LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

download LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

of 14

Transcript of LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    1/14

    LAPORAN PETROLOGI

    ACARA :BATUAN BEKU ASAM NAMA :MOH. DWIKA M

    KELOMPOK :II NIM :D61113003

    A.Latar Belakang

    Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi

    terhadap batuan. Diawali dengan mengetahui bagaimana

    batuan itu terbentuk, terubah, kemudian bagaimana hingga

    batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan,

    dataran-dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah

    permukaan laut. Kemanapun anda menoleh, maka anda selalu

    akan bertemu dengan benda yang dinamakan batu atau

    batuan. Sebut saja kerakal di halaman rumah, kemudian di

    jalan yang landasannya atau bagian tepinya dibuat dari

    batu. Di dasar atau tebing sungai, bahkan menengok

    bagian dari rumah anda mungkin sebagian besar terbuat

    dari batu. Batu atau batuan yang anda lihat dimana-manaitu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga

    banyak yang berbeda. Tidak mengherankan apabila batuan

    merupakan bagian utama dari Bumi kita ini (Andy:2009).

    Berdasarkan persamaan dan perbedaan tadi, maka kita

    berupaya untuk mengelompokannya. Dari hasil pengamatan

    terhadap jenis-jenis batuan tersebut, kita dapat

    mengelompokkannya menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1)

    batuan beku, (2) batuan sedimen, dan (3) batuan malihan

    atau metamorfis. Penelitian-penelitian yang dilakukan

    oleh para ahli Geologi terhadap batuan, menyimpulkan

    bahwa antara ketiga kelompok tersebut terdapat hubungan

    yang erat satu dengan lainnya, dan batuan beku dianggap

    sebagai nenek moyang dari batuan lainnya. Dari sejarah

    pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    2/14

    seluruh bagian luar dari Bumi ini terdiri dari batuan

    beku. Dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan,

    maka terjadilah perubahan-perubahan yang disertai dengan

    pembentukan kelompok-kelompok batuan yang lainnya.

    Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke kelompok

    lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan daur

    batuan (Andy:2009)

    B.Manfaat dan Tujuan

    Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa

    dapat mengetahui jenis batuan yang diteliti, mengetahui

    mineral penyusun batuan yang diteliti, dan mengetahui

    nama batuan yang diteliti. Tujuan dari praktikum ini

    adalah sebagai berikut:

    1.Untuk mengetahui jenis batuan yang diteliti

    2.Untuk mengetahui mineral penyusun batuan yang

    diteliti

    3.

    Untuk mengetahui nama batuan yang diteliti

    C.Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini

    adalah sebagai berikut:

    1.Loup

    2.Komparator Batuan Beku

    3.Kikir Baja

    4.Alat Tulis

    5.Klasifikasi Batuan Beku menurut Fenton (1940)

    6.Klasifikasi Batuan Beku menurut Travis (1955)

    7.Klasifikasi Batuan Beku berdasarkan IUGS (1976)

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    3/14

    D. Tinjauan Pustaka

    1.Magma

    Dalam daur batuan dicantumkan bahwa batuan beku

    bersumber dari proses pendinginan dan penghabluran

    lelehan batuan didalam Bumi yang disebut magma. Magma

    adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada

    didalam Litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak

    bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta mengandung

    sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut

    diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar

    200 kilometer dibawah permukaan Bumi, terdiri terutama

    dari unsur-unsur yang kemudian membentuk mineral-mineral

    Silikat (Noor:2008) .

    Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari

    batuan sekelilingnya, akan berusaha untuk naik melalui

    rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga akhirnya

    mampu mencapai permukaan Bumi. Apabila magma keluar,

    melalui kegiatan gunung-berapi dan mengalir diatas

    permukaan Bumi, ia akan dinamakan lava. Magma ketika

    dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan, dapat juga

    mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada didalam

    litosfir dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai

    permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku

    ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai kehilangangerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan

    membentuk batuan beku. Namun dalam proses pembekuan

    tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan itu akan

    menghablur pada saat yang sama. Ada beberapa jenis

    mineral yang terbentuk lebih awal pada suhu yang tinggi

    dibanding dengan lainnya karena kandungan Fe dan Mg

    seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    4/14

    dalam keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh

    amphibole dan biotite. Disebelah kanannya kelompok

    mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar

    calcium (Ca-Felspar) dan diikuti oleh felspar kalium (K-

    Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita

    akan mendapatkan suatu bentuk dimana hublur-hablur padat

    dikelilingi oleh lelehan (Noor:2008)

    Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi,

    sangat ditentukan oleh derajat kecepatan dari pendinginan

    magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur yang

    terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan

    ukuran yang besar-besar. Sebaliknya, apabila pendinginan

    itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan

    dengan segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur

    yang berukuran kecil-kecil, kadang berukuran mikroskopis.

    Bentuk pola susunan hablur-hablur mineral yang nampak

    pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan(Noor:2008).

    Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan

    mineralogi dari magma serta kadar gas yang dikandungnya,

    juga turut menentukan dalam proses penghablurannya.

    Mengingat magma dalam aspek-aspek tersebut diatas sangat

    berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga sangat

    beragam dalam susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya.

    Meskipun demikian, batuan beku tetap dapat dikelompokan

    berdasarkan cara-cara pembentukan seta susunan

    mineraloginya (Noor:2008)

    2.Proses Pembentukan Magma

    Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat

    dari perbenturan antara 2 (dua) lempeng litosfir, dimana

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    5/14

    salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam

    dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari

    gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir

    tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan,

    ditambah dengan penambahan air berasal dari sedimen-

    sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan

    sebagian dari litosfir (Drajat:2010).

    Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari

    peleburan tersebut akan menghasilkan magma yang

    bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari

    55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang

    terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu

    didapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan

    yang dilanjutkan dengan pemisahan litosfir (Drajat:2010).

    Berdasakan sifat kimiawinya, batuan beku dapat

    dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu: (1)

    Kelompok batuan beku ultrabasa/ultramafic; (2) Kelompok

    batuan beku basa; (3) Kelompok batuan beku intermediate;

    dan (4) Kelompok batuan beku asam. Dengan demikian maka

    magma asal yang membentuk batuan batuan tersebut diatas

    dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu magma basa, magma

    intermediate, dan magma asam (Drajat:2010).

    Diferensiasi Magma adalah proses penurunan

    temperatur magma yang terjadi secara perlahan yang

    diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang

    ditunjukkan dalam deret reaksi Bowen. Pada penurunan

    temperatur magma maka mineral yang pertama kali yang akan

    terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan

    dengan Pyroxene, Hornblende, Biotite (Deret tidak

    kontinu). Pada deret yang kontinu, pembentukan mineral

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    6/14

    dimulai dengan terbentuknya mineral Ca-Plagioclase dan

    diakhiri dengan pembentukan Na-Plagioclase. Pada

    penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral

    K-Feldspar(Orthoclase), kemudian dilanjutkan oleh

    Muscovite dan diakhiri dengan terbentuknya mineral Kuarsa

    (Quartz). Proses pembentukan mineral akibat proses

    diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk

    Batuan (Rock Forming Minerals) (Drajat:2010).

    Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa,

    basa, intermediate, dan asam dapat terjadi melalui proses

    diferensiasi magma. Pada tahap awal penurunan temperatur

    magma, maka mineral-mineral yang akan terbentuk untuk

    pertama kalinya adalah Olivine, Pyroxene dan Caplagioklas

    dan sebagaimana diketahui bahwa mineral-mineral tersebut

    adalah merupakan mineral penyusun batuan ultra basa.

    Dengan terbentuknya mineral-mineral Olivine, pyroxene,

    dan Ca- Plagioklas maka konsentrasi larutan magma akansemakin bersifat basa hingga intermediate dan pada

    kondisi ini akan terbentuk mineral mineral Amphibol,

    Biotite dan Plagioklas yang intermediate (Labradorite

    Andesine) yang merupakan mineral pembentuk batuan Gabro

    (basa) dan Diorite (intermediate). Dengan terbentuknya

    mineral-mineral tersebut diatas, maka sekarang

    konsentrasi magma menjadi semakin bersifat asam. Pada

    kondisi ini mulai terbentuk mineralmineral K-Feldspar

    (Orthoclase), Na-Plagioklas (Albit), Muscovite, dan

    Kuarsa yang merupakan mineral-mineral penyusun batuan

    Granite dan Granodiorite (Proses diferensiasi magma ini

    dikenal dengan seri reaksi Bowen) (Drajat:2010).

    Asimilasi Magma adalah proses meleburnya batuan

    samping (migling) akibat naiknya magma ke arah permukaan

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    7/14

    dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya

    bersifat basa berubah menjadi asam karena komposisi

    batuan sampingnya lebih bersifat asam. Apabila magma

    asalnya bersifat asam sedangkan batuan sampingnya

    bersifat basa, maka batuan yang terbentuk umumnya

    dicirikan oleh adanya Xenolite (Xenolite adalah fragment

    batuan yang bersifat basa yang terdapat dalam batuan

    asam). Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa,

    basa, intermediate, dan asam dapat juga terjadi apabila

    magma asal (magma basa) mengalami asimilasi dengan batuansampingnya (Drajat:2010).

    Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos

    batuan samping yang berkomposisi asam maka akan terjadi

    asimilasi magma, dimana batuan samping akan melebur

    dengan larutan magma dan hal ini akan membuat konsentrasi

    magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan

    demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineralintermediate maupun asam dapat terbentuk dari magma basa

    yang mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya.

    Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan berdasarkan

    kandungan mineralnya, kejadian / genesanya (plutonik,

    hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan

    indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan

    klasifikasi, biasanya kandungan mineral dipakai untuk

    mengklasifikasi batuan dan merupakan cara yang paling

    mudah dalam menjelaskan batuan beku (Drajat:2010).

    Berdasarkan kejadiannya (genesanya), batuan beku

    dapat dikelompokkan sebagai berikut (Drajat:2010):

    a. Batuan Volcanic adalah batuan beku yang

    terbentuk dipermukaan atau sangat dekat

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    8/14

    permukaan bumi dan umumnya berbutir sangat halus

    hingga gelas.

    b. Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive

    yang terbentuk dekat permukaan bumi dengan ciri

    umum bertekstur porphyritic.

    c. Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive

    yang terbentuk jauh dibawah permukaan bumi dan

    umumnya bertekstur sedang hingga kasar.

    d. Batuan Extrusive adalah batuan beku, bersifat

    fragmental atau sebaliknya dan terbentuk sebagaihasil erupsi ke permukaan bumi.

    e. Batuan Intrusive adalah batuan beku yang

    terbentuk dibawah permukaan bumi.

    3.Batuan Beku

    Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin:

    ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk darimagma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa

    proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai

    batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan

    sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat

    berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang

    sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya,

    proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-

    proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan,

    atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku

    telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk

    di bawah permukaan kerak bumi (Harrys:2009).

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    9/14

    E.Deskripsi Litologi

    1.Sampel Batuan (B.17)

    Dijumpai sebuah batuan beku dengan warna segar abu-abu

    dan warna lapuk coklat. Memiliki tekstur kristalinitas

    hypokristalin, granularitas porfiro afanitik, dan fabric

    inequigranular dengan batas antar mineral euhedral-

    subhedral serta struktur masif. Batuan ini tersusun dari

    beberapa mineral anatara lain plagioklas (5%), kuarsa

    (1%), ortoklas (50%), biotit (5%), piroksin (10%),

    Hornblende (5%), muscovite (1%), dan massa dasar (10%).

    Nama batuan ini adalah Trachite Phonolit (Fenton:1940),

    Porfiri Trakit (Russel B. Travis:1955), dan Trachyte

    (IUGS:1976).

    2.Sampel Batuan (B.1)

    Dijumpai sebuah batuan beku dengan warna segar putih

    keabu-abuan dan warna lapuk coklat kekuning-kuningan.

    Memiliki tekstur kristalinitas hypokristalin,

    granularitas fanero porfiritik, dan fabric inequigranular

    dengan batas antar mineral euhedral-subhedral serta

    struktur masif. Batuan ini tersusun dari beberapa mineral

    anatara lain plagioklas (20%), kuarsa (5%), ortoklas

    (50%), biotit (10%), piroksin (5%), Hornblende (3%),

    muscovite (2%), dan massa dasar (5%). Nama batuan ini

    adalah Syenite Porphyri (Fenton:1940), Porfiri Sianit(Russel B. Travis:1955), dan Syenit (IUGS:1976).

    3.Sampel Batuan (B.3)

    Dijumpai sebuah batuan beku dengan warna segar putih

    dan warna lapuk kuning. Memiliki tekstur kristalinitas

    holokristalin, granularitas faneritik, dan fabric

    equigranular dengan batas antar mineral euhedral-

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    10/14

    subhedral serta struktur masif. Batuan ini tersusun dari

    beberapa mineral anatara lain plagioklas (10%), kuarsa

    (20%), ortoklas (30%), biotit (10%), piroksin (20%),

    Hornblende (8%), muscovite (2%). Nama batuan ini adalah

    Granite Pegmatite (Fenton:1940), Granit (Russel B.

    Travis:1955), dan Granite(IUGS:1976).

    4.Sampel Batuan (B.8)

    Dijumpai sebuah batuan beku dengan warna segar abu-abu

    dan warna lapuk coklat. Memiliki tekstur kristalinitas

    holokristalin, granularitas faneritik, dan fabric

    equigranular dengan batas antar mineral euhedral-

    subhedral serta struktur masif. Batuan ini tersusun dari

    beberapa mineral anatara lain plagioklas (20%), kuarsa

    (10%), ortoklas (50%), biotit (5%), piroksin (5%),

    Hornblende (3%), muscovite (2%). Nama batuan ini adalah

    Granite Pegmatite (Fenton:1940), Granit (Russel B.

    Travis:1955), dan Granite(IUGS:1976).

    5.Sampel Batuan (B.16)

    Dijumpai sebuah batuan beku dengan warna segar abu-abu

    dan warna lapuk hitam. Memiliki tekstur kristalinitas

    hypokristalin, granularitas porfiro afanitik, dan fabric

    inequigranular dengan batas antar mineral euhedral-

    subhedral serta struktur masif. Batuan ini tersusun dari

    beberapa mineral anatara lain plagioklas (10%), kuarsa

    (5%), ortoklas (40%), biotit (5%), piroksin (5%),

    Hornblende (19%), muscovite (1%). Nama batuan ini adalah

    Trachite Phonolite(Fenton:1940), Porfiri Trakit (Russel

    B. Travis:1955), dan Trachyte (IUGS:1976).

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    11/14

    F.Petrogenesis

    1.Porfiri Trakit (B.17)

    Batuan ini terbentuk pada wilayah dengan suhu yang

    tinggi sekitar 400C-600C dan tekanan yang rendah di

    atas permukaan bumi (vulkanik) sehingga membuat Kristal-

    kristal batuan tergolong halus (kecil).

    2.Porfiri Sianit (B.1)

    Batuan ini terbentuk pada wilayah dengan suhu sekitar

    400C-600C dan tekanan yang tinggi di bawah permukaanbumi (plutonik) sehingga membuat Kristal-kristal batuan

    tergolong kasar (sedang).

    3.Granit (B.3)

    Batuan ini terbentuk pada wilayah dengan suhu sekitar

    400C-600C dan tekanan yang tinggi di bawah permukaan

    bumi (plutonik) sehingga membuat Kristal-kristal batuan

    tergolong kasar (besar).

    4.Granit (B.8)

    Batuan ini terbentuk pada wilayah dengan suhu sekitar

    400C-600C dan tekanan yang tinggi di bawah permukaan

    bumi (plutonik) sehingga membuat Kristal-kristal batuan

    tergolong kasar (besar).

    5.Porfiri Trakit (B.16)

    Batuan ini terbentuk pada wilayah dengan suhu sekitar

    400C-600C yang tinggi dan tekanan yang rendah di atas

    permukaan bumi (vulkanik) sehingga membuat Kristal-

    kristal batuan tergolong halus (kecil).

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    12/14

    G.Kegunaan

    1.Porfiri Trakit (B.17)

    Fungsi batuan ini yaitu digunakan sebagai bahan

    bangunan, dan pembuatan ornament (tegel/ubin)

    2.Porfiri Sianit (B.1)

    Fungsi batuan ini yaitu digunakan dalam bidang

    kedokteran/ untuk pembuatan gips, bidang farmasi, bahan

    campuran semen.

    3.

    Granit (B.3)

    Fungsi batuan ini yaitu sebagai bahan bangunan dan

    ornamen (ubin/tegel).

    4.Granit (B.8)

    Fungsi batuan ini yaitu sebagai bahan bangunan dan

    ornamen (ubin/tegel).

    5.

    Porfiri Trakit (B.16)

    Fungsi batuan ini yaitu digunakan sebagai bahan

    bangunan, dan pembuatan ornament (tegel/ubin).

  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    13/14

    Daftar Pustaka

    Andy, s. 2009. JenisBatuan

    .

    http://ilearn.unand.ac.id/pdf. Diakses pada

    tanggal 20 september 2014 pukul 21.02 WITA

    Drajat, D. 2010. Handout Batuan.

    http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEO

    GRAFI/pdf. Diakses pada tanggal 20 september 2014

    pukul 20.34 WITA

    Harrys, J. 2009. Mineral dan Batuan.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FI

    SIKA/pdf.Diakses pada tanggal 20 september 2014

    pukul 20.16 WITA

    Noor, D. 2009. Mineral dan Batuan.

    http://tanaangga.files.wordpress.com/pdf. Diakses

    pada tanggal 20 september 2014 pukul 20.05 WITA

    http://ilearn.unand.ac.id/http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/pdfhttp://tanaangga.files.wordpress.com/pdfhttp://tanaangga.files.wordpress.com/pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/pdfhttp://ilearn.unand.ac.id/
  • 8/11/2019 LAPORAN PETROLOGI ACARA 1

    14/14