Laporan Praktikum Dormansi Benih1

17
Laporan Praktikum Teknologi dan Industri Benih Laboran: Mahleni Asisten: Nuryusra PEMATAHAN DORMANSI DISUSUN OLEH KELAS 1 KELOMPOK 1 TEUKU MAULANA (1105101050032) MUHAMMAD ARIEF (1105101050042) HARITSA ADLI PUTRI (1105101050018) FITRI PRATAMA AYU M. (1105101050075) TEUKU SETIA PUTRA (0905101060003) LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH PRORGAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Transcript of Laporan Praktikum Dormansi Benih1

Page 1: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

Laporan Praktikum Teknologi dan Industri Benih

Laboran: Mahleni

Asisten: Nuryusra

PEMATAHAN DORMANSI

DISUSUN

OLEH

KELAS 1

KELOMPOK 1

TEUKU MAULANA (1105101050032)

MUHAMMAD ARIEF (1105101050042)

HARITSA ADLI PUTRI (1105101050018)

FITRI PRATAMA AYU M. (1105101050075)

TEUKU SETIA PUTRA (0905101060003)

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

PRORGAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2013

Page 2: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benih dari spesies tanaman,mempunyai sifat dapat menunda

perkecambahannya sampai benih tersebut menemukan kondisi lingkungan yang

optimum untuk berkecambah. Akan tetapi tidak semua benih yang ditanamn

dalam kondisi tumbuh optimum akan berkecambah, meskipun sebenarnya benih

tidak mati. Benih hidup yang mempunyai sifat demikian disebut benih dorman.

Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yaitu

impermiabilitas kulit biji terhadap air atau gas ataupun resistensi mekanis kulit

biji terhadap pertumbuhan embrio, embrio yang rudimenter, after ripening,

dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih yang

mengalami dormansi ini dapat distimuluskan untuk berkecambah dengan suatu

perlakuan mekanis, fisis, maupun kimia.

Benih yang berkulit keras seperti mengkudu atau famili Leguminoceae

umumnya memiliki sifat dormansi disebabkan karena kulit biji keras sehingga

impermiabel terhadap air atau gas atau embrio tidak dapat menembus kulit biji.

Kadang benih diselimuti oleh lapisan lilin sehingga pengambilan air untuk proses

perkecambahan terhalang. Perlakuan fisik dengan perusakan kulit (skarifikasi)

misalnya pelukaan, goresan pada kulit benih merupakan salah satu cara

meningkatkan permiabilitas benih dalam air maupun bahan kimia ditujukan untuk

menghilangkan senyawa penghambat perkecambahan yang terdapat dalam kulit

benih.

B. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh skarifikasi terhadap

potensi tumbuh dan kecepatan tumbuh benih flamboyan ( Delonix regia) dan

untuk mempelajari pengaruh asam kuat H2SO4 pekat terhadap potensi tumbuh

serta kecepatan tumbuh benih asam jawa (Tamarindus indica ) .

Page 3: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih dikatan dormasi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak

berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap

telah memenuhi syarat bagi sutu perkecambahan. Dormansi merupakan

terhambatnya proses metabolisme dalam biji. dormansi dapat berlangsung dalam

waktu yang sangat bervariasi (harian – tahunan) tergantung oleh jenis tanman dan

pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan

fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua

keadaan tersebut. Namun demikian dormansi bukan berarti benih tersebut mati

atau tidak dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari pada

benih itu sendiri. masa ini dapat di pecahkan dengan berbagai cara, seperti cara

mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau

bahan mekanis yangh ada seperti amplas, jarum, pisau, alat penggoncang dan

sebaginya. Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan kimia

seperti asam sulfat (H2SO4) dan HNO3 peket. Pada intinya cara-car tersebut

supaya terdapat celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapa masuk

kedalam benih. (Suetopo. 1985).

Variasai umur benih suatu tanaman sangtlah beragam, namun juga bukan

berarti bahwa benih yang telah masak akan hidup selamanya. seperti, kondisi

penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup benih. meningkatnya kelembaban

biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, walaupun bebnerapa biji dapat

hiduyp lebih lama dalam air. Penyimpanan dalam botol atau di udar terbuka pada

suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji kehilangan air dan sela akan pecah

apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara yang

merupakan bahn yang baik bagi pertumbuhan pathogen penyakit. Tingkat oksigen

normal umumnya mempengaruhi dan merugikan masa hidup biji. kehilangan daya

hidup terbesar bila benih disimpan dalam udar lembab dengan suhu 350C atau

lebih. (Dwidjoseputro. 1985.)

Tipe dormansi:

Page 4: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

1. dormansi fisik : yangh menyebabkan pembatasan structural terhadap

perkedcambahan. seperti kulit biji ynag keras dan kedap sehingga menjadi

penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis

tanaman.

2. dormansi fisiologis : dapat disebabkan oleh bebrapa mekanisme,

umumnya dapat disebabkan oleh pengatur tumbuh baik penghambat atau

perangsang tumbuh, dapat juga oleh factor-faktor dalam sepert immaturity atau

ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologis lainnya.

Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak

dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji.

(Salisbury dan Ross, 1995).

Page 5: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi dan Industri dilaksanakan pada hari kamis, 07 Maret

2013 pukul 08.00 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih program

studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah kuala.

B. Bahan dan Alat

1. Skarifikasi Fisik

a. Benih Flamboyan, kertas amplas, dan substrat pasir.

b. Bak perkecambahan (ember), dan rak perkecambahan.

2. Perlakuan Kimiawi

a. Benih Asam jawa, dan Larutan H2SO4 pekat.

b. Bak perkecambahan, substrat pasir, cawan petri, dan pinset.

3. Prosedur Kerja

1. Skarifikasi Fisik

a. Disiapkan sebanyak 60 butir benih flamboyan dan dibagi ke dalam 3

kelompok sebanyak 20 butir per kelompok, masing-masing kelompok

diberi perlakuan sebagai berikut : (a) Kelompok A : Tidak diperlakukan

(kontrol), (b) Kelompok B : Diskarifikasi (diamplas dengan kertas pasir)

sebahagian kulit benih, dan (c) Kelompok C : Diskarifikasi (diamplas

dengan kertas pasir) seluruh bagian kulit benih.

b. Kemudian disiapkan bak perkecambahan yang berisi substrat pasir yang

telah disiram dengan kondisi kapasitas lapang.

c. Lalu ditanam masing-masing kelompok benih tersebut dan pengamatan

dilakukan pada hari ke-8 dan ke-14 setelah tanam.

Page 6: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

2. Perlakuan Kimiawi

a. Disiapkan 40 butir benih asam jawa dan dibagi ke dalam 2 kelompok

sebanyak 20 butir per kelompok, masing-masing kelompok diberi

perlakuan sebagai berikut : (a) Kelompok A : Tidak diperlakukan

(kontrol), (b) Kelompok B : Dimasukkan ke dalam larutan H2SO4 pekat

selama 15 detik.

b. Kemudian sebelum ditanam, benih kelompok B dicuci sampai bersih

(jika perlu sampai 3 kali).

c. Lalu benih dari masing-masing kelompok ditanam dalam bak

perkecambahan yang berisi substrat pasir lembab dan dengan kedalaman

tanam 1,5 cm.

d. Pengamatan mulai dilakukan pada hari ke-3 dan ke-8 setelah tanam.

Page 7: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Tabel hasil pengamatan Skarifikasi Fisik benih Flamboyan

Hari ke- Kelompok Perlakuan KN PT (%) Kt (%)

8 HST

1 Kontrol - - -

2 dan 3Skarifikasi

Sebahagian5 25 3,13

4 dan 5Skarifikasi

Seluruhnya1 5 0,63

14 HST

1 Kontrol 5 25 1,78

2 dan 3Skarifikasi

Sebahagian12 60 4,28

4 dan 5Skarifikasi

Seluruhnya6 30 2,14

Total 29 - 11,96

Keterangan :

KN = Kecambah Normal

PT    = Potensi Tumbuh

Kt     = Kecepatan Tumbuh

Tabel 2. Tabel hasil pengamatan Perlakuan Kimiawi benih Asam Jawa

Hari ke- Kelompok Perlakuan KN PT (%) Kt (%)

4 HST1 Kontrol - - -

1 H2SO4 1 5 1,25

8 HST1 Kontrol 4 20 2,5

1 H2SO4 10 50 6,25

Total 15 - 10

Keterangan :

KN = Kecambah Normal

PT    = Potensi Tumbuh

Page 8: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

Kt     = Kecepatan Tumbuh

Perhitungan :

1. Potensi Tumbuh Skarifikasi Fisik benih Flamboyan

a. Skarifikasi sebagian

PT (%) = Jumlahbenih yangmenunjukkan gejala tumbuh

Jumlahbenih yang ditanam×100 %

= 5

20×100 %

= 25 %

b. Skarifikasi sebagian

PT (%) = Jumlahbenih yangmenunjukkan gejala tumbuh

Jumlahbenih yang ditanam×100 %

= 1

20×100 %

= 5 %

2. Kecepatan Tumbuh Skarifikasi Fisik benih Flamboyan

a. Skarifikasi sebagian

PT (%/etmal) = ( Jumlah benih Kecambah NormalJumlahbenih yang ditanam

X 100 % )Jumlahhari setelahtanam

= ( 520

X 100 % )8

= 25 %

8

= 3,13 %

b. Skarifikasi seluruhnya

Page 9: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

PT (%/etmal) = ( Jumlah benih Kecambah NormalJumlahbenih yang ditanam

X 100 % )Jumlahhari setelahtanam

= ( 120

X 100 % )8

= 5 %8

= 0,63 %

B. Pembahasan

Dari pengamatan didapatkan daya kecambah dari benih yang diuju baik secara

mekanis maupun kimiawi memiliki viabilitas 0%. Namun hal ini bukan berarti

bahwa benih asam jawa yang dilakukan pematahan dormansinya telah mati

sebelumnya sehingga tidak terdapat satu biji pun asam yang berkecambah. Dalam

proses perkecambahan layaknya manusi dalam kehidupan sehari-harinya juga

memiliki beberapa proses yang harus dijalani terlebih dahulu untuk berkecambah

bangun dari masa istirahatnya (dormansi.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pada benih flamboyan yang

tidak diberi perlakuan apapun (kontrol) tidak menunjukkan adanya potensi

tumbuh pada 8 hari setelah tanam, akan tetapi pada 14 hari setelah tanam mulai

menunjukkan potensi tumbuh sebesar 0 %. Sedangkan pada perlakuan skarifikasi

sebagian pada 8 hari setelah tanam menunjukkan potensi tumbuh sebesar 0 % dan

pada 14 hari setelah tanam meningkat menjadi 5 %. Akan tetapi, pada perlakuan

skarifikasi seluruhnya potensi tumbuh tidak sebesar perlakuan skarifikasi

sebagian, yaitu hanya 0 % pada 8 hari setelah tanam dan 5 % pada 4 hari setelah

tanam.

Pada benih asam jawa, potensi tumbuh untuk non-perlakuan juga sama seperti

benih flamboyan, yaitu tidak menunjukkan potensi tumbuh sama sekali pada 4

hari setelah tanam, namun mencapai 20 % pada 8 hari setelah tanam. Sedangkan

dengan perlakuan H2SO4 pada 4 hari setelah tanam menunjukkan potensi tumbuh

sebesar 5 % dan pada 8 hari setelah tanam mencapai 50 %. Ini membuktikan

bahwa larutan asam kuat H2SO4 berperan dalam pematahan dormansi benih.

Page 10: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat

bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya, antara lain yaitu :

karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur

yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk

menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari

mikroorganisme.

Page 11: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit

biji, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan

tersebut.

2. Pematahan dormansi benih seharusnya dapat dilakukan dengan proses

fisik, mekanis maupun kimiawi.

3. Pematahan dormansi fisik yang dilakukan pada benih flamboyan

dilakukan dengan cara skarifikasi

4. Pematahan dormansi pada benih asam jawa dilakukan dengan cara

kimiawi yaitu menggunakan larutan H2SO4

5. Peristiwa dormansi menimbulkan beberapa kerugian seperti

pertumbuhan yang tidak serempak dan mengganggu ketepatan musim

tanam

6. Larutan asam kuat H2SO4 dapat berperan dalam pematahan dormansi

benih, seperti pada benih asam jawa diperoleh potensi tumbuh sebesar

50 %.

B. Saran

Pada saat praktikum agar lebih memahami apa yang tujuan dari yang

dikerjakan, sehingga dapan mengefisiensikan waktu praktikum karena telah

memahami pekerjaan yang dilakukan, dan harap di kerjakan dengan lebih teliti

lagi serta dapat menjalankan instruksi asisten dengan benar

Page 12: Laporan Praktikum Dormansi Benih1

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Lita sutopo. 1985. Teknologi benih. Rajawali. Jakarta.

Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB. Bandung.

Suharjo, Usman K.J. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman.

Universitas Bengkulu: Bengkulu.