Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

24
HALAMAN PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Perkembangan Hewan Unit V dengan judul “Induksi Ovulasi pada Katak” disusun oleh : Nama : Syarif Hidayat A. Nim : 071 404 092 Kelas/Kelompok : B/VII setelah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan diterima. Makassar, Desember 2008 Koordinator asisten Asisten Hermayanti, S.Pd. Irwan Wardi Nim: 061404003 Mengetahui Dosen Penanggung Jawab

Transcript of Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

Page 1: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Perkembangan Hewan Unit V dengan judul

“Induksi Ovulasi pada Katak” disusun oleh :

Nama : Syarif Hidayat A.

Nim : 071 404 092

Kelas/Kelompok : B/VII

setelah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2008

Koordinator asisten Asisten

Hermayanti, S.Pd. Irwan Wardi Nim: 061404003

MengetahuiDosen Penanggung Jawab

Drs. Adnan, M.SNIP: 131 722 271

Page 2: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

kita rasakan sekarang ini. Tidak hanya dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari,

teknologi telah banyak membantu manusia dalam melakukan aktivitasnya setiap hari.

Semua jadi serba mudah jika kita mampu memanfaatkan teknologi tersebut. Selain

itu, teknologi juga telah merambat sampai pada hal-hal yang bersifat dasar, yakni

pada sistem reproduksi atau pada proses memperbanyak dan mengubah organisme.

Contohnya adalah rekayasa genetika, mutasi, perubahan bentuk dan model wajah,

perubahan atau transformasi alat kelamin dan yang tak kalah hebohnya adalah

teknologi bayi tabung dan fenomena reproduksi dengan proses kloning.

Walaupun telah disadari bahwa untuk dapat mempertahankan jenisnya, maka

setiap organisme harus berkembangbiak atau bereproduksi. Dimana reproduksi ini

melibatkan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Tapi karena perkembangan

bioteknologi, proses reproduksi tidak harus melibatkan kedua sel kelamin tersebut,

contohnya pada reproduksi dengan proses kloning, di mana sel sperma atau sel

kelamin jantan tidak diperlukan lagi. Cukup dengan sel telur dan seorang wanita saja

seorang ahli kloning bisa memperbanyak organisme dan menghasilkan keturunan

baru yang persis sama dengan induknya.

Gamet (sel kelamin) merupakan hasil gameogenesis. Gamet jantan disebut

spermatozoa sedangkan gamet betina disebut dengan ovum. Ovum dilepaskan pada

peritiwa ovulasi. Ovulasi adalah suatu proses terlepasnya sel telur (ovum) dari

ovarium sebagai akibat pecahnya folikel yang telah masak. Banyak faktor yang

mempengaruhi peristiwa ovulasi, salah satunya adalah pengaruh hormonal dan

manusia. Oleh karena itu melalui praktikum ini diharapkan agar kita dapat

mengetahui dan memahami bagaimana pengaruh hormon terhadap proses ovulasi

Page 3: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

dengan cara menyuntikkan ekstrak kelenjar hipofisa katak (Rana cancarivora) ke

dalam ovarium katak betina.

B. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk memperoleh telur dari proses pembuahan pada

saat yang diinginkan dalam jumlah yang banyak.

C. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai

sumber pengetahuan tentang sel kelamin bagi para pembaca khususnya melalui

induksi ovulasi pada katak.

Page 4: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan embrio adalah rangkaian kejadian yang sangat kompleks yang

harus terkoordinasi sebagaimana mestinya. Komunikasi tingkat tinggi harus terjadi di

antara sel untuk memungkinkan perkembangan jaringan, organ dan sistem. Beberapa

konsep umum perkembangan adalah diferensiasi, determinasi dan induksi, di mana

induksi adalah proses ketika sebuah mediator kimia yang dilepaskan dari salah satu

bagian embrio memberikan pengaruh morfogenik spesifik di bagian lain dengan

menginduksi alur perkembangan khusus. Akibat dari induksi, bersamaan dengan sel

di dekatnya, jaringan dan akhirnya organ dapat terbentuk (Bresnick, 2003).

Menurut Anonim (2008), fungsi ovarium antara lain adalah:

1. Menghasilkan hormon estrogen dan progesteron

2. Menghasilkan oosit, terjadi oogenesis

3. Embrio umur 1 bulan : oogonia mitosis sampai fetus bulan ke-5

4. Fetus bulan ke-3 mulai meiosis I oosit primer

5. Dewasa kelamin = pematangan sel telur ditandai dengan menstruasi

6. Folikel terbenam dalam stroma (jaringan ikat) terdiri dari oosit dan sel-sel

granulosa, salah satu contohnya adalah Folikel Graaf.

Yang dimaksud dengan ovulasi ialah peristiwa pecahnya folikel Graaf dan

keluarnya ovum dari dalam folikel. Dinding folikel mula-mula retak di bagian

stigmanya, yaitu suatu tempat di bagian permukaan folikel yang menonjol keluar dari

bagian badan ovarium, lalu cairan folikel meleleh keluar. Bersama keluarnya cairan

folikel inilah ovum keluar, dalam pada itu fimbriae, yaitu bagian ujung dari saluran

reproduksi betina yang berbentuk corong telah siap sedia menangkapnya

(Partodihardjo, 1987).

Ovulasi, ialah proses pecahnya folikel Graaf dan dilepaskannya ovum.

Pelepasan ovum ini disertai sel-sel granulose yang menyelaputinya, yang bersusun

Page 5: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

secara radial, sehingga disebut corona radiata. Ikut juga liquour folliculi keluar.

Ovum keluar dari folikel, sudang langsung keluar dari dinding ovarium berupa

letusan kecil (Yatim, 1994).

Pada hari-hari terakhir sebelum ovulasi, folikel Graaf bertambah besar dengan

cepat di bawah pengaruh FSH dan LH, dan membesar hingga mencapai garis tengah

15 mm. bertepatan dengan perkembangan terakhir folikel Graaf, oosit primer, di

mana pada saat itu masih dalam tahap diktioten melanjutkan dan mengakhiri

pembelahan miosis pertamanya. Sementara itu, permukaan ovarium menonjol

setempat tanpa pembuluh darah dan disebut stigma. Sebagai akibat kelemahan

setempat dan degenerasi dari permukaan ovarium, cairan folikel merembes keluar

melalui stigma yang berangsur-angsur membuka (Adnan, 2008).

Setelah ovulasi, sisa dari gelembung telur yang pecah tadi berubah menjadi

suatu badan kuning (korpus luteum). Apabila tidak terjadi kehamilan, maka

menjelang haid berikutnya badan kuning tersebut berubah menjadi kisut dan

menghilang dari ovarium. Pada umumnya ovulasi terjadi satu kali dalam setiap daur

haid. Ada kalanya wanita tertentu mengalami ovulasi lebih dari satu kali. Namun

demikian, ovulasi susulan ini hanya mungkin terjadi dalam waktu 24 jam sesudah

ovulasi pertama. Setelah ovulasi, ovum ditampung dalam salauran telur dan

digerakkan menuju rongga rahim. Sel telur berukuran sangat kecil, kira-kira sebesar

ujung jarum dan bilamana tidak dibuahi hanya dapat hidup tidak lebih dari 24 jam

lamanya (Irianto, 2004).

Adapun hormon-hormon yang dapat ditemukan pada wanita adalah Releasing

Factor (RE), yang dikeluarkan dari hipotalamus ke hipofisis yang merangsang

pengeluaran. Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH),

keduanya dikeluarkan dari hipofisis anterior. Selain hormon-hormon di atas terdapat

hormon estrogen yang mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah

berproliferasi dan menyebabkan kelenjar yang berlekuk-lekuk dan bersekresi

(Syaifuddin, 1997).

Page 6: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

Katak memiliki beberapa kelanjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern

yang disebut hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh,

merangsang, baik yang besifat mengaktifkan atau mengerem pertumbuhan. Pada

dasar otak terdapat glandulae pituitaria atau glandula hypophysa. Bagian anterior

kelenjar ini pada larva menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol

pertumbuhan tubuh, terutama panjang tulang, dan kecuali itu mempengaruhi

glandulae thyroidea (Jasin, 1992).

Pada katak dewasa bagian anterior glandulae pituitaria ini menghasilkan

hormon yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Jika kita

mengadakan implantasi kelenjar ini dengan sukses pada seekor katak dewasa yang

tak dalam keadaan berkembang biak, maka mulai saat itu segera terjadi perubahan.

Implantasi pada hewan betina mengakibatkan hewan itu menghasilkan ovum yang

telah masak (Jasin, 1992).

Page 7: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Jumat-Sabtu/5-6 Desember 2008

Waktu : Pukul 15.50 s/d 17.30 WITA

Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III Barat dan Kebun Percobaan

(Green House), Jurusan Biologi FMIPA UNM.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Alat bedah

b. Papan bedah

c. Spoit

d. Lumpang dan alu

e. Tabung reaksi

f. Centrifuge

g. Cawan petri

h. Botol pembunuh

2. Bahan

a. Katak (Rana cancarivora)

b. Kapas

c. Kloroform

d. NaCl fisiologis 0,9%

C. Prosedur Kerja

1. Mengangkat kelenjar pituitari

a. Membius katak dengan menggunakan kapas yang telah ditetesi dengan

kloroform kedalam botol pembunuh.

Page 8: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

b. Meletakkan katak di atas papan seksi, bagian ventral katak menghadap ke

atas.

c. Memasukkan gunting di sudut rahang katak, memotong di belakang mata

secara posteromedial, kemudian melewati kepala hingga daerah oksipital dan

akhirnya ke rahang yang lain sehingga mengangkat kepala.

d. Membalikkan tengkoraknya dan mencari bentangan yang luas yang dibentuk

oleh tulang-tulang di dasar kranium. Kelenjar pituitari terletak di belakang

optic kiasma.

e. Memasukkan gunting yang tajam ke dalam rongga otak dan memotong

tulang kea rah anterior melalui dasar kranium serta menghindari luka pada

jaringan otak. Dengan menggunakan pinset, membalikkan dasar kranium dan

mencari letak kelenjar pituitari yang berwarna orange dan berbentuk seperti

ginjal.

f. Menempatkan kelenjar pituitari ke dalam lumping yang berisi larutan NaCl

fisiologis 0,9%.

g. Menggerus kelenjar pituitari tersebut sampai halus dan menempatkannya ke

dalam tabung reaksi.

h. Tabung reaksi tersebut disentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm sampai

mendapatkan ekstrak yang diinginkan.

2. Penyuntikan

a. Memegang katak betina dengan kuat pada kakinya. Menginjeksi bagian

rongga perut posteriolateral.

b. Melepaskan katak betina yang telah diinjeksi ke dalam kolam yang telah

disediakan.

Page 9: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Letak kelenjar hipofisa pada katak

Keterangan:1. Kelenjar hipofisa2. Kepala katak

2. Kelenjar hipofisa

Keterangan:1. Kelenjar hipofisa2. Cawan petri

Page 10: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

3. Kelenjar hipofisa yang telah diekstrak

Keterangan:1. Ekstrak kelenjar

hipofisa2. Tabung reaksi

4. Penyuntikan ekstrak

Keterangan:1. Bagian tubuh yang

disuntik2. Katak betina

Page 11: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

5. Proses penginduksian secara keseluruhan

Keterangan:

1. Katak (Rana cancarivora)

2. Bagian kepala

3. Letak kelenjar hipofisa atau pituitari

4. Kelenjar hipofisa dalam cawan

5. Pembuatan ekstrak kelenjar hipofisa

6. Ekstrak dalam tabung

7. Ekstrak dalam spoit

8. Penyuntikan pada katak betina

Page 12: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

B. Pembahasan

Percobaan ini menggunakan kelenjar hiposfisa katak betina yang terletak di

belakang otak katak tersebut, tepatnya di bagian tengah optic kiasma. Sesuai dengan

teori Adnan (2008) bahwa kelenjar hiposfisa katak terletak pada bagian yang disebut

dengan optic kiasma. Percobaan induksi ovulasi ini menggunakan kelenjar hipofisa

atau kelenjar pituitari pada katak karena kelenjar hipofisa katak merupakan sumber

FSH dan LH yang dapat digunakan untuk menginduksi proses ovulasi.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka percobaan ini

dapat di anggap tidak berhasil. Sesuai dengan tujuan praktikum, seharusnya katak

betina tersebut menghasilkan telur setelah ovariumnya diinduksi dengan cara

penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa dari katak lain. Namun setelah dilakukan

pengamatan selama 2 hari tidak ditemukan tanda-tanda telur telah dilepaskan. Bahkan

beberapa di antaranya ada yang mati. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyak

faktor, yaitu antara lain:

1. Kesalahan pada saat penyuntikan. Pada saat menyuntik, kemungkinan besar posisi

jaru kurang tepat mengenai ovarium katak betina yang akan diinduksi. Selain itu

posisi penyuntikan yang salah atau kurang tepat dapat mengakibatkan luka pada

vena kulit, vena abdomen, dan pada rongga vital yang lain.

2. Pengaruh usia. Katak betina yang diinjeksi kemungkinan belum siap untuk

melakukan proses ovulasi. Dengan kata lain, usia dari katak tersebut belum cukup

dewasa untuk melakukan ovulasi sehingga katak tersebut belum mampu

menghasilkan telur.

3. Pengaruh temperatur. Pada saat katak telah dipindahkan ke kolam pemijahan,

suhu yang terdapat di sekitar kolam tersebut tidak sesuai dengan suhu yang

dibutuhkan katak. Hal ini menyebabkan katak tidak mampu bermetabolisme

dengan baik dan memaksa katak untuk hidup dengan keadaan tersebut.

4. Ekstrak kelenjar hipofisa yang kurang memenuhi syarat. Hal ini diakibatkan oleh

jangka waktu antara pembuatan ekstrak dengan penyuntikan katak agak lama,

sehingga ekstrak tersebut kurang layak untuk disuntikkan ke tubuh katak betina.

Page 13: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasaran hasil pengamatan yang kami lakukan dalam praktikum, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak didapatkan telur dari proses induksi ovulasi. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Kesalahan pada saat penyuntikan. Pada saat menyuntik, kemungkinan besar posisi

jaru kurang tepat mengenai ovarium katak betina yang akan diinduksi. Selain itu

posisi penyuntikan yang salah atau kurang tepat dapat mengakibatkan luka pada

vena kulit, vena abdomen, dan pada rongga vital yang lain.

2. Pengaruh usia. Katak betina yang diinjeksi kemungkinan belum siap untuk

melakukan proses ovulasi. Dengan kata lain, usia dari katak tersebut belum cukup

dewasa untuk melakukan ovulasi sehingga katak tersebut belum mampu

menghasilkan telur.

3. Pengaruh temperatur. Pada saat katak telah dipindahkan ke kolam pemijahan,

suhu yang terdapat di sekitar kolam tersebut tidak sesuai dengan suhu yang

dibutuhkan katak. Hal ini menyebabkan katak tidak mampu bermetabolisme

dengan baik dan memaksa katak untuk hidup dengan keadaan tersebut.

4. Ekstrak kelenjar hipofisa yang kurang memenuhi syarat. Hal ini diakibatkan oleh

jangka waktu antara pembuatan ekstrak dengan penyuntikan katak agak lama,

sehingga ekstrak tersebut kurang layak untuk disuntikkan ke tubuh katak betina.

B. Saran

Diharapkan kepada setiap praktikum agar memperhatikan dan tidak

melakukan atau setidaknya meminimalisir faktor-faktor yang dapat menyebabkan

kegagalan proses induksi ovulasi ini agar pada percobaan yang akan datang dapat

berhasil.

Page 14: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Adnan, Pagarra, dan A.A. Azis. 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Anonim. 2008. Sistem Reproduksi. http://elearning.unej.ac.id. Diakses pada tanggal 25 November 2008.

Bresnick, Stepehen. 2003. Intisari Biologi. Jakarta: Hipokrates.

Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung: Yramawidya.

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Partodihardjo, Soebadi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi & Embryologi. Bandung: Tarsito.

Page 15: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

LampiranJawaban Evaluasi

1. Apakah peranan ekstrak hipofisa terhadap ovulasi ?

2. Mengapa ekstrak hipofisa segera diinjeksikan pada katak betina ?

3. Apa yang terjadi pada telur setelah terfertilisasi ? Jelaskan !

Jawaban:

1. Peranan ekstrak hipofisa terhadap ovulasi yaitu merangsang pembentukan folikel

telur pada katak betina.

2. Karena kemampuan bertahan kelenjar ini di luar tubuh hewan sangat terbatas dan

potesialnya menurun jika berada dalam suhu kamar.

3. Pada percobaan ini tidak diketahui apa yang terjadi pada telur yang telah

terfertilisasi. Sedangkan setelah gametogenesis sel telur itu mengalami

pembelahan sesuai dengan tahap pembelahan pada katak.

Page 16: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://elearning.unej.ac.id/courses/CL8e8e/document/SISTEM_REPRODUKSI.pps?cidReq=CL28e2.G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web.

SISTEM REPRODUKSI JANTAN Terdiri :

Organ sex primer: gonad (testis/testes/testicle) Organ sex sekunder: Organ sex eksternal  

Tubulus Seminiferus  spermatogenesis (  mns : 64 hari)

spermatogonium spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid spermatozoa dilepas dlm lumen tubulus seminiferus

spermatid spermatozoa = spermiogenesis, Fungsi Sel Sertoli:

1. menunjang , melindungi, dan mengatur nutrisi spermatozoa yang berkembang

sekresi + cairan untuk transport sperma  Jaringan Interstitial

Berisi : jaringan ikat, saraf, pembuluh & limfe Jaringan ikat = sel-sel fibroblast, makrofag, sel mast Pada saat pubertas : sel-sel interstitial / sel Leydig testosteron = untuk

perkembangan ciri kelamin sekunder jantan Pada manusia

Saluran kelamin intratestis Saluran kelamin extratestis

duktus epididimis duktus deferens / vas deferens Ductus ejaculatorius

Duktus Epididimis: saluran tunggal berkelok-kelok  4-6 m bersama jaringan ikat dan pembuluh darah membentuk bagian kepala

(caput), badan (korpus) dan ekor (cauda) epididimis epitel silindris bersilia lamina basalis : dikelilingi otot polos

Vas deferens/ductus deferens Kelenjar Kelamin Tambahan / Kelenjar Asesoris 1. vesikula seminalis2. kelenjar prostat3. Bulbouretral  

SISTEM REPRODUKSI BETINA 

Page 17: Laporan Perkembangan Hewan - UNIT V

Terdiri dari : Ovarium (umumnya 2) Saluran reproduksi:

oviduk (2) / tuba uterine/ tuba  falopii uterus vagina

Genitalia externa Glandula mamae

 Sistem reproduksi betina pd Ayam

ovarium Terdiri dari:

1. Tunika albuginea 2. Epitelium germinativum 3. bagian medulla : jar. Vascular dalam jar ikat longgar 4. bagian korteks : tempat folikel ovarium ; stroma : jar. Ikat

 Fungsi ovarium  Menghasilkan hormon estrogen dan progesteron Menghasilkan oosit, terjadi oogenesis     embrio umur 1 bln : oogonia mitosis s/d fetus    bln ke-5

    fetus bln ke-3 mulai meiosis I oosit primer     dewasa kelamin = pematangan sel telur ditandai dg menstruasi folikel terbenam dalam stroma (jar ikat) tdr oosit dan sel-sel granulosa

folikel  Folikel dlm berbagai tahap perkembangan Terdiri dari: folikel primordial, folikel primer, folikel sekunder, dan folikel

masak (folikel de Graaf) Folikel berkembang 

folikel primordial Folikel primer Folikel matang (folikel de Graaf)