Laporan Praktikum FHA 1
-
Upload
elva-susanti -
Category
Documents
-
view
128 -
download
3
description
Transcript of Laporan Praktikum FHA 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu organisme yang hidup pada suatu perairan,
untuk memproduksi organisme tersebut dalam suatu lingkungan perairan yang
terbatas dan terkontrol dengan baik maka perlu pemahaman mengenai lingkungan
perairan dimana ikan tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak seperti di
habitat aslinya. Lingkungan perairan tempat ikan yang dibudidayakan disebut
dengan media. Media yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan
budidaya ikan memiliki beberapa persyaratan, antara lain kebersihan dan kondisi
lingkungan yang harus bersih dan terjaga. Dengan air yang baik maka
kelangsungan hidup ikan mas akan lebih terjamin. Air yang digunakan untuk ikan
tidak boleh mengandung zat berbahaya ataupun bahan kimia yang bisa
mengganggu kelangsungan hidup ikan agar ikan dapat tumbuh dan berkembang
biak pada wadah yang terbatas tersebut (Gusrina, 2008).
Air yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan harus sesuai dengan
kondisi yang diinginkan oleh ikan. Sumber air yang dapat digunakan untuk
kegiatan budidaya ikan ada beberapa macam. Berdasarkan asalnya sumber air
yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya ikan dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah (Gusrina, 2008).
Ikan merupakan hewan eksotermik yang berarti tidak menghasilkan panas
tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan dengan suhu
lingkungan sekelilingnya. Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme
fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan
perkembangan organ-organ ikan disesuaikan berdasarkan kondisi lingkungan
(Tunas, 2005).
Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi
mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel
lingkungan yang dihadapi organisme tersebut. Artinya bahwa setiap organisme
harus mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi
tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan tingkah laku. Pada lingkungan
perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan
homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan
(Tunas, 2005).
Cahaya merupakan salah satu faktor abiotik yang diperlukan dalam proses
fotosintesis. Dan cahaya dengan segala aspek yang dikandungnya seperti
intensitas dan panjang gelombang akan memepengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung terhadap pergerakkan atau tingkah laku ikan.
Reaksi ikan terhadap cahaya berbeda-beda, seperti fototaksis positif, preferensi
untuk intensitas optimum, investigatory reflex, mengelompok dan mencari makan
di bawah cahaya serta diorientasi akibat kondisi buatan dari gradient intensitas di
bawah air. Pergerakan ikan yang berbeda-beda terhadap sumber cahaya
merupakan salah satu aspek yang perlu diketahui untuk meningkatkan hasil
tangkapan (Tunas, 2005).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui atau
mengamati respon ikan terhadap kondisi gelap dan terang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika dan Morfologi
Sistematika ikan mas (Cyprinus carpio) menurut Saanin (1984) adalah
sebagai berikut :
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Actinopterygii
ordo : Cypriniformes
famili : Cyprinidae
genus : Cyprinus
spesies : Cyprinus carpio
Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang
dan memipih tegak (compressed). Mulutnya terletak di bagian tengah ujung
kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di bagian anterior mulut
terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Di ujung dalam mulut terdapat gigi
kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham.
Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian
kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif
besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid (lingkaran) berwarna hijau, biru,
merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan
rasnya. Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari
keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip
punggung berseberangan dengan permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya
(anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian
akhirnya bergerigi. Linea lateralis atau gurat sisi tergolong lengkap, berada di
pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor.
B. Habitat
Ikan mas menyukai habitat di perairan tawar yang airnya tidak terlalu
dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau.
Ikan mas hidup di sungai-sungai, danau, kolam dan saluran dengan air tergenang
dan lambat mengalir. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-
600 meter di atas permukaan air laut dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong
ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara
sungai yang bersalinitas 25-30%. Lingkungan hidup ikan mas ada bermacam-
macam, tergantung dari media mana yang dipilih, bisa akuarium, bak semen,
kolam, bak fiber (Cahyono, 2001).
C. Kebiasaan Makan
Ikan mas masuk ke dalam golongan ikan jenis omnivora yang cenderung
herbivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang
berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah
tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan. Pakan ikan mas
terdiri dari krustasea, serangga dan tanaman (Djaridjah, 2002).
Biasanya, pembudidaya memberikan pakan tambahan pada ikan mas
berupa dedak atau pelet. Padahal, ikan ini tergolong ikan pemakan segala
(omnivora). Hal ini bisa dibuktikan dengan pemberian pakan dari sisa-sisa dapur
atau tanaman lain yang lunak. Biasanya, benih ikan mas akan memakan protozoa
dan krustasea. Benih yang berukuran 10 cm memakan jasad dasar seperti
Chironomidae, Olighocaeta, Epeminidae, Thricoptera, Tubificidae, Mollusca, dan
lain sebagainya. Jasad-jasad tersebut dimakan bersama-sama dengan tanaman air
yang membusuk dan bahan organik lainnya (Djaridjah, 2002).
D. Kualitas Air
Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme organisme
yang hidup diperairan. Temperatur yang tinggi menyebabkan rendahnya
pertumbuhan jasad hidup perairan (ikan, jasad renik, dan tumbuhan air),
demikian pula pada temperatur yang rendah. Ikan mas biasanya tumbuh
dengan baik pada suhu antara 20oC-25oC (Cahyono, 2001).
Oksigen sangat diperlukan untuk respirasi dan proses metabolisme
ikan dan juga organisme lainnya. Kebutuhan oksigen untuk kehidupan ikan
bervariasi, tergantung pada jenis, stadium, dan aktivitas ikan. ikan mas dapat
tumbuh dengan baik pada kadar DO antara 5-7 ppm (Cahyono, 2001).
Suatu pH air merupakan faktor pembatas pada pertumbuhan jasad
renik dan juga ikan. Nilai pH yang sangat rendah akan mengakibatkan
kematian pada ikan. Gejala yang diperlihatkannya adalah gerakan tidak
teratur, tutup insang bergerak sangat aktif, dan ikan berenang sangat cepat di
permukaan air. Demikian pula, nilai pH yang tinggi dapat menyebabkan
pertumbuhan ikan terhambat. Perairan yang asam juga berpengaruh terhadap
nafsu makan ikan, yakni nafsu makan menjadi berkurang. Kisaran nilai pH
yang baik untuk pertumbuhan ikan mas adalah berkisar antara 7,5-8,5
(Cahyono, 2001).
E. Sistem Penginderaan
Ikan merespon cahaya melalui mata dan organ pineal yang berada pada
bagian atas otak. Pada ikan, mata merupakan reseptor penglihatan yang sempurna.
Sistem optik mata ikan bekerja mengumpulkan cahaya dan nantinya cahaya
tersebut akan membentuk suatu fokus bayangan untuk di analisis oleh retina.
Sedangkan sensitivitas dan ketajaman mata bergantung pada terangnya bayangan
yang akan mencapai retina mata (Tunas, 2005).
Fotoreseptor pada retina mata menyerap energi cahaya dan
menyalurkannya ke sistem saraf dalam bentuk energi elektrikal. Terdapat dua
jenis fotoreseptor yaitu cone (sel kerucut) berfungsi saat kondisi terang dan rod
(sel batang) yang berfungsi saat kondisi gelap (Tunas, 2005).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada hari Selasa, 12
Maret 2012 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Bersama
Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat yang digunakan untuk percobaan
No. Alat Spesifikasi Fungsi1.2.3.4.
AkuariumSenterAeratorPlastik hitam
2 buah2 buah1 buahSecukupnya
Sebagai wadah ikanUntuk penyenteranUntuk aerasiUntuk menutup dan untuk melihat respon ikan dalam kondisi yang gelap
Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk percobaan
No. Bahan Spesifikasi Fungsi1.2.
PakanIkan mas
Secukupnya2 ekor
Sebagai makanan ikanObjek percobaan
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam Praktikum Fisiologi Hewan Air terdiri dari
beberapa tahap antara lain :
1. Bersihkan akuarium dan isi air secukupnya lalu diberi aerasi dan masukkan
ikan ke dalam masing-masing akuarium.
2. Salah satu akuarium ditutup plastik seluruh sisinya (hingga kebagian atasnya).
3. Masing-masing ikan dalam akuarium dipuasakan selama 24 jam.
4. Setelah 24 jam, plastik hitam yang menutupi akuarium dibuka dan catat
tingkah laku ikan dalam akuarium saat pertama kali terpapar cahaya.
5. Nyalakan lampu senter selama 5 menit dan cahaya senter diarahkan pada
masing-masing ikan dalam kedua akuarium tersebut, amati dan catat tingkah
laku ikan.
6. Selanjutnya berikan pakan pada masing-masing ikan. Lihat bagaimana respon
kedua ikan dalam kedua akurium yang berbeda perlakuan tersebut.
7. Buat laporan tertulis dan ulasan mengenai respon ikan terhadap cahaya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 3. Pengamatan ikan
Wadah ResponCahaya Pakan
AkuariumTerang
Setelah dipaparkan cahaya, ikan mas merespon dengan tidak menjauhi cahaya
Setelah diberi pakan, ikan bereaksi dengan memakan pakan dan pergerakannya lebih agresif dalam memakan pakan
AkuariumGelap
Setelah plastik dibuka dan dipaparkan cahaya senter, respon yang diberikan oleh ikan mas adalah menjauhi cahaya lampu senter
Setelah diberi pakan, ikan bereaksi dengan memakan pakan, tetapi tidak agresif seperti ikan pada akuarium terang
B. Pembahasan
Syaraf adalah organ yang paling dulu dibentuk dari lapisan terluar
(eksoderm) yang berfungsi sebagai penghubung. Sistem syaraf bersama-sama
dengan sistem hormonal mengatur peranan penting dalam proses koordinasi dan
pengaturan semua aktivitas yang berlangsung dalam tubuh. Perubahan lingkungan
akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang
kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang akan dikirim ke
organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan dengan merangsang jaringan-
jaringan untuk bergerak (Tunas, 2005).
Cahaya sangat mempengaruhi tingkah laku ikan, fisiologinya maupun
sampai pada migrasi harian. Respon ikan pada cahaya melalui mata dan organ
pineal yang berada pada bagian atas otak. Kebanyakan ikan, mata merupakan
reseptor penglihatan yang sempurna. Sistem optik mata ikan bekerja
mengumpulkan cahaya dan nantinya cahaya tersebut akan membentuk suatu fokus
bayangan untuk di analisis oleh retina. Sedangkan sensitivitas dan
ketajaman mata bergantung pada terangnya bayangan yang akan mencapai retina
mata (Tunas, 2005).
Fotoreseptor pada retina mata menyerap energi cahaya dan
menyalurkannya ke sistem saraf dalam bentuk energi elektrikal. Terdapat dua
jenis fotoreseptor yaitu cone (sel kerucut) berfungsi saat kondisi terang dan rod
(sel batang) yang berfungsi saat kondisi gelap (Tunas, 2005).
Dengan demikian cahaya dan segala aspeknya seperti intensitas, sudut
penyebaran, polarisasi, panjang gelombang, arah, musim, lama penyinaran dan
komposisi spektrum akan mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung
tingkah laku ikan serta proses fisiologinya (Tunas, 2005).
Pada kondisi terang pergerakan ikan cenderung lebih aktif dan saat diberi
cahaya dari lampu senter ikan tidak menjauhi cahaya, selain itu saat diberikan
pakan, ikan langsung mendekat dan langsung memakan pakan yang diberikan dan
lebih agresif, hal ini disebabkan kondisi ikan yang lapar karena sudah terlebih
dahulu dipuasakan selama 24 jam. Gerakan operkulumnya pun normal (baik).
Pada kondisi gelap pergerakan ikan aktif dan saat diberi cahaya dari lampu
senter ikan menjauhi cahaya, pada saat ikan diberi makan, ikan memakan pakan
yang diberikan, tetapi tidak agresif seperti ikan yang di akuarium terang, menurut
kelompok kami ikan yang terdapat pada akuarium gelap ini masih merasa asing
dengan benda yang ada disekitarnya ketika plastik dibuka. Termasuk ketika
dipaparkan cahaya senter. sedangkan operkulum dari ikan tersebut dalam kondisi
baik (normal).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Pada kondisi terang dan gelap ikan tetap aktif bergerak
2. Ikan memiliki kemampuan yang berbeda dalam merespon cahaya
3. Ikan mas termasuk kedalam jenis ikan yang aktif bergerak sehingga
membutuhkan tempat yang luas
4. Ikan mas termasuk ikan yang omnivora karena ikan ini memmakan apa saja
5. Ikan memiliki alat indera yaitu indera penglihatan, indera pembau dan
pengecap
B. Saran
Sebaiknya dalam Praktikum Fisiologi Hewan Air ini diharapkan para
praktikan agar dapat lebih serius lagi dalam praktikumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Djaridjah, Abbas Siregar. 2002. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta.
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK/oleh Gusrina. Jakarta :
Direktorat Jendral Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. Binacipta,Jakarta.
Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. UGM. Yogyakarta.