Laporan Praktikum Kimper Modul 4

30
LEMBAR PENGESAHAN BAB MATERI NILAI I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA III MATERI DAN METODE IV HASIL DAN PEMBAHASAN V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Semarang, 18 Juni 2014 Asisten Praktikan Nindita Eka Setyahandani Putriana Oktaviani 26020211130022 26020213120013

description

laporan resmi raktikum kimia perairan

Transcript of Laporan Praktikum Kimper Modul 4

LEMBAR PENGESAHAN

BABMATERINILAI

IPENDAHULUAN

IITINJAUAN PUSTAKA

IIIMATERI DAN METODE

IVHASIL DAN PEMBAHASAN

VKESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Semarang, 18 Juni 2014 Asisten Praktikan

Nindita Eka Setyahandani Putriana Oktaviani 26020211130022 26020213120013

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangAir merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua mahluk hidup.Dan bahkan hampir 90% tanaman dan mikrobia terdiri dari air.Kandungan yang terlarut dalam suatu perairan tentunya mempengaruhi aktivitas hidupsuatuorganisme yang ada di dalamnya seperti kelimpahan kandungan oksigen (O2) dalam perairan yang memudahkan organisme di dalamnya dapat melakukan proses respirasi.Oksigen menjadi pemegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi danreduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kegiatan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobic atau anaerobik. Sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidakberacun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun.Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air.1.2 Tujuan Adapun tujuan diadakannya praktikum Modul IV Determinasi Oksigen Terlarut adalah sebagai berikut :1. Mengetahui metode penentuan kadar oksigen terlarut 2. Dapat menentukan kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan3. Mahasiswa mampu menganalisis hubungan kadar oksigen terlarut dengan kualitas perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oksigen Terlarut Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai penunjang utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi zat an-organik oleh mikro organisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis organism berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk ke dalam tubuhnya (Simanjuntak, 2007).Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikro-organisme. Sumber utama oksigen dalam air laut adalah udara melalui proses difusi dan dari proses fotosintetis fitoplankton. Oksigen terlarut merupakan salah satu penunjang utama kehidupan di laut dan indikator kesuburan perairan (Simanjuntak, 2012).Oksigen terlarut (Dissolved oxygen) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan bahan organic dan anorganik dalam proses aerobic. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintetis organism yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi dari udara, tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut ( Salmin, 2005).Dinamika oksigen terlarut dalam ekosistem perairan ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dan konsumsi oksigen. Tumbuhan akuatik merupakan faktor yang penting dalam menentukan keseimbangan oksigen dalam ekosistem perairan. Produksi oksigen berlangsung melalui proses fotosintesis oleh komunitas autotrof, sedangkan konsumsi oksigen dilakukan oleh semua organism melalui proses respirasi dan perombakan bahan organic (Puspitanigrum et. al, 2012).2.2 Analisis Oksigen TerlarutOksigen terlarut dapat di analisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :1. Metode Titrasi dengan cara Winkler2. Metode ElektrokimiaMetoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sementara cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter (Salmin, 2005).

2.2.1 Metode Elektro kimiaMetoda Elektro Kimia adalah metoda dengan menggunakan prinsip titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :MnC12 + NaOH Mn(OH)2 + 2 NaCI2 Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + 2 H20MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOHI2 + 2 Na2S2C3 Na2S4O6 + 2 NaI (Salmin, 2005).

2.2.2 Metode Winkler Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah :Katoda : O2 + 2 H2O + 4- 4 HO-Anoda : Pb + 2 HO- PbO + H20 + 2e-Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut (Salmin, 2005).

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Winkler Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimanadengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis, teliti dan akuratapabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dala titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan caraDO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran. Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DOadalah dimanadengan cara WINKLER penambahan indikator amylum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2mudah menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2oleh endapan (Sunarto, 2003).

2.3 Larutan Natrium TiosulfatNatrium Tiosulfat (Na2S2O3)adalah salah satu jenis dari garam terhidrat. Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar. Ion tiosulfat dapat diperoleh secara cepat dengan cara mendidihkan belerang dengan non sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion ditionit. Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan dibidang fotografi, dimana garam ini digunakan untuk melarutkan perak bromida yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi. ion tiosulfat dapat membentuk kompleks Ag(S2O3)- dan Ag(S2O3)23-Ion tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan ion-ion logam lain (Hapsoro, 2012).

2.4 Indikator AmilumPati disebut juga amilum, terbagi dua yaitu Amilosa atau disebut -amilosa, yaitu suatu senyawaan berantai lurus dan terdapat berlimpah dalam pati kentang, memberi warna biru dengan iod dan rantainya mengambil bentuk spiral. Kedua, Amilopektin atau -amilosa yang mempunyai struktur rantai bercabang, membentuk suatu produk berwarna ungu-merah, mungkin dengan adsorbsi. Mekanisme pembentuka kompleks berwarna tidak dikerahui dengan tepat. Akan tetapi molekul iodium akan ditahan pada permukaan amilosa, salah satu unsur kanji. Unsur kanji lain yaitu amilopektin membentuk kompleks kemerah-merahan (violet) dengan yodium, yang sulit dihilangkan warnanya karena rangkaian yang panjang dengan Mr. 50000-1000000 sedangkan amilosa Mr. 10000-50000 (Rahayu, 2012).

2.5 Penanggulangan Kelebihan dan Kekurangan Oksigen TerlarutOksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalamperairanselalu mengalami perubahan dalam sehari semalam. Sehingga apabila kadar oksigen terlarut berkurang dalam air, maka perlu dilakukan cara-cara yaitu menggunakan aerator atau alat sirkulasi air yang mampu memutar oksigen dari udara kedalam air sacara cepat dan dalam jumlah besar. Pengelolaandalam perairanharus selalu diperhatikan kadar danperubahan konsentrasi oksigen terlarutnya. Dalam perairan,apabila terjadi penurunanoksigendapat dilakukandenganpenambahanbahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan.Oksigenterlarut ini diperlukan untuk menjaga kelestarian kehidupan tumbuhan dan hewan dalam air.Kehilangan oksigen karena proses biologis ini diganti dari melarutkan udara di dalam air dan dari proses fotosintesis tumbuhan air (Sitanggang, 2002).

2.6 Kadar Oksigen Terlarut dalam Perairan Dalam perairan, khususnya perairan tawar memiliki kadar oksigen (O2) terlarut berkisar antara 15 mg/l pada suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC. Kadar oksigen (O2) terlarut dalam perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l. Besarnyaoksigen yang diperlukanoleh suatuorganismeperairantergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan sebagainya.Konsentrasi oksigen(O2)yang rendah dapat menyebabkanstress dan kematian pada ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen (O2) dalam perairansecara umum merupakan konsekuensi terhambatnya aktivitas akar tumbuhan dan mikrobia, serta difusi yang menyebabkan naiknya kadar CO2dan turunnya kadar O2 (Efendi, 2003).Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million)(Illahude, 1999).

2.7 Hubungan Oksigen Terlarut Dengan Keberadaan CO2Oksigen dan karbondioksida yang terlarut di air laut mempunyai arti penting dalam metabolisme. Kelarutan gas gas dalam air laut adalah suatu fungsi dari suhu, makin rendah suhu makin besar kelarutannya. Oleh karena itu makin dingin suatu badan air, makin banyak oksigen yang dapat dikandungnya. Kelarutan gas di dalam air tidak begitu besar. Pada permukaan air laut hingga kedalaman 10 20 meter kandungan oksigen memperlihatkan jumlah yang maksimum karena kegiatan fotosintesis tumbuh tumbuhan dan difusi oksigen dari atmosfer sedangkan di lapisan dalam sumber O2berasal dari Singking Water dari daerah kutub (Hutabarat dan Evans, 2006).

III.MATERI DAN METODE3.1 Materi 3.1.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampelhari/tanggal: Kamis, 12 Mei 2014 waktu: Pukul 13.46 WIB selesaitempat : Rawa depan UNPAND

Praktikum di Laboratoriumhari/tanggal: Kamis, 22 Mei 2014 pukul 15.00 - 17.00 WIBwaktu: Pukul 14.40 WIB selesaitempat : Laboratorium Kimia Gedung E Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang

3.1.2 Alat 3.1 Alat yang digunakan dalam praktikum modul IV Determinasi Oksigen TerlarutNoAlatGambarFungsi

1ErlenmeyerTempat mengukur titrasi, serta tempat mengukur dan mencampurkan bahan analisis

2Pipet TetesUntuk memindahkan cairan dari satu tempat ketempat lainnya secara perlahan.

3Gelas BekkerAlat untuk mengukur volume suatu larutan yang dibutuhkan dengan ketelitian yang tinggi

4.Statif dan Buret Buret : Sebagai tempat untuk mentitrasi larutan

Statif : sebagai tempat penyangga buret agar tidak terjatuh.

5.Gelas UkurSebagai tempat untuk mengukur air sampiel sesuai kadar yang dibutuhkan

6.

CorongBerfungsi memasukkan larutan sampel kedalam gelas ukur

7 Botol SampelTempat untuk Air sampel yang akan digunakan agar aman dan terbebas dari campuran zat lain

8

Pipet Tetes

Untuk memindahkan cairan dari satu tempat ketempat lainnya secara perlahan.

9Alat TulisUntuk menulis dan mencatat hasil dan proses sampling

3.1.3 Bahan3.1 Bahan yang digunakan dalam praktikum modul II Determinasi Oksigen TerlarutNoNamaGambarFungsi

1.Larutan H2SO4Larutan yang digunakan untuk melarutkan air sampel

2. Indikator AmilumSebagai indicator yang digunakan dalam praktikum

3

Air sampel

Air yang akan diteliti kadar oksigen terlarutnya

5Na2SO4

Sebagai larutan titrasi

6

Air Sampel titik 2Sebagai bahan yang digunakan untuk diteliti kadar oksigen terlarutnya

7

Larutan MnCl2Larutan yang digunakan untuk mengikat kadar oksigen dalam air sampel

8Larutan Alkali Iodide (NaOH KI)

Larutan yang digunakan untuk mengikat kadar oksigen dalam air sampel

3.2 Metode3.2.1 Metode Pengambilan Sampel Adapun langkah langkah yang dilakukan untuk pengambilan sampel modul IV Determinasi Oksigen Terlarut adalah sebagai berikut1. Botol sampel dikalibrasikan pada perairan dengan cara air sampel dimasukkan dalam botol dan dikocok minimal selama 3 kali lalu dikeluarkan.2. Kemudian, air sampel dimasukkan kebotol dengan cara botol dimasukkan keair agar tidak ada gelembung udara yang masuk. 3. Gelembung udara ditunggu hingga hilang kemudian botol sampel yang berisi air sampel ditutup didalam air.4. Setelah itu larutan MnCl2 dan NaOH KI diteteskan sebanyak 10 tetes pada air sampel yang telah diambil. 5. Air sampel didiamkan beberapa saat hingga cairan bagian atas dalam botol jernih.6. Jika terlihat endapan berwarna putih, botol ditutup kembali dan siap digunakan untuk bahan praktikum

3.2.2 Metode Praktikum Adapun langkah langkah yang digunakan pada saat praktikum Modul IV Determinasi Oksigen Terlarut adalah sebagai berikut 1. Botol sampel ditambahkan 1 ml HCL pekat atau H2SO4 pekat 2. Botol ditutup kembali, kemudian larutan dikocok agar endapannya dapat larut3. Larutan sampel tersebut diambil sebanyak 50 ml dan dimasukkan dalam Erlenmeyer4. Air sampel dititrasi dengan larutan standar Thiosulfat 0,02 N dari warna coklat, larutan berubah menjadi kuning. 5. Volume larutan Tiosulfat (Na2S2O3) yang digunakan dalam titrasi dicatat.6. Indikator amilum ditambahkan 3 tetes kemudian dititrasi kembali dengan air sampel hingga terjadi perubahan warna dari biru tua menjadi bening7. Hasil perhitungan titrasi di catat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilHasil perhitungan oksigen terlarut pada sampel 2 di perairan sungai Universitas Pandanaran adalah sebagai berikut : Titrasi Pertama Titrasi Awal : 0 mlTitrasi akhir : 0,2 mlSelisih : 0,2 0 = 0,2 ml Titrasi keduaTitrasi Awal : 0,2 mlTitrasi akhir : 0,3 mlSelisih : 0,3 0,2 = 0,1 ml Jumlah ml titrasi : ml titrasi1 + ml titrasi2 = 0,2 ml + 0,1 ml = 0,3 ml Kadar Oksigen terlarut : x ml titrasi x 0,16 : x 0,3 ml x 0,16 = 0,96 ppmTabel 4.1 Perbandingan hasil kelompok praktikum modul IV Determinasi Oksigen TerlarutTitik SampelKelompokHasil

Titik 11Kadar Oksigen Terlarut x 0,5 ml x 0,16 = 1,5 ppm

5Kadar Oksigen Terlarut x 0,3 ml x 0,16 = 1,6 ppm

Titik 22Kadar Oksigen Terlarut x 0,3 ml x 0,16 = 0,96 ppm

6Kadar Oksigen Terlarut x 0,3 ml x 0,16 = 0,96 ppm

Titik 33Kadar Oksigen Terlarut x 0,3 ml x 0,16 = 0,96 ppm

7Kadar Oksigen Terlarut x 0,3 ml x 0,16 = 0,96 ppm

Titik 44Kadar Oksigen Terlarut x 0,9 ml x 0,16 = 2,88 ppm

8Kadar Oksigen Terlarut x 0,5 ml x 0,16 = 1,6 ppm

4.1 Pembahasan Praktikum Kimia Perairan Modul IV yang berjudul Determinasi Oksigen Terlarut membahas tentang kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan di rawa Universitas Pandanaran. Air sampel diambil dari perairan yang sama dengan titik yang berbeda. Sampel air yang telah diambil ini akan dihitung oksigen terlarutnya dan dibandingkan dengan sampel lain dari berbagai titik pengambilan, kemudian akan terlihat bagaimana hasil serta pengaruh dan kondisi kelayakan perairan tersebut. Berbagai faktor juga akan mempengaruhi dan membuktikan mengapa suatu perairan dititik tertentu memiliki kadar oksigen terlarut yang lebih rendah atau sebaliknya. Metoda yang digunakan dalam perhitungan kadar oksigen terlarut ini adalah metoda Winkler. 4.1.1 Grafik fluktuasi cuacaSumber oksigen terlarut paling utama berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer. Difusi oksigen ke dalam air terjadi secara langsung pada kondisi diam atau karena pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau angin. Proses difusi melalui biota berklorofil yang mampu berfotosintesis. Disamping itu juga terdapat faktor yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam air laut yaitu karena respirasi biota, dekomposisi bahan organik dan pelepasan oksigen ke udara. Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah yang masuk ke badan air. Keberadaan konsentrasi Oksigen Terlarut harian berbeda beda dan dipengaruhi oleh kondisi siang, sore dan malam. Konsentrasi oksigen pada pagi hingga sore hari lebih tinggi dan meningkat dibandingkan dengan konsentrasi oksigen pada malam hingga pagi hari selanjutnya. Konsentrasi oksigen tertinggi dicapai pada sore hari di lapisan permukaan. Secara umum, akumulasi masukan oksigen hasil dari fotosintesis diduga hanya terjadi hingga sore hari. Setelah sore hari, konsentrasi DO akan mengalami penurunan. Persentase penyinaran matahari ke permukaan air rata-rata dari pukul 14.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB adalah 7 % atau sekitar 2 % tiap jam (BMG 2007). Oleh karena itu, diduga proses fotosintesis tidak berjalan efektif setelah sore hari. Pada lapisan permukaan, konsentrasi DO mengalami penurunan menjelang malam hari. Kondisi ini diduga terjadi karena adanya penurunan laju fotosintesis akibat rendahnya intensitas cahaya matahari. Fotosintesis berhenti di malam hari, proses respirasi berlanjut untuk menggunakan O2. Setelah malam hari, konsentrasi oksigen pada bagian permukaan tidak mengalami fluktuasi, melainkan terus mengalami penurunan hingga menjelang pagi. Hal ini diduga terjadi karena adanya konsumsi oksigen di malam hari oleh seluruh biota yang hidup dilapisan tersebut. Pada periode ini, baik organisme heterotrof atau pun autotrof mengkonsumsi oksigen.

Berdasarkan hasil praktikum, kadar oksigen yang telah diperoleh dari 4 titik yang berbeda, Air sampel di ambil pada waktu siang hari pukul 13.49 WIB. Namun kondisi cuaca disekitar lokasi mendung dan sinar matahari tidak terik. Sehingga pengambilan serta berjalannya laju proses fotosintesis tidak efektif. Kondisi air yang berbeda beda juga menjadi faktor penentu kadar oksigen yang berubah ubah. Pada siang hari, saat matahari terik proses fotosintesis berlangsung namun apabila cahaya matahari tidak ada maka proses tersebut terhalang. Terhambatnya proses fotosintesis menyebabkan menurunnya produksi oksigen oleh fitoplankton. Sehingga kadar oksigen yang kurang dari batas normal menyatakan bahwa oksigen dalam perairan tersebut sangat lah kecil. Selain disebabkan oleh cuaca yang menghalang cahaya matahari, kondisi air yang keruh juga menyebabkan semakin sulitnya matahari masuk ke dalam air untuk proses fotosintesis biota didalamnya. Waktu yang efektif saat pengambilan sampel sebaiknya adalah sore hari dimana oksigen suatu perairan akan meningkatsecara maksimal. Dari hasil praktikum, kelompok 4 dan 8 mendapatkan perhitungan kadar oksigen paling tinggi yaitu 2,88 dan 1,6 ppm. Hasil ini menyatakan bahwa kadar oksigen diperairan tersebut normal. Meskipun kondisi air tidak sejernih di titik 2 dan 3 namun dititik 4, daerah nya sangat kondusif dan langsung terkena oleh sinar matahari langsung. Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Jadi, meskipun kondisi air pada titik 4 tidak sebaik titik 2 dan 3 yang jernih, namun karena selalu diterangi sinar matahari secara langsung maka kandungan oksigennya normal dan baik untuk dihidupi vegetasi. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air. Reaksi yang terjadi dalam penguraian tersebut adalah:

Namun, Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Dititik 1, hasil perhitungan kelompok 1 dan 5 mendapatkan hasil kadar oksigen sebesar 1,5 dan 1,6 Ppm. Konsisi kadar oksigennya cukup baik meskipun masih dibawah normal.

4.1.2 Hubungan suhu dan Oksigen TerlarutOksigen merupakan salah satu gas terlarut di perairan alami dengan kadar bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfir. Selain diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme di perairan, oksigen juga diperlukan dalam proses dekomposisi senyawa-senyawa organik menjadi senyawa anorganik.Suhu berperan sebagai Penangulangan apabila suatu kadar oksigen disebuah perairan terlalu kecil atau terlalu besar. Jika kelebihan kadar oksigen terlarut, salah satu cara untuk menurunkannya adalah dengan menaikkan suhu atau temperatur air, dimana jika temperatur naik maka kadar oksigen terlarut akan menurun. Sementara itu, hal ini dilakukan sebaliknya sebagai cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut, yaitu dengan cara menurunkan suhu atau temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen terlarut akan naik. Kadar oksigen (O2) dalam perairan tawar akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurangnya kadar alkalinitas. Suhu air juga mengendalikan spawning dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang dapat menyebabkan kematian apabila air menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak. Air yang lebih dingin lazimnya menghambat perkembangan, sedangkan air yang lebih panas umumnya mempercepat aktivitas. Suhu air juga memperngaruhi berbagai macam reaksi fisika dan kimiawi didalam perairan akuatik. Faktor utama mengapa kadar oksigen diperairan titik 2 dan 3 begitu kecil yaitu dipengaruhi oleh suhu yang sangat rendah karena kondisi cuaca yang mendung. Sehingga menghambat aktivitas pertumbuhan vegetasi disekitarnya. Padahal apabila aktivitas pertumbuhan berjalan lancar maka kadar oksigen akan naik. Hasil yang diperoleh masing masing sangat kecil dan rendah hingga dibawah batas normal. Sementara kelompok 4 dan 8 berada pada nilai normal rata rata oksigen terlarut yang baik bagi suatu perairan karena suhu daerah dititik tersebut cukup konstan dan tidak begitu berubah ubah.

4.1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi Oksigen Terlarut di PerairanFaktor yang mempengaruhi kadar oksigen terlarut yang dapat berubah ubah yaitu disebabkan oleh 1. Suhu. Suhu air merupakan regulator utama proses alamiah didalam lingkungan akuatik. Suhu air mengendalikan spawning dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang dapat menyebabkan kematian kalau air menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak. Air yang lebih dingin lazimnya menghambat perkembangan, sedangkan air yang lebih panas umumnya mempercepat aktivitas. Suhu air juga memperngaruhi berbagai macam reaksi fisika dan kimiawi didalam perairan akuatik. 2. Kecepatan Arus. Arus merupakan suatu gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Arus merupakan faktor ekologis yang penting terutama pada perairan yang arusnya cukup tinggi. Arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam, dan makanan serta organisme dalam air. Kecepatan air tergantung kemiringan dasar, lebar, kedalaman, sungai dan debit air. Arus yang cukup tinggi akan memaksa organisme yang hidup didalamnya melakukan adaptasi untuk bertahan sehingga pada perairan yang berarus cepat mempunyai karakteristik tertentu dengan bentuk organisme yang biasa berada di air yang tergenang. Umumnya kandungan DO pada perairan berarus deras cukup tinggi.3. Kekeruhan (Turbiditas). Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh cahaya mampu menembus air, dimana cahaya yang menembus air akan mengalami pemantulan oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal. Dalam danau atau perairan lainnya yang relatif tenang, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan koloid, dan bahan-bahan hakus yang terdispersi dalam air. Dalam sungai yang mengalir, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi. Biasanya jika kekeruhan cukup tinggi, maka DO yang terkandung dalam perairan tersebut rendah. Kondisi air yang baik, dikelilingi oleh biota dan vegetasi serta pantulan sinar matahari secara langsung, namun hal ini bisa saja tidak membuktikan secara signifikan parameter kondisi perairan sebenarnya, hal ini disebabkan oleh faktor faktor pengaruh seperti arus yang rendah. Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa arus adalah salah satu alasan penting mengapa kadar oksigen berubah. Apabila kecepatan arus tinggi maka kadar oksigen bisa meningkat dan begitu sebaliknya. Kelompok 1 dan 5 diambil dititik 1 dengan kondisi air yang keruh namun karena arusnya mengalir dengan baik maka oksigen pun meningkat jika dibandingkan dengan titik lainnya, meskipun tidak mencapai batas normal. Sementara itu pada kelompok 2, 3, 6, dan 7 yang berada dititik yang berdekatan, memiliki arus air yang lebih rendah sehingga kadar oksigennya pun kecil. lain halnya dengan kelompok 4 dan 8 yang justru meneliti dititik 4 dengan kondisi air yang deras dan terkena sinar matahari setiap saat. Selain arus, suhu dan kekeruhan mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Suhu yang rendah disebabkan cuaca yang mendung menyebabkan kadar oksigen sangat rendah dan dibawah batas normal.

4.1.4 Perbandingan Hasil tiap KelompokPada lokasi pengambilan sampel dengan 4 titik berbeda dan kondisi perairan serta lingkungan yang bermacam macam maka menjadi faktor penting mengapa kadar oksigen terlarutnya tidak serupa. Titik 1 diambil di depan Gedung Universitas Pandanaran dengan kondisi perairan yang keruh, air berwarna kehijauan dan dipenuhi rumput serta sampah. Titik ini tidak terkena langsung oleh cahaya matahari. Titik 2 diambil dilokasi yang sama namun kondisi perairannya sedikit lebih baik. kondisi air cukup bening dan terdapat banyak biota seperti ikan, selain itu tampak pula vegetasi disekitarnya dan terkena sinar matahari secara langsung. Di titik 3, kondisi perairan cukup keruh namun masih normal dan baik. terdapat beberapa biota seperti ikan dan daerah perairan diterangi cahaya matahari secara langsung. Pada titik 4, lokasi pengambilan berbeda yaitu didaerah dekat jalan. Kondisi air berlumpur, keruh dan dikelilingi vegetasi. Idealnya, kadar oksigen normal yaitu mencapai 3-5 pmm yang berarti aman dan tidak terkontaminasi oleh senyawa beracun dan layak untuk ditinggali biota serta vegetasi laut. Apabila kadar oksigen kurang dari 1,7 ppm maka perairan dapat dikatakan tidak cukup baik dan mengalami kejenuhan. Berdasarkan Praktikum yang telah dilaksanakan, hasil yang diperoleh dari berbagai kelompok sangat signifikan dan seluruhnya hampir mendekati perhitungan yang sama. Kelompok 2 dan kelompok 6 mendapatkan lokasi titik pengambilan sample yang sama yakni di titik 2 dengan kondisi perairan yang terkena sinar matahari tapi teduh karena tertutup awan,memiliki sedikit vegetasi,kondisi perairan yang jernih,serta ada biota kecil berupa ikan. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil yang sama yaitu 0,96 ppm karena dari air sample yang sama dititrasikan dengan metode dan bahan-bahan yang sama dan tidak terjadi eror pada saat titrasi dilangsungkan.Pada kelompok 1 dan 5 yang meneliti perairan pada titik 1 dilokasi yang kondisi airnya keruh dan cukup buruk, hasil perhitungan nya adalah 1,5 dan 1,6 Ppm. Hasil ini hampir mendekati kadar oksigen normal namun msih dibawah rata rata. Bisa saja dipengaruhi oleh suhu udara yang rendah dan kadar kekeruhan yang tinggi serta banyaknya biota disekitar perairan. Kelompok 3 dan 7 mendapatkan hasil perhitungan yang sama dengan kelompok 2 dan 6 yaitu 0,96 ppm dengan kondisi titik yang serupa. Sementara kelompok 4 dan 8 mendapatkan hasil perhitungan kadar oksigen terlarut berturut turut 2,88 dan 1,6 ppm yang artinya normal dan berada pada nilai paling tinggi dibandingkan kelompok lain. Meskipun kondisi perairan titik 4 cukup keruh, namun perairan slalu terkena sinar matahari sehingga proses fotosintesisi tumbuhan disekelilingnya lancar.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum modul IV Determinasi Oksigen Terlarut yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Metode yang dilakukan untuk menentukan kadar oksigen terlarut adalah metode winkler, yaitu dengan menggunakan prinsip titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH KI terlebih dahulu untuk mengikat kadar oksigen terlarut didalam air tersebut.2. Kadar oksigen terlarut yang didapatkan kelompok 2 pada titik 2 mendapatkan hasil 0,96 ppm. Hasil ini juga diperoleh oleh kelompok 3, 6 dan 7 karena lokasi pengambilan yang bersebelahan. Kadar oksigen tertinggi diperoleh dari kelompok 4 yaitu 2, 88 pp dan kelompok 8 serta kelompok 5 dengan perhitungan oksigen 1,6 ppm. Idealnya suatu kadar oksigen normal yaitu 3-5 ppm. Apabila dibawah 1,7 maka suatu perairan tidak layak ditinggali biota dan tercemar.3. Hubungan kadar oksigen terlarut dengan kualitas perairan adalah jika semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Konsentrasi oksigen(O2)yang rendah dapat menyebabkanstress dan kematian pada ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen (O2) dalam perairansecara umum merupakan konsekuensi terhambatnya aktivitas akar tumbuhan dan mikrobia, serta difusi yang menyebabkan naiknya kadar CO2dan turunnya kadar O2.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi,H.2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. KANISIUS,Yogyakarta.

Enan M. Adiwilaga et, al., 2009. Perilaku Oksigen Terlarut Selama 24 Jam Pada Lokasi Karamba Jaring Apung di Waduk Saguling, Jawabarat. Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.

Eny Rahayu, 2012. Indikator Kanji. http://catatanenyrahayu.blogspot.com/2012/03/indikator-kanji.html. Diakses 11 juni 2014.

Hutabarat, sahala dan Stewart M. Evans. 2006.Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia, Jakarta.Illahude, A.Gani. 1999.Pengantar Oseanografi Fisika. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.Marojahan Simanjuntak, 2007. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka.ILMU KELAUTAN. Juni 2007. Vol. 12 (2) : 59 66. Bidang Dinamika Laut, Penelitian Oseanografi-LIPI

Marojahan Simanjuntak, 2012. Kualitas Air Laut Ditinjau dari Aspek Zat Hara, Oksigen Terlarut Dan pH Perairan Banggai, Sulawesi Tengah. Bidang Dinamika Laut, Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta

Mawar Puspitaningrum, et. Al, 2012. Produksi dan Konsumsi Oksigen Terlarut oleh Beberapa Tumbuhan Air. Produksi dan Konsumsi Oksigen Mawar P, Munifatul I, Sri H, 47-55 51. Biologi Struktur Fungsi Tumbuhan Jur Biologi FMIPA UNDIP.

Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 26. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. Sitanggang, M. 2002. Mengatasi Penyakit dan Hama Pada Ikan Hias. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Sunarto, 2003. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Raha Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Pusat penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Radityo Ari Hapsoro, 2012. Perbandingan Kemampuan Pereduksi Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) dan Kalium Oksalat (K2C2O4) Pada Analisa Kadar Total Besi Secara Spektrofotometri UV-VIS. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Gambar 12.hasil titrasi keduaGambar 11.titrasikan dengan thiosulfatGambar 10.sample setelah ditetesi amylumGambar 8. hasil titrasiGambar 4. alat dan bahan praktikum laboratoriumGambar 6.50 ml air sample dimasukkan ke erlenmeyerGambar 5.proses mengambil 50 ml sample yang telah ditetesi H2SO4Gambar 3.pemberian 10 tetes NaOH-KI dan MnCl2 ke air sample secara bersama samaGambar 2. larutan NaOH-KI dan MnCl2Gambar 1. pengambilan sample titik 2Gambar 7.titrasikan dengan thiosulfatGambar 9.pemberian 3 tetes amylumLAMPIRAN