LAPORAN PRAKTIKUM 4

26
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT INDESSO AROMA BATURADEN Oleh: Indah Ayuningtyas Wardani NIM A1H010096 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM 4

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM 4

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT INDESSO AROMA BATURADEN

Oleh:

Indah Ayuningtyas Wardani

NIM A1H010096

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM 4

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai kegiatan manusia baik dalam kegiatan rumah tangga hingga

kegiatan perindustrian tidak akan lepas dengan sisa hasil buangan atau sering

disebut sebagai limbah. Limbah merupkan bahan hasil sampingan atau kotoran

yang berasal dari berbagai kegiatan manusia, baik dari kegiatan dalam rumah

tangga hingga kegiatan perindustrian. Menurut Rodhie Saputra (2006), limbah

adalah segala sesuatu yang merupakan sisa hasil buangan dari suatu kegiatan atau

produksi yang sudah tidak terpakai lagi.

Berkembangnya industri sekarang ini membuat produksi limbah

meningkat. Hal ini merupakan permasalahan lingkungan yang sulit diatasi.

Limbah terdiri dari tiga jenis, yaitu limbah padat, cair dan gas. Limbah cair

merupakan salah satu hasil buangan yang dikenal sulit untuk diolah. Limbah cair

pada umumnya mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan,

terutama bagi kehidupan di airDalam rangka memenuhi lingkungan yang bersih

dan sehat dari dampak negatif limbah, perlu dilakukannya upaya alternatif

pengolahan limbah cair. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah limbah cair

harus melalui berbagai proses atau treatment sebelum akhirnya di buang ke

lingkungan. Proses ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak

negatif yang terdapat pada limbah tersebut.

Hal inilah yang mendasari kunjungan praktikum ke perusahaan

pengolahan minyak atsiri PT Indesso Aroma yang telah melakukan treatment

pada limbah cair yang dihasilkannya.

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah mengetahui proses pengolahan limbah

cair di PT. Indesso Baturraden, Purwokerto.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan

tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai

ekonomis. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999,

limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan

manusia.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat

berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,

sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Beberapa hal yang

berkaitan dengan pengertian dan kegiatan yang berhubungan dengan limbah cair

menurut (PP 82 thn 2001), yaitu :

a. Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah,

kecuali air laut dan fosil.

b. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah

permukaan tanah seperti akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ,

waduk dan muara.

c. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai

kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukkannya untuk menjamin agar

kualitas tetap dalam kondisi alamiahnya.

d. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan

penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk

menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.

e. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia,

sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentuyang menyebabkan air

tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM 4

f. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang

berwujud cair.

g. Baku mutu limbah cair adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar

yang ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau

dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan.

h. Limbah cair adalah limbah yang berbentuk air, karena umumnya limbah

cair yang dihasilkan oleh voluters baik limbah rumah tangga maupun

industri adalah dalam bentuk air yang dibuang ke sungai.

(PP 82 thn 2001).

B. Limbah Cair

Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air

beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut

dalam air. Limbah cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :

a) Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil

buangan dari rumah tangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan

sarana sejenis. Misalnya air deterjen sisa cucian, air sabun.

b) Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil

buangan industry. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari

industri pengolahan makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan dari

industri tekstil

c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang

berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah

cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan.

d) Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air

hujan di atas permukaan tanah (Abidin, 2010).

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM 4

C. Pengolahan Limbah

Secara garis besar zat yang terdapat di dalam air limbah dikelompokkan

seperti skema berikut:

Gambar 1. Skema pengelompokkan bahan yang terkandung

dalam air limbah (Sugiharto, 1987).

Pengetahuan mengenai karakteristik air buangan baik kuantitas maupun

kualitasnya adalah suatu hal yang perlu dipahami dalam merencanakan suatu unit

pengolahan limbah air buangan. Kualitas air buangan dibedakan atas tiga

karakteristik, yaitu:

1. Karakteristik fisik. Parameter yang termasuk dalam kategori ini adalah solid

(zat padat), temperatur, warna, bau.

2. Karakteristik kimia, terbagi dalam tiga kategori: zat organik, zat anorganik dan

gas-gas. Polusi zat organik biasanya dinyatakan dalam BOD (Biological

Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand).

3. Karakteristik Biologi, adalah banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam

air limbah tersebut, seperti : bakteri, algae, virus, fungi. Sifat biologis ini perlu

diketahui dalam kaitannya untuk mengetahui tingkat pencemar air limbah

sebelum dibuang ke badan air penerima (Tjokrokusumo, 1995).

Bahan polutan yang terkandung di dalam air buangan secara umum dapat

diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu bahan terapung, bahan tersuspensi dan

bahan terlarut. Selain dari tiga kategori tersebut, masih ada lainnya yaitu panas,

warna, rasa, bau dan radioaktif. Menurut sifatnya tiga kategori bahan polutan

tersebut dapat dibedakan sebagai yang mudah terurai secara biologi

(biodegradable) dan tidak mudah terurai secara biologi (non biodegradable).

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM 4

Dampak terhadap air badan air, limbah industri dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Suhu

Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk

hidupnya dan mempunyai kemempuan menyesuaikan diri sampai batas

tertentu. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pertukaran

zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Selain itu suhu juga berpengaruh

terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi temperatur suatu

perairan, semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan. Suhu air

untuk budidaya ikan berkisar antara 25-30oC.

2. Derajat keasaman (pH)

Efek polutan bersifat asam terhadap kehidupan ikan dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangbiakan. Batas minimum air tawar pada

umumnya adalah pada pH 4 dan batas maksimum pada pH 11.

3. Oksigen terlarut (DO)

Kadar DO merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting bagi

kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan memerlukan oksigen dalam

bentuk oksigen terlarut. Oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH dan

karbondioksida. Air kolam yang mengandung konsentrasi oksigen terlaut yang

rendah akan mempengaruhi kesehatan ikan, karena ikan lebih mudah terserang

penyakit atau parasit. Bila konsentrasi oksigen terlarut dibawah 4-5 mg/l maka

ikan tidak mau makan dan tidak berkembang dengan baik. Bila konsentrasi

oksigen terlarut tetap sebesar 3 atau 4 mg/l untuk jangka waktu yang lama

maka ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya terhenti. Kadar

oksigen 0,2-0,8 mg/l merupakan konsentrasi yang dapat mematikan ikan

gurameh (Hammer, 1986).

4. Zat organik terlarut. (BOD)

Zat organik terlarut menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di badan

air, sehingga badan air tersebut mengalami kekurangan oksigen yang sangat

diperlukan oleh kehidupan air dan menyebabkan menurunnya kualitas badan

air tersebut.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM 4

5. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD diperlukan untuk menentukan kekuatan pencemaran suatu limbah

dengan mengukur jumlah oksigen untuk mengoksidasi zat-zat organik yang

terdapat pada air limbah tersebut. COD adalah ukuran dari jumlah oksigen

yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kimia bahan-bahan organik perairan.

COD juga dikatakan sebagai jumlah oksigen yang dikonsumsi.

6. Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS).

Pengendapan zat padat ini di dalam dasar badan air akan mengganggu

kehidupan di dalam air tersebut. Juga endapan solid didasar badan air akan

mengalami dekomposisi yang menyebabkan menurunnya kadar oksigen

tersebut disamping menimbulkan bau busuk dan pemandangan tidak sedap.

7. Nitrogen dan pospor.

Kedua unsur kimia ini disebut nutrien, yang apabila masuk ke dalam air di

badan air yang diam seperti telaga, waduk, kolam dan lain-lain akan

menyebabkan tumbuhnya ganggang dengan cepat sehingga akan menurunkan

kualitas beban air.

8. Minyak dan bahan-bahan terapung.

Bahan-bahan tersebut menyebabkan kondisi tidak sedap dan terganggunya

penetrasi sinar matahari, serta masuknya oksigen dari udara ke dalam badan

air tersebut (aerasi).

9. Logam berat, sianida dan racun organik.

Unsur-unsur tersebut sangat merusak kehidupan perairan, dan membahayakan

kesehatan manusia.

10. Warna dan kekeruhan.

Baik warna maupun kekeruhan sangat mempengaruhi estetika walaupun

belum tentu membahayakan kehidupan di dalam air maupun kesehatan

manusia.

11. Organik tracer.

Termasuk dalam kategori tracer adalah phenol yang menyebabkan air berbau

dan rasa tidak enak, khususnya jika badan air digunakan sebagai air baku air

minum. Bahan yang tidak mudah mengalami dekomposisi biologis (Refactory

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM 4

Substance). Sebagai contoh adalah ABS (Alkyl Benzene Sulfonate) bahan

utama pembuat deterjen yang menyebabkan timbulnya busa di permukaan

badan air.

12. Bahan yang mudah menguap (Volatile Materials).

Termasuk dalam kategori ini antara lain hidrogen sulfida, dan gas methan

yang menyebabkan udara tercemar (Mackenzei, 1991).

Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi :

1. Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)

Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada

pada instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan,

penghancuran atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak

alat-alat pengolahan air limba, seperti pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-

lain.

2. Pengolahan Primer (Primary Treatment)

Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan

partikel-artikel padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni

sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut

sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di atas /

permukaan (disebut grease).

3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk

menghancurkan atau menghilangkan material organik yang masih ada pada

air limbah. Tiga buah pendekatan yang umum digunakan pada tahap ini

adalah fixed film, suspended film dan lagoon sistem.

4. Pengolahan Akhir (Final Treatment)

Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan

organisme penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara menambahkan khlorin ataupun dengan menggunakan sinar

ultraviolet.

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM 4

5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)

Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai

dengan yang dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor

ataupun amonia dari air limbah.

Unsur - unsur yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam air limbah

dapat dihilangkan dengan cara fisik, kimia, dan biologi. Cara pengolahan secara

fisik disebut unit operasi. Sedangkan pengolahan dengan mempergunakan zat - zat

kimia atau aktivitas biologi disebut unit proses. Pengolahan fisik sering disebut

pengolahan primer dengan maksud untuk mereduksi zat padat tersusupensi dan

tergantung dari waktu tinggal dalam bak pengendapan. Pengolahan kimia sering

disebut pengolahan sekunder yang bertujuan untuk mengendapkan partikel yang

mudah mengendap. Pengolahan biologi sering pula disebut pengolahan sekunder

dengan tujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik dalam limbah cair

(BOD).

1. Pengolahan Fisik

Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air

buangan diinginkan agar bahan - bahan tersusupensi berukuran besar dan yang

mudah mengendap atau bahan - bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.

Metode - metode pengolahan secara fisik meliputi penyaringan, pengemdapan,

pengapungan, pengadukan dan pengeringan lumpur (Hammer, 1986).

a. Screen (Penyaringan)

Fungsinya adalah untuk menahan benda- benda kasar seperti sampah dan

benda- benda terapung lainnya.

b. Equalisasi

Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan, misalnya

unsur - unsur pH, warna, BOD dan sebagainya. Hal ini akan menyulitkan

dalam pengoperasian suatu instalasi pengolahan air limbah, sehingga dibuat

suatu sistem equalisasi sebelum air limbah tersebut diolah.

c. Sedimentasi (Pengendapan)

Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel - partikel tersuspensi

yang terjadi bila air diam atau mengalir secara lambat melalui bak. Partikel

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM 4

- partikel ini akan terkumpul pada dasar kolam, membentuk suatu lapisan

lumpur. Air yang mencapai outlet tangki akan berada dalam kondisi yang

jernih. Proses pengendapan yang terjadi dalam suatu bak pengendapan

merupakan unit utama pada pengolahan fisik. Ada dua macam bak

pengendapan yaitu bak pengendapan dengan arah aliran horizontal dan

aliran vertikal.

d. Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan)

Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran yang

homogen. Stiring adalah pengadukan campuran homogen hasil mixing

sehingga terjadi proses penggumpalan dari zat - zat yang ingin dipisahkan

dari air.

e. Pengeringan lumpur

Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik yang

terdiri dari salah satu atau kombinasi unit - unit berikut :

1) Pengentalan lumpur (Sludge Thickener)

2) Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)

2. Pengolahan Kimia

Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan air

buangan industri adalah koagulasi - flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan desinfeksi.

Pengolahan ini menggunakan zat - zat kimia sebagai pembantu yang bertujuan

untuk menghilangkan partikel - partikel yang tidah mudah mengendap (koloid),

logam berat dan zat organik beracun (Tjokrokusumo, 1995).

3. Pengolahan Biologi

Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan memanfaatkan

aktivitas biologi (aktivitas mikroorganisme) dengan tujuan menyisihkan bahan

pencemar dalam air limbah. Proses pengolahan biologi adalah penurunan bahan

organik terlarut dan koloid dalam air limbah menjadi serat - serat sel biologi

(berupa endapan lumpur), kemudian diendapkan pada bak sedimentasi. Proses ini

dapat berlangsung secara aerob (dengan bantuan oksigen) maupun anaerob (tidak

dengan bantuan oksigen).

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM 4

a. Proses pengolahan secara aerobik

Prinsip pengolahan secara aerobik adalah menguraikan secara sempurna

senyawa organik yang berasal dari buangan di dalam periode waktu yang

relatif singkat. Penguraian dilakukan terutama dilakukan oleh bakteri dan hal

ini dipengaruhi oleh :

1) Jumlah sumber nutrient

2) Jumlah oksigen

Contoh dari proses pengolahan limbah secara aerobik antara lain :

a) Lumpur aktif (Activated Sludge)

Lumpur adalah materi yang tidak larut yang selalu nampak

kehadirannya di dalam setiap tahap pengolahan, tersusun oleh serat-serat

organik yang kaya akan selulosa dan di dalamnya terhimpun

kehidupan mikroorganisme

b) Saringan trickling (Trickling Filter)

Merupakan suatu bejana yang tersusun oleh lapisan materi kasar,

keras dan kedap air. Kegunaannya untuk mengolah air buangan dengan

mekanisme aliran air yang jatuh dan mengalir perlahan-lahan melalui

lapisan batu untuk kemudian disaring. Saringan trickling memiliki 3 sistem

utama yaitu:

1.Distributor

2.Pengolahan

3.Pengumpul

Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tersebut trickling

filter dapat menurunkan nilai BOD 80 - 90 %. Pada proses pengolahan

biologi dengan menggunakan jenis trickling filter dengan cara melewatkan

air limbah ke dalam media filter yang terdiri dari materi yang kasar dan

keras. Zat organik yang terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri

dan mikroorganisme baru, sehingga populasi mikroorganisme pada

permukaan media filter semakin banyak dan membentuk lapisan seperti

lendir (slyme) Metlaf, et .al, 1981).

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM 4

c) Kolam oksidasi/stabilisasi (Oxidation Ponds)

Kolam ini tidak memerlukan biaya yang mahal. Terdapat beberapa

kolam yang utama digunakan yaitu kolam fakultatif, kolam maturasi, dan

kolam anaerob. kelebihan kolam ini :

1. Beban BOD pada kadar rendah dapat menghasilkan kualitas efluen

sehingga 97 %.

2. Alga yang hidup dalam kolam mempunyai potensi sebagai sumber

protein yang tinggi dan dapat digunakan untuk perikanan. Ikan dapat

dibiakkan dalam kolam maturasi.

3. Kolam pengoksidaan juga dapat digunakan untuk mengolah air sisa

industri dan air yang mengandung logam berat.

4. Pengoperasiannya mudah. Kebutuhan pengoperasiannya minimum.

Kekurangan kolam pengoksidaan seperti berikut:

1.Kolam pengoksidaan ini untuk mengalirkan efluen dengan kepekatan

suspended solis (SS) dan BOD yang tinggi

2. Pengeluaran bau yang busuk mengganggu penduduk yang tinggal di

sekitar kolam ini. Hal ini terjadi jika tidak ada cahaya matahari

(ketika hujan dan waktu malam).

3. Untuk membuat kolam pengoksidaan diperlukan kawasan yang luas

jika dibandingkan dengan sistem konvensional yang lain. Sehingga

tidak sesuai jika dibuat di kawasan yang tanahnya mahal.

d) Pencernaan aerobic

e) Parit oksidasi (Oxidation Ditch)

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, axidation

ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat

mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan

lebih sedikit.Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%).

f) Karusel

g) Perabukan Cairan

Merupakan suatu proses penanganan limbah organik yang pekat

secara aerobik dimana energi yang berasal dari oksidasi limbah dilakukan

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM 4

oleh mikroorganisme dihasilkan pada suhu operasi yang dinaikkan.

Naiknya suhu akan menyebabkan : kekentalan padatan total tertinggi

menurun (di bawah kondisi aerob), meningkatkan laju reaksi oleh

mikroorganisme dan membantu menghasilkan stabilitas bahan organik

yang cepat dan detuksi patogen. Keberhasilan proses perabukan cairan

ditentukan oleh aerob yang dapat memindahkan oksigen yang cukup untuk

memnuhi kebutuhan oksigen dari campuran cairan yang pekat. Proses ini

digunakan pada rabuk sapi, babi dan susu.

h) Kontraktor biologik berputar (rotating biological contractor)

Analog dengan rotating trickling filter atau penyaring menetes

berputar. Digunakan antara lain untuk menangani limbah kota, air limbah

yang berasal dari industri pengemasan daging, susu dan keju, minuman

keras dan anggur, produksi babi dan unggas, pengolahan sayuran dan

indutri perekat dan kertas.

b. Proses pengolahan secara anaerobik

Proses pengolahan secara anaerobik terjadi disebabkan oleh adanya

aktivitas mikroorganisme pada saat tidak ada oksigen bebas. Senyawa

berbentuk anorganik atau organik pekat yang umumnya berasal dari industri

sukar atau lambat sekali untuk diolah secara aerobik, maka pengolahan

dilakukan secara anaerobik. Hasil akhir pengolahan secara anaerobik adalah

CO2 dan CH4. Tahapan yang terjadi dalam proses anaerobik adalah :

1. fermentasi dalam stadia asam

2. regressi dalam stadia asam

3. fermentasi dalam stadia basa

Prinsip proses pengolahan secara anaerobik adalah menghilangkan atau

mendegradasi bahan karbon organik dalam limbah cair atau sludge.

Keuntungan proses secara anaerobik adalah tidak membutuhkan energi untuk

aerasi, lumpur atau sludge yang dihasilkan sedikit, polutan yang berupa bahan

organik (misalnya : polisakarida, protein dan lemak) hampir semuanya

dikonversi ke bentuk gas metan (biogas) yang memiliki nilai kalor cukup

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM 4

tinggi. Sedangkan kelemahan proses pengolahan cara anaerobik adalah pada

kemampuan pertumbuhan bakteri metan yang sangat rendah, sehingga

membutuhkan waktu yang lebih panjang antara dua sampai lima hari untuk

penggandaannya, sehingga diperlukan reaktor yang bervolume cukup besar.

Proses degradasi dalam pengolahan secara anaerobik tersebut dibagi dalam

beberapa tahap :

1) Hidrolisi molekul organik polimer .

2) Fermentasi gula dan asam amino.

3) B – oksidasi anaerobik asam lemak rantai panjang dan alkohol.

4) Oksidasi anaerobik produk antara seperti asam lemak (kecuali asam

asetat).

5) Dekarboksilasi asam asetat menjadi metan.

6) Oksidasi hidrogen menjadi metan.

Kecepatan degradasi biopolimer tergantung pada jumlah jenis bakteri

yang ada dalam reaktor, efisiensi dalam mengubah substrat dengan kondisi-

kondisi waktu tinggal substrat di dalam reaktor, kecepatan alir effluent,

temperatur dan pH di dalam bioreaktor. Jika substrat yang mudah larut

dominan, reaksi substrat dengan kondisi seperti waktu tinggal substrat di dalam

reaktor, kecepatan alir efluent, temperatur dan pH yang terjadi di dalam

bioreaktor maka reaksi kecepatan terbatas, akan cenderung membentuk metan

dari asam asetat dan dari asam lemak dengan kondisi stabil atau steady state.

Faktor lain yang mempengaruhi proses antara lain waktu tinggal atau lamanya

substrat berada dalam suatu reaktor sebelum dikeluarkan sebagai sebagai

supernatan atau digested sludge (effluent). Minimum waktu tinggal harus lebih

besar dari waktu generasi metan sendiri, supaya mikroorganisme didalam

reaktor tidak keluar dari reaktor atau wash out. Penanganan limbah secara

anaerobik ada 4 jenis proses, yaitu :

1) Cara Konvensional

2) Proses Dua Tahap

3) Proses Dua Tahap dengan Daur Ulang Padatan

4) Proses Menggunakan Saringan Anaerobik (Anonim, 2010)

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM 4

D. Parameter Utama Limbah Cair Minyak

Parameter utama dalam limbah cair minyak kelapa sawit dalam tabel 1.

didasarkan pada teknologi terbaik yang tersedia di Indonesia. Baku mutu ini harus

digunakan untuk seluruh industri minyak kelapa sawit pada tahun 1995 dan untuk

seluruh industri baru dan yang saat ini diperluas. Sedangkan baku mutu limbah

yang digambarkan dalam tabel 2. adalah untuk industri yang berdasarkan

teknologi praktis terbaik untuk industri di Indonesia.

Tabel 1. Baku mutu limbah untuk industri di Indonesia sejak 1984 adalah:

Parameter Satuan Kadar maksimum

BOD mg/l 100

COD mg/l 400

TSS mg/l 50

Minyak dan lemak mg/l 100

Amonia N 200 mg/l

N total mg/l 200

PH - 5,0-9,0

Temperatur 0

C 45

Banyaknya air limbah yang dihasilkan kebanyakan pabrik yang ada di

Indonesia berkisar dari 0,4-1,2 m3/ton tandan buah segar setara dengan 2,0- 6,0

m3/ton minyak yang dihasilkan. Untuk operasi baru dengan teknologi

penghematan air yang modern, banyaknya air dapat dikurangi sampai 2,0 m3/ton

hasil.

Tabel 2. Baku Mutu Limbah Cair Industri Minyak kelapa sawit, Berlaku bagi

Industri Baru AtauYang Diperluas Dan Bagi Semua Industri.

Parameter Kadar Maksimum (mg/l) Beban Pencemaran

Maksimum (kg/ton)

BOD COD TSS Minyak

dan lemak

Nitrogen total (sebagai N)

400

350

250

25

50

1,25

0,88

1,63

0,063

0,125

PH 6,0-9,0 debit limbah cair maksimum 2,5 m3

/ton [roduk minyak kelapa

sawit.

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM 4

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat tulis

B. Prosedur Praktikum

Metode yang digunakan adalah observasi partisipatif dengan dilengkapi dengan

wawancara, serta studi pustaka. Data yang diambil dan diolah adalah:

1. Data Primer, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Wawancara

Mengadakan wawancara secara langsung dengan karyawan.

b. Pengamatan Lapangan

Mengadakan pengamatan langsung di lapangan dengan mengikuti proses

pengolahan limbah cair.

2. Data Sekunder, diperoleh dari catatan dan studi pustaka tentang pengolahan

limbah secara umum dan limbah cair secara khusus.

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM 4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Mulai

Pengaliran limbah cair hasil proses

produksi

Penyaringan sampah berukuran

besar dengan screen bar

Penyaringan minyak dalam limbah

dengan separator

Penetralan kadar pH air limbah

dengan bak ekualisasi

pH netral?

Pemisahan lumpur dan air dengan

sand filter

Penyaringan kotoran dan

penguraian bahan organik di dalam

bak aerasi kecil

Penguraian bahan organik di dalam

bak aerasi besar dengan lumpur

aktif

Pengujian air limbah dengan

indikator hidup (ikan mas)

Penyaringan di dalam bak

penampungan sementara dengan

kerikil, ijuk dan karbon aktif

Netralisir pH

Pengaturan debit limbah dengan

buffer

Ya

Tidak

Ikan

hidup?

Air dialirkan ke sungai

Selesai

Ya

Tidak

Gambar 1. Alur pengolahan limbah cair minyak atsiri

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM 4

B. Pembahasan

Pada praktikum yang telah dilaksanakan di PT. INDESSO AROMA

Baturraden, diperlihatkan proses pengolahan limbah cair minyak atsiri agar

limbah tersebut dapat dibuang ke sungai tanpa membahayakan organisme atau

makhluk hidup yang berada di sungai tersebut. Limbah yang dibuang harus sudah

terbebas dari zat-zat berbahaya yang sebelumnya masih banyak terkandung di

dalam limbah tersebut sebelum dilakukan proses pengolahan limbah.

Limbah yang dihasilkan di pabrik ini mencakup 3 area, yaitu area yang

memproduksi material ekstrak, essensial oil dan anfal (padatan). Limbah cair yang

dihasilkan dari ketiga area tersebut masih mengandung minyak. Minyak yang

terkandung di dalam limbah tersebut terdiri dari 2 fase, yaitu fase berat dan fase

ringan. Minyak dengan fase berat yaitu minyak yang kekentalannya (viskositas)

masih tinggi, sehingga minyak ini juga memiliki massa jenis yang tinggi.

Sedangkan minyak dengan fase ringan yaitu minyak yang kekentalannya

(viskositas) sudah rendah, sehingga minyak dengan fasa ini memiliki massa jenis

yang rendah.

Proses pengolahan limbah cair di PT. INDESSO AROMA Baturraden

yaitu:

1. Limbah area produksi dialirkan ke dalam screen bar yang berfungsi untuk

menyaring ampah berukuran besar yang masih terbawa oleh limbah tersebut.

2. Limbah yang telah disaring, selanjutnya masuk ke dalan separator yang

berfungsi untuk menyaring kandungan minyak yang masin terdapat di dalam

limbah tersebut.

3. Selanjutnya limbah masuk ke dalam bak ekualisasi yang berfungsi untuk

menetralkan pH air limbah.

4. Limbah yang pH-nya sudah netral, selanjutnya masuk ke dalam buffer yang

berfungsi untuk mengatur debit keluaran limbah menurut parameter COD.

5. Kemudian limbah tersebut masuk ke dalam bak aerasi besar untuk

menguraikan bahan organik yang terdapat dalam limbah dengan menggunakan

lumpur aktif.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM 4

6. Setelah limbah tersebut melewati bak aerasi besar, maka selanjutnya limbah

tersebut masuk ke dalam bak aerasi kecil yang dibuat secara memutar guna

menyaring sisa-sisa kotoran yang masih terbawa oleh limbah dan kemudian

menguraikannya.

7. Selanjutnya limbah tersebut disaring kembali dengan menggunakan sand filter

untuk memisahkan lumpur yang masih terbawa oleh limbah dengan air.

8. Setelah disaring, kemudian limbah tersebut masuk ke dalam bak

penampungan sementara yang didalamnya terdapat, kerikil, ijuk dan karbon

aktif yang berguna untuk menyerap dan memisahkan sisa-sisa minyak dan

kotoran (partikel kecil) yang terdapat di dalam limbah tersebut.

9. Setelah melewati bak penampungan sementara, selanjutnya air limbah tersebut

masuk ke dalam kolam ikan sebagai indicator hidup untuk mendeteksi ada

atau tidaknya kebocoran. Jika air limbah yang telah diproses tersebut masih

mengandung zat berbahaya, maka ikan akan mati dan saluran air yang menuju

ke sungai otomatis akan tertutup dan sebaliknya. Sebelum limbah bersih

tersebut masuk ke dalam sungai, limbah tersebut di cek kadar zat

berbahayanya secara manual. Jika masih terdapat zat berbahaya di dalam

limbah tersebut, maka limbah tersebut akan diproses ulang, tetapi jika limbah

tersebut sudah bersih, maka limbah tersebut dapat langsung di buang ke

sungai.

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM 4

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengolahan limbah cair yang terdapat di PT. INDESSO AROMA

Baturraden terdiri dari 9 tahap, yaitu:

1. Tahap penyaringan kotoran air limbah dengan screen bar.

2. Tahap penyaringan minyak dengan separator.

3. Tahap penetralan pH.

4. Tahap pengaturan debit dengan buffer.

5. Tahap penguraian bahan organic.

6. Tahap penyaringan dan penguraian bahan organic.

7. Tahap penyaringan (pemisahan) lumpur dan air.

8. Tahap pemisahan minyak dan kotoran (partikel) kecil.

9. Tahap pengecekan dengan indicator hidup.

B. Saran

1. Kerusakan dan tingkat pencemaran yang tinggi pada badan air atau sungai

dapat diupayakan mengelolah jika peran serta masyarakat dan lembaga-

lembaga terkait ikut dalam pendayagunaan limbah.

2. Pembangunan instalasi pengolahan air limbah sudah mutlak dan harus dimiliki

oleh setiap industri atau badan pengolah yang ditunjuk agar setiap air limbah

yang dibuang ke badan air sudah masuk dalam baku mutu yang telah

ditetapkan oleh pemrintah.

3. Keseriusan dari semua pihak sangat diperlukan agar limbah industri yang ada

benar-benar tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia, kalau hal ini

tidak kita mulai dari sekarang maka akan sama-sama kita lihat bahaya apa yang

akan muncul ke depan yang menghadang kita.

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM 4

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2010. Pengertian dan Pengelompokan Limbah Lingkungan.

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliah-

lainnya/sistem-sanitasi diakses pada tanggal 10 Maret 2010.

Anonim. 2008. Analisis Sifat Limbah Air.

http://ortipulang.blogspot.com/2008/09/analisis-sifat-limbah-air.html

diakses 12 Maret 2010.

Anonim. 2009. Pengolahan Limbah Cair. http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/pengolahan-limbah-

cair/ diakses pada tangga 9 Maret 2010.

Anonim. 2010. Penanganan Limbah dengan Bioremediasi.

http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=14107.0 diakses pada tanggal 12

Maret 2010.

BAPEDAL, 2001. Program Kali Bersih (PROKASIH). Yogyakarta.

Hakim, L. 2000. Evaluasi Pengelolaan IPAL Sewon Bantul. Tugas Hukum

Lingkungan, UGM, Yogyakarta.

Hammer, M.J., 1986. Water and Wastewater Technology. 2 ed. John Wiley and

Sons, New York.

Hendartomo, Tomi. 2002. Analisa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Sewon Bantul, yogyakarta Tahun 2002. Dalam [email protected]

diakses pada tanggal 9 Juni 2009.

Mackenzie, L.D., and Cornwell, 1991. Introduction to Environmental

Engineering. 2 ed., pp. 348 - 352, McGraw Hill International Editions, Ltd.,

Singapore .

Rao, A.V., and Bhole, A.G., 2001. A Low-Cost Technology for The Treatment of

Wastewater. Water Research Journal, pp. 38.

Santi, Devi N. 2004. Pengelolaan Limbah Cair Pada Industri Penyamakan Kulit

Industri Pulp Dan Kertas Industri Kelapa Sawit. Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara

Tjokrokusumo, 1995. Enjinering Lingkungan. Sekolah Tinggi Teknik

Lingkungan, Yogyakarta.

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM 4
Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM 4
Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM 4
Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM 4
Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM 4

Mulai

Pengaliran limbah cair hasil proses

produksi

Penyaringan sampah berukuran

besar dengan screen bar

Penyaringan minyak dalam limbah

dengan separator

Penetralan kadar pH air limbah

dengan bak ekualisasi

pH netral?

Pemisahan lumpur dan air dengan

sand filter

Penyaringan kotoran dan

penguraian bahan organik di dalam

bak aerasi kecil

Penguraian bahan organik di dalam

bak aerasi besar dengan lumpur

aktif

Pengujian air limbah dengan

indikator hidup (ikan mas)

Penyaringan di dalam bak

penampungan sementara dengan

kerikil, ijuk dan karbon aktif

Netralisir pH

Pengaturan debit limbah dengan

buffer

Ya

Tidak

Ikan

hidup?

Air dialirkan ke sungai

Selesai

Ya

Tidak