LAPORAN PRAKTIKUM 1
-
Upload
erica-poespa-ningroem -
Category
Documents
-
view
69 -
download
8
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM 1
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
PERCOBAAN I
PROTEIN
NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM
NIM : J1C111208
KELOMPOK : 1I (dua)
ASISTEN : ABDUL RAHMAN
\
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
PERCOBAAN I
REAKSI UJI PROTEIN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menguji kelarutan endapan protein oleh
garam-garam anorganik, untuk mengetahui terjadinya proses koagulasi, untuk
melihat proses terjadinya pengendapan protein dengan alkohol, dan untuk mengetahui
proses terjadinya denaturasi protein.
II. DASAR TEORI
Protein merupakan senyawa polipeptida yang dihasilkan dari polimerisasi
asam-asam amino, dimana asam aminonya mempunyai gugus amina (-NH2) dan
gugus karboksil (-COOH). Jumlah asam amino yang menyusun satu molekul protein
berkisar antara 50 sampai 1000 unit asam amino.
Struktur umum asam amino : O ║ NH — CH — C — OH │ R
R = rantai samping
Dari struktur umum di atas, variasi dalam struktur monomer-monomer asam
amino terjadi pada rantai sampingnya. Oleh karena itu, jumlah asam amino yang
menyusun protein dapat bermacam-macam serta urutan asam amino dalam protein
dapat beraneka ragam, maka hanya dari 20 jenis asam amino dapat terbentuk jenis
protein yang tak terhingga banyaknya. Bakteri yang bersel satu saja, di dalam
tubuhnya mengandung kira-kira 3000 jenis protein, sedangkan pada tubuh manusia.
Terdapat lebih dari 5 juta jenis protein. Bahkan yang lebih menakjubkan lagi adalah
bahwa tidak ada 2 spesies orgenisme yang mengandung jenis protein yang sama. Jadi,
jika ada suatu organisme memakan protein dari spesies yang lain, maka protein itu
akan segera dihidrolisis dengan bantuan enzim-enzim protease menjadi asam-asam
amino penyusunnya, baru kemudian asam-asam amino ini disentesis kembali menjadi
protein yang sesuai dengan milik organisme tersebut (Respati, 1980).
Perbedaan rantai protein akan mengakibatkan perbedaan dalam proses
metabolisme organisme. Contoh ini dapat kita lihat pada perbedaan kelarutan antara
hemoglobin normal dan hemoglobin anemia. Asam glutamat dengan rantai – CH2 –
CH2 – COOH (karboksilat) mudah larut dalam air, sedangkan valin dengan rantai –
CH – (CH3)2 (hidrokarbon) sangat sukar larut. Saat pengambilan oksigen dari paru-
paru, baik hemoglobin normal ataupun hemoglobin anemia sama-sama larut dalam
plasma, akan tetapi ketika oksigen dibebaskan kepada sel atau jaringan yang
memerlukan, hemoglobin normal akan tetap larut, sedangkan hemoglobin anemia
akan mengkristal dan membendung pipa kapiler sehingga aliran darah akan terhambat
dan mengakibatkan “kemacetan” metabolisme tubuh.
Asam amino larut dalam air dan pelarut polar lainnya, akan tetapi tidak larut
dalam pelarut non polar seperti dietil eter atau benzena. Asam amino kuran bersifat
asam jika dibandingkan asam karboksilat lain dan kurang bersifat basa dibandingkan
dengan sebagian besar amina. Ini karena gugus amino yang bersifat basa dan gugus
karboksil yang bersifat asam berada dalam satu molekul. Sehingga asam amino
mengalami reaksi asam basa internal yang menghasilkan suatu ion dipolar atau
zwitterion. Ini menyebabkan titik leleh asam amino sangat tinggi dan mempunyai
titik isoelektrik. Titik isoelektrik terjadi bila muatan positif dan negatif saling
meniadakan, pada seperti ini asam amino cenderung kurang larut.
Protein yang hanya melulu tersusun dari asam amino dinamakan dengan
protein sederhana. Ada juga protein yang terkonyugasi, yang selain mengandung
asam-asam amino juga mengandung gugus lain, misalnya glikoprotein (berikatan
dengan karbohidrat), lipoprotein (dengan lemak), hemoprotein (dengan kompleks
besi), nukleoprotein (dengan asam nukleat) dan sebagainya (Hart & Suminar, 1990).
Struktur serta kerja protein mudah dirusak atau dihentikan oleh panas,
perubahan pH, dan oleh suatu oksidator atau reduktor. Dalam kondisi seperti ini
protein akan mengalami denaturasi (perubahan sifat fisis dan dan aktivitas biologis).
Contoh yang paling populer adalah penggumpalan albumin (komponen utama dari
putih telur) ketika merebus atau menggoreng telur. Peristiwa denaturasi ini juga
terjadi tatkala rambut anda akan dikriting pada salon kecantikan. Jembatan disulfida
pada molekul keratin (protein pada rambut) dipecah dengan suatu zat reduktor,
kemudian rambut dipilin dan dibuat bergelombang menurut mode yang dikehendaki.
Lalu dengan penambahan suatu zat oksidator, terbentuklah suatu jembatan disulfida
yang baru untuk melesterikan mode rambut anda tersebut.
Ada banyak cara yang dilakukan untuk mengenal lebih jauh apa itu protein.
Antara lain dengan uji biuret, reaksi xanthoprotein, uji Millon, reaksi reduksi sulfur,
reaksi ninhidrin, uji pengendapan protein (dengan menggunakan logam berat, etanol
absolut atau dengan garam berkosentrasi tinggi), uji Hopkins-Cole, dan lain-lain
(Hart & Suminar, 1990).
Telur merupakan bahan pangan asal ternak yang memiliki nilai nutrisi tinggi
terutama protein (Ibrahim, 2004). Protein dalam telur dipercaya memiliki susunan
asam amino yang paling baik diantara pangan sumber protein lainnya, sehingga
protein telur dijadikan acuan dasar perbandingan komposisi asam amino bahan
pangan lainnya (Anggorodi, 1985).
Penggunaan putih telur sebagai Egg Instan Drink Effervescent
diharapkan menjadi alternatif bagi orang yang menginginkan sumber protein
bebas kolesterol, disamping dapat menjadi alternatif minuman sumber protein
bagi masyarakat. Putih telur dapat dibuat tablet effervescent sebagai minuman
sumber protein. Kadar air pada bahan baku, selama proses dan pada penanganan
produk akhir harus sangat diperhatikan untuk menghasilkan tablet effervescent yang
baik. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini masih memiliki kelemahan dalam
waktu larut dan banyaknya busa yang muncul ketika tablet effervescent putih telur
dilarutkan ke dalam air. Manipulasi penepungan putih telur dengan penambahan
malto dekstrin dapat meningkatkan kelarutan tablet effervescent putih telur, tetapi
tidak bisa mereduksi busa yang ditimbulkannya (Wardoyo dkk, 2007).
Suatu peptida adalah suatu senyawa yang dibentuk dari asam α-amino yang
terikat oleh suatu ikatan peptida. Suatu polipeptida adalah suatu peptida dengan
banyak residu asam amino. Perbedaan antara suatu polipeptida dan protein adalah
berdasarkan perjanjian, umumnya suatu polipeptida dengan 50 residu asam amino
disebut protein. Asam amino mempunyai sebuah asam karboksilat dan gugus amino
dalam sebuah molekul, sehingga suatu asam amino akan mengalami reaksi asam basa
dalam molekulnya, untuk membentuk suatu ion dipolar, yaitu suatu ion yang
mempunyai muatan positif dan negatif (netral). Ion dipolar disebut juga zwitter ion.
Walaupun netral, ion dipolar masih merupakan senyawa ion. Terlihat dari sifat-sifat
fisiknya, misalnya titik didihnya tinggi, larut dalam air. Sifat-sifat ini tidak ada bila
ion dipolar tidak mempunyai muatan ion. Ion dipolar bersifat amfoter, yaitu dapat
bereaksi dengan asam atau basa. Hal ini disebabkan karena adanya muatan positif dan
negatif. Bila asam α-amino yang dipolar direaksikan dengan asam, gugus karboksil
akan mendapat sebuah proton dan ion dipolar ini akan berubah menjadi suatu proton.
Bila direaksikan dengan suatu basa, asam aminonya akan kehilangan sebuah proton
sehingga terbentuk sebuah amino (Respati, 1980).
Berdasarkan pada struktur rantai samping (R) asam-asam amino dibagi
menjadi tujuh golongan, yaitu rantai samping alifatik, rantai samping hirosiklik,
rantai samping aromatik, rantai samping asam, rantai samping basa, rantai samping
amida dan rantai samping mengandung belerang. Telah dibuat beberapa cara
mengklasifikasi protein. Pada tahun 1900 klasifikasi pertama didasarkan atas sifat-
sifat fisik dan kimianya. Menurut klasifikasi asli yang dimodifikasi, protein dapat
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu protein serat, protein bujur telur dan protein
gabungan. Protein serat adalah bentuk protein yang tidak larut yang ditemukan dalam
kulit, rambut, jaringan pengikat dan tulang. Protein bujur telur, bentuknya bujur telur
atau bulat lonjong. Umumnya larut dalam air. Protein ini dengan menggunakan
klasifikasi yang lebih modern lebih mudah diklasifikasikan menurut fungsinya
(seperti enzim dan hormon). Protein gabungan adalah protein yang bergabung dengan
senyawa bukan protein. Misalnya protein dalam hemoglobin bergabung dengan besi
yang mengandung heme bukan protein, nukleoprotein (protein yang bergabung
dengan asam nukleat), mukoprotein (protein yang bergabung dengan polisakharida
dalam mukus) dan lipoprotein (protein yang bergabung dengan lipid, seperti
kolesterol) (Hart & Suminar, 1990)
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah pipet tetes, tabung reaksi, gelas beker,
pengaduk kaca, penangas air, hot plate.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah Ammonium sulfat, pereaksi Biuret, HCl
0,1 M, NaOH 0,1 M, Buffer asetat 1 M, Etanol 95%, asam asetat 1 M, telur
ayam kampung, telur ayam ras, telur itik, susu sapi murni, susu kedelai murni,
dan susu kemasan (merk Boneeto).
IV. PROSEDUR KERJA
Pengendapan Protein oleh Garam-garam Anorganik
1) Mengiisi tabung reaksi dengan 5 ml larutan protein
2) Menambahkan ammonium sulfat kristal sedikit demi sedikit.
3) Mengaduk hingga larut. Kemudian menambah dan mengaduk lagi
sehingga sedikit garam ammonium sulfat yang tertinggal tidak larut
lagi.
4) Menyaring. Kemudian mengambil filtratnya dan menambahkan
dengan preaksi biuret. Kemudian dilihat apakah terjadi perubahan
warna.
Uji Koagulasi
1) Mengisi tabung reaksi dengan 3 ml larutan protein.
2) Menambahkan 2 tetes asam asetat 1 M ke dalamnya
3) Meletakkan tabung di dalam air mendidih selama 3 menit.
4) Mengambil endapannya dan diuji kelarutannya dalam air.
Pengendapan dengan Alkohol
1) Menyediakan 3 tabung reaksi
2) Mengisi masing-masing tabung reaksi dengan 3 ml larutan protein
yang sama.
3) Menambahkan 0,5 ml HCl 0,1 M dan 5 ml etanol 95% ke dalam
tabung 1.
4) Menambahkan 0,5 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml etanol 95% ke dalam
tabung 2.
5) Menambahkan 0,5 ml Buffer asetat dan 5 ml etanol 95% ke dalam
tabung 3.
6) Melihat tabung-tabung mana yang tidak larut.
Denaturasi Protein
1) Menyediakan 3 tabung reaksi yang masing-masing tabung kemudian
diisi dengan 4 ml larutan protein yang sama.
2) Menambahkan 1 ml HCl 0,1 M pada tabung 1
3) Menambahkan 1 ml NaOH 0,1 M pada tabung 2.
4) Menambahkan 1ml Buffer asetat pada tabung 3.
5) Menempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 3 menit dan
mendinginkan pada temperatur kamar.
6) Meihat tabung mana yang terjadi endapan.
7) Melanjutkan percobaan di atas terhadap tabung 1 dan tabung 2
dengan ditambahkan 5 ml buffer asetat.
V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Pengendapan Protein oleh Garam-garam Anorganik
Tabung Pereaksi Hasil Keterangan- Telur Ayam Ras
Tabung I (endapan)
Tabung II (filtrat)
Millon
Biuret
Endapan tidak menggumpal
Terdapat endapan putih di bawah
Terdapat busa dan warna putih
Warna kuning tua
- Telur BebekTabung I (endapan)
Tabung II (filtrat)
Millon
Biuret
Membentuk endapan dan mengental
Tidak berubah
Warna coklat
Warna bening
- Telur Ayam KampungTabung I (endapan)
Tabung II (filtrat)
Millon
Biuret
Mengental
Terdapat endapan di bawah
Warna putih
Warna kuning tua
Uji Koagulasi
Tabung Pereaksi Hasil Keterangan- Telur Ayam Ras
Tabung I (endapan)Tabung II (endapan)
Air
Millon
Tidak mengalami perubahanTerjadi perubahan, menjadi warna coklat
Tetap
Berubah
- Telur BebekTabung I (endapan)
Tabung II (endapan)
Air
Millon
Terdapat 2 lapisan, yang cair di bawah dan yang kental di atas
Mengental, terjadi perpisahan antara cair dan kental
Terjadi perubahan
Warna putih pekat
- Telur Ayam KampungTabung I (endapan)
Tabung II (endapan)
Air
Millon
Tidak terjadi perubahan
Mengental, terjadi perpisahan antara cair dan kental
Tetap
Terjadi perubahan, warna coklat
Pengendapan dengan Alkohol
Tabung Pereaksi Hasil Keterangan- Telur Ayam Ras
Tabung I (3 ml protein) 0,5 ml HCl 0,1 N dan 3 ml etanol 95 %
Mengendap Tidak larut
Tabung II (3 ml protein)
Tabung III (3 ml protein)
0,5 ml NaOH 0,1 N dan 3 ml etanol 95 %
0,5 ml buffer asetat dan 3 ml etanol 95 %
Mengendap
Mengendap
Tidak larut
Tidak larut
- Telur BebekTabung I (3 ml protein)
Tabung II (3 ml protein)
Tabung III (3 ml protein)
0,5 ml HCl 0,1 N dan 3 ml etanol 95 %
0,5 ml NaOH 0,1 N dan 3 ml etanol 95 %
0,5 ml buffer asetat dan 3 ml etanol 95 %
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
- Telur Ayam KampungTabung I (3 ml protein)
Tabung II (3 ml protein)
Tabung III (3 ml protein)
0,5 ml HCl 0,1 N dan 3 ml etanol 95 %
0,5 ml NaOH 0,1 N dan 3 ml etanol 95 %
0,5 ml buffer asetat dan 3 ml etanol 95 %
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
Denaturasi Protein
Tabung Pereaksi Hasil Keterangan- Telur Ayam Ras
Tabung I (5 ml protein)
Tabung II (5 ml protein)
Tabung III (5 ml protein)
0,5 ml HCl 0,1 N
0,5 ml NaOH 0,1 N
0,5 ml buffer asetat
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Tetap
Tetap
Tetap
- Telur BebekTabung I (4,5 ml protein)
Tabung II (4,5 ml protein)
Tabung III (4,5 ml protein)
0,5 ml HCl 0,1 N
0,5 ml NaOH 0,1 N
0,5 ml buffer asetat
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
- Telur Ayam KampungTabung I (4,5 ml protein)
Tabung II (4,5 ml protein)
Tabung III (4,5 ml protein)
0,5 ml HCl 0,1 N
0,5 ml NaOH 0,1 N
0,5 ml buffer asetat
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
B. PEMBAHASAN
A. Pengendapan Protein oleh Garam-garam Anorganik
Pada praktikum pengendapan protein oleh garam-garam anorganik
sampel protein yang digunakan adalah telur ayam ras, telur ayam kampung,
dan telur bebek. Pertama-tama masing-masing sampel diambil sebanyak 5
ml kemuadian dijenuhkan dengan ammonium sulfat kristal yang
ditambahkan sedikit demi sedikit hingga garam ammonium sulfat yang
tertinggal tidak larut lagi atau terbentuk larutan lewat jenuh. Kemudian
protein disaring, endapan diuji dengan pereaksi Millon dan filtrat diuji
dengan pereaksi Biuret.
Hasil yang positif akan sampel protein yang merupakan asam amino
yang memiliki ikatan peptida lebih dari satu. Hal ini dapat dilihat dengan
mengendapnya sampel setelah ditetesi pereaksi Millon dan pada filtratnya
akan berwarna ungu setelah ditetesi pereaksi Biuret. Setelah diuji, semua
sampel menunjukkan hasil positif yaitu semua sampel tadi menghasilkan
endapan, namun pada sampel setelah ditetesi biuret tidak menghasilkan
NH2 NH2
larutan yang berwarna ungu, hal ini mungkin disebabkan kesalahan dalam
mengaduk amonium sulfat pada sampel.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
R – CH – COOH + 2NaOH + CuSO4 ⃗ R – CH – COOH +
Cu(OH)2 + Na2SO4
Penambahan garam anorganik yang berupa amonium sulfat
menyebabkan berkurangnya kelarutan atau pengendapan pada protein.
Kemampuan ion garam dalam menghidrasi memiliki peran dalam
pengendapan protein ini. Kompetisi terjadi antara garam anorganik dengan
protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih kuat menarik air
maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang.
B. Uji Koagulasi
Koagulasi adalah berkurangnya kelarutan pada protein pada saat
pemanasan atau penambahan asam. Koagulasi dapat terjadi darenakan pada
temperatur yang tinggi energi kinetic molekul protein akan meningkat
sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur
sekunder, tersier, dan kuartener.
Pada uji koagulasi pereaksi yang digunakan adalah asam asetat 1M dan
pereaksi Millon. Pertama-tama kedalam tabung reaksi dimasukan 3 ml
larutan protein yang kemudian ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 M.
selanjutnya tabung diletakkan kedalam air mendidih selama 3 menit. Setelah
itu ambil endapan dan menguj kelarutannya dalam air dan pereaksi Millon.
Untuk telur ayam ras, telur ayam kampung, dan telur ayam kampung setelah
ditambahkan air tidak mengelami perubahan. Sedangkan pada sampel telur
bebek membentuk 2 lapisan atau molekul proteinnya tidak menyatu dengan
air. Sedangkan saat ditetesi pereaksi Millon pada sampel telur ayam
kampung dan telur bebek terjadi pemisahan molekul sehingga molekul yang
kental dan cair terpisah. Penambahan asam asetat yang kemudian dipanaskan
itu menyebabkan energi kinetik molekul proteinnya meningkat sehingga
terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau atau struktur
sekundernya, tersiernya maupun kuartenernya.
Untuk beberapa sampel yang setelah ditambahkan asam asetat dan air
ternyata dapat larut. Hal ini menunjukkan bahwa energi kinetik molekul
protein pada susu kedelai tahan terhadap penambahan asam dan tahan
terhadap pemanasan dan energi kinetik molekul proteinnya tetap stabil.
C. Pengendapan dengan Alkohol
Pada praktikum pengendapan protein dengan alkohol, alkohol yang
digunakan disini adalah etanol 95 %. Pertama-tama 3 tabung reaksi diisi
dengan sampel protein yang sama. Kemudian ditambahkan 0,5 mL HCl 0,1
M dan 3 mL etanol 95% pada tabung 1, 0,5 mL NaOH dan etanol 95% pada
tabung 2 dan 0,5 mL buffer asetat dan 6 mL etanol 95% pada tabung 3.
Setelah diamati hasilnya pada masing-masing sampel menunjukkan
bahwa semua sampel protein setelah ditambahkan dengan HCl, NaOH, dan
Buffer asetat setelah itu ditambahkan dengan etanol 95 % menyebabkan
semua sampel protein tidak dapat larut.
Hal ini dikerenakan alkohol yang ditambahkan pada protein dapat
mengubah konstanta dielektrika air sehingga protein dapat mengendap.
Kelarutan protein pun dapat berkurang karena alkohol dan protein akan
berkompetisi memperebutkan air.
D. Denaturasi Protein
Pada praktikum denaturasi protein pereaksi yang digunakan berupa
buffer asetat 1 M, HCl 0,1 M, dan NaOH 0,1 M. Pertama-tama semua sampel
protein yang telah dimasukan dalam 3 tabung yang berbeda ditambahkan
dengan HCl, NaOH, dan Buffer asetat kemudian dipanaskan dan ditambah
dengan Buffer asetat pada tabung 1 dan tabung 2.
Setelah diamati hasilnya pada masing-masing sampel hampir semua
sampel protein yang digunakan membentuk endapan strelah ditambahkan
HCl, NaOH, Buffer asetat kemudian dipanaskan ternyata dapat menyebabkan
terjadinya denaturasi protein.
Semua sampel protein terbentuk adanya endapan yang artinya molekul-
molekul proteinnnya telah mengalami kerusakan baik struktur sekunder,
tersier, maupun kuartenernya. Denaturasi protein menyebabkan terpecahnya
ikatan Hidrogen., ikatan garam atau bila susunan ruang atau rantai polipeptida
suatu molekul protein berubah.
VII. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Penambahan garam anorganik yang berupa amonium sulfat menyebabkan
berkurangnya kelarutan atau pengendapan pada protein.
2. Koagulasi adalah berkurangnya kelarutan pada protein pada saat
pemanasan atau penambahan asam. Penambahan asam asetat dapat
menyebabkan koagulasi pada protein.
3. Alkohol dalam percobaan kali ini menggunakan etanol 95% setelah
direaksi kan dengan semua sampel protein ternyata dapat menyebabkan
kelarutan protein berkurang karena alkoholnya mengubah konstanta
dielektrika air.
4. Semua sampel protein pada percobaan ini mengalami denaturasi atau
terjadinya kerusakan pada struktur sekundernya, tersier maupun
kuartenernya. Sehingga semua sampel proteinnya membentuk endapan
dan tidak dapat larut dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.
Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.
Fessenden dan Fessenden. 1999. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.
Hart dan Suminar . 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.
Erlangga : Jakarta.
Respati. 1980. Pengantar Kimia Organik Jilid 1. Aksara Baru : Jakarta.
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Penerbit ITB :
Bandung.
Wardoyo,Dwi et all. Jurnal Pembuatan Egg Instant Drink Dari Putih Telur Dengan
Penambahan Efek Effevescent Dan Cita Rasa Lemon. 2007. Institut Pertanian
Bogor : Bogor.