laporan praktikum Fisiologi Hewan
-
Upload
ronniea408 -
Category
Documents
-
view
297 -
download
23
description
Transcript of laporan praktikum Fisiologi Hewan
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
Disusun Oleh :
Nama : Roni Ardyantoro
NIM : 13308141044
Kelas : Biologi E
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARYA
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
Yogyakarta, 21 Mei 2015
Anggota Kelompok :
NAMA NIM TANDA TANGAN
Roni Ardyantoro 13308141044
Bima Gana Pradana 13308141047
2
Diserahkan pada tanggal 21 Mei 2015
Mengetahui:
Dosen Pembimbing
(.......................................................)
PRAKATA
Puji syuku kita panjantkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT yang telah memberikan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan laporan ini, semoga dengan dibuatnya laporan ini, ilmu, pengetahuan, wawasan kita akan bertambah.
Tidak lupa penulis berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu, membimbing, dan memberi kesempatan. Terima kasih kepada orang tua yang telah mendukung, menyemangati, dan kepada teman-teman yang telah ikut membantu. Bila ada sesuatu kekurangan, penulis memohon maaf, kritik & saran sangat lah berguna untuk penulis, dengan senang hati, akan penulis terima.
Semoga laporan ini akan memberikan inspirasi dan membuat perubahan, aamiin.
Sleman, 21 Mei 2015
Penulis
3
DARTAR ISI
SAMPUL..........................................................................................................................................
PENGESAHAN...............................................................................................................................
PRAKATA.......................................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
KEGIATAN 1
- STRUKTUR ANATOMI JANTUNG MAMALIA........................................................
- MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT...................................
KEGIATAN 2 PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT..
KEGIATAN 3 MENGHITUNG SEL DARAH MERAH..............................................................
KEGIATAN 4 MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH.................................................................
KEGIATAN 5 MENGUKUR TEKANAN DARAH SISTOL DAN DIASTOL............................
KEGIATAN 6 MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (HB).....................................................
KEGIATAN 7
- UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM ABO................................................- WAKTU KOAGULASI DARAH.................................................................................
KEGIATAN 8
- STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI GINJAL ...........................................
- PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN DAN PH URINE .................................
KEGIATAN 9
- PEMERIKSAAN PROTEIN URIN ............................................................................
- PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN...........................................................................
KEGIATAN 10 PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH..............
KEGIATAN 11 MEREKAM GERAKAN MATA SAAT MEMBACA......................................
KEGIATAN 12 MENGUKUR UDARA RESPIRASI..................................................................
4
KEGIATAN 1
SISTEM KARDIOVASKULER; MENGAMATI STRUKTUR ANATOMI JANTUNG
MAMALIA
A. Tujuan Praktikum:
Mengamati stuktur mikroskopis anatomi jantung mamalia (kambing).
B. Dasar Teori
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi menuju sel-sel tubuh dan sel-sel tubuh. Sistem ini
terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari
arteri yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju
jantung. Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan
basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri.
Berat jantung kira-kira 300 gram. Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar
gumpalan tangan seorang laki-laki dewasa. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, di
balik tulang dada/sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
Jantung mammalian termasuk tipe jantung berbilik, yang mempunyai empat ruang yaitu
atrium dekster, atrium sinister, ventrikel dekster, dan ventrikel sinister. Maring-masing
ruang dipisahkan oleh septum. Antara atrium dekster dan sinister dipisahkan oleh septum
interatrioler. Antara ventrikel dekster dan sinister dipisahkan oleh septum
interventrikuler. Sebagai pemompa darah, jantung memiliki katup (valvula) yang
berfungsi menjaga tekanan dan menjaga agar darah tidak mengalir kembali ke tempat
semula. Di dalam jantung terdapat empat valvula yaitu valvula bicuspidalis (mitralis)
yang terdapat diantara atrium sinister dan ventrikel sinister, valvula tricuspidalis yang
terdapat diantara atrium dekster dan ventrikel sinister, valvula semilunaris aortae yang
terdapat diantara ventrikel sinister dan aorta, dan valvula semilunaris pulmoner yang
5
terdapat diantara ventrikel dekster dan arteri pulmonalis. Tiap katup mempunyai penutup
yang disebut leaflets atau cusps. Katup mitral mempunyai 2 buah leaflets , yang lainnya
memiliki 3 buah leaflets.
Ventrikel merupakan bagian jantung yang memiliki kemampuan memompa
darah, sedangkan atrium sebagai penerima darah. Oleh karena fungsi tersebut, maka
secara struktural otot ventrikel jantung lebih tebal (kuat) dibanding otot atrium. Begitu
juga otot pada ventrikel dekster dan sinisterpun berbeda karena tugasnya yang berbeda.
Ventrikel sinister memiliki otot lebih tebal dibanding yang ventrikel dekster karena
berfungsi memompa darah keseluruh tubuh, sedangkan ventrikel dekster berfungsi
memompa darah ke paru-paru. Namun demikian, ventrikel dekster memiliki ruangan
yang lebih besar dibanding ventrikel sinister. Jantung mammalia dibungkus oleh
membran rangkap yang disebut kantung pericardial. Lapisan luar dari kantung
merupakan membran fibrosa yang melekat pada mediastinum. Perlekatan ini membuat
jantung tetap berada pada posisi yang tepat didalam rongga dada. Pericardium dapat
dibedakan menjadi pericardium parietalis yang terletak disebelah luar dan pericardium
visceralis disebelah dalam. Dinding jantung sendiri terdiri atas tiga lapis, yaitu
epicardium (lapisan luar), myocardium (lapisan tengah), dan endokardium (lapisan paling
dalam).
Epicardium atau disebut perikardium visceralis merupakan bagian jantung yang
paling luar tersusun atas jaringan ikat serosa. Myocardium merupakan bagian jantung
yang berotot tersusun atas otot jantung (myocard). Myocardium terdiri atas tiga jenis
serabut otot. Pertama, serabut otot kontraktil, yaitu myocardium berukuran sedang yang
merupakan bagian terbesar dari dinding jantung (kurang lebih 99% ). Serabut otot
jantung jenis ini dikhususkan untuk kontraksi jantung. Sebab kemampuan kontraksinya
sangat besar. Kedua, serabut myocardium yang menyusun nodus sinoatrial (nodus SA)
dan nodus atrioventrikular (nodus AV). Serabut myocardium jenis ini berukuran lebih
kecil dari serabut myocardium kontraktil, dengan kemampuan kontraksi dan kemampuan
konduksi yang lemah, namun memiliki sifat autoritmik yaitu mampu membangkitkan
potensi aksinya secara ritmik tanpa stimulasi saraf sama sekali. Ketiga, serabut
myocardium yang ukurannya paling besar, terdapat pada endocardium ventrikuler.
Serabut myocardium jenis ini kemampuan kontraksinya lemah namun memiliki
kemampuan konduksi cepat, yang merupakan sistem untuk menyebarkan eksitasi
keseluruh ventrikel jantung. Myocardium jenis ini merupakan myocardium yang
menyusun berkas His dan sarabut purkinye. Endocardium merupakan lapisan jantung
6
paling dalam merupakan lapisan endotel yang berlanjut ke pembuluh darah arteri dan
vena.
Pericardium visceralis yang melekat pada permukaan luar jantung (epicardium)
merupakan membrane serosa yang menghasilkan cairan pericardial untuk mengisi
kantung pericardial. Cairan pericardial berfungsi sebagai pelumas untuk melindungi
membrane pericardial yang saling bergesekan satu sama lain pada setiap denyutan
jantung.
Vena cava superior dan inverior mengalirkan darah ke dalam atrium kanan.
Lubang dari vena cava inverior dijaga oleh katup semiluner eustachiuis. Arteri
pulmonalis membawa darah keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru. Vena pulmonalis
membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri, aorta membawa darah keluar dari ventrikel
kiri.
Arteri coronaria kanan dan kiri pertama-tama meninggalkan aorta kemudian
bercabang menjadi arteri yang lebih kecil. Arteri-arteri kecil ini mengitari jantung dan
mengantarkan darah ke semua bagian jantung. Darah yang kembali dari jantung
dikumpulkan oleh sinus coronaria dan langsung kembali ke dalam atrium kanan.
Pembuluh darah utama yang menuju jantung adalah dua buah venae cava, empat
vena pulmonalis, dan yang keluar dari jantung adalah sebuah truncus arteri pulmonalis,
dan sebuah aorta. Vena cava superior berfungsi membawa darah deoxygenated (kurang
oksigen) dari lengan dan kepala menuju ke atrium kanan, sedangkan vena cava inferior
berfungsi membawa darah deoxygenated (kurang oksigen) dari badan dan kaki menuju
ke atrium kanan. Pada atrium kiri bermuatan 4 buah vena pulmonalis yang berfungsi
membawa darah oxygenated (kaya oksigen) dari paru - paru lewat menuju ke ventrikel
kiri kemudian ke aorta, dan selanjutnya ke arcus (lengkung) aorta dan seluruh tubuh.
Arteri coronaria berperan mensuplai kebutuhan zat - zat yang diperlukan oleh otot
jantung.
C. Alat dan Bahan:
1. Skalpel
2. Pinset
3. Klem
4. Penusuk
5. Gunting
6. Bak parafin
7
D. Cara kerja
1. Menyiapkan jantung kambing ang akan diamati pada bak paraffin
2. Sebelum dilkukan pengirisan, terlebih dahilu mengamati bagian-bagian jantung
secara seksama dari bagian luar terlebih dahulu
3. Melakukan pengirisan melalui bagian median jantung kemudian mengamati bagian-
bagian dalamya.
4. Mengamati perbedan struktur otot atrium dan ventrikel, dinding arteri dan vena,
vulvula bikuspidalis dan trikuspidalis.
5. Menggmbar struktur anaomi jantung.
E. Hasil
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk Mengamati stuktur mikroskopis anatomi jantung
mamalia (kambing). Alat yang digunakan Skalpel,Pinset, Klem, Penusuk, Gunting, Bak
parafin dengan bahan jantung kambing.
Hasil praktikum ini telah diamati Aorta, atrium kiri, vena kanan, ventrikel kanan,
ventrikel kiri, mustilus pulpularis,apeks, sekat antara ventrikel, ventrikel dan atrium
kanan.
Jantung merupakan oergan berotot yang mempunyai empat ruangan di dalamnya,
bntuk dan ukurannya kurang lebih seperti kepalan tinju kita. Terletak pada rongga
mediastinum, kira-kira duapertiganya pada sebelah kiri garis tengah tubuh dan
8
spertiganya di sebelah kanan. Batas bawahanya yang membentuk ujung tumpul dikenal
dengan sebutan apex, terletak di atas diafragma, dengan ujung kea rah kiri. Kinerja
jantung dikendalaikan oleh otot jantung, artinya dalam tiap detak jantung memompa
darah dilakukan dengan keadaan otomatis atau taksadar. Beberbeda dengan saat kita
mengerakan tangan kita untuk meraih sesuatu.
Menarik sekali bagi kita, yang mengatas namakan sebagai ilmuan atau pelajar
untuk mempelajari jantung secara anatomis dengan dikorelasikan berdasarkan fungsi.
Jantung adalah organ vital yang berfungsi sebagai pusat terminal sirkulasi sumber-suber
nutrisi yang dibutuhkan oleh tiap sel dalam tubuh kita. Jadi jantung memiliki peran yang
sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu organisme.
Mamlia pada khususnya memiliki trasportasi tertutup, artinya dalam peredaran
sumber nutrisi dilakukan secara tertutup oleh saluran yang panjang dan rumit. Yang
semuanya terhubung secara sistemis dan canggih ke jantung. Jadi dapat kita bayangkan
bahayanya bila terjadi kerusakan pada organ ini.
Jantung memiliki komponen structural. Tersusun atas berbagai macam bagian dan
akan kita bahas pada paragraph ini dan selanjutnya berdasarkan pengamatan dalam
praktikum ini.
Dinding jantung, dinding jantung tersusun atas tiga lapisan jaringan, bagian
terbesar dinding ini terutama dari otot yang dikenal sebagai otot jantung atau
myocardium. Pembungkus myocardium pada sisi luar dan melekat padanya adalah
pericardium visceral atau epicardium, sedangkan yang membatasi sis dalam dinding
myocardium adalah lapisan lembut endotial yang disebut endocardium. Pada permukaan
dalamnya myocardium menonjol ke dalam bentukan seperti bukit, yaitu, musculus
papillaris.
Rongga dalam jantung. Bagian dalam jantung dibagi menjadi empat ruang, dua di
atas dan sua lainnya di bawah. Ruang atas disebut atrium atau serambi, ruang baah
disebut ventrikel atau bilik
Lubang-lubang dan katup. Katup jantung adalah alat meanik yang memungkinkan
jantung memompa darah dalam satu arah saja. Ada empat perangkat katup yang penting
untuk kenormalan fungsi jantung. Dua di antaranya ada dalam jantung disebut vulvula
cuspidalis, menjaga lubang antara serambi dengan bilik. Dua lainnya disebut vulvula
seminularis, terletak di bagian dalam arteri pulmonalis dan aota besar, yang berturut-turut
muncul dari ventriculus kanan dan kiri.
9
G. Kesimpulan
Hasil praktikum ini telah diamati Aorta, atrium kiri, vena kanan, ventrikel kanan,
ventrikel kiri, mustilus pulpularis,apeks, sekat antara ventrikel, ventrikel dan atrium
kanan.
Daftar Pustaka
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY.
Soewolo, M. Pd., dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UNM.Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud.Syamsiar Nangsari, Nyayu. 1988. Pengantar Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud
PPLPTK Jakarta.
10
KEGIATAN 1
SISTEM KARDIOVASKULER: MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT
A. Tujuan Praktikum:
1. Mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis
2. Menghitung cardiac output (CO)
B. Dasar Teori
Jantung berkontraksi dan berelaksasi dalam suatu siklus ritmis. Ketika berkontraksi,
jantung memompa darah; ketika berelaksasi, ruang-ruang jantung terisi dengan darah. Satu
rangkaian pemompaan dan pengisian jantung yang lengkap disebut siklus jantung (cardiac
cycle). Fase kontraksi dari siklus ini disebut sistol. Dan fase relaksasi disebut diastol.
Volume darah yang dipompa oleh setiap ventrikel per menit disebut keluaran jantung
(cardiac output). Ada dua faktor yang menentukan keluaran jantung ; laju kontraksi atau laju
detak jantung (heart rate, jumlah detak jantung per menit) dan volume darah terpompa
(stroke volume). Volume darah yang dipompa oleh ventrikel dalam satu kontraksi. Volume
darah terpompa rata-rata pada manusia adalah sekitar 70 mL mengalikan volume darah
terpompa ini dengan laju detak jantung saat istirahat, yaitu 72 detak per menit, menghasilkan
keluaran jantung sebesar 5 L/menit kira-kira setara dengan volume total darah di dalam tubuh
manusia. Selama aktivitas berat, keluaran jantung meningkat hingga lima kali lipat.
(Campbell.2010.:61)
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang
Bayi baru lahir : 140 kali per menit
Di bawah 1 bulan : 110 kali per
menit
1-6 bulan : 130 kali per menit
6-12 bulan : 115 kali per menit
1-2 tahun : 110 kali per menit
2-6 tahun : 105 kali per menit
6-10 tahun : 95 kali per menit
10-14 tahun : 82 kali per menit
14-18 tahun : 82 kali per menit
Di atas 18 tahun : 60-100 kali per
menit
Usia lanjut : 60-70 kali per menit
Denyut nadi (pulsus) dapat dirasakan melalui pembuluh darah superfisisal seperti; arteri
radialais. Pulsus merupakan manifestasi kontraksi jantung. Efek windkessel yaitu aorta akan
mengembang, ventrikel berkontraksi sehingga darah dari ventrikel dapat tertampung dalam
aorta dan diteruskan arteri. Aorta mempunyai daya komplias (peregangan.) yang sangat
tinggi. Frekuensi denyut jantung (heart rate), yaitu banyak denyut jantung permenit. Sroke
11
volume (SV) Yaitu volume satu kali pompa akhir diastole dikurangi volume akhir sistol.
Volume akhir diastole tergantung: regangan (komplians), tekanan mendorong (filling
preasure) vena cava. Cardiac output adala jumlah jantung yang dipompa dalam satu menit.
Cardiac outpur merupakan hasil kali SV dengan frekuensi denyu jantung permenit. SV rata-
rata untuk orang dewasa adalah 70 ml. starling law yaitu makin tinggi regangan pada jantung
maka makin kuat kontraksinya. (nurcahyo & harjana.2013:6)
C. Alat dan Bahan:
1. Jam (stopwatch)
2. Tallyconter
D. Cara kerja
Langkah Pertama
1. Menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan
sedikit menekan, kemudian sedikit mengurangi tekanan ersebut sampai terasakan
denyutan nadi
2. Menghitung banyak denyutan dalam 15 detik
3. Kemudian hasil denyutan dikalikan dengan 4 untuk mendapatkan hasil jumlah
denyutan jantung permnit (heart rate = HR)
Langkah Kedua
1. Melakukan aktifitas olahraga ringan kurang lebih 10 menit.
2. Melakukan penghitungan kembali denyutan nadi selama 15 detik
3. Kemudian menghitung denyutan permenit jantung setelah dikalikan 4.
4. Membandingkan hasil pengukuran pertama dengan data hasil pengukuran kedua,
dengan menggunakan uji t.
Langkah ketiga
1. Menghitung Cardiac output.
E. Hasil
Perempuan
No Nama UmurSebelum Kegiatan Setelah Kegiatan
Denyut Nadi (per menit)
Cardiac Outut (ml/menit)
Denyut Nadi (per menit)
Cardiac Outut (ml/menit)
1 Hesti L. 20 73 5110 94 65802 Siska L. 18 84 5880 108 7560
12
3 Yuriska F. D. U. 19 72 5040 98 68604 Asni N. 19 87 6090 143 85805 Insiwi P. 20 87 6090 130 78006 Nur Tsani R. 19 86 6020 110 66007 Vella L. 19 70 4900 81 56708 Diva A. A. 19 60 4200 88 61609 Briliana S. K. 19 57 3990 81 5670
10 Tri W. 19 104 7280 152 1064011 Nur Khotimah 19 96 6720 120 840012 Ismi N. 19 104 7280 136 952013 Wulan N. 19 61 4270 90 630014 Asifatul M. 20 67 4690 78 546015 Desy N. 20 67 4690 80 560016 Intan A. P. 19 100 7000 145 1015017 Amalia A. 20 96 6720 140 980018 Hana W. 20 94 6500 139 973019 Rizky W. 19 104 7280 156 1092020 Hervina S. K. 19 100 7000 124 868021 Yuniar K. W. 19 80 5600 94 658022 Endah R. S. 20 65 4550 87 609023 H. Kartini H. 20 68 4760 90 630024 Ulfa N. W. 20 96 6720 124 868025 Salma N. 19 76 5320 148 10360
TotalRata-rata
2054 143700 2836 19469082,16 5748 113,44 7787,6
Laki-laki
No Nama UmurSebelum Kegiatan Setelah Kegiatan
Denyut Nadi (per menit)
Cardiac Outut (ml/menit)
Denyut Nadi (per menit)
Cardiac Outut (ml/menit)
1 Roni A. 19 87 6090 120 84002 Bima G. P. 20 54 3780 71 49703 Jaka F. 20 80 5600 120 84004 Tonny H. W. 20 65 4550 116 81205 Aris S. 20 64 4480 104 72806 Afrizal H. 20 70 4900 85 69507 Irfan H. P. 21 117 8190 149 10430
TotalRata-rata
537 37590 765 5455076,7 5370 109,28 7792,86
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis dan
menghitung Cardiac Output (CO). Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara
lain stopwatch dan tally counter, sedangkan cara kerja dalam praktikum ini yaitu dengan
menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan sedikit menekan
13
hingga merasakan denyut nadi. Kemuadian menghitung banyaknya denyutan dalam semenit
(heart rate, HR). Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 10 menit dan menghitung
kembali banyaknya denyutan dalam semenit seperti pada kegiatan pertama. Setelah itu
menghitung Cardiac Output (CO) dengan menggunakan rumus :
Cardiac Output (CO) = HR x SVPercobaan sebelum kegiatan pada praktikan didapatkan 87 denyut per menit
kemudian melakukan perhitungan 6090 mL/menit. Selanjutnya praktikan melakukan
kegiatan berupa lari selama 5 menit kemudian di hitung di dapat denyutan 120 per menit
dengan nilai Cardiac Output (CO) 8400 mL/menit . Dari hasil tersebut menunjukkan
denyut nadi praktikan masih dalam kategori normal walaupun diatas rata-rata laki-laki.
Sedangkan pada teman kelompok praktikum yaitu bima dalam perhitungan denyut
sebelum kegiatan 54 denyutan per menit kemudian melakukan perhitungan cardiac
output 3780 Selanjutnya praktikan melakukan kegiatan berupa lari selama 5 menit
kemudian di hitung di dapat denyutan 71 per menit kemudian melakukan perhitungan
cardiac output 4970. Dari hasil tersebut nampak denyut nadi bima di bawah rata-rata laki
laki. Kemudian denyut nadi bima juga di bawah normal.
Pada hasil data kelas biologi E di bagi dua kelompok. Kelompok laki-laki 7 orang
dan kelompok perempuan 25 orang. Pada kelompok perempuan, rata-rata banyaknya denyut
nadi yaitu 82,16 denyutan per menit. dengan rata-rata cardiac output (CO) yaitu 5748. Denyut
nadi terendah pada kelompok perempuan sebelum dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari
briliana dan diva yaitu 57 dan 60 . Sedangkan, denyut nadi tertinggi diperoleh oleh wida, ismi
dan rizki yaitu 104. Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 5 menit berlari-lari atau
menuruni tangga. Selanjutnya menghitung kembali banyaknya denyut nadi dan cardiac output
(CO) seperti pada kegiatan pertama. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata banyak denyut nadi pada
kelompok perempuan setelah melakukan kegiatan berolahraga yaitu 113,44 dengan jumlah
cardiac output (CO) yaitu 7787,6. Denyut nadi terendah pada kelompok perempuan setelah
dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari syifa sebesar 78 . Sedangkan, denyut nadi tertinggi
diperoleh dari Rizky yaitu 156.
Dari kelompok laki-laki rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 76,7 dengan rata-rata
cardiac output (CO) sebanyak 5370. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah bima 54 dan
denyut nadi tertinggi diperoleh irfan sebanyak 117. Kemudian hasil setelah melakukan kegiatan
berolahraga, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 109,28 dengan cardiac output (CO) sebanyak
7792,86. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah oleh bima yaitu 71 dan denyut nadi
14
tertinggi dipereh irfan sebanyak 149.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jika tubuh melakukan aktivitas yang ringan atau
kondisi istirahat denyut nadi lebih rendah di bandingkan dengan saat melakukan aktivitas yang
lebih berat. Hal ini dikarenakan kerja jantung meningkat dalam memompa darah guna memenuhi
kebutuhan oksigen dalam tubuh. Dengan kata lain, semakin lama dan keras kegiatan-kegiatan kita
maka semakin banyak denyut nadi ditimbulkan.
G. Kesimpulan
1. Hasil pengukuran Denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis praktikan 87 per menit
sebelum kegiatan dan 120 setelah kegiatan dengan kecenderungan meningkat jika
aktivitas meningka..
Rata-rata kelompok laki-laki 76,7 denyutan per menit sebelum kegiatan dan 109,28 setelah
kegiatan. dengan kecenderungan meningkat jika aktivitas meningkat.
Rata-rata kelompok perempuan 82,16 denyutan per menit sebelum kegiatan dan 113,44
setelah kegiatan. dengan kecenderungan meningkat jika aktivitas meningkat
2. Hasil perhitungan cardiac output (CO) praktikan 6090 mL/menit sebelum kegiatan
dan 8400 mL/menit.
Hasil perhitungan cardiac output (CO) kelompok laki-laki 5370 mL/menit sebelum
kegiatan dan 7792,86 setelah kegiatan
Hasil perhitungan cardiac output (CO) kelompok perempuan 5748 mL/menit
sebelum kegiatan dan 7787,6
Dari hasil tersebut terjadi peningkatan seiring dengan semakin beratnya aktivitas dan
denyut nadi
Daftar Pustaka
Campbell, Neil A et al. 2010. Biologi jilid 3 edisi ke 8. Jakarta : ErlanggaNurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY.
15
KEGIATAN 2
PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT
A. Tujuan Praktikum:
1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai tekanan larutan
2. Mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan
B. Dasar Teori
Pada hewan multiseluler, sel-sel yang menyususn organisme berada dalam suatu
lingkungan yang disebut dengan lingkungan interna. Claude Bernand menamakan
lingkungan interna dengan meliu interuer. Lingkungan interna tersebut tidak lain adalah
ruang antar sel. Ruang antar sel bukan ,merupakan ruangan kosong, melainkan ruangan
yang dipenuhi dengan cairan, demikian juga ruangan dalam sel (sitoplasma)
Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat di dalam tubuh,
dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa
metabolisme yang dibuang oleh sel. Selain cairan tubuh juga memberi suasana sel,
sebagai contoh kehangatan, kekentalan, dan keasaman yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh.
Zat-zat yang diperlukan oleh tubuh antara ain;
1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh
2. Makanan dalam bentuksari-sari makanan
16
3. Vitamin
4. Mineral sebagai katalisator enzimatis
5. Air sebagai pelarut dan media proses kimia dalam sel
Zat-zat yang dikeluarkan oleh sel antara lain:
1. Karbondioksida dari proses pembakaran
2. Protein dan hasil sintesis dari ribosom
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi cairan intraseluler antara lain:
1. Suhu
2. Derajat keasaman
3. Kekentalan cairan, cairan yang memiliki tekanan atau konsentrasi yang sama dengan
cairan dalam sel dinamakan isotonis, lebih tinggi daripada dalam sel dinamakan
hipertonis, lebih rendah daripada dalam sel dinamakan hipotonis. Cairan yang
mengalami hipertonis akan menarik air secara osmosis dari dalam sitoplasma
eritrosit ke luar sehingga eritrosit kan mengalami penyusutan dan membrane selnya
tampak berkerut-kerut atau yang disebut dengan krenasi. Sebaliknya cairan hipotonis
akan menarik air dari luar sel masuk ke dalam sitoplasma sehingga menyebabkan sel
eritrosit akan mengembang yang kemudian pecah atau hemolisi.
Membrane sel merupakan selaput yang teramat istimewanya. Sesuai dengan teori
mosaik; membrane sel tersusun atas lipid bilayer dan terdapat protein integral, saluran-
saluran, bersifat semipermiabel. Ibaratnya berperan sebagai pintu gerbang seluler.
Membrane sel adalah selaput yang membatasi sel dengan lingkungannya dan berfungsi
sebagai pelindung, penyaring, dan pengatur masuk keluarnya zat-zat dari luar sel ke
dalam sel.dan keluarnya zat-zat dari dalam sel keluar sel. mekanisme pengangkutan zat-
zat yang dari luar sel ke dalam sel melalui mebran sel. Zat-zat yang di dapat dari
pernafasan, makan, dan minum diangkut melalui sirkulasi darah kemudian melalui
kapiler pindah ke cairan interseluler selanjutnya pindah ke sitoplasma.
Cairan darah merupakan sarana untuk transport makanan maupun sisa-sisa metabolisme,
membawa nutrisi (komponen makanan) mulai dari proses absorbsi dan mendistribusikannya
sampai tingkat intraseluler di mana nutrisi akan mengalami proses metabolisme. Hasil proses
metabolismenya akan didistribusikan ke seluruh tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari
tubuh. Distribusi cairan tubuh dibedakan menjadi cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Cairan
intrasel adalah cairan yang berada dalam sel yang merupakan jumlah cairan terbanyak, ± 70 % dari
17
jumlah total air dalam tubuh. Sedangkan cairan ekstrasel adalah cairan yang berada di luar sel,
jumlahnya ± 30 % dari cairan seluruh tubuh.
Osmosis memainkan peranan yang sangat penting salah satunya pada membran sel darah
merah saat mengalami peristiwa hemolisis dan krenasi. Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah. Apabila medium di
sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis), medium tersebut
(plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel
dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang
ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah.
Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat
masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya
eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit
menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang berarti dapat
ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain.
Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap
isi sel eritrosit. Peristiwa sebaliknya dari hemolisis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya
membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit
dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit.
Membran sel eritrosit seperti halnya membran sel lainnya tersusun atas lipid bilayer dan
bersifat semipermeabel. Membran sel yaitu selaput yang membatasi sel dengan lingkungan
disekitarnya (melieu interieur) dan berfungsi sebagai pelindung, penyaring dan pengatur kelur-
masuknya zat-zat dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Pada kondisi cairan hipertonis, maka air
akan berpindah dari dalam eritrosit sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan (krenasi).
Sebaliknya pada kondisi hipotonis, maka air akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit akan
mengalami pengembungan yang selanjutnya akan pecah (lisis). Zat-zat yang didapat dari hasil
metabolisme diangkut melalui sirkulasi darah kemudian melalui kapiler pindah ke ruang antar sel
(intercelluler space) selanjunya berpindah ke sitoplasma melalui membran sel.
C. Alat dan Bahan:
1. Tabung reaksi 5 buah dengan raknya
2. Mikroskop
3. Kaca benda degan cekungan dan gelas penutup
4. Pipet
18
5. Garam fisiologis 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,7%, 0,5%, 0,3%, 0,1%
6. Aquades
7. Vaselin alburn
8. Antikogulan
9. Darah naracoba.
D. Cara kerja
1. Mengambil darah naracoba
2. Meneteskan pada kaca benda, kemudian menambahkan garam fisiologis yang telah
disediakan secara bertahap dan berurutan. Kemudian meneteskan aquades.
3. Mengamati melalui mikroskop untuk mengetahui waktu terjadinya hemolisis pada
eritrosit.
E. Hasil
No Nama Waktu krenasi /detik
3% 1% 0,9% 0,7% 0,5% 0,3 % 0,1%
1 Hesti >300 136 163 - 35 240 >300
2 Siska 116 149 157 - 159 205 253
3 Yuriska 94 100 >300 - 104 205 240
4 Asni 6 10 11 16 20 - -
5 Insiwi 10 21 22 29 34 - -
6 Tsani 20 27 30 38 40 - -
7 Vella 16 18 20 37 40 - -
8 Diva 16 20 37 35 43 - -
9 Brili 15 19 40 38 54 - -
10 Wida 11 20 25 32 41 - -
11 Nur 17 18 20 23 44 - -
12 Ismi 16 33 35 40 57 - -
13 Wulan 126 64 45 79 51 - -
14 Asyifa 43 80 120 40 67 - -
15 Desy 71 68 31 43 72 - -
16 Amalia - 18 30 43 52 60 -
17 Intan - 21 35 49 60 80 -
19
18 Hana - 23 37 50 70 90 -
19 Rizky 56 54 57 76 33 - -
20 Hervina 130 74 47 33 82 - -
21 Yuniar 50 67 70 101 126 - -
22 Endah 58 66 73 163 242 - -
23 Kartini 38 13 112 205 303 - -
24 Ulfa 42 58 45 47 95 - -
25 Salma 80 88 91 45 96 - -
26 Roni 170 70 75 79 112 - -
27 Bima 149 169 99 96 95 - -
28 Jaka 56 70 71 75 80 - 96
29 Toni 64 80 86 96 100 - 104
30 Aris 47 48 50 71 80 - 84
31 Afrizal 20 31 54 118 - 105 184
32 Irfan 31 36 72 123 - 126 255
Jumlah 1868 1769 2085 1920 2487 1111 1516
Rata-rata 64,41 55,28 67,26 66,21 82,9 138,87 189,5
Stndar deviasi 63,83098 40,68862 57,83999 43,64662 60,93714 67,99252 86,97975
F. Pembahasan
Praktikum bertujuan untuk mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada
berbagai konsentrasi larutan dan mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai
konsentrasi larutan. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu mikroskop, sampel
darah naracoba, blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol, object glass, dan larutan NaCl
dengan berbagai konsentrasi. Pertama-tama praktikan mensterilkan ujung jari tengah atau jari
manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian
menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Meneteskan darah
pada object glass yang telah diberi garam fisiologis setelah itu mengamati menggunakan
mikroskop dan mencatat waktu hemolisis eritrosit.
Pada pengamatan nampak terjadi pembesaran sel darah kemudian sel tersebut pecah. Hal
tersebut karena masuknya cairan dari luar sel ke dalam sel sehingga menjadi membesar,
kemudian pecah karena terlalu banyak cairan masuk. Peristiwa ini karena larutan hipotonis yang
diberikan berupa garam fisiologis dengan berbagai konsentrasi. Pada praktikan hasil awal NaCl
3% menunjukkan waktu 170 detik kemudian NaCl 1% waktu 70 detik, NaCl 0,9% waktu 75
detik, NaCl 0,7% waktu 79 detik, dan NaCl 0,5% waktu 112 detik. Hasil tersebut menunjukkan
20
adanya pola dimana semakin rendah kadar garam fisiologis semakin lama hemolisis. Pada
praktikan dengan kadar tertinggi garam fisiologis NaCl 3% menunjukkan waktu yang lama. Hal
tersebut mungkin di karenakan kesalahan praktikan dalam pengamatan atau rusaknya bahan.
Pada teman kelompok praktikan yaitu bima sama-sama menunjukkan peristiwa
hemolisis. Pada NaCl 3% waktu 149 detik kemudian NaCl 1% waktu 169 detik, NaCl 0,9%
waktu 99 detik, NaCl 0,7% waktu 96 detik, dan NaCl 0,5% waktu 95 detik. Hasi tersebut
merupakan anomali karena sangat berbeda dengan teori dan sangat berbeda dengan hasil rata-rata
kelas. Hal tersebut mungkin karena kesalahan praktikan dalam pengamatan.
Pada data kelas rata-rata hasil awal NaCl 3% menunjukkan waktu 64,41 detik kemudian
NaCl 1% waktu 55,28 detik, NaCl 0,9% waktu 67,26 detik, NaCl 0,7% waktu 66,21 detik, dan
NaCl 0,5% waktu 82,9 detik, NaCl 0,3% waktu 138,87 detik dan NaCl 0,1% waktu 189,5 detik.
Rata-rata tersebut menunjukkan semakin kecik kadar garam fisiologis maka semakin lama
terjadinya hemolisis. Data kelas tersebut dikatakan tidak stabil karena ada anomali yang terjadi,
jika dianalisis anomali terjadi karena ada beberapa anggota kelas yang terjadi anomali dengan
waktu hemolisis sangat lama sekali sehingga mempengaruhi rata-rata kelas. Terjadinya anomali
tersebut bisa disebabkan oleh kesalahan praktikan, atau kerusakan larutan fisiologis, atau ketidak
sterilan alat atau faktor lainnya.
G. Kesimpulan
1. Waktu hemolisis praktikan NaCl 3% 170 detik, NaCl 1% waktu 70 detik, NaCl 0,9%
waktu 75 detik, NaCl 0,7% waktu 79 detik, dan NaCl 0,5% waktu 112 detik
Waktu hemolisis data kelas rata-rata NaCl 3% 64,41 detik, NaCl 1% waktu 55,28 detik, NaCl
0,9% waktu 67,26 detik, NaCl 0,7% waktu 66,21 detik, dan NaCl 0,5% waktu 82,9 detik,
NaCl 0,3% waktu 138,87 detik dan NaCl 0,1% waktu 189,5 detik.
2. Dapat diketahui bahwa semakin tinggi persentase konsentrasi larutan garam fisiologis maka
semakin cepat terjadi hemolisis.
DAFTAR PUSTAKAFrandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.
Soedjono, Basoeki.1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
21
KEGIATAN 3
MENGHITUNG SEL DARAH MERAH
A. Tujuan Praktikum:
Menghitung sel darah merah
B. Dasar Teori
Darah pada semua hewan vertebrata tersusun atas plasma, sel darah merah (SDM),
sel darah putih (SDP), keping-keping darah (trombosit). Plasma berfungsi sebagai medium
cair yang di dalamnya terlarut protein (albumin, fibrinogen, dan globulin) sehingga disebut
protein plasma. Selain itu, juga terlarut nutrien lainnya (glukosa, asam lemak, dan
kolesterol), vitamin, mineral, garam anorganik terutama sodium klorida (NaCl), limbah
metabolisme dan gas.
Eritrosit pada manusia berbentuk diskus bikonkav, diameternya 6-9 µm, bagian
tengah memiliki ketebalan 1 µm, bagian tepi mamiliki ketebalan 2 - 2.5 µm dan tidak
memiliki inti. Membran eritrosit tersusun atas fosfolipid (lipid bilayer) layaknya membran
sel lainnya. Sitoplasma tersusun atas hemoglobin (Hb) sekitar 34%, tidak terdapat
mitokondria, lisosom, ribosom, retikulum endoplasma, dan badan Golgi. Sehingga
metabolisme sangat terbatas dengan menggunakan enzim-enzim metabolisme yang telah
ada. Kation yang terdapat dalam sitoplasma eritrosit antara lain yaitu K+, Na+, Ca2+, Mg2+
dan anion dalam bentuk Cl-, HCO3-, Hb, fosfat anorganik dan 2,3-DPG.
Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metaloprotein kompleks yang
mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan
tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan
kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara
mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa
beberapa produk buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir
22
keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah.
Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa
oksigen di jaringan otot.
Keutuhan bentuk eritrosit sangat tergantung pada tekanan osmosis medium
sekitarnya. Pada kondisi hipotonik akan mengalami pembengkakan kemudian ruptur
(hemolisis). Hemolisis pada kondisi isotonik terjadi karena agen-agen yang merusak
permukaan, seperti sabun, deterjen atau klorofom. Sitoskeleton berfungsi untuk mengatur
bentuk membran eritrosit sehingga bentuknya fleksibel. Krenasi jika berada pada
lingkungan (larutan) yang hipertonis.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 - 6.000.000 sel
per mm3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 - 5.500.000 sel per mm3 (pada perempuan).
Polisitemia (polycythemia) adalah suatu kondisi jumlah eritrosit meningkat sangat nyata di
dalam sirkulasi. Anemia adalah kondisi kemampuan tubuh mengangkut oksigen berkurang
karena berkurangnya jumlah SDM atau Hb. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah eritrosit yaitu :
1. Fisiologis karena adaptasi terhadap lingkungan lokal, misalnya adaptasi pada tempat
tinggi (pegunungan), maka jumlah SDM dapat mencapai 8 juta sel per mm3, hal ini
disebut physiological polycythemia.
2. Patologis karena adanya tumor pada sumsum tulang, maka jumlah SDM dapat
mencapai 1011 juta sel per mm3, hal ini disebut polycythemia vera.
Umur (lifespan) eritrosit dalam sirkulasi berkisar antara 120 hari pada laki-laki dan
100 hari pada perempuan. Setelah melampaui batas tersebut, eritrosit akan kehilangan
kemampuan metabolisme yang kemudia akan dihancurkan oleh limfa, hati, sumsum tulang
dan sel retikuloendothelial. Sebagian besar komponennya akan dimanfaatkan kembali
seperi Fe dari heme dan asam amino dari globin.
C. Alat dan Bahan:
1. Toma hemasitometer
2. Pipet khusus bertanda ‘101’
3. Blood lancet steril
4. Etil alcohol
5. Kapas
6. Larutan garam fisiologis
7. Larutan hayem
23
D. Cara kerja
1. Menyeterilkan ujung jari dengan alcohol
2. Menusuk ujung jari dengan blood lancet steril sehingga darah keluar
3. Menyiapkan pipet khusus untuk penghitungan sel darahmerah dengan tanda 101.
4. Mengambil darah langsung dari darah naracoba dengan pipet khusus sampai
melebihi tanda 0,5, kemudian bersihkan ujungnya dengan tissue sehingga bersih dan
darah tepat pada batas 0,5
5. Kemudian dengan segera menghisap darah beserta larutan hayem sampai tanda 101.
6. Menyiapkan bilik hitung.
7. Meneteskan cairan darah yan telah bercampur dengan larutan hayem pada bilik
hitung.
8. Memeriksa dengan perbesaran lemah dan mencari kotak tengah dari bilik hitung.
9. Kemudian memperbesar kemampuan mikroskop sampai perbesaran 10x10 dan alat
penghitung hand tally counter
10. Untuk menghemat waktu biasanya dari 25 kotak kecil hanya dipilih lima kotak
sebagai sempel. Kotak tersebut dapat dipilih secara random atau dipilih pada bagian
atas kanan, atas kiri atas, bawah kanan, bawah kiri dan tengah.
11. Setelah diketahui jumlah SDM kemudian mesukan ke dalam rumus berikut untuk
mengetahui jumlah SDM permm3
Jumlah SDM/mm-SDM yang dihitung x 10 x 5 x 200
Ketrangan:
Angka 10 berasal dari dalamnya pipet 0,1 mm dijadikan 1 mm (10 kali)
Angka 5 berasal dari 1/5 dari 1 mm3 (25 kotak)
Angka 200 berasal dari pengenceran 200 kali (0,5 menjadi 101)
E. Hasil
Perempuan
NO NamaUmur
(tahun)Jumlah Sel Darah
Merah sdm/ mm3
1 Hesti Lokaningrum 20 2.400.0002 Siska Lipdyaningsih 18 5.100.0003 Yuriska Fitri Dyah U 20 4.800.000
24
4 Insiwi Purwianshari 19 4.260.0005 Nur Tsani Rahmawati 19 3.700.0006 Asni Nurhayati 19 2.360.0007 Vella Liani 19 5.350.0008 Diva Aprilia 19 6.690.0009 Tri Widayanti 19 4.580.00010 Nur Khotimah 19 4.500.00011 Ismi Nurhidayah 19 3.810.00012 Wulan Novita Sari 19 7.660.00013 Asyifatul Madinah 20 6.770.00014 Desy Normalia 20 7.370.00015 Intan Ayu P. 19 5.560.00016 Amalia A’la 20 3.750.00017 Hana Widiyanti 20 3.400.00018 Rizky Wulandari 19 3.600.00019 Hervina Surya Kartika 19 5.340.00020 Yuniar Kurnia Widasari 19 4.670.00021 Endah Ratna 21 4.160.00022 Hani Kartini 21 4.630.00023 Ulfa 19 5.040.00024 Salma 19 3.720.000
TotalRata-rata
Standar deviasi
113.220.000
4.717.500
1.380.791,361
Laki-laki
NO NamaUmur
(tahun)Jumlah Sel Darah
Merah sdm/ mm3
1 Roni Ardyantoro 19 5.710.0002 Bima Ghana P. 20 4.270.0003 Jaka Fitrianta 19 5.040.0004 Tonny Haryo W. 20 4.660.0005 Aris Setianto W. 20 4.660.0006 Afrizal Haris 20 3.680.0007 Irfan Hanis P. 22 4.480.000
TotalRata-rata
Standar deviasi
32.500.000
4.642.857,143
631.102,5877
25
F. Pembahasan
Praktikum topik Sel Darah Merah bertujuan untuk mengetahaui jumlah sel darah merah
(erytrosit). Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril (disposable), alkohol,
kapas dan larutan Hayem. Langkah kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung jari tengah
atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering.
Kemudian Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar.
Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya
dengan kapas. Kemudian menghisap larutan Hayem sampai tanda 101, lalu dikocok secara
perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan
menghitung jumlah SDM dengan mikroskop pada kotak bagian tengah kemudian dilanjutkan
pada kotak yang berada di kiri atas, kiri bawah, kanan awah, dan kanan atas .
Hasil perhitungan Sel darah merah pada praktikan yaitu 5.710.000 sel per mm3. hasil
tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal dan sesuai
dengan teori. Pada pelaksanaan Praktikan mengalami kesalahan dalam pengambilan darah yang
seharusnya 0,5 menjadi 1 sehingga saat perhitungan harusnya dikalikan 200 menjadi dikalikan
100. Namun menurut pembimbing itu sudah benar dalam perhitungan.
Hasil perhitungan Sel darah merah pada teman kelompok praktikan yaitu bima 4.270.000
sel per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang di
bawah normal. Hal tersebut mungkin di pengaruhi oleh faktor fisiologis dari Bima
Hasil perhitungan Sel darah merah pada kelas di kelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok
laki-laki dan kelompok perempuan. Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah merah
4.642.857,143 sel per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam
kondisi rentang normal. Dengan tertinggi saya 5.710.000 sel per mm3 dan terendah afrizal
3.680.000 per mm3 . adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing
orang disisi lain masih ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat.
Hasil perhitungan Sel darah merah pada perempuan sel darah merah rata-rata 4.717.500
sel per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang
normal. Dengan tertinggi wulan 7.660.000 sel per mm3 dan terendah hesti 2.400.000 per mm3
. adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing orang disisi lain masih
ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat.
Jika di bandingkan hasil laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan dimana rata-
rata sel darah merah dihitung 4.717.500 sel per mm3 untuk perempuan dan 4.642.857,143
sel per mm3 untuk laki-laki. Hal tersebut menunjukkan Sel darah putih di kelas Biologi E
perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki dimana pada teori rentang laki-laki lebih tinggi
26
dari pada perempuan walaupun keduanya masih masuk kategori rentang normal.
Perbedaan hasil tersebut mungkin karena adanya faktor fisiologis dari asing-masing
individu.
Kekurangan jumlah SDM menyebabkan penyakit anemia, yaitu berkurangnya
kemampuan darah mengangkut oksigen karena kurangnya jumlah SDM. Sedagkan
polisistemia adalah kondisi dimana jumlah SDM meningkat secara nyata atau dalam kata
lain jumlah SDM yang melampui standar. Dari data diatas, diketahui bahwa 8 orang
perempuan dan 2 laki-laki diduga menderita anemia dan 4 orang perempuan diduga
menderita polisitemia dari total 31 orang yang melakukan penghitungan SDM.
G. Kesimpulan
Hasil perhitungan Sel darah merah pada praktikan yaitu 5.710.000 sel per mm3. hasil
tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal.
Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah merah 4.642.857,143 sel per mm3. hasil
tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal
Hasil perhitungan Sel darah merah pada perempuan rata-rata 4.717.500 sel per mm3.
hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal
Daftar Pustaka
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMTPA UNY.
27
KEGIATAN 4
MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH
A. Tujuan Praktikum:
Menghitung sel darah putih (SDP)
B. Dasar Teori
Sel darah putih (SDP) atau leukosit berasal dari myeloblast (stem cell). Pembentukan
SDP di dalam sumsum tulang, kecuali limfosit yakni di kelenjar thymus dan bursa
ekuivalen. Jumlah leukosit pada orang dewasa normal berkisar 5.000 - 9.000/mm3.
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini
sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan
sebagian lagidi jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini
diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Kebanyakan sel
darah putih ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan
serius (Guyton, 1997). Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari
infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Jumlah sel darah putih lebih
sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-
lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/mm3. Jumlah
leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000/mm3. Setelah itu
28
jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar
antara 4.500-11.000/mm3. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar
antara 5.000-9.0004/mm3. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik
yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/mm3.
Penyakit yang disebabkan akibat kelebihan sel darah putih yaitu leukemia atau
kanker darah yang merupakan sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai
oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan
jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal
atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah
perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses
pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah
putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di
sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup.
Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi
ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan
keamanan tubuh.
Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena
kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih.
Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis
Jenis-jenis SDP berdasarkan bentuk intinya dapat dibedakan menjadi granulosit dan
agranulosit. Granulosit karena mamiliki granula di dalam sitoplasmanya. Granulosit dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1. Neutrofil (62%), memiliki granula yang berukuran kecil dan berwarna merah muda
serta dapat meningkat jumlahnya pada infeksi akibat bakteri.
2. Eosinofil (2,3%), memiliki granula berwarna kemerahan dan jumlahnya dapat
meningkat pada infeksi parasit.
3. Basofil (0,4%), memiliki granulosa berwarna ungu dan biru dan jumlahnya dapat
meningkat pada reaksi alergi.
Agranulosit karena tidak memiliki granulosa di dalam sitoplasmanya. Agranulosit
dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Monosit (5,3%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, motil, bercat biru dan
berfungsi sebagai fagosit.
2. Limfosit (30%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, nonmotil, berbentuk bulat,
29
bercat biru, dan berfungsi memproduksi antibodi.
Sel-sel darah putih merupakan suatu komponen dalam mekanisme pertahanan tubuh
yang penting. Sebagian besar darinya melakukan fagositosis, suatu proses inegasi dan
digesi (memasukan dan mencerna makanan) mikroorganisme dan partikel asing lainnya.
Netrofil dan monosit paling giat berfagositosis sedangkan eosinofil hanya sedang saja.
Semua leukosit adalah sel motil, suatu sifat yang memungkinkannya menerobos kapiler
darah melalui ruang interseluler dinding kapiler darah dan migrasi gerakan amuboid
kearah luka karena ertikel menyerbu jaringan. Netrofil dan limfosit sengat motil,
sementara eunosofil sangat lamban. Lekosit melindungi tubuh terhadap penyakit. Netrofil
dan monosit menghancurkan bakteri dengan memakannya. Bakteri yang dimakan dicerna
oleh enzim yang dikeluarkan lekosit. Lekosit terus melakukakan ingesi partikel sampai
mereka terbunuh sehingga terkumpul hasil pemecahnnya. Netrofil mampu memakan 5
sampai 35 bakteri, monosit mampu memangsa sebanyak 100 bakteri sebelum
kematiannya.
Setelah bakteri dihancurkan, jaringan akan diganti. Beberapa jaringan mempunyai
kemampuan regenerasi dengan perbanyakan sel-sel yang bertetangga. Kemampuan
tersebut
pada jaringan kcil atau terbatas sekali dan digantikan oleh jaringan ikat yang
mensekresikan serabut-serabut untuk membentuk jaringan parut. (Basoeki, 1988)
C. Alat dan Bahan:
alat
1. Pipet khusus bertanda ‘11’
2. Bilik hitung
Bahan
1. Blood lancet steril\kapas alcohol
2. Reagent turk
D. Cara kerja
1. Menstrerilkan ujng jari dengan kapas alcohol
2. Menusuk ujung jari dengan blood lancet steril samai darah keluar
3. Mengambil darah denganpipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan
ujung dengan kertas tissue. Setelah itu hisap reagent truk sampai tanda 11, kemudian
lakukan pengocokan perlahan sampai merata.
30
4. Menyiapkan bilik hitung seperti pada perhitungan sel darah merah
5. Menteskan cairan dalam pipet lewat tepi sampai merata dan menghitung di bagian
atas kiri, atas kanan, bawah kiri dan bawah kanan.
6. Menjumlah SDP yang terhitung.
masukan dalam rumus berikut untuk mengetahui jumlah SDP sesungguhnya:
Jumlah SDP/mm = (ax20x10)/4
Atau jumlah SDP/mm : bx 20x10
Keterangan:
Jumah SDP (a)
Jumlah rata-rata kotak (b)
Angka 20 berasal dari pengenceran 0,5 menjadi 11 (20 kali)
Angka 10 berasal dari kedalaman parit 0,1 mm (menjadi 1 mm)
Angka 4 berasal dari kotakan (mestinya hanya 1 kamar)
E. Hasil
Perempuan
No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah SDP ( SDP / mm3 )
1 Hesti Lokaningrum 20 5600
2 Siska Lipdyaningsih 18 2150
3 Yuriska Fitri Dyah U. 19 8100
4 Asni Nurhayati 19 3050
5 Insiwi Purwianshari 20 1350
6 Nur Tsani Rahmawati 19 2350
7 Vella Liani 19 6000
8 Diva Aprilia Afifah 19 6500
9 Briliana Suryani K 19 3000
10 Tri Widayanti 19 3050
11 Nur Khotimah 19 6550
12 Ismi Nurhidayah 19 3600
13 Wulan Novitasari 19 4950
14 Asifatul Madinah 20 3750
15 Desy Normalia 20 4900
16 Intan Ayu Pratiwi 19 6100
31
17 Amalia Ala 20 3300
18 Hana Widiyanti 21 1550
19 Rizky Wulandari 19 4250
20 Hervina Surya Kartika 19 6250
21 Yuniar Kurnia W. 19 6200
22 Endah Ratna Sari 20 13050
23 Ulfa Nur Wahyudi 20 500
24 Salma Nadiyah 19 900
25 Hanikartini Hanafi 20 13550
Total 106600
Rata-rata 4264
Standar deviasi 3496,085
Laki-laki
No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah SDP ( SDP / mm3 )
1. Roni Ardyantoro 19 4500
2. Bima Gana Pradana 20 1200
3. Jaka Fitriyanta 20 3000
4. Tonny Haryo Wibisono 20 3050
5. Aris Setiyanto Wibowo 20 3150
6. Afrizal Haris 20 5800
7. Irfan Hanis Prasetya 21 9050
Total 29750Rata-rata 4250Standar deviasi 2550,163
F. Pembahasan
Praktikum Sel darah putih ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel darah putih (SDP).
Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet khusus bertanda “11”, bilik hitung, blood lancet
steril (disposable), kapas, dan alkohol. Prosedur kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung
jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga
mengering. Kemudian menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah
keluar. Setelah itu mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian
membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap reagen Turk sampai tanda 101, lalu
32
dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga
merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak kanan atas, kanan bawah, kiri
atas dan kiri bawah.
Hasil perhitungan Sel darah putih pada praktikan yaitu 4500 per mm3. hasil tersebut
menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang dibawah normal sekitar 5000-
9000 per mm3 walaupun diatas rata-rata kelas. Hasil tersebut tidak sesuai mungkin karena
kesalahan praktikan dalam praktikum atau karena kurang steril karena biasanya jika cek di tempat
lain selalu normal. Hasil perhitungan Sel darah putih pada teman kelompok praktikan yaitu bima
1200 per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah putih dalam kondisi rentang di
bawah normal dan kategori jauh dari normal. Hal tersebut mungkin di pengaruhi oleh faktor
fisiologis dari Bima atau karena kesalahan dalam praktikum dan ketidak sterilan alat yang
digunakan.
Hasil perhitungan Sel darah putih pada kelas di kelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok
laki-laki dan kelompok perempuan. Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah putih 4250 per
mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah putih dalam kondisi rentang di bawah
normal. Dengan tertinggi irfan 9050 per mm3 dan terendah bima 1200 per mm3 . adanya
variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing orang disisi lain masih ada
kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat serta sterilan alat. Hasil rata-rata
kelompok laki-laki sel darah putih 4250 per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel
Darah putih dalam kondisi rentang di bawah normal. Dengan tertinggi irfan 9050 per mm3 dan
terendah bima 1200 per mm3 . adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-
masing orang disisi lain masih ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan
alat serta sterilan alat.
Hasil perhitungan Sel darah putih pada perempuan sel darah putih rata-rata 4264 per
mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah Putih dalam kondisi rentang dibawah
normal. Dengan tertinggi hani 13550 per mm3 dan terendah ulfa 500 per mm3 . adanya
variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing orang disisi lain masih ada
kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat serta sterilan alat.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata bernilai berbeda dengan teori dan di
bawah rata-rata teori. Dari praktikan menduga ada kesalahan oleh individu atau ketidak
jelian india sehingga data di duga tidak valid.
G. Kesimpulan
Hasil perhitungan Sel darah putih pada praktikan yaitu 4500 per mm3. hasil tersebut
menunjukkan kandungan sel Darah Putih dalam kondisi rentang tidak normal.
33
Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah putih 120 per mm3. hasil tersebut menunjukkan
kandungan sel Darah pitis dalam kondisi rentang normal
Hasil perhitungan Sel darah putih pada perempuan rata-rata 4.717.500 sel per mm3. hasil tersebut
menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal
Daftar Pustaka
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
34
KEGIATAN 5
MENGUKUR TEKANAN DARAH SISTOL DAN DIASTOL
A. Tujuan Praktikum:
Megukur tekanan darah sistol dan diastole
B. Dasar Teori
Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh darah yang hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa.
Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan
atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Tekanan
darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola,
kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Tekanan
darah diatur melalui beberapa mekanisme fisiologis untuk menjamin aliran darah ke
jaringan yang memadai. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (cardiac output,
CO) dan resistensi pembuluh darah terhadap darah. Curah jantung adalah volume darah
yang dipompa melalui jantung per menit, yaitu isi sekuncup (stroke volume, SV) x laju
denyut jantung (heart rate, HR). Resistensi diproduksi terutama di arteriol dan dikenal
sebagai resistensi vaskular sistemik.
Jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga tekanan rata-
rata di aorta menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga, karena
pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, sebagai akibat pengosongan ritmik ventrikel
kiri, tekanan arteri berganti-ganti antara nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai
tekanan diastolik 80 mmHg. Pada orang dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap
pulsasi, yang disebut tekanan sistolik, adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah
setiap pulsasi, yang disebut tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai
35
antara kedua tekanan ini sekitar 40 mmHg, yang disebut tekanan nadi. Dua faktor utama
yang memengaruhi tekanan nadi : (1) curah isi sekuncup dari jantung, dan (2) komplians
(distensibilitas total) dari percabangan arteri. Tekanan nadi pada orang lanjut usia
kadang-kadang meningkat sampai dua kali nilai normal, karena arteri menjadi lebih kaku
akibat arteriosklerosis dan karenanya, arteri relatif tidak lentur.
Ketika menghitung denyut anda dengan cara menempatkan jari anda pada
pergelangan tangan, anda sesungguhnya dapat merasakan arteri mengembang pada setiap
denyutan. Sebagian penyebab lonjakan tekanan tersebut adalah sempitnya lubang
pembukaan arteriola yang menghalangi keluarnya darah dari arteri. Dengan demikian,
ketika jantung berkontraksi, darah memasuki arteri lebih cepat dibandingkan
kecepatannya meninggalkan arteri, dan pembuluh tersebut akan meregang akibat tekanan
tersebut. Dinding pembuluh arteri akan mengecil selama tekanan diastole, tetapi jantung
berkontraksi kembali ke dalam arteriola untuk memulihkan tekanan dalam arteri secara
sempurna. Hambatan yang diberikan oleh arteriola disebut sebagai resistensi peripheral.
Sebagai konsekuensi dari kerja arteri elastis melawan resistensi peripheral, maka masih
ada tekanan darah, bahkan selama disatol sekalipun, yang mengalirkan darah ke dalam
arterial dan kapilr secara kontinu.
Tekanan darah ditentukan sebagian oleh curah jantung dan sebagian oleh derajat
resistensi peripheral tehadap aliran darah dalam arteriola, yang merupakan penyempitan
pada sistem sirkulasi. Kontraksi otot polos dalam dinding arteriola akan menyempitkan
pembuluh yang sangat kecil itu, yang meningkatkan resistensi, dan dengan demikian
meningkatkan tekanan darah di daerah hulu arteri. Ketika otot polos berileksasi, arteriola
bedilatasi, darah yang melalui arteriola meningkat, dan tekanan dalam arteri akan
menurun. Impuls saraf, hormone, dan sinyal-sinyal lain mengontrol otot dinding arteriola
tersebut. Cekaman, baik secara fisik maupun emosional, dapat meningkatkan tekanan
darah dengan cara memicu respons saraf dan hormone yang akan menyempitkan
pembuluh darah.
Ketika darah mencapai vena, tekanannya tidak dapat dipengaruhi oleh jantung.
Hal itu tejadi karena darah banyak mengalami resistensi ketika melewati jutaan arteriola
dan kapiler yang sangat kecil sehingga daya pompa jantung tidak mampu lagi mendorong
darah dalam vena. Kemudian, bagaimana darah dapat kembali ke dalam jantung,
khususnya ketika ia harus bergerak dari tungkai yang paling bawah melawan gravitasi.
Kontraksi otot polos dalam dinding venula dan vena memerikan sebagian kontribusi
terhadap pergerakan darah. Akan tetapi yang lebih penting lagi, aktivitas otot rangka
36
selama olahraga akan merasa darah melalui vena. Selain itu, ketika menghirup udara,
perubahan tekanan dalam rongga dada menyebabkan vena cava dan vena besar lainnya
yang terletak di dekat jantung membesar dan terisi penuh dengan darah.
C. Alat dan Bahan:
1. Tensimeter dengan sabuk tekannya.
2. Stetoskop
D. Cara kerja
1. Melilitakan sabuk pengaman yang telah dilengkapi pompa dan spygomomanometer
pada lengan atas tepatnya di sendi siku.
2. Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan tepat di atas arteri radialis
selanjutnya menyimak suara denyut jantung.
3. Memompa sabuk pengaman sampai tidak terdengar detak jantung. Kemudian
kendorkan sekrup pengatur sehingga udara keluar dan memantau suara jantung
dengan seksama.
4. Melakukan kegiatan itu berulang dengan posisi yang berbeda
5. Melakukan aktivitas yang lebih berat(lari).
6. Mengukur ulang tekanan darah sistol dan diastole setelah aktivitas dan mencatatnya
E. Hasil
Perempuan
No Nama UmurSebelum kegiatan
Tekanan systole/diastole (mmHg)
Setelah kegiatanTekanan systole/diastole
(mmHg)1 Hesti L. 20 110/70 120/602 Siska L. 18 90/50 90/553 Yuriska F. D. U. 19 90/60 110/704 Asni N. 19 100/60 100/615 Insiwi P. 20 120/80 130/1106 Nur Tsani R. 19 93/72 100/797 Vella L. 19 100/50 105/608 Diva A. A. 19 110/60 110/709 Briliana S. K. 19 100/70 110/60
10 Tri W. 19 110/70 130/7011 Nur Khotimah 19 110/70 130/7012 Ismi N. 19 100/50 120/6013 Wulan N. 19 100/70 110/8014 Asifatul M. 20 100/60 110/7015 Desy N. 20 110/80 120/9016 Intan A. P. 19 100/80 110/90
37
17 Amalia A. 20 110/80 130/8018 Hana W. 21 110/70 140/8019 Rizky W. 19 90/60 110/8020 Hervina S. K. 19 110/80 120/10021 Yuniar K. W. 19 90/60 120/7022 Endah R. S. 20 100/70 120/8023 H. Kartini H. 20 100/80 110/9024 Ulfa N. W. 20 100/70 120/8025 Salma N. 19 100/80 120/80
Laki-laki
No Nama UmurSebelum kegiatan
Tekanan systole/diastole (mmHg)
Setelah kegiatanTekanan systole/diastole
(mmHg)1 Roni A. 19 120/70 130/902 Bima G. P. 20 120/90 140/1003 Jaka F. 20 122/84 130/854 Tonny H. W. 20 124/80 130/855 Aris S. 19 100/60 120/906 Afrizal H. 20 90/60 110/707 Irfan H. P. 21 120/80 120/90
F. Pembahasan
Tujuan praktikum ini adalah mengukur tekanan darah sistol dan diastol. Alat dan
bahan yang digunakan adalah tensimeter dan stetopkop. Mula-mula Melilitakan sabuk
pengaman yang telah dilengkapi pompa dan spygomomanometer pada lengan atas
tepatnya di sendi siku. Kemudian Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan
tepat di atas arteri radialis selanjutnya menyimak suara denyut jantung. Selanjutnya
Memompa sabuk pengaman sampai tidak terdengar detak jantung. Kemudian kendorkan
sekrup pengatur sehingga udara keluar dan memantau suara jantung dengan seksama.
Kemudian mencatat saat bersuara=sistol dan saat hilang suara=diastol.
Pada praktikan sebelum kegiatan didapatkan hasil pengukuran 120/70 dimana
masih dalam kisaran normal pada rentang 120/80. Saat dioji coba dengan melakukan
aktivitas berat seperti berlari selama beberapa menit kami menguji nilai sitol dan diastol.
Setelah kegiatan pengukuran pada praktikan 130/90. Hasil tersebut juga masih termasuk
normal. Sedangkan teman satu kelompok yaitu bima sebelum kegiatan 120/90 dimana
masih dalam kisaran normal pada rentang 120/80 kemudian Saat dioji coba dengan
melakukan aktivitas berat seperti berlari selama beberapa menit kami menguji nilai sitol
38
dan diastol. Setelah kegiatan pengukuran pada praktikan 140/100. Hasil tersebut juga
masih termasuk normal.
Pada data kelas nampak rata-rata masih pada dalam kategori normal walaupun
mayoritas dibawah 120/80 sebelum kegiatan dan meningkat saat setelah kegiatan.
Peningkatan tersebut sesuai dengan aktivitas yang meningkat sehingga memerlukan
energi dan oksigen leboh sehingga mempercepat tekanan darah. Ada yang masuk
kategori di bawah normal yaitu siska dengam 90/50 yang biasa disebut darah rendah.
Jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga tekanan rata-
rata di aorta menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga, karena
pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, sebagai akibat pengosongan ritmik ventrikel
kiri, tekanan arteri berganti-ganti antara nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai
tekanan diastolik 80 mmHg. Pada orang dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap
pulsasi, yang disebut tekanan sistolik, adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah
setiap pulsasi, yang disebut tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai
antara kedua tekanan ini sekitar 40 mmHg, yang disebut tekanan nadi.
G. Kesimpulan
Hasil pengukuran praktikan sebelum kegiatan adalah 120/70 dan setelah kegiatan 130/90
sehingga masuk dalam kategori normal
H. Daftar Pustaka
Guyton AC, Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Rachman LY, et al,
editor. Jakarta: EGC Medical Publisher; 2007.
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
39
KEGIATAN 6
MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)
A. Tujuan Praktikum:
Mengukur kadar hemoglobin (HB) darah
B. Dasar Teori
Erythrocyte merupakan salah satu sel tubuh manusia yang tidak memiliki inti
(nonnucleated cells), tetapi sitoplasma memiliki protein yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen yang disebut hemoglobin. Kadar hemoglobin merupakan salah satu
indikator apakah manusia menderita anemia atau tidak. Kadar Hb pada kondisi normal
tergantung dari usia masing-masing individu. Kadar hemoglobin dalam darah sangat
tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang, antara lain yaitu :
Hemoglobin merupakan molekul bulat dengan diameter 5.5 nm yang ditemukan
pada sel darah merah, dengan fungsi utamanya untuk mentranspor oksigen dari paru-paru
ke setiap jaringan dalam tubuh. Molekul Hb A (hemoglobin manusia dewasa, A = adult)
berisi dua rantai a (masing-masing 141 residu) dan dua rantai b (masing-masing 146
residu). Molekul Hb A umumnya tersusun sebagai a2b2. Kapasitas hemoglobin untuk
mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus prostetik yang disebut heme. Gugus
heme yang menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen
anorganik dan pusat atom besi.
Hemoglobin (Hb) tersusun atas protein globin dan ferroproto-porfirin (heme) yang
berikatan non-kovalen. Setiap molekul Hb memiliki 4 atom Fe yang terdapat pada heme,
dan setiap atom Fe dapat mengikat oksigen secara reversibel, dengan demikian setiap
molekul Hb teroksigenasi atau disebut HbO2 (oksiHb) mengandung 4 mol oksigen. Hb
40
juga dapat berikatan dengan CO2 pada gugus asam aminonya membentuk karbamino Hb
(HbCO2), juga dengan NO membentuk HbNO. Peroksid, ferrisianid dan kuinon dapat
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga terbentuk metHb yang tidak mampu mengikat
O2maupun CO2. MetHb dapat direduksi menjadi Hb oleh dithionit (Na2S2O4). MetHb
dapat bereaksi dengan anion OH- pada H+ basa/alkalis dan Cl" pada pH asam.
Hb + HCl => Globin-HCl + Ferroproto-porfirin
Hb A (dewasa) terdiri atas rantai alfa (a) dan beta (P) dengan ikatan non-kovalen.
Tiap rantai mempunyai 80 lebih asam amino dan setiap sub-unit terdiri atas 7 segmen
helik yang ditandai A-H. Sifat unik Hb adalah kemampuannya berikatan secara reversibel
dengan oksigen dengan membentuk kompleks oksigen yang stabil tanpa terjadi oksidasi
Fe2+ menjadi Fe3+. Hal ini karena adanya sifat hidrofilik kantung heme.
C. Alat dan Bahan:
Alat
1. Hemeglobinometer sahli
2. Alquist chat
3. Photometer leica
Bahan
1. Blood lancet steril
2. Pipet khusus dengan selat karet
3. Aquadest
4. Larutan HCL 0,1 N
D. Cara kerja
1. Mensterilkan ujung jari tengah atau manis naracoba dengan olkohol
2. Menusuk ujung jari naracoba dengan blood lancet steril sehinga darah keluar dan
meneteteskan pada masing-masing bulatan satu tetes darah pada kaca obyek yang
telah disiapkan
3. Mengisi tabung berskala dari hemometer sahli dengan larutan HCL sampai tanda
angka 2
4. Menghisap darah langsung dari probundus dengan menggunakan pipet khusus
sampai tanda garis pada pipet
41
5. Kemudian membersihkan ujung pipet dengan kertas tisu dan meniup darah yang
terdapat dalam pipet tersebut ke dalam tabung yang berisi HCL 0,1 N
6. Kemudian menghisap lagi cairan tersebut dan meniup lagi sampai 3 kali agar darah
dari larutan bercampur rata
7. Membiarkannya selama lebih dari 2 menit
8. Kemudian menambahkan tetes demi tetes aquades sambil diaduk dengan pengaduk
khusus sampai warnanya sesuai dengan tabung standar dari hemometer sahli
9. Kemudian mengamati dan mencatat angka pada tabung berskala yang menunjukan
kadar Hb dalam g/100 ml darah.
E. Hasil
Tabel . Data Hasil pengukuran Hb
Perempuan
No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah Hb ( g / dl )
1 Hesti Lokaningrum 20 14
2 Siska Lipdyaningsih 18 11,2
3 Yuriska Fitri Dyah U. 19 10,8
4 Asni Nurhayati 19 10,6
5 Insiwi Purwianshari 20 12,2
6 Nur Tsani Rahmawati 19 10,2
7 Vella Liani 19 9,8
8 Diva Aprilia Afifah 19 10,8
9 Briliana Suryani K 19 9,8
10 Tri Widayanti 19 10
11 Nur Khotimah 19 10
12 Ismi Nurhidayah 19 13
13 Wulan Novitasari 19 8,1
14 Asifatul Madinah 20 10,8
15 Desy Normalia 20 8,4
16 Intan Ayu Pratiwi 19 10
17 Amalia Ala 20 9
18 Hana Widiyanti 21 8
19 Rizky Wulandari 19 12,2
20 Hervina Surya Kartika 19 11,4
42
21 Yuniar Kurnia W. 19 9,4
22 Endah Ratna Sari 20 11,2
23 Ulfa Nur Wahyudi 20 10
24 Salma Nadiyah 19 9,5
25 Hanikartini Hanafi 20 10,6
Total 261
Rata-rata 10,44
Standar deviasi 1,432073
Laki-laki
No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah Hb (g/dl )
1. Roni Ardyantoro 19 9
2. Bima Gana Pradana 20 8
3. Jaka Fitriyanta 20 11,2
4. Tonny Haryo Wibisono 20 10
5. Aris Setiyanto Wibowo 20 13
6. Afrizal Haris 20 9,3
7. Irfan Hanis Prasetya 21 9,4
Total 69,9Rata-rata 9,98Standar deviasi 1,6476
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kadar Hemoglobin dalam darah merah.
Kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator apakah manusia menderita anemia
atau tidak. Kadar Hb pada kondisi normal tergantung dari usia asing-masing individu.
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah
ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran
secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas
standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk
menghitung indeks eritrosi. Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah. Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah memerlukan alat dan
bahan yaitu hemoglobinometer Sahli, blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol,
43
aquadest, dan larutan HCl 0,1 N.
langkah kerja yang dilakukan dalam kegiatan pengukuran kadar hemoglobin
pertama-tama mensterilkan ujung jari manis atau jari tengah dengan kapas yang telah
ditetesi alkohol. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet steril (disposable)
sehingga darah keluar. Lalu menghisap darah menggunakan pipet khusus yang telah
disediakan hingga tanda garis pada pipet. Setelah itu, memasukkan darah kedalam tabung
dan menambahkan larutan HCl 0,1 N kemudian dikocok hingga merata. Kemudian
menambahkan tetes demi tetes aquadest sambil terus diaduk hingga warnanya sesuai
dengan warna larutan standar pada Hemoglobinometer Sahli. Langkah terakhir, mencatat
angka pada tabung berskala yang menujukkan kadar Hb dalam gr/100 mL darah atau
gr/dl.
Pada praktikan didapatkan jumlah HB 9 g/dl dimana masih dalam kondisi normal
pada rentang 8-12 g/dl. kemudian pada teman sekelompok yaitu bima didapatkan kadar
HB 8 g/dl dimana masih dalam kondisi normal pada rentang 8-12 g/dl. Mayoritas data
kelas mendapatkan hasil normal pada rentang 8-12 g/dl dengan rata rata pada laki-laki 9,98
g/dl dan pada perempuan 10,44 g/dl. Terdapat anggota kelas yang memiliki data diatas
normal seperti hesti 14 g/dl dan aris 13 g/dl. Walaupun diatas normal namun tidak
mempengaruhi tubuh berbeda saat di bawah kondisi normal yang dikategorikan anemia.
Terjadinya hasil yang berbeda mungkin dikarenakan faktor internal atau eksternal setiap
individu.
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam
diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang
ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan
mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin
ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya
kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam
keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk
mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor
lingkungan.
G. Kesimpulan
Hasil pengukuran pada praktikan didapatkan jumlah HB 9 g/dl dimana masih
dalam kondisi normal pada rentang 8-12 g/dl. Mayoritas data kelas mendapatkan hasil
44
normal pada rentang 8-12 g/dl dengan rata rata pada laki-laki 9,98 g/dl dan pada
perempuan 10,44 g/dl
H. Daftar Pustaka
Guyton AC, Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Rachman LY, et al,
editor. Jakarta: EGC Medical Publisher; 2007.
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
KEGIATAN 7
UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM ABO
A. Tujuan Praktikum:
1. Menentukan golongan darah dengan sistem ABO
B. Dasar Teori
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan
tingkat tinggi) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh.
Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga
diedarkan melalui darah.
Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen A, B dan H/O. Golongan
45
darah A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta (B). Golongan darah
B jika mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutini alfa (a). Golongan darah AB jika
mempunyai aglutinogen A dan B serta tidak memiliki aglutinin. Golongan darah O jika
tidak mempunyai aglutinogen dan aglutinin.
Aglutinin dalam plasma merupakan gamma globulin seperti halnya dengan antibodi
lainya yang dihasilkan oleh sel-sel sama yang menghasilkan antibodi setiap antigenya.
Antigen A dan B dalam jumlah sedikit maasuk ke dalama tubuh melalui makanan, bakteri,
atau dengan cara lain. Zat ini mengawali pembentukan aglutinin anti A dan aglutinin anti
B. Bayi baru lahir mempunyai aglutinin sedikit, hal ini menunjukan bahwa pembentukan
aglutinin terjadi setelah lahir.
Selain itu, masih terdapat sistem penggolongan darah lainnya yaitu Lewis. Antigen
Lewis yaitu Le-a, Le-P yang terdapat di dalam plasma darah. MN grup berdasarkan
adanya protein glikoporin. Glikoporon A untuk golongan M dan glikoporin B untuk
golongan N. Demikian juga golongan Rh+ dan Rh-.
Golongan darah A, B, AB dan O mempunyai arti sangat penting dalam transfusi
darah kerena adanya interaksi antigen-antibodi dari pemberi darah (donor) dengan
penerima darah (resipien) yang dapat menimbulkan penggumpalan (aglutinasi).
Penggumpalan terjadi bila antigen A bertemu dengan anti-A dan antigen B bertemu
dengan anti-B.
Kedua antigen yang telah diuraikan di atas diwariskan oleh satu seri alel. Alel itu
diberi simbol I (berasal dari kata Isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan
sel eritrosit). Orang yang membentuk antigen-A mempunyai alel IA, yang mampu
membentuk antigen-B mempunyai alel IB, sedangkan yang tidak mampu membentuk
antigen sama sekali mempunyai alel resesif ii.
1. Golongan darah A mempunyai antigen A, alel IA, genotip IAIA atau IAi
2. Golongan darah B mempunyai antigen B, alel IB, genotip IBIB atau IBi
3. Golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, alel IA dan IB, genotip IAIB
4. Golongan darah O tidak mempunyai antigen A dan B, alel i, genotip ii
C. Alat dan Bahan:
1. Blood lancet steril
2. Kapas alcohol
3. Obyek gelas 2 buah
4. Tusuk gigi beberapa batang
46
5. Serum anti-A dan serum anti-B
6. Larutan garam fisiologis
D. Cara kerja
1. Menyiapkan obyek gelas dan membersihkannya, kemudian memberi tanda lingkaran
sebanyak 3 buah dengan spidol
2. Meyetrilkan ujung jari manis atau ujung jari tengah dengan kapas alcohol
3. Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar dan
menetesken darah pada masing-masing lingkaran pada kaca obyek.
4. Menguji tetes darah pertama dengan serum anti A, kedua dengan garam fisiologis,
dan yang ketiga dengan serum anti-B kemudan aduk degan tusuk gigi. Kemudian
mengamati pada masing-masing tetes darah pada tiap lingkaran, apakah terjadi
aglutinasi atau tidak, dan menentukan apakah jenis golongan darah naracoba
tersebut.
E. Hasil
No Nama Golongan darah
1. Hesti Lokaningrum B
2. Siska Lipdyaningsih O
3. Roni Ardyantoro B
4. Yuriska Fitri Dyah U. B
5. Asni Nurhayati B
6. Bima Gana Pradana O
7. Insiwi Purwianshari A
8. Nur Tsani Rahmawati O
9. Vella Liani A
10. Diva Aprilia Afifah AB
11. Briliana Suryani K B
12. Jaka Fitriyanta O
13. Tri Widayanti O
14. Nur Khotimah O
15. Ismi Nurhidayah B
16. Wulan Novitasari B
17. Asifatul Madinah AB
47
18. Tonny Haryo Wibisono B
19. Desy Normalia A
20. Intan Ayu Pratiwi A
21. Amalia Ala B
22. Hana Widiyanti O
23. Rizky Wulandari O
24. Hervina Surya Kartika B
25. Yuniar Kurnia W. B
26. Endah Ratna Sari O
27. Ulfa Nur Wahyudi B
28. Aris Setiyanto Wibowo O
29. Salma Nadiyah B
30. Afrizal Haris B
31. Irfan Hanis Prasetya B
32. Kartini O
Persentase
Golongan darah A= 4
32X 100 %=12,5 %
Golongan darah B= 1532
X 100 %=46,875 %
Golongan darah AB= 2
32X 100 %=6,25 %
Golongan darah O= 1132
X 100 %=34,375 %
F. Pembahasan
Jika antigen-A bertemu dengan anti-A, demikian juga antigen-B bertemu dengan
anti- B, maka darah akan menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan sel darah
merah. Sehingga dalam melakukan tranfusi darah baik donor maupun resipien harus
diperiksa terlebih dahulu golongan darahnya berdasarkan penggolongan darah ABO.
Proses penggumpalan yaitu sebagai berikut, aglutinin melekatkan dirinya pada darah
karena aglutinin bivalen. Satu aglutinin pada saat yang sama dapat mengikat dua sel
darah merah sehingga menyebabkan sel melekat satu sama lain dan menggumpal.
Pada praktikan saat darah di beri anti B menggumpal sedangkan diberikan anti A
tidak menggumpal sehingga praktikan memiliki golongan darah B dengan gen IB/IB atau
48
IB/IO sedangkan teman kelompok yaitu bima saat darah di beri anti B tidak menggumpal
dan diberikan anti A tidak menggumpal sehingga bima memiliki golongan darah O
dengan gen IO/IO.
Dari hasil percobaan diperoleh sebanyak 4 orang atau 12,5% % memiliki
golongan darah A. 15 orang atau 46,875 % memiliki golongan darah B, 11 orang atau
34,375 % memiliki golongan darah O, dan 2 orang atau 6,25 % memiliki golongan darah
AB.
Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetis oleh karena itu salah satu
manfaat tes golongan darah yaitu menentukan hubungan keluarga, dan tranfusi darah.
Dalam trafusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor dengan darah penerima
dalam keadaan normal. Klasifikasi golongan darah tergantung pada ada atau tidaknya
kedua aglutinogen.
G. Kesimpulan
Golongan darah praktikan B
Persentase kelas
Golongan darah A= 4
32X 100 %=12,5 %
Golongan darah B= 1532
X 100 %=46,875 %
Golongan darah AB= 2
32X 100 %=6,25 %
Golongan darah O= 1132
X 100 %=34,375 %
H. Daftar Pustaka
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
49
KEGIATAN 7
WAKTU KOAGULASI DARAH
A. Tujuan Praktikum:
Menentukan waktu koagulasi darah
B. Dasar Teori
Salah satu komponen darah yaitu trombosit atau keping-keping darah yang memiliki
peran dalam proses koagulasi darah. Proses koagulasi darah dimaksudkan agar apabila
terjadi kerusakan pembuluh darah, maka tidak terjadi kehilangan darah. Pada kondisi
tertentu seperti hemofilia, dapat terjadi kelainan atau gangguan koagulasi darah sehingga
darah sukar membeku dan akibatnya tubuh dapat kehilangan darah.
Trombosit berasal dari sistem sel di sumsum tulang yang disebut sebagai
megakarosit kemudian berkembang menjadi trombosit. Karakteristik trombosit antara lain
yaitu berukuran kecil, mudah pecah dan berjumlah ± 250.000.
Teori koagulasi darah menurut Morowitz (1904) yaitu pada peristiwa pendarahan,
maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan
tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi
trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benang-
benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak. Protrombin adalah senyawa
globulin yang larut dan dihasilkan di hati dengan bantuan vitamin K, perubahan
protrombin yang belum aktif menjadi trombin yang aktif dapat dipercepat oleh ion kalsium
(Ca). Fibrinogen adalah protein yang larut dalam plasma darah.
Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau
robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi
pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan
melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang
menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan. Pada hemostasis terjadi
vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah
distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama
yaitu :
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit
akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh trombin
yang terbentuk dalam kaskade peristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh
ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan
50
berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan
agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos.
2. Pembentukan jaring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk
sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.
Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik,
misalnya fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-laindan ekstrinsik darah, misalnya
tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu
lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dan lain-lain. Permukaan kasar, suhu
lingkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan
halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara
itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses
koagulasi.
C. Alat dan Bahan:
1. Blood lancet steril
2. Kapas alcohol
3. Obyek gelas
4. Tusuk gigi / Jarum pentul
5. Stopwatch
D. Cara kerja
1. Mensterilkan kulit ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol, biarkan
sampai mengering
2. Menusuk ujung jari tengah atau jari manis naracoba dengan menggunakan blood
lancet steril sehingga darah keluar.
3. Meneteskan satu tetes darah pada kaca obyek yang telah di persiapkan di atas,
kemudian setiap 30 detik lakukan tusukan dengan menggunakan jarum pentuk/tusuk
gigi pada tetes darah tadi.
4. Mengamati adanya benang-benang fibrin, jika ada mencatat waktunya.
E. Hasil
No Nama Waktu koagulasi
1. Hesti Lokaningrum 30 Detik Ke 9
51
2. Siska Lipdyaningsih 30 Detik Ke 11
3. Roni Ardyantoro 30 Detik Ke 2
4. Yuriska Fitri Dyah U. 30 Detik Ke 8
5. Asni Nurhayati 30 Detik Ke 4
6. Bima Gana Pradana 30 Detik Ke 2
7. Insiwi Purwianshari 30 Detik Ke 3
8. Nur Tsani Rahmawati 30 Detik Ke 6
9. Vella Liani 30 Detik Ke 2
10. Diva Aprilia Afifah 30 Detik Ke 2
11. Briliana Suryani K 30 Detik Ke 2
12. Jaka Fitriyanta 30 Detik Ke 1
13. Tri Widayanti 30 Detik Ke 11
14. Nur Khotimah 30 Detik Ke 8
15. Ismi Nurhidayah 30 Detik Ke 10
16. Wulan Novitasari 30 Detik Ke 5
17. Asifatul Madinah 30 Detik Ke 9
18. Tonny Haryo Wibisono 30 Detik Ke 1
19. Desy Normalia 30 Detik Ke 9
20. Intan Ayu Pratiwi 30 Detik Ke 3
21. Amalia Ala 30 Detik Ke 2
22. Hana Widiyanti 30 Detik Ke 5
23. Rizky Wulandari 30 Detik Ke 1
24. Hervina Surya Kartika 30 Detik Ke 1
25. Yuniar Kurnia W. 30 Detik Ke 8
26. Endah Ratna Sari 30 Detik Ke 3
27. Ulfa Nur Wahyudi 30 Detik Ke 4
28. Aris Setiyanto Wibowo 30 Detik Ke 1
29. Salma Nadiyah 30 Detik Ke 4
30. Afrizal Haris 30 Detik Ke 84
31. Irfan Hanis Prasetya 30 Detik Ke 66
32. Kartini 30 Detik Ke 10
F. Pembahasan
52
Praktikum uji koagulasi darah bertujuan untuk menentukan waktu koagulasi darah
dengan sistem “ABO”. Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril
(disposable), kapas, alkohol, object glass, tusuk gigi,. Langkah kerja yang dilakukan
antara lain mensterilkan ujung jari tengan atau jari manis dengan kapas yang telah ditetesi
alkohol, biarkan hingga kering. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet steril
(disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada object glass. Kemudian
mengamati setiap 30 detik hingga diketahui waktu koagulasinya.
Pada praktikan waktu koagulasi 54 detik sehingga masuk dalam 30 detik kedua
sedangkan teman kelompok yaitu bima waktu koagulasi 49 detik sehingga masuk pada
30 detik kedua. Pada data kelas ada berbagai macam variasi dimana ada individu yang
waktu menggumpal lebih dari 30 detik kesepuluh dan ada yang 30 detik pertama.
Perbedaan ini dikarenakan faktor fisiologis individu itu sendiri dan dikarenakan kurang
paham penggumpalan yang dimaksud itu seperti apa.
pada peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan
trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca
mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi
perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang
rusak. Hal tersebut di tandai dengan koagulasi darah.
Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik,
misalnya fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-laindan ekstrinsik darah, misalnya
tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu
lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dan lain-lain. Permukaan kasar, suhu
lingkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan
halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara
itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses
koagulasi.
G. Kesimpulan
Waktu koagulasi darah praktikan 54 detik sehingga masuk dalam 30 detik kedua. modus
waktu koagulasi di kelas Biologi E pada 30 detik kedua
H. Daftar Pustaka
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
53
Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
54
KEGIATAN 8
STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI GINJAL
A. Tujuan Praktikum:
Mengamati struktur anatomi makroskopis ginjal mamalia
B. Dasar Teori
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti
biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis
dexter yang besar.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla
55
berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks
yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis
majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis
minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Fungsi ginjal adalah
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
C. Alat dan Bahan:
1. Bak parafin
2. Scalpel
3. Pinset
4. Klem
5. Penusuk
6. Gunting
7. Ginjal kambing
D. Cara kerja
1. Mengamati struktur ginjal bagian luar dengan seksama, kemudian membelah ginjal
dan mengamati bagian-bagian ginjal sebagai berikut:
- Arteri renalis
- Vena renalis
- Ureter
- Pelvis renalis
56
- Kapsula ginjal
- Calyx mayor
- Caylix minor
- Papilia renalis
- Piramida renalis
- Koreks
- medulla
E. Hasil
F. Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengamati struktur morfologi dan anatomi ginjal.
Alat dan bahan yaitu ginjal, Bak paraffin, Scalpel, Pinset, Klem, Penusuk, Gunting.
Praktikum ini dilakukan dengan langkah Mengamati struktur ginjal bagian luar dengan
seksama, kemudian membelah ginjal dan mengamati bagian-bagian ginja.
57
Pada pengamatan tampak ginjal berwarna coklat pada lapisan luar, putih pada
pelvis renalis dan merah pada bagian dalam. Pada pengamatan praktikan dapat
mengidentifikasi piramida renalis, pelvis renalis, korteks renalis, calyx minor, calyx
mayor, medula renalis, Ginjal menyerupai biji kacang panjang, dengan ukuran
panjangnya 6-7 cm, lebar 3-4 ½ cm, dan tebal 1 ½ cm. biasanya ginjal bagian kiri lebih
besar dari pada bagian kanan.
Bila dibuat irisan kolonal pada ginjal, Nampak ada dua macam subtansi yang
menyusun bagian interiornya, yaitu cortex renalis, dan satu bagian dalam medulla renalis.
Medulla renalis dipisahkan menjadi 12 atau lebih pyramid renalis. Dasar pramid
menghadap kortex, dan ujungnya atau paipi liae renalis menghadap ke pusat ginjal.
Pyramid-piramid mempunyai garis-garis yang Nampak kotras dengan tkstur halus
subtansi kortikalnya. Koreks meanjut kea rah dalam di antara setiap dua piramida, yang
membentuk coluna renalis.
G. Kesimpulan
Pada pengamatan praktikan dapat mengidentifikasi piramida renalis, pelvis renalis,
korteks renalis, calyx minor, calyx mayor, medula renalis
H. Daftar Pustaka
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
58
KEGIATAN 8
PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN DAN PH URINE
A. Tujuan Praktikum:
Mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urine.
B. Dasar Teori
Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem
tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap ketidak seimbangan
cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sistem
ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai kemiripan fungsional.
Secara umum, sistem eksresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi
cairan tubuh dan penyulingan (reabsopsi) larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu.
Proses ekskresi melalui ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
dan menjaga agar jumlah air dan ion yang masuk seimbang dengan yang keluar. Kondisi
ini penting agar suasana malieu interieur tetap sesuai untuk kelangsungan proses fisiologis
di dalam sel atau yang disebut homeotasis (steady internal state). Ekskresi oleh ginjal
memiliki peranan :
1. Memelihara keseimbangan air.
2. Memelihara keseimbangan elektrolit Na+, K+, Mg2+, Cl- dan Ca2+. Ion Na+, Cl- dan
HCO3" merupakan ion ekstraseluler, sedangkan K+ dan Mg2+ merupakan ion intraseluler.
3. Memelihara pH darah.
4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh, seperti :
59
Urea (CO(NH)2) berasal dari katabolisme asam amino pada proses
glukoneogenesis menjadi senyawa bukan nitrogen dan senyawa nitrogen.
Senyawa nitrogen kemudian diubah menjadi amonia (bersifat toksik) oleh
enzim deaminase. Selanjutnya di sel hati, amonia melalui siklus ornitin akan
dikombinasikan dengan karbondioksida menjadi urea (tidak bersifat toksik)
dan kemudian dikeluarkan lewat ginjal.
Asam urat berasal dari nitrogen asam nukleat purine dan pirimidin.
Kelebihan asam urat akan ditimbun pada persendian dan dapat menimbulkan
nyeri sendi (gout).
Kreatinin berasal dari kreatin fosfat (sumber energi) yang banyak terdapat
dalam otot. Pemecahan kreatin akan menghasilkan kreatinin, terutama
ditemukan pada kondisi puasa. Normal pH urine sedikit asam yaitu sekitar
4,5 - 7,5. Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam
dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Seorang vegetarian urinennya
sedikit alkaliSifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)
cairan dan faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020.
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
60
1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-
230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf
simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi
MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
.Ciri-Ciri Urin Normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
C. Alat dan Bahan:
1. Gelas Beker
2. Urine naracoba
3. pH stik
D. Cara kerja
1. Menyiapkan urine naracoba.
2. Mengamati dan mencatat warna serta kejernihan urin tersebut.
3. Melakukan pengujian dengan pH stik dan mencatatnya.
E. Hasil
No. Nama Indikatorwarna kejernihan pH
1. Hesti Lokaningrum Kuning muda Jernih 62. Siska Lipdyaningsih Kuning muda Jernih 63. Yuriska Fitri Kuning tua jernih 74. Tri Widayanti Kuning muda jernih 65. Nur Khotimah Kuning muda jernih 6
61
6. Ismi Nurhidayah Kuning muda jernih 67. Asni Nurhayati Kuning pekat jernih 78. Insiwi Purwianshari Kuning jernih 79. Nur Tsani R Kuning pekat Agak keruh 710. Vella Liyani Kuning(+) +++ 611. Diva Aprilia Kuning (+++) ++ 512. Briliana Suryani K Kuning (+++) + 613. Wulan N Kuning muda jernih 5,714. Asifatul M Kuning muda Jernih 615. Desy N Kuning tua Agak jernih 5,316. Intan ayu P Kuning muda Jernih 717. Amalia A’la Kuning muda Jernih 718. Hana Widiyanti Kuning muda Jernih 719. Rizky Wulandari Kuning muda Agak keruh 720. Hervina Surya Kuning muda Agak keruh 721. Endah Ratna Kuning muda jernih 622. Yuniar Kurnia Kuning muda jernih 623. Hanikartini Hanafi Kuning muda jernih 624. Ulfa Nur Wahyudi Kuning jernih 625. Salma Nadiyah kuning jernih 626. Tonny Haryo W Kuning keruh Agak keruh 727. Bima Gana Pradana Kuning muda jernih 728. Roni Ardyantoro Kuning muda jernih 629. Afrizal Haris kuning Jernih 630. Aris Setiyanto Kuning jernih Jernih 731. Irfan Hanis Kuning jernih Jernih 732. Jaka Fitriyanta Kuning jernih jernih 7
Warna kuning keruh/pekat/tua = 5/32= 15,625%
Warna kuning muda/kuning = 27/32= 84,375%
pH sekitar 5 = 3/32 X 100% = 9,375%
pH 6 = 15/32 X 100% =46,875%
pH 7 = 14/32 X 100% =43,75%
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati warna, kejernihan dan derajat
keasaman (pH) urine. Alat dan bahan yang digunakan antara lain tabung reaksi, sampel
urine dan pH stick. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain untuk menentukan warna
urine, memasukkan ± 10 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian mengamati dengan
cara menerawang tabung yang berisi urine tersebut selanjutnya menyatakan warna urine
tersebut dalam tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning kemerahan, merah,
coklat kehijauan dan putih seperti susu. Untuk menentukan kejernihan urine sama dengan
saat pemeriksaan warna urine namun dinyatakan dalam jernih, agak keruh, keruh dan
62
sangat keruh. Untuk menentukan pH urine dilakukan dengan mencelupkan pH stick
kemudian mencocokkan dengan gambar yang ada pada kotak pH stick.
Pada praktikan urine berwarna kuning muda dan jernih serta pH 6 yang sedikit
asam jika di impretasikan dikatakan tidak dehidrasi dan kesehatan organ dalam dalam
kondisi baik. Sedangkan teman satu kelompok yaitu bima urine berwarna kuning muda
dan jernih serta pH 7 yang netral jika di impretasikan dikatakan tidak dehidrasi dan
kesehatan organ dalam dalam kondisi baik.
Hasil yang diperoleh yaitu untuk pemeriksaan warna urine dari 32 orang,
diketahui bahwa 84,375 % memiliki urine yang berwarna kuning sehingga kemungkinan
kondisi kesehatan organ dalam satu kelas baik dan 15,625 % memiliki urine yang
berwarna kuning keruh/pekat/tua sehingga masih masuk dalam kondisi kesehatan organ
dalam baik. Untuk pemeriksaan kejernihan urine, hasil yang diperoleh yaitu bahwa
84,375 % memiliki urine yang berwarna jernih sehingga bisa dikatakan tidak dehidrasi
dan 15,625 % memiliki urine yang berwarna kuning keruh sehingga sedikit dehidrasi dan
perlu minum. Sedangkan hasil pemeriksaan pH urine diketahui bahwa untuk pH dengan
rentang 5-5,99 sebesar 9,375 %, pH 6 sebesar 46,875 % dan pH 7 sebesar 43,75%. Dari
hasil diatas dapat diketahui bahwa urine yang dijadikan sampel dikategorikan normal dan
tidak dalam keadaan terganggu.
G. Kesimpulan
Hasil pengamatan praktikan urine berwarna kuning muda dan jernih serta pH 6
yang sedikit asam jika di impretasikan dikatakan tidak dehidrasi dan kesehatan organ
dalam dalam kondisi baik.
H. Daftar Pustaka
Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMTPA UNY
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi UntukParamedis. Jakarta: PT Gramedia.
Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press.
63
KEGIATAN 9
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN
A. Tujuan Praktikum:
Melakukan pemeriksaan adanya kandungan protein dalam urine
B. Dasar Teori
Proses pembentukan urine meliputi filtrasi gromeruler, reabsopsi tubuler dan sekresi
tubuler.
1. Filtrasi Glomeruler
Glomerulus berfungsi sebagai saringan darah (filtrasi darah). Filtrasi merupakan
perpindahan cairan dari glomerulus ke tubulus melewati membran filtrasi yang terdiri
atas 3 lapisan yaitu sel endothel glomerulus, membrana basalis dan epitel kapsula
Bowman. Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara kapiler glomerulus
dengan tubulus, tekanan glomerulus 70 mmHg, tekanan tubuler 25 mmHg, jadi tekanan
dorong sekitar 45 mmHg yang menyebabkan terjadinya filtrasi glomeruler.
Membran filtrasi bersifat semipermeabel artinya hanya zat-zat tertentu saja yang
dapat melaluinya, misalnya air dan glukosa. Filtrasi menghasilkan ultrfiltrat (cairan
glomerulus) yang mengandung air, garam anorganik, glukosa, asam amino, urea, asam
urat, dan kreatin. Faktor Negatif faktor yang mempengaruhi kecepatan filtrasi antara
lain :
• Tekanan hidrostatik glomerulus
• Tekanan hidrostatik kapsula Bowman
• Tekanan osmotik protein plasma
Peningkatan permeabilitas membran
filtrasi
• Penurunan luas membran filtrasi
2. Reabsopsi Tubuler
Merupakan perpindahan cairan dari tubulus renalis ke kapiler peritubuler. Proses
reabsopsi bersifat selektif tergantung kebutuhan tubuh pada senyawa yang terdapat
dalam ultrafiltrat. Glukosa direabsopsi secara sempurna pada kondisi normal, kecuali
pada kondisi diabetes mellitus sehingga kemampuan reabsopsi glukosa melampaui
ambang batas maksimal sehingga glukosa dijumpai dalam urine. Proses reabsopsi air
pada TCP secara osmosis, sedangkan di TCD secara fakultatif artinya tergantung
kebutuhan. Dari sekitar 120 mL/menit air yang difiltrasi sekitar 119 mL/menit
64
direabsopsi lagi, jadi hanya 1 mL/menit atau 1.500 mL/hari.
Reabsopsi air di TCD dipengaruhi oleh ADH (antidiuretic hormone) yang
berpengaruh menghambat reabsopsi air sehingga jumlah urine menjadi lebih banyak
(diabetes insipidus). Pada TCP terjadi proses reabsopsi NaCl dengan cara transpor aktif.
Reabsopsi garamNegatifgaram berperan mempertahankan keimbangan elektrolit.
Reabsopsi glukosa, ion Na dan ion Cl dilakukan dengan cara transpor aktif dan pasif.
Material seperti glukosa, sodium, dan kalsium disebut high treshold sebab direabsopsi
secara sempurna, sedangkan material seperti urea dan asam urat disebut low
tresholdkarena direabsopsi kurang sempurna.
3. Sekresi Tubuler
Sekresi subtansi ke tubulus dilakukan secara transpor aktif. Kelebihan asam atau
basa akan dikurangi dengan sekresi tubuler. Obat-obatan seperti penisilinn disamping
difiltrasi juga disekresikan.
Zat-zat abnormal yang ditemukan dalam urine dan merupakan indikator adanya
kelainan fungsi ginjal yaitu :
a. Glukosa (diabetes mellitus).
b. Benda keton (ketosis).
c. Albumin (nephritis).
d. Sel darah merah (nephritis).
e. Urine pada kondisi tertentu juga mengandung senyawa-senyawa lain misalnya obat,
hormon (hCG) dan lain-lain.
4. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air,
1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil
pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak
berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna
empedu, dan asam urat
Aldosteron dihasilkan oleh korteks kelenjar adrenal berfungsi menstimuli
reabsopsi ion sedium dan ion klorid oleh tubulus ginjal dan eliminasi (pengeluaran) ion
potasium. Renin yang dihasilkan oleh sel arteriol ginjal sebagai akibat turunnya intake
(pemasukan) ion sedium, akan mengubah angiotensinogen (dihasilkan oleh sel hepar)
65
menjadi angiotensin yang berperan merangsang sekresi aldosteron, yang kemudian
meningkatkan reabsopsi sodium. Air 80% direabsopsi secara osmosis terjadi didalam
TCD dan TC yang dikontrol oleh ADH dari pituitaria posterior.
Kadar glukosa darah merupakan salah satu indikator parameter fungsi fisiologis
hewan maupun manusia yang jumlahnya pada kondisi normal berkisar antara 70
mg/dL. Pada kondisi tertentu jumlah glukosa darah mengalami peningkatan sehingga
dalam urine ditemukan glukosa karena telah melebihi ambang batas (treshold). Adanya
glukosa dalam urine dapat diketahui dengan uji Fehling. Prinsip uji Fehling adalah sifat
mereduksi glukosa terhadap kuprioksida (CuSO4) sehingga terbentuk endapan
berwarna merah bata (merah kekuningan). Hal itu menunjukkan bahwa seseorang
mengalami gangguan pemeliharaan homeostasis kadar glukosa darah.
C. Alat dan Bahan:
1. Urine naracoba
2. Tabung reaksi
3. Pipet posteur urine pembanding
4. Reagent Robert.
5. Asam sulfosalisilat
6. Gelas Beker
D. Cara kerja
Uji Robert
1. Memasukan urine naracoba 2 ml ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan
ragent Robert 2 ml dengan menggunakan pipet ke dalam tabung melewati dinding
tabung secara perlahan-lahan
2. Gunakan latar belakang hitam kemudian mengamati apa yang terjadi dan
dibandingkan dengan urine probindus
3. Jika trdapa cincin putih pada batas urin dan reagent maka reaksi positif, artinya
dalam urine terdapat protein
Uji sulfosalisilat
1. Memasukkan 3 mL urine ke dalam tabung reaksi.
66
2. Meneteskan 3-5 tetes asam sulfosalisilat 20% ke dalam tabung reaksi yang berisi
urine.
3. Mengamati apakan terjadi kekeruhan pada larutaan di dalam tabung reaksi.
E. Hasil
Nama Uji ProteinUji Glukosa
Uji Robert Uji Asam Sulfosalisilat Uji FehlingHesti Lokaningrum Negaif Negatif NegatifSiska Lipdyaningsih Negaif Negatif NegatifAsni Nurhayati Negaif Negatif NegatifInsiwi Purwianshari Negaif Positif NegatifNur Tsani R Negaif Negatif NegatifVella Liani Negaif Negatif NegatifDiva Aprilia Negaif Negatif NegatifBriliana Suryani K Negaif Negatif NegatifJaka Fitriyanta Negaif Negatif NegatifYuriska Fitri D U Negaif Negatif NegatifTri Widayanti Negatif Negatif NegatifNur Khotimah Negatif Negatif NegatifIsmi Nur Hidayah Negatif Negatif NegatifWulan Novitasari Negatif Negatif NegatifAsifatul Madinah Negatif Negatif NegatifDesy Normalia Negatif Negatif NegatifAmalia A'la Negatif Negatif NegatifHana Widiyanti Negatif Negatif NegatifIntan Ayu Pratiwi Negatif Negatif NegatifEndah Ratnasari Negatif Negatif NegatifYuniar Kurnia W Negatif Negatif NegatifHani Kartini Negatif Negatif NegatifUlfa Nur Wahyudi Negatif Negatif NegatifSalma Nadiyah Negatif Negatif NegatifAfrizal Haris Negatif Negatif NegatifIrfan Hanis P Negatif Negatif NegatifRizky Wulandari Negatif Negatif NegatifHervina Surya K Negatif Negatif NegatifRoni Ardiyantoro Negatif Negatif NegatifBima Gana Pradana Negatif Negatif NegatifAris Setiyanto Negatif Negatif NegatifTonny Haryo Negatif Negatif Negatif
F. Pembahasan
67
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan adanya kandungan protein
dalam urine. Alat dan bahan yang digunakan yaitu sample urine, tabung reaksi, reagen
Robert, pipet pasteur, asam sulfosalisilat, dan rak tabung reaksi. Sedangkan prosedur
yang dilakukan antara lain, untuk uji Robert yaitu memasukkan 2 mL urine ke dalam
tabung reaksi kemudian menambahkan 2 mL reagen Robert dengan pipet melewati
dinding tabung secara perlahan kemudian engamati dengan menerawang apakah
terbentuk cincin putih pada batas antara urine dengan reagen Robert. Untuk uji
sulfosalisilat yaitu memasukkan 3 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian
meneteskan 3-5 tetes asam sulfosalisilat 20% ke dalam tabung reaksi yang berisi urine
selanjutnya mengamati apakan terjadi kekeruhan pada larutaan di dalam tabung reaksi.
Hasil praktikan dan teman kelompok yaitu bima sama-sama negatif adanya
protein jika di uji dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa urine dari praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula
bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.
Pada data kelas hasil semua praktikan hampir semua negatif adanya protein jika
di uji dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat. Hanya pada insiwi pada uji asam
sulfosalisat menunjukkan hasil yang positif sehingga terindikasi adanya protein dari urin.
Sehingga dapat disimpulkan secara umum kelas biologi E urine adalah normal. Sehingga
disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan
fungsinya.
G. Kesimpulan
Pemeriksaan adanya kandungan protein bernilai negatif adanya protein jika di uji dengan
uji robert dan uji asam sulfosalisilat . Sehingga dapat disimpulkan bahwa urine dari
praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam
pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.
Pada data kelas hampir semua individu di Periksa kandungan protein bernilai negatif
adanya protein jika di uji dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa urine dari praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula
bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.
H. Daftar Pustaka
68
Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMTPA UNY
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi UntukParamedis. Jakarta: PT Gramedia.
Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press.
69
KEGIATAN 9
PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN
A. Tujuan Praktikum:
Melakukan pemeriksaan adanya kandungan glukosa dalam urine
B. Dasar Teori
Proses pembentukan urine meliputi filtrasi gromeruler, reabsopsi tubuler dan sekresi
tubuler.
5. Filtrasi Glomeruler
Glomerulus berfungsi sebagai saringan darah (filtrasi darah). Filtrasi merupakan
perpindahan cairan dari glomerulus ke tubulus melewati membran filtrasi yang terdiri
atas 3 lapisan yaitu sel endothel glomerulus, membrana basalis dan epitel kapsula
Bowman. Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara kapiler glomerulus
dengan tubulus, tekanan glomerulus 70 mmHg, tekanan tubuler 25 mmHg, jadi tekanan
dorong sekitar 45 mmHg yang menyebabkan terjadinya filtrasi glomeruler.
Membran filtrasi bersifat semipermeabel artinya hanya zat-zat tertentu saja yang
dapat melaluinya, misalnya air dan glukosa. Filtrasi menghasilkan ultrfiltrat (cairan
glomerulus) yang mengandung air, garam anorganik, glukosa, asam amino, urea, asam
urat, dan kreatin. FaktorNegatiffaktor yang mempengaruhi kecepatan filtrasi antara
lain :
• Tekanan hidrostatik glomerulus
• Tekanan hidrostatik kapsula Bowman
• Tekanan osmotik protein plasma
Peningkatan permeabilitas membran
filtrasi
• Penurunan luas membran filtrasi
6. Reabsopsi Tubuler
Merupakan perpindahan cairan dari tubulus renalis ke kapiler peritubuler. Proses
reabsopsi bersifat selektif tergantung kebutuhan tubuh pada senyawa yang terdapat
dalam ultrafiltrat. Glukosa direabsopsi secara sempurna pada kondisi normal, kecuali
pada kondisi diabetes mellitus sehingga kemampuan reabsopsi glukosa melampaui
ambang batas maksimal sehingga glukosa dijumpai dalam urine. Proses reabsopsi air
pada TCP secara osmosis, sedangkan di TCD secara fakultatif artinya tergantung
kebutuhan. Dari sekitar 120 mL/menit air yang difiltrasi sekitar 119 mL/menit
70
direabsopsi lagi, jadi hanya 1 mL/menit atau 1.500 mL/hari.
Reabsopsi air di TCD dipengaruhi oleh ADH (antidiuretic hormone) yang
berpengaruh menghambat reabsopsi air sehingga jumlah urine menjadi lebih banyak
(diabetes insipidus). Pada TCP terjadi proses reabsopsi NaCl dengan cara transpor aktif.
Reabsopsi garamNegatifgaram berperan mempertahankan keimbangan elektrolit.
Reabsopsi glukosa, ion Na dan ion Cl dilakukan dengan cara transpor aktif dan pasif.
Material seperti glukosa, sodium, dan kalsium disebut high treshold sebab direabsopsi
secara sempurna, sedangkan material seperti urea dan asam urat disebut low
tresholdkarena direabsopsi kurang sempurna.
7. Sekresi Tubuler
Sekresi subtansi ke tubulus dilakukan secara transpor aktif. Kelebihan asam atau
basa akan dikurangi dengan sekresi tubuler. Obat-obatan seperti penisilinn disamping
difiltrasi juga disekresikan.
Zat-zat abnormal yang ditemukan dalam urine dan merupakan indikator adanya
kelainan fungsi ginjal yaitu :
f. Glukosa (diabetes mellitus).
g. Benda keton (ketosis).
h. Albumin (nephritis).
i. Sel darah merah (nephritis).
j. Urine pada kondisi tertentu juga mengandung senyawa-senyawa lain misalnya obat,
hormon (hCG) dan lain-lain.
8. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air,
1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil
pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak
berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna
empedu, dan asam urat
Aldosteron dihasilkan oleh korteks kelenjar adrenal berfungsi menstimuli
reabsopsi ion sedium dan ion klorid oleh tubulus ginjal dan eliminasi (pengeluaran) ion
potasium. Renin yang dihasilkan oleh sel arteriol ginjal sebagai akibat turunnya intake
(pemasukan) ion sedium, akan mengubah angiotensinogen (dihasilkan oleh sel hepar)
71
menjadi angiotensin yang berperan merangsang sekresi aldosteron, yang kemudian
meningkatkan reabsopsi sodium. Air 80% direabsopsi secara osmosis terjadi didalam
TCD dan TC yang dikontrol oleh ADH dari pituitaria posterior.
Kadar glukosa darah merupakan salah satu indikator parameter fungsi fisiologis
hewan maupun manusia yang jumlahnya pada kondisi normal berkisar antara 70
mg/dL. Pada kondisi tertentu jumlah glukosa darah mengalami peningkatan sehingga
dalam urine ditemukan glukosa karena telah melebihi ambang batas (treshold). Adanya
glukosa dalam urine dapat diketahui dengan uji Fehling. Prinsip uji Fehling adalah sifat
mereduksi glukosa terhadap kuprioksida (CuSO4) sehingga terbentuk endapan
berwarna merah bata (merah kekuningan). Hal itu menunjukkan bahwa seseorang
mengalami gangguan pemeliharaan homeostasis kadar glukosa darah.
C. Alat dan Bahan:
1. Gelas beker
2. Tabung reaksi 2 bua
3. Lampu spirtus
4. Penjepit tabung reaksi
5. Rak tabung reaksi
6. Reagent fehling
D. Cara kerja
1. Mempersiapkan reagen fehling
2. Memasukan ke dalam tabung reaksi urine 2,5 ml kemudian tambahkan dengan
fehling 2,5 ml
3. Menggunakan penjepit tabung dan memanaskan tabung reaksi di atas api lampu
spiertus sampai mendidih
4. Jika terjadi endapan merah bata, atau warna larutan berubah menjadi kuning
kemerahan, maka reaksi positif berarti dalam urin erdapat glukosa.
E. Hasil
Nama Uji ProteinUji Glukosa
Uji Robert Uji Asam Sulfosalisilat Uji Fehling
72
Hesti Lokaningrum Negaif Negatif NegatifSiska Lipdyaningsih Negaif Negatif NegatifAsni Nurhayati Negaif Negatif NegatifInsiwi Purwianshari Negaif Positif NegatifNur Tsani R Negaif Negatif NegatifVella Liani Negaif Negatif NegatifDiva Aprilia Negaif Negatif NegatifBriliana Suryani K Negaif Negatif NegatifJaka Fitriyanta Negaif Negatif NegatifYuriska Fitri D U Negaif Negatif NegatifTri Widayanti Negatif Negatif NegatifNur Khotimah Negatif Negatif NegatifIsmi Nur Hidayah Negatif Negatif NegatifWulan Novitasari Negatif Negatif NegatifAsifatul Madinah Negatif Negatif NegatifDesy Normalia Negatif Negatif NegatifAmalia A'la Negatif Negatif NegatifHana Widiyanti Negatif Negatif NegatifIntan Ayu Pratiwi Negatif Negatif NegatifEndah Ratnasari Negatif Negatif NegatifYuniar Kurnia W Negatif Negatif NegatifHani Kartini Negatif Negatif NegatifUlfa Nur Wahyudi Negatif Negatif NegatifSalma Nadiyah Negatif Negatif NegatifAfrizal Haris Negatif Negatif NegatifIrfan Hanis P Negatif Negatif NegatifRizky Wulandari Negatif Negatif NegatifHervina Surya K Negatif Negatif NegatifRoni Ardiyantoro Negatif Negatif NegatifBima Gana Pradana Negatif Negatif NegatifAris Setiyanto Negatif Negatif NegatifTonny Haryo Negatif Negatif Negatif
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan adanya glukosa dalam
urine. Alat dan bahan yang digunakan yaitu sample urine, tabung reaksi, reagen Fehling,
pipet pasteur, lampu spiritus, penjepit tabung reaksi, dan rak tabung reaksi. Sedangkan
prosedur yang dilakukan antara lain, Untuk uji Fehling yaitu memasukkan 2 mL urine ke
dalam tabung reaksi kemudian menanbahkan 2 mL reagen Fehling kemudian emanaskan
tabung reaksi dengan lampu spiritus hingga mendidih, selanjutnya mengamati apakah
terbentuk endapan merah bata/latutan berwarna merah kekuningan.
73
Setelah melakukan uji diatas, baik urin praktikan maupun urin teman satu
kelompok yaitu bima diketahui bahwa hasilnya adalah negatif adanya glukosa. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa urine kami adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa
kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.
Pada data kelas hasil semua praktikan negatif adanya glukosa jika di uji dengan
uji fehling.. Sehingga dapat disimpulkan seluruh individu kelas biologi E urine adalah
normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan
sesuai dengan fungsinya.
G. Kesimpulan
Pemeriksaan adanya kandungan protein bernilai negatif adanya glukosa jika di uji dengan
uji fehling. Sehingga dapat disimpulkan bahwa urine dari praktikan adalah normal.
Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai
dengan fungsinya.
Pada data kelas semua individu di Periksa kandungan protein bernilai negatif adanya
glukosa jika di uji dengan uji fehling. Sehingga dapat disimpulkan bahwa urine dari
praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam
pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.
H. Daftar Pustaka
Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMTPA UNY
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi UntukParamedis. Jakarta: PT Gramedia.
Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press.
I.
74
KEGIATAN 10
PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH
A. Tujuan Praktikum:
Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan mengamati pengaruh suhu
lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.
B. Dasar Teori
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-
suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.
Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan
berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah
hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau
diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi,
konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik,
tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi
merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan
lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi
kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas
melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan
perbedaan suhu.
Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi
kehilangan panas karena evaporasi. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap
perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan
meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di
dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah
madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil
metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh yaitu
hipothalamus agar suhu tubuh tetap pada kondisi optimal. Pengaturan suhu tubuh
(thermoregulasi) bertujuan agar panas yang dihasilkan dari berbagai proses metabolisme
dan yang diperoleh dari lingkungan sekitar harus seimbang dengan banyaknya panas yang
dikeluarkan oleh tubuh.
75
Proses regulasi atau pengaturan panas tubuh yang paling banyak berperan adalah sel-
sel saraf hipothalamus yang peka terhadap perubahan suhu tubuh terutama suhu darah.
Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu
tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan
aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit
mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap
dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan pusat
pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan
menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka pengeluaran panas
ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat.
Mekanisme regulasi panas tersebut berlangsung secara cepat karena melibatkan
sistem saraf dan hormon sehingga disebut neuro-endokrin. Regulasi panas tubuh
menggunakan sistem feedback (umpan balik negatif) artinya apabila panas tubuh melebihi
suhu optimal, maka hipothalamus akan berusaha menurunkan ke suhu optimal dan
sebaliknya.
Suhu tubuh manusia diatur oleh sistem thermostat di dalam otak yang membantu
suhu tubuh yang konstan antara 36,5oC dan 37,5oC. Suhu tubuh normal manusia akan
bervariasi dalam sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah
dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang diambil
dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda. Pemeriksaan
suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat
dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa
tempat yaitu ketiak, mulut, dan anus. Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut)
normal sekitar 37oC, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36,5oC sedang di rectum
(anus) sekitar 37,5oC
Makanan yang masuk ke dalam tubuh memengaruhi proses metabolisme sel tubuh.
Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk tergolong merangsang.
Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi. Jika proses metabolisme sel tubuh
berlangsung cepat, suhu tubuh meningkat. Sitokin (salah satu protein) pun terpicu muncul.
Salah satu bahan yang tergolong sitokin adalah kalikrein. Bahan itu berpengaruh terhadap
pelebaran pembuluh darah yang menuju kelenjar keringat di kulit. Dampaknya, keringat
pun mengucur keluar. Keringat merupakan mekanisme tubuh untuk mendinginkan diri.
Ketika kita melepaskan cairan melalui pori-pori tubuh, maka cairan itu akan menguap.
76
Keseluruhan proses itu menurunkan suhu tubuh.
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi
empat yaitu :
1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
C. Alat dan Bahan:
1. Katak
2. Praktikan/manusia
3. Termometer batang
4. Air dingin
5. Air hangat
6. Pengukur waktu
D. Cara kerja
1. Meletakkan termometer tersebut ke dalam mulut katak selama kurang lebih 5 menit,
kemudian mengamati skalanya dan mencatat suhunya.
2. Setelah itu memasukkan katak ke dalam tabung Erlenmeyer 1 Liter yang telah diisi
air dingin ¾ volumenya, juga mengamati perubahan suhu setelah selama lima menit
di rendam
3. Mengulangi dengan cara sama tetapi air dingin diganti dengan air hangat, mengamati
dan mencatat suhunya.
4. Membandingkan adanya perbedaan suhu katak sebelum dan sesudah perlakuan.
E. Hasil
manusia
No nama Suhu biasa Suhu dingin Suhu panas1 wida 35,8°C (perlakuan 310C) 35°C (perlakuan 100C) 36,5°C (perlakuan 420C)2 Nur 36,7°C (perlakuan 310C) 36,9°C (perlakuan 100C) 36,9°C (perlakuan 420C)3 Ismi 36,3°C (perlakuan 310C) 36,3°C (perlakuan 100C) 36,4°C (perlakuan 420C)4 Asni 36,5°C 36,6°C (perlakuan 40C) 36,6°C (perlakuan 500C)5 Insiwi 36,7°C 36,7°C (perlakuan 40C) 36,7°C (perlakuan 500C)6 Tsani 36,3°C 36,9°C (perlakuan 40C) 36,9°C (perlakuan 500C)7 Rizky 36,3°C 37°C 37°C8 Vina 36,4°C 37,1°C 37,1°C9 Intan 37,3°C 36,7°C 37,3°C10 Amalia 37°C 36,7°C 36,8°C
77
11 Hana 36,9°C 36,5°C 36,8°C12 Syifa 36,2°C 36,1°C 36,5°C13 Desy 36,2°C 36,1°C 36,4°C14 Wulan 36,6°C 36,1°C 36,9°C15 bima 34°C (perlakuan 300C) 33°C (perlakuan 60C) 35°C (perlakuan 450C)16 Diva 36,6°C 35,8°C 36,9°C17 Vella 36,4°C 36,1°C 36,4°C18 Brill 37,1°C 36,9°C 37,0°C19 Endah 37°C 36,70C (perlakuan es batu) 370C (perlakuan 420C)20 Yuniar 36,3°C 36,30C (perlakuan es batu) 36,30C (perlakuan 42 0C)21 Salma 36,2°C 36,60C (perlakuan es batu) 36,20C (perlakuan 42 0C)22 Ulfa 36,8°C 36,80C (perlakuan es batu) 36,70C (perlakuan 42 0C)23 Roni 36,3°C 36,40C (perlakuan es batu) 36,30C (perlakuan 42 0C)24 Hesti 36,40C 36,90C (perlakuan 40C) 36,10C (perlakuan 500C)25 Siska 36,20C 36,80C (perlakuan 40C) 360C (perlakuan 500C)26 Yuriska 36,30C 36,90C (perlakuan 40C) 360C (perlakuan 500C)27 tonny 350C 370C (perlakuan 40C) 30,60C (perlakuan 500C)28 afrizal 370C 36,50C 3,80C 29 kartini 35,50C 350C 36,90C 30 irfan 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)31 jaka 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)32 aris 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)
Kodok
No nama Suhu biasa Suhu dingin Suhu panas1 wida
32°C (perlakuan 310C) 27°C (perlakuan 100C) 34°C (perlakuan 420C)2 Nur 3 Ismi4 Asni
26°C 17°C (perlakuan 40C) 36°C (perlakuan 500C)5 Insiwi6 Tsani7 Rizky
28°C 32,4°C 36,9°C8 Vina9 Intan
29°C 16°C 35°C10 Amalia11 Hana12 Syifa
34,9°C (perlakuan 350C) 35,3°C (perlakuan 180C) 39,5°C (perlakuan 370C)13 Desy14 Wulan15 bima 29°C (perlakuan 300C) 10°C (perlakuan 80C) 40°C (perlakuan 350C)16 Diva
31°C 29°C 33°C17 Vella18 Brill19 Endah
36,8°C 230C (perlakuan 150C) 360C (perlakuan 430C)20 Yuniar21 Salma22 Ulfa23 Roni
78
24 Hesti
28,70C 31,50C (perlakuan 40C) 35,80C (perlakuan 500C)25 Siska26 Yuriska27 tonny28 afrizal
300C 200C 360C 29 kartini30 irfan 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)31 jaka 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)32 aris 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan
mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh. Alat dan bahan yang
digunakan antara lain naracoba, katak, termometer batang, air dingin, air hangat, dan
stopwatch. Prosedur yang dilakukan yaitu meletakkan termometer ke dalam mulut katak
selama ± 5 menit, kemudian mengamati skalanya dan mencatatnya kemudian
memasukkan katak ke dalam tabung Erlemeyer 1 L yang telah terisi air dingin %
volumenya kemudian mengamati suhu tubuhnya setelah 5 menit direndam, hal yang
sama dilakukan menggunakan air hangat.
Prosedur yang dilakukan pada manusia yaitu memanaskan air dan menyiapkan air
dingin, serta air suhu ruangan. Mula mula di beri air suhu ruangan di dalam plastik ke
leher selama ± 5 menit kemudian di ukur suhunya, kemudian melakukannya dengan air
panas dan air dingin
Hasil yang diperoleh yaitu suhu awal katak yang diperoleh rata-rata sekitar 29oC,
setelah perlakuan dengan air dingin rata-rata 23,7oC dan setelah perlakuan dengan air
hangat suhunya rata-rata 34.8 oC. Katak merupakan hewan yang berdarah dingin, yaitu
organisme yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu di lingkungan sekitarnya. Apabila
suhu lingkungan rendah maka suhu tubuhnya akan turun, begitu pula sebaliknya jika
suhu lingkungan tinggi maka suhu tubuhnya akan naik.
Pada saat tubuh praktikan (Roni) diperlakukan sama dengan yang diperlakukan
pada katak, namum pada tubuh praktikan tidak terdapat perubahan yang signifikan baik
sebelum maupun sesudah diberi perlakuan. Suhu awal praktikan 36,3°C, kemudian
36,4°C (perlakuan es batu) dan suhu panas 36,3°C (perlakuan 42 °C). Jika di beri air
dingin suhu praktikan sedikit naik sedangkan jika di beri air panas suhu praktikkan
sedikit turun
79
Pada data kelas juga suhu tubuh seluruh praktikan dipertahankan pada suhu
optimal yaitu 36-37 oC. Jika di beri air dingin suhu praktikan sedikit naik sedangkan jika
di beri air panas suhu praktikkan sedikit turun. Hal ini dikarenakan manusia termasuk
berdarah panas karena mampu menghasilkan panas atau suhu tubuhnya tidak dipengaruhi
oleh suhu lingkungan. Panas pada tubuh manusia terutama dihasilkan dari proses
metabolisme atau pembakaran zat-zat makanan.
G. Kesimpulan
Suhu awal praktikan 36,3°C, kemudian 36,4°C (perlakuan es batu) dan suhu
panas 36,3°C (perlakuan 42 °C). Jika di beri air dingin suhu praktikan sedikit naik
sedangkan jika di beri air panas suhu praktikkan sedikit turun. dikarenakan manusia
termasuk berdarah panas karena mampu menghasilkan panas atau suhu tubuhnya tidak
dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
suhu awal katak yang diperoleh rata-rata sekitar 29oC, setelah perlakuan dengan
air dingin rata-rata 23,7oC dan setelah perlakuan dengan air hangat suhunya rata-rata 34.8 oC. Katak merupakan hewan yang berdarah dingin. Apabila suhu lingkungan rendah
maka suhu tubuhnya akan turun, begitu pula sebaliknya
H. Daftar Pustaka
Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. New York: Comstock Publishing.
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
Pearce, Evelyn C. 1990. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia.KEGIATAN 11
MEREKAM GERAKAN MATA SAAT MEMBACA
A. Tujuan Praktikum:
Merekam reflex gerakan mata saat membaca dengan menggunakan alat perekam elektro-
okulograph (EOG)
B. Dasar Teori
Mata sebagai indra penglihatan dapat bergerak ke segala arah dalam orbitnya untuk
memperluas medan penglihatannya. Gerakan mata tersebut sering dikenal dengan
gerakan mata berputar. Namun dalam praktek gerakan mata tersebut dibagi dalam
80
gerakan mata horizontal dan vertical. Dalam keadaan normal kedua bola mata selalu
bergerak searah atau disebut dengan gerakan konyugatif. Oleh karena itu, untuk merekam
gerakan bola mata cukup dilakukan perekaman satu bola mata saja. Penempatan
elektroda pada perekam untuk merekam gerakan bola mata horizontal, pada kedua
canthus temporal, sedangkan untuk gerakan vertical di atas dan di bawah mata.
Gerakan bola mata dapat direkam karena bola mata merupakan dipol listrik yang
dapat bergerak. Hal ini disebabkan antara kornea dan retina terdapat beda potensial yang
tetap; kornea bermuatan positif terhadap retina, dan beda potensial ini akan tetap berada
biarpun mata dikeluarkan dari kantung mata. Berbeda dengan EKG, karena beda
p[otensial ini bukan suatu fenomena elektrofisiologik yang berkala,. Beda poensial ini
akan hilang bilaman retina rusak.
Reflex merupakan stimulus respon yang dapat terjadi tanpa disadari. Lengkung
reflex merupakan unit tersederhana dari system nervosum. Lengkung reflex terdiri atas
beberapa komponen yaitu; reseptor, neuron sensoris, neuron motoris, dan efektor. Jenis
dan macam reseoptr syaraf banyak sekali, sebagai contoh; npada kulit, panas dingin,
sentuh, nyeri.
Berdasarkan banyakanya sambungan neuron, maka dapat dibedakan menjadi
neuron monosinaptik, disinaptik, dan polisinaptik. Monosinaptik jika memipiki satu
neuron sambungan disinaptik bila memiliki dua sambungan neuron, polisinaptik jika
memiliki banyak sambunagan neuron.
Dengan menempatkan dua elektroda pada garis yang tegak lurus pada sumber
kornea retina, maka potensial kornea retina ini akan mengalami fluktuasi retiana, yang
berbeda polaritasnya akan mendekati atau menjauhi elektroda tersebut sesuai dengan
gerakan mata. fluktuasi potensial yang timbul pada ikedua elektroda tersebut dapat
direkam secara
elektrofisiologik. Hingga dikatakan bahwa elektro okulagik ialah: merubah kualitas
gerakan bola mata menjadi kuantitas beda potensial yang direkam pada kiirdinar
cartisian.
C. Alat dan Bahan:
1. Elektro okulograph
2. Elektroda perekam
3. Gel elektroda
4. Kapas alcohol
81
5. bandul
6. Teks bacaan dalam bahasa Indonesia dan bahasa ingris.
D. Cara kerja
1. Mengatur kepekaan rekam EOG 0,15 mV/cm
2. Merekam kecepatan rekam 25 mm/detik
3. Mengatur frekuensi rekam 0-30 Hz
4. Membersihkan kulit di canthus leteralis mata dengan kapas alcohol untuk
menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu sensitifitas rekam sebelum
elektroda perekamdipasang.
5. Kemudian oleskan pasta perekam untuk mempermudah hantaran listrik
6. Memasang elektroda pada canthus lateralis mata kanan, kiri dan dahi atas.
7. Probandus bersiap untuk mebaca
8. Menganalisis hasil rekaman gerakan mata saat membaca.
E. Hasil
No NamaBahasa Indonesia Bahasa Inggris
Baris Fiksasi Durasi Baris Fiksasi Durasi
1Hesti
Lokaningrum
I 8
15
I 8
13,8
II 8 II 9
III 9 III 7
IV 8 IV 9
V 7 V 7
VI 7 ∑ 40
VII 7 X 8
∑ 54
X 7,4
2 Roni
Ardyantoro
I 8 13,6 I 10 12,2
II 7 II 10
III 7 III 8
IV 7 IV 9
V 7 V 11
82
VI 7 ∑ 48
VII 8 x 9,6
∑ 51
x 7,29
3Siska
Lipdyaningsih
I 4
11,6
I 8
11,6
II 5 II 13
III 10 III 13
IV 6 IV 10
V 4 V 7
VI 4 ∑ 51
VII 9 X 10,2
∑ 42
x 6
4 Yuriska Fitri
D.U.
I 7
13,8
I 8
12,4
II 7 II 9
III 9 III 11
IV 7 IV 9
V 6 V 7
VI 9 ∑ 44
VII 4 x 8,8
∑ 49
x 7
5Asni
Nurhayati
I 8
10,4
I 8
9,4
II 7 II 9
III 7 III 9
IV 7 IV 9
V 6 V 7
VI 7 ∑ 42
VII 6 x 8,5
∑ 48
x 6,86
6 Bima Gana P I 11 13,4 I 15 9,2
II 10 II 17
83
III 11 III 13
IV 8 IV 10
V 12 V 9
VI 11 ∑ 64
VII 10 ẍ 12,8
∑ 73
ẍ 7,3
7 Insiwi P
I 9
15
I 9
16,2
II 9 II 8
III 9 III 7
IV 8 IV 9
V 9 V 9
VI 8 ∑ 42
VII 7 x 8,4
∑ 59
x 8,43
8 Nur Tsani R
I 8
11,6
I 8
10,4
II 7 II 8
III 8 III 8
IV 7 IV 8
V 5 V 8
VI 7 ∑ 40
VII 5 x 8
∑ 47
x 6,71
9 Vella Liani I 7
11,6
I 7
10,8
II 10 II 8
III 12 III 8
IV 7 IV 6
V 7 V 6
VI 12 ∑ 35
VII 10 x 7
84
∑ 65
x 9,28
10 Diva Aprilia
Afifah
I 8
13,2
I 9
12
II 8 II 14
III 9 III 14
IV 8 IV 14
V 7 V 13
VI 8 ∑ 64
VII 8 X 12,8
∑ 56
x 8
11
Briliana
Suryani K
I 14
13,4
I 10
10
II 11 II 11
III 8 III 9
IV 10 IV 8
V 6 V 7
VI 7 ∑ 45
VII 9 x 9
∑ 75
x 10,71
12 Jaka Fitrianta
I 10
19,2
I 10
18
II 13 II 8
III 13 III 14
IV 10 IV 11
V 7 V 9
VI 14 ∑ 52
VII 7 X 10,4
∑ 74
x 10,57
I 9 I 9
II 9 II 9
III 9 III 9
IV 8 IV 9
V 8 V 9
85
13 Tri Widayanti 15,6 13,2
VI 8 ∑ 45
VII 8 X 9
∑ 59
x 8,43
14 Nur
Khotimah
I 9
18
I 8
19
II 9 II 11
III 7 III 7
IV 7 IV 8
V 9 V 5
VI 7 ∑ 39
VII 4 x 7,8
∑ 52
x 7,4
15 Ismi
Nurhidayah
I 9
19
I 9
16
II 6 II 11
III 7 III 11
IV 10 IV 10
V 5 V 5
VI 3 ∑ 46
VII 6 X 9,2
∑ 46
x 6,5
16 Wulan
Novitasari
I 9
17,2
I 9
18,4
II 7 II 10
III 7 III 9
IV 6 IV 7
V 6 V 9
VI 6 ∑ 44
VII 5 X 8,8
∑ 46
x 6,5
I 5 I 7
86
17 Asyifatul
Madinah
10 9,4
II 6 II 7
III 5 III 6
IV 5 IV 4
V 6 V 5
VI 6 ∑ 29
VII 5 X 5,8
∑ 38
x 5,4
18 Tonny Haryo
Wibisono
I 9
9,2
I 11
8,2
II 10 II 12
III 12 III 8
IV 6 IV 8
V 11 V 9
VI 7 ∑ 48
VII 7 X 9,6
∑ 62
x 8,9
19Desy
Normalia
I 9
17,4
I 9
16,6
II 10 II 13
III 8 III 11
IV 7 IV 11
V 7 V 12
VI 8 ∑ 56
VII 7 x 11,2
∑ 56
x 8
20 Intan Pratiwi
I 11
20
I 10
17
II 11 II 5
III 10 III 9
IV 10 IV 12
V 9 V 12
VI 8 VI 9
VII 11 ∑ 57
∑ 61 x 9,5
87
x 8,714
21 Amalia A’la
I 8
20
I 4
13
II 7 II 6
III 20 III 7
IV 7 IV 9
V 7 V 7
VI 7 ∑ 43
VII 7 x 7,1
∑ 63
x 9
22 Hana
Widiyanti
I 8
19
I 11
23
II 10 II 11
III 20 III 9
IV 6 IV 9
V 7 V 9
VI 7 ∑ 49
VII 7 X 8,1
∑ 65
x 9,3
23 Rizky
Wulandari
I 9
15,6
I 7
14
II 8 II 12
III 7 III 7
IV 7 IV 10
V 10 V 6
VI 8 ∑ 42
VII 7 X 8,4
∑ 56
x 8
24 Hervina
Surya K
I 9 15,6 I 7 14
II 8 II 12
III 7 III 7
IV 7 IV 10
V 10 V 6
88
VI 8 ∑ 42
VII 7 X 8,4
∑ 56
x 8
25 Yuniar
Kurnia W
I 5
12,4
I 10
10,8
II 7 II 13
III 7 III 9
IV 7 IV 11
V 6 V 4
VI 9 ∑ 48
VII 8 x 9,9
∑ 49
x 7
26 Endah
Ratnasari
I 6
9,8
I 4
9
II 6 II 6
III 6 III 5
IV 5 IV 6
V 5 V 5
VI 4 ∑ 26
VII 4 X 5,2
∑ 36
x 5,14
27Ulfa Nur
Wahyudi
I 9
15,2
I 7
13
II 8 II 10
III 8 III 8
IV 8 IV 10
V 8 V 6
VI 8 ∑ 41
VII 8 x 8,2
∑ 57
x 8,14
I 8 I 8
II 10 II 10
89
28 Aris Setianto
W
11,6 7
III 9 III 9
IV 7 IV 8
V 8 V 6
VI 7 ∑ 41
VII 9 x 8,2
∑ 58
x 8,28
29 Salma
Nadiyah
I 7
10,2
I 5
5,2
II 6 II 10
III 6 III 11
IV 7 IV 12
V 6 V 11
VI 5 ∑ 49
VII 5 x 9,8
∑ 42
x 6
30 Afrizal Haris
I 10
15,2
I 9
15
II 8 II 10
III 10 III 12
IV 10 IV 11
V 10 V 11
VI 10 ∑ 53
VII 6 X 10,6
∑ 64
x 9,14
31 Irfan Hanis P
I 7
12,2
I 8
7,4
II 8 II 9
III 7 III 7
IV 8 IV 6
V 7 V 8
VI 9 ∑ 38
VII 10 X 7,6
90
∑ 56
x 8
Standar deviasi 3,208309 Standar deviasi 4,000323
F. Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk merekam gerak reflek mata disaat membaca.
Diharapkan data yang diperoleh dapat mengambarkan korelasi antara reflex mata
terhadap prestasi yang diraih oleh naracoba. Alat dan bahan Elektro okulograph,
Elektroda perekam, Gel elektroda, Kapas alcohol, bandul, Teks bacaan dalam bahasa
Indonesia dan bahasa inggris. Hipotesis lahir berdasarkan asumsi bahwa adanya
sinkronasi pemahaman dan konsentrasi yang dapat direkam melalui aktifitas reflek mata
saat membaca.Prosedurnya yaitu Mengatur kepekaan rekam EOG 0,15 mV/cm kemudian
Merekam kecepatan rekam 25 mm/detik dan Mengatur frekuensi rekam 0-30 Hz,
kemudian praktikan Membersihkan kulit di canthus leteralis mata dengan kapas alcohol
untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu sensitifitas rekam sebelum
elektroda perekam dipasang. Selanjutnya mengoleskan pasta perekam untuk
mempermudah hantaran listrik dan Memasang elektroda pada canthus lateralis mata
kanan, kiri dan dahi atas. Kemudian Probandus bersiap untuk mebaca dan terakhir
Menganalisis hasil rekaman gerakan mata saat membaca.
Hasil praktikan pada teks bahasa Indonesia rata-rata fiksasi membaca per baris
7,29 dan durasi waktu per baris 1,93 detik. sedangkan pada teks bahasa inggris rata-rata
fiksasi membaca per baris 9,6 dan durasi waktu per baris 2,42 detik. ini menunjukkan
perbedaan hasil antara teks Indonesia dan teks Inggris
Pada data kelas juga memiliki perbedaan antara teks Indonesia dan Teks Inggris.
Adanya perbedaan kecepatan membaca antar teks Indonesia dengan teks Inggris. Rekam
yang diperoleh dari hasil membaca menunjukan bahwa kecepatan membaca pada teks
Indonesia rerata lebih cepat dibandingkan dengan teks Inggris. Hal ini bias ditafsiri
bahwa dalam pembacaan teks inggris memiliki tingkat kesulitan yang tinggi di karenakan
praktikan asing membacanya dan perlu melakukan pengamatan dan fokus yang lebih.
G. Kesimpulan
Hasil Merekam reflex gerakan mata saat membaca dengan menggunakan alat perekam
elektro-okulograph (EOG) pada teks bahasa Indonesia rata-rata fiksasi membaca per
91
baris 7,29 dan durasi waktu per baris 1,93 detik. sedangkan pada teks bahasa inggris
rata-rata fiksasi membaca per baris 9,6 dan durasi waktu per baris 2,42 detik Rekam yang
diperoleh dari hasil membaca menunjukan bahwa kecepatan membaca pada teks
Indonesia rerata lebih cepat dibandingkan dengan teks Inggris. Hal ini bias ditafsiri
bahwa dalam pembacaan teks inggris memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
H. Daftar Pustaka
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
92
KEGIATAN 12
MENGUKUR UDARA RESPIRASI
A. Tujuan Praktikum:
1. Mengetahui pengaruh ukuran tubuh terhadap laju respirasi hewan.
2. Mengetahui pengaruh luas permukaan tubuh terhadap laju respirasi hewan
B. Dasar Teori
Setiap organisme multiseluler memiliki sistem respirasi yang berperan
mendapatkan dan mensuplai kebutuhan oksigen untuk aktivitas seluler dan melepaskan
karbondioksida untuk kelangsungan kehidupannya. Sistem pernafasan vertebrata tersusun
atas saluran pernafasan dan paru-paru sebagai tempat pertukaran udara pernafasan. Pada
ikan pertukaran udara terjadi pada insang dan trakea pada serangga.
Semua makhluk hidup melakukan pernafasan (respirasi) untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan membuang karbondioksida. Oksigen digunakan untuk
pembakaran (oksidasi) zat- zat makanan terutama glukosa menjadi sumber energi, air,
karbondioksida dan panas.
Volume paru-paru manusia sangat terbatas sehingga hanya dapat menghirup
udara sebatas kapasitas paru-paru. Volume paru-paru setiap manusia berbeda-beda sesuai
dengan ukuran paru- paru, kekuatan, dan cara bernapasnya. Jika kita bernapas secara
normal, maka udara yang kita hirup dan dihembuskan ada sebanyak 0,5 liter. Volume
udara sebanyak itu disebut udara pernapasan atau udara tidal.
Jika setelah bernapas normal, maka udara dari luar masih dapat kita hirup
sedalam- dalamnya masuk ke paru-paru, udara demikian disebut udara komplementer.
Volume udara komplementer ada sebanyak 1,5 liter. Begitu juga bila setelah bernapas
normal ternyata kita masih dapat mengeluarkan udara dari dalam paru-paru dengan cara
mengembuskan napas sekuat-kuatnya, maka udara yang dikeluarkan itu disebut udara
suplementer. Volume udara suplementer ada sebanyak 1 liter.
Pada saat kita mengembuskan napas sekuat-kuatnya, di dalam paru-paru tetap
masih ada udara sebanyak 1 liter. Udara demikian disebut udara sisa atau udara residu.
Jika kita bernapas sedalam-dalamnya dan mengembuskan sekuat-kuatnya, maka volume
udara yang masuk dan keluar adasebanyak 3,5 sampai 4 liter. Volume udara sebanyak itu
disebut kapasitas vital paru- paru. Kapasitas vital paru-paru meliputi udara pernapasan,
udara komplementer, dan ada udara suplementer. Daya tamping maksimal paru-paru
93
(kapisitas total paru-paru) ada sebanyak lebih kurang 5 liter. Kapasitas total paru-paru
meliputi kapasitas vital paru-paru ditambah dengan udara residu.
Insecta (serangga) bernafas dengan menggunakan tabung udara yang disebut
trakea. melalui lubang-lubang kecil pada eksoskeleton yang disebut stigma atau spirakel.
Stigma dilengkapi dengan bulu-bulu untuk menyaring debu. Stigma dapat terbuka dan
tertutup karena adanya katup-katup yang diatur oleh otot. Tabung trakea bercabang-
cabang ke seluruh tubuh. Cabang terkecil berujung buntu dan berukuran ±0,1 nanometer.
Cabang ini disebut trakeolus; beisi udara dan cairan. Oksigen larut dalam cairan ini
kemudian berdifusi ke dalam sel-sel di dekatnya. Jadi, pada insect, oksigen tidak
diedarkan melalui darah, tetapi melalui trakea. Pada belalang misalnya, keluar masuknya
udara ke dalam trakea diatur oleh kontraksi otot perut. Ketika otot kendur, volume perut
normal dan udara masuk. Ketika otot berkontraksi sehingga udara keluar. Udara masuk
melalui empat pasang sigma depan dan keluar melalui enam pasang stigma abdomen.
Dengan demikian, udara yang miskin oksigen tidak akan bercampur dengan udara kaya
karbondioksida yang masuk.
C. Alat dan Bahan:
1. Respirometer dengan selangnya.
2. Pipet pasteur dan penggaris
3. Butiran KOH
4. Vaselin
5. Larutan eosin
6. Serangga capung dan ngengat
D. Cara kerja
1. Menimbang hewan
2. Dalam botol respirometer ditaruh 3 butir KOH dan pada lubang selangnya ditetesi
larutan eosin
3. Memasukkan hewan ke dalam respirometer
4. Membubuhkan vaselin pada batas antara sumbat botol dengan selang sehingga udara
tidak dapat keluar.
5. Mencatat waktu laju respirasi serta skala pada penggaris dari awal sampai eosin tidak
bergerak
6. Mengonversikan panjang dan diameter selang menjadi volume udara.
94
E. Hasil
Kelompok NamaBerat (gr)
Waktu
1Jangkrik A 0,0043 7 menit 22 detikJangkrik B 0,004 2 menit
2Jangkrik A 0,5 1 menit 29 detikJangkrik B 0,574 1 menit 48 detik
3Kupu-kupu 0,183 3 menit 43detikCapung 0,148 7 menit 43detik
4Jangkrik A 0,761 02 menit 15 detikJangkrik B 0,573 03 menit
5Capung 0,177 15 menit 06 detikSemut 0,028 19 menit
6Jangkrik 0,544 40 detikCapung 0,19 70 detik
7Capung 0,274 2 menit 3 detikKupu-kupu 0,016 15 menit 9 detik
8Kupu-kupu 0,014 6 menitCapung 0,248 6 menit 3 detik
9Jangkrik 0,544 40 menitCapung 0,19 70 menit
10Kupu-kupu 0,003 4 menitBelalang 0,001 2 menit 30 detik
11Capung 0,1885 4 menit 48 detikNgengat 0,0947 1 menit 44 detik
12Capung 0,28 5 menit 3 detikKupu-kupu 0,05 7 menit 45 detik
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran tubuh terhadap laju
respirasi hewan dan mengetahui pengaruh luas permukaan tubuh terhadap laju respirasi
hewan. Alat dan bahan yang digunakan antara lain yaitu respirometer, pipet pasteur,
penggaris, butiran KOH, vaselin, larutan eosin dan belalang. Prosedur yang dilakukan
yaitu menimbang belalang terlebih dahulu sebelum melakukan percobaan kemudian
memasukkan belalang ke dalam respirometer. Memasukkan 3 butir KOH ke dalam
respirometer dan meleletkan vaselin pada sumbat antara botol dengan selang selanjutnya
eneteskan larutan eosin pada lubang selangnya. Langkah terakhir mencatat skala pada
selang dari awal hingga larutan eosin berhenti bergetak.
95
Hasil percobaan kelompok praktikan dengan dua serangga yaitu capung massa
0,1995 gram dengan laju respirasi 4 menit 49 detik dan ngengat dengan massa 0,0947
gram dengan laju respirasi 1 menit 44 detik. hasil tersebut menunjukkan ukuran tubuh
mempengaruhi laju respirasi hewan.
Pada data kelas juga memiliki kesamaan dimana serangga yang memiliki berat
tubuh lebih besar memliki waktu respirasi yang lebih cepat. Hal ini dikarena ukuran
tubuh sangat menentukan laju respirasi suatu organisme. Karena organisme yang lebih
besar cenderung membutuhkan oksigen lebih besar daripada organisme yang lebih kecil,
karena kebutuhan untuk bergerak yang juga besar.
Selain ukuran tubuh yang lebih besar, organisme besar juga memiliki organ pernapasan
dengan volume yang besar pula. Sehingga apabila diletakkan pada ruang yang yang
dihambat dan udah tidak bisa masuk, maka organisme besar tersebut akan lebih cepat
mati karena udara yang dibutuhkannya sangat besar sedangkan stok udara yang ada
sangat terbatas.
G. Kesimpulan
1. capung massa 0,1995 gram dengan laju respirasi 4 menit 49 detik dan ngengat dengan
massa 0,0947 gram dengan laju respirasi 1 menit 44 detik. hasil tersebut
menunjukkan ukuran tubuh mempengaruhi laju respirasi hewan.
2. Luas permukaan tubuh mempengaruhi laju respirasi hewan.
H. Daftar Pustaka
Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMTPA UNY.
Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Wulangi, S. Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan.
96