Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

38
LAPORAN PRAKTIKUM KLIMATOLOGI ACARA VIII & IX HUJAN 2 & KLASIFIKASI IKLIM Oleh Nama : Shinta Rebecca Naibaho NPM : E1B012004 Prodi : Kehutanan Coass : Rian Ferry Andreas LABORATORIUM AGROKLIMAT FAKULTAS PERTANIAN

description

Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 :Hujan 2 : Pengolahan Data dan Klasifikasi Iklim"

Transcript of Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

Page 1: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

LAPORAN PRAKTIKUM

KLIMATOLOGI

ACARA VIII & IX

HUJAN 2 & KLASIFIKASI IKLIM

Oleh

Nama : Shinta Rebecca Naibaho

NPM : E1B012004

Prodi : Kehutanan

Coass : Rian Ferry Andreas

LABORATORIUM AGROKLIMAT

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2013

Page 2: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Hujan 2 : Pengolahan Data

Hujan merupakan penentu dan pengendali iklim. Hujan di suatu tempat

biasanya tidak sama dengan tempat lain walau sekalipun lokasinya

berdekatan. Saat datang hujan dan periode musim hujan pun bisa berbeda

untuk setiap kawasan yang berbeda.

Menurut pola dalam satu hari turunnya hujan suatu daerah bisa berbeda

– beda ketika sudah memasuki musim hujan. Walau belum banyak penelitian,

ada daerah yang mengalami hujan hampir setiap petang. Tetapi ada tempat

lain yang hujan tak menentu kadang siang kadang malam hari.

Demikian pula untuk kelebatan atau intensitas hujan. Pada suatu

kejadian hujan, kelebatan hujan dapat berubah – ubah. Biasanya pada awal

mulai hujan kecil kemudian besar lalu mengecil dan berhenti. Namun ada

pula hujan yang datang tiba – tiba dengan lebatnya dan berhenti pun secara

mendadak. Selain itu ada pula hujan yang turun kecil sepanjang masa hujan

yang sama.

Data hujan dianalisa untuk mengetahui jeluknya (rainfall depth), jujuh

hujan (rainfall duration), dan kelebatan hujan (rainfall intensity). Sifat-sifat

hujan tersebut penting diketahui karena ia berperan atas terjadinya runoff

(limpasan), erosi, dan dapat menentukan dan berpengaruh pada peristiwa dan

kejadian alam, peristiwa biologik, dan lain-lain. Pendataan hujan, seperti

pendataan unsur-unsur iklim lainnya diperlukan untuk digunakan dalam

hampir setiap perencanaan di bidang pertanian, pembangunan jembatan,

gedung dan lain-lain. Pendataan hujan dan unsur iklim lainnya sering

diperlukan untuk menunjang penelitian yang berkenaan dengan alam terbuka.

Page 3: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

1.1.2. Klasifikasi Iklim

Iklim merupakan keadaan rata – rata cuaca dalam jangka waktu

panjang. Setiap tempat dapat mempunyai iklim yang berbeda dengan tempat

lainnya sesuai dengan kondisi masing – masing unsur – unsur iklim.

Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan

perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi

relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi

tofografi suatu tempat memiliki kekhasan iklim. Klasifikasi iklim biasanya

terkait dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi

vegetasi asli yang tumbuh di suatu kawasan.

Ada beragam klasifikasi iklim dan ia dinamai sesuai dengan ahli yang

mengembangkannya. Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal

adalah klasifikasi Koeppen dan Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh

dunia sehingga sering dirujuk untuk kajian-kajian geologis dan ekologi.

Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi

variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering

menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF), yang ternyata

disukai untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Sistem SF didasarkan

pada klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus

kriterianya. Dan klasifikasi iklim Oldeman.

1.2. Tujuan

1.2.1. Hujan 2 : Pengolahan Data

Agar mahasiswa mengetahui cara pengolahan data hujan harian,

bulanan, tahunan dan dapat membuat grafik pola hujan suatu tempat.

Agar mahasiswa dapat menganalisa data hujan rekaman kontinyu dan

mengerti sifat hujan dari data tersebut.

1.2.2. Klasifikasi Iklim

Menentukan kelas iklim suatu tempat dengan menggunakan cara

klasifikasi Schmidt dan Ferguson dan cara klasifikasi Oldeman.

Page 4: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.3. Hujan 2 : Pengolahan Data

Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi

non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer

tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan

Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer

menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua

proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh

menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke

udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum

mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui

tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memilik ukuran yang

beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang

dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-

tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan itu berlangsung dalam tiga tahap.

Pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan; ketiga, turunnya hujan.

Tahap – tahap Pembentukan Hujan :

Tahap Pertama

Sejumah besar gelembung udara terbentuk karena buih di

lautan secara terus menerus pecah dan menyebabkan partikel air

disemburkan ke langit. Partikel yang kaya-garam ini kemudian dibawa

angin dan dibawa ke atmosfir.

Tahap Kedua

Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar Kristal

garam atau partikel debu di udara. Karena tetesan air di awan sangat

kecil, awan menggantung di udara dan menyebar ke langit, sehingga

langit tertutup oleh awan.

Page 5: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

Tahap Ketiga

Partikel air yang mengelilingi Kristal garam dan partikel debu akan

bertambah tebal dan membentuk tetesan hujan, sehingga tetesan hujan

akan menjadi lebih berat daripada udara, dan mulai jatuh ke bumi

sebagai hujan.

Pembagian Hujan Berdasarkan Terjadinya :

Hujan Sikonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik

disertai dengan angin berputar.

Hujan Zenithal atau Hujan Konvektif, yaitu hujan yang sering terjadi di

daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut

dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan

membentuk gumpalan-gumpalan awan disn Musimekitar ekuator yang

berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.

Hujan Orografis atau Hujan Gunung, yaitu hujan yang terjadi karena

angin yang mengandung uap air yang bergerak horizontal. Angin

tersebut bergerak menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin

sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan disekitar pegunungan.

Hujan Orografis terjadi di sisi atas angin pegunungan dan disebabkan

oleh gerakan udara lembap berskala besar ke atas melintasi

pegunungan, mengakibatkan pendinginan dan kondensasi adiabatik..

Hujan Frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang

dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan

antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa

udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah

sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.

Hujan Muson, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin

Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya

pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis

Balik Selatan. Di Indonesia, secara teoritis hujan muson terjadi bulan

Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan

Mei sampai Agustus.

Hujan Buatan, yaitu dibuat dengan cara menggunakan garam-garaman

untuk merangsang awan hingga uap air di udara dengan ketinggian

Page 6: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

3000 kaki lebih cepat berkondensasi menjadi air dan turun sebagai

hujan.

Pembagian Hujan Berdasarkan Ukurannya :

Hujan Gerimis/Drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm

Hujan Salju, terdiri dari kristal – kristal es yang suhunya berada di

bawah 0˚ C.

Hujan Batu Es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari

awan yang suhunya dibawah 0˚ C.

Hujan Deras/Rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas

0˚ C dengan diameter ±7mm.

Kaitan Hujan Terhadap Hutan :

Presipitasi, khususnya hujan, memiliki dampak dramatis terhadap

hutan. Semua tumbuhan memerlukan air untuk hidup, sehingga hujan (cara

mengairi paling efektif) sangat penting bagi hutan. Pola hujan biasa bersifat

vital untuk kesehatan tumbuhan, terlalu banyak atau terlalu sedikit hujan dapat

membahayakan, bahkan merusak hutan. Kekeringan dapat mematikan panen

dan menambah erosi, sementara terlalu basah dapat mendorong pertumbuhan

jamur berbahaya. Tumbuhan memerlukan beragam jumlah air hujan untuk

hidup. Misalnya, kaktus tertentu memerlukan sedikit air, sementara tanaman

tropis memerlukan ratusan inci hujan pertahun untuk hidup.

Jenis-jenis hujan berdasarkan curah hujan (definisi BMG) :

Hujan sedang, 20 - 50 mm per hari

Hujan lebat, 50-100 mm per hari

Hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari. (www.google.com)

Air hujan terdiri atas : ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlo, bikarbinat, dan

sulfat ynag merupakan jumlah yang besar bersama-sama. Ammonia, nitra, nitrit,

nitrogen, dan susunan-susunan nitrogen lain. Bagian yang kecil misalnya: iodine,

bromine, boron, besi, almunium, dan silica. Asal unsure-unsur ini adalah lautan,

sungai-sungai atau danau, permukaan tanah, vegetasi, industri, dan gunung-gunung

berapi. Air hujan pH-nya berkisar antara 3,0-9,8. (Wisnubroto, 1981)

Dari data analisa data hujan kita dapat mengetahui sifat-sifat hujan yang

berperan penting atas terjadinya limpasan, erosi, dan depot berpengaruh pada peristiwa

dan kejadian alam. Dan dari data analisa depot pula diketahui hujan harian yang

Page 7: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

merupakan curah hujan yang diukur berdasarkan jangka waktu satu hari (24

jam),kemudian hujan kumulatif yang merupakan jumlah kumpulan hujan dalam suatu

priode tertentu,dan hari hujan yang merupakan kejadian hujan dengan curah hujan

lebih besar atau sama dengan 0,5 mm. Dari data tersebut kita juga dapat mengetahui

hujan jangka pendek atau yang lebih tepat disebut dengan intensitas hujan yaitu hujan

yang diukur kontinyu selama waktu pendek. Pengukuran ini dilakukan untuk

mengetahui kekuatan atau kelebatan hujan selama kejadian hujan.(S. Nur Muin 2008)

Hujan harian adalah curah hujan yang diukur berdasarkan jangka waktu satu

hari (24 jam). Hujan kumulatif merupakan jumlah kumpulan hujan dalam suatu

periode tertentu seperti mingguan, 10 harian, dan bulanan, serta tahunan. Hujan jangka

pendek atau intensitas hujan adalah hujan yang diukur kontinyu selama waktu pendek

seperti setiap satu jam, setengah jam, dua jam, dan sebagainya. Pengukuran ini

dilakukan intuk mengetahui kekuatan atau kelebatan hujan selama kejadian hujan.

1.4. Klasifikasi Iklim

Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan

perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif

terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu

tempat memiliki kekhasan iklim. Klasifikasi iklim biasanya terkait

dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang

tumbuh di suatu kawasan.

Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi Koeppen dan

Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk

kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim

sendiri untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya,

lebih sering menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF), yang

ternyata disukai untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Sistem SF didasarkan

pada klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus

kriterianya.

Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua

yaitu iklim matahari dan iklim fisis.

Iklim Matahari

Page 8: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinat

matahari atau berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap

permukaan bumi.

Kedudukan matahari dalam setahun adalah :

1. Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0˚) tanggal

21 Maret.

2. Matahari beredar pada garis balik utara (23,5˚ LU) tanggal 21

Juni.

3. Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0˚) pada 23

September.

4. Matahari beredar pada garis balik selatan (23,5˚ LS) tanggal 22

Desember.

Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan letak lintang adalah

sebagai berikut:

1. Daerah Iklim Tropis

Iklim Tropis terletak antara 0˚ - 23½˚ LS. Ciri – ciri iklim tropis

adalah sebagai berikut :

- Suhu udara rata – rata tinggi, karena matahari selalu vertikal.

Umumnya suhu udara antara 20˚ - 23˚C. Bahkan di beberapa

tempat suhu tahunannya mencapai 30˚C.

- Amplitudo suhu rata – rata tahunan kecil. Di khatulistiwa

antara 1˚ - 5˚C, sedangkan amplitudo hariannya besar.

- Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara

perlahan dan beraturan.

- Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di

dunia.

2. Daerah Iklim Subtropis

Iklim subtropis terletak antara 23½˚ - 40˚ LU dan 23½˚ - 40˚ LS.

Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim

sedang. Ciri – ciri iklim subtropis adalah sebagai berikut :

- Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah

peraihan dari daerah iklim tropis dan iklim sedang.

Page 9: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

- Terdapat empat musim, yaitu musim semi, panas, gugur dan

dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak terlalu panas

dan musim dingin tidak terlalu dingin.

- Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu

dingin.

- Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim

dingin dan musim panasnya kering disebut daerah Iklim

Mediterania. Jika hujan jatuh pada musim panas dan musim

dinginnya kering disebut daerah Iklim Tiongkok.

3. Daerah Iklim Sedang

Iklim sedang terletak antara 40° - 66½° LU dan 40° - 66½° LS.

Ciri – ciri iklim sedang adalah sebagai berikut :

- Banyak terdapat gerakan – gerakan udara siklonal, tekanan

udara yang sering berubah – ubah, arah angin yang bertiup

berubah – ubah tidak menentu, dan sering terjadi badai secara

tiba – tiba.

- Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu

harian lebih kecil dibandingkan dengan yang terdapat pada

daerah iklim tropis.

4. Daerah Iklim Dingin

Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini

disebut pula sebagai iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua,

yaitu iklim tundra dan iklim es.

Ciri – ciri iklim tundra adalah sebagai berikut :

- Musim dingin berlangsung lama.

- Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.

-  Udaranya kering.

-  Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.

- Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.

- Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat

mencairnya es di permukaan tanah.

- Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak.

- Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara

Kanada, pantai selatan Greenland, dan pantai utara Siberia.

Page 10: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

Ciri – ciri iklim es adalah sebagai berikut :

-  Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju

abadi.

- Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah

hijau) dan Antartika di kutub selatan.

Iklim Fisis

Iklim fisis adalah berdasarkan fakta sesungguhnya di suatu wilayah

muka bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang terdapat di

wilayah tersebut. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief

muka bumi, angin, dan curah hujan.

Iklim fisis terdiri dari :

1. Iklim laut (Maritim)

Iklim laut berada di daerah tropis dan subtropis; dan daerah sedang.

Keadaan iklim kedua daerah berbeda. Ciri iklim laut di daerah

tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40°, adalah sebagai

berikut:

- Suhu rata-rata tahunan rendah.

- Amplitudo suhu harian rendah/kecil.

- Banyak awan.

- Sering hujan lebat disertai badai.

Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:

- Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil.

- Banyak awan.

- Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-

rintik.

- Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak

mendadak dan tiba-tiba.

2. Iklim Darat (Kontinen)

Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah

sedang. Ciri-ciri iklim darat di daerah tropis dan sub tropis sampai

lintang 40º , yaitu sebagai berikut :

- Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil

Page 11: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

- Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai

taufan. 

Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:

- Amplitudo suhu tahunan besar

-  Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada

musim dingin rendah

-  Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.

3. Iklim Dataran Tinggi

Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan ciri-ciri, adalah sebagai

berikut:

-  Amplitudo suhu harian dan tahunan besar

- Udara kering

- Lengas (kelembaban udara) nisbi sangat rendah

- Jarang turun hujan.

4. Iklim Gunung

Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di Tibet dan Dekan.

Ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut:

-  Amplitudo suhu lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi

- Terdapat di daerah sedang

-  Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil

- Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di

daerah bayangan hujan

- Kadang banyak turun salju

5. Iklim Musim (Muson)

Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim musim yang berganti

setiap setengah tahun. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

- Setengah tahun bertiup angin laut yang basah dan

menimbulkan hujan

- Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat yang kering dan

akan menimbulkan musim kemarau.

Page 12: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

 Klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut :

1. Iklim Junghuhn

F. Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di

Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil

penelitiannya F. Junghuhn membagi iklim di Indonesia berdasarkan

ketinggian tempat.

Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut.

- Zona Iklim Panas

Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0 – 650

meter dan temperatur antara 26,3 °C – 22 °C.

- Zona Iklim Sedang

Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650 –

1500 meter dan temperatur antara 22 °C – 17,1 °C.

- Zona Iklim Sejuk

Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 1500 –

2500 meter dan temperatur antara 17,1 °C – 11,1 °C.

- Zona Iklim Dingin

Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas

2500  meter dan temperatur kurang dari 11,1 °C.

2. Iklim Koppen

Pada tahun 1918 Dr Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman)

membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban

udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap

permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan ketentuan itu

Page 13: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok. Masing-masing

daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.

1. Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut:

- suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C

- suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C

-  curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan

- tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.

2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai

berikut:

- Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa)

- Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan

besar

3. Iklim C atau iklim sedang.

Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18° sampai -

3°C.

4. Iklim D atau iklim salju atau microthermal.

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Rata-rata bulan terpanas lebih dari

10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari – 3°C.

5. Iklim E atau iklim kutub .

Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika, suhu tidak pernah

lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari –

3°C.

Dari kelima daerah iklim tersebut sebagai variasinya diperinci lagi menjadi

beberapa macam iklim, yaitu:

1. Daerah iklim A, terbagi menjadi empat macam iklim, yaitu sebagai

Page 14: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

berikut:

1)      Af = Iklim panas hujan tropis.

2)      As = Iklim savana dengan musim panas kering.

3)      Aw = Iklim savana dengan musim dingin kering.

4)      Am = Iklim antaranya, musim kering hanya sebentar.

2.      Daerah iklim B, terbagi menjadi dua macam iklim, yaitu:

1)      Bs = Iklim steppa, merupakan peralihan dari iklim gurun (BW) dan

iklim lembab dari iklim A, C, dan D.

2)       BW = Iklim gurun.

3)       Daerah iklim C, terbagi menjadi tiga macam iklim, yaitu:

  Cs = Iklim sedang (laut) dengan musim panas yang kering atau

Iklim lembab agak panas kering.

  Cw = Iklim sedang (laut) dengan musim dingin yang kering atau

iklim lembab dan sejuk.

  Cf = Iklim sedang (darat) dengan hujan pada semua bulan.

4)   Daerah iklim D, terbagi dua macam iklim, yaitu:

Dw = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering.

 Df = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.

5) Daerah iklim E, terbagi menjadi 2 macam iklim, yaitu:

  ET = Iklim tundra, temperatur bulan terpanas antara 0˚ sampai

10˚C.

   Ef = Iklim salju , iklim dimana terdapat es abadi.

Perlu Anda ketahui bahwa menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe

iklim Af, Aw, Am, C, dan D yaitu:

Af dan Am = terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan

utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara.

Aw = terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua

Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan

Irian Jaya pantai selatan.

 C = terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan.

 D = terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.

Page 15: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

3. Iklim Thornthwaite

C.W.Thornthwaite (1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada

curah hujan yang sangat penting untuk tanaman,sehingga selain jumlah

curah hujan yang dipakai oleh tanaman akan lebih kecil dari pada

penguapannya kecil,pada jumlah curah hujan yang sama. Thornthwaite

menghitung ratio keefektifan curah hujan (precipatation effectiveness) atau

ratio P-E sebagai jumlah curah hujan (P=presipitasi) bulanan dibagi

dengan jumlah penguapan (E=evaporasi) bulanan,yaitu ratio P-E=P/E

jumlah 12 bulan ratio P-E disebutkan indeks P/E.

Masing-masing golongan kelembapan dan golongan suhu di

komfermasikan dengan penyebaran curah hujan musiman.penyebaran

curah hujan musiman dibedakan:

 r = curah hujan banyak pada setiap musim.

 s = defisit curah hujan pada musim panas

w = defisit curah hujan pada musim dingin

d = defisit curah hujan pada setiap musim

4. Iklim Mohr

Berdasarkan penelitian tanah,Mohr membagi tiga derajat kembapan dari

bulan-bulan sepajang tahun yaitu, Jika curah hujan dalam 1 bulan lebih

dari 100mm, maka bulan ini dinamakan bulan basa; jumlah curah hujan ini

melampaui penguapan.

5. Iklim Schmidt dan Ferguson

Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan

perkebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia.Kriteria yang

digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara

bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100%.

Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi

Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan

selama periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-

Page 16: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan yang

kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.

Kriteria bulan basah & bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah :

1)      Bulan Basah (BB)  Bulan dengan curah hujan > 100 mm

2)      Bulan Lembab (BL)  Bulan dengan curah hujan antara 60 – 100 mm

3)      Bulan Kering (BK)  Bulan dengan curah hujan < 60 mm

Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang

dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu : 

Tabel 3. Klasifikasi Schmidt-Ferguson

Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi

A < 14,3 Daerah sangat basah, hutan

hujan tropika

B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan

tropika

C 33,3 – 60,0 Daerah agak basah, hutan rimba,

daun gugur pada musim kemarau

D 60,0 – 100,0 Daerah sedang, hutan musim

E 100,0 – 167,0 Daerah agak kering, hutan

sabana

F 167,0 – 300,0 Daerah kering, hutan sabana

G 300,0 – 700,0 Daerah sangat kering, padang

ilalang

H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang

ilalang

Page 17: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

6. Iklim Oldeman

Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia

dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau

kriteria yang digunakan. Namun demikian untuk keperluan praktis

klasifikasi ini cukup berguna terutama dalam klasifikasi lahan pertanian

tanaman pangan di Indonesia. 

 Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan

palawija. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju

karena sekaligus memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi

matahari dikaitkan dengan kebutuhan air tanaman.

Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan

dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan

menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria

bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-turut. Kriteria

dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB),

bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan

peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air pada tanaman  

Konsepnya adalah:

1) Padi sawah membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm dalam

musim hujan.

2) Palawija membutuhkan air rata-rata per bulan 50 mm dalam musim

kemarau.

3) Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75%

sama dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan dikurangi 30.

4) Hujan efektif untuk sawah adalah 100%.

5) Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup

rapat adalah 75%.

Dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan untuk padi atau palawija (X)

dengan menggunakan data jangka panjang yaitu: 

Padi sawah: 

145 = 1,0 (0,82 X -30)  X = 213 mm/bulan 

Palawija: 

50 = 0,75 (0,82 X - 30)  X = 118 mm/ bulan. 

Page 18: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

213 dan 118 dibulatkan menjadi 200 dan 100 mm/bulan yang digunakan

sebagai batas penentuan bulan basah dan kering.

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm 

Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm 

Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm 

Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan

ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut.Tipe

utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada

jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub divisinya

dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut. 

Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E. 

TipeA : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan. 

TipeB : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan. 

TipeC : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan. 

TipeD : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan. 

TipeE : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.

Page 19: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

3.1.1. Hujan 2 : Pengolahan Data

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2013 pukul 16.00

WIB sampai selesai di Laboratorium Agroklimatologi Universitas Bengkulu.

3.1.2. Keawanan

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2013 pukul 16.00

WIB sampai selesai di Laboratorium Agroklimatologi Universitas Bengkulu.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Hujan 2 : Pengolahan Data

- Data hujan harian dan bulanan

- Data hujan dari penakar otomatis

3.2.2. Klasifikasi Iklim

Data hujan jangka panjang (minimal 10 tahun)

3.3. Prosedur kerja

3.3.1. Hujan 2 : Pengolahan Data

o Data hujan harian/bulanan.

o Salin data yang diberikan di dalam kelas.

o Buat curah hujan bulanannya untuk setiap bulan selama satu tahun

pada suatu tahun. Lakukan untuk beberapa tahun data ( sesuai yang

diberikan Coass).

o Buat rata – rata data hujan bulanan, mulai bulan Januari, Februari dan

seterusnya.

o Hitung hari hujan untuk setiap bulannya dan rata – ratakan dari

sejumlah tahun data yang ada.

o Buat grafik dari data tersebut.

Page 20: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

o Tentukan kapan kira – kira musim hujan/basah mulai dan kapan

terakhir.

3.3.2. Klasifikasi Iklim

o Kumpulkan data hujan dari beberapa stasiun dalam kawasan

berdekatan yang mempunyai masa pendataan lebih dari 10 tahun.

o Buat rataan bulanan masing – masing data tersebut.

o Klasifikasikan data iklim tersebut menurut cara klasifikasi Schmith

dan Ferguson dan cara klasifikasi Oldeman.

o Apakah hasil dua macam klasifikasi tersebut sama? Jika berbeda

jelaskan mengapa apabila terjadi perbedaan.

Page 21: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Hujan 2 : pengolahan Data

BULANTAHUN

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 422,5 319,7 201 410,4 215,4 160,2 168,4

Februari 389,5 395 306,5 145,2 421,5 61,7 123,7

Maret 244 429 616 263,3 381 214,4 152,5

April 309,5 183 389,3 558,9 299,9 298,7 251,9

Mei 116 147 81 282,8 180,9 344,8 177,1

Juni 456,5 435,5 41,3 120,3 133,8 315,5 82,4

Juli 159 140 75,5 142,5 449,5 93,7 144

Agustus 34 21 195 131,2 359,2 152,8 76,3

September 10,5 267,5 164,3 100 277 46 15,2

Oktober 42,3 243,5 157,3 247 350,8 68,9 287,5

November 108,2 451,5 581,8 363,2 263 216,4 632,8

Desember 218 533,5 614,4 744,4 339,5 301,3 329,3

JUMLAH 2510 3566,2 3423,4 3509,2 3671,5 2274,4 2441,1

RATA-RATA 209,167 297,183 285,283 292,433 305,958 189,533 203,425

Page 22: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012TAHUN

0

50

100

150

200

250

300

350

DIAGRAM RATA -RATA CURAH HUJAN PERTAHUN DARI 2006 -2012

RATA-RATA

Januari

Febru

ari

Maret

April MeiJuni

Juli

Agustu

s

Septem

ber

Oktober

November

Desember

0

100

200

300

400

500

600

700

800

DIAGRAM CURAH HUJAN PERBULAN DARI TAHUN 2006-2012

TAHUN 2006

TAHUN 2007

TAHUN 2008

TAHUN 2009

TAHUN 2010

TAHUN 2011

TAHUN 2012

Page 23: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

4.1.2 Klasifikasi Iklim

4.1.2.1 Klasifikasi Iklim Schmidt Ferguson

Tahun Bulan basah Bulan kering

2006 9 3

2007 11 1

2008 9 1

2009 12 0

2010 12 0

2011 8 1

2012 9 1

4.1.2.2 Klasifikasi Iklim Oldeman

Tahun Bulan basah Bulan kering

2006 6 3

2007 8 1

2008 6 3

2009 7 0

2010 10 0

2011 6 3

2012 4 3

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hujan 2 : Pengolahan Data

Dari data mentah yang diberikan Coass dari tahun 2006 sampai dengan 2012 dapat

kita ketahui bahwa curah hujan yang terjadi selama 7 tahun tergolong hujan ringan

sedang dan deras. Hujan yang terjadi pada tahun 2006 adalah 100 kali, pada tahun

2007 adalah 145 kali, pada tahun 2008 adalah 150 kali, pada tahun 2009 adalah 158

Page 24: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

kali, pada tahun 2010 adalah 214, pada tahun 2011 adalah 151 kali, dan pada tahun

2012 adalah 142 kali.

4.2.2 Klasifikasi Iklim

4.2.2.1 Klasifikasi Iklim Schmidt Ferguson

Jumlah bulan kering (<60 mm/bulan) = 7 bulan

Jumlah bulan basah (>100 mm/bulan) = 70 bulan

Lama pengamatan = 7 tahun

Q = (7 bulan/ 7 tahun) / 70 bulan/ 7 tahun) x 100%

Q = (1) / 10 x 100%

Q = 10 %

Tipe Iklim A = Iklim sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis

4.2.2.2 Klasifikasi Iklim Oldeman

Jumlah bulan kering (<100 mm/bulan) = 13 bulan

Jumlah bulan basah (>200 mm/bulan) = 47 bulan

Rerata bulan kering (2 – 3 bulan berturut – turut)

Rerata bulan basah (3 – 4 bulan berturut – turut)

Jadi Tipe Iklim Berada di Zona D Klasifikasi D2 dengan Kriteria 1 x Padi, 1 x

Palawija tergantung persediaan air.

Page 25: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Hujan 2 : Pengolahan Data

Dari data curah hujan selama periode 7 tahun dapat disimpulkan

bahwa setiap bulan dalam 1 tahun selalu terjadi hujan walaupun ada

yang terjadi sekali dalam 1 bulan. Ini menunjukkan bahwa hanya

sedikit musim kemarau yang terjadi dari tahun 2006 sampai tahun

2012. Mengolah data curah hujan ini adalah dengan menghitung curah

hujan yang terjadi setiap hari dan mencatatnya. Lalu dikelompokkan

menjadi 1 tahun dan dijumlahkan dan dihitung rata – rata hujan yang

terjadi selama satu tahun itu.

5.1.2. Klasifikasi Iklim

Dari data curah hujan selama periode 2006 sampai 2012 dapat

disimpulkan bahwa tipe iklim menurut Schmidt Ferguson adalah tipe

A yaitu, Iklim sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis dan terdapat 7

bulan kering dan 10 bulan basah, sedangkan tipe iklim menurut

Oldeman, zona iklimnya adalah Zona D klasifikasi D2 denga kriteria 1

x Padi, 1 x Palawija tersediaan air.

Page 26: Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho

DAFTAR PUSTAKA

Daldjumi. 1983. Pokok-pokok Klimatologi. Penerbit Alumni. Bandung.

Handoko.1993.Klimatologi Dasat. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsu-unsur

Iklim. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA-IPB, Bogor.

Hasan,U.M.1970. Dasar-dasar Meteorologi Pertanian.PT.Soeroenngan, Jakarta

Nur Muin, S. 2013. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Laboratorium Agroklimat

Fakultas Pertanian. UNIB. Bengkulu.

http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_iklim (diunduh pada 18 Desember 2013)

http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Geografi/Iklim/materi1.html (diunduh pada

18 Desember 2013)

http://art-mustaqim.blogspot.com/2012/12/klasifikasi-iklim-berdasarkan-para-tokoh.html

(diunduh pada 18 Desember 2013)

http://tryshift.blogspot.com/2013/04/pembagian-iklim-menurut-schmidt-ferguson.html (diunduh

pada 18 Desember 2013)