Laporan Pratikum Suppositoria

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk,yang diberikan melalui rectal,vaginal, atau uretra. Bentuk dan ukurannya harus sedemikin rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan kedalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk,harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu( Ansel,2005). Tujuan penggunaan suppositoria yaitu : 1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan. 2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.

description

Suppositoria adalah

Transcript of Laporan Pratikum Suppositoria

Page 1: Laporan Pratikum Suppositoria

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam

bentuk,yang diberikan melalui rectal,vaginal, atau uretra. Bentuk dan

ukurannya harus sedemikin rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan

kedalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan

begitu masuk,harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu( Ansel,2005).

Tujuan penggunaan suppositoria yaitu :

1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan

penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan

sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini

dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti

pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.

2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih

cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam

sirkulasi pembuluh darah.

3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran

gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni,

2005).

Bahan dasar suppositoria yag digunakan sangat berpengaruh pada

pelepasan zat terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak

tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat

yang larut dalam lemak pada tempat yang dibati. Polietilen glikol adalah bahan

dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara

sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar

diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun olehbentuk noionik

dapat dilepas dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin

Page 2: Laporan Pratikum Suppositoria

tergliseninasidan polietilen glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat

larut sehingga menghambat pelepasan. Bahan pembawa berminyak seperti

lemak coklat jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk

residu yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang

digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan

penggantinya ( lemak keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti

pada sediaan homoroid internal. ( Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995 ).

Basis suppositoria ideal dapat di uraikan sebagai berikut: (1)Telah

mencapai kesetimbangan krisnalitas,dimana sebagian besar komponen

mencapai temperatur rektal 36oC,tetapi basis dengan kisaran leleh lebih tinggi

dapat digunakan untuk campuran eutektikum,penambahan minyak-

minyak,balsam-balsam,serta suppositoria yang digunakan pada iklim tropis. (2)

Secara keseluruhan basis toksis dan tidak mengiritasi pada jarring tersebut

yang peka dan jaringan yang meradang. (3) Dapat bercampur dengan berbagain

jenis obat. (4) Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk stabil. (5)

Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan,sehingga

dapat dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan pelumas cetakan. (6) Basis

suppositoria tersebut tidak merangsang. (7) Basis suppositoria tersebut

mempunyai sifat membasahi dan mengemulsi. (8) “Angka air” tinggi,

maksudnya presentase air yang tinggi dapat dimasukkan kedalamnya. (9) Basis

suppositoria tersebut stabil pada penyimpanan,maksudnya warna,bau,atau pola

pengeplasan obat tidak berubah. (10) Suppositoria dapat dibuat dengan

mencetak dengan tangan,mesin,kompresi,atau ekstruksi. (Lachman,1994)

Jika basis tersebut berlemak,basis suppositoria mempunyai persyaratan

tambahan sebagai berikut: (11) “Angka asam”dibawah 0,2; (12) “Angka

penyabunan” berkisar dari 200 sampai 245; (13) “angka iod” kurang dari 7;

(14) interval antara titik leleh dan titik memadar kecil atau kurva SFI-nya

tajam. (Lachman,1994).

Page 3: Laporan Pratikum Suppositoria

I.2 Tujuan Percobaan

a) Mengetahui bentuk suppositoria

b) Mengetahui bahan dasar suppositoria

c) Mengetahui persyaratan dan evaluasi suppositoria

I.3 Prinsip Percobaan

Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada

suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat,

polietilenglikol atau gelatin.

Pembuatan suppositoria secara umum : bahan dasar yang digunakan supaya

meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum.

Obatnya supaya dapat larut dalam bahan dasar, bila perlu dipanaskan. Bila

obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus. Setelah

campuran mencair, dituangkan ke dalam cetakan suppositoria dan didinginkan.

Page 4: Laporan Pratikum Suppositoria

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 ALAT

Mortir

Stamper

Termometer

Cawan Porselen

Beaker Glass

Spatula

Sudip

Serbet

Aluminum Foil

Pencetak Suppositoria

Timbangan Kasar

Lempeng Alum

Penara

Anak Timbangan

Kertas perkamen

Timbangan --- keseragaman bobot

Batang Pengaduk

Kapas

Lemari Pendingin (kulkas)

Pipet tetes kecil

3.2 BAHAN

Ol.Cacao (Dasar Suppositoria)

Benzocain

Theophyllin

Air Panas

Parafin

Page 5: Laporan Pratikum Suppositoria

3.3 FORMULA

Oleum Cacao (FI-III hal 453)

Lemak coklat adalah coklat padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji

Theo Broma Cacao L. Yang telah dikupas / dipanggang.

Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa

khas lemak agak rapuh.

Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95 %), mudah larut dalam

kloroform , dalam eter dan dalam eter minyak tanah.

Suhu lebur : 310 – 340 C.

Khasiat : Zat tambahan.

Benzokain

Nama :  Ethyl p-aminobenzoae; benzoic acid, 4-amino ethyl

esterEthoform.

Rumus molekul :  C9H11NO2

Berat molekul :  165.19

Bentuk :  Hablur kecil atau serbuk hablur putih

Bau : Tidak berbau

Rasa :  Agak pahit

Warna             : Putih

Kelarutan : Menurut FI IV kelarutan benzokain adalah sangat sukar

larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam

eter. Agak sukar larut dalam minyak zaitun dan minyak amandel, larut

dalam asam encer.

Teofilin ( FI IV hal 783, FI III hal 597, Martindale 35 hal 1023)

Rumus Molekul : C7H8N4O2.H2O

Berat Molekul  : 198,18

Pemerian : serbuk berserat atau granul, bearna putih, suspensi dalam

air bereaksi netral terhadap lakmus , mengembang dalam air dan

membentuk suspensi yang jernih hingga opalesen kental,koloidal

Page 6: Laporan Pratikum Suppositoria

Kelarutan  : sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam larutan

alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida agak sukar larut dalam

etanol.

Stabilitas : dapat disimpan pada suhu kamar, dibawah cahaya

florosensi terus menerus selama sekurang – kurangnya 180 hari tanpa

perubahan konsentrasi yang signifikan dalam bentuk larutan sebaiknya

dilindungi cahaya,stabil di udara.

Khasiat  : obat asma, stimulasi SSP dan pernafasan, stimulasi

jantung bekerja sebagai diuretik lemah.

Penyimpanan  : dalam wadah tertutup baik

Dosis  : untuk sediaan lepas lambat dewasa dan anak-anak

maximal 400mg/hr. 3-4 dd 125-250 mg

3.4 PERHITUNGAN BAHAN

R / Benzocain 0,500

Theophyllin 0.500

Dasar Supp q.s

m.f.supp.dtd

s.I dd supp I

Pro : Tn.Jalal

1. Benzocain 0.500 x 3 = 1,5 g

2. Theophyllin 0,500 x 3 = 1,5 g

3. Dasar Supp q.s (3 g x 3) = 9 g – (1,5 g + 1,5 g)

= 9 g – 3 g

Page 7: Laporan Pratikum Suppositoria

= 6 g

3.5 PROSEDUR

Dimasukkan bahan obat benzocain dan theophyllin kedalam lumpang,di

gerus menggunakan alu secara kontinyu sampai homogen. Perlu

diperhatikan, dalam menggerus dilakukan secara satu arah saja.

Disiapkan air panas di dalam gelas beaker. Diukur temperature air panas

menggunakan thermometer. Suhu yang diinginkan ±40° C

Diletakkan cawan porselen diatas gelas beaker.

Dimasukkan Ol.Cacao ke dalam cawan porselen

Ol.cacao diaduk menggunakan batang pengaduk sampai massanya

mencair sempurna.

Dimasukkan bahan obat yang sebelumnya digerus dalam lumpang

Bahan obat dan ol.cacao diaduk secara kontinyu sampai massanya

homogen.

Disiapkan cetakan suppositoria bentuk torpedo.

Pada cetakan dioleskan dengan kapas yang sudah dibasahi paraffin.

Dimasukkan cairan suppositoria dengan bantuan kawat (dalam hal ini

kami menggunakan kawat (Ni/Cr)

Kemudian, cetakan yang sudah berisi cairan suppositoria dimasukkan ke

dalam lemari pendingin

Setelah … menit, cetakan dikeluarkan dari lemari pendingin. Kemudian

ditambahkan kembali cairan suppositoria yang bersisa di tempat yang

massanya menyusut.

Cetakan dimasukkan kembali ke dalam lemari pendingin. ± menit

Cetakan dikeluarkan dari lemari pendingin.

Cetakan dibuka secara perlahan, untuk menghindari massa suppositoria

tertinggal atau lengket pada cetakan.

Setelah suppositoria selesai dicetak, dilakukan evaluasi.

3.6 Evaluasi

1. Keseragaman bobot

Page 8: Laporan Pratikum Suppositoria

Ditimbang 4 supp (A)

Dihitung bobot rata-rata = A4

= (B)

Ditimbang satu persatu = (C)

Syarat : Penyimpangan beratnya tidak boleh lebih besar dari 5-10 %

Rumus Penyimpangan : B−C

Bx100 %=…%

2. Penentuan Titik Leleh

Digunakan alat khusus seperti thermometer tetapi tidak sama

3. Homogenitas

Diambil sedikit bagian dari suppositoria

Diletakkan di atas objek glass

Diatas massa suppositoria diletakkan lagi objek glass

Diamati homogenitas dari massa supositoria

BAB IV

Page 9: Laporan Pratikum Suppositoria

HASIL & PEMBAHASAN

4.1. Hasil 4.1.1 Keseragaman Bobot

Berat 4 Suppositoria (A) : 9,85 gram Berat rata-rata (B) : 2,4625 gram Berat masing masing suppositoria (C) :

No. Berat Suppositoria (gram)1. 2,52. 2,253. 2,54. 2,6

Jumlah 9,85

Penyimpangan :

Rumus penyimpangan : B−C

Bx100 %

Suppositoria 1 : 2,4625−2,5

2,4625x100 %=1,5 %

Suppositoria 2 : 2,4625−2,25

2,4625x100 %=8,63%

Suppositoria 3 : 2,4625−2,5

2,4625x100 %=1,5 %

Suppositoria 4 : 2,4625−2,6

2,4625x100 %=5,5 %

4.1.2. Penentuan Titik leleh

Penentuan titik leleh tidak dilakukan

Page 10: Laporan Pratikum Suppositoria

4.2 Pembahasan

Syarat-syarat suppositoria :

a. Tidak lebih dari 2 suppositoria yang mempunyai penyimpangan bobot

lebih dari 5% dan tidak ada yang lebih dari 10 %

b. Harus homogen

( Anonim, 2012 )

Dalam pembuatan suppositoria pada percobaan menggunakan bahan obat

yaitu benzocain yang digunakan sebagai anestetik local, umumnya sebagai

penghilang rasa sakit topical dan juga dapat digunakan dalam obat batuk serta

theophyllin yang digunakan sebagai pelemas otot polos dalam pengobatan asma.

Selain itu digunakan pula bahan dasar suppositoria yaitu oleum cacao. Pada

proses pembuatan, air yang dipanaskan harus mencapai 39 OC agar oleum cacao

dapat larut dengan mudah.

Page 11: Laporan Pratikum Suppositoria

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Suppositoria yang dibuat berbentuk peluru

Bahan dasar yang digunakan adalah oleuum cacao

Suppositoria memenuhi persyaratan evaluasi keseragaman bobot dimana

tidak ada satu suppositoria pun yang penyimpangannya lebih dari 10%

5.2 SARAN

Praktikan hendaknya mengetahui prosedur kerja dari percobaan

Praktikan hendaknya melakukan prosedur percobaan dengan baik agar

hasil yang baik.

Dalam percobaan selanjutnya hendaknya praktikkan memakai bahan dasar

suppositoria yang lain seperti lemak coklat

Page 12: Laporan Pratikum Suppositoria

BAB VI

LAMPIRAN DAN DAFTAR PUSTAKA

6.1 Lampiran

6.2 Daftar Pustaka

Anonim.1995. Farmakope Indonesia Ed.IV.Jakarta:Depkes RI.

Anief, Moh. 2000, Ilmu Meracik Obat, Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat, Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Ansel, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta :UI Press.

Page 13: Laporan Pratikum Suppositoria

Ansel, Howard C. dan Shelly J.Prince. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Depkes R.I. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri III. Edisi Ketiga.

Jakarta :UI Press.

Syamsuni,H.A.2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

HTTP :// selfiamona.blogspot.co.id/2013/10/formulasi-dan-teknologi-sediaan-semi_9878.html?m=1