Laporan Perkembangan Hewan - UNIT I
-
Upload
syarif-hidayat-amrullah -
Category
Documents
-
view
316 -
download
5
Transcript of Laporan Perkembangan Hewan - UNIT I
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Perkembangan Hewan dengan judul “Siklus
Reproduksi” disusun oleh :
Nama : Syarif Hidayat A.
Nim : 071 404 092
Kelas/Kelompok : B/VII
setelah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan diterima.
Makassar, November 2008
Koordinator asisten Asisten
Hermayanti, S.Pd. Hermayanti, S.Pd.
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
Drs. Adnan, M.SNIP: 131 722 271
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan melakukan reproduksi. Dalam
proses reproduksi ini dikenal adanya siklus reproduksi yan mana paa setiap organism
siklus reproduksinya berbeda-beda.Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang
terjadi pada system reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina
yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lain.
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan siklus menstruasi.
Sedangkan siklus reproduksi pada hewan non-primata disebut siklus estrus. Siklus
estrus ditandai oleh adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betina akan
reseptif terhadap hewan jantan, populasinya kemungkinan besar akan fertile sebab di
dalam ovarium sedang terjadi ovulasi dan estrusnya berada pada fase yang tepat
untuk implantasi. Dari satu estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus.
Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi, kuda 21 hari
dan pada marmut lamanya adalah 15 hari.
Siklus estrus dibagi dalam beberapa tahap yaitu diestrus (anestrus), proestrus,
estrus dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran
sitologi pada apusan vagina. Pada saat estrus, apusan pada vagina memperlihatkan
sel-sel epitel yang menanduk. Begitupun dengan fase metestrus. Sedangkan pada fase
diestrus dan fase proestrus sel-sel epitel yang ditemukan adalah sel epitel bulat.
Untuk membuktikan hal-hal dari uraian-uraian di atas maka akan dilakukan
praktikum. Dengan praktikum siklus reproduksi ini, kita akan lebih mengenal sel-sel
hasil apusan vagina dan juga tahap siklus yang sedang dialami pada hewan betina.
Selain itu kita juga akan mampu membedakan dan membandingkan keempat fase
pada siklus reproduksi hewan non primate tersebut, baik itu fase estrus, diestrus,
proestrus, maupun metestrus.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Membandingkan sel-sel hasil apusan vagina hewan betina.
2. Menentukan tahap siklus reproduksi yang sedang dialami oleh hewan betina.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat membedakan sel-sel hasil apusan vagina hewan dalam hal ini
mencit (Mus musculus) betina.
2. Mahasiswa dapat menentukan tahap siklus reproduksi yang sedang dialami oleh
mencit (Mus musculus).
3. Mahasiswa dapat membandingkan antara siklus reproduksi pada hewan primata
dan non primata.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Pada hewan betina yang dewasa seksual dikenal adanya siklus reproduksi.
Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang terdapat pada individu betina dewasa
seksual dan tidak hamil yang meliputi perubahan-perubahan siklik pada organ-organ
reproduksi tertentu misalnya ovarium, uterus, dan vagina dibawah pengendalian
hormon reproduksi. Siklus reproduksi meliputi antara lain siklus uterus, siklus
ovarium dan siklus menstruasi (Adnan, 2006).
Proses reproduksi merupakan proses yang membentuk siklus dengan gejala
yang mudah diamati terutama pada hewan betina. Kebanyakan mamalia betina
mengalami siklus estrus, tetapi primate mengalami sklus menstrual. Hormon yang
mengedalikan proses reproduksi dinamakan hormon gonadotropin, yang pada
umumnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu, LH dan FSH. Kedua hormon tersebut
dihasilkan dari kelenjar pituitary bagian depan dan pengeluarannya dikendalikan oleh
Gn-RH dari hipotalamus (Isnaeni, 2006).
Menurut Anonim (2000), dalam kaitannya dengan perilaku seksual hormone
akan mempengaruhi beberapa proses prilaku antara lain :
1. Pengaruh hormon dalam siklus reproduksi wanita
2. Pengaruh hormon dalam perilaku reproduksi pria
3. Pengaruh hormon dalam perilaku seksual pria dan wanita
4. Hormone dan orientasi seksual.
Aktivitas sistem reproduksi sebagian besar dikontrol oleh hormone. Pada
manusia, faktor pembebas yang dilepaskan oleh hipotalamus , merangsang lobus
interior kelenjar hipofise yang melepaskan FSH dan LH. Pada jantan, FSH dan LH
merangsang testis untuk menghasilkan sperma dan testosterone. Pada betina FSH dan
LH merangsang ovarium menghasilkan sel telur yang siap untuk pembuahan dan
melepaskan hormon kelamin betina ialah estrogen dan progesterone (Kimball, 1994).
Banyak hewan yang memiliki daur estrus sekali setahun, disebut monoestrus.
Terdapat pasa rusa, kijang, harimau, serigala, kucing hutan, dan sebagainya. Ada pula
yang memiliki daur beberapa kali setahun disebut polyetrus. Yang belakangan
terdapat pada Rodentia dan hewan yang sudah turun-temurun dipelihara, seperti
kucing dan anjing. Anjing memiliki 2-3 kali setahun, kucing bisa sampai 4 kali
(Yatim,1994).
Menurut Billet dan Wild dalam Adnan (2006), sklus estrus terdiri atas
beberapa fase utama, yaitu :
1. Fase diestrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti dalam
jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak.
Lamanya fase ini kurang lebih 55 jam.
2. Fase proestrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti
berbentuk bulat, leukosit tidak ada atau sangat sedikit. Lamanya fase ini kurang
lebih 18 jam.
3. Fase estrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang
sangat banyak dan beberapa sel epitel dengan inti yang berdegenerasi. Lamanya
fase ini kurang lebih 25 jam.
4. Fase metestrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk
dan leukosit yang sangat banyak. Lamanya fase ini kurang lebih 8 jam.
Terdapat korelasi antara keadaan-keadaan psikologi dan fisiologi dengan
kejadian-kejadian endokrin reproduksi. Disamping adanya manifestasi bersedia
dikawini dapat dilihat dari luar, terdapat pula perubahan-perubahan histology pada
vagina, yang memungkinkan untuk dipantau tanpa melalui proses pembedahan.
Seperti kejadian-kejadian pada ovarium yang terutama bertanggung jawab pada
perubahan-perubahan psikologi dan fisiologi. Endometrium uterus juga ternyata
mengalami perubahan-perubahan secara siklik. Semua perubahan-perubahan tersebut
ternyata berhubungan dengan kejadian-kejadian pada ovrium, tetapi hanya setelah
melalui pembedahan, dapat digunakan sebagai petunjuk pada tahap-tahap sepanjang
siklus estrus (Nalbandov, 1975).
Setelah ovulasi, folikel vasikuler ditutupi oleh jaringan khusus yang disebut
korpus luteum. Jika fertilisasi terjadi, korpus luteum tetap aktif sampai akhir masa
hamil. Jika fertilisasi tidak terjadi, korpus liteum mulai mengalami degenerasi setelah
14 hari. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron dan estrogen. Hormon ini
menyebabkan dinding uterus, yakni endometrium menebal, siap menerima ovum
yang telah dibuahi. Akan tetapi, jika fertisasi tidak terjadi, hormon akan berkurang,
sehingga korpus luteum mengalami degenerasi dan dinding endometrium luruh.
Proses ini disebut menstruasi (Watson, 2002).
Menurut Bresnick (2003), siklus menstruasi berlangsung kira-kira 28 hari.
Siklus ini terjadi mulai dari menstruasi hingga menopause dan dapat dibagi dalam
empat fase, yaitu :
1. Fase pertama : menstruasi (hari1-5)
2. Fase kedua : fase folikel atau praovulasi (hari 6-13)
3. Fase ketiga : ovulasi (hari 14)
4. Fase keempat : fase luteal atau pascaovulasi (hari 15-28)
Menurut Tjokronegoro (1994), perubahan-prubahan yang terjadi pada
ovarium selama siklus ovarium, yaitu:
1. Selama tidak ada aktivitas seksual (diestrus) terlihat folikel-folikel kecil
(folikel primer).
2. Sebelum estrus, folikel-folikel ini akan menjadi besar tetapi akhirnya hanya
satu yang berisi ovum matang.
3. Folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah, telur keluar (ovulasi), yang
mana saat tersebut disebut fase estrus.
4. Kalau telur tidak dibuahi, korpus liteum akan berdegenerasi, folikel baru akan
tumbuh lagi dan siklus akan diulangi.
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat/7 November 2008
Waktu : Pukul 16.00 s/d 17.40 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi FMIPA UNM Lantai III Timur.
B. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Spatula (pipet tetes)
2. Mikroskop cahaya
3. Kaca objek
4. Kaca penutup
b. Bahan
1. Mencit (Mus musculus) betina dewasa tidak hamil
2. NaCl fisiologis 0,9%
3. Metilen biru 1%
4. Aquades
5. Air ledeng
6. Alkohol 70%
C. Prisedur Kerja
1. Memasukkan pipet tetes yang berisi NaCl 0,9% dan telah diusap dengan
alkohol ke dalam vagina mencit kira-kira sedalam ½ cm, lalu putar dengan
hati-hati. Kemudian menyemprotkan dan menyedot larotan NaCl berulang-
ulang sampai larutan di dalam pipet tampak keruh.
2. Meneteskan sedikit cairan keruh yang ada dalam pipet ke atas kaca objek.
3. Meneteskan larutan metilen blue 1% ke atas kaca objek tersebut, kenudian
mendiamkannya selama beberapa menit.
4. Membuang kelebihan zat warna dengan cara membilas menggunakan air
ledeng/aquades.
5. Menutup kaca objek dengan menggunakan kaca penutup/deck glass.
6. Mengamati di bawah mikroskop.
7. Menentukam gambaran sitologi apusan vagina dan tahap siklus reproduksinya,
seperti:
- Diestrus
- Proestrus
- Estrus
- Menestrus
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Fase Diestrus
Keterangan:
1. Sel epitel bulat berinti
2. Leukosit
3. Inti sel
2. Fase Proestrus
Keterangan:
1. Sel epitel bulat berinti
2. Leukosit
3. Inti sel
1
2
3
1
2
3
3. Fase Estrus
Keterangan:
1. Sel epitel menanduk
2. Inti sel
4. Fase Metestrus
Keterangan:
1. Sel epitel menanduk
2. Leukosit
1
2
1
2
B. Pembahasan
Setelah melakukan praktikum, ternyata tidak ditemukan hasil yang optimal.
Mungkin karena spesimen Mus musculus yang dipakai telah dipakai berulang-ulang.
Tapi menurut teori: gambar pertama, dapat dilihat bahwa mencit tersebut berada
dalam fase diestrus yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel pipih yang berinti
dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak.
Selain itu juga ditemukan adanya lendir. Hal ini sesuai dengan teori Billet dan Wild
dalam Adnan (2007), bahwa fase fase diestrus adalah fase yang ditandai dengan
adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam
jumlah yang sangat banyak.
Gambar kedua, menunjukkan bahwa fase terebut merupakan fase proestrus
yang ditandai dengan adanya leukosit yang berjumlah sangat sedikit dan sel-sel epitel
berinti berbentuk bulat serta terdapat banyak lendir. Hal ini sesuai dengan teori Billet
dan Wild dalam Adnan (2007), bahwa fase proestrus adalah fase yang ditandai
dengan adanya sel-sel epitel berinti berbentuk bulat, leukosit tidak ada atau sedikit.
Selain itu, Syahrum (1994) menyatakan bahwa pada fase proestrus terapat banyak
mucus atau lendir.
Gambar ketiga, menunjukkan bahwa mencit (Mus musculus) yang di amati
berada dalam fase estrus. Ini ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang
besar dalam jumlah yang banyak dan epitel bukat yang intinya telah berdegenerasi.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa fase estrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel
menanduk yang sangat banyak dan beberapa sel epitel dengan inti sel yang telah
berdegenerasi (Billet dan Wild dalam Adnan, 2007).
Gambar keempat, menunjukkan bahwa mencit tersebut dalam siklus
reproduksinya sedang mengalami fase metestrus. Ini ditandai dengan sel-sel epitel
menanduk dan leukosit yang berjumlah banyak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
fase metestrus adalah fase yang ditandai dengan ada atau tedapatnya sel-sel epitel
menanduk yang tidak berinti atau sudah mati dan leukosit yang sangat banyak (Billet
dan Wild dalam Adnan, 2007).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan memperhatikan teori yang terdapat pada
buku, maka dapat kami simpulkan bahwa:
1. Tidak terdapat sel-sel hasil apusan vagina yang diamati pada saat praktikum
karena Mus musculus yang digunakan sebelumnya telah dipakai oleh kelas lain,
namun teori yang ada di buku bisa memberikan penjelasan tentang perbandingan
dari sel-sel hasil apusan vagina tersebut.
2. Tahap siklus yang dialami oleh hewan betina dalam hal ini Mus musculus
berturut-turut adalah fase diestrus, fase proestrus, fase estrus dan fase metestrus.
B. Saran
Diharapkan kepada setiap praktikum pada saat melakukan praktikum dalam
hal ini megambil apusan vagina mencit agar lebih berhati-hati dan jangan terlalu
banyak bercanda di dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Siklus Reprodusi, Hormon dan Perilaku Seksual. http://www.biologi .co.id . Diakses tanggal 4 November 2008.
Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Adnan, Pagarra, dan A.A. Azis. 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Bresnick, Stephen. 2003. Intisari Biologi. Jakarta: Hipokrates.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Kimball, J.W. 1994. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Nalbandov, A. V. 1975. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta: UIP.
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Tjokronegoro. 1996. Reproduksi dan Embriologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi, Bandung: Tarsito
Jawaban Pertanyaan
1. Hubungan antara siklus vagina, siklus uterus dan siklus ovarium dalam kaitannya denga siklus estrus yaitu:
a. Siklus vagina selama siklus estrusPada mencit, perubahan-perubahan yang berlangsung pada vagina meliputi perubahan histology epitel yang tergambar pada saat dilakukan pengamatan apusan vagina. Epitel vagina secara siklis dirusak dan dibentuk kembali selama siklus, bervariasi dari bentuk skuama berlapis hingga kuboid rendah. Tipe-tipe epithelium yang mendominasi preparat apusan vagina memberikan petunjuk apakah epitel vagina sedang distimulasi atau tidak oleh estrogen. Perubahan-perubahan histology vagina terjadi pada semua mamalia selama siklus estrus.
b. Siklus uterusPerubahan-perubahan yang terjadi:- Selama pertumbuhan folikel ovarium terjadi juga pertumbuhan dan
perubahan dalam endometrium.- Selama periode perkembangan korpus luteum, endometrium
menyesuaikan diri untuk menerima kehamilan.- Jika sel telur tidak dibuahi, maka endometrium kembali pada keadaan
semula bersamaan dengan berdegenerasinya korpus luteum.- Jika terjadi pembuahan, maka endometrium dipertahankan pada keadaan
yang terbaik untuk kehamilan.c. Siklus ovarium
Perubahan-perubahan yang terjadi:- Selama tidak ada aktivitas seksual terlihat folikel-folikel kecil.- Sebelum estrus, folikel-folikel ini akan menjadi besar tetapi akhirnya
hanya satu yang berisi ovum matang.- Folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah, telur keluar (ovulasi),
saat ini disebut dengan waktu estrus.- Jika telur dibuahi, korpus luteum tetap akan dipertahankan selama
kehamilan dan siklus berhenti sampai bayi lahir dan selesai disusui.- Jika tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi kemudian folikel
baru akan tumbuh kembali, siklus diulangi.2. Hormon-hormon yang berperan dalam mengatur siklus reproduksi pada mamalia
atau manusia antara lain:
a. FSH (Follicle Stimulating Hormone), mempengaruhi ovarium sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas.
b. LH (Luteinizing Hormone), mematangkan folikel dan sel telur serta merangsang terjadinya ovulasi.
c. Estrogen, tehadap uterus hormon ini menyebabkan endometrium mengalami stadium proliferasi, yaitu lapisan endometrium berkembang dan menjdai lebih tebal diikuti dengan banyaknya kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, arteri maupun vena.
d. Progesterone, uterus yang sudah berkembang akibat pengaruh hormon estrogen, selanjutnya dipengaruhi oleh progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum menjadi stadium sekresi yang mempersiapkan endometrium mencapai tahap optimal. Kelenjar-kelenjar mensekresikan zat yang berguna untuk makanan dan proteksi terhadap embrio yang akan berimplementasi.
e. Estriol, berguna untuk menumbuhkan uterus dan akan merangsang kontraksi otot-otot polos secara ritmis pada beberapa mamalia.
f. Prognandiol, untuk berkembangnya sel-sel otot polos dari uterus dan bersifat menghambat kontraksi otot-otot polos secara ritmis.
3. Perbedaan siklus estrus dan siklus menstruasi ialah:Pada siklus estrus, binatang menyusui mempunyai periode estrus tertentu.
Pada saat itu terjadi ovulasi dan perkawinan. Pada siklus menstruasi, ovulasi tidak diikuti perkawinan dan fase luteal ditandai dengan pendarahan dan pelepasan jaringan. Kedua siklus tersebut masing-masing menempati posisi yang berlainan terhadap perubahan estrus.
SIKLUS REPRODUKSI HORMON DAN PERILAKU SEKSUAL
Dalam kaitannya dengan perilaku seksual, hormon akan mempengaruhi
beberapa proses perilaku yang antara lain akan dibahas dalam bagian ini, yaitu:
Pengaruh hormon dalam siklus reproduksi wanita
Pengaruh hormon dalam perilaku reproduksi pria
Pengaruh hormon dalam perilaku seksual pria dan wanita
Hormon orientasi seksual
PENGARUH HORMON DALAM SIKLUS REPRODUKSI WANITA
Siklus reproduksi manusia berjenis kelamin wanita disebut siklus
menstruasi (dari kata mensis=bulan), sedangkan pada mamalia dan sebagainya
disebut dengan siklus estrus (masa estrus). Masa estrus pada mamalia akan
sangat mempengaruhi perilakunya, misalnya pada mamalia yang dalam masa
estrusnya (selama 12-18 jam) akan menunjukkan:
1. Kesuburan (mungkin ditandai dengan mengerasnya bulu-bulu)
2. Receptive, atau mudah menerima rangsang (ditandai dengan bentuk tubuh
yang lordosis bila terangsang)
3. Proseptive, melakukan perilaku-perilaku tertentu yang akan menarik
perhatian pejantan, misalnya dengan mengeluarkan suara-suara tertentu
dan sebagainya
4. Menarik secara seksual (sexually attractive; misalnya dengan mengeluarkan
bau tubuh tertentu).
Perilaku mamalia betina pada masa estrus sangat dipengaruhi oleh
hormon, dengan kata lain perilaku seksual mamalia betina hanya akan aktif
karena pengaruh hormon di masa subur. Perilaku individu wanita pada masa
subur tidak jauh berbeda dengan perilakunya pada saat tidak subur. Olehkarena
itu tidak mudah menandai masa subur individu wanita dan perilaku seksualnya.
http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi