivitas enzim biasanya digunakan

untuk mengukur kekuatan enzim. Aktivitas enzim adalah kemampuan enzim

untuk mendigesti substrat dalam pH dan suhu yang optimal dan jangka

waktu tertentu. Aktivitas enzim mempunyai satuan unit enzim berdasarkan

standar unit enzim. Unit enzim adalah satuan yang menunjukkan aktivitas

enzim berdasarkan berapa substrat yang terdigesti dalam satuan waktu

tertentu. Setiap enzim untuk dibandingkan aktivitasnya, masing-masing

harus dalam kondisi lingkungan optimal (aktivitasnya optimal). Kalau tidak

dilakukan dalam kondisi optimal maka tidak dapat dibandingkan.

Page 12: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

Lingkungan optimal meliputi kondisi aktivitas, perlakuannya hati-hati dan

teliti, serta harus sesuai tahapan/ prosedur.

C. Prosedur Kerja

1. Alat

Telenan, pisau, cawan porselen, corong, erlenmeyer 250 ml, labu ukur, gelas

beker, pengaduk, pipet volum, propipet, oven.

2. Bahan

Pankreas ayam, ZA, air kran, larutan Buffer II, larutan Casein, kertas saring.

3. Cara Kerja

1) Membuat larutan casein dalam 1000 ml labu ukur dengan menimbang

2,5 g casein kemudian melarutkannya dengan 100 ml buffer 1 dan

menambahkan aquades sampai tanda batas

2) Membuat larutan bating agent dalam 500 ml labu ukur dengan

menimbang 5 gr oropon, kemudian menambahkan 500 ml air kran dan 5

gr ZA

3) Memipet masing – masing 25 ml larutan casein, dan memasukkannya

kedalam erlenmeyer 1, 2, dan 3

4) Menambahkan 25 ml Bating agent dan 25 ml Buffer 2 dalam erlenmeyer

1, sedangkan pada erlenmeyer 2 didiamkan terlebih dahulu selama 30

menit setelah itu ditambah buffer 2, begitu juga pada erlenmeyer 3

(didiamkan 60 menit)

5) Menyaring larutan menggunakan kertas saring yang sebelumnya telah di

oven dan ditimbang

6) Mengoven residu dan kertas saring selama 1 hari

7) Mengeluarkan kertas saring + residu dari dalam oven, kemudian

mendinginkannya kedalam desikator

8) Menimbang kertas saring dan residu

Page 13: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

D. Data Pengamatan

No. Berat Cawan (gr) Waktu

(menit)

Kertas Saring

(gr)

Kertas saring

+ residu (gr)

Residu (gr)

1 53,1984 - 0,9243 0,9757 0,0514

2 46,6347 30 0,9281 0,9769 0,0488

3 45,8595 60 0,9348 0,9875 0,0527

E. Perhitungan

Diketahui : 1. Berat Kasein = 2,5 g

2. Volume kasein = 25 ml

3. Fp = 25ml /1000 ml

Ditanya : 1. Kasein ......?

2. % Residu .....?

3. Kasein prisipitas.....?

4. Unit enzim (metode Northrop) ......?

5. Unit enzim (metode Groos) ......?

Jawab :

1. Kasein dalam larutan = 25 𝑚𝑙

1000 × 2,5 𝑔

= 25 𝑚𝑙

1000 × 2500 𝑚𝑔

= 62, 5 𝑚𝑔

2. % Residu I (kasein yang tidak terdigesti) =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 𝑚𝑔

𝐾𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 × 100%

=51,4

62,5× 100%

= 82,24 %

Page 14: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

Jadi kasein presipitas adalah 82,24%

3. Unit Enzim (metode Northrop)

Waktu = 30 menit

Kadar Casein yang tidak terdigesti =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 (𝑚𝑔 )

𝐶𝑝 ×𝑘𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛× 100%

=48,8

82,24 % × 62,5 × 100%

=48,8

51,4

= 0,95 𝑚𝑔

Casein terdigesti = 100% − 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑖𝑔𝑒𝑠𝑡𝑖

= 100% − 0,95%

= 99,05%

UE =Casein digesti % × 1 × 100 UE

Cp × 1

4

=99,05 % × 1 × 100 UE

30 % × 1

4

= 1320,67 UE (kuat)

4. Unit Enzim (metode Groos)

Waktu = 60 menit

Cp 1 = 82,24%

Berat residu = 52,7 mg

Cp 2 = 𝐶𝑝 1 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

=82,24

100× 62,5 𝑚𝑔

= 51,4 𝑚𝑔

Casein digesti = berat residu − Cp 2

= 52,7 𝑚𝑔 − 51,4 𝑚𝑔

= 1,3 𝑚𝑔

Page 15: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

UE =𝐶𝑑𝑖𝑔𝑒𝑠𝑡𝑖 𝑥 1𝑔𝑟 𝐵𝐴 𝑥 1000 𝑥 1 𝑢𝑛𝑖𝑡

𝐶𝑝𝑥1

4𝑥1,725𝑚𝑔

=𝐶𝑑𝑖𝑔𝑒𝑠𝑡𝑖 𝑥 1000𝑚𝑔 𝑥 1 𝑢𝑛𝑖𝑡

𝐶𝑝 2 𝑥1

4𝑥 1,725𝑚𝑔

=1,3 𝑚𝑔𝑥 1000𝑚𝑔 𝑥 1 𝑢𝑛𝑖𝑡

51,4 𝑚𝑔 𝑥1

4 𝑥 1,725𝑚𝑔

=5200

88,665

= 58,648 UE (kecil)

F. Pembahasan

Sebelum melakukan pengujian aktivitas enzim dalam suatu bating agent

perlu diketahui tentang presipitas kasein. Presipitasi protein adalah pengendapan

yang terjadi karena penggumpalan yang parsial. presipitasi disebabkan oleh

berkurangnya kelarutan protein (perubahan fisik) yang terjadi karena perubahan

kimia. Seperti halnya denaturasi protein, presipitasi juga disebabkan oleh faktor

kimia dan fisika. Semua faktor yang terjadi pada denaturasi juga terjadi pada

presipitasi protein. Semua faktor yang dapat menimbulkan denaturasi protein,

juga dapat menyebabkan perubahan kelarutan protein. Dengan demikian

presipitasi protein merupakan fenomena fisika yang disebabkan oleh perubahan

struktur kimia.

Kekuatan enzim didefinisikan sebagai kekuatan enzim untuk melisis

substrat dalam waktu tertentu. Diantara sumber-sumber enzim, enzim dari bakteri

mempunyai kekuatan enzim yang paling baik. mikroba memiliki beberapa

kelebihan jika dibandingkan dengan hewan maupun tanaman, yaitu : produksi

enzim pada mikroba lebih murah, kandungan enzim dapat diprediksi dan

dikontrol, pasokan bahan baku terjamin, dengan komposisi konstan dan mudah

dikelola. Cara pemanenannya adalah dengan cara ekstraksi dan kemudian

Page 16: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

diawetkan sebelum diproses selanjutnya. Salah satu contoh enzim adalah enzim

kolagenase, yaitu enzim yang dihasilkan dari mikroba yang anaerob.

Bating agent adalah bahan untuk proses bating dalam penyamakan kulit

atau untuk mengikis protein pada kulit yaitu penghilangan akhir pada komponen

kulit yang bukan kolagen meliputi protein globular, elastin dan sisa struktur sel,

yang terjadi proses enzimatis.

Bating agent selain bersumber dari tumbuhan, hewan, dan bakteri, juga

dapat diperoleh dari bahan paten/ bating agent patent. Bating agent patent dapat

disimpan dalam jangka waktu yang lama karena kondisinya kering, terdapat

bahan pengawet di dalamnya dan dikemas dalam keadaan kedap udara.

Dalam acara praktikum ini bating agents yang diuji merupakan bahan

bating agents patent yaitu Oropon. Oropon merupakan produk bating agent dari

TFL dengan karakteristik bahwa Oropon didasarkan pada enzim pancreas, aktif

antara pH 7 dan 9.

Sebelum aktivitas atau kekuatan enzim dalam Oropon diketahui, perlu

dilakukan uji presipitasi kasein. Kasein merupakan salah satu protein yang

berasal dari susu. Pembuatan larutan kasein dengan menimbang kasein sebanyak

2,5 gram kemudian ditambah buffer 1. Buffer 1 merupakan larutan penyangga

yang bersifat basa (alkalis) dengan ph 8. Buffer 1 yang ditambahkan kedalam

kasein berfungsi untuk mengaaktifkan enzim yang akan bereaksi pada kasein

tersebut, karena kasein merupakan substrat tempat menempelnya enzim. Dan

enzim akan diuji mempunyai keaktifan pada ph 7-9.

Selanjutnya pembuatan larutan bating agent, dengan menimbang 5 gram

oropon dan dilarutkan dalam 500 ml air kran dan 5 gram ZA. Pelarutan atau

pegenceran menggunakan air kran disebabkan dalm air kran itu sendiri

mengandung kesadahan yang cukup tinggi, air sadah ini biasanya mengandung

ion logam seperti Mg, Fe dan Ca. Ion logam tersebut dapat meningkatkan

aktivitas enzim dalam oropon. Sedangkan ZA berfungsi untuk pengikat dan

pengawet enzim.

Page 17: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

Pembuatan larutan kasein ini digunakan untuk menentukan kasein yang

tidak terdigesti. Dan hasil kasein tidak terdigesti yaitu 82,24 %. Kadar kasein

yang tidak terdigesti tersebut dapat digunakan untuk menghitung aktivitas enzim

dengan metode Northrop.

Aktivitas enzim adalah kemampuan enzim untuk mendigesti substrat

dalam pH dan suhu yang optimal dan jangka waktu tertentu. Aktivitas enzim

mempunyai satuan unit enzim berdasarkan standar unit enzim. Unit enzim adalah

satuan yang menunjukkan aktivitas enzim berdasarkan berapa substrat yang

terdigesti dalam satuan waktu tertentu. Setiap enzim untuk dibandingkan

aktivitasnya, masing-masing harus dalam kondisi lingkungan optimal

(aktivitasnya optimal). Kalau tidak dilakukan dalam kondisi optimal maka tidak

dapat dibandingkan. Lingkungan optimal meliputi kondisi aktivitas,

perlakuannya hati-hati dan teliti, serta harus sesuai tahapan/ prosedur.

Sesuai pustaka diatas bahwa untuk mengetahui aktivitas enzim perlu

dilakukan perbandingan. Perbandingan dalam pengujian ini didasrkan pada

perbedaan waktu perlakuan. Waktu tersebut meliputi 0 menit, 30 menit, dan 60

menit pendiaman larutan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim

yang optimal.

Selama waktu pendiaman tersebut enzim akan memulai mendigesti

substartnya dalam pengujian ini substratnya yaitu kasein. Setelah didiamakan

larutan ditamabh buffer 2 yang mempunyai sifat asam, hal ini berfungsi untuk

mengendapakan protein yang telah terdigesti oleh enzim, sehingga aktivitas atau

kekuatan enzim dapat ditentukan, dengan cara endapan yang telah terbentuk

disaring menggunakan kertas whatman agar endapan yang terbentuk dapat

tertinggal di kertas saring. Kemudian kertas saring di oven dalam suhu 105 0C

selama 1 hari. Residu yang tertampung dalam kertas saring tersebut digunakan

untuk menghitung aktivitas enzim.

Pengujian aktivitas enzim tanpa pendiaman (0 menit) digunakan utnuk

menghitung kadar kasein yang tidak terdigesti dan merupakan jumlah kasein

Page 18: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

presipitasnya. Selanjutnya kasein presipitas tersebut dapat digunakan untuk

menghitung kadar casein tidak terdigesti dan casein digesti dalam larutan yang

didiamkan selama 30 menit menggunakan metode Northrop.

Northrop menentukan dasar pengukuran suatu enzim (BA) sehingga

mampu mendigesti protein (yang digunakan kasein = protein susu) hingga

mencapai 40% nya. Tercapainya digesti ini memerlukan waktu (durasi). Casein

yang terdigesti menggunakan metode ini sebanyak 99,05%. Hasil tersebut tidak

sesuai dengan pernyataan dari northrop. Karena dari perhitungan diperoleh

kasein yang terdigesti lebih dari 40%. Hal ini bisa disebabkan ketidak hati-hatian

dan kurang teliti. Selain itu faktor suhu pada saat pemanasan atau pengovenan

juga dapat mempengaruhi hasil tersebut. Tetapi pada besar aktivitas enzim yang

diperoleh sebanyak 1320,67 UE, nilai tersebut menunjukkan bahwa aktivitas

enzim selama 30 menit termasuk dalam aktivitas enzim yang kuat.

Sedangkan uji aktivitas enzim menggunakan metode Groos diperoleh data

jumalah kasein yang terdigesti sebanyak 1,3 mg. Dan aktivitas enzim yang dapat

dihitung sebanyak 58,648 UE. Hasil tersebut lebih kecil jika dibandingkan

dengan aktivitas enzim pada waktu 30 menit. Berdasarkan perbandingan

perlakuan tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas enzim Oropon akan kuat

pada waktu 30 menit, setelah waktu itu aktivitas enzim akan menurun.

1 unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah yang menyebabkan

pengubahan 1mikromol substrat per menit pada 25oC pada keadaan pengukuran

optimal. Aktivitas spesifik adalah Jumlah unit enzim per mg protein atau

besarnya aktivitas enzim per jumlah protein yang terkandung dalam campuran

enzim yang diuji. Makin besar suatu aktivitas spesifik enzim, maka makin besar

tingkat kemurnian suatu enzim karena aktivitas spesifik merupakan suatu ukuran

kemurnian enzim, nilainya meningkat selama pemurnian suatu enzim dan

menjadi maksimum dan tetap (konstan) jika enzim sudah berada pada keadaan

murni.

Page 19: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

G. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Aktivitas enzim dalam oropon dalam waktu perlakuan 30 menit yaitu

1320,67 UE

2. Aktivitas enzim dalam oropon dalam perlakuan waktu 60 menit yaitu 58,648

UE

3. Jumlah kasein terdigesti dengan metode Northrop belum sesuai dengan

pustaka yang ada karena protein terdigesti lebih dari 40 %

4. Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang

mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia.

Page 20: Laporan Enzim, Afifah, 130101002, TBK A

DAFTAR PUSTAKA

Anonim dalam http://www.informasi-pendidikan.com/2015/03/sistem-pencernaan-

pada-ayam.html di akses pada 2 Desember 2015 pukul 13.19 wib

Anonim dalam https://wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/01/09/ammonium-

sulfat-kegunaannya/ diakses pada 2 Desember 2015 pukul 14.05

Das, Shonkor Kumar and Ajit Varma. 2011. Soil Enzymology. Springer-Verlag,

Berlin

Febria suwardi dalam https://febriayatimatul96.wordpress.com/2015/01/29/sistem-

pencrnaan-pada-ayam/ di akses pada 2 Desember 2015 pukul 13. 40 wib

Gustavson, K.H. 1956. The Chemistry and Reactivity of Collagen. Academic Press

Inc Publisher New York.