Dormansi Biji

30
I. Judul Pematahan Dormansi Biji. II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. III. Tinjauan Pustaka Biji dikatakan dorman apabila dalam keadaan viabel idak mau berkecambah walaupun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Dormasi biji dapt disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal berupa kondisi biji itu sendiri maupun eksternal pada masa pembentukannya seperti suhu dan cahaya. Periode dormasi biji dpat berlangsung musiman atau dapat juga bertahun-tahun, bergantung kepada jenis biiji dan tipe dormansinya (Sutarmi, S., Harra, S., Sudiarto, A. 2009). Dormasi biji sebenarnya merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan diri teradap berbagai kondisi lingkungan yang tidak ramah seperti ketersediaan air yang terbatas, suhu yang tidak terlalu dingin, atau intensitas cahaya yang terlalu rendah. Mekanisme internal ini antara lain dapt berupa impermeabilitas kulit biji terhadap air dan gas, embrio yang rudimenter, adanya inhibitor, rendahnya kandungan zat perangsang tumbuhan (Sasmitaharja.2011).

description

PEMATAHAN DORMANSI BIJI

Transcript of Dormansi Biji

Page 1: Dormansi Biji

I. Judul

Pematahan Dormansi Biji.

II. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras

dengan fisik dan kimiawi.

III.Tinjauan Pustaka

Biji dikatakan dorman apabila dalam keadaan viabel idak mau

berkecambah walaupun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat bagi

perkecambahannya. Dormasi biji dapt disebabkan oleh berbagai faktor, baik

internal berupa kondisi biji itu sendiri maupun eksternal pada masa

pembentukannya seperti suhu dan cahaya. Periode dormasi biji dpat berlangsung

musiman atau dapat juga bertahun-tahun, bergantung kepada jenis biiji dan tipe

dormansinya (Sutarmi, S., Harra, S., Sudiarto, A. 2009).

Dormasi biji sebenarnya merupakan suatu mekanisme untuk

mempertahankan diri teradap berbagai kondisi lingkungan yang tidak ramah

seperti ketersediaan air yang terbatas, suhu yang tidak terlalu dingin, atau

intensitas cahaya yang terlalu rendah. Mekanisme internal ini antara lain dapt

berupa impermeabilitas kulit biji terhadap air dan gas, embrio yang rudimenter,

adanya inhibitor, rendahnya kandungan zat perangsang tumbuhan

(Sasmitaharja.2011).

“Dorman” artinya “tidur” atau “beristirahat”. Para ahli biologi

menggunakan istilah itu untuk tahapan siklus hidup, seperti buji dorman, yang

memiliki laju metabolisme yang sangat lambat an sedangkan tidak tumbuh an

berkembang. (Campbell,dkk. 2003)

Dormasi pada biji menigkatkan peluang bahwa perkembangan akan

terjadi pada waktu dan tempat yang paling mengntungkan bagi pertumbuhan biji.

Pengakhiran periode dormansi umunya memerlukan kondisi lingkungan yang

tertentu. Biji tumbuhan gurun, mialnya, hanya berkecambah setelah curah hujan

yang memadai. Jika mereka harus berkecambah setelah hujan rintik-rintik yang

sedang, tanah mungkin akan terlalu cepat kering sehingga tidak dapt mendukung

pertumbuhan biji. Di tempat di mana kebakaran alamiah biasa terjadi banyak biji

Page 2: Dormansi Biji

memerlukan panas yang sangat tinggi untuk mengakhri dormasi; dengan demikian

pertumbuhan biji menjadi paling berlimpah setelah api menghanguskan vegetasi

yang menjadi saingannya tersebut. Di tempat dimana musim dinginsangat parah,

biji mungkin memerlukan pemaparan terhadap cuaca dingin yang lebih lama, biji

yang disemaikan selama musim panas atau musim gugur tidak akan berkecambah

sampai musim semi berikutnya. Hal ini akan memastikan musim tumbuhan yang

panjang sebelum musim dingin berikutnya. Biji yang sangat kecil, seperti

beberapa biji dari varietas lettuce, memrlukan cahaya untuk perkecambahan dan

akan mengakhiti dormansinya hanya jika ditanam cukup dangkal sehingga

kecambah benih bisa muncul menembus permukaan tanah. Beberapa biji memiliki

kulit pembungkus yang harus dilemahkan dengan senyawa-senyawa kimia ketika

biji-biji tersebut melewti saluran pencernaan hewan dan akibatnya cenderung akan

terbawa hingga jarak yang cukup jauh sebelum berkecambah.

(Campbell,dkk.2003)

Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan

istirahat,merupakan kondisi yang berlangsung selama suatu periode yang tidak

terbatas walaupunberada dalam keadaan yang menguntungkan untuk

perkecambahan dormansi terjadi disebabkan oleh faktor luar(eksternal) dan faktor

dalam (internal). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah tidak

sempurnanya embrio (rudimetery embrio), embrio yang belum matang secara

fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis), kulit biji

impermeable, dan adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan.

Perkembangan kulit biji impermeabel berpengaruh secara langsung terhadap fase

istirahat (dormansi). Kulit biji impermeabel bagi biji yang sedang mengalami

dormansi, dapat mereduksi kandungan oksigen yang ada dalam biji, sehingga

dalam keadaan anaerobik, terjadi sintesa zat penghambat tumbuh (Husain,

Indriati&Tuiyo,Rully.2012).

Lama waktu di mana biji dorman masih hidup dan mampu berkeambah

bervarisi dari beberapa hari hingga beberapa dekade ataubahkan lebih lama lagi,

bergantung pada spesies da kondisi lingkungan. Sebagian besr biji sangat tahan

lama sehingga bisa bertahan selama satu atau dua tahun sapai kondisi

Page 3: Dormansi Biji

memungkinkan untk berkecambah. Dengan demikian, tanah memiliki kumpilen

biji yang belum berkecambah yang mungkin telah menumpuk selama beberqapa

tahun. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa vegetasi bisa kmuncul

kembali sedemikian cepatnya setelah kejadian kebakaran, kekeringan, banjir, tau

beberapa bencana alam lainnya. (Campbell, dkk. 2003).

Dormansi benih dapat diatasi dengan berbagai perlakuan pendahuluan. Perlakuan

pendahuluan yang banyak digunakan antara lain mengikir, mengasah, memukul

kulit benih merendam benih di dalam air hangat dan merendam benih di dalam

larutan kimia. Tujuan perlakuan pendahuluan adalah mendorong proses

pematangan embrio, pengaktifan enzim-enzim di dalam embrio dan peningkatan

permeabilitas kulit benih yang memungkinkan penyerapan/imbibisi air dan gas-

gas yang diperlukan dalam proses-proses perkecambahan (Hafizah,Nur.2013).

Klasifikasi Dormansi Biji

Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda

perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk

melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun

pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan

kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan

dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi

digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi

digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Salisbury, F. B dan Ross, C.

W.2010).

Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori

berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.

a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi

Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif

karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan

Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau

kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri (Prawinata, W.2011).

b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji

Mekanisme fisik

Page 4: Dormansi Biji

Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan

oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:

Mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik

Fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeable

Kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat

(Subowo.2009).

Mekanisme fisiologi

Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan

dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:

Photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh

keberadaan cahaya

Immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh

kondisi embrio yang tidak/belum matang

Thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu

(Subowo.2009).

c. Berdasarkan bentuk dormansi Kulit biji impermeabel terhadap

air/O2

Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus,

pericarp, endocarp

Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam

substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.

Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun

lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan

skarifikasi mekanik.

Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit

biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya

diatur oleh hilum.

Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam

kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui

Page 5: Dormansi Biji

kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan

pemberian larutan kuat.

Embrio belum masak (immature embryo)

Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio

masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum

gnemon (melinjo)

Embrio belum terdiferensiasi

Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh

waktu untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna (Latunra, A.

Ilham. 2012).

Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan

temperatur rendah dan zat kimia.Biji membutuhkan pemasakan pascapanen

(afterripening) dalam penyimpanan keringdormansi karena kebutuhan akan

afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan

pengupasan kulit (Latunra, A. Ilham. 2012).

Metode pematahan dormansi yang efektif dibedakan berdasarkan

penyebabnya, sebab metode yang satu belum tentu bisa digunakan untuk metode

pematahan dormansi penyebab yang lain. Metode pematahan dormansi yang

disebabkan faktor fisik adalah skarifikasi yaitu pelukaaan kulit benih agar air dan

nutrisi bisa masuk ke dalam benih. Sedangkan pematahan dormansi factor

fisiologis pada kasus after-ripening adalah dengan perendaman dengan senyawa

kimia tertentu (Manurung,Desy.et,all.2013).

Biji membutuhkan suhu rendah

Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia

Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama

musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim

semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat

dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi

dan imbibisi.

Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:

Page 6: Dormansi Biji

Jika kulit dikupas, embrio tumbuh

Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu

rendah

Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji

masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi

Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh

kerdil

Akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi

berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin) (Kaufman, P. B., J.

Labavitch, A. A. Prouty, dan N. S. Ghosheh. 1975).

Biji bersifat light sensitive

Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan

intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan

fotoperiodisitas (panjang hari) (Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell.

1991).

Kuantitas cahaya

Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada

biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya);

jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek.

Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic

(perkecambahannya dihambat oleh cahaya).

Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam

gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap

cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively

photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat

dipatahkan dengan temperatur rendah (Sutarmi, S., Harra, S., Sudiarto, A. 2009).

Kualitas cahaya

Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari

spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm)

menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah

mutually antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka

Page 7: Dormansi Biji

efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali

diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat

berada dalam 2 kondisi alternatif):

P650 : mengabsorbir di daerah merah

P730 : mengabsorbir di daerah infra merah

Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi

P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan

terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-

red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah

proses perkecambahan (Prawinata, W.2011).

Photoperiodisitas

Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:

Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap

Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah

Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau

terang

Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang

diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat

digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea dan asam giberelin

(Sasmitaharja.2011).

Dormansi karena zat penghambat

Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-

proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap

substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya

seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji

yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi

penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan

tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio,

endosperm, kulit biji maupun daging buah (Sasmitaharja.2011).

Teknik Pematahan Dormansi Biji

Page 8: Dormansi Biji

Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi

klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan

memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk

mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk

mengatasi dormansi embryo (Subowo.2009).

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal

pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat

terjadinya perkecambahan biji yang seragam.Upaya ini dapat berupa pemberian

perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis. Mengklasifikasikan dormansi

atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya

(Sasmitaharja.2011).

Dormansi merupakan suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda yaitu

keadaan yang istirahat.Dormansi merupakan kondisi yang belangsung selam satu

periode tertentu yang tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang

menguntungkan untuk perkecambahan

Dormansi pada beberapa jenis benih yang disebabkan oleh :

1. Struktur benih, misalnya kulit beih, braktea, gulma, perikarp dan

membrane, yang mempersulit keluar masuknya air dan udara.

2. Kelainan fisiologis pada embrio.

3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya, dan

4. Gabungan dari factor–factor diatas (Subowo.2009).

Tipe-Tipe Dormansi

Tipe – tipe dormansi terbagi atas 4 bagian yaitu Impermeabilitas kulit biji

terhadap air,

1. Mekanisme kulit biji terhadap pertumbuhan,

2. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas – gas, dan

3. Immaturity embrio.

Terdapat 3 macam dormansi secara luas :

1. Bawaan ( innate ),

2. Rangsangan ( inducet ),

3. Paksaan ( anvorced ) (Subowo.2009).

Page 9: Dormansi Biji

Dormansi bawaan atau kandang pula disebut sebagai dormansi primer,

biasanya dijumpai pada biji–bijian atau perbanyakanvegetatif sementara.

Dormansi rangsangan atau perbanyakan merupakan pengaruh lingkungan sekitar

biji atau organ perbanyakan  vegetatif setelah terlepas dari nduknya. Domansi

paksaan disebabkan oleh adanya factor lingkungan yang menguntungkan untuk

dimulainya pertumbuhan, akibat kekurangan suhu yang tidak

menguntungkan (Subowo.2009).

Dormansi pada Benih yang Disimpan

Hubungan antara dormansi dengan penyimpanan yaitu pada beberapa

keadaan, penyimpanan dapat mempengaruhi dormansi. Dormansi pada beberapa

spesies dapat menghilang. Bila disimpan selama beberapa bulan pada kondisi

suhu dan kelembaban nisbi lingkungan terkendali, asal dan suhunya berada di atas

suhu titik beku. Ahli fisiologi benih faham benar akan metode metode terbaik

untuk mempertahankan dormansi pada benih yaitu dengan jalan menyimpan pada

suhu di sekitar titik beku (Sasmitaharja.2011).

Factor–factor yang meyebabkan hilangnya dorminasi pada benih sangat

bervariasi tergantung  pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara

lain: karena temperature yang siliha berganti menipis kulit biji, hilangnya

kemampuan untuk menghasilkan zat – zat penghambat perkecambahan, dan

adanya kegiatan dari mikroorganisme (Sasmitaharja.2011).

Hilangnya sifat dormansi tergantung pada waktu penyimpanan dimana ada

beberapa jenis spesies yang dorminansinya hilang pada minggu ketujuh hingga ke

sebelas setelah panen, suhu dimana dormansi akan hilang bila diletakkan pada

suhu di atas titik beku (Campbell, dkk. 2003).

Page 10: Dormansi Biji

IV. Metode Penelitian

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat

a. Beaker glass

b. Petridish

c. Ampelas

d. Silet

4.1.2 Bahan

a. 30 biji asam

b. Kapas

c. Air

d. Asam sulfat pekat

4.2 Cara Kerja

Memilih 30 biji asam, dan membagi dalam 3 kelompok.

Merendam 10 biji dengan hati-hati dalam asam sulfat selama 15 menit, kemudian mencuci dengan air.

Menghilangkan kulit biji pada bagian yang tidak ada lembaganya dengan cara menggosok menggunakan amplas sebanyak 10 biji, membilas dengan air.

Menyusun biji-biji di atas cawan petri yang telah diberi kapas yang telah dibasahi, tutup dengan kapas lagi pada bagian atasnya.

Menyiram dengan air secukupnya setiap hari.

Melakukan perkecambahan terhadap 10 biji tanpa perlakuan sebagai kontrol, mengamati biji yang tumbuh setelah 2 minggu.

Page 11: Dormansi Biji

V. Hasil Pengamatan

Kelompok PerlakuanBiji yang

berkecambahPresentase

1

Kontrol 5 50%

Ampelas 10 100%

H2SO4 8 80%

2

Kontrol 0 0%

Ampelas 10 100%

H2SO4 7 70%

3

Kontrol 4 40%

Ampelas 9 90%

H2SO4 9 90%

4

Kontrol 4 40%

Ampelas 9 90%

H2SO4 5 50%

5

Kontrol 1 10%

Ampelas 9 90%

H2SO4 9 90%

6

Kontrol 3 30%

Ampelas 3 30%

H2SO4 7 70%

VI. Pembahasan

Biji dikatakan dorman apabila dalam keadaan viabel idak mau

berkecambah walaupun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat

bagi perkecambahannya. Dormasi biji dapt disebabkan oleh berbagai faktor,

baik internal berupa kondisi biji itu sendiri maupun eksternal pada masa

Page 12: Dormansi Biji

pembentukannya seperti suhu dan cahaya. Periode dormasi biji dpat

berlangsung musiman atau dapat juga bertahun-tahun, bergantung kepada

jenis biiji dan tipe dormansinya

Dormasi biji sebenarnya merupakan suatu mekanisme untuk

mempertahankan diri teradap berbagai kondisi lingkungan yang tidak ramah

seperti ketersediaan air yang terbatas, suhu yang tidak terlalu dingin, atau

intensitas cahaya yang terlalu rendah. Mekanisme internal ini antara lain dapt

berupa impermeabilitas kulit biji terhadap air dan gas, embrio yang

rudimenter, adanya inhibitor, rendahnya kandungan zat perangsang tumbuhan

Acara praktikum kali ini adalah “Pematahan Dormansi Biji”. Acara

praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi

pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. Alat-alat yang digunakan

diantaranya yaitu beaker glass, petridish yang digunakan sebagai tempat biji-

biji yang akan diberi perlakuan maupun tidak, serta silet yang digunakan

dalam membersihkan kulit biji asam yang keras. Sedangkan bahan-bahan yang

digunakan diantaranya yaitu 30 biji asam yang akan diberi perlakuan dalam

pematahan dormansi, asam sulfat pekat digunakan untuk memberikan

perlakuan secara kimiawi pada biji asam, kapas sebagai tempat menumbuhkan

biji, serta air yang berguna saat proses perkecambahan.

Langkah-langkah yang harus dikerjakan yaitu mula-mula memilih

30 biji asam dan membaginya dalam 3 kelompok. Kemudian merendam 10

biji dalam asam sulfat selama 15 menit dan kemudian dicuci dengan air. Hal

ini sebagai perlakuan pertama. Selanjutnya untuk perlakuan kedua, pada

bagian yang tidak ada lembaganya dihilangkan kulit biji dengan digosok

menggunakan amplas atau silet sebanyak 10 biji, lalu dicuci dengan air.

Setelah itu menyususun biji-biji di atas petridish yang telah dilapisi kapas

basah dan ditutup dengan kapas basah lagi di atasnya. Untuk menjaga

kelembaban, disiram dengan air secukupnya tiap hari. Lalu sebagai control,

melakukan perkecambahan terhadap 10 biji tanpa perlakuan. Kemudian

mengamati proses terbentuknya radikel yang menandai biji telah berkecambah

Page 13: Dormansi Biji

dan menghitung prosentase perkecambahannya. Dan menghentikan

pengamatan setelah 2 minggu.

Dalam Proses perkecambahan Pertumbuhan dan perkembangan

telah dimulai sejak biji terkena air. Setelah terjadi proses imbibisi (masuknya

air ke dalam biji), embrio di dalam biji melakukan perbanyakan sel. Pada

tahapan tertentu, sel mengalami proses diferensiasi. Pada tahapan ini, sel-sel

mengalami proses penambahan jenis dan fungsi sel menjadi jelas. Tahap

berikutnya adalah proses pembentukan organ-organ yang disebut

organogenesis.Dengan organogenesis ini, struktur dan fungsi menjadi

semakin lengkap. Proses ini disebut perkembangan atau morfogenesis. Proses

perkecambahan diawali dengan berubahnya struktur embrio biji menjadi

tumbuhan kecil di dalam biji yaitu terlihat daun kecil, calon batang, dan calon

akar.Dua faktor yang memengaruhi perkecambahan yaitu faktor internal (dari

dalam) dan faktor eksternal (dari luar atau lingkungan). Faktor internal

meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji, absorbansi (daya serap biji

terhadap air), dan ada tidaknya zat penghambat. Faktor eksternal meliputi

suhu, O2, dan air. Setelah biji menyerap air (imbibisi), biji membesar

sehingga kulit biji pecah. Secara umum, proses perkecambahan terjadi secara

kimiawi. Dengan masuknya air ke dalam biji, enzim akan bekerja dengan

aktif. Jika embrio terkena air, embrio menjadi aktif dan melepaskan hormon

giberelin (GA). Hormon ini memacu aleuron untuk membuat (mensintesis)

dan mengeluarkan enzim. Enzim yang dikeluarkan antara lain: enzim α-

amilase, maltase, dan enzim pemecah protein.

Amilase merubah amilum (pati) menjadi maltosa. Maltosa

dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Metabolisme glukosa

menghasilkan energi dan atau senyawa-senyawa untuk menyusun struktur

tubuh tumbuhan. Pembentukan energi ini membutuhkan oksigen (O2).

Oleh sebab itu, proses perkecambahan membutuhkan oksigen. Protein

yang ada dipecah menjadi asam amino yang berfungsi menyusun struktur sel

dan enzim-enzim baru. Enzim-enzim di dalam biji dapat bekerja dengan baik

pada suhu tertentu, sedangkan suhu yang tinggi dapat merusak enzim.

Page 14: Dormansi Biji

Cahaya pada proses perkecambahan dapat memengaruhi

hormon auksin. Hormon ini rusak atau terurai jika terkena intensitas

cahaya yang tinggi. Dengan demikian, pertumbuhan kecambah akan ke

arah datangnya cahaya

Dalam praktikum kali ini terdapat 3 perlakuan yang berbeda yakni

perlakuan mekanis yakni dengan cara menggosok biji dengan menggunakan

amplas,keudian secara kimia dengan memberikan Asam sulfat pekat dan

sebagai control yakni mengggunakan Air biasa.pada kelompok 1 untuk

perlakuan control dengan Air didapatkan 5 biji yang berkecamabah brarti

prosentasenya 50%,untuk perlakuan mekanis dengan amplas didapatkan 10

biji yang berkecambah berarti prosentasenya 100% dan untuk perlakuan

kimia dengan perendaman Asam sulfat didapatkan 8 biji yang berkecambah

brarti prosentasenya 80%.pada kelompok 2 untuk perlakuan control dengan

Air didapatkan 0 biji yang berkecamabah brarti prosentasenya 0%,untuk

perlakuan mekanis dengan amplas didapatkan 10 biji yang berkecambah

berarti prosentasenya 100% dan untuk perlakuan kimia dengan perendaman

Asam sulfat didapatkan 7 biji yang berkecambah brarti prosentasenya 70%.

Pada kelompok 3 untuk perlakuan control dengan Air didapatkan 4 biji yang

berkecamabah brarti prosentasenya 40%,untuk perlakuan mekanis dengan

amplas didapatkan 9 biji yang berkecambah berarti prosentasenya 90% dan

untuk perlakuan kimia dengan perendaman Asam sulfat didapatkan 9 biji yang

berkecambah brarti prosentasenya 90%. Pada kelompok 4 untuk perlakuan

control dengan Air didapatkan 4 biji yang berkecamabah brarti prosentasenya

40%,untuk perlakuan mekanis dengan amplas didapatkan 9 biji yang

berkecambah berarti prosentasenya 90% dan untuk perlakuan kimia dengan

perendaman Asam sulfat didapatkan 5 biji yang berkecambah brarti

prosentasenya 50%. Pada kelompok 5 untuk perlakuan control dengan Air

didapatkan 1 biji yang berkecamabah brarti prosentasenya 10%,untuk

perlakuan mekanis dengan amplas didapatkan 9 biji yang berkecambah

berarti prosentasenya 90% dan untuk perlakuan kimia dengan perendaman

Asam sulfat didapatkan 9 biji yang berkecambah brarti prosentasenya 90%.

Page 15: Dormansi Biji

Pada kelompok 6 untuk perlakuan control dengan Air didapatkan 3 biji yang

berkecamabah brarti prosentasenya 30%,untuk perlakuan mekanis dengan

amplas didapatkan 3 biji yang berkecambah berarti prosentasenya 30% dan

untuk perlakuan kimia dengan perendaman Asam sulfat didapatkan 7 biji yang

berkecambah brarti prosentasenya 70%.

Sebagian besar dari data tersebut untuk perlakuan yang control

menggunakan Air tidak lebih dari 50% yang berkecambah,bahkan unuk

kelompok 2 tidak Ada satupun biji yang mengalami perkecambahan hal ini

dapat terjadi karna berbagai factor misalnya faktor dalam yang meliputi: ada

tidak/ rusa tidaknya embrio, tingkat kemasakan benih, ukuran benih,

dormansi, dan penghambat perkecambahan serta faktor luar yang meliputi: air,

temperatur, oksigen, cahaya dan kerusakan akibat jasad pengganggu atau

dapat disebabkan Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang

disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit

keluar masuknya air ke dalam benih. Respirasi yang tertukar, karena adanya

membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga

pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya

proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih. Dapat

juga disebabkan karna Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan

embrio, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan

embrio.

Sebagian besar untuk perlakuan mekanis dengan pengamplasan biji

lebih dari 80 % mengalami perkecambahan hal ini dapat terjadi karna kulit biji

yang memiiki kulit yang tebal tersebut diamplas lalu Air dapat masuk dam

terjadi proses perkecambahan .menurut literature Penyebab Benih Dormansi

Beberapa penyebab dormansi fisik adalah Impermeabilitas kulit biji terhadap

air dimana benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut

sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya

terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di

permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan

bahan kutikula; Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio,

Page 16: Dormansi Biji

disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika

kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera; Permeabilitas

yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas pada dormansi ini, perkecambahan

akan terjadi jika kulit biji dibuka atau  jika tekanan oksigen di sekitar benih

ditambah.Hal ini dapat ditemukan pada sejumlah famili tanaman dimana

beberapa speciesnya mempunyai kuilit biji yang keras, antara lain:

Leguminosae, Malvaceae, Cannaceae, Geraniaceae, Chenopodaceae,

Convolvulaceae, Solanaceae dan Liliaceae. Di sini pengambilan air terhalang

kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade

berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya

mempunyai lapisan lilin dari bahan kutikula. Masuknya biji diatur oleh suatu

pintu kecil pada kulit biji, yang ditutupi dengan sumbat serupa gabus yang

terdiri dari suberin. Apabila sumbat gabus diambil atau dikendorkan sehingga

lebih permeabel terhadap air atau gas lalu air dapat masuk ke dalam biji

sehingga terjadi proses perkecambahan.

Sebagian besar untuk perlakuan kimia dengan perendaman Asam

sulfat lebih dari 70 % mengalami perkecambahan.perlakuan pemberian Asam

sulfat ini bertujuan menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada

waktu proses imbibisi. Dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi

lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.

Page 17: Dormansi Biji

VII. Penutup

7.1 kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik yaitu bahwa dari hasil

pengujian pematahan dormansi menggunakan biji asam sangat baik

dilakukan dengan metode pengamplasan benih karena benih yang

berkecambah dengan metode ini paling tinggi dibanding dengan perlakuan

lainnya. Sedangkan perlakuan menggunakan asam sulfat juga baik namun

yang terbaik dengan perlakuan ampelas. Dormansi benih merupakan benih

yang menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun

gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik

untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang

sesuai. Benih tersebut membutuhkan waktu untuk tumbuh di lapang.

Dormansi dapat dipatahkan dengan beberapa metode sesuai dengan

peristiwa dormansi. Untuk dormansi fisik, metode pematahannya dapat

dilakukan dengan cara skarifikasi. Dormansi fisiologis lebih efektif

dipatahkan dengan metode stratifikasi atau penyimpanan kering. Pematahan

dormansi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pemotongan,

pengamplasan, perendaman dalam larutan kimia, dan perendaman dengan

air panas. Cara pematahan dormansi bermacam-macam secara mekanis fisik,

perandaman dengan larutan dan sebagainy namun pada praktikum ini

digunakan empat perlakuan yaitu dengan perlakuaan larutan air panas,

etanol, dan perlakuan ampelas.

7.2 saran

Sebaiknya pada saat praktikum praktikan membaca literature selain

modul untuk menambah pengetahuan tentang Dormansi biji

Page 18: Dormansi Biji

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2003. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid II. Jakarta; Erlangga.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 

Hafizah,Nur.2013.Pematahan dormansi benih aren (Arenga pinnata Merr)

dengan pengasahan biji dan berbagai konsentrasi asam sulfat. Media

SainS, Volume 6 Nomor 2, Oktober 2013 ISSN 2085-3548.

Husain,Indriati &Tuiyo,Rully.2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri

(Aleurites moluccana, L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur

Tumbuh Organik Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas

Benih. JATT Vol. 1 No. 2, Agustus 2012: 95-100 ISSN 2252-3774.

Kaufman, P. B., J. Labavitch, A. A. Prouty, dan N. S. Ghosheh. 1975.

Laboratory Experiment in Plant Physiology. New York:  Macmillan

Publishing Co., Inc. 

Latunra, A. Ilham. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar:

Jurusan Biologi Faklutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Hasanuddin.

Manurung,Desy .et,all.2013 pengaruh perlakuan pematahan dormansi

terhadap viabilitas Benih aren (Arenga pinnata Merr.). Jurnal Online

Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337- 6597.

Prawinata, W.2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung : ITB.

Salisbury, F. B dan Ross, C. W.2010. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung: ITB.

Sasmitaharja.2011. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi PMIPA ITB. Bandung.

Subowo.2009. Biologi Sel. Bandung : Angkasa.

Sutarmi, S., Harra, S., Sudiarto, A. 2009.Botani umum 2. Bandung: Angkasa.

Page 19: Dormansi Biji

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“PEMATAHAN DORMANSI BIJI”

OLEH

RUMBI RIZKY FAUZIAH

120210103113

B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 20: Dormansi Biji