Laporan PKL Haidir

31
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga Negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar (Bengen, 2001). Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan. Bentuk-bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses yang ada di wilayah tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan karena adanya gelombang, arus dan angin yang berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk daerah pantai (Aly, 2004). Pantai memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan (interfece) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Pantai dapat didefenisikan sebagai daerah pertemuan antara laut dengan daratan serta udara, dimana interaksi ketiga komponen tersebut menjadikan wilayah pantai sangat dinamis, sehingga menyebabkan daerah pantai sangat rentan terhadap setiap perubahan yang terjadi. Daerah pantai 1

Transcript of Laporan PKL Haidir

Page 1: Laporan PKL Haidir

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar

17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga Negara kita

memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar (Bengen, 2001).

Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan.

Bentuk-bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses

yang ada di wilayah tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan

pengendapan yang disebabkan karena adanya gelombang, arus dan angin yang

berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk daerah pantai (Aly,

2004).

Pantai memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan

(interfece) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya

alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Pantai dapat didefenisikan

sebagai daerah pertemuan antara laut dengan daratan serta udara, dimana

interaksi ketiga komponen tersebut menjadikan wilayah pantai sangat dinamis,

sehingga menyebabkan daerah pantai sangat rentan terhadap setiap perubahan

yang terjadi. Daerah pantai juga merupakan daerah yang memiliki potensi besar

untuk dikembangkan menjadi daerah pariwisata (Aly, 2004).

Tumbuhan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut

bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit

vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi

nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan.

Di daerah pasang surut, vegetasi didominasi oleh tumbuhan perintis yang

menjalar atau rumput-rumputan  tertentu dan dikenal sebagai “Formasi Pes-

Caprae”. Kelompok tumbuhan ini diikuti oleh kelompok tumbuhan semak dan

1

Page 2: Laporan PKL Haidir

perdu yang berukuran lebih besar dan berada di belakang vegetasi perintis (ke

arah darat).  Kelompok tumbuhan ini disebut “Formasi Barringtonia”.

Keanekaragaman jenis tumbuhan pantai di wilayah ini menjadi hal yang

sangat menarik, karena dapat memberikan informasi mengenai kondisi

ekosistem serta dapat menjadi data pendukung bagi pengembangan wisata

pantai. Dengan berbagai pertimbangan di atas, maka pendataan jenis tumbuhan

pantai ini menjadi sangat perlu jika dilihat dari segi pemanfaatannya.

B. Tujuan

Tujuan melakukan Praktek Kerja Mandiri (PKM) di desa Tassiwalie ini

adalah :

1. Tujuan Akademis adalah salah satu persyaratan untuk menyelasaikan studi

pada Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan.

2. Tujuan Fungsional adalah untuk memperoleh pengalaman dalam melakukan

kegiatan PKM.

3. Tujuan Keilmuan adalah untuk mengetahui dan mendata jenis tumbuhan

pantai yang ada di pesisir desa Tasiwalie Kecamatan Suppa Kabupaten

Pinrang.

C. Kegunaan

Kegunaan dari Praktek Kerja Mandiri ini adalah untuk menambah wawasan

dan pengetahuan mahasiswa dalam dunia kerja dan dapat menjadi bahan

referensi dalam hal pengelolaan dan untuk mendata tumbuhan pantai di desa

Tasiwalie.

2

Page 3: Laporan PKL Haidir

II. ANALISA SITUASI

A. Sejarah/Profil singkat lokasi

Desa Tasiwalie merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten

Pinrang.  Jaraknya kurang lebih 28 km dari  Kota Pinrang dan 5 Km dari Kantor

Kecamatan Suppa.  Menurut Drs. Ahmadi selaku sekretaris Desa, sejarah asal

mula dinamakannya Tasiwalie karena letaknya yang cukup unik.Desa ini diapit

oleh dua laut yakni Selat Makassar dan Teluk Parepare. Dengan diapitnya oleh

dua lautan yang dalam bahasa bugisnya berarti 

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005, maka

penyelenggaraan pemerintahan di desa adalah Pemerintah Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa. Pemerintah Desa bertanggungjawab kepada Badan

Permusyawaratan Desa dalam pelaksanaan tugas pemerintahan, pemberdayaan

masyarakat dan pembinaan sosial kemasyaratan. Pemerintah Desa terdiri atas

Kepala Desa dan perangkat desa. Perangkat Desa bertanggungjawab kepada

Kepala Desa. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa yang membawahi

sejumlah kepala urusan yang terdiri dari Urusan Pemerintahan, Urusan Umum

dan Urusan Pembangunan. Sedangkan Kepala Dusun yang terdiri dari Dusun

Sabbang Paru, Dusun Parangki dan Dusun Kae’e bertanggungjawab langsung

kepada Kepala Desa.

Desa Tasiwalie merupakan pemekaran dari Desa Maritengngae pada

tahun 1978 sebagai desa   persiapan Tasiwalie, yang terdiri atas 5 Dusun yaitu

DusunLero Menralo, Dusun Bonging-Ponging, Dusun Sabamparu, Dusun

Parengki dan Dusun Kae’e. selanjutnya pada tahun 1984 ditetapkan sebagai

desa defenitif dan memiliki 3 Dusun yaitu Dusun Parengki, dusun Sabamparu

dan Dusun Kae’e. Dusun Lero Menralo menjadi bagian dari Desa Wiring tasi dan

Dusun Bonging-ponging menjadi badian dari Desa Lotang Salo.Kepemimpinan

3

Page 4: Laporan PKL Haidir

Kepala Desa Tasiwalie sekarang dipimpin oleh Andi Nurdin Oemar, mulai tahun 

2001 sampai dengan tahun 2013 nanti.

B. Letak Geografis

Desa Tasiwalie kecamatan Suppa terletak pada jarak 5 km dari ibu kota

Kecamatan Suppa sedangkan dari pusat Kota Pinrang berjarak 28 km, yang

mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lotang Salo Kecamatan Suppa

Sebeah Selatan berbatasan dengan Desa Wiring Tasi Kecamatan Suppa

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Maritenggae Kecamatan Suppa

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Gambar 1. Peta Desa Tassiwalie Kec. Suppa Kab. Pinrang

C. Sarana dan Prasarana Desa

4

Page 5: Laporan PKL Haidir

Berikut adalah daftar sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa

Tassiwalie.

Tabel 1. Pendidikan masyarakat

No Sarana dan PrasaranaTingkat

Perkembangan2010 2011

1 Taman Kanak-kanak 2 22 Sekolah Dasar 3 33 SLTP 1 14 Lembaga Pendidikan 1 15 Tutor keaksaraan Fungsional 2 26 Paud 2 27 TK-TPA 1 1

(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)

Tabel 2. Kesehatan masyarakat

No Kesehatan masyarakatTingkat

Perkembangan2010 2011

1 Puskesmas - -2 Polkesdes/ polindes - -3 Posyandu 3 34 Jumlah bayi mati - -5 RT yang memiliki WC 512 5616 Poskesdes - -7 Angka harapan hidup 758 770

(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)

Tabel 3. Ekonomi masyarakat

No Ekonomi masyarakatTingkat Perkembangan2010 2011

1 RT yang menggunkan listrik 100% 100%

2RT yang memiliki kendaraan bermotor 80 % 82%

3 RT yang memiliki TV 80 % 85%4 RT yang memiliki telepon/HP 90 % 95 %5 Koperasi/Prakoperasi 2 buah 3 buah6 Jumlah koperasi/ Prakoperasi 1 klp 1 klp

7Kelompok simpan pinjam Perempuan 5 klp 8 klp

(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)

Tabel 4. Sarana dan prasarana

5

Page 6: Laporan PKL Haidir

No Sarana dan prasaranaTingkat

Perkembangan2010 2011

1 Poskamling 3 32 Ssatuan pengamanan 6 63 Kelompok ronda 7 7

(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)

Tabel 5. Partisipasi masyarakat

No Sarana dan prasaranaTingkat

Perkembangan2010 2011

1Swadaya masyarakat / jumlah kegiatan 13 18

2 Proyek masuk/ Jumlah kegiatan 7 9(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)

D. Administrasi dan Organisasi Pemerintahan Desa

Jumlah penduduk di desa Tasiwalie Kecamatan Suppa yaitu 2813 jiwa

dengan presentase laki-laki sebesar 1382 jiwa sedangkan perempuan 1431 jiwa.

Jumah rumah sebanyak 670 rumah dan jumlah kelompok dasawisma (kelompok

masyarakat yang bergerak dibidang pemngembangan desa misalnya PKK,

kelompok tani, dll) sebesar 35 kelompok

Struktur organisasi Desa Tassiwalie adalah sebagai berikut :

6

STRUKTUR DESA TASIWALIEPERIODE 2007 - 2013

Page 7: Laporan PKL Haidir

Keterangan: = Garis Komando/Birokrasi

= Garis Koordinasi

Gambar 2. Struktur Organisasi Desa Tassiwalie (Sumber Kantor Desa Tasiwalie, 2012)

E. Potensi dan Permasalahan Umum serta Pengelolaan Ekosistem Pesisir

Desa tasiwalie merupakan suatu daerah yang memiliki potensi besar

dibidang pertanian, perkebunan, dan perikanan tangkap. Hasil-hasil alam yang

dipanen, kemudian di distribusikan ke kota untuk dijuaI. Hasil alam di daerah ini

terkenal di Kab. Pinrang. dentifikasi masalah merupakan suatu tahap awal dalam

hal memecahkan suatu perencanaan kegiatan. Masalah-masalah yang

ditemukan pada masyarakat setempat, perlu diidentifikasi secara jelas dan

terfokus pada wilayah kerja, dimana potensi daerah setempat dijadikan sebagai

alat bantu untuk memecahkan dan mengatasi masalah yang ada pada daerah

tersebut.

7

Page 8: Laporan PKL Haidir

Setelah melakukan observasi lapangan pada minggu awal sampai minggu

terakhir serta melakukan wawancara langsung pada beberapa penduduk

setempat guna pengumpulan data mengenai kondisi ekosistem pantai khususnya

tumbuhan pantai jenis barringtonia dan prescaprae, maka data yang diperoleh

dilapangan memberikan informasi berupa data ekosistem di wilayah tersebut.

Kemudian Dari hasil survei tersebut ditemukan beberapa masalah yaitu:

Kurangnya perhatian masyarakat setempat terhadap kelestarian tumbuhan

pantai, tanpa melihat fungsi dari tumbuhan itu sebagai penyeimbang

ekosistem pantai.

Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa dan bagaimana

tumbuhan pantai itu secara ilmiah.

Setelah mendapatkan data lapangan dan melakukan identifikasi masalah

melalui observasi lapangan secara langsung kemudian wawancara dengan

masyarakat setempat, maka dapat dilakukan langkah-langkah untuk pemecahan

masalah tentang pengamatan yaitu :

Melakukan kegiatan praktik secara langsung dengan cara survei dan

pengumpulan data tumbuhan pantai.

Perlunya pengidentifikasian tentang jenis tumbuhan pantai sebagai bahan

informasi keadaan ekosistem di wilayah ini.

Mendata jumlah tumbuhan pantai yang mendominasi wilayah tersebut.

Pengelolaan ekosistem pesisir di daerah ini cukup baik. Terbukti dari

adanya rencana pemerintah setempat bahwa Desa Tasiwalie akan dicanangkan

sebagai daerah destinasi wisata pantai di kabupaten Pinrang. Hal ini di dukung

oleh upaya dari pemerintah yang terus melakukan pembenahan di sektor

pariwisata, yaitu dengan membangun gazebo-gazebo sebagai tempat

peristirahatan bagi masyarakat yang ingin menikmati keindahan pantai ini.

III. METODE KEGIATAN

8

Page 9: Laporan PKL Haidir

A. Waktu Pelaksanaan

Program kerja individu ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2012 sampai

dengan tanggal 5 Agustus 2012. Waktu tersebut meliputi studi pendahuluan,

survey awal, pengambilan (pengukuran) data lapangan, analisis sampel dan

sampai pada penyusunan laporan.

Program kerja individu dilaksanakan di Pantai Desa Tasiwalie Kecamatan

Suppa Kabupaten Pinrang. Sedangkan penyajian laporan akhir dilakukan di

Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin.

B. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu, Global Position System

(GPS) untuk menentukan titik pengamatan, roll meter untuk menghitung jarak

antar stasiun pengamatan dan pembuatan transek kuadran, alat tulis menulis

untuk mencatat hasil pengamatan, kamera untuk mengambil gambar sampel

tumbuhan.

Bahan yang digunakan adalah buku identifikasi untuk mengidentifikasi

tumbuhan pantai.

C. Prosedur Observasi

Prosedur kerja yang dilaksanakan pada program kerja individu ini adalah :

a. Melakukan observasi awal di lapangan dan wawancara langsung dengan

masyarakat setempat mengenai kondisi lingkungan untuk mengetahui

kondisi perairan dan pesisir Desa Tasiwalie yang akan dijadikan sebagai

tempat pengambilan data kegiatan praktik kerja mandiri nantinya.

b. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan data.

c. Penentuan stasiun pengamatan berdasarkan pada data-data observasi

awal yang telah dilakukan. Penentuan stasiun ini dilakukan dengan

memperhatikan keterwakilan dari lokasi pengamatan secara keseluruhan

9

Page 10: Laporan PKL Haidir

berdasarkan pada luasan sebaran tumbuahan pantai dan tingkat

kerapatannya.

d. Pendataan komunitas jenis tumbuhan pantai

Identifikasi tumbuhan pantai dengan metode transek kuadran dilakukan

dengan cara :

Menentukan stasiun pengamatan tumbuhan pantai

Pemilihan stasiun didasarkan pada lokasi yang terdapat tumbuhan

pantai

Menarik garis tegak lurus atau memotong garis pantai kemudian di atas

garis tersebut ditempatkan plot ukuran 10 X 10 m.

Mengidentifikasi setiap tumbuhan yang terdapat dalam plot

Mengukur jarak antar stasiun dan jarak masing-masing plot pada setiap

stasiun dari pinggir pantai.

e. Pengolahan hasil, merupakan rangkaian kerja terakhir yaitu pengumpulan

dan pembuatan data hasil pengukuran lapangan yang disajikan dalam

bentuk tulisan hasil yang dicapai dan jadwal kegiatan yang dilaksanakan

dilapangan.

Penghitungan kepadatan tumbuhan pantai menggunakan rumus :

D=NI/ AKeterangan:

D=Kepadatan

NI = Jumlah individu

A= Luasan daerah pengamatan

10

Page 11: Laporan PKL Haidir

IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Hasil yang dicapai

Pes-Caprae adalah tumbuhan perintis yang menjalar atau rumput-

rumputan tertentu di daerah pasang surut. Sedangkan Barringtonia adalah

kelompok tumbuhan semak dan perdu yang berukuran lebih besar dan berada di

belakang vegetasi perintis atau ke arah darat (Noor dkk, 1999).

Praktik Kerja Mandiri ini dilakukan menggunakan metode transek kuadran,

dengan menarik garis vertikal ke arah darat sepanjang 50 m. Kemudian

pengamatan dilakukan didalam plot berukuran 10x10 m. Stasiun pengamatan

masing-masing terdiri dari 3 plot.

Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil identifikasi

tumbuhan pantai pada masing-masing stasiun dengan ukuran plot 10x10 m

sesuai dengan persentasi kepadatannya adalah sebagai berikut :

Stachytarpheta jamaicensis

Gambar 3. Spesies Stachytarpeta jamaicensis

Deskripsi :

Stachytarpheta jamaicensis atau biasa juga di sebut sebagai pecut kuda

biasanya tumbuh liar di tepi jalan, tanah lapang, dan tempat-tempat terlantar

11

Page 12: Laporan PKL Haidir

lainnya di daerah cerah, sedang, terlindung dari sinar matahari, dan pada

ketinggian 1-1500 m dpl. Permukaan daun kasar dan guratan-guratan di

permukaannya tampak jelas. Bentuk daun bulat telur, tepi bergerigi, tidak

berambut, ujung daun meruncing. Bunga terdapat pada tandan yang panjangnya

mencapai 4-20 cm seperti pecut, bunga duduk tanpa tangkai. Bunga mekar tidak

serentak, ukurannya kecil berwarna ungu kebiruan dan putih. Manfaatnya

sebagai bahan obat-obatan, misalnya untuk mengobati infeksi dan rematik (Noor

dkk, 1999).

Ipomoea pes-caprae

Gambar 4. Spesies Ipomoea pes-caprae

Deskripsi :

Masyarakat Desa Tassiwalie menyebutnya dalere, panjang batang 5-30 m

dan menjalar, akar tumbuh pada ruas batang. Batang berbentuk bulat, basah

dan berwarna hijau kecoklatan, daun tunggal, tebal dan licin, bunga berwarna

merah muda – ungu dan agak gelap di bagian pangkal bunga. Adapun manfaat

dari tumbuhan ini yaitu bijinya di laporkan sebagai obat yang baik untuk sakit

perut dan kram, daunnya untuk obat reumatik/nyeri persendian/pegal-pegal

sedangkan akarnya sebagai obat sakit dan cairan yang ada pada batangnya

digunakan untuk mengobati gigitan dan sengatan binatang (Noor dkk, 1999).

12

Page 13: Laporan PKL Haidir

Wedelia biflora

Gambar 5. Spesies Wedelia biflora

Deskripsi :

Nama setempat poko’ seruni. Tepi daun bergerigi, dengan gagang daun

panjangnya 0,5-4 cm, bentuk daun bulat telur. Kepala bunga biasanya soliter,

berwarna kuning cerah, terletak pada bagian atas ketiak bunga. Gagang bunga

panjangnya 1-7 cm, ditutupi oleh rambut. Ciri khasnya berupa bunga komposit

dengan 8 daun mahkota dan cakram bunga berjumlah 20-30. Tumbuh terutama

sepanjang atau dekat pantai, pada pantai berpasir dan pinggiran mangrove.

Daunnya digunakan sebagai obat untuk luka terpotong atau terkena gigitan. Akar

digunakan untuk obat penyakit kelamin (Noor dkk, 1999).

Catharantus roseus

Gambar 6. Spesies Catharantus roseus

13

Page 14: Laporan PKL Haidir

Deskripsi :

Biasa disebut tapak dara, merupakan tumbuhan perdu dengan ketinggian 1

m. Memiliki sistem perakaran serabut berwarna kecoklatan. Batang berbentuk

bulat, bagian pangkalnya berkayu. Permukaan batang rata, arah tumbuh batang

condong, pola percabangan simpodia. Daun berupa daun tunggal terdiri atas

tangkai daun dan helaian daun. Panjang daun sekitar 2-6 cm dan lebar 1-3 cm,

ujung daun runcing, pangkal daun meruncing, tepi daun rata, tulang daun

menyirip, permukaan daun mengkilap dan berambut. Bunga termasuk bunga

majemuk, terdapat perhiasan bunga berupa corolla lepas berwarna merah muda

atau putih. Masyarakat Desa Tassiwalie biasanya mengambil tumbuhan ini untuk

dijadikan hiasan (Noor dkk, 1999).

Lantana Camara

Gambar 7. Spesies Lantana camara

Deskripsi :

Jenis tanaman perdu dengan sifat agak memanjat banyak

percabangannya. Tinggi antara 0,5-4 m. Tumbuh pada daerah dengan

ketinggian 1.700 m dpl. Digunakan sebagai obat luka memar dan keracunan

makanan (Noor dkk, 1999).

14

Page 15: Laporan PKL Haidir

Pandanus odoratissima

Gambar 8. Spesies Pandanus odoratissima

Deskripsi :

Nama setempat pandan. Pohon dapat mencapai ketinggian hingga 6 m.

Berduri pada sisi daun dan ujungnya tajam. Panjang antara 0,5 - 2,0 m. Warna

merah ungu terletak di ujung. Buahnya seperti buah nenas dan ketika matang

warnanya kuning jeruk. Tumbuh pada habitat dengan substrat berpasir di depan

garis pantai, terkena pasang surut hingga agak ke belakang garis pantai. Dapat

dimanfaatkan sebagai tanaman pagar, digunakan sebagai pengharum masakan

bagi warga di Desa (Noor dkk, 1999).

Terminalia catappa

Gambar 9. Spesies Terminalia catappa

15

Page 16: Laporan PKL Haidir

Deskripsi :

Biasa disebut ketapang. Pohon berukuran moderat, mudah gugur, bentuk

seperti pagoda, terutama bila pohon masih muda. Batang sering berbanir pada

pangkal, pepagan coklat abu-abu tua, melekah; cabang tersusun dalam deretan

bertingkat dan melintang. Daun berseling, bertangkai pendek, mengumpul pada

ujung cabang, biasanya membundar telur sungsang, kadang-kadang agak

menjorong, mengertas sampai menjangat tipis, mengkilap. Bunga berbulir

tumbuh pada ketiak daun, sebagian besar adalah bunga jantan, bunga biseksual

terdapat ke arah pangkal, sangat sedikit, warna putih-kehijauan dengan cakram

berjanggut. Buah pelok membulat telur atau menjorong, agak pipih, hijau ke

kuning dan merah saat matang. Buah batu dikelilingi lapisan daging berair

setebal 3-6 mm. Ditanam sebagai pohon peneduh jalan. Kayu berwarna merah

dan memiliki kualitas yang baik, digunakan sebagai bahan bangunan dan

pembuatan perahu (Noor dkk, 1999).

Coconus nucifera

Gambar 10. Spesies Coconus nucifera

16

Page 17: Laporan PKL Haidir

Deskripsi :

Pohon palem berumah satu, tidak berduri, tidak bercabang, dengan

mahkota daun terminal.Batang menyilinder, tegak, sering menekuk atau miring,

abu-abu muda, menggundul dan mencincin nyata dengan lampang daun yang

gugur. Daun berpelepah, tersusun spiral, menyirip, pinak daun melanset-memita,

tersusun rapi pada satu bidang. Perbungaan ketiak, ketika muda terlihat seperti

tongkol dalam seludang, setelah terbuka tersusun membulir dan spiral, masing-

masing dengan 200—300 bunga jantan dan hanya satu sampai beberapa bunga

betina dekat bagian pangkal yang gundul. Bunga jantan 1—3 menyatu, melekat,

kuning muda, bunga betina soliter, jauh lebih besar dari bunga jantan, membulat

saat kuncup, membundar telur saat antesis, Buah berserat, membulat,

membundar telur atau menjorong, lembut, hijau, oranye cerah, kuning sampai

warna gading bila masak, biasanya mengering sampai coklat-keabu-abuan pada

buah tua. Di bagian tengah dari buahnya terdapat lubang besar, sebagian terisi

dengan air kelapa yang diabsorbsi semuanya pada 6 bulan setelah panen.

Batangnya bisa dimanfaatkan sebagai dinding rumah, buahnya dikonsumsi dan

airnya digunakan sebagai obat keracunan (Noor dkk, 1999).

Ricinus communis

Gambar 11. Spesies Ricinus communis

17

Page 18: Laporan PKL Haidir

Deskripsi :

Biasa disebut jarak jawa. Daun seperti daun singkong, tapi tepinya

bergerigi, urat daunnya rapat dan jelas. Warna daun hijau tua di permukaan atas

dan hijau muda di permukaan bawah. Tangkai daun panjang berwarna hijau

hingga merah bata. Bentuk daun menjari dengan jumlah jari 7-9, ujungnya

meruncing. Bunga majemuk, berwarna kuning oranye dan berkelamin satu. Buah

berbentuk bulat bersegmen dan berambut seperti buah rambutan. Warna buah

hijau dan bergerombol pada tandan yang panjang. Tumbuh liar di sepanjang

pantai sebagai komoditi perkebunan pada ketinggian antara 0-800 m dari

permukaan laut. Bijinya digunakan untuk mengobati kanker mulut rahim dan kulit,

TBC dan infeksi jamur. Daunnya digunakan untuk obat gatal, batuk dan hernia

(Noor dkk, 1999).

Scaveola taccada

Gambar 12. Spesies Scaveola taccada

Deskripsi :

Nama setempat bako-bakoan. Semak pohon dapat mencapai ketinggian

hingga 3 m. Daun melebar ke arah atas, berwarna hijau kekuningan dan

mengkilap, tepinya melengkung dan permukaan daun seperti berlapis lilin,

bentuk bulat telur terbalik hingga elips, ujung membundar. Letak bunga di ketiak

daun dengan formasi mengelompok. Buah berbentuk kapsul, bulat. Ketika muda

18

Page 19: Laporan PKL Haidir

berwarna hijau muda, lalu menjadi putih ketika sudah matang. Dijumpai pada tepi

pematang yang tidak terpengaruh oleh pasang surut (Noor dkk, 1999).

Berdasarkan hasil identifikasi, tumbuhan pantai yang digolongkan ke dalam

Barringtonia adalah Terminalia catappa, Wedelia biflora, Lantana camara,

Pandanus odoratissima, Coconus nucifera, Ricinus communis, dan Scaveola

taccada. Sedangkan yang digolongkan ke dalam Pes-caprae adalah

Stachytarpheta jamaicensis, Catharantus roseus dan Ipomoea pes-caprae.

Pada stasiun 1, tumbuhan pantai yang mendominasi adalah jenis

Stachytarpheta jamaicensis dengan jumlah 32 dan kepadatan 0,0032.

Wedelia

biflora

Ipomoea pes-

caprae

Stach

ytarpheta

jamaic

ensis

Pandan

us odorati

ssima

Stach

ytarpheta

jamaic

ensis

Cocos n

ucifera

Terminalia

catap

pa

Ricinus c

ommunis

Ipomoea pes-

caprae

Cocos n

ucifera

0.00000.00050.00100.00150.00200.00250.00300.0035

Gambar 13. Kepadatan Tumbuhan Pantai Stasiun 1

Pada stasiun 2, tumbuhan pantai yang mendominasi adalah Ipomoea pes-

caprae dengan jumlah kepadatan 21 dan kepadatan 0,0021.

Catharan-thus roseus

Ipomoea pes-caprae

Lantana Camara

Pandanus odoratissima

Scaveola taccada

Cocos nucifera

Ipomoea pes-caprae

Cocos nucifera

Pandanus odoratissima

0

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

Gambar 14. Kepadatan Tumbuhan Pantai Stasiun 2

19

Page 20: Laporan PKL Haidir

Pada stasiun 3, tumbuhan pantai yang mendominasi adalah Wedelia biflora

dengan jumlah 19 dan kepadatan 0,0019.

Ipomea pes-

caprae

Cocos n

ucifera

Pandan

us odorati

ssima

Stach

ytarp

heta ja

maicen

sis

Wed

elia b

iflora

Cathara

nthus r

oseus

Term

inalia c

atappa

00.00020.00040.00060.0008

0.0010.00120.00140.00160.0018

0.002

Gambar 15. Kepadatan Tumbuhan Pantai Stasiun 3

B. Peran Individu/Kelompok Mayarakat

Masyarakat Desa Tassiwalie sebagian besar memilki mata pencaharian

sebagai petani sawah, namun sebagian kecil bekerja sebagai nelayan dan petani

tambak. Masyarakat desa membentuk kelompok petani tambak yang biasanya

melakukan kegiatan setiap bulan dengan turun ke tambak untuk membersihkan

sampah-sampah yang ada di tempat tersebut. Konservasi dilakukan dengan

menanam bibit mangrove seadanya, agar tidak terjadi abrasi dan pengikisan

lahan di sekitar pesisir dan tambak mereka. Masyarakat yang bekerja sebagai

nelayan tidak melakukan eksploitasi secara besar-besaran karena sudah ada

peraturan desa yang melarang masyarakat untuk melakukan pengangkapan

secara dalam jumlah tinggi. Hal ini menyebabkan keanekaragaman organisme

ikan masih cukup terjaga di desa ini.

20

Page 21: Laporan PKL Haidir

V. RANGKUMAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan praktik kerja lapang dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan 10 jenis tumbuhan

pantai yaitu Wedelia biflora, Ipomoea pes-caprae, Stachytarpheta

jamaicensis, Pandanus odoratissima, Cocos nucifera, Terminalia catappa,

Ricinus communis, Catharanthus roseus, Lantana Camara, dan Scaveola

taccada.

2. Jenis tumbuhan pantai yang memiliki jumlah kepadatan tertinggi yaitu

Ipomoea pes-caprae. Sementara yang terendah yaitu Scaveola taccada.

B. Saran

Sebaiknya untuk ke depannya diadakan perencanaan pengelolaan dan

perlindungan tumbuhan pantai yang berkelanjutan agar kelestarian tumbuhan

pantai dapat terjaga dengan baik.

21

Page 22: Laporan PKL Haidir

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Da’faf. 2004. Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Pantai Sebagai Obyek Wisata Dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Lokasi Wisata (Studi Kasus Di Kawasan Wisata Pantai Kartini Jepara). Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor.

Noor, Y. R., M. Khazali dan I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove  di Indonesia. Ditjen PKA dan  Wetlands International. Indonesia Programme.

22

Page 23: Laporan PKL Haidir

IDENTIFIKASI TUMBUHAN PANTAI JENIS BARRINGTONIA DAN PESCAPRAE DI DESA TASSIWALIE KEC. SUPPA KAB. PINRANG

LAPORAN PRAKTIK KERJA MANDIRI

HAIDIR MUHAIMIN

L111 08 269

ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HASANUDDINKULIAH KERJA NYATA PROFESI (KKNP)

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN2012

23