Laporan PL

39
I. Karateristik dan Demografi Keluarga A. Identitas Kepala Keluarga dan Pasangannya 1.Kepala Keluarga a. Nama : Basir Rudyarto b. Usia : 51 tahun c. Jeniskelamin : Laki-laki d. Pendidikan : SD e. Alamat lengkap : Desa Klahang RT/RW 01/04 Sokaraja, Banyumas f. Bentuk keluarga : Extended Family 2.Pasangan KK a. Nama : IbuRodiah b. Usia : 43 tahun c. Jenis kelamin : Perempuan d. Pendidikan : SD B. Data demografi keluarga responden pada home visit ini disajikan melalui tabel berikut. Nama L/P Usia Keduduk an Pekerja an Pendidi kan Ket. Basir Rudyarto L 51 KK Pedagan g SD - Rodiah P 43 Istri Pembant u SD -

description

tes

Transcript of Laporan PL

Page 1: Laporan PL

I. Karateristik dan Demografi Keluarga

A. Identitas Kepala Keluarga dan Pasangannya

1. Kepala Keluarga

a. Nama : Basir Rudyarto

b. Usia : 51 tahun

c. Jeniskelamin : Laki-laki

d. Pendidikan : SD

e. Alamat lengkap : Desa Klahang RT/RW 01/04 Sokaraja, Banyumas

f. Bentuk keluarga : Extended Family

2. Pasangan KK

a. Nama : IbuRodiah

b.Usia : 43 tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d.Pendidikan : SD

B. Data demografi keluarga responden pada home visit ini disajikan melalui tabel

berikut.

Nama L/P Usia Kedudukan Pekerjaan Pendidikan Ket.

Basir Rudyarto L 51 KK Pedagang SD -

Rodiah P 43 Istri Pembantu SD -

Yoniati P 24 Anak IRT SMEA -

Irfan Setiadi L 16 Anak Pekerja SMP -

Supangat L 24 Menantu Pekerja SMA -

Yuniarsih L 8 Anak Pelajar SD -

Flora Mardika Putri P 3 Cucu - - -

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Satu Rumah

Page 2: Laporan PL

C. Genogram

Genogram keluarga KK dan pasangannya sebanyak 3 generasi dapat

digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Genogram KeluargaPasien

Kartamupadi

SanwikartaAsma

Samini

TorSinkop

Sunarji Rashiti Mun Saini Sunarti Asma

Agustia Asma DM

AdminahWaginah Kusimah Asma TB

Kusnul Slamet

Rodiyah, 43Asma

Romyati, 42 Asma

Jumeri, 35 BSK

Page 3: Laporan PL

II. Status Penderita

A. Identitas Penderita

1. Nama : Rodiah

2. Usia : 43 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Status : Menikah

5. Agama : Islam

6. Suku bangsa : Jawa

7. Kewarganegaraan : Indonesia

8. Pekerjaan : Asisten rumah tangga

9. Pendidikan : SD

10. Penghasilan/bulan : Rp. 400.000 – 500.000,-

11. Alamat : Desa Klahang RT 01 RW 04, Kecamatan Sokaraja,

Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

B. Anamnesis

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang wanita Ny. Rodiah berusia 43 tahun datang ke Puskesmas II

Sokaraja untuk kontrol keluhan sesak nafas yang dimilikinya sejak 10

tahun yang lalu. Sesak nafas dirasakan setidaknya 1 kali setiap minggu

dan semakin berat pada sore atau malam hari. Keluhan disertai bunyi

“ngik-ngik” dan batuk dengan dahak kental. Sesak nafas kumat jika Ny.

Rodiah berada pada udara dingin, terlau lelah, dan terkena debuserta akan

segera membaik bila beristirahat dan menggunakan obat hisap yang

diperoleh dari dokter di rumah sakit tempatnya pernah dirawat dulu. Ia

berharap agar sesak nafasnya tidak sering kumat agar tidak mengganggu

aktivitas sehari-hari.

Page 4: Laporan PL

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan sesak nafas pertama kali dirasakan Ny. Rodiah 10 tahun yang

lalu ketika menghirup obat nyamuk saat menginap di rumah saudaranya.

Beberapa bulan yang lalu Ny. Rodiah sempat dirawat di RS Wiradadi

selama 4 hari akibat sesak nafas mendadak yang semakin memberat dan

tak kunjung membaik. Pada saat itu Ny Rodiah belum memiliki obat

hisap. Ny. Rodiah memiliki riwayat penyakit tuberkulosis 5 tahun yang

lalu, telah mendapatkan pengobatan lengkap selama 6 bulan, dan telah

dinyatakan sembuh oleh dokter yang menanganinya saat itu.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah Ny. Rodiah berusia 60 tahun diketahui tidak memiliki riwayat

medis yang penting. Ibu Ny. Rodiah berusia 60 tahun diketahui memilki

riwayat penyakit asma. Ny. Rodiah merupakan anak pertama dari 3

bersaudara. Adik kedua (perempuan) berusia 42 tahundiketahui memilki

riwayat penyakit asma intermiten dan adik ketiga (laki-laki) berusia 35

tahun diketahui memiliki riwayat batu saluran kemih.

Ayah Ny. Rodiah merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Ketiga

saudaranya diketahui tidak memiliki riwayat medis yang penting. Ayah

dan ibunya telah meninggal dunia dengan sebab yang tidak diketahui.

Ibu Ny. Rodiah merupakan anak kedua dari 8 bersaudara. Adik

pertamanya (perempuan) telah meninggal dan diketahui memiliki riwayat

penyakit asma serta diabetes mellitus. Adik keempat (perempuan)

diketahui memilki riwayat penyakit asma dan tuberkulosis. Kakak

pertama (perempuan), adik kedua dan ketiga (perempuan), adik kelima

dan keenam tidak diketahui memiliki riwayat medis yang penting.

Ayahnya telah meninggal pada usia 70 tahun dan diketahui memiliki

riwayat penyakit asma. Ibunya juga telah meninggal pada usia 70 tahun

dengan penyebab yang tidak diketahui.

Page 5: Laporan PL

4. Riwayat Sosial dan Exposure

Ny.Rodiah telah menikah dengan Tn. Basir dan dikaruniai 3 orang

anak. Ia tinggal bersama anak pertamanya yang sudah berkeluarga dan

memiliki satu orang anak serta anak ketiganya yang masih duduk di

bangku sekolah dasar.

Ny.Rodiah merupakan tamatan SD dan bekerja sebagai asisten rumah

tangga di perumahan dekat tempat tinggalnya. Majikannya mengetahui

jika Ny.Rodiah memiliki penyakit sesak nafas dan memberikan

kesempatan beristirahat bila ia lelah atau sesak nafas kambuh. Saat

membersihkan rumah Ny.Rodiah tidak menggunakan masker sebagai alat

pelindung diri.

Saat ini ia tinggal di rumah yang luasnya 24 ubin (337,5 m2)

beratapkan kayu dengan lantai permanen berasal dari plester dan bilik

kayu sebagai pembatas antar ruangan. Rumah terdiri atas 1 ruang tamu

dan 2 kamar tidur di bagian depan, 1 ruang tengah dan 1 kamar tidur di

bagian tengah, ruang makan, dapur, dan 1 kamar mandi di belakang.

Ventilasi dan pencahayaan di ruang tamu cukup baik, terdiri atas 6

jendela yang masing-masing berukuran 115 cm x 48 cm dan dibuka setiap

pagi. Pada bagian tengah dan belakang (dapur dan ruang makan) rumah

tidak didapatkan adanya jendela hanya bilik-biliki kayu tempat sinar dan

udara menelisik masuk ke dalam ruangan. Limbah kamar mandi dibuang

ke kolam ikan di belakang rumah yang berjarak ± 15 m dari sumber air

(sumur) yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Ny.Rodiah memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya di

rumah. Skor APGAR 10.

5. Review of System

Ny.Rodiah memiliki keluhan sesak nafas disertai bunyi “ngik-ngik”

dan batuk dengan dahak kental yang kambuh sedikitnya satu kali setiap

minggu apabila ia berada pada udara dingin, kelelahan dan terkena debu.

Page 6: Laporan PL

Keluhan memberat pada sore atau malam hari dan segera membaik bila ia

beristirahat dan menggunakan obat hisap. Tidak ada masalah pada

hubungan sosial di keluarga dan tempat kerjanya.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Survei Umum

a. Kesadaran : Compos mentis, tidak tampak sakit

b. Tinggi badan : 153 cm

c. Berat badan : 49 kg

2. Tanda Vital

a. Denyut nadi : 67x/menit

b. Laju respirasi : 18x/menit

c. Tekanan darah : 110/80 mmHg

d. Suhu aksila : 36,3o C

3. Pemeriksaan Kulit

Tidak ada lesi pada wajah, kuku dalam batas normal (dbn), tidak ada lesi

kulit pada bagian tubuh lain, kulit dbn

4. Pemeriksaan Kepala dan Leher

a. Kepala : normosefal, wajah simetris

b. Mata : sklera ikterik (-/-), conjunctiva anemis (-/-)

c. Hidung : septum nasi dbn, sekret (-), concha dbn

d. Telinga : dbn

e. Gigi &Mulut : dbn, faring tidak hiperemis, T0/T0

f. Leher : kelenjar limfe dbn, kelenjar tiroid dbn

5. Pemeriksaan Thoraks

a. Inspeksi : bentuk thorax dbn, ukuran dbn, pengembangan dbn

b. Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri, pengembangan dbn

c. Perkusi : hipersonor pada seluruh lapang paru

d. Auskultasi : “grkk grkk” pada SIC 2-3 pulmo dextra

Page 7: Laporan PL

6. Pemeriksaan Abdomen

a. Inspeksi : bentuk abdomen dbn

b. Auskultasi : bising usus terdengar tiap 15 detik, tidak ada bruit

aorta dan bruit arteri.

c. Perkusi : timpani pada abdomen, pekak pada hepar

d. Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

7. Pemeriksaan Ekstremitas

Dalam batas normal, sianosis (-), akral dingin (-), clubbing finger (-), CR

< 1 detik

D. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada hasil pemeriksaan laboratorium.

Page 8: Laporan PL

III. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga

A. Fungsi Holistik

Fungsi Biologis : Di dalam keluarga tersebut terdapat gejala-gejala

penyakit turunan, khususnya riwayat asma

Fungsi Psikologis : Hubungan antara anggota keluarga berjalan baik,

dan keluarga tersebut dapat memecahkan masalah

bersama.

Fungsi Sosial Ekonomi : Kondisi ekonomi keluarga menengah, karena

bentuk keluarga yang extended family sehingga

banyak kepala keluarga yang mencari nafkah

B. Fungsi Fisiologis

APGAR SCORE

Ibu Rodiah : 10

Interpretasinya, keluarga ini termasuk keluarga yang sehat secara fungsi

fisiologis. Setiap anggota keluarga dapat menjalankan fungsinya masing-masing

dan saling berdiskusi apabila terdapat masalah yang perlu diselesaikan secara

bersama-sama.

C. Fungsi Patologis

1. Fungsi ekonomi

a. Pemenuhan financial : penghasilan Ibu Rodiah ± Rp

500.000,00/bulan

b. Pemenuhank ebutuhan : sekunder

2. Fungsi edukasi

a. Semua anak sekolah : ya

b. Perencanaan khusus untuk anak sekolah : tidak

c. Dana khusus untuk pendidikan : tidak

d. Pendidikan paling tinggi : SMA/sederajat

Page 9: Laporan PL

D. Fungsi Keturunan

Genogram pada bab sebelumnya.

E. Fungsi Perilaku

Aspek ini meliputi pengetahuan tentang kesehatan, kesadaran akan pentingnya

kesehatan serta tindakan yang mencerminkan pola hidup sehat. Fungsi perilaku

pada keluarga tersebut cukup baik.

F. Fungsi Non-Perilaku

Aspek ini meliputi adanya kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan

kesehatan. Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan tersedia di wilayah

tersebut, serta jarak rumah dengan puskesmas/ rumah sakit + 1 km.

Page 10: Laporan PL

IV. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

A. Faktor Risiko Internal

1. Pengetahuan

Pasien Bu Rodiyah pernah menginjak bangku sekolah hanya sebatas

SD. Mengenai penyakit Asma Bronkial, pasien memiliki pengetahuan tentang

asma karena keluarga pasien pernah mengalami sebelumnya. Tanda dari asma

itu sendiri adalah sesak nafas yang terjadi jika ibu rodiah kecapaian, terpapar

debu, asap obat nyamuk, serbuk sari ketika di luar, kondisi ibu yang kecapaian

dan ketika banyak pikiran.

2. Sikap

Bu Rodiyah memiliki sikap pperiang dan selalu membagi waktu dan

kesenangan bersama anggota keluarga. Jika ia memiliki suatu masalah, ia

akan menyampaikan keluarga layaknya teman, begitupun anggota

keluarganya kepada beliau. Meskipun terjadi suatu pertengkaran kecil dalam

rumah tangga, masalah itu akan diselesaikan langsung dan keluarga menjadi

harmonis kembali.

3. Tindakan

Tindakan yang dilakukan oleh Bu Rodiyah ketika keluhan sesak nafas

terjadi kembali berupa pemakaian glukokortikosteroid inhalasi yang tidak

pernah jauh dari jangkauannya. Obat bronkodilator seperti salbutamol juga

sudah tersedia didalam dompet obatnya. Selain itu, pasien juga mengkonsumsi

obat-obatan yang ia peroleh di puskesmas seperti Cetirizine 10 mg,

Ciprofloksasin 500 mg.

4. Keturunan

Bu Rodiyah memiliki factor resiko asma karena Kakek dari ibunya,

ibunya dan bibi pertamanya mempunyai penyakit asma. Bahkan Bibinya

sudah meninggal dunia dikarenakan mempunyai penyakit asma serta DM.

Page 11: Laporan PL

B. Faktor Risiko Eksternal

1. Lingkungan rumah keluarga

a. Letak rumah di daerah

Ibu Rodiah dan keluarga tinggal di pemukiman biasa dan masuk gang

kecil.

b. Bentuk bangunan

Bentuk bangunan rumah pasien tidak bertingkat.

c. Kepemilikan rumah

Rumah yang ditempati adalah milik pribadi.

d. Luas rumah

Luas rumah pasien beserta halaman belakang sekitar 24 ubin atau 336 m2.

e. Lantai rumah

Lantai rumah pasien menggunakan plester.

f. Dinding rumah

Dinding rumah terbuat dari kayu/non-permanen.

g. Atap rumah

Rumah pasien beratapkan bambu dan tanpa plafon.

h. Pembagian ruangan rumah

1) Ruang tamu berukuran2,5x4 m2

2) Ruang keluarga 4x5 m2

3) Ruang tidur berukuran 3x3 m2dengan jumlah sebanyak 3 buah.

i. Jendela rumah

Jendela rumah terdapat pada ruang tamu sebanyak 5 buah. Masing–

masing berukuran 1,15x 0,49 m yang setiap pagi dibuka.

j. Listrik di rumah

Pasien dan keluarga menggunakan listrik dirumah dengan daya 600 watt.

k. Lubang ventilasi

1) Ruang tamu : ada, ukuran 3x1 m2 dengan letak satu sisi.

2) Ruang makan : tidak ada

3) Ruang keluarga : tidak ada

Page 12: Laporan PL

4) Ruang tidur : ada, ukuran 1x1 m2, dengan letak satu sisi.

5) Bantuan untuk ventilasi didalam rumah pasien adalah dengan

menggunakan kipas angin yang berjumlah 2 buah.

6) Kelembaban rumah pasien terasa cukup lembab ditambah suasana

musim penghujan

7) Kesan ventilasi dalam rumah pasien adalah kurang baik.

l. Kebersihan dalam rumah

Kebersihan rumah terlihat cukup bersih, tidak ada debu di sudut rumah,

m. Tata letak barang-barang dalam rumah

Tata letak barang dalam rumah pasien cukup rapi.

n. Sumber air minum

Sumber air minum, mencuci, dan memasak menggunakan menggunakan

air dari sumur pompa.

o. Kamar mandi

Ibu Rodiah memiliki 1 kamar mandi dirumahnya. Ukuran kedua kamar

mandi 2x2 m2. Masing-masing kamar mandi memiliki jamban dengan

bentuk leher angsa. Pasien tidak memiliki septictank. Tempat

penampungan tinja dari kedua kamar mandi pasien adalah ke kolam ikan

dibelakang rumah pasien. Jaraknya kurang lebih 15 meter dari sumur

sebagai sumber air bersih.

p. Saluran pembuangan air limbah

Saluran pembuangan air limbah pasien mengalir ke kali yang terdapat

dibelakang rumah pasien.

q. Tempat sampah diluar rumah

Pasien memiliki tempat sempah diluar rumah dengan luas 1x1 m2 dengan

kondisi terbuka.

r. Jalan di depan rumah

Jalan didepan rumah pasien adalah jalan gang kecil.

s. Kandang binatang piaraan

Page 13: Laporan PL

Terdapat kandang kambing di pinggir rumah, namun kandang ini milik

tetangga. Kondisinya sedikit mengganggu, apalagi di dekat tempat

tersebut terdapat tempat untuk menjemur pakaian.

Gambar 2. Denah Rumah

2. Pelayanan kesehatan

Ibu Rodiah menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan langganan

berupa puskesmas dengan sumber pendanaan dari asuransi jamkesmas.

Seluruh keluarga Ibu Rodiah sudah terjamin oleh jamkesmas dan selama ini

tidak ada kesulitan biaya dalam masalah kesehatan.

Page 14: Laporan PL

V. Diagnostik Holistik dan Penanganan Komprehensif

A. Diagnosis Holistik

1. Aspek Personal

a. Keluhan Utama : Sesak nafas (Kontrol)

b. Keluhan Tambahan : Sakit kepala, sakit dada, Dada terasa berat

c. Ketakutan : Takut semakin sering, sesak nafas tidak

Terkontrol, Bibinya meninggal karena asma

d. Harapan : ingin cepat sembuh

e. Anxiety : khawatir akan mengganggu ujian

2. Aspek Klinis

a. Diagnosis definitif : Asma Bronkial Persisten Ringan

b. Diagnosis banding

1) Bronkitis akut

3. Aspek Faktor Risiko Internal (Intrinsik) sebagai Confounding Factors

a. Usia : 43 tahun

b. Jenis kelamin : Perempuan

c. Ras : Asia

d. Genetika : Kakek memiliki penyakit Asma dan

menurunkannya pada keluarganya

e. Perilaku individu sakit : Bekerja sebagai pembantu, sehingga

memungkinkan terpapar debu. Sering keluar rumah, sehingga terpapar

serbuk sari.

Page 15: Laporan PL

4. Aspek Faktor Risiko Eksternal (Ekstrinsik) sebagai determinant factors

a. Perilaku sakit anggota keluarga lain

Anggota keluarga lain sangat peduli terhadap kesehatan ibu rodiah,

dibuktikan dengan bersihnya lingkungan dalam rumah untuk mengurangi

resiko terpapar debu sebagai pemicu asma. Selain itu, sang suami pun

selalu mengantarkan ibu ke puskesmas untuk control penyakit bu Rodiah.

b. Hubungan interpersonal

Hubungan antarpersonal di dalam keluarga sangat baik, karena tiap-tiap

personal saling mendukung dan menyayangi satu sama lain, dibuktikan

dengan skor APGAR mencapai nilai maksimal yaitu 10.

c. Sosial ekonomi

Keluarga pasien termasuk keluarga sosial ekonomi menengah ke bawah

dengan penghasilan Sekitar 400.000 - 700.000 rupiah untuk enam orang

anggota keluarga, ditambah pendapan dari menantunya yang nominalnya

tidak diberitahu.

d. Pendidikan

Pasien memiliki riwayat pendidikan terakhir SD, tidak melanjutkan

sekolah ke SMP ketika masa mudanya.

e. Lingkungan rumah

Rumah yang dihuni masih jauh dikatakan sebagai rumah sehat, karena

lantai rumah tersebut belum diberi keramik, dinding masih terbuat dari

kayu, atap yang terbuat dari bambu, dan saluran pembuangan limbah tinja

disalurkan kedalam kolam ikan yang terletak di rumahnya. Disebelah

kanan rumah terdapat kandang kambing yang kurang bersih.

f. Lingkungan lokal sekitar

Lingkungan tempat tinggal keluarga termasuk pemukinan biasa dan jauh

dari jalan raya. Aksesnya pun harus dilalui melewati jalan yang bisa

dilalui satu mobil dilanjut dengan jalan setapak.

Page 16: Laporan PL

5. Aspek skala skor (derajat keparahan penyakit)

Kondisi dari pasien masih baik dan bisa melakukan pekerjaan seperti

biasanya, baik selagi sakit maupun sebelum sakit. Hanya saja pekerjaan yang

terlalu berat harus dikurangi dan diistirahatkan ketika kecapaian karena dapat

memicu sesak nafas.

Tabel 2. Derajat Keparahan Penyakit (Kekalih, 2008)

B. Penanganan Komprehensif

Skala Aktivitas menjalankan fungsi Ketergantungan terhadap org lain

1 Melakukan pekerjaan seperti

sebelum sakit

Mandiri dalam perawatan diri dan

bekerja di dalam dan luar rumah

2 Pekerjaan ringan sehari-hari, di

dalam dan luar rumah

Aktivitas kerja mulai berkurang

3 Pekerjaan ringan dan bisa

melakukan perawatan diri

Pekerjaan ringan dan perawatan diri

masih dikerjakan sendiri

4 Perawatan diri hanya keadaan

tertentu, posisi duduk dan

berbaring

Tidak melakukan aktivitas kerja.

Perawatan diri oleh keluarga

5 Perawatan diri oleh orang lain,

posisi berbaring pasif

Sangat bergantung dengan orang lain

(misal tenaga medis)

Page 17: Laporan PL

VI. TINJAUAN PUSTAKA

A.  Definisi Asma

Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran

napas-saluran kecil yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari paru-

paru. Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan). Saluran napas

penyandang asma biasanya menjadi merah dan meradang. Asma sangat terkait

dengan alergi. Alergi dapat memperparah asma. Namun demikian, tidak

semua penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak semua orang yang

mempunyai alergi menyandang asma (Bull & Price, 2007).

Pada penderita asma, saluran napas menjadi sempit dan

hal ini membuat sulit bernapas. Terjadi beberapa perubahan pada saluran

napas penyandang asma, yaitu dinding saluran napas membengkak; adanya

sekumpulan lendir dan sel-sel yang rusak menutupi sebagian saluran napas;

hidung mengalami iritasi dan mungkin menjadi tersumbat; dan otot-otot

saluran napas mengencang tetapi semuanya dapat dipulihkan ke kondisi

semula dengan terapi yang tepat. Selama terjadi serangan asma, perubahan

dalam paru-paru secara tiba-tiba menjadi jauh lebih buruk, ujung saluran

napas mengecil, dan aliran udara yang melaluinya sangat jauh berkurang

sehingga bernapas menjadi sangat sulit (Bull & Price, 2007).

B. Klasifikasi Asma

Berkaitan dengan gangguan saluran pernapasan yang berupa peradangan

dan bronkokonstriksi, beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar,

seperti yang dianut banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari

Inggris, yakni:

1. Asma Ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan

disebabkan karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu

(alergen), yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang

sehat. Kecenderungan alergi ini adalah “kelemahan keturunan”. Setiap

Page 18: Laporan PL

orang dari lahir memiliki sistem imunitas alami yang melindungi

tubuhnya terhadap serangan dari luar. Sistem ini bekerja dengan

memproduksi antibodi.

Pada saat datang serangan, misalnya dari virus yang memasuki

tubuh, sistem ini akan menghimpun antibodi untuk menghadapi dan

berusaha menumpas sang penyerang. Dalam proses mempertahankan diri

ini, gejala-gejala permukaan yang mudah tampak adalah naiknya

temperatur tubuh, demam, perubahan warna kulit hingga timbul bercak-

bercak, jaringan-jaringan tertentu memproduksi lendir, dan sebagainya

(Hadibroto & Alam, 2006).

2.  Asma Intrinsik

Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari

alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi

lingkungan seperti cuaca, kelembapan dan suhu tubuh. Asma intrinsik

biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh,

terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang

kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru

(pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah

terkena asma intrinsik. Penderita asma jenis ini kebanyakan berusia di

atas 30 tahun (Hadibroto & Alam, 2006).

Namun penting dicatat, bahwa dalam prakteknya, asma adalah

penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk

menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita seseorang. Sering

indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi ada pada

satu orang.

Sebagai contoh, dalam kasus asma bronkial (termasuk jenis

ekstrinsik) yang kronis, pada saat menangani terjadinya serangan, dokter

akan sering mendiagnosa hadirnya faktor-faktor kecemasan dan rasa

panik. Keduanya adalah emosi yang sifatnya naluriah pada saat seseorang

harus berjuang agar bisa bernapas. Selanjutnya rasa cemas dan panik ini

Page 19: Laporan PL

meneruskan lingkaran setan dan memperparah gejala serangan. Juga akan

tercatat, bahwa bahan-bahan iritan (pengganggu) dari

luar seperti asap rokok dan hairspray akan memperparah kondisi

penderita. Kesimpulannya adalah, dari asal asma bronkial (termasuk asma

ekstrinsik) akan terlihat juga hadirnya faktor asma intrinsik.

Demikian pula, seseorang yang punya sejarah bronkitis di masa

kanak-kanak sering tumbuh menjadi orang dewasa yang cenderung

menderita asma yang alergik, sebagai akibat kelemahan bawaan dari masa

kanak-kanaknya (Hadibroto & Alam, 2006).

Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi

kemunculan gejala (Hadibroto & Alam, 2006).

1. Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali

dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam

sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.

2. Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan

serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma

malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru

realatif menurun.

3.  Persisten sedang, yaitu asma terjadi setiap hari dan serangan sudah

mengganggu aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma

malam lebih dari 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali

dalam seminggu. Faal paru menurun.

4. Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering

terjadi. Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal

paru sangat menurun.

Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala

(Hadibroto & Alam, 2006):

1. Asma akut ringan, dengan gejala: rasa berat di dada, batuk kering ataupun

berdahak, gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas, mengi

Page 20: Laporan PL

tidak ada atau mengi ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari

80%.

2. Serangan asma akut sedang, dengan gejala: sesak dengan mengi agak

nyaring, batuk kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80%.

3. Serangan asma akut berat, dengan gejala: sesak sekali, sukar berbicara

dan kalimat terputus-putus, tidak bisa barbaring, posisi harus setengan

duduk agar dapat bernapas, APE kurang dari 50%.

C. Pencegahan Asma

Pendidikan bagi pasien adalah suatu bagian yang penting dalam usaha

meningkatkan cara penanganan asma. Dasar pemikirannya, asma adalah suatu

penyakit biasa yang bisa dikendalikan. Namun, asma juga penyakit yang

bersifat Variabel, dalam arti gejala-gejalanya bisa membaik dan memburuk

dari waktu ke waktu. Karena variabilitas ini, sering penanganannya harus

ditinjau ulang dan diubah. Untuk itu dibutuhkan komunikasi yang efektif

antara sang pasien dengan dokternya (Hadibroto & Alam, 2006). Dalam hal

ini sebaiknya sang pasien mempunyai referensi atau pengetahuan tentang:

1. Apakah asma itu, beserta faktor-faktor pemicunya, terutama yang

menyangkut dirinya sendiri.

2. Seluk beluk pengobatan asma, dan kemungkinan akibat sampingan dari

masing-masing obat.

3. Cara menggunakan alat-alat pengobatan asma  secara benar.

4. Tujuan pengobatan dan penatalaksanaan.

5. Pengenalan tanda-tanda dan gejala awal datangnya serangan.\

6. Penulisan rencana tindakan (Action Plan).

Rencana tindakan adalah suatu rencana mengatasi kondisi asma yang

memburuk, dan rencana ini harus dimiliki oleh setiap penderita asma.

Rencana tindakan menyesuaikan dengan tingakat keparahan gejala, sehingga

si penderita punya pegangan dalam usaha mengendalikan asmanya (Hadibroto

& Alam, 2006). Lengkapnya rencana ini bisa:

Page 21: Laporan PL

1. Memberi pengarahan kapan waktunya untuk mengubah, meningkatkan

atau mengurangi, dan menambah obat-obatan yang digunakan.

2. Memberitahukan apa yang harus dilakukan, juka kondisi sang pasien

tidak membaik.

3. Memberikan kesempaatan bagi penderita asma untuk segera dan lebih

awal memulai penanganan, menghadapi gejala asma yang memburuk,

untuk mencegah serangan yang lebih gawat.

4. Memberi arahan akan kapan dan bagaimana usaha mengurangi

penggunaan obat-obatan hingga dosis seminimal mungkin, begitu asma

sudah terkendali.

5. Pengisian Buku Harian asma.

Buku harian asma adalah sarana yang sangat penting untuk mencatat

gejala-gejala asma, obat-obatan yang digunakan, dan catatan

prestasi Peak Flow Meter. Jika gejala-gejala semuanya tercatat, sang

pasien akan lebih sadar akan perubahan-perubahan yang mengindikasikan

bahwa asmanya mulai lepas kendali. Dengan demikian ia bisa

menyesuaikan pengobatannya berdasarkan Rencana Tindakan. Buku

Harian asma digunakan bersama dengan Rencana Tindakan, yang

disiapkan di bawah pengawasan dan persetujuan dokter yang merawat.

D. Patofisiologi Asma

Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlahfaktor, antara

lain alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut.

Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom.

Jalur imunologis didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi

hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat.

Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk

sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut

atopi. Pada asma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel

mast pada interstisial paru, yang berhubungan eratdengan bronkiolus dan

Page 22: Laporan PL

bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi,

antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan

antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini

berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator (NIH, 2007).

Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien,

faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek

edema lokal pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam

lumen bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan

inflamasi saluran napas. Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas

terjadi segera yaitu 10-15 menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus

yang terjadi merupakan respons terhadap mediator sel mast terutama histamin

yang bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi

terjadi setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama 16-24 jam,

bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti

eosinofil, sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-

sel kunci dalam patogenesis asma (Rengganis, 2008).

Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast

intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran

napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator

inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel

jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam

submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel

bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma

dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi

udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi

melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa

menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan

CalcitoninGene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah

yangmenyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus,eksudasi

Page 23: Laporan PL

plasma, hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi (Baratawidjaja et al,

2006).

Hipereaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma, besarnya

hipereaktivitas bronkus tersebut dapat diukur secara tidak langsung, yang

merupakan parameter objektifberatnya hipereaktivitas bronkus. Berbagai cara

digunakanuntuk mengukur hipereaktivitas bronkus tersebut, antara lain

dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen,

maupun inhalasi zat nonspesifik (Bernstein, 2003).

Page 24: Laporan PL

VII. PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibu Rodiah merupakan anak pertama dari tiga saudara dan saat ini berusia

43 tahun. Ibu Rodiah bekerja sebagai pembantu di suatu rumah dan berlatar

pendidikan SD. Ibu Rodiah didiagnosis Asma Bronkial Persisten Ringan di

Puskesmas Sokaraja II karena keluhan sesak nafas uyang ia derita.

Ibu Rodiah tinggal bersama keluarga besarnya, yaitu satu suami, 2 anak, 1

menantu dan 1 cucunya. Bapak Basir sebagai kepala keluarganya bekerja sebagai

pedagang ayam. Karakteristik keluarga beliau adalah Extended family yang

terdiri dari Bapa Basir dan Ibu rodiah yang tinggal bersama Yoniati dan Yuniarsih

(Anak), Supangat (Menantu) dan Flora mahardika Putri (cucu). Sedangkan satu

anak lainnya yang bernama Irfan tinggal di Yogyakarta bekerja sebagai penjag

tukang roti.

Ibu Rodiah mempunyai penyakit asma karena penyakit tersebut sudah

turun temurun di keluarga ibunya. Kakek dari ibunya mempunyai penyakit asma,

ibu dan adik pertama ibunya pun mempunyai asma. Selain itu, Ibu Rodiah juga

mempunyai riwayat Tb dengan pengobatan lengkap dan sudah sembuh.. Skor

APGAR keluarga Ibu Rodiah diperoleh nilai 10, angka tersebut menunjukkan

fungsi keluarga yang baik.

Page 25: Laporan PL

B. Saran

1. Ibu Rodiah jangan terlalu banyak kegiatan, apalagi kegiatan diluar rumah

karena beresiko terpapar serbuk bunga.

2. Ibu Rodiah rajin control dan minum obat agat penyakit asmanya tidak

bertambah berat.

3. Pembenahan rumah dengan mengganti dinding dengan dinding permanen,

mengganti atap dengan genting dan memberi keramik pada lantai rumah jika

mendapat reeki.

4. Keadaan rumah harus selalu bersih untuk mengurangi paparan debu.

5. Jangan pernah meninggalkan obat bronkodilator inhalasi ketika di rumah

ataupun diluar rumah

6. Pembentukan septictank agar pembuangan limbah tinja tidak tersalurkan pada

kolam

7. Pembersihan kandang kambing yang terdapat dipinggir rumah, bahkan

dipindahkan jauh dari lingkungan rumah ada rumah tidak terpapar kotoran

kambing