laporan praktikum Fisiologi Hewan

140
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Disusun Oleh : Nama : Roni Ardyantoro NIM : 13308141044 Kelas : Biologi E PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 1

description

biologi

Transcript of laporan praktikum Fisiologi Hewan

Page 1: laporan praktikum Fisiologi Hewan

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

Disusun Oleh :

Nama : Roni Ardyantoro

NIM : 13308141044

Kelas : Biologi E

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARYA

1

Page 2: laporan praktikum Fisiologi Hewan

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

Yogyakarta, 21 Mei 2015

Anggota Kelompok :

NAMA NIM TANDA TANGAN

Roni Ardyantoro 13308141044

Bima Gana Pradana 13308141047

2

Diserahkan pada tanggal 21 Mei 2015

Mengetahui:

Dosen Pembimbing

(.......................................................)

Page 3: laporan praktikum Fisiologi Hewan

PRAKATA

Puji syuku kita panjantkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT yang telah memberikan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan laporan ini, semoga dengan dibuatnya laporan ini, ilmu, pengetahuan, wawasan kita akan bertambah.

Tidak lupa penulis berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu, membimbing, dan memberi kesempatan. Terima kasih kepada orang tua yang telah mendukung, menyemangati, dan kepada teman-teman yang telah ikut membantu. Bila ada sesuatu kekurangan, penulis memohon maaf, kritik & saran sangat lah berguna untuk penulis, dengan senang hati, akan penulis terima.

Semoga laporan ini akan memberikan inspirasi dan membuat perubahan, aamiin.

Sleman, 21 Mei 2015

Penulis

3

Page 4: laporan praktikum Fisiologi Hewan

DARTAR ISI

SAMPUL..........................................................................................................................................

PENGESAHAN...............................................................................................................................

PRAKATA.......................................................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

KEGIATAN 1

- STRUKTUR ANATOMI JANTUNG MAMALIA........................................................

- MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT...................................

KEGIATAN 2 PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT..

KEGIATAN 3 MENGHITUNG SEL DARAH MERAH..............................................................

KEGIATAN 4 MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH.................................................................

KEGIATAN 5 MENGUKUR TEKANAN DARAH SISTOL DAN DIASTOL............................

KEGIATAN 6 MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (HB).....................................................

KEGIATAN 7

- UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM ABO................................................- WAKTU KOAGULASI DARAH.................................................................................

KEGIATAN 8

- STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI GINJAL ...........................................

- PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN DAN PH URINE .................................

KEGIATAN 9

- PEMERIKSAAN PROTEIN URIN ............................................................................

- PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN...........................................................................

KEGIATAN 10 PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH..............

KEGIATAN 11 MEREKAM GERAKAN MATA SAAT MEMBACA......................................

KEGIATAN 12 MENGUKUR UDARA RESPIRASI..................................................................

4

Page 5: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 1

SISTEM KARDIOVASKULER; MENGAMATI STRUKTUR ANATOMI JANTUNG

MAMALIA

A. Tujuan Praktikum:

Mengamati stuktur mikroskopis anatomi jantung mamalia (kambing).

B. Dasar Teori

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses

pengangkutan berbagai substansi menuju sel-sel tubuh dan sel-sel tubuh. Sistem ini

terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari

arteri yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju

jantung. Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan

basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri.

Berat jantung kira-kira 300 gram. Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar

gumpalan tangan seorang laki-laki dewasa. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, di

balik tulang dada/sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.

Jantung mammalian termasuk tipe jantung berbilik, yang mempunyai empat ruang yaitu

atrium dekster, atrium sinister, ventrikel dekster, dan ventrikel sinister. Maring-masing

ruang dipisahkan oleh septum. Antara atrium dekster dan sinister dipisahkan oleh septum

interatrioler. Antara ventrikel dekster dan sinister dipisahkan oleh septum

interventrikuler. Sebagai pemompa darah, jantung memiliki katup (valvula) yang

berfungsi menjaga tekanan dan menjaga agar darah tidak mengalir kembali ke tempat

semula. Di dalam jantung terdapat empat valvula yaitu valvula bicuspidalis (mitralis)

yang terdapat diantara atrium sinister dan ventrikel sinister, valvula tricuspidalis yang

terdapat diantara atrium dekster dan ventrikel sinister, valvula semilunaris aortae yang

terdapat diantara ventrikel sinister dan aorta, dan valvula semilunaris pulmoner yang

5

Page 6: laporan praktikum Fisiologi Hewan

terdapat diantara ventrikel dekster dan arteri pulmonalis. Tiap katup mempunyai penutup

yang disebut leaflets atau cusps. Katup mitral mempunyai 2 buah leaflets , yang lainnya

memiliki 3 buah leaflets.

Ventrikel merupakan bagian jantung yang memiliki kemampuan memompa

darah, sedangkan atrium sebagai penerima darah. Oleh karena fungsi tersebut, maka

secara struktural otot ventrikel jantung lebih tebal (kuat) dibanding otot atrium. Begitu

juga otot pada ventrikel dekster dan sinisterpun berbeda karena tugasnya yang berbeda.

Ventrikel sinister memiliki otot lebih tebal dibanding yang ventrikel dekster karena

berfungsi memompa darah keseluruh tubuh, sedangkan ventrikel dekster berfungsi

memompa darah ke paru-paru. Namun demikian, ventrikel dekster memiliki ruangan

yang lebih besar dibanding ventrikel sinister. Jantung mammalia dibungkus oleh

membran rangkap yang disebut kantung pericardial. Lapisan luar dari kantung

merupakan membran fibrosa yang melekat pada mediastinum. Perlekatan ini membuat

jantung tetap berada pada posisi yang tepat didalam rongga dada. Pericardium dapat

dibedakan menjadi pericardium parietalis yang terletak disebelah luar dan pericardium

visceralis disebelah dalam. Dinding jantung sendiri terdiri atas tiga lapis, yaitu

epicardium (lapisan luar), myocardium (lapisan tengah), dan endokardium (lapisan paling

dalam).

Epicardium atau disebut perikardium visceralis merupakan bagian jantung yang

paling luar tersusun atas jaringan ikat serosa. Myocardium merupakan bagian jantung

yang berotot tersusun atas otot jantung (myocard). Myocardium terdiri atas tiga jenis

serabut otot. Pertama, serabut otot kontraktil, yaitu myocardium berukuran sedang yang

merupakan bagian terbesar dari dinding jantung (kurang lebih 99% ). Serabut otot

jantung jenis ini dikhususkan untuk kontraksi jantung. Sebab kemampuan kontraksinya

sangat besar. Kedua, serabut myocardium yang menyusun nodus sinoatrial (nodus SA)

dan nodus atrioventrikular (nodus AV). Serabut myocardium jenis ini berukuran lebih

kecil dari serabut myocardium kontraktil, dengan kemampuan kontraksi dan kemampuan

konduksi yang lemah, namun memiliki sifat autoritmik yaitu mampu membangkitkan

potensi aksinya secara ritmik tanpa stimulasi saraf sama sekali. Ketiga, serabut

myocardium yang ukurannya paling besar, terdapat pada endocardium ventrikuler.

Serabut myocardium jenis ini kemampuan kontraksinya lemah namun memiliki

kemampuan konduksi cepat, yang merupakan sistem untuk menyebarkan eksitasi

keseluruh ventrikel jantung. Myocardium jenis ini merupakan myocardium yang

menyusun berkas His dan sarabut purkinye. Endocardium merupakan lapisan jantung

6

Page 7: laporan praktikum Fisiologi Hewan

paling dalam merupakan lapisan endotel yang berlanjut ke pembuluh darah arteri dan

vena.

Pericardium visceralis yang melekat pada permukaan luar jantung (epicardium)

merupakan membrane serosa yang menghasilkan cairan pericardial untuk mengisi

kantung pericardial. Cairan pericardial berfungsi sebagai pelumas untuk melindungi

membrane pericardial yang saling bergesekan satu sama lain pada setiap denyutan

jantung.

Vena cava superior dan inverior mengalirkan darah ke dalam atrium kanan.

Lubang dari vena cava inverior dijaga oleh katup semiluner eustachiuis. Arteri

pulmonalis membawa darah keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru. Vena pulmonalis

membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri, aorta membawa darah keluar dari ventrikel

kiri.

Arteri coronaria kanan dan kiri pertama-tama meninggalkan aorta kemudian

bercabang menjadi arteri yang lebih kecil. Arteri-arteri kecil ini mengitari jantung dan

mengantarkan darah ke semua bagian jantung. Darah yang kembali dari jantung

dikumpulkan oleh sinus coronaria dan langsung kembali ke dalam atrium kanan.

Pembuluh darah utama yang menuju jantung adalah dua buah venae cava, empat

vena pulmonalis, dan yang keluar dari jantung adalah sebuah truncus arteri pulmonalis,

dan sebuah aorta. Vena cava superior berfungsi membawa darah deoxygenated (kurang

oksigen) dari lengan dan kepala menuju ke atrium kanan, sedangkan vena cava inferior

berfungsi membawa darah deoxygenated (kurang oksigen) dari badan dan kaki menuju

ke atrium kanan. Pada atrium kiri bermuatan 4 buah vena pulmonalis yang berfungsi

membawa darah oxygenated (kaya oksigen) dari paru - paru lewat menuju ke ventrikel

kiri kemudian ke aorta, dan selanjutnya ke arcus (lengkung) aorta dan seluruh tubuh.

Arteri coronaria berperan mensuplai kebutuhan zat - zat yang diperlukan oleh otot

jantung.

C. Alat dan Bahan:

1. Skalpel

2. Pinset

3. Klem

4. Penusuk

5. Gunting

6. Bak parafin

7

Page 8: laporan praktikum Fisiologi Hewan

D. Cara kerja

1. Menyiapkan jantung kambing ang akan diamati pada bak paraffin

2. Sebelum dilkukan pengirisan, terlebih dahilu mengamati bagian-bagian jantung

secara seksama dari bagian luar terlebih dahulu

3. Melakukan pengirisan melalui bagian median jantung kemudian mengamati bagian-

bagian dalamya.

4. Mengamati perbedan struktur otot atrium dan ventrikel, dinding arteri dan vena,

vulvula bikuspidalis dan trikuspidalis.

5. Menggmbar struktur anaomi jantung.

E. Hasil

F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk Mengamati stuktur mikroskopis anatomi jantung

mamalia (kambing). Alat yang digunakan Skalpel,Pinset, Klem, Penusuk, Gunting, Bak

parafin dengan bahan jantung kambing.

Hasil praktikum ini telah diamati Aorta, atrium kiri, vena kanan, ventrikel kanan,

ventrikel kiri, mustilus pulpularis,apeks, sekat antara ventrikel, ventrikel dan atrium

kanan.

Jantung merupakan oergan berotot yang mempunyai empat ruangan di dalamnya,

bntuk dan ukurannya kurang lebih seperti kepalan tinju kita. Terletak pada rongga

mediastinum, kira-kira duapertiganya pada sebelah kiri garis tengah tubuh dan

8

Page 9: laporan praktikum Fisiologi Hewan

spertiganya di sebelah kanan. Batas bawahanya yang membentuk ujung tumpul dikenal

dengan sebutan apex, terletak di atas diafragma, dengan ujung kea rah kiri. Kinerja

jantung dikendalaikan oleh otot jantung, artinya dalam tiap detak jantung memompa

darah dilakukan dengan keadaan otomatis atau taksadar. Beberbeda dengan saat kita

mengerakan tangan kita untuk meraih sesuatu.

Menarik sekali bagi kita, yang mengatas namakan sebagai ilmuan atau pelajar

untuk mempelajari jantung secara anatomis dengan dikorelasikan berdasarkan fungsi.

Jantung adalah organ vital yang berfungsi sebagai pusat terminal sirkulasi sumber-suber

nutrisi yang dibutuhkan oleh tiap sel dalam tubuh kita. Jadi jantung memiliki peran yang

sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu organisme.

Mamlia pada khususnya memiliki trasportasi tertutup, artinya dalam peredaran

sumber nutrisi dilakukan secara tertutup oleh saluran yang panjang dan rumit. Yang

semuanya terhubung secara sistemis dan canggih ke jantung. Jadi dapat kita bayangkan

bahayanya bila terjadi kerusakan pada organ ini.

Jantung memiliki komponen structural. Tersusun atas berbagai macam bagian dan

akan kita bahas pada paragraph ini dan selanjutnya berdasarkan pengamatan dalam

praktikum ini.

Dinding jantung, dinding jantung tersusun atas tiga lapisan jaringan, bagian

terbesar dinding ini terutama dari otot yang dikenal sebagai otot jantung atau

myocardium. Pembungkus myocardium pada sisi luar dan melekat padanya adalah

pericardium visceral atau epicardium, sedangkan yang membatasi sis dalam dinding

myocardium adalah lapisan lembut endotial yang disebut endocardium. Pada permukaan

dalamnya myocardium menonjol ke dalam bentukan seperti bukit, yaitu, musculus

papillaris.

Rongga dalam jantung. Bagian dalam jantung dibagi menjadi empat ruang, dua di

atas dan sua lainnya di bawah. Ruang atas disebut atrium atau serambi, ruang baah

disebut ventrikel atau bilik

Lubang-lubang dan katup. Katup jantung adalah alat meanik yang memungkinkan

jantung memompa darah dalam satu arah saja. Ada empat perangkat katup yang penting

untuk kenormalan fungsi jantung. Dua di antaranya ada dalam jantung disebut vulvula

cuspidalis, menjaga lubang antara serambi dengan bilik. Dua lainnya disebut vulvula

seminularis, terletak di bagian dalam arteri pulmonalis dan aota besar, yang berturut-turut

muncul dari ventriculus kanan dan kiri.

9

Page 10: laporan praktikum Fisiologi Hewan

G. Kesimpulan

Hasil praktikum ini telah diamati Aorta, atrium kiri, vena kanan, ventrikel kanan,

ventrikel kiri, mustilus pulpularis,apeks, sekat antara ventrikel, ventrikel dan atrium

kanan.

Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY.

Soewolo, M. Pd., dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UNM.Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud.Syamsiar Nangsari, Nyayu. 1988. Pengantar Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud

PPLPTK Jakarta.

10

Page 11: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 1

SISTEM KARDIOVASKULER: MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT

A. Tujuan Praktikum:

1. Mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis

2. Menghitung cardiac output (CO)

B. Dasar Teori

Jantung berkontraksi dan berelaksasi dalam suatu siklus ritmis. Ketika berkontraksi,

jantung memompa darah; ketika berelaksasi, ruang-ruang jantung terisi dengan darah. Satu

rangkaian pemompaan dan pengisian jantung yang lengkap disebut siklus jantung (cardiac

cycle). Fase kontraksi dari siklus ini disebut sistol. Dan fase relaksasi disebut diastol.

Volume darah yang dipompa oleh setiap ventrikel per menit disebut keluaran jantung

(cardiac output). Ada dua faktor yang menentukan keluaran jantung ; laju kontraksi atau laju

detak jantung (heart rate, jumlah detak jantung per menit) dan volume darah terpompa

(stroke volume). Volume darah yang dipompa oleh ventrikel dalam satu kontraksi. Volume

darah terpompa rata-rata pada manusia adalah sekitar 70 mL mengalikan volume darah

terpompa ini dengan laju detak jantung saat istirahat, yaitu 72 detak per menit, menghasilkan

keluaran jantung sebesar 5 L/menit kira-kira setara dengan volume total darah di dalam tubuh

manusia. Selama aktivitas berat, keluaran jantung meningkat hingga lima kali lipat.

(Campbell.2010.:61)

Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang

Bayi baru lahir : 140 kali per menit

Di bawah 1 bulan : 110 kali per

menit

1-6 bulan : 130 kali per menit

6-12 bulan : 115 kali per menit

1-2 tahun : 110 kali per menit

2-6 tahun : 105 kali per menit

6-10 tahun : 95 kali per menit

10-14 tahun : 82 kali per menit

14-18 tahun : 82 kali per menit

Di atas 18 tahun : 60-100 kali per

menit

Usia lanjut : 60-70 kali per menit

Denyut nadi (pulsus) dapat dirasakan melalui pembuluh darah superfisisal seperti; arteri

radialais. Pulsus merupakan manifestasi kontraksi jantung. Efek windkessel yaitu aorta akan

mengembang, ventrikel berkontraksi sehingga darah dari ventrikel dapat tertampung dalam

aorta dan diteruskan arteri. Aorta mempunyai daya komplias (peregangan.) yang sangat

tinggi. Frekuensi denyut jantung (heart rate), yaitu banyak denyut jantung permenit. Sroke

11

Page 12: laporan praktikum Fisiologi Hewan

volume (SV) Yaitu volume satu kali pompa akhir diastole dikurangi volume akhir sistol.

Volume akhir diastole tergantung: regangan (komplians), tekanan mendorong (filling

preasure) vena cava. Cardiac output adala jumlah jantung yang dipompa dalam satu menit.

Cardiac outpur merupakan hasil kali SV dengan frekuensi denyu jantung permenit. SV rata-

rata untuk orang dewasa adalah 70 ml. starling law yaitu makin tinggi regangan pada jantung

maka makin kuat kontraksinya. (nurcahyo & harjana.2013:6)

C. Alat dan Bahan:

1. Jam (stopwatch)

2. Tallyconter

D. Cara kerja

Langkah Pertama

1. Menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan

sedikit menekan, kemudian sedikit mengurangi tekanan ersebut sampai terasakan

denyutan nadi

2. Menghitung banyak denyutan dalam 15 detik

3. Kemudian hasil denyutan dikalikan dengan 4 untuk mendapatkan hasil jumlah

denyutan jantung permnit (heart rate = HR)

Langkah Kedua

1. Melakukan aktifitas olahraga ringan kurang lebih 10 menit.

2. Melakukan penghitungan kembali denyutan nadi selama 15 detik

3. Kemudian menghitung denyutan permenit jantung setelah dikalikan 4.

4. Membandingkan hasil pengukuran pertama dengan data hasil pengukuran kedua,

dengan menggunakan uji t.

Langkah ketiga

1. Menghitung Cardiac output.

E. Hasil

Perempuan

No Nama UmurSebelum Kegiatan Setelah Kegiatan

Denyut Nadi (per menit)

Cardiac Outut (ml/menit)

Denyut Nadi (per menit)

Cardiac Outut (ml/menit)

1 Hesti L. 20 73 5110 94 65802 Siska L. 18 84 5880 108 7560

12

Page 13: laporan praktikum Fisiologi Hewan

3 Yuriska F. D. U. 19 72 5040 98 68604 Asni N. 19 87 6090 143 85805 Insiwi P. 20 87 6090 130 78006 Nur Tsani R. 19 86 6020 110 66007 Vella L. 19 70 4900 81 56708 Diva A. A. 19 60 4200 88 61609 Briliana S. K. 19 57 3990 81 5670

10 Tri W. 19 104 7280 152 1064011 Nur Khotimah 19 96 6720 120 840012 Ismi N. 19 104 7280 136 952013 Wulan N. 19 61 4270 90 630014 Asifatul M. 20 67 4690 78 546015 Desy N. 20 67 4690 80 560016 Intan A. P. 19 100 7000 145 1015017 Amalia A. 20 96 6720 140 980018 Hana W. 20 94 6500 139 973019 Rizky W. 19 104 7280 156 1092020 Hervina S. K. 19 100 7000 124 868021 Yuniar K. W. 19 80 5600 94 658022 Endah R. S. 20 65 4550 87 609023 H. Kartini H. 20 68 4760 90 630024 Ulfa N. W. 20 96 6720 124 868025 Salma N. 19 76 5320 148 10360

TotalRata-rata

2054 143700 2836 19469082,16 5748 113,44 7787,6

Laki-laki

No Nama UmurSebelum Kegiatan Setelah Kegiatan

Denyut Nadi (per menit)

Cardiac Outut (ml/menit)

Denyut Nadi (per menit)

Cardiac Outut (ml/menit)

1 Roni A. 19 87 6090 120 84002 Bima G. P. 20 54 3780 71 49703 Jaka F. 20 80 5600 120 84004 Tonny H. W. 20 65 4550 116 81205 Aris S. 20 64 4480 104 72806 Afrizal H. 20 70 4900 85 69507 Irfan H. P. 21 117 8190 149 10430

TotalRata-rata

537 37590 765 5455076,7 5370 109,28 7792,86

F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis dan

menghitung Cardiac Output (CO). Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara

lain stopwatch dan tally counter, sedangkan cara kerja dalam praktikum ini yaitu dengan

menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan sedikit menekan

13

Page 14: laporan praktikum Fisiologi Hewan

hingga merasakan denyut nadi. Kemuadian menghitung banyaknya denyutan dalam semenit

(heart rate, HR). Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 10 menit dan menghitung

kembali banyaknya denyutan dalam semenit seperti pada kegiatan pertama. Setelah itu

menghitung Cardiac Output (CO) dengan menggunakan rumus :

Cardiac Output (CO) = HR x SVPercobaan sebelum kegiatan pada praktikan didapatkan 87 denyut per menit

kemudian melakukan perhitungan 6090 mL/menit. Selanjutnya praktikan melakukan

kegiatan berupa lari selama 5 menit kemudian di hitung di dapat denyutan 120 per menit

dengan nilai Cardiac Output (CO) 8400 mL/menit . Dari hasil tersebut menunjukkan

denyut nadi praktikan masih dalam kategori normal walaupun diatas rata-rata laki-laki.

Sedangkan pada teman kelompok praktikum yaitu bima dalam perhitungan denyut

sebelum kegiatan 54 denyutan per menit kemudian melakukan perhitungan cardiac

output 3780 Selanjutnya praktikan melakukan kegiatan berupa lari selama 5 menit

kemudian di hitung di dapat denyutan 71 per menit kemudian melakukan perhitungan

cardiac output 4970. Dari hasil tersebut nampak denyut nadi bima di bawah rata-rata laki

laki. Kemudian denyut nadi bima juga di bawah normal.

Pada hasil data kelas biologi E di bagi dua kelompok. Kelompok laki-laki 7 orang

dan kelompok perempuan 25 orang. Pada kelompok perempuan, rata-rata banyaknya denyut

nadi yaitu 82,16 denyutan per menit. dengan rata-rata cardiac output (CO) yaitu 5748. Denyut

nadi terendah pada kelompok perempuan sebelum dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari

briliana dan diva yaitu 57 dan 60 . Sedangkan, denyut nadi tertinggi diperoleh oleh wida, ismi

dan rizki yaitu 104. Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 5 menit berlari-lari atau

menuruni tangga. Selanjutnya menghitung kembali banyaknya denyut nadi dan cardiac output

(CO) seperti pada kegiatan pertama. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata banyak denyut nadi pada

kelompok perempuan setelah melakukan kegiatan berolahraga yaitu 113,44 dengan jumlah

cardiac output (CO) yaitu 7787,6. Denyut nadi terendah pada kelompok perempuan setelah

dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari syifa sebesar 78 . Sedangkan, denyut nadi tertinggi

diperoleh dari Rizky yaitu 156.

Dari kelompok laki-laki rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 76,7 dengan rata-rata

cardiac output (CO) sebanyak 5370. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah bima 54 dan

denyut nadi tertinggi diperoleh irfan sebanyak 117. Kemudian hasil setelah melakukan kegiatan

berolahraga, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 109,28 dengan cardiac output (CO) sebanyak

7792,86. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah oleh bima yaitu 71 dan denyut nadi

14

Page 15: laporan praktikum Fisiologi Hewan

tertinggi dipereh irfan sebanyak 149.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jika tubuh melakukan aktivitas yang ringan atau

kondisi istirahat denyut nadi lebih rendah di bandingkan dengan saat melakukan aktivitas yang

lebih berat. Hal ini dikarenakan kerja jantung meningkat dalam memompa darah guna memenuhi

kebutuhan oksigen dalam tubuh. Dengan kata lain, semakin lama dan keras kegiatan-kegiatan kita

maka semakin banyak denyut nadi ditimbulkan.

G. Kesimpulan

1. Hasil pengukuran Denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis praktikan 87 per menit

sebelum kegiatan dan 120 setelah kegiatan dengan kecenderungan meningkat jika

aktivitas meningka..

Rata-rata kelompok laki-laki 76,7 denyutan per menit sebelum kegiatan dan 109,28 setelah

kegiatan. dengan kecenderungan meningkat jika aktivitas meningkat.

Rata-rata kelompok perempuan 82,16 denyutan per menit sebelum kegiatan dan 113,44

setelah kegiatan. dengan kecenderungan meningkat jika aktivitas meningkat

2. Hasil perhitungan cardiac output (CO) praktikan 6090 mL/menit sebelum kegiatan

dan 8400 mL/menit.

Hasil perhitungan cardiac output (CO) kelompok laki-laki 5370 mL/menit sebelum

kegiatan dan 7792,86 setelah kegiatan

Hasil perhitungan cardiac output (CO) kelompok perempuan 5748 mL/menit

sebelum kegiatan dan 7787,6

Dari hasil tersebut terjadi peningkatan seiring dengan semakin beratnya aktivitas dan

denyut nadi

Daftar Pustaka

Campbell, Neil A et al. 2010. Biologi jilid 3 edisi ke 8. Jakarta : ErlanggaNurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY.

15

Page 16: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 2

PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT

A. Tujuan Praktikum:

1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai tekanan larutan

2. Mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan

B. Dasar Teori

Pada hewan multiseluler, sel-sel yang menyususn organisme berada dalam suatu

lingkungan yang disebut dengan lingkungan interna. Claude Bernand menamakan

lingkungan interna dengan meliu interuer. Lingkungan interna tersebut tidak lain adalah

ruang antar sel. Ruang antar sel bukan ,merupakan ruangan kosong, melainkan ruangan

yang dipenuhi dengan cairan, demikian juga ruangan dalam sel (sitoplasma)

Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat di dalam tubuh,

dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa

metabolisme yang dibuang oleh sel. Selain cairan tubuh juga memberi suasana sel,

sebagai contoh kehangatan, kekentalan, dan keasaman yang dipengaruhi oleh faktor-

faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh.

Zat-zat yang diperlukan oleh tubuh antara ain;

1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh

2. Makanan dalam bentuksari-sari makanan

16

Page 17: laporan praktikum Fisiologi Hewan

3. Vitamin

4. Mineral sebagai katalisator enzimatis

5. Air sebagai pelarut dan media proses kimia dalam sel

Zat-zat yang dikeluarkan oleh sel antara lain:

1. Karbondioksida dari proses pembakaran

2. Protein dan hasil sintesis dari ribosom

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi cairan intraseluler antara lain:

1. Suhu

2. Derajat keasaman

3. Kekentalan cairan, cairan yang memiliki tekanan atau konsentrasi yang sama dengan

cairan dalam sel dinamakan isotonis, lebih tinggi daripada dalam sel dinamakan

hipertonis, lebih rendah daripada dalam sel dinamakan hipotonis. Cairan yang

mengalami hipertonis akan menarik air secara osmosis dari dalam sitoplasma

eritrosit ke luar sehingga eritrosit kan mengalami penyusutan dan membrane selnya

tampak berkerut-kerut atau yang disebut dengan krenasi. Sebaliknya cairan hipotonis

akan menarik air dari luar sel masuk ke dalam sitoplasma sehingga menyebabkan sel

eritrosit akan mengembang yang kemudian pecah atau hemolisi.

Membrane sel merupakan selaput yang teramat istimewanya. Sesuai dengan teori

mosaik; membrane sel tersusun atas lipid bilayer dan terdapat protein integral, saluran-

saluran, bersifat semipermiabel. Ibaratnya berperan sebagai pintu gerbang seluler.

Membrane sel adalah selaput yang membatasi sel dengan lingkungannya dan berfungsi

sebagai pelindung, penyaring, dan pengatur masuk keluarnya zat-zat dari luar sel ke

dalam sel.dan keluarnya zat-zat dari dalam sel keluar sel. mekanisme pengangkutan zat-

zat yang dari luar sel ke dalam sel melalui mebran sel. Zat-zat yang di dapat dari

pernafasan, makan, dan minum diangkut melalui sirkulasi darah kemudian melalui

kapiler pindah ke cairan interseluler selanjutnya pindah ke sitoplasma.

Cairan darah merupakan sarana untuk transport makanan maupun sisa-sisa metabolisme,

membawa nutrisi (komponen makanan) mulai dari proses absorbsi dan mendistribusikannya

sampai tingkat intraseluler di mana nutrisi akan mengalami proses metabolisme. Hasil proses

metabolismenya akan didistribusikan ke seluruh tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari

tubuh. Distribusi cairan tubuh dibedakan menjadi cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Cairan

intrasel adalah cairan yang berada dalam sel yang merupakan jumlah cairan terbanyak, ± 70 % dari

17

Page 18: laporan praktikum Fisiologi Hewan

jumlah total air dalam tubuh. Sedangkan cairan ekstrasel adalah cairan yang berada di luar sel,

jumlahnya ± 30 % dari cairan seluruh tubuh.

Osmosis memainkan peranan yang sangat penting salah satunya pada membran sel darah

merah saat mengalami peristiwa hemolisis dan krenasi. Kerusakan membran eritrosit dapat

disebabkan oleh penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah. Apabila medium di

sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis), medium tersebut

(plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel

dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang

ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah.

Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat

masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya

eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit

menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang berarti dapat

ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain.

Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap

isi sel eritrosit. Peristiwa sebaliknya dari hemolisis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya

membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit

dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit.

Membran sel eritrosit seperti halnya membran sel lainnya tersusun atas lipid bilayer dan

bersifat semipermeabel. Membran sel yaitu selaput yang membatasi sel dengan lingkungan

disekitarnya (melieu interieur) dan berfungsi sebagai pelindung, penyaring dan pengatur kelur-

masuknya zat-zat dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Pada kondisi cairan hipertonis, maka air

akan berpindah dari dalam eritrosit sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan (krenasi).

Sebaliknya pada kondisi hipotonis, maka air akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit akan

mengalami pengembungan yang selanjutnya akan pecah (lisis). Zat-zat yang didapat dari hasil

metabolisme diangkut melalui sirkulasi darah kemudian melalui kapiler pindah ke ruang antar sel

(intercelluler space) selanjunya berpindah ke sitoplasma melalui membran sel.

C. Alat dan Bahan:

1. Tabung reaksi 5 buah dengan raknya

2. Mikroskop

3. Kaca benda degan cekungan dan gelas penutup

4. Pipet

18

Page 19: laporan praktikum Fisiologi Hewan

5. Garam fisiologis 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,7%, 0,5%, 0,3%, 0,1%

6. Aquades

7. Vaselin alburn

8. Antikogulan

9. Darah naracoba.

D. Cara kerja

1. Mengambil darah naracoba

2. Meneteskan pada kaca benda, kemudian menambahkan garam fisiologis yang telah

disediakan secara bertahap dan berurutan. Kemudian meneteskan aquades.

3. Mengamati melalui mikroskop untuk mengetahui waktu terjadinya hemolisis pada

eritrosit.

E. Hasil

No Nama Waktu krenasi /detik

3% 1% 0,9% 0,7% 0,5% 0,3 % 0,1%

1 Hesti >300 136 163 - 35 240 >300

2 Siska 116 149 157 - 159 205 253

3 Yuriska 94 100 >300 - 104 205 240

4 Asni 6 10 11 16 20 - -

5 Insiwi 10 21 22 29 34 - -

6 Tsani 20 27 30 38 40 - -

7 Vella 16 18 20 37 40 - -

8 Diva 16 20 37 35 43 - -

9 Brili 15 19 40 38 54 - -

10 Wida 11 20 25 32 41 - -

11 Nur 17 18 20 23 44 - -

12 Ismi 16 33 35 40 57 - -

13 Wulan 126 64 45 79 51 - -

14 Asyifa 43 80 120 40 67 - -

15 Desy 71 68 31 43 72 - -

16 Amalia - 18 30 43 52 60 -

17 Intan - 21 35 49 60 80 -

19

Page 20: laporan praktikum Fisiologi Hewan

18 Hana - 23 37 50 70 90 -

19 Rizky 56 54 57 76 33 - -

20 Hervina 130 74 47 33 82 - -

21 Yuniar 50 67 70 101 126 - -

22 Endah 58 66 73 163 242 - -

23 Kartini 38 13 112 205 303 - -

24 Ulfa 42 58 45 47 95 - -

25 Salma 80 88 91 45 96 - -

26 Roni 170 70 75 79 112 - -

27 Bima 149 169 99 96 95 - -

28 Jaka 56 70 71 75 80 - 96

29 Toni 64 80 86 96 100 - 104

30 Aris 47 48 50 71 80 - 84

31 Afrizal 20 31 54 118 - 105 184

32 Irfan 31 36 72 123 - 126 255

Jumlah 1868 1769 2085 1920 2487 1111 1516

Rata-rata 64,41 55,28 67,26 66,21 82,9 138,87 189,5

Stndar deviasi 63,83098 40,68862 57,83999 43,64662 60,93714 67,99252 86,97975

F. Pembahasan

Praktikum bertujuan untuk mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada

berbagai konsentrasi larutan dan mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai

konsentrasi larutan. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu mikroskop, sampel

darah naracoba, blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol, object glass, dan larutan NaCl

dengan berbagai konsentrasi. Pertama-tama praktikan mensterilkan ujung jari tengah atau jari

manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian

menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Meneteskan darah

pada object glass yang telah diberi garam fisiologis setelah itu mengamati menggunakan

mikroskop dan mencatat waktu hemolisis eritrosit.

Pada pengamatan nampak terjadi pembesaran sel darah kemudian sel tersebut pecah. Hal

tersebut karena masuknya cairan dari luar sel ke dalam sel sehingga menjadi membesar,

kemudian pecah karena terlalu banyak cairan masuk. Peristiwa ini karena larutan hipotonis yang

diberikan berupa garam fisiologis dengan berbagai konsentrasi. Pada praktikan hasil awal NaCl

3% menunjukkan waktu 170 detik kemudian NaCl 1% waktu 70 detik, NaCl 0,9% waktu 75

detik, NaCl 0,7% waktu 79 detik, dan NaCl 0,5% waktu 112 detik. Hasil tersebut menunjukkan

20

Page 21: laporan praktikum Fisiologi Hewan

adanya pola dimana semakin rendah kadar garam fisiologis semakin lama hemolisis. Pada

praktikan dengan kadar tertinggi garam fisiologis NaCl 3% menunjukkan waktu yang lama. Hal

tersebut mungkin di karenakan kesalahan praktikan dalam pengamatan atau rusaknya bahan.

Pada teman kelompok praktikan yaitu bima sama-sama menunjukkan peristiwa

hemolisis. Pada NaCl 3% waktu 149 detik kemudian NaCl 1% waktu 169 detik, NaCl 0,9%

waktu 99 detik, NaCl 0,7% waktu 96 detik, dan NaCl 0,5% waktu 95 detik. Hasi tersebut

merupakan anomali karena sangat berbeda dengan teori dan sangat berbeda dengan hasil rata-rata

kelas. Hal tersebut mungkin karena kesalahan praktikan dalam pengamatan.

Pada data kelas rata-rata hasil awal NaCl 3% menunjukkan waktu 64,41 detik kemudian

NaCl 1% waktu 55,28 detik, NaCl 0,9% waktu 67,26 detik, NaCl 0,7% waktu 66,21 detik, dan

NaCl 0,5% waktu 82,9 detik, NaCl 0,3% waktu 138,87 detik dan NaCl 0,1% waktu 189,5 detik.

Rata-rata tersebut menunjukkan semakin kecik kadar garam fisiologis maka semakin lama

terjadinya hemolisis. Data kelas tersebut dikatakan tidak stabil karena ada anomali yang terjadi,

jika dianalisis anomali terjadi karena ada beberapa anggota kelas yang terjadi anomali dengan

waktu hemolisis sangat lama sekali sehingga mempengaruhi rata-rata kelas. Terjadinya anomali

tersebut bisa disebabkan oleh kesalahan praktikan, atau kerusakan larutan fisiologis, atau ketidak

sterilan alat atau faktor lainnya.

G. Kesimpulan

1. Waktu hemolisis praktikan NaCl 3% 170 detik, NaCl 1% waktu 70 detik, NaCl 0,9%

waktu 75 detik, NaCl 0,7% waktu 79 detik, dan NaCl 0,5% waktu 112 detik

Waktu hemolisis data kelas rata-rata NaCl 3% 64,41 detik, NaCl 1% waktu 55,28 detik, NaCl

0,9% waktu 67,26 detik, NaCl 0,7% waktu 66,21 detik, dan NaCl 0,5% waktu 82,9 detik,

NaCl 0,3% waktu 138,87 detik dan NaCl 0,1% waktu 189,5 detik.

2. Dapat diketahui bahwa semakin tinggi persentase konsentrasi larutan garam fisiologis maka

semakin cepat terjadi hemolisis.

DAFTAR PUSTAKAFrandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki.1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

21

Page 22: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 3

MENGHITUNG SEL DARAH MERAH

A. Tujuan Praktikum:

Menghitung sel darah merah

B. Dasar Teori

Darah pada semua hewan vertebrata tersusun atas plasma, sel darah merah (SDM),

sel darah putih (SDP), keping-keping darah (trombosit). Plasma berfungsi sebagai medium

cair yang di dalamnya terlarut protein (albumin, fibrinogen, dan globulin) sehingga disebut

protein plasma. Selain itu, juga terlarut nutrien lainnya (glukosa, asam lemak, dan

kolesterol), vitamin, mineral, garam anorganik terutama sodium klorida (NaCl), limbah

metabolisme dan gas.

Eritrosit pada manusia berbentuk diskus bikonkav, diameternya 6-9 µm, bagian

tengah memiliki ketebalan 1 µm, bagian tepi mamiliki ketebalan 2 - 2.5 µm dan tidak

memiliki inti. Membran eritrosit tersusun atas fosfolipid (lipid bilayer) layaknya membran

sel lainnya. Sitoplasma tersusun atas hemoglobin (Hb) sekitar 34%, tidak terdapat

mitokondria, lisosom, ribosom, retikulum endoplasma, dan badan Golgi. Sehingga

metabolisme sangat terbatas dengan menggunakan enzim-enzim metabolisme yang telah

ada. Kation yang terdapat dalam sitoplasma eritrosit antara lain yaitu K+, Na+, Ca2+, Mg2+

dan anion dalam bentuk Cl-, HCO3-, Hb, fosfat anorganik dan 2,3-DPG.

Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metaloprotein kompleks yang

mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan

tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan

kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara

mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa

beberapa produk buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir

22

Page 23: laporan praktikum Fisiologi Hewan

keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah.

Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa

oksigen di jaringan otot.

Keutuhan bentuk eritrosit sangat tergantung pada tekanan osmosis medium

sekitarnya. Pada kondisi hipotonik akan mengalami pembengkakan kemudian ruptur

(hemolisis). Hemolisis pada kondisi isotonik terjadi karena agen-agen yang merusak

permukaan, seperti sabun, deterjen atau klorofom. Sitoskeleton berfungsi untuk mengatur

bentuk membran eritrosit sehingga bentuknya fleksibel. Krenasi jika berada pada

lingkungan (larutan) yang hipertonis.

Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 - 6.000.000 sel

per mm3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 - 5.500.000 sel per mm3 (pada perempuan).

Polisitemia (polycythemia) adalah suatu kondisi jumlah eritrosit meningkat sangat nyata di

dalam sirkulasi. Anemia adalah kondisi kemampuan tubuh mengangkut oksigen berkurang

karena berkurangnya jumlah SDM atau Hb. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

jumlah eritrosit yaitu :

1. Fisiologis karena adaptasi terhadap lingkungan lokal, misalnya adaptasi pada tempat

tinggi (pegunungan), maka jumlah SDM dapat mencapai 8 juta sel per mm3, hal ini

disebut physiological polycythemia.

2. Patologis karena adanya tumor pada sumsum tulang, maka jumlah SDM dapat

mencapai 1011 juta sel per mm3, hal ini disebut polycythemia vera.

Umur (lifespan) eritrosit dalam sirkulasi berkisar antara 120 hari pada laki-laki dan

100 hari pada perempuan. Setelah melampaui batas tersebut, eritrosit akan kehilangan

kemampuan metabolisme yang kemudia akan dihancurkan oleh limfa, hati, sumsum tulang

dan sel retikuloendothelial. Sebagian besar komponennya akan dimanfaatkan kembali

seperi Fe dari heme dan asam amino dari globin.

C. Alat dan Bahan:

1. Toma hemasitometer

2. Pipet khusus bertanda ‘101’

3. Blood lancet steril

4. Etil alcohol

5. Kapas

6. Larutan garam fisiologis

7. Larutan hayem

23

Page 24: laporan praktikum Fisiologi Hewan

D. Cara kerja

1. Menyeterilkan ujung jari dengan alcohol

2. Menusuk ujung jari dengan blood lancet steril sehingga darah keluar

3. Menyiapkan pipet khusus untuk penghitungan sel darahmerah dengan tanda 101.

4. Mengambil darah langsung dari darah naracoba dengan pipet khusus sampai

melebihi tanda 0,5, kemudian bersihkan ujungnya dengan tissue sehingga bersih dan

darah tepat pada batas 0,5

5. Kemudian dengan segera menghisap darah beserta larutan hayem sampai tanda 101.

6. Menyiapkan bilik hitung.

7. Meneteskan cairan darah yan telah bercampur dengan larutan hayem pada bilik

hitung.

8. Memeriksa dengan perbesaran lemah dan mencari kotak tengah dari bilik hitung.

9. Kemudian memperbesar kemampuan mikroskop sampai perbesaran 10x10 dan alat

penghitung hand tally counter

10. Untuk menghemat waktu biasanya dari 25 kotak kecil hanya dipilih lima kotak

sebagai sempel. Kotak tersebut dapat dipilih secara random atau dipilih pada bagian

atas kanan, atas kiri atas, bawah kanan, bawah kiri dan tengah.

11. Setelah diketahui jumlah SDM kemudian mesukan ke dalam rumus berikut untuk

mengetahui jumlah SDM permm3

Jumlah SDM/mm-SDM yang dihitung x 10 x 5 x 200

Ketrangan:

Angka 10 berasal dari dalamnya pipet 0,1 mm dijadikan 1 mm (10 kali)

Angka 5 berasal dari 1/5 dari 1 mm3 (25 kotak)

Angka 200 berasal dari pengenceran 200 kali (0,5 menjadi 101)

E. Hasil

Perempuan

NO NamaUmur

(tahun)Jumlah Sel Darah

Merah sdm/ mm3

1 Hesti Lokaningrum 20 2.400.0002 Siska Lipdyaningsih 18 5.100.0003 Yuriska Fitri Dyah U 20 4.800.000

24

Page 25: laporan praktikum Fisiologi Hewan

4 Insiwi Purwianshari 19 4.260.0005 Nur Tsani Rahmawati 19 3.700.0006 Asni Nurhayati 19 2.360.0007 Vella Liani 19 5.350.0008 Diva Aprilia 19 6.690.0009 Tri Widayanti 19 4.580.00010 Nur Khotimah 19 4.500.00011 Ismi Nurhidayah 19 3.810.00012 Wulan Novita Sari 19 7.660.00013 Asyifatul Madinah 20 6.770.00014 Desy Normalia 20 7.370.00015 Intan Ayu P. 19 5.560.00016 Amalia A’la 20 3.750.00017 Hana Widiyanti 20 3.400.00018 Rizky Wulandari 19 3.600.00019 Hervina Surya Kartika 19 5.340.00020 Yuniar Kurnia Widasari 19 4.670.00021 Endah Ratna 21 4.160.00022 Hani Kartini 21 4.630.00023 Ulfa 19 5.040.00024 Salma 19 3.720.000

TotalRata-rata

Standar deviasi

113.220.000

4.717.500

1.380.791,361

Laki-laki

NO NamaUmur

(tahun)Jumlah Sel Darah

Merah sdm/ mm3

1 Roni Ardyantoro 19 5.710.0002 Bima Ghana P. 20 4.270.0003 Jaka Fitrianta 19 5.040.0004 Tonny Haryo W. 20 4.660.0005 Aris Setianto W. 20 4.660.0006 Afrizal Haris 20 3.680.0007 Irfan Hanis P. 22 4.480.000

TotalRata-rata

Standar deviasi

32.500.000

4.642.857,143

631.102,5877

25

Page 26: laporan praktikum Fisiologi Hewan

F. Pembahasan

Praktikum topik Sel Darah Merah bertujuan untuk mengetahaui jumlah sel darah merah

(erytrosit). Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril (disposable), alkohol,

kapas dan larutan Hayem. Langkah kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung jari tengah

atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering.

Kemudian Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar.

Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya

dengan kapas. Kemudian menghisap larutan Hayem sampai tanda 101, lalu dikocok secara

perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan

menghitung jumlah SDM dengan mikroskop pada kotak bagian tengah kemudian dilanjutkan

pada kotak yang berada di kiri atas, kiri bawah, kanan awah, dan kanan atas .

Hasil perhitungan Sel darah merah pada praktikan yaitu 5.710.000 sel per mm3. hasil

tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal dan sesuai

dengan teori. Pada pelaksanaan Praktikan mengalami kesalahan dalam pengambilan darah yang

seharusnya 0,5 menjadi 1 sehingga saat perhitungan harusnya dikalikan 200 menjadi dikalikan

100. Namun menurut pembimbing itu sudah benar dalam perhitungan.

Hasil perhitungan Sel darah merah pada teman kelompok praktikan yaitu bima 4.270.000

sel per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang di

bawah normal. Hal tersebut mungkin di pengaruhi oleh faktor fisiologis dari Bima

Hasil perhitungan Sel darah merah pada kelas di kelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok

laki-laki dan kelompok perempuan. Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah merah

4.642.857,143 sel per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam

kondisi rentang normal. Dengan tertinggi saya 5.710.000 sel per mm3 dan terendah afrizal

3.680.000 per mm3 . adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing

orang disisi lain masih ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat.

Hasil perhitungan Sel darah merah pada perempuan sel darah merah rata-rata 4.717.500

sel per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang

normal. Dengan tertinggi wulan 7.660.000 sel per mm3 dan terendah hesti 2.400.000 per mm3

. adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing orang disisi lain masih

ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat.

Jika di bandingkan hasil laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan dimana rata-

rata sel darah merah dihitung 4.717.500 sel per mm3 untuk perempuan dan 4.642.857,143

sel per mm3 untuk laki-laki. Hal tersebut menunjukkan Sel darah putih di kelas Biologi E

perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki dimana pada teori rentang laki-laki lebih tinggi

26

Page 27: laporan praktikum Fisiologi Hewan

dari pada perempuan walaupun keduanya masih masuk kategori rentang normal.

Perbedaan hasil tersebut mungkin karena adanya faktor fisiologis dari asing-masing

individu.

Kekurangan jumlah SDM menyebabkan penyakit anemia, yaitu berkurangnya

kemampuan darah mengangkut oksigen karena kurangnya jumlah SDM. Sedagkan

polisistemia adalah kondisi dimana jumlah SDM meningkat secara nyata atau dalam kata

lain jumlah SDM yang melampui standar. Dari data diatas, diketahui bahwa 8 orang

perempuan dan 2 laki-laki diduga menderita anemia dan 4 orang perempuan diduga

menderita polisitemia dari total 31 orang yang melakukan penghitungan SDM.

G. Kesimpulan

Hasil perhitungan Sel darah merah pada praktikan yaitu 5.710.000 sel per mm3. hasil

tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal.

Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah merah 4.642.857,143 sel per mm3. hasil

tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal

Hasil perhitungan Sel darah merah pada perempuan rata-rata 4.717.500 sel per mm3.

hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal

Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMTPA UNY.

27

Page 28: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 4

MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH

A. Tujuan Praktikum:

Menghitung sel darah putih (SDP)

B. Dasar Teori

Sel darah putih (SDP) atau leukosit berasal dari myeloblast (stem cell). Pembentukan

SDP di dalam sumsum tulang, kecuali limfosit yakni di kelenjar thymus dan bursa

ekuivalen. Jumlah leukosit pada orang dewasa normal berkisar 5.000 - 9.000/mm3.

Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini

sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan

sebagian lagidi jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini

diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Kebanyakan sel

darah putih ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan

serius (Guyton, 1997). Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari

infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Jumlah sel darah putih lebih

sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-

lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/mm3. Jumlah

leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000/mm3. Setelah itu

28

Page 29: laporan praktikum Fisiologi Hewan

jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar

antara 4.500-11.000/mm3. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar

antara 5.000-9.0004/mm3. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik

yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/mm3.

Penyakit yang disebabkan akibat kelebihan sel darah putih yaitu leukemia atau

kanker darah yang merupakan sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai

oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan

jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal

atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah

perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses

pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah

putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di

sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup.

Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi

ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan

keamanan tubuh.

Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena

kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih.

Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis

Jenis-jenis SDP berdasarkan bentuk intinya dapat dibedakan menjadi granulosit dan

agranulosit. Granulosit karena mamiliki granula di dalam sitoplasmanya. Granulosit dapat

dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Neutrofil (62%), memiliki granula yang berukuran kecil dan berwarna merah muda

serta dapat meningkat jumlahnya pada infeksi akibat bakteri.

2. Eosinofil (2,3%), memiliki granula berwarna kemerahan dan jumlahnya dapat

meningkat pada infeksi parasit.

3. Basofil (0,4%), memiliki granulosa berwarna ungu dan biru dan jumlahnya dapat

meningkat pada reaksi alergi.

Agranulosit karena tidak memiliki granulosa di dalam sitoplasmanya. Agranulosit

dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Monosit (5,3%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, motil, bercat biru dan

berfungsi sebagai fagosit.

2. Limfosit (30%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, nonmotil, berbentuk bulat,

29

Page 30: laporan praktikum Fisiologi Hewan

bercat biru, dan berfungsi memproduksi antibodi.

Sel-sel darah putih merupakan suatu komponen dalam mekanisme pertahanan tubuh

yang penting. Sebagian besar darinya melakukan fagositosis, suatu proses inegasi dan

digesi (memasukan dan mencerna makanan) mikroorganisme dan partikel asing lainnya.

Netrofil dan monosit paling giat berfagositosis sedangkan eosinofil hanya sedang saja.

Semua leukosit adalah sel motil, suatu sifat yang memungkinkannya menerobos kapiler

darah melalui ruang interseluler dinding kapiler darah dan migrasi gerakan amuboid

kearah luka karena ertikel menyerbu jaringan. Netrofil dan limfosit sengat motil,

sementara eunosofil sangat lamban. Lekosit melindungi tubuh terhadap penyakit. Netrofil

dan monosit menghancurkan bakteri dengan memakannya. Bakteri yang dimakan dicerna

oleh enzim yang dikeluarkan lekosit. Lekosit terus melakukakan ingesi partikel sampai

mereka terbunuh sehingga terkumpul hasil pemecahnnya. Netrofil mampu memakan 5

sampai 35 bakteri, monosit mampu memangsa sebanyak 100 bakteri sebelum

kematiannya.

Setelah bakteri dihancurkan, jaringan akan diganti. Beberapa jaringan mempunyai

kemampuan regenerasi dengan perbanyakan sel-sel yang bertetangga. Kemampuan

tersebut

pada jaringan kcil atau terbatas sekali dan digantikan oleh jaringan ikat yang

mensekresikan serabut-serabut untuk membentuk jaringan parut. (Basoeki, 1988)

C. Alat dan Bahan:

alat

1. Pipet khusus bertanda ‘11’

2. Bilik hitung

Bahan

1. Blood lancet steril\kapas alcohol

2. Reagent turk

D. Cara kerja

1. Menstrerilkan ujng jari dengan kapas alcohol

2. Menusuk ujung jari dengan blood lancet steril samai darah keluar

3. Mengambil darah denganpipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan

ujung dengan kertas tissue. Setelah itu hisap reagent truk sampai tanda 11, kemudian

lakukan pengocokan perlahan sampai merata.

30

Page 31: laporan praktikum Fisiologi Hewan

4. Menyiapkan bilik hitung seperti pada perhitungan sel darah merah

5. Menteskan cairan dalam pipet lewat tepi sampai merata dan menghitung di bagian

atas kiri, atas kanan, bawah kiri dan bawah kanan.

6. Menjumlah SDP yang terhitung.

masukan dalam rumus berikut untuk mengetahui jumlah SDP sesungguhnya:

Jumlah SDP/mm = (ax20x10)/4

Atau jumlah SDP/mm : bx 20x10

Keterangan:

Jumah SDP (a)

Jumlah rata-rata kotak (b)

Angka 20 berasal dari pengenceran 0,5 menjadi 11 (20 kali)

Angka 10 berasal dari kedalaman parit 0,1 mm (menjadi 1 mm)

Angka 4 berasal dari kotakan (mestinya hanya 1 kamar)

E. Hasil

Perempuan

No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah SDP ( SDP / mm3 )

1 Hesti Lokaningrum 20 5600

2 Siska Lipdyaningsih 18 2150

3 Yuriska Fitri Dyah U. 19 8100

4 Asni Nurhayati 19 3050

5 Insiwi Purwianshari 20 1350

6 Nur Tsani Rahmawati 19 2350

7 Vella Liani 19 6000

8 Diva Aprilia Afifah 19 6500

9 Briliana Suryani K 19 3000

10 Tri Widayanti 19 3050

11 Nur Khotimah 19 6550

12 Ismi Nurhidayah 19 3600

13 Wulan Novitasari 19 4950

14 Asifatul Madinah 20 3750

15 Desy Normalia 20 4900

16 Intan Ayu Pratiwi 19 6100

31

Page 32: laporan praktikum Fisiologi Hewan

17 Amalia Ala 20 3300

18 Hana Widiyanti 21 1550

19 Rizky Wulandari 19 4250

20 Hervina Surya Kartika 19 6250

21 Yuniar Kurnia W. 19 6200

22 Endah Ratna Sari 20 13050

23 Ulfa Nur Wahyudi 20 500

24 Salma Nadiyah 19 900

25 Hanikartini Hanafi 20 13550

Total 106600

Rata-rata 4264

Standar deviasi 3496,085

Laki-laki

No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah SDP ( SDP / mm3 )

1. Roni Ardyantoro 19 4500

2. Bima Gana Pradana 20 1200

3. Jaka Fitriyanta 20 3000

4. Tonny Haryo Wibisono 20 3050

5. Aris Setiyanto Wibowo 20 3150

6. Afrizal Haris 20 5800

7. Irfan Hanis Prasetya 21 9050

Total 29750Rata-rata 4250Standar deviasi 2550,163

F. Pembahasan

Praktikum Sel darah putih ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel darah putih (SDP).

Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet khusus bertanda “11”, bilik hitung, blood lancet

steril (disposable), kapas, dan alkohol. Prosedur kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung

jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga

mengering. Kemudian menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah

keluar. Setelah itu mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian

membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap reagen Turk sampai tanda 101, lalu

32

Page 33: laporan praktikum Fisiologi Hewan

dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga

merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak kanan atas, kanan bawah, kiri

atas dan kiri bawah.

Hasil perhitungan Sel darah putih pada praktikan yaitu 4500 per mm3. hasil tersebut

menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang dibawah normal sekitar 5000-

9000 per mm3 walaupun diatas rata-rata kelas. Hasil tersebut tidak sesuai mungkin karena

kesalahan praktikan dalam praktikum atau karena kurang steril karena biasanya jika cek di tempat

lain selalu normal. Hasil perhitungan Sel darah putih pada teman kelompok praktikan yaitu bima

1200 per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah putih dalam kondisi rentang di

bawah normal dan kategori jauh dari normal. Hal tersebut mungkin di pengaruhi oleh faktor

fisiologis dari Bima atau karena kesalahan dalam praktikum dan ketidak sterilan alat yang

digunakan.

Hasil perhitungan Sel darah putih pada kelas di kelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok

laki-laki dan kelompok perempuan. Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah putih 4250 per

mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah putih dalam kondisi rentang di bawah

normal. Dengan tertinggi irfan 9050 per mm3 dan terendah bima 1200 per mm3 . adanya

variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing orang disisi lain masih ada

kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat serta sterilan alat. Hasil rata-rata

kelompok laki-laki sel darah putih 4250 per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel

Darah putih dalam kondisi rentang di bawah normal. Dengan tertinggi irfan 9050 per mm3 dan

terendah bima 1200 per mm3 . adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-

masing orang disisi lain masih ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan

alat serta sterilan alat.

Hasil perhitungan Sel darah putih pada perempuan sel darah putih rata-rata 4264 per

mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah Putih dalam kondisi rentang dibawah

normal. Dengan tertinggi hani 13550 per mm3 dan terendah ulfa 500 per mm3 . adanya

variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing orang disisi lain masih ada

kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat serta sterilan alat.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata bernilai berbeda dengan teori dan di

bawah rata-rata teori. Dari praktikan menduga ada kesalahan oleh individu atau ketidak

jelian india sehingga data di duga tidak valid.

G. Kesimpulan

Hasil perhitungan Sel darah putih pada praktikan yaitu 4500 per mm3. hasil tersebut

menunjukkan kandungan sel Darah Putih dalam kondisi rentang tidak normal.

33

Page 34: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah putih 120 per mm3. hasil tersebut menunjukkan

kandungan sel Darah pitis dalam kondisi rentang normal

Hasil perhitungan Sel darah putih pada perempuan rata-rata 4.717.500 sel per mm3. hasil tersebut

menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal

Daftar Pustaka

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

34

Page 35: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 5

MENGUKUR TEKANAN DARAH SISTOL DAN DIASTOL

A. Tujuan Praktikum:

Megukur tekanan darah sistol dan diastole

B. Dasar Teori

Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas

dinding pembuluh darah yang hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa.

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan

atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Tekanan

darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola,

kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Tekanan

darah diatur melalui beberapa mekanisme fisiologis untuk menjamin aliran darah ke

jaringan yang memadai. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (cardiac output,

CO) dan resistensi pembuluh darah terhadap darah. Curah jantung adalah volume darah

yang dipompa melalui jantung per menit, yaitu isi sekuncup (stroke volume, SV) x laju

denyut jantung (heart rate, HR). Resistensi diproduksi terutama di arteriol dan dikenal

sebagai resistensi vaskular sistemik.

Jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga tekanan rata-

rata di aorta menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga, karena

pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, sebagai akibat pengosongan ritmik ventrikel

kiri, tekanan arteri berganti-ganti antara nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai

tekanan diastolik 80 mmHg. Pada orang dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap

pulsasi, yang disebut tekanan sistolik, adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah

setiap pulsasi, yang disebut tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai

35

Page 36: laporan praktikum Fisiologi Hewan

antara kedua tekanan ini sekitar 40 mmHg, yang disebut tekanan nadi. Dua faktor utama

yang memengaruhi tekanan nadi : (1) curah isi sekuncup dari jantung, dan (2) komplians

(distensibilitas total) dari percabangan arteri. Tekanan nadi pada orang lanjut usia

kadang-kadang meningkat sampai dua kali nilai normal, karena arteri menjadi lebih kaku

akibat arteriosklerosis dan karenanya, arteri relatif tidak lentur.

Ketika menghitung denyut anda dengan cara menempatkan jari anda pada

pergelangan tangan, anda sesungguhnya dapat merasakan arteri mengembang pada setiap

denyutan. Sebagian penyebab lonjakan tekanan tersebut adalah sempitnya lubang

pembukaan arteriola yang menghalangi keluarnya darah dari arteri. Dengan demikian,

ketika jantung berkontraksi, darah memasuki arteri lebih cepat dibandingkan

kecepatannya meninggalkan arteri, dan pembuluh tersebut akan meregang akibat tekanan

tersebut. Dinding pembuluh arteri akan mengecil selama tekanan diastole, tetapi jantung

berkontraksi kembali ke dalam arteriola untuk memulihkan tekanan dalam arteri secara

sempurna. Hambatan yang diberikan oleh arteriola disebut sebagai resistensi peripheral.

Sebagai konsekuensi dari kerja arteri elastis melawan resistensi peripheral, maka masih

ada tekanan darah, bahkan selama disatol sekalipun, yang mengalirkan darah ke dalam

arterial dan kapilr secara kontinu.

Tekanan darah ditentukan sebagian oleh curah jantung dan sebagian oleh derajat

resistensi peripheral tehadap aliran darah dalam arteriola, yang merupakan penyempitan

pada sistem sirkulasi. Kontraksi otot polos dalam dinding arteriola akan menyempitkan

pembuluh yang sangat kecil itu, yang meningkatkan resistensi, dan dengan demikian

meningkatkan tekanan darah di daerah hulu arteri. Ketika otot polos berileksasi, arteriola

bedilatasi, darah yang melalui arteriola meningkat, dan tekanan dalam arteri akan

menurun. Impuls saraf, hormone, dan sinyal-sinyal lain mengontrol otot dinding arteriola

tersebut. Cekaman, baik secara fisik maupun emosional, dapat meningkatkan tekanan

darah dengan cara memicu respons saraf dan hormone yang akan menyempitkan

pembuluh darah.

Ketika darah mencapai vena, tekanannya tidak dapat dipengaruhi oleh jantung.

Hal itu tejadi karena darah banyak mengalami resistensi ketika melewati jutaan arteriola

dan kapiler yang sangat kecil sehingga daya pompa jantung tidak mampu lagi mendorong

darah dalam vena. Kemudian, bagaimana darah dapat kembali ke dalam jantung,

khususnya ketika ia harus bergerak dari tungkai yang paling bawah melawan gravitasi.

Kontraksi otot polos dalam dinding venula dan vena memerikan sebagian kontribusi

terhadap pergerakan darah. Akan tetapi yang lebih penting lagi, aktivitas otot rangka

36

Page 37: laporan praktikum Fisiologi Hewan

selama olahraga akan merasa darah melalui vena. Selain itu, ketika menghirup udara,

perubahan tekanan dalam rongga dada menyebabkan vena cava dan vena besar lainnya

yang terletak di dekat jantung membesar dan terisi penuh dengan darah.

C. Alat dan Bahan:

1. Tensimeter dengan sabuk tekannya.

2. Stetoskop

D. Cara kerja

1. Melilitakan sabuk pengaman yang telah dilengkapi pompa dan spygomomanometer

pada lengan atas tepatnya di sendi siku.

2. Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan tepat di atas arteri radialis

selanjutnya menyimak suara denyut jantung.

3. Memompa sabuk pengaman sampai tidak terdengar detak jantung. Kemudian

kendorkan sekrup pengatur sehingga udara keluar dan memantau suara jantung

dengan seksama.

4. Melakukan kegiatan itu berulang dengan posisi yang berbeda

5. Melakukan aktivitas yang lebih berat(lari).

6. Mengukur ulang tekanan darah sistol dan diastole setelah aktivitas dan mencatatnya

E. Hasil

Perempuan

No Nama UmurSebelum kegiatan

Tekanan systole/diastole (mmHg)

Setelah kegiatanTekanan systole/diastole

(mmHg)1 Hesti L. 20 110/70 120/602 Siska L. 18 90/50 90/553 Yuriska F. D. U. 19 90/60 110/704 Asni N. 19 100/60 100/615 Insiwi P. 20 120/80 130/1106 Nur Tsani R. 19 93/72 100/797 Vella L. 19 100/50 105/608 Diva A. A. 19 110/60 110/709 Briliana S. K. 19 100/70 110/60

10 Tri W. 19 110/70 130/7011 Nur Khotimah 19 110/70 130/7012 Ismi N. 19 100/50 120/6013 Wulan N. 19 100/70 110/8014 Asifatul M. 20 100/60 110/7015 Desy N. 20 110/80 120/9016 Intan A. P. 19 100/80 110/90

37

Page 38: laporan praktikum Fisiologi Hewan

17 Amalia A. 20 110/80 130/8018 Hana W. 21 110/70 140/8019 Rizky W. 19 90/60 110/8020 Hervina S. K. 19 110/80 120/10021 Yuniar K. W. 19 90/60 120/7022 Endah R. S. 20 100/70 120/8023 H. Kartini H. 20 100/80 110/9024 Ulfa N. W. 20 100/70 120/8025 Salma N. 19 100/80 120/80

Laki-laki

No Nama UmurSebelum kegiatan

Tekanan systole/diastole (mmHg)

Setelah kegiatanTekanan systole/diastole

(mmHg)1 Roni A. 19 120/70 130/902 Bima G. P. 20 120/90 140/1003 Jaka F. 20 122/84 130/854 Tonny H. W. 20 124/80 130/855 Aris S. 19 100/60 120/906 Afrizal H. 20 90/60 110/707 Irfan H. P. 21 120/80 120/90

F. Pembahasan

Tujuan praktikum ini adalah mengukur tekanan darah sistol dan diastol. Alat dan

bahan yang digunakan adalah tensimeter dan stetopkop. Mula-mula Melilitakan sabuk

pengaman yang telah dilengkapi pompa dan spygomomanometer pada lengan atas

tepatnya di sendi siku. Kemudian Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan

tepat di atas arteri radialis selanjutnya menyimak suara denyut jantung. Selanjutnya

Memompa sabuk pengaman sampai tidak terdengar detak jantung. Kemudian kendorkan

sekrup pengatur sehingga udara keluar dan memantau suara jantung dengan seksama.

Kemudian mencatat saat bersuara=sistol dan saat hilang suara=diastol.

Pada praktikan sebelum kegiatan didapatkan hasil pengukuran 120/70 dimana

masih dalam kisaran normal pada rentang 120/80. Saat dioji coba dengan melakukan

aktivitas berat seperti berlari selama beberapa menit kami menguji nilai sitol dan diastol.

Setelah kegiatan pengukuran pada praktikan 130/90. Hasil tersebut juga masih termasuk

normal. Sedangkan teman satu kelompok yaitu bima sebelum kegiatan 120/90 dimana

masih dalam kisaran normal pada rentang 120/80 kemudian Saat dioji coba dengan

melakukan aktivitas berat seperti berlari selama beberapa menit kami menguji nilai sitol

38

Page 39: laporan praktikum Fisiologi Hewan

dan diastol. Setelah kegiatan pengukuran pada praktikan 140/100. Hasil tersebut juga

masih termasuk normal.

Pada data kelas nampak rata-rata masih pada dalam kategori normal walaupun

mayoritas dibawah 120/80 sebelum kegiatan dan meningkat saat setelah kegiatan.

Peningkatan tersebut sesuai dengan aktivitas yang meningkat sehingga memerlukan

energi dan oksigen leboh sehingga mempercepat tekanan darah. Ada yang masuk

kategori di bawah normal yaitu siska dengam 90/50 yang biasa disebut darah rendah.

Jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga tekanan rata-

rata di aorta menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga, karena

pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, sebagai akibat pengosongan ritmik ventrikel

kiri, tekanan arteri berganti-ganti antara nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai

tekanan diastolik 80 mmHg. Pada orang dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap

pulsasi, yang disebut tekanan sistolik, adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah

setiap pulsasi, yang disebut tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai

antara kedua tekanan ini sekitar 40 mmHg, yang disebut tekanan nadi.

G. Kesimpulan

Hasil pengukuran praktikan sebelum kegiatan adalah 120/70 dan setelah kegiatan 130/90

sehingga masuk dalam kategori normal

H. Daftar Pustaka

Guyton AC, Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Rachman LY, et al,

editor. Jakarta: EGC Medical Publisher; 2007.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMIPA UNY.

39

Page 40: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 6

MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)

A. Tujuan Praktikum:

Mengukur kadar hemoglobin (HB) darah

B. Dasar Teori

Erythrocyte merupakan salah satu sel tubuh manusia yang tidak memiliki inti

(nonnucleated cells), tetapi sitoplasma memiliki protein yang berfungsi sebagai

pengangkut oksigen yang disebut hemoglobin. Kadar hemoglobin merupakan salah satu

indikator apakah manusia menderita anemia atau tidak. Kadar Hb pada kondisi normal

tergantung dari usia masing-masing individu. Kadar hemoglobin dalam darah sangat

tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang, antara lain yaitu :

Hemoglobin merupakan molekul bulat dengan diameter 5.5 nm yang ditemukan

pada sel darah merah, dengan fungsi utamanya untuk mentranspor oksigen dari paru-paru

ke setiap jaringan dalam tubuh. Molekul Hb A (hemoglobin manusia dewasa, A = adult)

berisi dua rantai a (masing-masing 141 residu) dan dua rantai b (masing-masing 146

residu). Molekul Hb A umumnya tersusun sebagai a2b2. Kapasitas hemoglobin untuk

mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus prostetik yang disebut heme. Gugus

heme yang menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen

anorganik dan pusat atom besi.

Hemoglobin (Hb) tersusun atas protein globin dan ferroproto-porfirin (heme) yang

berikatan non-kovalen. Setiap molekul Hb memiliki 4 atom Fe yang terdapat pada heme,

dan setiap atom Fe dapat mengikat oksigen secara reversibel, dengan demikian setiap

molekul Hb teroksigenasi atau disebut HbO2 (oksiHb) mengandung 4 mol oksigen. Hb

40

Page 41: laporan praktikum Fisiologi Hewan

juga dapat berikatan dengan CO2 pada gugus asam aminonya membentuk karbamino Hb

(HbCO2), juga dengan NO membentuk HbNO. Peroksid, ferrisianid dan kuinon dapat

mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga terbentuk metHb yang tidak mampu mengikat

O2maupun CO2. MetHb dapat direduksi menjadi Hb oleh dithionit (Na2S2O4). MetHb

dapat bereaksi dengan anion OH- pada H+ basa/alkalis dan Cl" pada pH asam.

Hb + HCl => Globin-HCl + Ferroproto-porfirin

Hb A (dewasa) terdiri atas rantai alfa (a) dan beta (P) dengan ikatan non-kovalen.

Tiap rantai mempunyai 80 lebih asam amino dan setiap sub-unit terdiri atas 7 segmen

helik yang ditandai A-H. Sifat unik Hb adalah kemampuannya berikatan secara reversibel

dengan oksigen dengan membentuk kompleks oksigen yang stabil tanpa terjadi oksidasi

Fe2+ menjadi Fe3+. Hal ini karena adanya sifat hidrofilik kantung heme.

C. Alat dan Bahan:

Alat

1. Hemeglobinometer sahli

2. Alquist chat

3. Photometer leica

Bahan

1. Blood lancet steril

2. Pipet khusus dengan selat karet

3. Aquadest

4. Larutan HCL 0,1 N

D. Cara kerja

1. Mensterilkan ujung jari tengah atau manis naracoba dengan olkohol

2. Menusuk ujung jari naracoba dengan blood lancet steril sehinga darah keluar dan

meneteteskan pada masing-masing bulatan satu tetes darah pada kaca obyek yang

telah disiapkan

3. Mengisi tabung berskala dari hemometer sahli dengan larutan HCL sampai tanda

angka 2

4. Menghisap darah langsung dari probundus dengan menggunakan pipet khusus

sampai tanda garis pada pipet

41

Page 42: laporan praktikum Fisiologi Hewan

5. Kemudian membersihkan ujung pipet dengan kertas tisu dan meniup darah yang

terdapat dalam pipet tersebut ke dalam tabung yang berisi HCL 0,1 N

6. Kemudian menghisap lagi cairan tersebut dan meniup lagi sampai 3 kali agar darah

dari larutan bercampur rata

7. Membiarkannya selama lebih dari 2 menit

8. Kemudian menambahkan tetes demi tetes aquades sambil diaduk dengan pengaduk

khusus sampai warnanya sesuai dengan tabung standar dari hemometer sahli

9. Kemudian mengamati dan mencatat angka pada tabung berskala yang menunjukan

kadar Hb dalam g/100 ml darah.

E. Hasil

Tabel . Data Hasil pengukuran Hb

Perempuan

No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah Hb ( g / dl )

1 Hesti Lokaningrum 20 14

2 Siska Lipdyaningsih 18 11,2

3 Yuriska Fitri Dyah U. 19 10,8

4 Asni Nurhayati 19 10,6

5 Insiwi Purwianshari 20 12,2

6 Nur Tsani Rahmawati 19 10,2

7 Vella Liani 19 9,8

8 Diva Aprilia Afifah 19 10,8

9 Briliana Suryani K 19 9,8

10 Tri Widayanti 19 10

11 Nur Khotimah 19 10

12 Ismi Nurhidayah 19 13

13 Wulan Novitasari 19 8,1

14 Asifatul Madinah 20 10,8

15 Desy Normalia 20 8,4

16 Intan Ayu Pratiwi 19 10

17 Amalia Ala 20 9

18 Hana Widiyanti 21 8

19 Rizky Wulandari 19 12,2

20 Hervina Surya Kartika 19 11,4

42

Page 43: laporan praktikum Fisiologi Hewan

21 Yuniar Kurnia W. 19 9,4

22 Endah Ratna Sari 20 11,2

23 Ulfa Nur Wahyudi 20 10

24 Salma Nadiyah 19 9,5

25 Hanikartini Hanafi 20 10,6

Total 261

Rata-rata 10,44

Standar deviasi 1,432073

Laki-laki

No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah Hb (g/dl )

1. Roni Ardyantoro 19 9

2. Bima Gana Pradana 20 8

3. Jaka Fitriyanta 20 11,2

4. Tonny Haryo Wibisono 20 10

5. Aris Setiyanto Wibowo 20 13

6. Afrizal Haris 20 9,3

7. Irfan Hanis Prasetya 21 9,4

Total 69,9Rata-rata 9,98Standar deviasi 1,6476

F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kadar Hemoglobin dalam darah merah.

Kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator apakah manusia menderita anemia

atau tidak. Kadar Hb pada kondisi normal tergantung dari usia asing-masing individu.

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah

ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran

secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas

standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk

menghitung indeks eritrosi. Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kadar hemoglobin

(Hb) dalam darah. Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah memerlukan alat dan

bahan yaitu hemoglobinometer Sahli, blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol,

43

Page 44: laporan praktikum Fisiologi Hewan

aquadest, dan larutan HCl 0,1 N.

langkah kerja yang dilakukan dalam kegiatan pengukuran kadar hemoglobin

pertama-tama mensterilkan ujung jari manis atau jari tengah dengan kapas yang telah

ditetesi alkohol. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet steril (disposable)

sehingga darah keluar. Lalu menghisap darah menggunakan pipet khusus yang telah

disediakan hingga tanda garis pada pipet. Setelah itu, memasukkan darah kedalam tabung

dan menambahkan larutan HCl 0,1 N kemudian dikocok hingga merata. Kemudian

menambahkan tetes demi tetes aquadest sambil terus diaduk hingga warnanya sesuai

dengan warna larutan standar pada Hemoglobinometer Sahli. Langkah terakhir, mencatat

angka pada tabung berskala yang menujukkan kadar Hb dalam gr/100 mL darah atau

gr/dl.

Pada praktikan didapatkan jumlah HB 9 g/dl dimana masih dalam kondisi normal

pada rentang 8-12 g/dl. kemudian pada teman sekelompok yaitu bima didapatkan kadar

HB 8 g/dl dimana masih dalam kondisi normal pada rentang 8-12 g/dl. Mayoritas data

kelas mendapatkan hasil normal pada rentang 8-12 g/dl dengan rata rata pada laki-laki 9,98

g/dl dan pada perempuan 10,44 g/dl. Terdapat anggota kelas yang memiliki data diatas

normal seperti hesti 14 g/dl dan aris 13 g/dl. Walaupun diatas normal namun tidak

mempengaruhi tubuh berbeda saat di bawah kondisi normal yang dikategorikan anemia.

Terjadinya hasil yang berbeda mungkin dikarenakan faktor internal atau eksternal setiap

individu.

Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam

diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang

ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan

mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin

ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya

kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam

keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk

mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor

lingkungan.

G. Kesimpulan

Hasil pengukuran pada praktikan didapatkan jumlah HB 9 g/dl dimana masih

dalam kondisi normal pada rentang 8-12 g/dl. Mayoritas data kelas mendapatkan hasil

44

Page 45: laporan praktikum Fisiologi Hewan

normal pada rentang 8-12 g/dl dengan rata rata pada laki-laki 9,98 g/dl dan pada

perempuan 10,44 g/dl

H. Daftar Pustaka

Guyton AC, Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Rachman LY, et al,

editor. Jakarta: EGC Medical Publisher; 2007.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMIPA UNY.

KEGIATAN 7

UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM ABO

A. Tujuan Praktikum:

1. Menentukan golongan darah dengan sistem ABO

B. Dasar Teori

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan

tingkat tinggi) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh

jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai

pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh.

Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh

tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa

metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan

mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga

diedarkan melalui darah.

Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen A, B dan H/O. Golongan

45

Page 46: laporan praktikum Fisiologi Hewan

darah A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta (B). Golongan darah

B jika mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutini alfa (a). Golongan darah AB jika

mempunyai aglutinogen A dan B serta tidak memiliki aglutinin. Golongan darah O jika

tidak mempunyai aglutinogen dan aglutinin.

Aglutinin dalam plasma merupakan gamma globulin seperti halnya dengan antibodi

lainya yang dihasilkan oleh sel-sel sama yang menghasilkan antibodi setiap antigenya.

Antigen A dan B dalam jumlah sedikit maasuk ke dalama tubuh melalui makanan, bakteri,

atau dengan cara lain. Zat ini mengawali pembentukan aglutinin anti A dan aglutinin anti

B. Bayi baru lahir mempunyai aglutinin sedikit, hal ini menunjukan bahwa pembentukan

aglutinin terjadi setelah lahir.

Selain itu, masih terdapat sistem penggolongan darah lainnya yaitu Lewis. Antigen

Lewis yaitu Le-a, Le-P yang terdapat di dalam plasma darah. MN grup berdasarkan

adanya protein glikoporin. Glikoporon A untuk golongan M dan glikoporin B untuk

golongan N. Demikian juga golongan Rh+ dan Rh-.

Golongan darah A, B, AB dan O mempunyai arti sangat penting dalam transfusi

darah kerena adanya interaksi antigen-antibodi dari pemberi darah (donor) dengan

penerima darah (resipien) yang dapat menimbulkan penggumpalan (aglutinasi).

Penggumpalan terjadi bila antigen A bertemu dengan anti-A dan antigen B bertemu

dengan anti-B.

Kedua antigen yang telah diuraikan di atas diwariskan oleh satu seri alel. Alel itu

diberi simbol I (berasal dari kata Isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan

sel eritrosit). Orang yang membentuk antigen-A mempunyai alel IA, yang mampu

membentuk antigen-B mempunyai alel IB, sedangkan yang tidak mampu membentuk

antigen sama sekali mempunyai alel resesif ii.

1. Golongan darah A mempunyai antigen A, alel IA, genotip IAIA atau IAi

2. Golongan darah B mempunyai antigen B, alel IB, genotip IBIB atau IBi

3. Golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, alel IA dan IB, genotip IAIB

4. Golongan darah O tidak mempunyai antigen A dan B, alel i, genotip ii

C. Alat dan Bahan:

1. Blood lancet steril

2. Kapas alcohol

3. Obyek gelas 2 buah

4. Tusuk gigi beberapa batang

46

Page 47: laporan praktikum Fisiologi Hewan

5. Serum anti-A dan serum anti-B

6. Larutan garam fisiologis

D. Cara kerja

1. Menyiapkan obyek gelas dan membersihkannya, kemudian memberi tanda lingkaran

sebanyak 3 buah dengan spidol

2. Meyetrilkan ujung jari manis atau ujung jari tengah dengan kapas alcohol

3. Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar dan

menetesken darah pada masing-masing lingkaran pada kaca obyek.

4. Menguji tetes darah pertama dengan serum anti A, kedua dengan garam fisiologis,

dan yang ketiga dengan serum anti-B kemudan aduk degan tusuk gigi. Kemudian

mengamati pada masing-masing tetes darah pada tiap lingkaran, apakah terjadi

aglutinasi atau tidak, dan menentukan apakah jenis golongan darah naracoba

tersebut.

E. Hasil

No Nama Golongan darah

1. Hesti Lokaningrum B

2. Siska Lipdyaningsih O

3. Roni Ardyantoro B

4. Yuriska Fitri Dyah U. B

5. Asni Nurhayati B

6. Bima Gana Pradana O

7. Insiwi Purwianshari A

8. Nur Tsani Rahmawati O

9. Vella Liani A

10. Diva Aprilia Afifah AB

11. Briliana Suryani K B

12. Jaka Fitriyanta O

13. Tri Widayanti O

14. Nur Khotimah O

15. Ismi Nurhidayah B

16. Wulan Novitasari B

17. Asifatul Madinah AB

47

Page 48: laporan praktikum Fisiologi Hewan

18. Tonny Haryo Wibisono B

19. Desy Normalia A

20. Intan Ayu Pratiwi A

21. Amalia Ala B

22. Hana Widiyanti O

23. Rizky Wulandari O

24. Hervina Surya Kartika B

25. Yuniar Kurnia W. B

26. Endah Ratna Sari O

27. Ulfa Nur Wahyudi B

28. Aris Setiyanto Wibowo O

29. Salma Nadiyah B

30. Afrizal Haris B

31. Irfan Hanis Prasetya B

32. Kartini O

Persentase

Golongan darah A= 4

32X 100 %=12,5 %

Golongan darah B= 1532

X 100 %=46,875 %

Golongan darah AB= 2

32X 100 %=6,25 %

Golongan darah O= 1132

X 100 %=34,375 %

F. Pembahasan

Jika antigen-A bertemu dengan anti-A, demikian juga antigen-B bertemu dengan

anti- B, maka darah akan menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan sel darah

merah. Sehingga dalam melakukan tranfusi darah baik donor maupun resipien harus

diperiksa terlebih dahulu golongan darahnya berdasarkan penggolongan darah ABO.

Proses penggumpalan yaitu sebagai berikut, aglutinin melekatkan dirinya pada darah

karena aglutinin bivalen. Satu aglutinin pada saat yang sama dapat mengikat dua sel

darah merah sehingga menyebabkan sel melekat satu sama lain dan menggumpal.

Pada praktikan saat darah di beri anti B menggumpal sedangkan diberikan anti A

tidak menggumpal sehingga praktikan memiliki golongan darah B dengan gen IB/IB atau

48

Page 49: laporan praktikum Fisiologi Hewan

IB/IO sedangkan teman kelompok yaitu bima saat darah di beri anti B tidak menggumpal

dan diberikan anti A tidak menggumpal sehingga bima memiliki golongan darah O

dengan gen IO/IO.

Dari hasil percobaan diperoleh sebanyak 4 orang atau 12,5% % memiliki

golongan darah A. 15 orang atau 46,875 % memiliki golongan darah B, 11 orang atau

34,375 % memiliki golongan darah O, dan 2 orang atau 6,25 % memiliki golongan darah

AB.

Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetis oleh karena itu salah satu

manfaat tes golongan darah yaitu menentukan hubungan keluarga, dan tranfusi darah.

Dalam trafusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor dengan darah penerima

dalam keadaan normal. Klasifikasi golongan darah tergantung pada ada atau tidaknya

kedua aglutinogen.

G. Kesimpulan

Golongan darah praktikan B

Persentase kelas

Golongan darah A= 4

32X 100 %=12,5 %

Golongan darah B= 1532

X 100 %=46,875 %

Golongan darah AB= 2

32X 100 %=6,25 %

Golongan darah O= 1132

X 100 %=34,375 %

H. Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

49

Page 50: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 7

WAKTU KOAGULASI DARAH

A. Tujuan Praktikum:

Menentukan waktu koagulasi darah

B. Dasar Teori

Salah satu komponen darah yaitu trombosit atau keping-keping darah yang memiliki

peran dalam proses koagulasi darah. Proses koagulasi darah dimaksudkan agar apabila

terjadi kerusakan pembuluh darah, maka tidak terjadi kehilangan darah. Pada kondisi

tertentu seperti hemofilia, dapat terjadi kelainan atau gangguan koagulasi darah sehingga

darah sukar membeku dan akibatnya tubuh dapat kehilangan darah.

Trombosit berasal dari sistem sel di sumsum tulang yang disebut sebagai

megakarosit kemudian berkembang menjadi trombosit. Karakteristik trombosit antara lain

yaitu berukuran kecil, mudah pecah dan berjumlah ± 250.000.

Teori koagulasi darah menurut Morowitz (1904) yaitu pada peristiwa pendarahan,

maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan

tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi

trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benang-

benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak. Protrombin adalah senyawa

globulin yang larut dan dihasilkan di hati dengan bantuan vitamin K, perubahan

protrombin yang belum aktif menjadi trombin yang aktif dapat dipercepat oleh ion kalsium

(Ca). Fibrinogen adalah protein yang larut dalam plasma darah.

Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau

robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi

pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan

melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang

menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan. Pada hemostasis terjadi

vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah

distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama

yaitu :

1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit

akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh trombin

yang terbentuk dalam kaskade peristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh

ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan

50

Page 51: laporan praktikum Fisiologi Hewan

berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan

agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos.

2. Pembentukan jaring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk

sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.

3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.

Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik,

misalnya fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-laindan ekstrinsik darah, misalnya

tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu

lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dan lain-lain. Permukaan kasar, suhu

lingkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan

halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara

itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses

koagulasi.

C. Alat dan Bahan:

1. Blood lancet steril

2. Kapas alcohol

3. Obyek gelas

4. Tusuk gigi / Jarum pentul

5. Stopwatch

D. Cara kerja

1. Mensterilkan kulit ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol, biarkan

sampai mengering

2. Menusuk ujung jari tengah atau jari manis naracoba dengan menggunakan blood

lancet steril sehingga darah keluar.

3. Meneteskan satu tetes darah pada kaca obyek yang telah di persiapkan di atas,

kemudian setiap 30 detik lakukan tusukan dengan menggunakan jarum pentuk/tusuk

gigi pada tetes darah tadi.

4. Mengamati adanya benang-benang fibrin, jika ada mencatat waktunya.

E. Hasil

No Nama Waktu koagulasi

1. Hesti Lokaningrum 30 Detik Ke 9

51

Page 52: laporan praktikum Fisiologi Hewan

2. Siska Lipdyaningsih 30 Detik Ke 11

3. Roni Ardyantoro 30 Detik Ke 2

4. Yuriska Fitri Dyah U. 30 Detik Ke 8

5. Asni Nurhayati 30 Detik Ke 4

6. Bima Gana Pradana 30 Detik Ke 2

7. Insiwi Purwianshari 30 Detik Ke 3

8. Nur Tsani Rahmawati 30 Detik Ke 6

9. Vella Liani 30 Detik Ke 2

10. Diva Aprilia Afifah 30 Detik Ke 2

11. Briliana Suryani K 30 Detik Ke 2

12. Jaka Fitriyanta 30 Detik Ke 1

13. Tri Widayanti 30 Detik Ke 11

14. Nur Khotimah 30 Detik Ke 8

15. Ismi Nurhidayah 30 Detik Ke 10

16. Wulan Novitasari 30 Detik Ke 5

17. Asifatul Madinah 30 Detik Ke 9

18. Tonny Haryo Wibisono 30 Detik Ke 1

19. Desy Normalia 30 Detik Ke 9

20. Intan Ayu Pratiwi 30 Detik Ke 3

21. Amalia Ala 30 Detik Ke 2

22. Hana Widiyanti 30 Detik Ke 5

23. Rizky Wulandari 30 Detik Ke 1

24. Hervina Surya Kartika 30 Detik Ke 1

25. Yuniar Kurnia W. 30 Detik Ke 8

26. Endah Ratna Sari 30 Detik Ke 3

27. Ulfa Nur Wahyudi 30 Detik Ke 4

28. Aris Setiyanto Wibowo 30 Detik Ke 1

29. Salma Nadiyah 30 Detik Ke 4

30. Afrizal Haris 30 Detik Ke 84

31. Irfan Hanis Prasetya 30 Detik Ke 66

32. Kartini 30 Detik Ke 10

F. Pembahasan

52

Page 53: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Praktikum uji koagulasi darah bertujuan untuk menentukan waktu koagulasi darah

dengan sistem “ABO”. Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril

(disposable), kapas, alkohol, object glass, tusuk gigi,. Langkah kerja yang dilakukan

antara lain mensterilkan ujung jari tengan atau jari manis dengan kapas yang telah ditetesi

alkohol, biarkan hingga kering. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet steril

(disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada object glass. Kemudian

mengamati setiap 30 detik hingga diketahui waktu koagulasinya.

Pada praktikan waktu koagulasi 54 detik sehingga masuk dalam 30 detik kedua

sedangkan teman kelompok yaitu bima waktu koagulasi 49 detik sehingga masuk pada

30 detik kedua. Pada data kelas ada berbagai macam variasi dimana ada individu yang

waktu menggumpal lebih dari 30 detik kesepuluh dan ada yang 30 detik pertama.

Perbedaan ini dikarenakan faktor fisiologis individu itu sendiri dan dikarenakan kurang

paham penggumpalan yang dimaksud itu seperti apa.

pada peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan

trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca

mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi

perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang

rusak. Hal tersebut di tandai dengan koagulasi darah.

Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik,

misalnya fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-laindan ekstrinsik darah, misalnya

tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu

lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dan lain-lain. Permukaan kasar, suhu

lingkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan

halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara

itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses

koagulasi.

G. Kesimpulan

Waktu koagulasi darah praktikan 54 detik sehingga masuk dalam 30 detik kedua. modus

waktu koagulasi di kelas Biologi E pada 30 detik kedua

H. Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMIPA UNY.

53

Page 54: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

54

Page 55: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 8

STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI GINJAL

A. Tujuan Praktikum:

Mengamati struktur anatomi makroskopis ginjal mamalia

B. Dasar Teori

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada

kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti

biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis

dexter yang besar.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat

cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian

dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla

55

Page 56: laporan praktikum Fisiologi Hewan

berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks

yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya

pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong

yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis

majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis

minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional

ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :

Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

Fungsi ginjal adalah

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,

b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,

c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

C. Alat dan Bahan:

1. Bak parafin

2. Scalpel

3. Pinset

4. Klem

5. Penusuk

6. Gunting

7. Ginjal kambing

D. Cara kerja

1. Mengamati struktur ginjal bagian luar dengan seksama, kemudian membelah ginjal

dan mengamati bagian-bagian ginjal sebagai berikut:

- Arteri renalis

- Vena renalis

- Ureter

- Pelvis renalis

56

Page 57: laporan praktikum Fisiologi Hewan

- Kapsula ginjal

- Calyx mayor

- Caylix minor

- Papilia renalis

- Piramida renalis

- Koreks

- medulla

E. Hasil

F. Pembahasan

Tujuan dari praktikum ini yaitu mengamati struktur morfologi dan anatomi ginjal.

Alat dan bahan yaitu ginjal, Bak paraffin, Scalpel, Pinset, Klem, Penusuk, Gunting.

Praktikum ini dilakukan dengan langkah Mengamati struktur ginjal bagian luar dengan

seksama, kemudian membelah ginjal dan mengamati bagian-bagian ginja.

57

Page 58: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Pada pengamatan tampak ginjal berwarna coklat pada lapisan luar, putih pada

pelvis renalis dan merah pada bagian dalam. Pada pengamatan praktikan dapat

mengidentifikasi piramida renalis, pelvis renalis, korteks renalis, calyx minor, calyx

mayor, medula renalis, Ginjal menyerupai biji kacang panjang, dengan ukuran

panjangnya 6-7 cm, lebar 3-4 ½ cm, dan tebal 1 ½ cm. biasanya ginjal bagian kiri lebih

besar dari pada bagian kanan.

Bila dibuat irisan kolonal pada ginjal, Nampak ada dua macam subtansi yang

menyusun bagian interiornya, yaitu cortex renalis, dan satu bagian dalam medulla renalis.

Medulla renalis dipisahkan menjadi 12 atau lebih pyramid renalis. Dasar pramid

menghadap kortex, dan ujungnya atau paipi liae renalis menghadap ke pusat ginjal.

Pyramid-piramid mempunyai garis-garis yang Nampak kotras dengan tkstur halus

subtansi kortikalnya. Koreks meanjut kea rah dalam di antara setiap dua piramida, yang

membentuk coluna renalis.

G. Kesimpulan

Pada pengamatan praktikan dapat mengidentifikasi piramida renalis, pelvis renalis,

korteks renalis, calyx minor, calyx mayor, medula renalis

H. Daftar Pustaka

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMIPA UNY.

Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

58

Page 59: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 8

PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN DAN PH URINE

A. Tujuan Praktikum:

Mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urine.

B. Dasar Teori

Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem

tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap ketidak seimbangan

cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sistem

ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai kemiripan fungsional.

Secara umum, sistem eksresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi

cairan tubuh dan penyulingan (reabsopsi) larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu.

Proses ekskresi melalui ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme

dan menjaga agar jumlah air dan ion yang masuk seimbang dengan yang keluar. Kondisi

ini penting agar suasana malieu interieur tetap sesuai untuk kelangsungan proses fisiologis

di dalam sel atau yang disebut homeotasis (steady internal state). Ekskresi oleh ginjal

memiliki peranan :

1. Memelihara keseimbangan air.

2. Memelihara keseimbangan elektrolit Na+, K+, Mg2+, Cl- dan Ca2+. Ion Na+, Cl- dan

HCO3" merupakan ion ekstraseluler, sedangkan K+ dan Mg2+ merupakan ion intraseluler.

3. Memelihara pH darah.

4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh, seperti :

59

Page 60: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Urea (CO(NH)2) berasal dari katabolisme asam amino pada proses

glukoneogenesis menjadi senyawa bukan nitrogen dan senyawa nitrogen.

Senyawa nitrogen kemudian diubah menjadi amonia (bersifat toksik) oleh

enzim deaminase. Selanjutnya di sel hati, amonia melalui siklus ornitin akan

dikombinasikan dengan karbondioksida menjadi urea (tidak bersifat toksik)

dan kemudian dikeluarkan lewat ginjal.

Asam urat berasal dari nitrogen asam nukleat purine dan pirimidin.

Kelebihan asam urat akan ditimbun pada persendian dan dapat menimbulkan

nyeri sendi (gout).

Kreatinin berasal dari kreatin fosfat (sumber energi) yang banyak terdapat

dalam otot. Pemecahan kreatin akan menghasilkan kreatinin, terutama

ditemukan pada kondisi puasa. Normal pH urine sedikit asam yaitu sekitar

4,5 - 7,5. Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam

dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Seorang vegetarian urinennya

sedikit alkaliSifat fisis air kemih, terdiri dari:

1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)

cairan dan faktor lainnya.

2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.

4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

5. Berat jenis 1,015-1,020.

6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet

(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:

1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan

kreatinin.

3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).

5. Toksin.

6. Hormon.

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi

melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

60

Page 61: laporan praktikum Fisiologi Hewan

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya

meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-

230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.

2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan

kandung kemih.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar

pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf

simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot

detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls

menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi

MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

.Ciri-Ciri Urin Normal

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan

yang masuk.

2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.

3. Baunya tajam.

4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

C. Alat dan Bahan:

1. Gelas Beker

2. Urine naracoba

3. pH stik

D. Cara kerja

1. Menyiapkan urine naracoba.

2. Mengamati dan mencatat warna serta kejernihan urin tersebut.

3. Melakukan pengujian dengan pH stik dan mencatatnya.

E. Hasil

No. Nama Indikatorwarna kejernihan pH

1. Hesti Lokaningrum Kuning muda Jernih 62. Siska Lipdyaningsih Kuning muda Jernih 63. Yuriska Fitri Kuning tua jernih 74. Tri Widayanti Kuning muda jernih 65. Nur Khotimah Kuning muda jernih 6

61

Page 62: laporan praktikum Fisiologi Hewan

6. Ismi Nurhidayah Kuning muda jernih 67. Asni Nurhayati Kuning pekat jernih 78. Insiwi Purwianshari Kuning jernih 79. Nur Tsani R Kuning pekat Agak keruh 710. Vella Liyani Kuning(+) +++ 611. Diva Aprilia Kuning (+++) ++ 512. Briliana Suryani K Kuning (+++) + 613. Wulan N Kuning muda jernih 5,714. Asifatul M Kuning muda Jernih 615. Desy N Kuning tua Agak jernih 5,316. Intan ayu P Kuning muda Jernih 717. Amalia A’la Kuning muda Jernih 718. Hana Widiyanti Kuning muda Jernih 719. Rizky Wulandari Kuning muda Agak keruh 720. Hervina Surya Kuning muda Agak keruh 721. Endah Ratna Kuning muda jernih 622. Yuniar Kurnia Kuning muda jernih 623. Hanikartini Hanafi Kuning muda jernih 624. Ulfa Nur Wahyudi Kuning jernih 625. Salma Nadiyah kuning jernih 626. Tonny Haryo W Kuning keruh Agak keruh 727. Bima Gana Pradana Kuning muda jernih 728. Roni Ardyantoro Kuning muda jernih 629. Afrizal Haris kuning Jernih 630. Aris Setiyanto Kuning jernih Jernih 731. Irfan Hanis Kuning jernih Jernih 732. Jaka Fitriyanta Kuning jernih jernih 7

Warna kuning keruh/pekat/tua = 5/32= 15,625%

Warna kuning muda/kuning = 27/32= 84,375%

pH sekitar 5 = 3/32 X 100% = 9,375%

pH 6 = 15/32 X 100% =46,875%

pH 7 = 14/32 X 100% =43,75%

F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengamati warna, kejernihan dan derajat

keasaman (pH) urine. Alat dan bahan yang digunakan antara lain tabung reaksi, sampel

urine dan pH stick. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain untuk menentukan warna

urine, memasukkan ± 10 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian mengamati dengan

cara menerawang tabung yang berisi urine tersebut selanjutnya menyatakan warna urine

tersebut dalam tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning kemerahan, merah,

coklat kehijauan dan putih seperti susu. Untuk menentukan kejernihan urine sama dengan

saat pemeriksaan warna urine namun dinyatakan dalam jernih, agak keruh, keruh dan

62

Page 63: laporan praktikum Fisiologi Hewan

sangat keruh. Untuk menentukan pH urine dilakukan dengan mencelupkan pH stick

kemudian mencocokkan dengan gambar yang ada pada kotak pH stick. 

Pada praktikan urine berwarna kuning muda dan jernih serta pH 6 yang sedikit

asam jika di impretasikan dikatakan tidak dehidrasi dan kesehatan organ dalam dalam

kondisi baik. Sedangkan teman satu kelompok yaitu bima urine berwarna kuning muda

dan jernih serta pH 7 yang netral jika di impretasikan dikatakan tidak dehidrasi dan

kesehatan organ dalam dalam kondisi baik.

Hasil yang diperoleh yaitu untuk pemeriksaan warna urine dari 32 orang,

diketahui bahwa 84,375 % memiliki urine yang berwarna kuning sehingga kemungkinan

kondisi kesehatan organ dalam satu kelas baik dan 15,625 % memiliki urine yang

berwarna kuning keruh/pekat/tua sehingga masih masuk dalam kondisi kesehatan organ

dalam baik. Untuk pemeriksaan kejernihan urine, hasil yang diperoleh yaitu bahwa

84,375 % memiliki urine yang berwarna jernih sehingga bisa dikatakan tidak dehidrasi

dan 15,625 % memiliki urine yang berwarna kuning keruh sehingga sedikit dehidrasi dan

perlu minum. Sedangkan hasil pemeriksaan pH urine diketahui bahwa untuk pH dengan

rentang 5-5,99 sebesar 9,375 %, pH 6 sebesar 46,875 % dan pH 7 sebesar 43,75%. Dari

hasil diatas dapat diketahui bahwa urine yang dijadikan sampel dikategorikan normal dan

tidak dalam keadaan terganggu.

G. Kesimpulan

Hasil pengamatan praktikan urine berwarna kuning muda dan jernih serta pH 6

yang sedikit asam jika di impretasikan dikatakan tidak dehidrasi dan kesehatan organ

dalam dalam kondisi baik.

H. Daftar Pustaka

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMTPA UNY

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi UntukParamedis. Jakarta: PT Gramedia.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press.

63

Page 64: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 9

PEMERIKSAAN PROTEIN URIN

A. Tujuan Praktikum:

Melakukan pemeriksaan adanya kandungan protein dalam urine

B. Dasar Teori

Proses pembentukan urine meliputi filtrasi gromeruler, reabsopsi tubuler dan sekresi

tubuler.

1. Filtrasi Glomeruler

Glomerulus berfungsi sebagai saringan darah (filtrasi darah). Filtrasi merupakan

perpindahan cairan dari glomerulus ke tubulus melewati membran filtrasi yang terdiri

atas 3 lapisan yaitu sel endothel glomerulus, membrana basalis dan epitel kapsula

Bowman. Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara kapiler glomerulus

dengan tubulus, tekanan glomerulus 70 mmHg, tekanan tubuler 25 mmHg, jadi tekanan

dorong sekitar 45 mmHg yang menyebabkan terjadinya filtrasi glomeruler.

Membran filtrasi bersifat semipermeabel artinya hanya zat-zat tertentu saja yang

dapat melaluinya, misalnya air dan glukosa. Filtrasi menghasilkan ultrfiltrat (cairan

glomerulus) yang mengandung air, garam anorganik, glukosa, asam amino, urea, asam

urat, dan kreatin. Faktor Negatif faktor yang mempengaruhi kecepatan filtrasi antara

lain :

• Tekanan hidrostatik glomerulus

• Tekanan hidrostatik kapsula Bowman

• Tekanan osmotik protein plasma

Peningkatan permeabilitas membran

filtrasi

• Penurunan luas membran filtrasi

2. Reabsopsi Tubuler

Merupakan perpindahan cairan dari tubulus renalis ke kapiler peritubuler. Proses

reabsopsi bersifat selektif tergantung kebutuhan tubuh pada senyawa yang terdapat

dalam ultrafiltrat. Glukosa direabsopsi secara sempurna pada kondisi normal, kecuali

pada kondisi diabetes mellitus sehingga kemampuan reabsopsi glukosa melampaui

ambang batas maksimal sehingga glukosa dijumpai dalam urine. Proses reabsopsi air

pada TCP secara osmosis, sedangkan di TCD secara fakultatif artinya tergantung

kebutuhan. Dari sekitar 120 mL/menit air yang difiltrasi sekitar 119 mL/menit

64

Page 65: laporan praktikum Fisiologi Hewan

direabsopsi lagi, jadi hanya 1 mL/menit atau 1.500 mL/hari.

Reabsopsi air di TCD dipengaruhi oleh ADH (antidiuretic hormone) yang

berpengaruh menghambat reabsopsi air sehingga jumlah urine menjadi lebih banyak

(diabetes insipidus). Pada TCP terjadi proses reabsopsi NaCl dengan cara transpor aktif.

Reabsopsi garamNegatifgaram berperan mempertahankan keimbangan elektrolit.

Reabsopsi glukosa, ion Na dan ion Cl dilakukan dengan cara transpor aktif dan pasif.

Material seperti glukosa, sodium, dan kalsium disebut high treshold sebab direabsopsi

secara sempurna, sedangkan material seperti urea dan asam urat disebut low

tresholdkarena direabsopsi kurang sempurna.

3. Sekresi Tubuler

Sekresi subtansi ke tubulus dilakukan secara transpor aktif. Kelebihan asam atau

basa akan dikurangi dengan sekresi tubuler. Obat-obatan seperti penisilinn disamping

difiltrasi juga disekresikan.

Zat-zat abnormal yang ditemukan dalam urine dan merupakan indikator adanya

kelainan fungsi ginjal yaitu :

a. Glukosa (diabetes mellitus).

b. Benda keton (ketosis).

c. Albumin (nephritis).

d. Sel darah merah (nephritis).

e. Urine pada kondisi tertentu juga mengandung senyawa-senyawa lain misalnya obat,

hormon (hCG) dan lain-lain.

4. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di

tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air,

1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang

berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil

pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak

berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna

empedu, dan asam urat

Aldosteron dihasilkan oleh korteks kelenjar adrenal berfungsi menstimuli

reabsopsi ion sedium dan ion klorid oleh tubulus ginjal dan eliminasi (pengeluaran) ion

potasium. Renin yang dihasilkan oleh sel arteriol ginjal sebagai akibat turunnya intake

(pemasukan) ion sedium, akan mengubah angiotensinogen (dihasilkan oleh sel hepar)

65

Page 66: laporan praktikum Fisiologi Hewan

menjadi angiotensin yang berperan merangsang sekresi aldosteron, yang kemudian

meningkatkan reabsopsi sodium. Air 80% direabsopsi secara osmosis terjadi didalam

TCD dan TC yang dikontrol oleh ADH dari pituitaria posterior.

Kadar glukosa darah merupakan salah satu indikator parameter fungsi fisiologis

hewan maupun manusia yang jumlahnya pada kondisi normal berkisar antara 70

mg/dL. Pada kondisi tertentu jumlah glukosa darah mengalami peningkatan sehingga

dalam urine ditemukan glukosa karena telah melebihi ambang batas (treshold). Adanya

glukosa dalam urine dapat diketahui dengan uji Fehling. Prinsip uji Fehling adalah sifat

mereduksi glukosa terhadap kuprioksida (CuSO4) sehingga terbentuk endapan

berwarna merah bata (merah kekuningan). Hal itu menunjukkan bahwa seseorang

mengalami gangguan pemeliharaan homeostasis kadar glukosa darah.

C. Alat dan Bahan:

1. Urine naracoba

2. Tabung reaksi

3. Pipet posteur urine pembanding

4. Reagent Robert.

5. Asam sulfosalisilat

6. Gelas Beker

D. Cara kerja

Uji Robert

1. Memasukan urine naracoba 2 ml ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan

ragent Robert 2 ml dengan menggunakan pipet ke dalam tabung melewati dinding

tabung secara perlahan-lahan

2. Gunakan latar belakang hitam kemudian mengamati apa yang terjadi dan

dibandingkan dengan urine probindus

3. Jika trdapa cincin putih pada batas urin dan reagent maka reaksi positif, artinya

dalam urine terdapat protein

Uji sulfosalisilat

1. Memasukkan 3 mL urine ke dalam tabung reaksi.

66

Page 67: laporan praktikum Fisiologi Hewan

2. Meneteskan 3-5 tetes asam sulfosalisilat 20% ke dalam tabung reaksi yang berisi

urine.

3. Mengamati apakan terjadi kekeruhan pada larutaan di dalam tabung reaksi.

E. Hasil

Nama Uji ProteinUji Glukosa

Uji Robert Uji Asam Sulfosalisilat Uji FehlingHesti Lokaningrum Negaif Negatif NegatifSiska Lipdyaningsih Negaif Negatif NegatifAsni Nurhayati Negaif Negatif NegatifInsiwi Purwianshari Negaif Positif NegatifNur Tsani R Negaif Negatif NegatifVella Liani Negaif Negatif NegatifDiva Aprilia Negaif Negatif NegatifBriliana Suryani K Negaif Negatif NegatifJaka Fitriyanta Negaif Negatif NegatifYuriska Fitri D U Negaif Negatif NegatifTri Widayanti Negatif Negatif NegatifNur Khotimah Negatif Negatif NegatifIsmi Nur Hidayah Negatif Negatif NegatifWulan Novitasari Negatif Negatif NegatifAsifatul Madinah Negatif Negatif NegatifDesy Normalia Negatif Negatif NegatifAmalia A'la Negatif Negatif NegatifHana Widiyanti Negatif Negatif NegatifIntan Ayu Pratiwi Negatif Negatif NegatifEndah Ratnasari Negatif Negatif NegatifYuniar Kurnia W Negatif Negatif NegatifHani Kartini Negatif Negatif NegatifUlfa Nur Wahyudi Negatif Negatif NegatifSalma Nadiyah Negatif Negatif NegatifAfrizal Haris Negatif Negatif NegatifIrfan Hanis P Negatif Negatif NegatifRizky Wulandari Negatif Negatif NegatifHervina Surya K Negatif Negatif NegatifRoni Ardiyantoro Negatif Negatif NegatifBima Gana Pradana Negatif Negatif NegatifAris Setiyanto Negatif Negatif NegatifTonny Haryo Negatif Negatif Negatif

F. Pembahasan

67

Page 68: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan adanya kandungan protein

dalam urine. Alat dan bahan yang digunakan yaitu sample urine, tabung reaksi, reagen

Robert, pipet pasteur, asam sulfosalisilat, dan rak tabung reaksi. Sedangkan prosedur

yang dilakukan antara lain, untuk uji Robert yaitu memasukkan 2 mL urine ke dalam

tabung reaksi kemudian menambahkan 2 mL reagen Robert dengan pipet melewati

dinding tabung secara perlahan kemudian engamati dengan menerawang apakah

terbentuk cincin putih pada batas antara urine dengan reagen Robert. Untuk uji

sulfosalisilat yaitu memasukkan 3 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian

meneteskan 3-5 tetes asam sulfosalisilat 20% ke dalam tabung reaksi yang berisi urine

selanjutnya mengamati apakan terjadi kekeruhan pada larutaan di dalam tabung reaksi.

Hasil praktikan dan teman kelompok yaitu bima sama-sama negatif adanya

protein jika di uji dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat . Sehingga dapat

disimpulkan bahwa urine dari praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula

bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.

Pada data kelas hasil semua praktikan hampir semua negatif adanya protein jika

di uji dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat. Hanya pada insiwi pada uji asam

sulfosalisat menunjukkan hasil yang positif sehingga terindikasi adanya protein dari urin.

Sehingga dapat disimpulkan secara umum kelas biologi E urine adalah normal. Sehingga

disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan

fungsinya.

G. Kesimpulan

Pemeriksaan adanya kandungan protein bernilai negatif adanya protein jika di uji dengan

uji robert dan uji asam sulfosalisilat . Sehingga dapat disimpulkan bahwa urine dari

praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam

pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.

Pada data kelas hampir semua individu di Periksa kandungan protein bernilai negatif

adanya protein jika di uji dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat . Sehingga dapat

disimpulkan bahwa urine dari praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula

bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.

H. Daftar Pustaka

68

Page 69: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMTPA UNY

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi UntukParamedis. Jakarta: PT Gramedia.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press.

69

Page 70: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 9

PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN

A. Tujuan Praktikum:

Melakukan pemeriksaan adanya kandungan glukosa dalam urine

B. Dasar Teori

Proses pembentukan urine meliputi filtrasi gromeruler, reabsopsi tubuler dan sekresi

tubuler.

5. Filtrasi Glomeruler

Glomerulus berfungsi sebagai saringan darah (filtrasi darah). Filtrasi merupakan

perpindahan cairan dari glomerulus ke tubulus melewati membran filtrasi yang terdiri

atas 3 lapisan yaitu sel endothel glomerulus, membrana basalis dan epitel kapsula

Bowman. Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara kapiler glomerulus

dengan tubulus, tekanan glomerulus 70 mmHg, tekanan tubuler 25 mmHg, jadi tekanan

dorong sekitar 45 mmHg yang menyebabkan terjadinya filtrasi glomeruler.

Membran filtrasi bersifat semipermeabel artinya hanya zat-zat tertentu saja yang

dapat melaluinya, misalnya air dan glukosa. Filtrasi menghasilkan ultrfiltrat (cairan

glomerulus) yang mengandung air, garam anorganik, glukosa, asam amino, urea, asam

urat, dan kreatin. FaktorNegatiffaktor yang mempengaruhi kecepatan filtrasi antara

lain :

• Tekanan hidrostatik glomerulus

• Tekanan hidrostatik kapsula Bowman

• Tekanan osmotik protein plasma

Peningkatan permeabilitas membran

filtrasi

• Penurunan luas membran filtrasi

6. Reabsopsi Tubuler

Merupakan perpindahan cairan dari tubulus renalis ke kapiler peritubuler. Proses

reabsopsi bersifat selektif tergantung kebutuhan tubuh pada senyawa yang terdapat

dalam ultrafiltrat. Glukosa direabsopsi secara sempurna pada kondisi normal, kecuali

pada kondisi diabetes mellitus sehingga kemampuan reabsopsi glukosa melampaui

ambang batas maksimal sehingga glukosa dijumpai dalam urine. Proses reabsopsi air

pada TCP secara osmosis, sedangkan di TCD secara fakultatif artinya tergantung

kebutuhan. Dari sekitar 120 mL/menit air yang difiltrasi sekitar 119 mL/menit

70

Page 71: laporan praktikum Fisiologi Hewan

direabsopsi lagi, jadi hanya 1 mL/menit atau 1.500 mL/hari.

Reabsopsi air di TCD dipengaruhi oleh ADH (antidiuretic hormone) yang

berpengaruh menghambat reabsopsi air sehingga jumlah urine menjadi lebih banyak

(diabetes insipidus). Pada TCP terjadi proses reabsopsi NaCl dengan cara transpor aktif.

Reabsopsi garamNegatifgaram berperan mempertahankan keimbangan elektrolit.

Reabsopsi glukosa, ion Na dan ion Cl dilakukan dengan cara transpor aktif dan pasif.

Material seperti glukosa, sodium, dan kalsium disebut high treshold sebab direabsopsi

secara sempurna, sedangkan material seperti urea dan asam urat disebut low

tresholdkarena direabsopsi kurang sempurna.

7. Sekresi Tubuler

Sekresi subtansi ke tubulus dilakukan secara transpor aktif. Kelebihan asam atau

basa akan dikurangi dengan sekresi tubuler. Obat-obatan seperti penisilinn disamping

difiltrasi juga disekresikan.

Zat-zat abnormal yang ditemukan dalam urine dan merupakan indikator adanya

kelainan fungsi ginjal yaitu :

f. Glukosa (diabetes mellitus).

g. Benda keton (ketosis).

h. Albumin (nephritis).

i. Sel darah merah (nephritis).

j. Urine pada kondisi tertentu juga mengandung senyawa-senyawa lain misalnya obat,

hormon (hCG) dan lain-lain.

8. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di

tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air,

1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang

berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil

pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak

berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna

empedu, dan asam urat

Aldosteron dihasilkan oleh korteks kelenjar adrenal berfungsi menstimuli

reabsopsi ion sedium dan ion klorid oleh tubulus ginjal dan eliminasi (pengeluaran) ion

potasium. Renin yang dihasilkan oleh sel arteriol ginjal sebagai akibat turunnya intake

(pemasukan) ion sedium, akan mengubah angiotensinogen (dihasilkan oleh sel hepar)

71

Page 72: laporan praktikum Fisiologi Hewan

menjadi angiotensin yang berperan merangsang sekresi aldosteron, yang kemudian

meningkatkan reabsopsi sodium. Air 80% direabsopsi secara osmosis terjadi didalam

TCD dan TC yang dikontrol oleh ADH dari pituitaria posterior.

Kadar glukosa darah merupakan salah satu indikator parameter fungsi fisiologis

hewan maupun manusia yang jumlahnya pada kondisi normal berkisar antara 70

mg/dL. Pada kondisi tertentu jumlah glukosa darah mengalami peningkatan sehingga

dalam urine ditemukan glukosa karena telah melebihi ambang batas (treshold). Adanya

glukosa dalam urine dapat diketahui dengan uji Fehling. Prinsip uji Fehling adalah sifat

mereduksi glukosa terhadap kuprioksida (CuSO4) sehingga terbentuk endapan

berwarna merah bata (merah kekuningan). Hal itu menunjukkan bahwa seseorang

mengalami gangguan pemeliharaan homeostasis kadar glukosa darah.

C. Alat dan Bahan:

1. Gelas beker

2. Tabung reaksi 2 bua

3. Lampu spirtus

4. Penjepit tabung reaksi

5. Rak tabung reaksi

6. Reagent fehling

D. Cara kerja

1. Mempersiapkan reagen fehling

2. Memasukan ke dalam tabung reaksi urine 2,5 ml kemudian tambahkan dengan

fehling 2,5 ml

3. Menggunakan penjepit tabung dan memanaskan tabung reaksi di atas api lampu

spiertus sampai mendidih

4. Jika terjadi endapan merah bata, atau warna larutan berubah menjadi kuning

kemerahan, maka reaksi positif berarti dalam urin erdapat glukosa.

E. Hasil

Nama Uji ProteinUji Glukosa

Uji Robert Uji Asam Sulfosalisilat Uji Fehling

72

Page 73: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Hesti Lokaningrum Negaif Negatif NegatifSiska Lipdyaningsih Negaif Negatif NegatifAsni Nurhayati Negaif Negatif NegatifInsiwi Purwianshari Negaif Positif NegatifNur Tsani R Negaif Negatif NegatifVella Liani Negaif Negatif NegatifDiva Aprilia Negaif Negatif NegatifBriliana Suryani K Negaif Negatif NegatifJaka Fitriyanta Negaif Negatif NegatifYuriska Fitri D U Negaif Negatif NegatifTri Widayanti Negatif Negatif NegatifNur Khotimah Negatif Negatif NegatifIsmi Nur Hidayah Negatif Negatif NegatifWulan Novitasari Negatif Negatif NegatifAsifatul Madinah Negatif Negatif NegatifDesy Normalia Negatif Negatif NegatifAmalia A'la Negatif Negatif NegatifHana Widiyanti Negatif Negatif NegatifIntan Ayu Pratiwi Negatif Negatif NegatifEndah Ratnasari Negatif Negatif NegatifYuniar Kurnia W Negatif Negatif NegatifHani Kartini Negatif Negatif NegatifUlfa Nur Wahyudi Negatif Negatif NegatifSalma Nadiyah Negatif Negatif NegatifAfrizal Haris Negatif Negatif NegatifIrfan Hanis P Negatif Negatif NegatifRizky Wulandari Negatif Negatif NegatifHervina Surya K Negatif Negatif NegatifRoni Ardiyantoro Negatif Negatif NegatifBima Gana Pradana Negatif Negatif NegatifAris Setiyanto Negatif Negatif NegatifTonny Haryo Negatif Negatif Negatif

F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan adanya glukosa dalam

urine. Alat dan bahan yang digunakan yaitu sample urine, tabung reaksi, reagen Fehling,

pipet pasteur, lampu spiritus, penjepit tabung reaksi, dan rak tabung reaksi. Sedangkan

prosedur yang dilakukan antara lain, Untuk uji Fehling yaitu memasukkan 2 mL urine ke

dalam tabung reaksi kemudian menanbahkan 2 mL reagen Fehling kemudian emanaskan

tabung reaksi dengan lampu spiritus hingga mendidih, selanjutnya mengamati apakah

terbentuk endapan merah bata/latutan berwarna merah kekuningan.

73

Page 74: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Setelah melakukan uji diatas, baik urin praktikan maupun urin teman satu

kelompok yaitu bima diketahui bahwa hasilnya adalah negatif adanya glukosa. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa urine kami adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa

kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.

Pada data kelas hasil semua praktikan negatif adanya glukosa jika di uji dengan

uji fehling.. Sehingga dapat disimpulkan seluruh individu kelas biologi E urine adalah

normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan

sesuai dengan fungsinya.

G. Kesimpulan

Pemeriksaan adanya kandungan protein bernilai negatif adanya glukosa jika di uji dengan

uji fehling. Sehingga dapat disimpulkan bahwa urine dari praktikan adalah normal.

Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai

dengan fungsinya.

Pada data kelas semua individu di Periksa kandungan protein bernilai negatif adanya

glukosa jika di uji dengan uji fehling. Sehingga dapat disimpulkan bahwa urine dari

praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam

pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.

H. Daftar Pustaka

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMTPA UNY

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi UntukParamedis. Jakarta: PT Gramedia.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press.

I.

74

Page 75: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 10

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH

A. Tujuan Praktikum:

Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan mengamati pengaruh suhu

lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.

B. Dasar Teori

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-

suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.

Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.

Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan

berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah

hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.

Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau

diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi,

konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik,

tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi

merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan

lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi

kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas

melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan

perbedaan suhu.

Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi

kehilangan panas karena evaporasi. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap

perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan

meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di

dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah

madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil

metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh yaitu

hipothalamus agar suhu tubuh tetap pada kondisi optimal. Pengaturan suhu tubuh

(thermoregulasi) bertujuan agar panas yang dihasilkan dari berbagai proses metabolisme

dan yang diperoleh dari lingkungan sekitar harus seimbang dengan banyaknya panas yang

dikeluarkan oleh tubuh.

75

Page 76: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Proses regulasi atau pengaturan panas tubuh yang paling banyak berperan adalah sel-

sel saraf hipothalamus yang peka terhadap perubahan suhu tubuh terutama suhu darah.

Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu

tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan

aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit

mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap

dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan pusat

pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan

menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka pengeluaran panas

ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat.

Mekanisme regulasi panas tersebut berlangsung secara cepat karena melibatkan

sistem saraf dan hormon sehingga disebut neuro-endokrin. Regulasi panas tubuh

menggunakan sistem feedback (umpan balik negatif) artinya apabila panas tubuh melebihi

suhu optimal, maka hipothalamus akan berusaha menurunkan ke suhu optimal dan

sebaliknya.

Suhu tubuh manusia diatur oleh sistem thermostat di dalam otak yang membantu

suhu tubuh yang konstan antara 36,5oC dan 37,5oC. Suhu tubuh normal manusia akan

bervariasi dalam sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah

dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang diambil

dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda. Pemeriksaan

suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat

dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa

tempat yaitu ketiak, mulut, dan anus. Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut)

normal sekitar 37oC, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36,5oC sedang di rectum

(anus) sekitar 37,5oC

Makanan yang masuk ke dalam tubuh memengaruhi proses metabolisme sel tubuh.

Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk tergolong merangsang.

Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi. Jika proses metabolisme sel tubuh

berlangsung cepat, suhu tubuh meningkat. Sitokin (salah satu protein) pun terpicu muncul.

Salah satu bahan yang tergolong sitokin adalah kalikrein. Bahan itu berpengaruh terhadap

pelebaran pembuluh darah yang menuju kelenjar keringat di kulit. Dampaknya, keringat

pun mengucur keluar. Keringat merupakan mekanisme tubuh untuk mendinginkan diri.

Ketika kita melepaskan cairan melalui pori-pori tubuh, maka cairan itu akan menguap.

76

Page 77: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Keseluruhan proses itu menurunkan suhu tubuh.

Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi

empat yaitu :

1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C

3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C

4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

C. Alat dan Bahan:

1. Katak

2. Praktikan/manusia

3. Termometer batang

4. Air dingin

5. Air hangat

6. Pengukur waktu

D. Cara kerja

1. Meletakkan termometer tersebut ke dalam mulut katak selama kurang lebih 5 menit,

kemudian mengamati skalanya dan mencatat suhunya.

2. Setelah itu memasukkan katak ke dalam tabung Erlenmeyer 1 Liter yang telah diisi

air dingin ¾ volumenya, juga mengamati perubahan suhu setelah selama lima menit

di rendam

3. Mengulangi dengan cara sama tetapi air dingin diganti dengan air hangat, mengamati

dan mencatat suhunya.

4. Membandingkan adanya perbedaan suhu katak sebelum dan sesudah perlakuan.

E. Hasil

manusia

No nama Suhu biasa Suhu dingin Suhu panas1 wida 35,8°C (perlakuan 310C) 35°C (perlakuan 100C) 36,5°C (perlakuan 420C)2 Nur 36,7°C (perlakuan 310C) 36,9°C (perlakuan 100C) 36,9°C (perlakuan 420C)3 Ismi 36,3°C (perlakuan 310C) 36,3°C (perlakuan 100C) 36,4°C (perlakuan 420C)4 Asni 36,5°C 36,6°C (perlakuan 40C) 36,6°C (perlakuan 500C)5 Insiwi 36,7°C 36,7°C (perlakuan 40C) 36,7°C (perlakuan 500C)6 Tsani 36,3°C 36,9°C (perlakuan 40C) 36,9°C (perlakuan 500C)7 Rizky 36,3°C 37°C 37°C8 Vina 36,4°C 37,1°C 37,1°C9 Intan 37,3°C 36,7°C 37,3°C10 Amalia 37°C 36,7°C 36,8°C

77

Page 78: laporan praktikum Fisiologi Hewan

11 Hana 36,9°C 36,5°C 36,8°C12 Syifa 36,2°C 36,1°C 36,5°C13 Desy 36,2°C 36,1°C 36,4°C14 Wulan 36,6°C 36,1°C 36,9°C15 bima 34°C (perlakuan 300C) 33°C (perlakuan 60C) 35°C (perlakuan 450C)16 Diva 36,6°C 35,8°C 36,9°C17 Vella 36,4°C 36,1°C 36,4°C18 Brill 37,1°C 36,9°C 37,0°C19 Endah 37°C 36,70C (perlakuan es batu) 370C (perlakuan 420C)20 Yuniar 36,3°C 36,30C (perlakuan es batu) 36,30C (perlakuan 42 0C)21 Salma 36,2°C 36,60C (perlakuan es batu) 36,20C (perlakuan 42 0C)22 Ulfa 36,8°C 36,80C (perlakuan es batu) 36,70C (perlakuan 42 0C)23 Roni 36,3°C 36,40C (perlakuan es batu) 36,30C (perlakuan 42 0C)24 Hesti 36,40C 36,90C (perlakuan 40C) 36,10C (perlakuan 500C)25 Siska 36,20C 36,80C (perlakuan 40C) 360C (perlakuan 500C)26 Yuriska 36,30C 36,90C (perlakuan 40C) 360C (perlakuan 500C)27 tonny 350C 370C (perlakuan 40C) 30,60C (perlakuan 500C)28 afrizal 370C 36,50C 3,80C 29 kartini 35,50C 350C 36,90C 30 irfan 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)31 jaka 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)32 aris 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)

Kodok

No nama Suhu biasa Suhu dingin Suhu panas1 wida

32°C (perlakuan 310C) 27°C (perlakuan 100C) 34°C (perlakuan 420C)2 Nur 3 Ismi4 Asni

26°C 17°C (perlakuan 40C) 36°C (perlakuan 500C)5 Insiwi6 Tsani7 Rizky

28°C 32,4°C 36,9°C8 Vina9 Intan

29°C 16°C 35°C10 Amalia11 Hana12 Syifa

34,9°C (perlakuan 350C) 35,3°C (perlakuan 180C) 39,5°C (perlakuan 370C)13 Desy14 Wulan15 bima 29°C (perlakuan 300C) 10°C (perlakuan 80C) 40°C (perlakuan 350C)16 Diva

31°C 29°C 33°C17 Vella18 Brill19 Endah

36,8°C 230C (perlakuan 150C) 360C (perlakuan 430C)20 Yuniar21 Salma22 Ulfa23 Roni

78

Page 79: laporan praktikum Fisiologi Hewan

24 Hesti

28,70C 31,50C (perlakuan 40C) 35,80C (perlakuan 500C)25 Siska26 Yuriska27 tonny28 afrizal

300C 200C 360C 29 kartini30 irfan 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)31 jaka 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)32 aris 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C)

F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan

mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh. Alat dan bahan yang

digunakan antara lain naracoba, katak, termometer batang, air dingin, air hangat, dan

stopwatch. Prosedur yang dilakukan yaitu meletakkan termometer ke dalam mulut katak

selama ± 5 menit, kemudian mengamati skalanya dan mencatatnya kemudian

memasukkan katak ke dalam tabung Erlemeyer 1 L yang telah terisi air dingin %

volumenya kemudian mengamati suhu tubuhnya setelah 5 menit direndam, hal yang

sama dilakukan menggunakan air hangat.

Prosedur yang dilakukan pada manusia yaitu memanaskan air dan menyiapkan air

dingin, serta air suhu ruangan. Mula mula di beri air suhu ruangan di dalam plastik ke

leher selama ± 5 menit kemudian di ukur suhunya, kemudian melakukannya dengan air

panas dan air dingin

Hasil yang diperoleh yaitu suhu awal katak yang diperoleh rata-rata sekitar 29oC,

setelah perlakuan dengan air dingin rata-rata 23,7oC dan setelah perlakuan dengan air

hangat suhunya rata-rata 34.8 oC. Katak merupakan hewan yang berdarah dingin, yaitu

organisme yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu di lingkungan sekitarnya. Apabila

suhu lingkungan rendah maka suhu tubuhnya akan turun, begitu pula sebaliknya jika

suhu lingkungan tinggi maka suhu tubuhnya akan naik.

Pada saat tubuh praktikan (Roni) diperlakukan sama dengan yang diperlakukan

pada katak, namum pada tubuh praktikan tidak terdapat perubahan yang signifikan baik

sebelum maupun sesudah diberi perlakuan. Suhu awal praktikan 36,3°C, kemudian

36,4°C (perlakuan es batu) dan suhu panas 36,3°C (perlakuan 42 °C). Jika di beri air

dingin suhu praktikan sedikit naik sedangkan jika di beri air panas suhu praktikkan

sedikit turun

79

Page 80: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Pada data kelas juga suhu tubuh seluruh praktikan dipertahankan pada suhu

optimal yaitu 36-37 oC. Jika di beri air dingin suhu praktikan sedikit naik sedangkan jika

di beri air panas suhu praktikkan sedikit turun. Hal ini dikarenakan manusia termasuk

berdarah panas karena mampu menghasilkan panas atau suhu tubuhnya tidak dipengaruhi

oleh suhu lingkungan. Panas pada tubuh manusia terutama dihasilkan dari proses

metabolisme atau pembakaran zat-zat makanan.

G. Kesimpulan

Suhu awal praktikan 36,3°C, kemudian 36,4°C (perlakuan es batu) dan suhu

panas 36,3°C (perlakuan 42 °C). Jika di beri air dingin suhu praktikan sedikit naik

sedangkan jika di beri air panas suhu praktikkan sedikit turun. dikarenakan manusia

termasuk berdarah panas karena mampu menghasilkan panas atau suhu tubuhnya tidak

dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

suhu awal katak yang diperoleh rata-rata sekitar 29oC, setelah perlakuan dengan

air dingin rata-rata 23,7oC dan setelah perlakuan dengan air hangat suhunya rata-rata 34.8 oC. Katak merupakan hewan yang berdarah dingin. Apabila suhu lingkungan rendah

maka suhu tubuhnya akan turun, begitu pula sebaliknya

H. Daftar Pustaka

Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. New York: Comstock Publishing.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMIPA UNY.

Pearce, Evelyn C. 1990. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia.KEGIATAN 11

MEREKAM GERAKAN MATA SAAT MEMBACA

A. Tujuan Praktikum:

Merekam reflex gerakan mata saat membaca dengan menggunakan alat perekam elektro-

okulograph (EOG)

B. Dasar Teori

Mata sebagai indra penglihatan dapat bergerak ke segala arah dalam orbitnya untuk

memperluas medan penglihatannya. Gerakan mata tersebut sering dikenal dengan

gerakan mata berputar. Namun dalam praktek gerakan mata tersebut dibagi dalam

80

Page 81: laporan praktikum Fisiologi Hewan

gerakan mata horizontal dan vertical. Dalam keadaan normal kedua bola mata selalu

bergerak searah atau disebut dengan gerakan konyugatif. Oleh karena itu, untuk merekam

gerakan bola mata cukup dilakukan perekaman satu bola mata saja. Penempatan

elektroda pada perekam untuk merekam gerakan bola mata horizontal, pada kedua

canthus temporal, sedangkan untuk gerakan vertical di atas dan di bawah mata.

Gerakan bola mata dapat direkam karena bola mata merupakan dipol listrik yang

dapat bergerak. Hal ini disebabkan antara kornea dan retina terdapat beda potensial yang

tetap; kornea bermuatan positif terhadap retina, dan beda potensial ini akan tetap berada

biarpun mata dikeluarkan dari kantung mata. Berbeda dengan EKG, karena beda

p[otensial ini bukan suatu fenomena elektrofisiologik yang berkala,. Beda poensial ini

akan hilang bilaman retina rusak.

Reflex merupakan stimulus respon yang dapat terjadi tanpa disadari. Lengkung

reflex merupakan unit tersederhana dari system nervosum. Lengkung reflex terdiri atas

beberapa komponen yaitu; reseptor, neuron sensoris, neuron motoris, dan efektor. Jenis

dan macam reseoptr syaraf banyak sekali, sebagai contoh; npada kulit, panas dingin,

sentuh, nyeri.

Berdasarkan banyakanya sambungan neuron, maka dapat dibedakan menjadi

neuron monosinaptik, disinaptik, dan polisinaptik. Monosinaptik jika memipiki satu

neuron sambungan disinaptik bila memiliki dua sambungan neuron, polisinaptik jika

memiliki banyak sambunagan neuron.

Dengan menempatkan dua elektroda pada garis yang tegak lurus pada sumber

kornea retina, maka potensial kornea retina ini akan mengalami fluktuasi retiana, yang

berbeda polaritasnya akan mendekati atau menjauhi elektroda tersebut sesuai dengan

gerakan mata. fluktuasi potensial yang timbul pada ikedua elektroda tersebut dapat

direkam secara

elektrofisiologik. Hingga dikatakan bahwa elektro okulagik ialah: merubah kualitas

gerakan bola mata menjadi kuantitas beda potensial yang direkam pada kiirdinar

cartisian.

C. Alat dan Bahan:

1. Elektro okulograph

2. Elektroda perekam

3. Gel elektroda

4. Kapas alcohol

81

Page 82: laporan praktikum Fisiologi Hewan

5. bandul

6. Teks bacaan dalam bahasa Indonesia dan bahasa ingris.

D. Cara kerja

1. Mengatur kepekaan rekam EOG 0,15 mV/cm

2. Merekam kecepatan rekam 25 mm/detik

3. Mengatur frekuensi rekam 0-30 Hz

4. Membersihkan kulit di canthus leteralis mata dengan kapas alcohol untuk

menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu sensitifitas rekam sebelum

elektroda perekamdipasang.

5. Kemudian oleskan pasta perekam untuk mempermudah hantaran listrik

6. Memasang elektroda pada canthus lateralis mata kanan, kiri dan dahi atas.

7. Probandus bersiap untuk mebaca

8. Menganalisis hasil rekaman gerakan mata saat membaca.

E. Hasil

No NamaBahasa Indonesia Bahasa Inggris

Baris Fiksasi Durasi Baris Fiksasi Durasi

1Hesti

Lokaningrum

I 8

15

I 8

13,8

II 8 II 9

III 9 III 7

IV 8 IV 9

V 7 V 7

VI 7 ∑ 40

VII 7 X 8

∑ 54

X 7,4

2 Roni

Ardyantoro

I 8 13,6 I 10 12,2

II 7 II 10

III 7 III 8

IV 7 IV 9

V 7 V 11

82

Page 83: laporan praktikum Fisiologi Hewan

VI 7 ∑ 48

VII 8 x 9,6

∑ 51

x 7,29

3Siska

Lipdyaningsih

I 4

11,6

I 8

11,6

II 5 II 13

III 10 III 13

IV 6 IV 10

V 4 V 7

VI 4 ∑ 51

VII 9 X 10,2

∑ 42

x 6

4 Yuriska Fitri

D.U.

I 7

13,8

I 8

12,4

II 7 II 9

III 9 III 11

IV 7 IV 9

V 6 V 7

VI 9 ∑ 44

VII 4 x 8,8

∑ 49

x 7

5Asni

Nurhayati

I 8

10,4

I 8

9,4

II 7 II 9

III 7 III 9

IV 7 IV 9

V 6 V 7

VI 7 ∑ 42

VII 6 x 8,5

∑ 48

x 6,86

6 Bima Gana P I 11 13,4 I 15 9,2

II 10 II 17

83

Page 84: laporan praktikum Fisiologi Hewan

III 11 III 13

IV 8 IV 10

V 12 V 9

VI 11 ∑ 64

VII 10 ẍ 12,8

∑ 73

ẍ 7,3

7 Insiwi P

I 9

15

I 9

16,2

II 9 II 8

III 9 III 7

IV 8 IV 9

V 9 V 9

VI 8 ∑ 42

VII 7 x 8,4

∑ 59

x 8,43

8 Nur Tsani R

I 8

11,6

I 8

10,4

II 7 II 8

III 8 III 8

IV 7 IV 8

V 5 V 8

VI 7 ∑ 40

VII 5 x 8

∑ 47

x 6,71

9 Vella Liani I 7

11,6

I 7

10,8

II 10 II 8

III 12 III 8

IV 7 IV 6

V 7 V 6

VI 12 ∑ 35

VII 10 x 7

84

Page 85: laporan praktikum Fisiologi Hewan

∑ 65

x 9,28

10 Diva Aprilia

Afifah

I 8

13,2

I 9

12

II 8 II 14

III 9 III 14

IV 8 IV 14

V 7 V 13

VI 8 ∑ 64

VII 8 X 12,8

∑ 56

x 8

11

Briliana

Suryani K

I 14

13,4

I 10

10

II 11 II 11

III 8 III 9

IV 10 IV 8

V 6 V 7

VI 7 ∑ 45

VII 9 x 9

∑ 75

x 10,71

12 Jaka Fitrianta

I 10

19,2

I 10

18

II 13 II 8

III 13 III 14

IV 10 IV 11

V 7 V 9

VI 14 ∑ 52

VII 7 X 10,4

∑ 74

x 10,57

I 9 I 9

II 9 II 9

III 9 III 9

IV 8 IV 9

V 8 V 9

85

Page 86: laporan praktikum Fisiologi Hewan

13 Tri Widayanti 15,6 13,2

VI 8 ∑ 45

VII 8 X 9

∑ 59

x 8,43

14 Nur

Khotimah

I 9

18

I 8

19

II 9 II 11

III 7 III 7

IV 7 IV 8

V 9 V 5

VI 7 ∑ 39

VII 4 x 7,8

∑ 52

x 7,4

15 Ismi

Nurhidayah

I 9

19

I 9

16

II 6 II 11

III 7 III 11

IV 10 IV 10

V 5 V 5

VI 3 ∑ 46

VII 6 X 9,2

∑ 46

x 6,5

16 Wulan

Novitasari

I 9

17,2

I 9

18,4

II 7 II 10

III 7 III 9

IV 6 IV 7

V 6 V 9

VI 6 ∑ 44

VII 5 X 8,8

∑ 46

x 6,5

I 5 I 7

86

Page 87: laporan praktikum Fisiologi Hewan

17 Asyifatul

Madinah

10 9,4

II 6 II 7

III 5 III 6

IV 5 IV 4

V 6 V 5

VI 6 ∑ 29

VII 5 X 5,8

∑ 38

x 5,4

18 Tonny Haryo

Wibisono

I 9

9,2

I 11

8,2

II 10 II 12

III 12 III 8

IV 6 IV 8

V 11 V 9

VI 7 ∑ 48

VII 7 X 9,6

∑ 62

x 8,9

19Desy

Normalia

I 9

17,4

I 9

16,6

II 10 II 13

III 8 III 11

IV 7 IV 11

V 7 V 12

VI 8 ∑ 56

VII 7 x 11,2

∑ 56

x 8

20 Intan Pratiwi

I 11

20

I 10

17

II 11 II 5

III 10 III 9

IV 10 IV 12

V 9 V 12

VI 8 VI 9

VII 11 ∑ 57

∑ 61 x 9,5

87

Page 88: laporan praktikum Fisiologi Hewan

x 8,714

21 Amalia A’la

I 8

20

I 4

13

II 7 II 6

III 20 III 7

IV 7 IV 9

V 7 V 7

VI 7 ∑ 43

VII 7 x 7,1

∑ 63

x 9

22 Hana

Widiyanti

I 8

19

I 11

23

II 10 II 11

III 20 III 9

IV 6 IV 9

V 7 V 9

VI 7 ∑ 49

VII 7 X 8,1

∑ 65

x 9,3

23 Rizky

Wulandari

I 9

15,6

I 7

14

II 8 II 12

III 7 III 7

IV 7 IV 10

V 10 V 6

VI 8 ∑ 42

VII 7 X 8,4

∑ 56

x 8

24 Hervina

Surya K

I 9 15,6 I 7 14

II 8 II 12

III 7 III 7

IV 7 IV 10

V 10 V 6

88

Page 89: laporan praktikum Fisiologi Hewan

VI 8 ∑ 42

VII 7 X 8,4

∑ 56

x 8

25 Yuniar

Kurnia W

I 5

12,4

I 10

10,8

II 7 II 13

III 7 III 9

IV 7 IV 11

V 6 V 4

VI 9 ∑ 48

VII 8 x 9,9

∑ 49

x 7

26 Endah

Ratnasari

I 6

9,8

I 4

9

II 6 II 6

III 6 III 5

IV 5 IV 6

V 5 V 5

VI 4 ∑ 26

VII 4 X 5,2

∑ 36

x 5,14

27Ulfa Nur

Wahyudi

I 9

15,2

I 7

13

II 8 II 10

III 8 III 8

IV 8 IV 10

V 8 V 6

VI 8 ∑ 41

VII 8 x 8,2

∑ 57

x 8,14

I 8 I 8

II 10 II 10

89

Page 90: laporan praktikum Fisiologi Hewan

28 Aris Setianto

W

11,6 7

III 9 III 9

IV 7 IV 8

V 8 V 6

VI 7 ∑ 41

VII 9 x 8,2

∑ 58

x 8,28

29 Salma

Nadiyah

I 7

10,2

I 5

5,2

II 6 II 10

III 6 III 11

IV 7 IV 12

V 6 V 11

VI 5 ∑ 49

VII 5 x 9,8

∑ 42

x 6

30 Afrizal Haris

I 10

15,2

I 9

15

II 8 II 10

III 10 III 12

IV 10 IV 11

V 10 V 11

VI 10 ∑ 53

VII 6 X 10,6

∑ 64

x 9,14

31 Irfan Hanis P

I 7

12,2

I 8

7,4

II 8 II 9

III 7 III 7

IV 8 IV 6

V 7 V 8

VI 9 ∑ 38

VII 10 X 7,6

90

Page 91: laporan praktikum Fisiologi Hewan

∑ 56

x 8

Standar deviasi 3,208309 Standar deviasi 4,000323

F. Pembahasan

Pada praktikum ini bertujuan untuk merekam gerak reflek mata disaat membaca.

Diharapkan data yang diperoleh dapat mengambarkan korelasi antara reflex mata

terhadap prestasi yang diraih oleh naracoba. Alat dan bahan Elektro okulograph,

Elektroda perekam, Gel elektroda, Kapas alcohol, bandul, Teks bacaan dalam bahasa

Indonesia dan bahasa inggris. Hipotesis lahir berdasarkan asumsi bahwa adanya

sinkronasi pemahaman dan konsentrasi yang dapat direkam melalui aktifitas reflek mata

saat membaca.Prosedurnya yaitu Mengatur kepekaan rekam EOG 0,15 mV/cm kemudian

Merekam kecepatan rekam 25 mm/detik dan Mengatur frekuensi rekam 0-30 Hz,

kemudian praktikan Membersihkan kulit di canthus leteralis mata dengan kapas alcohol

untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu sensitifitas rekam sebelum

elektroda perekam dipasang. Selanjutnya mengoleskan pasta perekam untuk

mempermudah hantaran listrik dan Memasang elektroda pada canthus lateralis mata

kanan, kiri dan dahi atas. Kemudian Probandus bersiap untuk mebaca dan terakhir

Menganalisis hasil rekaman gerakan mata saat membaca.

Hasil praktikan pada teks bahasa Indonesia rata-rata fiksasi membaca per baris

7,29 dan durasi waktu per baris 1,93 detik. sedangkan pada teks bahasa inggris rata-rata

fiksasi membaca per baris 9,6 dan durasi waktu per baris 2,42 detik. ini menunjukkan

perbedaan hasil antara teks Indonesia dan teks Inggris

Pada data kelas juga memiliki perbedaan antara teks Indonesia dan Teks Inggris.

Adanya perbedaan kecepatan membaca antar teks Indonesia dengan teks Inggris. Rekam

yang diperoleh dari hasil membaca menunjukan bahwa kecepatan membaca pada teks

Indonesia rerata lebih cepat dibandingkan dengan teks Inggris. Hal ini bias ditafsiri

bahwa dalam pembacaan teks inggris memiliki tingkat kesulitan yang tinggi di karenakan

praktikan asing membacanya dan perlu melakukan pengamatan dan fokus yang lebih.

G. Kesimpulan

Hasil Merekam reflex gerakan mata saat membaca dengan menggunakan alat perekam

elektro-okulograph (EOG) pada teks bahasa Indonesia rata-rata fiksasi membaca per

91

Page 92: laporan praktikum Fisiologi Hewan

baris 7,29 dan durasi waktu per baris 1,93 detik. sedangkan pada teks bahasa inggris

rata-rata fiksasi membaca per baris 9,6 dan durasi waktu per baris 2,42 detik Rekam yang

diperoleh dari hasil membaca menunjukan bahwa kecepatan membaca pada teks

Indonesia rerata lebih cepat dibandingkan dengan teks Inggris. Hal ini bias ditafsiri

bahwa dalam pembacaan teks inggris memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

H. Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMIPA UNY.

92

Page 93: laporan praktikum Fisiologi Hewan

KEGIATAN 12

MENGUKUR UDARA RESPIRASI

A. Tujuan Praktikum:

1. Mengetahui pengaruh ukuran tubuh terhadap laju respirasi hewan.

2. Mengetahui pengaruh luas permukaan tubuh terhadap laju respirasi hewan

B. Dasar Teori

Setiap organisme multiseluler memiliki sistem respirasi yang berperan

mendapatkan dan mensuplai kebutuhan oksigen untuk aktivitas seluler dan melepaskan

karbondioksida untuk kelangsungan kehidupannya. Sistem pernafasan vertebrata tersusun

atas saluran pernafasan dan paru-paru sebagai tempat pertukaran udara pernafasan. Pada

ikan pertukaran udara terjadi pada insang dan trakea pada serangga.

Semua makhluk hidup melakukan pernafasan (respirasi) untuk memenuhi

kebutuhan oksigen dan membuang karbondioksida. Oksigen digunakan untuk

pembakaran (oksidasi) zat- zat makanan terutama glukosa menjadi sumber energi, air,

karbondioksida dan panas.

Volume paru-paru manusia sangat terbatas sehingga hanya dapat menghirup

udara sebatas kapasitas paru-paru. Volume paru-paru setiap manusia berbeda-beda sesuai

dengan ukuran paru- paru, kekuatan, dan cara bernapasnya. Jika kita bernapas secara

normal, maka udara yang kita hirup dan dihembuskan ada sebanyak 0,5 liter. Volume

udara sebanyak itu disebut udara pernapasan atau udara tidal.

Jika setelah bernapas normal, maka udara dari luar masih dapat kita hirup

sedalam- dalamnya masuk ke paru-paru, udara demikian disebut udara komplementer.

Volume udara komplementer ada sebanyak 1,5 liter. Begitu juga bila setelah bernapas

normal ternyata kita masih dapat mengeluarkan udara dari dalam paru-paru dengan cara

mengembuskan napas sekuat-kuatnya, maka udara yang dikeluarkan itu disebut udara

suplementer. Volume udara suplementer ada sebanyak 1 liter.

Pada saat kita mengembuskan napas sekuat-kuatnya, di dalam paru-paru tetap

masih ada udara sebanyak 1 liter. Udara demikian disebut udara sisa atau udara residu.

Jika kita bernapas sedalam-dalamnya dan mengembuskan sekuat-kuatnya, maka volume

udara yang masuk dan keluar adasebanyak 3,5 sampai 4 liter. Volume udara sebanyak itu

disebut kapasitas vital paru- paru. Kapasitas vital paru-paru meliputi udara pernapasan,

udara komplementer, dan ada udara suplementer. Daya tamping maksimal paru-paru

93

Page 94: laporan praktikum Fisiologi Hewan

(kapisitas total paru-paru) ada sebanyak lebih kurang 5 liter. Kapasitas total paru-paru

meliputi kapasitas vital paru-paru ditambah dengan udara residu.

Insecta (serangga) bernafas dengan menggunakan tabung udara yang disebut

trakea. melalui lubang-lubang kecil pada eksoskeleton yang disebut stigma atau spirakel.

Stigma dilengkapi dengan bulu-bulu untuk menyaring debu. Stigma dapat terbuka dan

tertutup karena adanya katup-katup yang diatur oleh otot. Tabung trakea bercabang-

cabang ke seluruh tubuh. Cabang terkecil berujung buntu dan berukuran ±0,1 nanometer.

Cabang ini disebut trakeolus; beisi udara dan cairan. Oksigen larut dalam cairan ini

kemudian berdifusi ke dalam sel-sel di dekatnya. Jadi, pada insect, oksigen tidak

diedarkan melalui darah, tetapi melalui trakea. Pada belalang misalnya, keluar masuknya

udara ke dalam trakea diatur oleh kontraksi otot perut. Ketika otot kendur, volume perut

normal dan udara masuk. Ketika otot berkontraksi sehingga udara keluar. Udara masuk

melalui empat pasang sigma depan dan keluar melalui enam pasang stigma abdomen.

Dengan demikian, udara yang miskin oksigen tidak akan bercampur dengan udara kaya

karbondioksida yang masuk.

C. Alat dan Bahan:

1. Respirometer dengan selangnya.

2. Pipet pasteur dan penggaris

3. Butiran KOH

4. Vaselin

5. Larutan eosin

6. Serangga capung dan ngengat

D. Cara kerja

1. Menimbang hewan

2. Dalam botol respirometer ditaruh 3 butir KOH dan pada lubang selangnya ditetesi

larutan eosin

3. Memasukkan hewan ke dalam respirometer

4. Membubuhkan vaselin pada batas antara sumbat botol dengan selang sehingga udara

tidak dapat keluar.

5. Mencatat waktu laju respirasi serta skala pada penggaris dari awal sampai eosin tidak

bergerak

6. Mengonversikan panjang dan diameter selang menjadi volume udara.

94

Page 95: laporan praktikum Fisiologi Hewan

E. Hasil

Kelompok NamaBerat (gr)

Waktu

1Jangkrik A 0,0043 7 menit 22 detikJangkrik B 0,004 2 menit

2Jangkrik A 0,5 1 menit 29 detikJangkrik B 0,574 1 menit 48 detik

3Kupu-kupu 0,183 3 menit 43detikCapung 0,148 7 menit 43detik

4Jangkrik A 0,761 02 menit 15 detikJangkrik B 0,573 03 menit

5Capung 0,177 15 menit 06 detikSemut 0,028 19 menit

6Jangkrik 0,544 40 detikCapung 0,19 70 detik

7Capung 0,274 2 menit 3 detikKupu-kupu 0,016 15 menit 9 detik

8Kupu-kupu 0,014 6 menitCapung 0,248 6 menit 3 detik

9Jangkrik 0,544 40 menitCapung 0,19 70 menit

10Kupu-kupu 0,003 4 menitBelalang 0,001 2 menit 30 detik

11Capung 0,1885 4 menit 48 detikNgengat 0,0947 1 menit 44 detik

12Capung 0,28 5 menit 3 detikKupu-kupu 0,05 7 menit 45 detik

F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran tubuh terhadap laju

respirasi hewan dan mengetahui pengaruh luas permukaan tubuh terhadap laju respirasi

hewan. Alat dan bahan yang digunakan antara lain yaitu respirometer, pipet pasteur,

penggaris, butiran KOH, vaselin, larutan eosin dan belalang. Prosedur yang dilakukan

yaitu menimbang belalang terlebih dahulu sebelum melakukan percobaan kemudian

memasukkan belalang ke dalam respirometer. Memasukkan 3 butir KOH ke dalam

respirometer dan meleletkan vaselin pada sumbat antara botol dengan selang selanjutnya

eneteskan larutan eosin pada lubang selangnya. Langkah terakhir mencatat skala pada

selang dari awal hingga larutan eosin berhenti bergetak.

95

Page 96: laporan praktikum Fisiologi Hewan

Hasil percobaan kelompok praktikan dengan dua serangga yaitu capung massa

0,1995 gram dengan laju respirasi 4 menit 49 detik dan ngengat dengan massa 0,0947

gram dengan laju respirasi 1 menit 44 detik. hasil tersebut menunjukkan ukuran tubuh

mempengaruhi laju respirasi hewan.

Pada data kelas juga memiliki kesamaan dimana serangga yang memiliki berat

tubuh lebih besar memliki waktu respirasi yang lebih cepat. Hal ini dikarena ukuran

tubuh sangat menentukan laju respirasi suatu organisme. Karena organisme yang lebih

besar cenderung membutuhkan oksigen lebih besar daripada organisme yang lebih kecil,

karena kebutuhan untuk bergerak yang juga besar.

Selain ukuran tubuh yang lebih besar, organisme besar juga memiliki organ pernapasan

dengan volume yang besar pula. Sehingga apabila diletakkan pada ruang yang yang

dihambat dan udah tidak bisa masuk, maka organisme besar tersebut akan lebih cepat

mati karena udara yang dibutuhkannya sangat besar sedangkan stok udara yang ada

sangat terbatas.

G. Kesimpulan

1. capung massa 0,1995 gram dengan laju respirasi 4 menit 49 detik dan ngengat dengan

massa 0,0947 gram dengan laju respirasi 1 menit 44 detik. hasil tersebut

menunjukkan ukuran tubuh mempengaruhi laju respirasi hewan.

2. Luas permukaan tubuh mempengaruhi laju respirasi hewan.

H. Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta : FMTPA UNY.

Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Wulangi, S. Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan.

96