Efektivitas MgCl2 mempengaruhi pertumbuhan dan Transpirasi ...
LAPORAN PRAKTIKUM transpirasi
-
Upload
brian-abdillah -
Category
Documents
-
view
805 -
download
5
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM transpirasi
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
TRANSPIRASI
DISUSUN OLEH
BRIAN ABDILLAH
F05110026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
TRANSPIRASI
ABSTRAK
Karena transpirasi sangat penting untuk kelangsungan hidup tumbuhan dan
dapat mempengaruhi juga keseimbangan kehidupan, maka perlu dilakukan
praktikum ini yang memiliki tujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi daun
secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorbsi airnya. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah tumbuhan Jawer kotok (Coleus
scutellarioudes) yang kokoh, air, vaselin. Sedangkan alat-alatnya yang
digunakan pada praktikum ini adalah fotometer, sumbat karet lubang, silet, serta
ember. Cara kerja dalam pelaksanaan praktikum ini adalah pertama pilih
tumbuhan Jawer kotok (Coleus scutellarioudes) dengan batang yang kokoh, dan
dipotong batang basalnya (bawahnya) setelah itu secepatnya letakkan dalam air.
Masih di dalam air, dimasukkan ujung batang tumbuhan Jawer kotok (Coleus
scutellarioudes) ke dalam sumbat caret berlubang hinggga tidak bergerak tetapi
tidak sampai patah. Diisi fotometer dengan air, dengan cara merendam fotometer
dalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air di dalamnya.
Kemudian sisipkan sumbat karet (yang telah terisi oleh tumbuhan) ke dalam
fotometer ( masih dalam air). Dipegang dengan baik gelas fotometer saat
memasukkan sumbat karet, berhati-hati jangan sampai pecah. Langkah
selanjutnya angkat seluruh sistem fotometer dari air dan tempat pada
penyokongnya. Olesilah dengan parafin bagian antara tumbuhan dan lubang
pada sumbat karet. Dibiarkan sebentar tumbuhan untuk bertranspirasi sampai
ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Pada saat gelembung memasuki
daerah berskala pada tabung maka siapkan pencatatan dengan menghitung jarak
yang ditempuh oleh gelembung per satuan waktu. Diukur kecepatan transpirasi
tumbuhan Jawer kotok (Coleus scutellarioudes) pada 3 kondisi berbeda yaitu:
pada meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah matahari terang
benderang ( matahari langsung). Setelah pengukuran, bandingkan kecepatan
transpirasi tumbuhan pada 3 kondisi tersebut. Dari hasil pengamatan diketahui
bahwa kecepatan transpirasi tumbuhan Jawer kotok (Coleus scutellarioudes)
pada kondisi hanya diletakkan pada meja praktikum ( keadaan normal) lebih
kecil daripada kecepatan transpirasi tumbuhan Jawer kotok (Coleus
scutellarioudes) pada kondisi di depan kipas angin dan di bawah matahari
terang benderang.
Kata kunci : transpirasi, kecepatan transpirasi, faktor kecepatan transpirasi
A. PENDAHULUAN
Transpirasi ialah satu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke
atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar rerambut tumbuhan dan air
itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bahagian tumbuhan khususnya
daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan
akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui
transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan
pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman
secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira
mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan (Devlin, 1983).
Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang
terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel
80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar
peranannya dalam transpirasi (Michael, 1964).
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun
luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis
lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan
daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata
(Salisbury&Ross.1992) dan faktor luar antara lain:
1. Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka,
maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di
dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
2. Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan
penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan
turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
3. Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya
akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi
dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap
buka-tutupnya stomata.
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan
terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin
menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan
kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi
suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat
transpirasi.
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju
absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari
pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun
sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika
kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut
(Loveless,1991).
Unsur kalium sangat memegang peranan dalam proses mermbuka dan
menutupnya stomata (stomata movement) serta transportasi lain dalam hara
lainnya, baik dari jaringan batang maupun lasngsung dari udara bebas. Dengan
adanya defisiensi kalium maka secara langsung akan memperlambat proses
fisiologi, baik yang melibatkan klorofil dalam jaringan daun maupun yang
behubungan dengan fungsi stomata sebagai faktor yang sangat penting dalam
produksi bahan kering secara umum. Semakin lama defisiensi kalium maka akan
semakin berdampak buruk terhadap laju proses fisiologi dalam jaringan daun.
Semakin berat defisiensi kalium pada gilirannya akan berdampak semakin parah
terhadap rusaknya pertumbuhan daun (Masdar, 2003).
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas,
penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp
menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering
terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran
layu tetap – kapasitas lapangan (Jumin, 1992).
Karena transpirasi sangat penting untuk kelangsungan hidup tumbuhan
dan dapat mempengaruhi juga keseimbangan kehidupan, maka perlu dilakukan
praktikum ini yang memiliki tujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi daun
secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorbsi airnya. Selain itu
praktikum ini juga akan menjawab masalah bagaimana kecepatan transpirasi pada
kondisi atau keadaan tertentu? Dan faktor apa saja yang mempengaruhinya?.
B. TUJUAN
Praktikum yang dilakukan ini memiliki tujuan yaitu untuk mengukur
kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan
absorbsi airnya.
C. MATERIAL DAN METODE
Praktikum ini dilakukan hari sabtu, 5 mei 2012 di Laboratorium
pendidikan Biologi FKIP untan pada pukul 07.30 sampai pukul 10.00 WIB.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tumbuhan Jawer kotok
(Coleus scutellarioudes) yang kokoh, air, dan vaselin. Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah fotometer, sumbat karet lubang, silet, serta ember. Dalam
praktikum ini dilakukan cara kerja yaitu pertama pilih tumbuhan Jawer kotok
(Coleus scutellarioudes) dengan batang yang kokoh, dan dipotong batang
basalnya (bawahnya) setelah itu secepatnya letakkan dalam air. Masih di dalam
air, dimasukkan ujung batang tumbuhan Jawer kotok (Coleus scutellarioudes) ke
dalam sumbat caret berlubang hinggga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah.
Diisi fotometer dengan air, dengan cara merendam fotometer dalam air hingga
semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air di dalamnya. Kemudian sisipkan
sumbat karet (yang telah terisi oleh tumbuhan) ke dalam fotometer ( masih dalam
air). Dipegang dengan baik gelas fotometer saat memasukkan sumbat karet,
berhati-hati jangan sampai pecah. Langkah selanjutnya angkat seluruh sistem
fotometer dari air dan tempat pada penyokongnya. Olesilah dengan parafin
bagian antara tumbuhan dan lubang pada sumbat karet. Dibiarkan sebentar
tumbuhan untuk bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung
fotometer. Pada saat gelembung memasuki daerah berskala pada tabung maka
siapkan pencatatan dengan menghitung jarak yang ditempuh oleh gelembung per
satuan waktu. Diukur kecepatan transpirasi tumbuhan Jawer kotok (Coleus
scutellarioudes) pada 3 kondisi berbeda yaitu: pada meja praktikum, di depan
kipas angin, dan di bawah matahari terang benderang ( matahari langsung).
Setelah pengukuran, bandingkan kecepatan transpirasi tumbuhan pada 3 kondisi
tersebut.
D. DATA PENGAMATAN
Hasil pengamatan
Tabel pengamatan kecepatan transpirasi
No Kondisi Waktu Jarak
1 Pada meja
praktikum
5 menit (300
detik)
0,2 mm 0,00067
mm/detik
2 Di depan kipas
angin
5 menit (300
detik)
0,3 mm 0,001
mm/detik
3 Di bawah matahari
terang benderang
(matahari langsung)
5 menit (300
detik)
0,3 mm 0,001
mm/detik
E. PEMBAHASAN
Transpirasi ialah satu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke
atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar rerambut tumbuhan dan air
itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bahagian tumbuhan khususnya
daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan
akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui
transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan
pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman
secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira
mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan (Devlin, 1983).
Dari hasil pengamatan praktikum dapat diketahui bahwa kecepatan
transpirasi tumbuhan Jawer kotok (Coleus scutellarioudes) pada kondisi di
depan kipas angin dan di bawah matahari langsung memiliki kecepatan
transpirasi lebih cepat dari kecepatan transpirasi tumbuhan Jawer kotok (Coleus
scutellarioudes) pada kondisi diletakkan pada meja praktikum. Hal ini terjadi
karena pada tumbuhan pada kondisi diletakkan pada meja praktikum mengalami
suatu kondisi normal, dimana keadaan lingkungan sekitarnya tidak diberi atau
terkena sinar matahari yang tinggi maupun angin yang lebih besar.
Sedangkan untuk tumbuhan Jawer kotok (Coleus scutellarioudes) pada
kondisi di depan kipas angin, lingkungan sekitar tumbuhan mengalami
peningkatan kecepatan angin. Angin yang dibuat meningkat ini akan
meningkatkan kecepatan transpirasi. Tumbuhan Jawer kotok (Coleus
scutellarioudes) pada kondisi di bawah matahari terang benderang juga memiliki
kecepatan lebih cepat dari tanaman pada kondisi diletakkan pada meja praktikum
(keadaan normal). Hal ini terjadi karena tanaman tersebut berada pada
lingkungan dengan radiasi matahari yang lebih tinggi. Radiasi matahari ini akan
mempengaruhi juga membukanya stomata yang merupakan tempat transpirasi
terbesar berlangsung. Radiasi matahari yang tinggi akan mempengaruhi
penigkatan suhu, dengan menigkatnya suhu disekitar tanaman, maka akan
membuat kelembaban relatif di sekitar tanaman menurun. Kelembaban relatif
disekitar tanaman yang lebih kecil akan membuat tekanan uap di udara lebih
kecil dan perbedaan tekanan uap di udara ( disekitar tumbuhan) dengan tekanan
uap di rongga daun (stomata) semakin besar sehingga stomata mudah terbuka,
uap air dari tumbuhan mudah keluar, serta peningkatan transpirasi pun
berlangsung.
Dari hasil ini, diketahui bahwa kecepatan transpirasi tumbuhan pada
kondisi diletakkan pada meja praktikum ( keadaan normal) adalah 0,00067
mm/detik, kecepatan transpirasi tumbuhan pada kondisi di depan kipas angin
adalah 0,001 mm/detik, dan kecepatan transpirasi tumbuhan pada kondisi di
bawah matahari terang benderang adalah 0,001 mm/detik. Dapat dilihat
tumbuhan pada kondisi di depan kipas angin dan pada kondisi di bawah matahari
terang benderang memiliki kecepatan transpirasi yang sama, hal ini dapat terjadi
karena beberapa hal yaitu, karena kondisi tumbuhan yang tidak dinetralkan di
keadaan normal sebelum dilakukan pengujian untuk kondisi yang berbeda dari
kondisi sebelumnya, sehingga tumbuhan melakukan kecepatan transpirasi yang
terlihat konstan, selain itu kondisi tanaman yang telah layu setelah perlakuan
pada kondisi sebelumnya, sehingga tumbuhan sulit melakukan peningkatan
transpirasi.
F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kecepatan transpirasi dapat diukur melalui alat fotometer. Dari ketiga
kondisi percobaan yang dilakukan terhadap tumbuhan Jawer kotok (Coleus
scutellarioudes) untuk mengetahui kecepatan transpirasinya terhadap ketiga
kondisi tersebut, dilihat pada kondisi hanya diletakkan diatas meja praktikum
(keadaan normal) tumbuhan Jawer kotok (Coleus scutellarioudes) yang diamati
memiliki kecepatan transpirasi 0,00067 mm/detik, kecepatan transpirasi
tumbuhan Jawer kotok (Coleus scutellarioudes) pada keadaan ini lebih kecil dari
transpirasi tumbuhan Jawer kotok (Coleus scutellarioudes) pada kondisi di
depan kipas angin dan di bawah matahari terang benderang yang memiliki nilai
kecepatan transpirasi 0,001 mm/detik. Angin dan radiasi matahari dapat
mempengaruhi kecepatan transpirasi tumbuhan karena dapat mengubah
kelembaban relatif dan tekenan uap air di sekitar tanaman.
Untuk pelaksaan praktikum tentang transpirasi dengan percobaan ini
kedepannya, sebaiknya perhatikan kondisi tumbuhan yang akan dipakai sebagai
bahan sebelum percobaan dilaksanakan, dan lakukan dengan teliti dan hati-hati
saat mamasukkan tumbuhan kedalam fotometer jangan sampai ada ruang untuk
masuk udara pada lubang masuk batang tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman. http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34436. (Diakses tanggal 10 mei 2012).
Devlin, R.M and K.H.Withan.1983.Plant Phisiology.Williard grant press:Boston
Dwidjoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta
Heddy, S.1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
Http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/trnaspirasi_tumb.html.
( Diakses tanggal 10 mei 2012).
Http://4pertanian.blogspot.com/2011/01/fisiologi-tumbuhan-transpirasi.html.
(Diakses tanggal 10 mei 2012).
Jumin, H. B. , 1992, Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta: Rajawali Press:
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Michael,P.H. 1964. General Phisiology. Tokyo : Kogasuma Company
Salisbury,frank B dkk.alih bahasa Dr.Diah R lukman dan
sumariono.1992.Fisiologi Tumbuhan jilid 1.Bandung : ITB
Tjitrosomo. 1985. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
LAMPIRAN
Perhitungan kecepatan transpirasi
Kecepatan transpirasi (V) = St
S = jarak
t = waktu (detik atau sekon)
1. Tanaman pada kondisi pada meja praktikum
S = 0,2 mm
t = 5 menit = 300 detik (sekon)
V = St
= 0,2 mm
300 detik = 0,00067 mm/ detik
2. Tanaman pada kondisi di depan kipas angin
S = 0,3 mm
t = 5 menit = 300 detik (sekon)
V = St
= 0,3 mm
300 detik = 0,001 mm/ detik
3. Tanaman pada kondisi di bawah matahari terang benderang
S = 0,3 mm
t = 5 menit = 300 detik (sekon)
V = St
= 0,3 mm
300 detik = 0,001 mm/ detik