LAPORAN PENGABDIAN KEPADA...

83
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT MODEL BIMBINGAN (GUIDANCE) UNTUK PEMBERDAYAAN CAREGIVER (PENGASUH) LANSIA DI PANTI WERDHA GRIYA USIA LANJUT ST. YOSEF SURABAYA IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN TAHUN 2018 POLTEKKES KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D III KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO SURABAYA TAHUN 2019 OLEH: Minarti, S.Kep.,Ns. M.Kep, Sp.Kom Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep, Sp.Kom Heru Sulistijono, M.Kes Bambang Heryanto, M.Kes Dr. Hilmi Yumni, M.Kep.Sp.Mat Y.K Windi, S.Pd., M.Kes., MPH., P.hD Asnani, S.Kep.Ns., M.Ked Intim Cahyono, S.Kep.Ns, M.Kes Hasyim As’ari, S.Kep.Ns., M.Ked Tumini, SKM, M.M.Kes Nikmatul Fadilah, M.Kep Dyah Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep Suriana, M.Kep Baiq Dewi Harnani, SST, M.Kes Dinarwiyata, Ns, M.Kep, Sp. Kep.J Eko Rustamaji W, SST.,M.Tr.Kep Ferry Kumala, SST.,M.Tr.Kep 196707301993032004 197303101997032002 197110011993031004 197408111998031001 196808231997032001 196707071995101002 197110111994031003 196503081991031002 197103311998031004 195607231980032005 197703012002122003 198005072002122001 197010101993032002 197410252002122002 197401142002121002 197704202002121003 198108012006042014

Transcript of LAPORAN PENGABDIAN KEPADA...

Page 1: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

MODEL BIMBINGAN (GUIDANCE) UNTUK PEMBERDAYAAN

CAREGIVER (PENGASUH) LANSIA DI PANTI WERDHA GRIYA USIA

LANJUT ST. YOSEF SURABAYA

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN TAHUN 2018

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D III KEPERAWATAN

KAMPUS SUTOPO SURABAYA

TAHUN 2019

OLEH:

Minarti, S.Kep.,Ns. M.Kep, Sp.Kom

Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep, Sp.Kom

Heru Sulistijono, M.Kes

Bambang Heryanto, M.Kes

Dr. Hilmi Yumni, M.Kep.Sp.Mat

Y.K Windi, S.Pd., M.Kes., MPH., P.hD

Asnani, S.Kep.Ns., M.Ked

Intim Cahyono, S.Kep.Ns, M.Kes

Hasyim As’ari, S.Kep.Ns., M.Ked

Tumini, SKM, M.M.Kes

Nikmatul Fadilah, M.Kep

Dyah Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep

Suriana, M.Kep

Baiq Dewi Harnani, SST, M.Kes

Dinarwiyata, Ns, M.Kep, Sp. Kep.J

Eko Rustamaji W, SST.,M.Tr.Kep

Ferry Kumala, SST.,M.Tr.Kep

196707301993032004

197303101997032002

197110011993031004

197408111998031001

196808231997032001

196707071995101002

197110111994031003

196503081991031002

197103311998031004

195607231980032005

197703012002122003

198005072002122001

197010101993032002

197410252002122002

197401142002121002

197704202002121003

198108012006042014

Page 2: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1 Judul Model Bimbingan (Guidance) untuk

Pemberdayaan Caregiver (Pengasuh) Lansia Di

Panti Werdha Griya Usia Lanjut St. Yosef

Surabaya

2 Ketua pelaksana

a. Nama : Minarti, M.Kep.Sp.Kom

b. NIP : 196707301993032004

c. Pangkat /Gol : Pembina /IVa

d. Jabatan : Lektor Kepala

e. Jurusan/Prodi : Keperawatan/D III Keperawatan Kampus Sutopo

3 Pelaksana

a. Jumlah anggota : 14 dosen

b. Jumlah pembantu : 3 orang instruktur

4 Jangka waktu kegiatan Juli – Nopember 2019

5 Lokasi kegiatan Panti Werdha Griya Usia lanjut St. Yosef

Surabaya

6 Bentuk kegiatan Pelatihan Caregiver

7 Sifat kegiatan Terprogram

8 Biaya Rp. 24.000.000

9 Sumber Poltekkes Kemenkes Surabaya

Surabaya, 30 Oktober 2019

Ketua Jurusan

Dr. Supriyanto, SKp.M.Kes

NIP. 196909211992031001

Ketua pelaksana

Minarti, M.Kep, Sp.Kom

NIP. 196707301993032004

Page 3: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

DAFTAR NAMA DOSEN DAN MAHASISWA PADA KEGIATAN

PENGABDIAN MASYARAKAT SEMESTER GENAP

TAHUN 2018

1. Daftar Nama Dosen dan Tim Tehnis

No Nama / NIP Pangkat / Golongan

1 Minarti, S.Kep.,Ns. M.Kep, Sp.Kom

196707301993032004

Pembina / IVa

2 Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep, Sp.Kom

197303101997032002

Pembina / IVa

3 Heru Sulistijono, S.Kep.Ns, M.Kes

197110011993031004

Penata /IIIc

4 Bambang Heryanto, S.Kep.Ns, M.Kes

197408111998031001

Penata Tk I/IIId

5 Dr. Hilmi Yumni, M.Kep.Sp.Mat

196808231997032001

Pembina / IVa

6 Y.K Windi, S.Pd., M.Kes., MPH., P.hD

196707071995101002

Pembina Tk I/ IVa

7 Asnani, S.Kep.Ns., M.Ked

197110111994031003

Penata Tk I/IIId

8 Intim Cahyono, S.Kep.Ns, M.Kes

196503081991031002

Pembina / IVa

9 Hasyim As’ari, S.Kep.Ns., M.Ked

197103311998031004

Penata Tk I/IIId

10 Tumini, SKM, M.M.Kes

195607231980032005

Pembina / IVa

11 Nikmatul Fadilah, S.Kep.Ns, M.Kep

197703012002122003

Penata /IIIc

12 Dyah Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep

198005072002122001

Penata Muda Tk I/IIIb

13 Suriana, S.Kep.Ns, M.Kep

197010101993032002

Penata Tk I/IIId

14 Baiq Dewi Harnani, SST, M.Kes

197410252002122002

Penata /IIIc

15 Dinarwiyata, Ns, M.Kep, Sp. Kep.J

197401142002121002

Penata Muda Tk I/IIIb

16 Eko Rustamaji W, SST.,M.Tr.Kep

197704202002121003

Penata Muda Tk I/IIIb

17 Ferry Kumala, SST.,M.Tr.Kep

198108012006042014

Penata Muda Tk I/IIIb

Page 4: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

2. Daftar Nama Mahasiswa

No Nama NIM

1 Tanty Budi Agustien P27820317013

2 Nur Alfiyyatul Laila P27820317014

3 Dwi Rizki Agustin Lafiandini P27820317015

4 Anggita Damayanti Chairun Nisa P27820317016 5 Mentari Putri P27820317017 6 Leni Amalia Hanti Wulanningrum P27820317018

7 Ani Dwi Cahyanti P27820317054 8 Ferren Cantika D P27820317059

9 Ade Irma Rahmadani P27820317077

10 Gadis Ayu Yustika P27820317072 11 Shapira Melati Puspa P27820317079 12 Syafrie Yudha P P27820317067

Page 5: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

RINGKASAN

Kegiatan yang berkaitan peningkatan kemampuan caregiver dalam merawat

lansia yang mengalami permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan

pendekatan psikologis dan sejenisnya belum juga pernah dilakukan. Didukung

hasil penelitian yang dilakukan di Panti Werdha Griya Usia Lanjut menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan antara pre dan post pada kelompok yang mendapatkan

perlakuan bimbingan atau konseling terhadap kebahagiaan lansia dengan nilai

signifikan. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk pemberdayaan caregiver

(Pengasuh) lansia Di Panti Werdha Griya Usia lanjut St. Yosef Surabaya dan

mengidentifikasi efektifitas model bimbingan (Guidance) oleh caregiver. Jumlah

peserta adalah 50 orang. Metode yang digunakan adalah. Diskusi, demonstrasi,

latihan keterampilan dan evaluasi keterampilan. Hasil pelatihan pada caregiver

terjadi peningkatan pengetahuan berdasarkan nilai pre test dan post tes. Terjadi

peningkatan keterampilan yang dilihat dari empat skill yaitu komunikasi ada

lansia, pergerakan aktif, pergerakan pasif, mobilisasi, dan latihan aktifitas sehari-

hari. Disarankan bahwa pengabdian masyarakat di institusi khusus seperti Panti

Werdha dapat dilaksanakan secara periodik, dan dosen dapat meningkatkan

inovasinya agar dapat berkontibusi terhadap kesehatan lansia.

Kata kunci: bimbingan, caregiver, pemberdayaan

Page 6: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan

Pengabdian Masyarakat yang berjudul Model Bimbingan (Guidance) untuk

Pemberdayaan Caregiver (Pengasuh) Lansia Di Panti Werdha Griya Usia Lanjut

St. Yosef Surabaya. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai

bentuk aplikasi dari hasil penelitian pada tahun 2018.

Selama proses proses kegiatan sampai penyelesaian laporan ini, penulis banyak

memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

tanpa bantuan dan dorongan yang tiada henti itu rasanya sulit bagi penulis untuk

menyelesaikannya. Untuk itu dalam sebuah karya yang sederhana ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya yang telah memberikan dukungan

finansial sehingga kegiatan pengabdian masyarakat dapat terlaksana

2. Ketua atau pimpinan Yayasan Panti Werdha Santo Yosef Surabaya

3. Pengurus Panti Werda Santo Yosef Surabaya

4. Para caregiver dan lansia di Panti Werdha Santo Yosef Surabaya yang

dengan semangat mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat

5. Bapak/Ibu Dosen Prodi D III Keperawatan Sutopo Surabaya yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan.

6. Para mahasiswa yang telah terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat

serta berbagai pihak yang ikut mensupport kegiatan ini

Semoga amal, bantuan bimbingan dan doa yang telah diberikan, mendapat balasan

dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh

dari kesempurnaah. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap

semoga apa yang telah penulis selesaikan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surabaya, 30 Oktober 2019

Tim Pelaksana

Page 7: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………… ii

DAFTAR NAMA PELAKSANA ……………………………………… iii

RINGKASAN ……………………………………… iv

KATA PENGANTAR ……………………………………… v

DAFTAR ISI ……………………………………… vi

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………… 1

1.1 Analisis Situasi ……………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………… 3

1.3 Tujuan Kegiatan ……………………………………… 4

1.4 Manfaat Kegiatan ……………………………………… 4

1.5 Pemecahan Masalah ……………………………………… 4

BAB 2 PELAKSANAAN KEGIATAN ……………………………………… 6

2.1 Persiapan ……………………………………… 6

2.2 Kegiatan dan Jadual ……………………………………… 6

2.3 Penyusunan Modul ……………………………………… 7

2.4 Rundown Acara ……………………………………… 7

2.5 Sasaran ……………………………………… 10

2.6 Metode dan Media ……………………………………… 10

2.7 Narasumber ……………………………………… 11

BAB 3 HASIL KEGIATAN ……………………………………… 12

3.1 Karakteristik Caregiver ……………………………………… 12

3.2 Hasil Evaluasi Pre tes dan Pos tes ……………………………………… 13

3.3 Hasil Evaluasi keterampilan ……………………………………… 14

3.4 Evaluasi Pelaksanaan ……………………………………… 14

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 17

4.1 Simpulan ……………………………………… 17

4.2 Saran ……………………………………… 17

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………… 18

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Usia tua atau sering disebut senescence merupakan suatu periode dari rentang

kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh,

biasanya mulai pada usia yang berbeda untuk individu yang berbeda.

Memasuki usia lanjut biasanya dudahului oleh penyakit kronis, kemungkinan

untuk ditinggalkan pasangan, pemberhentian aktivitas atau kerja dan tantangan

untuk mengalihkan energi dan kemampuan ke peran baru dalam keluarga,

pekerjaan dan hubungan intim. Secara sosial, penduduk lanjut usia merupakan

satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki

strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka

terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan

serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia

penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati

oleh warga muda.

Secara demografi dapat diketahui bahwa pada masa lansia seringkali

menderita sedikitnya satu atau lebih penyakit kronis, terjadinya penurunan

fungsi tubuh, peningkatan faktor kerentanan yang memungkinkan resiko

terjadinya distres spiritual pada lansia (Stanley, 2007). Distres spiritual yang

berkelanjutan akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh dimana

terjadi gejala-gejala fisik berupa penurunan nafsu makan, gangguan tidur, serta

peningkatan tekanan darah. Hal ini terjadi lantaran di masa lansia individu akan

mengalami beberapa perubahan terkait dengan menurunnya beberapa fungsi

diantaranya adalah penurunan fungsi fisik, kognitif, penurunan fungsi dan

potensi seksual serta perubahan aspek psikososial dan spiritual (Urbayanti

2006).

Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan angka harapan hidup di

Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai usia 71 tahun (BPS, 2014). Angka

tersebut tentunya diiringi dengan kenaikan jumlah penduduk dengan proporsi

Page 9: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

kenaikan 11,34%. Populasi lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa,

setara dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Peningkatan

jumlah lansia menunjukkan bahwa usia harapan hidup penduduk di Indonesia

semakin tinggi dari tahun ke tahun. Semakin meningkatnya populasi lansia

mencerminkan adanya peningkatan pelayanan kesehatan, sekaligus dapat

menjadi problematika baru bagi Indonesia sendiri. Hasil proyeksi penduduk

2010-2035, Indonesia akan memasuki periode lansia (ageing), dimana 10%

penduduk akan berusia 60 tahun ke atas, di tahun 2020. Indonesia termasuk

dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia (Depkes,

2015).

Studi awal didapatkan data bahwa jumlah lansia yang tinggal di Panti

Werdha Griya Usia Lanjut Santo Yosef adalah 155 lansia terdiri dari lansia

perempuan sebanyak 89 orang dan lansia laki-laki sebanyak 66 orang.

Permasalahan yang sering muncul adalah masalah fisik, gangguan kognitif

sebanyak 31 lansia (data tahun 2019) dan masalah psikologi seperti depresi

sebanyak 60 lansia yaitu dalam kategori depresi ringan 49 orang dan depresi

berat 11 orang (data tahun 2017). Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh

Panti Werdha Griya Usia Lanjut St.Yosef adalah adanya poliklinik yang

memiliki kegiatan fisioterapi, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan gula darah,

kolesterol, asam urat dan pemberian obat. Jika lansia memerlukan pemeriksaan

lebih lanjut yang berkaitan dengan tanda klinis penurunan daya ingat dan lansia

mengganggu ketenangan, maka tindakan yang dilakukan adalah konsultasi ke

dokter Jiwa. Kegiatan harian yang dilakukan di Panti adalah ibadah bersama,

senam otak, senam taichi, terapi tertawa, senam bugar, senam tera, senam

persendian, dimana pelaksanaan senam ini dilakukan secara bergantian.

Berdasarkan berbagai kegiatan tersebut belum ada kegiatan yang berkaitan

dengan proses bimbingan kepada lansia apabila menghadapi suatu

permasalahan yang membutuhkan bantuan orang lain.

Kegiatan yang berkaitan peningkatan kemampuan caregiver dalam

merawat lansia yang mengalami permasalahan sehari-hari yang berkaitan

dengan pendekatan psikologis dan sejenisnya belum juga pernah dilakukan.

Didukung hasil penelitian yang dilakukan di Panti Werdha Griya Usia Lanjut

Page 10: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara pre dan post pada kelompok

yang mendapatkan perlakuan bimbingan atau konseling terhadap kebahagiaan

lansia dengan nilai signifikan, p = 0,000 (Minarti & Kastubi, 2018). Situasi ini

memungkinkan untuk diterapkan implementasi berupa model bimbingan di

Panti Werdha Griya Usia Lanjut yang mempunyai tenaga caregiver (pengasuh)

yang belum pernah dilakukan pemberdayaan berupa pelatihan bimbingan .

Model bimbingan merupakan bantuan psikologis dapat disebut sebagai

kegiatan penyelesaian masalah dengan obyek khusus, yaitu orang-perorang

yang bermasalah dengan solusi yang sesuai dengan permasalahan dan

kemampuan. Pelaksanaan program bimbingan yang diberikan kepada lansia

untuk tetap merasa berharga dan bahagia menjalani tugas-tugas perkembangan

di fase degeneratif pada kondisi fisik, psikis dan sosial. Hal tersebut akan

mempengaruhi usia hidup manusia lebih panjang (Noor Jannah, 2015).

Program bimbingan (guidance) di Panti Werdha Griya Usia lanjut selama ini

belum menjadi intervensi utama di Panti Werdha Griya Usia lanjut walaupun

berbagai kejadian yang berkaitan dengan masalah psikologis lansia sering

terjadi seperti rasa kesepian, bosan dan merasa tidak berguna. Peran caregiver

yang selama ini mendampingi para lansia sehari-hari perlu diberikan pelatihan

atau pemberdayaan agar caregiver dapat mengidentifikasi permasalahan

psikologis yang terjadi pada lansia, sehingga caregiver dapat membantu dalam

meringankan atau mengatasi masalah yang terjadi pada lansia.

1.2 Identifikasi Dan Perumusan Masalah

Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut penelitian, dukungan sosial dapat

membantu individu untuk mengatasi masalahnya secara efektif. Dukungan

sosial juga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada lansia.

Dukungan sosial berhubungan dengan pengurangan gejala penyakit dan

kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri akan perawatan kesehatan.

Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa model bimbingan (guidance)

yang dilakukan oleh caregiver.

Page 11: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Oleh karena itu solusi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan lansia

yang berada di Panti Werdha Griya Usia lanjut salah satunya adalah melalui

pelatihan model bimbingan (guidance) untuk pemberdayaan caregiver agar

mampu mengatasi atau mencari solusi yang tepat terhadap berbagai

permasalahan yang terjadi kepada lansia.

Perumusan masalah adalah:

a. Bagaimanakah Model Bimbingan (Guidance) Untuk Pemberdayaan

Caregiver (Pengasuh) Lansia Di Panti Werdha Griya Usia lanjut St. Yosef

Surabaya?

b. Apakah bimbingan (Guidance) oleh caregiver kepada lansia di Di Panti

Werdha Griya Usia lanjut St. Yosef Surabaya dapat efektif?

1.3 Tujuan Kegiatan

a. Menerapkan model bimbingan (Guidance) untuk pemberdayaan caregiver

(Pengasuh) lansia Di Panti Werdha Griya Usia lanjut St. Yosef Surabaya.

b. Mengidentifikasi efektifitas model bimbingan (Guidance) oleh caregiver

1.4 Manfaat Kegiatan

a. Manfaat kegiatan untuk caregiver adalah:

1) Meningkatkan pengetahuan dalam memberikan pengasuhan kepada

lansia melalui bantuan proses bimbingan

2) Memperoleh pengetahuan untuk mengidentifikasi permasalahan lansia

yang menjadi tanggungjawab caregiver

3) Meningkatkan ketrampilan caregiver dalam memberikan

pendampingan lansia di Panti Werdha Griya Usia lanjut

b. Manfaat bagi dosen:

1) Sebagai aplikasi dari hasil penelitian

2) Upaya kerjasama lintas sektor dengan pihak lain

3) Sebagai bentuk dukungan social kepada caregiver

1.5 Penyelesaian Masalah

Kerangka penyelesaian masalah dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 12: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Caregiver di

Panti Werdha

Griya Usia

lanjut Santo

Yosef yang

berjumlah 49

orang

Pre test

Pemberian materi model

bimbingan (guidance)

Menulis jurnal untuk identifikasi

masalah lansia selama 3 hari

Peningkatan

pengetahuan

dan

ketrampilan

caregiver

dalam

melaksanakan

pengasuhan

kepada lansia

(Keberdayaan

caregiver)

Artikel ilmiah

yang dimuat di

jurnal nasional

INPUT PROSES OUTPUT OUT COME

Penentuan masalah oleh

caregiver

Proses pendampingan kepada

caregiver untuk menerapkan

model bimbingan kepada lansia

Evaluasi: Struktur, Proses, Hasil

Page 13: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

BAB 2

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Persiapan

Kegiatan diawali dengan penyusunan proposal pada bulan Juni tahun 2019

dan pengumuman pada bulan Agustus tahun 2019. Selanjutnya diikuti

dengna penandatanganan kontrak pengabdian masyarakat antara ketua

dengan Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya. Langkah berikutnya

adalah pengurusan ijin ke pada yayasan Panti Werdha Santo Yosef di

Sambikerep Surabaya, melaksanakan presentasi kegatan dan pelaksanaan

kegiatan.

2.2 Kegiatan dan Jadual

Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan secara terjadual yang

diawali dengan penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan

yang digambarkan sebagai berikut:

No Kegiatan

BULAN

JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

Proposal

2 Proses Seleksi

dan hasil

3 Persiapan

4 Pelaksanaan:

Pemberian

materi

Penentuan

masalah

Proses

pendampingan

Evaluasi

5

Penyusunan

laporan dan

spj

Page 14: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

2.3 Penyusunan Modul

Sebelum kegiatan pelatihan, maka disusun modul pelatihan untuk caregiver

lansia (terlampir). Kegiatan dilakukan dengan 3 tahapan yaitu: pemberian

materi, latihan mandiri, dan evaluasi

2.4 Rundown Acara Kegiatan sebagai berikut:

NO Waktu Kegiatan Penanggungjawab

1 30 September 2019

13.30-13.45 Registrasi Peserta Ferry Kumala, SST.,M.Tr.Kep

Tanty Budi Agustien

Nur Alfiyyatul Laila

13.45-14.00 Pembukaan Dyah Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep

Dwi Rizki Agustin Lafiandini

14.00-14.15 Pre Test Tumini, SKM, M.M.Kes

Anggita Damayanti Chairun Nisa

Mentari Putri

Leni Amalia Hanti W

14.15-15.00 Pemberian Materi 1 Intim Cahyono, S.Kep.Ns, M.Kes

Ani Dwi Cahyani

15.00-15.45 Pemberian Materi 2 Heru Sulistijono, M.Kes

Ferren Cantika D

15.45-16.30 Pemberian Materi 3 Nikmatul Fadilah, M.Kep

Ferren Cantika Dewi

16.30-17.15 Pemberian Materi 4 Asnani, S.Kep.Ns., M.Ked

Gadis Ayu Yustika

2 1-3 Oktober 2019 Latihan Mandiri Perawat Panti

3 4 Oktober 2019

14.30-15.30 Evaluasi

ketrampilan

Hasyim As’ari, S.Kep.Ns., M.Ked

Ade Irma Rahmadani

15.30-16.45 Pendampingan ke

Lansia

Minarti, S.Kep.,Ns. M.Kep, Sp.Kom

Shapira Melati Puspa

16.45-17.15 Post Tes Y.K Windi, S.Pd., M.Kes., MPH., P.hD

Syafrie Yudha P

17.15-17.30 Penutup Ferry Kumala, SST.,M.Tr.Kep

Tanty Budi Agustien

Nur Alfiyyatul Laila

Page 15: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan 2 kali pertemuan dan 1 kali kegiatan

mandiri. Materi yang diberikan antara lain skill stations dilakukan secara rotasi

yang dibagi dalam 5 kelompok, masing masing kelompok ada 10 caregiver.

Setiap kelompok berotasi yang akan melaksanakan 4 ketrampilan yaitu

komunikasi pada lansia, latihan pergerakan aktif, latihan pergerakan pasif dan

melaksanakan kegiatan sehari hari. Sebelum materi diberikan diadakan pre tes

terlebih dahulu untuk mengidentifikasi pemahanan caregiver tentang bimbingan

kepada lansia. Jadual praktek skill stations sebagai berikut:

No Ketrampilan Fasilitator Kelompok

14.15-

15.00

15.00-

15.45

15.45-

16.30

16.30-

17.15

1 Komunikasi

pada lansia

Dr. Hilmi Yumni,

M.Kep.Sp.Mat

Intim Cahyono,

S.Kep.Ns, M.Kes

Hasyim As’ari,

S.Kep.Ns., M.Ked

Eko Rustamaji W,

SST.,M.Tr.Kep

Ani Dwi Cahyani

1 2 3 4

2 Pergerakan

aktif

Heru Sulistijono,

M.Kes

Bambang Heryanto,

M.Kes

Nikmatul F

Suriana, M.Kep

Baiq Dewi Harnani,

SST, M.Kes

Dinarwiyata, Ns,

M.Kep, Sp. Kep.J

Ferry Kumala,

SST.,M.Tr.Kep

Mentari Putri

2 3 4 1

3 Pergerakan

Pasif

Minarti, S.Kep.,Ns.

M.Kep, Sp.Kom

Tumini, SKM,

M.M.Kes

Nikmatul Fadilah,

M.Kep

Dyah Wijayanti,

3 4 1 2

Page 16: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

No Ketrampilan Fasilitator Kelompok

14.15-

15.00

15.00-

15.45

15.45-

16.30

16.30-

17.15

S.Kep.Ns., M.Kep

Ferren Cantika Dewi

4 Melatih

kegiatan

sehari-hari

Dr. Siti Nur Kholifah,

SKM, M.Kep, Sp.Kom

Y.K Windi, S.Pd.,

M.Kes., MPH., P.hD

Asnani, S.Kep.Ns.,

M.Ked

Gadis Ayu Yustika

4 1 2 3

Setelah selesai kegiatan skill stations dilakukan penugasan untuk melaksanakan

kegiatan secara mandiri kepada lansia di Panti.

Evaluasi dilakukan 3 hari setelah pelaksanaan pemberdayaan yaitu tanggal 4

Oktober 2019.

Setiap caregiver yang sudah diberi pelatihan di evaluasi kemampuan

ketrampilannya dengan cara praktek kepada lansia secara langsung. Jumlah

caregiver 50 orang dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok 1:25 orang,

kelompok 2: 25 orang. masing-masing kelompok dibagi menjadi kelompok kecil

yang terdiri dari 5 orang. Jadual kegiatan evaluasi dan pendampingan sebagai

berikut:

No Ketrampilan Fasilitator Keterangan

Kelompok 1

1 Komunikasi

pada lansia

Dr. Hilmi Yumni, M.Kep.Sp.Mat

Intim Cahyono, S.Kep.Ns, M.Kes

Ani Dwi Cahyani

Masing-masing

kelompok

dilakukan rotasi

2 Pergerakan

aktif

Heru Sulistijono, S.Kep.Ns, M.Kes

Bambang Heryanto, S.Kep.Ns, M.Kes

Mentari Putri

3 Pergerakan

Pasif

Nikmatul Fadilah, M.Kep

Dyah Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep

Ferren Cantika Dewi

4 Melatih Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep,

Page 17: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

No Ketrampilan Fasilitator Keterangan

kegiatan

sehari-hari

Sp.Kom

Y.K Windi, S.Pd., M.Kes., MPH., P.hD

Asnani, S.Kep.Ns., M.Ked

Gadis Ayu Yustika

Kelompok 2

1 Komunikasi

pada lansia

Hasyim As’ari, S.Kep.Ns., M.Ked

Eko Rustamaji W, SST.,M.Tr.Kep

2 Pergerakan

aktif

Nikmatul Fadilah, S.Kep.Ns, M.Kep

Suriana, S.Kep.Ns, M.Kep

3 Pergerakan

Pasif

Minarti, S.Kep.,Ns. M.Kep, Sp.Kom

Tumini, SKM, M.M.Kes

Ferry Kumala, SST.,M.Tr.Kep

4 Melatih

kegiatan

sehari-hari

Baiq Dewi Harnani, SST, M.Kes

Dinarwiyata, Ns, M.Kep, Sp. Kep.J

2.5 Khalayak Sasaran Strategis

a. Khalayak sasaran yang strategis dan mempunyai kemauan dan

kemampuan untuk penerapan model bimbingan dalam rangkan

pemberdayaan caregiver adalah di Panti Werdha Griya Usia lanjut St.

Yosef yang berjumlah 50 orang (37 orang caregiver, 3 orang perawat),

b. Menerapkan keahlian dari pengabdi yang merupakan dosen yang

memiliki kompetensi di bidang keperawatan pada umumnya dan

khususnya keperawatan lansia, baik ditinjau dari bidang keilmuan

Medikal Bedah, Jiwa, dan Gerontik serta memiliki pendidikan minimal

S2 dengan masa kerja lebih dari 15 tahun

2.6 Metode Dan Media

Metode yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat ini adalah :

a. Desain dari pelaksanaan mengaplikasikan model bimbingan (guidance)

melalui pemberdayaan kepada caregiver

b. Populasi dari caregiver di Panti Werdha Griya Usia lanjut Santo Yosef

adalah 50 orang.

c. Tehnik pelaksanaan adalah:

Page 18: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

1) Pre tes pada caregiver

2) Pemberian materi model bimbingan (guidance) kepada caregiver

3) Proses bimbingan oleh caregiver yang didampingi oleh tim

pelaksana

4) Pos tes pada caregiver

5) Melaksanakan evaluasi yang berkaitan dengan struktur, proses, dan

hasil

d. Melaksanakan deskripsi terhadap hasil dari pelaksanaan model bimbingan

(guidance) untuk pemberdayaan caregiver

Metode: diskusi, demonstrasi, re-demonstrasi

Media: LCD, PPT berupa gambar materi, Modul

Alat Bahan: Bed, bantal guling, alat bantu jalan, mitela, baju pasie

2.7 Narasumber

Dosen dan instruktur Prodi D III Keperawatan Sutopo Surabaya

Page 19: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 Karakteristik Caregiver

a. Karakteristik caregiver berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

diagram bahwa hampir seluruhnya yaitu 44 orang (88%) jenis kelaminnya

perempuan, dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 1. Karakteristik Caregiver Berdasarkan Jenis Kelamin

b. Karakteristik caregiver berdasarkan umur

Karakteristik caregiver berdasarkan umur sebagian besar berada pada rentang

20-30 tahun, dapat dilihat pada diagram berikut

Diagram 2. Karakteristik Caregiver Berdasarkan Umur

6

44

Laki-laki Perempuan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-30 31-40 41-50 51-60

38

8

2 2

Page 20: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Karakteristik caregiver berdasarkan tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan caregiver hampir seluruhnya SMU

Diagram 3. Karakteristik Caregiver Berdasarkan Pendidikan

3.2 Hasil evaluasi caregiver sebelum dan sesudah pelatihan

a. Hasil Pre Tes

Hasil pre tes sebelum pelatihan dapat dilihat pada diagram berikut:

3

47

PT (Perawat) SMA

31

16

3

0

5

10

15

20

25

30

35

kurang baik sangat baik

Page 21: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Diagram 4. Hasil Pre Tes Sebelum Pelatihan

b. Hasil Post Tes

Hasil post tes menunjukkan ada perubahan kea rah yang lebih baik yaitu

terjadi peningkatan pengetahuan

Diagram 5. Hasil Pre Tes Sebelum Pelatihan

3.3 Hasil Evaluasi Ketrampilan

Hasil evaluasi keterampilan pada caregiver terhadap komponen masing-masing

latihan mengalami peningkatan dari yang tidak mengenal menjadi dapat

melakukan keterampilan yang langsung dipraktekkan kepada lansia, yang meliputi

komponen:

a. Keterampilan komunikasi kepada lansia

b. Keterampilan pergerakan aktif

c. Keterampilan pergerakan pasif

d. Latihan aktifitas sehari – hari

3.4 Evaluasi Pelaksanaan

Evaluasi dilakukan melalui tahapan:

3

26

21

0

5

10

15

20

25

30

kurang baik sangat baik

Page 22: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

1. Evaluasi struktur, yang terdiri dari

a. Persiapan media

Persiapan terkait media tidak ada hambatan karena sudah

dipersiapkan secara baik. Media yang digunakan berupa LCD,

Laptop, PPT, Modul dan Sound System yang sudah disediakan

oleh pihak Panti.

b. Persiapan modul

Modul dapat diselesaikan seminggu sebelum kegiatan di mulai

yang diberikan kepada caregiver dan pelaksana

c. Materi kegiatan

Materi kegiatan disiapkan dengan menggunakan PPT yang

mengacu pada modul

d. Persiapan sarana dan prasarana

Sarana prasarana tidak ada hambatan

e. Koordinasi dengan pihak terkait

Koordinasi dengna pihak terkait tidak ada hambatan dan dukungan

yang iterima tim sangat bagus.

2. Evaluasi Proses:

a. Pemberian materi

Pemberian materi sudah sesuai dengan rencana

b. Fasilitator

Fasilitator bekerja sesua dengan perencanaan dan kelompok yang telah

ditentukan

c. Pembagian tugas dan tanggungjawab

Tugas dan tanggung jawab sudah sesuai

d. Kehadiran peserta

Semua peserta dapat hadir

e. Waktu pelaksanaan

Waktu pelaksanaan terkendala dengan tugas dari caregiver yang harus

bekerja mendampingi lansia namun, terdapat solusi kegiatan yang

Page 23: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

dimajukan atau diatur oleh pihak Panti, sehingga caregiver dapat

terlibat penuh

f. Pre tes dan pos tes

Hasi pre tes dan post tes telah digambarkan pada diagram 1 dan 2

g. Proses pendampingan

Proses pendampingan dilakukan pada saat akhir kegiatan

3. Evaluasi Hasil:

a. Berdasarkan hasil evaluasi diri caregiver

Hasil evaluasi caregiver menyatakan bahwa pelatihan tersebut sangat

bermanfaat dalam melaksanakan perawatan kepada lansia dan akan

dilakukan sesuai dengan kemampuan lansia

b. Hasil pre tes dan pos tes

Terlampir

Page 24: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

BAB 4

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dari kegiatan pengabdian ini dapat disimpulkan bahwa:

a. Bimbingan kepada caregiver lansia sebagai upaya pemberdayaan dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan caregiver dalam

melakukan pendampingan atau pengasuhan kepada lansia

b. Bimbingan melalui pelatihan atau pemberdayaan kepada Caregiver

dapat efektif jika dilaksanakan melalui metode demonstrasi dan

pendampingan keterampilan yang dilakukan langsung kepada lansia

sesuai dengan indikasi.

4.2 Saran

a. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat pada kelompok khusus

seperti Panti Werdha dapat dilaksanakan secara periodik sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh dosen dan sesuai dengan kebutuhan

pihak Panti.

b. Para Dosen pelaksana pengabdian dapat meningkatkan inovasinya

dalam melakukan pengabdian masyarakat agar dapat ikut berkontribusi

terhadap kesehatan dan kesejahteraan psikologis lansia yang tinggal di

Panti Werdha.

Page 25: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

DAFTAR PUSTAKA

BPS (Badan Pusat Statistik). (2014) pemberdayaan lansia

http://data.menkokesra.go.id/content/pember dayaan-lansia, diperoleh

tanggal 14 November 2017Depkes, 2015

Depkes (2015). Jumlah data lansia tahun 2010-2015. dari

http://www.depkes.go.id Diperoleh tanggal 14 November 2017

Minarti & Kastubi (2018). Pengaruh Spiritual Well-Being Berbasis Islami

Dengan Metode Konseling Dan Dzikir Terhadap Kebahagiaan Lansia

Di Panti Werdha Griya Usia lanjut, Laporan Penelitian Poltekkes

Kemenkes Surabaya

Noor Jannah (2015). Bimbingan Konseling Keagamaan Bagi Kesehatan

mental lansia, Jurnal bimbingan konseling Islam, vol. 6, 2 Desember

2015

Nurnita Widyakusuma (2013). Peran Pendamping Dalam Program

Pendampingan Dan Perawatan Sosial Lanjut Usia Di Lingkungan

Keluarga (Home Care): Studi Tentang Pendamping Di Yayasan Pitrah

Sejahtera, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013

Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/52809-Id-Peran-

Pendamping-Dalam-Program-Pendampin.Pdf, diakses 12 Juni 2019

Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta, EGC

Urbayanti 2006 hubungan antara pemenuhan kebutuhan dengan afek positif

dan afek negatif pada lansia. Humanitas : Indonesian Psychological

Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2006 : 63 - 72

Wijayanti. 2008. Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia terhadap Kondisi

Sosial Lansia. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Pemukiman.

Vol.7.no: 1

Page 26: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

HASIL PENILAIAN EVALUASI PRE TES DAN POST TES

No Nama Jenis

Kelamin Umur Pendidikan pre tes kategori

post tes kategori

1 Maya perempuan 22 SMA 40 kurang 60 baik

2 Edit perempuan 23 SMA 60 baik 80 sangat baik

3 Helen perempuan 22 SMA 60 baik 76 sangat baik

4 Ona perempuan 42 SMA 30 kurang 60 baik

5 Nur perempuan 22 SMA 40 kurang 70 baik

6 Astin perempuan 25 SMA 38 kurang 60 baik

7 Lian perempuan 35 SMA 40 kurang 80 sangat baik

8 Wahyu perempuan 23 SMA 40 kurang 80 sangat baik

9 Pola perempuan 23 SMA 40 kurang 50 kurang

10 Anas 1 perempuan 23 SMA 50 kurang 60 baik

11 Uli perempuan 23 SMA 50 kurang 60 baik

12 Okta perempuan 23 SMA 50 kurang 60 baik

13 Elan perempuan 22 SMA 60 baik 70 baik

14 Elin perempuan 22 SMA 60 baik 76 sangat baik

15 Iswati perempuan 43 SMA 50 kurang 60 baik

16 Yohana perempuan 28 SMA 50 kurang 70 baik

17 Eni perempuan 23 SMA 60 baik 76 sangat baik

18 Bobby laki-laki 24 SMA 50 kurang 70 baik

19 Emi perempuan 23 SMA 50 kurang 70 baik

20 Jefri laki-laki 25 SMA 50 kurang 60 baik

21 Santi perempuan 22 S1 Perawat 75 sangat baik 80 sangat baik

22 Arin perempuan 23 SMA 50 kurang 60 baik

23 Sangkot laki-laki 24 SMA 50 kurang 65 baik

24 Asni perempuan 24 SMA 50 kurang 70 baik

25 Rini perempuan 26 SMA 50 kurang 80 sangat baik

26 Anas 2 perempuan 25 SMA 50 kurang 70 baik

27 Orvi perempuan 24 SMA 50 kurang 60 baik

28 Susan perempuan 35 SMA 50 kurang 70 baik

29 Nir perempuan 30 SMA 50 kurang 60 baik

30 Dini perempuan 34 SMA 50 kurang 70 baik

31 Anita perempuan 36 SMA 50 kurang 80 sangat baik

32 Derry laki-laki 22 SMA 60 baik 80 sangat baik

33 Rani perempuan 22 SMA 60 baik 76 sangat baik

Page 27: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

34 Henei perempuan 24 SMA 50 baik 80 sangat baik

35 Ajeng perempuan 23 SMA 60 baik 80 sangat baik

36 Reni perempuan 54 D III

Perawat 80 sangat baik

100 sangat baik

37 Yola perempuan 20 SMA 65 baik 78 sangat baik

38 Dewi perempuan 36 SMA 65 baik 80 sangat baik

39 Lidia perempuan 35 SMA 30 kurang 50 kurang

40 Nia perempuan 33 SMA 60 baik 70 baik

41 Ayu perempuan 20 SMA 50 kurang 60 baik

42 Tari perempuan 21 SMA 60 baik 78 sangat baik

43 Prita perempuan 23 SMA 40 kurang 50 kurang

44 Frenty perempuan 22 SMA 60 baik 80 sangat baik

45 Azizah perempuan 21 SMA 60 baik 80 sangat baik

46 Endang perempuan 55 D III

Perawat 76 sangat baik

80 sangat baik

47 Yuliana perempuan 22 SMA 60 baik 80 sangat baik

48 Nurhayati perempuan 33 SMA 50 kurang 60 baik

49 Johan laki-laki 23 SMA 50 kurang 70 baik

50 Doni laki-laki 24 SMA 50 kurang 70 baik

Page 28: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

1. Pembukaan

Page 29: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Pemberian Materi

Page 30: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Melatih caregiver

Page 31: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)
Page 32: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Pendampingan pada caregiver melatih lansia

Page 33: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Evaluasi keterampilan

Page 34: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)
Page 35: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)
Page 36: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

MODUL

PEMBERDAYAAN CAREGIVER LANJUT USIA

Page 37: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

TIM PENYUSUN:

Minarti, S.Kep.,Ns. M.Kep, Sp.Kom Dr. Siti Nurkholifah, SKM, M.Kep, Sp.Kom

Heru SuliHstijono, S.Kep.,Ns M.Kes

POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

PRODI D III KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA

2019

KATA PENGANTAR

Disusunnya modul ini sebagai panduan dalam rangka melaksanakan pengabdian masyarakat dalam bentuk pemberdayaan caregiver dalam melakukan pendampingan kepada Lanjut Usia. Tujuannya adalah untuk membantu dalam melaksanakan pelayanan sosial lanjut usia. Panduan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai pendampingan terhadap lanjut usia di rumah maupun lanjut usia di Panti Werdha.

Semoga buku ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada care giver dan pembaca, yang memiliki kepedulian untuk membuat lanjut usia memiliki kemandirian mandiri sesuai dengan kemampuannya dan meningkatkan kebahagiaan lanjut usia. Walaupun buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kami tetap membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Tim Penyusun

Page 38: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………… i Tim Penyusun………………………………………………………………………. ii Kata Pengantar …………………………………………………………………….. iii Daftar Isi……………………………………………………………………………... iv Modul 1 Konsep Dasar Lanjut Usia……………………………………………….. 1 Modul 2 Komunikasi Efektif Pada Lansia………………………………………... 11 Modul 3 Tehnik Bimbingan Pada Lansia………………………………………… 19 Modul 4 Melatih Pergerakan Aktif Dan Pasif Serta Aktifitas Sehari-Hari……. 25 Penutup……………………………………………………………………………… 44 Daftar Pustaka ……………………………………………………………………... 45

Page 39: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

MODUL 1 Konsep Dasar Lanjut Usia

1.1 Deskripsi

Seiring bertambah usia, lanjut usia (lansia) mengalami perubahan dan kemunduran fungsi tubuh. Implikasi dari perubahan tersebut adalah kebutuhan lansia yang semakin kompleks. Kebutuhan tersebut mencakup beberapa aspek kehidupan, yang antara lain aspek fisik, psikis, sosial dan spiritual yang upaya pemenuhannya dipengaruhi oleh proses menua. Pada modul ini dijelaskan tentang perubahan yang terjadi pada lansia yang dipandang dari beberapa aspek yaitu fisik, psikis, sosial dan spiritual.

1.2 Tujuan Pembelajaran 1.2.1 Tujuan umum

Modul ini ditujukan untuk membantu peserta pelatihan bimbingan (guidance) kepada lansia sebagai pendamping lansia potensial dan tidak potensial (sakit), sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang konsep dasar lansia

1.2.2 Tujuan Khusus Setelah mendapatkan materi pelatihan peserta mampu menjelaskan tentang: a Pengertian lansia b Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan masa

tua c Perubahan aspek fisik pada lansia d Perubahan aspek psikologis pada lansia e Perubahan aspek sosial pada lansia f Perubahan aspek spiritual pada lansia

Page 40: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

1.3 Pokok Bahasan: 1.3.1 Pengertian lansia 1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan masa tua 1.3.3 Perubahan aspek fisik pada lansia 1.3.4 Perubahan aspek psikologis pada lansia 1.3.5 Perubahan aspek sosial pada lansia 1.3.6 Perubahan aspek spiritual pada lansia

1.4 Proses Pembelajaran

No. Pokok Bahasan Waktu Peran

Fasilitator Peserta

1. Perkenalan 5 menit - -

2. Penyajian materi 20 menit Fasilitator menyajikan setiap materi

Peserta mengikuti penyajian, tanya jawab pada setiap akhir sesi masing-masing pemberian materi

3. Tanya Jawab 10 menit Fasilitator memfasilitasi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan substansi materi

Peserta menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan substansi materi

4 Refleksi/Penutup 10 menit Fasilitator memberikan masukan mengenai kesimpulan akhir

Mendengarkan

1.5 Metode Pembelajaran

1.5.1 Ceramah 1.5.2 Tanya jawab

1.6 Prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran dalam menggunakan modul ini sebagai berikut : 1.6.1 Kesiapan

Fasilitator memiliki kesiapan sebelum menyampaikan materi bimbingan teknis dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disajikan.

1.6.2 Partisipasi Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis.

1.6.3 Demokrasi Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan terbuka.

Page 41: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

1.6.4 Kapabilitas Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan bimbingan teknis yang diikutinya.

1.6.5 Penggunaan Alat Bantu Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti audio visual dan multi media untuk memudahkan pencapaian tujuan bimbingan teknis.

1.6.6 Praktis Materi diarahkan agar konsep-konsep teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di lapangan.

1.7 Alat Bantu

1.7.1 Buku dan Modul 1.7.2 LCD Projector 1.7.3 Sound-system

1.8 Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada bimbingan teknis ini adalah:

1. Evaluasi reaksi Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan bimbingan teknis. 2. Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta. 3. Evaluasi Perilaku Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis. 4. Evaluasi Hasil Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis terhadap kinerja di dalam panti, produktifitas dalam mendampingi lansia. Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Page 42: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Materi 1 Pengertian lansia

Di indonesia umumnya sekitar 60 tahun dipandang sebagai masa tua, mereka sudah pensiun dari pegawai, karena dipandang secara fisik dan mental sudah tua. Di Amerika umur 65 tahun menjadi syarat orang mendapatkan tunjangan jaminan sosial dan beberapa mendapatkan diskon dalam transportasi, bioskop dan sebagainya. Tidak mudah untuk memberikan batasan usia lanjut. Usia enam puluhan bisanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Akan tetapi usia kronologis tersebut bukan merupakan kreteria yang baik untuk menandai uisa tua atau lanjut, sebab terdapat perbedaan individu dalam usia pada saat mana usia lanjut mereka mulai. Banyak orang yang karena kondisi kehidupan yang baik, perawatan, pengalaman, pendidikan yang baik belum menunjukan ketuaan fisik dan mentalnya pada usia 65 tahun. Tetapi ada pula orang yang karena kondisi kehidupan yang kurang baik, perawatan, pendidikan kurang, sudah muncul gejala ketuaan sebelum berusia 60 tahun.

Secara umum, usia lanjut ditandai dengan adanya kemunduran baik dari aspek fisik, mental dan sosial. Hurlock (1996) menyebut dua istilah yang berkenaan dengan usia lanjut yaitu senescence dan senility. Istilah senescence (proses menjadi tua) terjadi jika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan. Istilah senility (keuzuran) terjadi jika kemunduran fisik sudah terjadi dan apabila sudah terjadi disorganisasi mental. Thome (dalam monks dkk, 1994 : 344) menyebut proses menjadi tua, disamping perubahan psikologis, harus dimengerti dari proses yang bersifat biologis, sosial, dan perseptual motivasional.

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain

Page 43: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi : a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi : a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun) b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun) c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun) Materi 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan masa tua

Batasan masa tua secara kronologis memang sulit dilakukan, sebab proses menjadi tua dipengaruhi beberapa faktor. Menjadi tua, menurut Thomae (dalam Monks dkk, 1994) adalah suatu interaksi yang progresif antara individu dengan lingkungannya. Selanjutnya ia menyebutkan sepuluh sistem yang mempengaruhi proses menjadi tua yaitu : 1. Kontelasi “nature-nurture” (pemasakan-belajar) pada permulaan proses menjadi tua,

seperti keturunan, sejarah pendidikan, kebiasaan aktifitas fisik dan mental, kontak sosial, makanan dan sebagainya.

2. Perubahan baru dalam sistem biologis (kesehatan, fungsi-fungsi sensorik) 3. Perubahan baru dalam sistem peranan sosial (dipensiun, kehilangan suami atau istri,

kehilangan teman, peran sosial yang baru). 4. Situasi sosial-ekonomi dan ekologis (misalnya penghasilan, jaminan sosial,

pemeliharaan kesehatan, dsb). 5. Konsistensi dan perubahan pada berbagai aspek fungsi kognitif. 6. Konsistensi dan perubahan pada ciri-ciri kepribadian, seperti : aktifitas, suasana hati,

penyesuaian. 7. Lingkup-hidup individu (life-space), seperti konsep diri, situasi sosio-ekonomis, orientasi

agama dan nilai-nilai, sikap terhadap kematian. 8. Kepuasan hidup dan tingkat keseimbangan yang dicapai antara kehidupan individual

dan situasi hidup yang nyata. 9. Kemampuan untuk memperoleh keseimbangan kembali dengan “konfrontasi aktif” dan

tidak menyerah, melalui tingkah laku mengarah prestasi, penyesuaian. 10. Kompetensi sosial sebagai ukuran global bagi kecapakan individu untuk memenuhi

tuntutan sosial dan biologis disamping juga mengharapkan dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan kemungkinan individualnya. Hurlock (1996) juga mengetengahkan kondisi-kondisi yang mempengaruhi panjangnya

usia, yaitu : keturunan, karakteristik tubuh, kondisi tubuh pada umumnya, seks, ras, letak geografis, kondisi sosial ekonomi, intelegensi, pendidikan, merokok, dan minum-minuman keras, status perkawinan, efisiensi, kecemasan, pekerjaan dan kebahagiaan.

Page 44: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Materi 3 Perubahan aspek fisik pada lansia

Kemunduran pertumbuhan aspek biologis pada usia lanjut sangat nyata. Secara fisik pertumbuhannya mengalami penurunan, demikian fungsi-fungsi fisik/biologis semakin berkurang. Secara fisik tubuh usia lanjut usia semakin lemah, otot-otot mengendor, gigi banyak yang tanggal, panca indera semakin tidak berfungsi (mata kabur, pendengaran berkurang, kulit tidak peka dan sebagainya), rambut beruban, bahu membungkuk, perut membuncit, dan sebagainya. Jantung, paru-paru, pencernaan, ginjal dan sebagainya semakin kurang berfungsi dengan baik.

Adanya kemunduran aspek biologis tersebut maka pada usia lanjut terdapat perubahan kemampuan motorik yaitu kekuatan, kecepatan dan kekakuannya berkurang. Usia lanjut semakin tidak tahan dengan perubahan temperatur, sulit bernafas, tekanan jantung naik, makan semakin sedikit (sulit mengunyah, mencerna dan tidak dapat merasakan), waktu tidur semakin berkurang dan sulit tidur. Oleh karena itu masa usia lanjut secara fisik banyak mengalami masalah, banyak keluhan sakit dan sebagainya.

Perubahan fungsi-fungsi fisik juga mencakup perubahan perilaku seksual. Menurunnya fungsi kelenjar gunadal menyebabkan menurunnya potensi seksual, dan ini diperparah lagi oleh budaya yang berkembang dimasyarakat, bahwa usia lanjut tidak penting melakukan hubungan seksual. Meskipun potensi seksual menurun, usia lanjut masih dapat melakukan hubungan seksual, asal ditunjang dengan kondisi fisik dan emosional yang baik, meskipun terjadi penurunan dalam intensitas, reaksi dan lamannya waktu. Relasi yang intim yang terkandung dalam aktifitas seksual akan tetap ada sepanjang hidup, berdasarkan suatu pola relasi yang afektif.

Perubahan-perubahan fisik yang terjadi dapat dilhat pada tabel berikut:

Perubahan Karakteristik

Sel Lebih sedikit jumlahnya.

Lebih besar ukurannya.

Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

Jumlah sel otak menurun

Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%

Sistem Persarafan Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya).

Cepatnya menurun hubungan persarafan.

Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

Kurang sensitif terhadap sentuhan

Page 45: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Perubahan Karakteristik

Sistem Pendengaran Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran).

Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

Otosklerosis akibat atrofi membran tympani.

Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres

. Sistem Penglihatan Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

Hilangnya daya akomodasi.

Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.

Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

Sistem Kardiovaskuler Elastisitas dinding aorta menurun. b.

Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi

Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.

Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun.

Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun

Sistem Respirasi Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

Menurunnya aktivitas dari silia.

Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum

Page 46: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Perubahan Karakteristik

menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

Kemampuan untuk batuk berkurang.

Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia

Sistem Gastrointestinal Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.

Eosephagus melebar.

Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

Daya absorbsi melemah.

Sistem Reproduksi Menciutnya ovari dan uterus.

Atrofi payudara.

Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik.

Selaput lendir vagina menurun

Sistem Perkemihan Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.

Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

Sistem Endokrin Produksi semua hormon menurun.

Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.

Menurunnya produksi aldosteron.

Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron

Sistem Kulit ( Sistem Integumen )

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.

Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.

Pertumbuhan kuku lebih lambat.

Page 47: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Perubahan Karakteristik

Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya

Sistem Muskuloskletal Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.

Kifosis

Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.

Persendiaan membesar dan menjadi kaku.

Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.

Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

Materi 4 Perubahan aspek psikologis pada lansia

Secara psikologis terdapat kemunduran perkembangan dan fungsi psikologis pada

usia lanjut. Meski demikian beberapa peneliti, seperti dikemukakan oleh monks dkk (1994 :

332) jumlah tahun yang dilalui seseorang hanya merupakan salah satu faktor yang tidak

menjadi faktor terpenting. Pengalaman pendidikan, pekerjaan, kesempatan dan latihan,

dan juga kesehatan menjadi faktor yang lebih penting.

Hurlock (1996), Calhoun, dan Acocella ( 1990) mengemukakan beberapa pendapat

klise dan mitos lama dalam masyarakat bahwa kacerdasan pada usia tua mengalami

penurunan atau kemunduran, dan beberapa studi psikologi memperkuat kepercayaan

masyarakat tersebut. Namun penelitian-penelitian terakhir menunjukkan bukti bahwa

perubahan atau penurunan mental tersebut lebih sedikit dibanding yang dipercayai

masyarakat. Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan jika orang tua diasingkan dari

orang lain dan tidak diberi pekerjaan, dia mungkin dapat menjadi pendiam dan bodoh.

Kemunduran kemampuan mental psikologis usia lanjut diakui semua pihak meskipun

dengan tingkat pengakuan yang berbeda. Kemunduran kemampuan mental pada usia

lanjut adalah peristiwa alamiah yang merupakan kodrat dari Tuhan. Tingkat kemunduran

kemampuan mental usia lanjut tersebut berbeda-beda antara satu orang dengan orang

lain.

Tingkat kemunduran intelektual usia lanjut dipengaruhi beberapa faktor, seperti

kondisi fisik, kesehatan, pengalaman, pendidikan, pergaulan dan sebagainya. Orang lanjut

usia dengan kelemahan fisik, berkurangnya kecepatan gerak motorik akan menjadikan

orang usia lanjut menjadi lamban. Gangguan fungsi indra akan sulit menerima informasi

baru, atau informasi baru menjadi langka, menurunnya fungsi otak menjadikan

kemampuan intelektualnya menurun. Orang lanjut usia yang sebelumnya memiliki

pengalaman intelektual yang lebih tinggi, pendidikan tinggi, dan masih aktif terlibat dalam

kegiatan sosial, secara relatif penurunan kemampuan mentalnya tidak terlalu besar.

Page 48: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

Hurlock (1996) mencatat beberapa perubahan mental pada usia lanjut, yaitu : dalam

hal belajar lansia memerlukan waktu lebih lama, terdapat penurunan dalam kecepatan

membuat keputusan, baik dalam berfikir deduktif dan induktif. Kreativitasnya menurun,

ingatannya menjadi semakin lemah, perbendaharaan katanya juga menurun, rasa

humornya berkurang, kecenderungan mengenang masa lalu meningkat. Dalam hal minat,

lansia lebih meningkat pada minat pribadi, minat keagamaan, minat mati, minat rekreasi. Materi 5 Perubahan aspek sosial pada lansia

Sebagaimana kemunduran di bidang fisik dan psikis, kehidupan sosial lansia juga

mengalami kemunduran, partisipasi sosial lansia semakin berkurang. Kemunduran aspek

fisik, kemampuan bekerja kurang dan masa pensiun, menjadikan mobilitas lansia

berkurang, sehingga kontak sosial semakin berkurang. Berkurangnya fungsi penglihatan,

pendengaran, berbahasa, berkurangnya kemampuan berpikir, mengingat dan sebagainya

banyak lansia yang merasa rendah diri, sehingga mengurangi kontak sosial.

Sebagaimana teori pelepasan sosial (social disengagement) pada usia lanjut

(Monks dkk, 1994), meliputi empat elemen, yaitu : pelepasan beban keterlibatan dengan

orang lain, pengurangan variasi peranan sosial yang dimainkan, berkurangnya partisipasi

dalam bentuk fisik, dan penggunaan kemampuan mental yang semakin bertambah.

Pengurangan sosial tersebut dapat terjadi secara sukarela maupun secara terpaksa.

Secara sukarela, manula sadar bahwa peran-peran sosial tertentu sudah tidak sesuai

dengan kebutuhannya. Pengurangan sosial secara terpaksa atau dipaksa bersumber dari

diri sendiri dan orang lain. Dari diri sendiri lansia terpaksa mengurangi kontak/peran sosial

seperti karena keterbatasan fisik dan ekonomi. Dari orang luar, memang lansia ditinggal

atau dikeluarkan dari kontak sosial karena dipandang sudah tidak memenuhi tuntutan

kelompok sosial.

Meski secara umum lansia rnengalami kemunduran di bidang sosial. Namun dalam

aspek tertentu intensitas sosial lansia bertambah, dalam kasus-kasus tertentu lansia

semakin aktif dalam kegiatan sosial, sebagaimana dikemukakan dalam teori aktivitas. Materi 6 Perubahan aspek spiritual pada lansia

Perkembangan spiritualitas lansia terkait dengan kemunduran aspek fisik, psikologis

dan sosial. Dengan kemunduran aspek-aspek tersebut banyak lansia mulai tertarik dalam

kegiatan spiritual. Aktivitas spiritual dilakukan untuk memberikan makna hidup, yang

secara fisik, ekonomi, psikologis dan sosial berkurang.

Dalam setting masyarakat Amerika, Hurlock (1996) mengemukakan bahwa

kepercayaan populer di masyarakat bahwa lansia tertarik pada kehidupan keagamaan,

meskipun bukti-bukti empirik sangat sedikit. Lansia lebih tertarik pada kegiatan keagamaan

karena hari kematiannya semakin dekat, atau karena mereka sangat tidak mampu. Dari

fakta penelitian juga ditemukan banyak lansia yang justru semakin jauh dari minat

keagamaan. Dalam hal pelibatan terhadap kegiatan keagamaan, umumnya mereka hanya

meneruskan kebiasaan pada usia awal.

Apa yang dikemukakan Hurlock tersebut dapat juga terjadi pada masyarakat lain.

Dalam masyarakat muslim, umumnya para lansia lebih meningkatkan keterlibatan dalam

Page 49: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

kegiatan keagamaan. Di samping untuk menjadi sarana berhubungan sosial, mengisi

kehidupan akan lebih bermakna, intensitas pengamalan agama diyakini sebagai bekal

untuk menghadapi kematian dan kehidupan sesudah mati, yaitu di alam kubur dan alam

akherat.

Tentang persoalan menghadapi kematian ini telah menjadi obyek penelitian dari

para antropolog, dan umumnya ada kecenderungan masyarakat (lansia) merasa takut

menghadapi kematian. Di kota besar seperti Jakarta, dewasa ini banyak kegiatan

(kursus/paguyuban) yang membahas bagaimana menghadapi kematian yang nyaman,

yang umumnya diikuti oleh kelompok atas.

Page 50: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

50

MODUL 2 Komunikasi Efektif Pada Lansia

1.1 Deskripsi

Komunikasi merupakan pertukaran informasi, ide, perasaan yang menghasilkan

perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara pemberi pesan dan

penerima pesan. Pengukuran efektivitas dari suatu proses komunikasi dapat dilihat

dari tercapainya tujuan si pengirim pesan. Pada modul ini dijelaskan tentang

komunikasi efektif pada lansia sebagai dasar dalam memberikan asuhan atau

pendampingan caregiver kepada lansia.

1.2 Tujuan Pembelajaran

1.2.1 Tujuan umum Modul ini ditujukan untuk membantu peserta pelatihan bimbingan (guidance) kepada lansia sebagai pendamping lansia potensial dan tidak potensial (sakit), sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang komunikasi yang efektif pada lansia

1.2.2 Tujuan Khusus Setelah mendapatkan materi pelatihan peserta mampu menjelaskan tentang: a. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi

b. Teknik komunikasi pada lansia

c. Hambatan berkomunikasi dengan lansia

1.3 Pokok Bahasan

1.3.1 Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi

1.3.2 Teknik komunikasi pada lansia

1.3.3 Hambatan berkomunikasi dengan lansia

1.3.4 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan

1.4 Proses Pembelajaran

No. Pokok Bahasan Waktu Peran

Fasilitator Peserta

1. Perkenalan 5 menit - -

2. Penyajian materi 20 menit Fasilitator menyajikan setiap materi

Peserta mengikuti penyajian, tanya jawab pada setiap akhir sesi masing-masing pemberian materi

3. Tanya Jawab 10 menit Fasilitator memfasilitasi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan

Peserta menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan substansi materi

Page 51: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

51

No. Pokok Bahasan Waktu Peran

Fasilitator Peserta

dengan substansi materi

4 Refleksi/Penutup 10 menit Fasilitator memberikan masukan mengenai kesimpulan akhir

Mendengarkan

1.5 Metode Pembelajaran

1.5.1 Ceramah 1.5.2 Tanya jawab

1.6 Prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran dalam menggunakan modul ini sebagai berikut : 1.6.1 Kesiapan

Fasilitator memiliki kesiapan sebelum menyampaikan materi bimbingan teknis dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disajikan.

1.6.2 Partisipasi Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis.

1.6.3 Demokrasi Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan terbuka.

1.6.4 Kapabilitas Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan bimbingan teknis yang diikutinya.

1.6.5 Penggunaan Alat Bantu Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti audio visual dan multi media untuk memudahkan pencapaian tujuan bimbingan teknis.

1.8.6 Praktis Materi diarahkan agar konsep-konsep teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di lapangan.

1.9 Alat Bantu

1.7.1 Buku dan Modul 1.7.2 LCD Projector 1.7.3 Sound-system

1.10 Evaluasi

Page 52: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

52

Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada bimbingan teknis ini adalah: 1. Evaluasi reaksi

Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan bimbingan teknis.

2. Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta.

3. Evaluasi Perilaku Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis.

4. Evaluasi Hasil Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis terhadap kinerja di dalam panti, produktifitas dalam mendampingi lansia. Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Page 53: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

53

Materi 1 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi Pendekatan yang dapat dilakukan oleh caregiver dalam melakukan asuhan kepada lansia adalah: 1. Pendekatan fisik

Mencari informasi tentang kesehatan lansia secara obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat dicegah progresifitasnya (perkembangannya). Pendekatan ini relative lebih mudah dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena nyata dan mudah diamati.

2. Pendekatan psikologis

Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Caregiver melaksanakan pendekatan ini berperan sebagai fasilitator yang dapat memfasilitasi masalah yang ditemukan dan melaporkannya kepada perawat atau dokter. Caregiver bisa sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi lansia.

3. Pendekatan social

Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar lansia dapat berinteraksi dengan sesama maupun dengan petugas.

4. Pendekatan spiritual Caregiver harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika lansia dalam keadaan sakit.

Materi 2 Teknik Komunikasi Pada Lansia

Agar dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, caregiver juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain: 1. Teknik asertif

Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan lansia.

2. Responsif Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada merupakana bentuk perhatian petugas kepada . Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa saya bantu…? berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu

Page 54: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

54

permintaan bantuan dari lansia. Sikap aktif dari ini akan menciptakan perasaan tenang bagi lansia.

3. Fokus Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang di inginkan. Ketika mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas.

4.Supportif Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi lansia menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum dan menganggukkan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Dengan demikaian diharapkan lansia termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, caregiver jangan terkesan menggurui atau mangajari lansia karena ini dapat merendahan kepercayaan lansia. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.

5. Klarifikasi Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.

6. Sabar dan Ikhlas Seperti diketahui sebelumnya lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara dengan petugas kesehatan.

Materi 3 Hambatan berkomunikasi dengan lansia

Hambatan adalah faktor-faktor yang dapat mengganggu penerimaan pesan. Karena

pesan yang diterimanya terganggu maka penerima pesan bisa saja salah memaknai

pesan yang diterimanya. Keterbatasan fisik dari si pengirim maupun si penerima dapat

menjadi hambatan untuk berkomunikasi secara efektif. Komunikasi pada lansia memang

membutuhkan beberapa kemampuan dan kesabaran yang lebih dibandingkan jika

melakukan komunikasi pada personal yang masih dalam usia produktif.

Banyak hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi dalam melakukan komunikasi pada

lansia. Untuk lebih memahaminya, berikut dijabarkan beberapa faktor penghambat

komunikasi pada lansia:

Page 55: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

55

1. Mendominasi pembicaraan Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini akan menyebabkan seorang lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan atau komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa senang jika lawan bicaranya memotong pembicaraan yang sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan yang terjadi. 2. Mempertahankan hak dengan menyerang Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha untuk mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya. Komunikasi yang efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam kondisi yang seperti ini. Bahkan meskipun lawan bicara sudah berusaha keras untuk memberikan pemahaman bahwa ia mendapatkan haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman sehingga terus melakukan penyerangan pada lawan bicaranya. 3. Cuek Cuek oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan perasaan menyepelekan orang lain. Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi dengan orang yang lebih muda dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat sehingga ia akan dengan mudah menarik diri dari pembicaraan. 4. Kondisi fisik Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik yang membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi. Banyak masalah yang timbul akibat kondisi fisik yang tidak baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki masalah pada pendengaran, tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi. Lansia tersebut akan membutuhkan alat bantu dengar agar ia dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar. Jika ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka lawan bicaranya harus menggunakan suara keras untuk bisa berbicara dengan lansia tersebut. Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh lansia sebagai bentuk penghinaan dengan membentak. Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka dari itu sangat dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap kondisi lansia agar komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar. 5. Stress Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah depresi atau tingkat stres yang dialami oleh lansia. Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik akibat kondisi fisik yang ia alami, maupun faktor lainnya. Jika seorang lansia sudah menderita stres, maka ia akan selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh orang lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban pikirannya telah diatasi. 6. Mempermalukan orang lain di depan umum Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan salah satu hal yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi dengan lansia. Lansia yang selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan mempermalukan orang lain di depan umum. Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri mereka sendiri. Jika sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan langsung berhenti dan tidak lagi dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak nyaman. Meskipun begitu, kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini dan tidak merasa melakukan kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.

Page 56: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

56

7. Tertidur Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga banyak dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara. Kelelahan yang amat sangat akan membuat mereka yang tadinya begitu bersemangat dalam berbicara, tiba-tiba tertidur dan tidak mengetahui apapun ketika bangun. Hal ini lebih banyak terjadi pada lansia yang memiliki riwayat penyakit demensia atau Alzheimer. Lansia dengan riwayat penyakit tersebut biasanya lebih mudah tertidur, bahkan ketika sedang makan sekalipun. 8. Lupa Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia akan berkali-kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab berulang kali. Jika lawan bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun menjadi tidak lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana lansia menjadi sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan pengertian dan kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia. 9. Gangguan penglihatan Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun jauh, dekat, atau bahkan sulit melihat. Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh mungkin tidak akan terlalu dimengerti jika lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia yang diajak berkomunikasi sehingga lawan bicara mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar komunikasi berjalan lancar. Gangguan penglihatan yang dialami lansia dapat diatasi dengan memberikan kacamata yang sesuai dengan kondisi matanya. Dengan bantuan alat, maka lansia akan lebih memahami bahasa tubuh atau komunikasi non verbal yang digunakan oleh lawan bicaranya. 10. Lebih banyak diam Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam biasanya merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti ini akan menyerahkan setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi pada lawan bicaranya. Mereka juga akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih banyak mengiyakan dan mengikuti apa yang dipikirkan oleh lawan bicara. 11. Cerewet Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang dihindari untuk diajak bicara. Beberapa lansia memang terkesan sangat cerewet. Hal ini tidak terlepas dari pemikiran mereka untuk selalu menasehati orang yang lebih muda. Keinginan untuk selalu berbicara juga tidak terlepas dari rasa kesepian dan kebosanan yang mereka rasakan. Salah satu cara mengatasi sifat cerewet yang banyak dihindari lawan bicara ini adalah dengan berusaha menjadi pendengar yang baik. Dengan melihat sikap lawan bicaranya yang menghargai apa yang ia katakan, maka ia pun akan ikut memberikan kesempatan pada lawan bicaranya untuk berbicara. 12. Mudah marah Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa sakit yang dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan menjadi mudah marah, bahkan meskipun tidak ada penyebabnya. Rasa mudah marah ini membuat banyak orang menjadi malas untuk melakukan cara berkomunikasi dengan baik dengan lansia karena akan selalu disalahkan atas segala sesuatu yang ada.

Page 57: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

57

Materi 4 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan

Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar

terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau

sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia

menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi perlu

memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak

menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.

Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi lansia dengan reaksi

penolakan, antara lain :

1. Kenali segera reaksi penolakan

Membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan

mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan , orang lain serta lingkunganya.

2. Orientasikan lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri

Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan terhadap perawatan

yang akan dilakukan serta upaya untuk memandirikan .

3. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat

Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh

sumber informasi atau data dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi

dengan baik dan tepat

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia:

1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien

telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.

2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien

3. Pertahankan kontak mata dengan pasien

4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci

komunikasi efektif

5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya

6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat

yang sederhana.

7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien

8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien

9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi

10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien

11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang

cukup saat berinteraksi.

12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.

13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

Page 58: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

58

MODUL 3 TEHNIK BIMBINGAN PADA LANSIA

1.1 Deskripsi

Tehnik bimbingan kepada lansia merupakan pendekatan secara psikologis

merupakan instrumen yang digunakan dalam menganalisis dan menetapkan solusi

apa yang harus diberikan untuk penyelesaian masalah lansia.

1.2 Tujuan Pembelajaran

1.2.1 Tujuan umum Modul ini ditujukan untuk membantu peserta pelatihan bimbingan (guidance) kepada lansia sebagai pendamping lansia potensial dan tidak potensial (sakit), sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengidentifikasi dan membimbing lansia jika mempunyai permasalahan.

1.2.2 Tujuan Khusus Setelah mendapatkan materi pelatihan peserta mampu menjelaskan tentang: a. Mengidentifikasi masalah lansia b. Tehnik membimbing

1.3 Pokok Bahasan

1.3.1 Cara mengidentifikasi masalah lansia

1.3.2 Tehnik membimbing

1.3.3 Bentuk pendampingan

1.4 Proses Pembelajaran

No. Pokok Bahasan Waktu Peran

Fasilitator Peserta

1. Perkenalan 5 menit Melakukan apersepsi

Memperhatikan

2. Penyajian materi 20 menit Fasilitator menyajikan setiap materi

Peserta mengikuti penyajian, tanya jawab pada setiap akhir sesi masing-masing pemberian materi

3. Tanya Jawab 10 menit Fasilitator memfasilitasi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan substansi materi

Peserta menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan substansi materi

4 Refleksi/Penutup 10 menit Fasilitator memberikan masukan mengenai kesimpulan akhir

Mendengarkan

Page 59: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

59

1.5 Metode Pembelajaran

1.5.1 Diskusi

1.5.2 Penugasan

1.6 Prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran dalam menggunakan modul ini sebagai berikut : 1.6.1 Kesiapan

Fasilitator memiliki kesiapan sebelum menyampaikan materi bimbingan teknis dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disajikan.

1.6.2 Partisipasi Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis.

1.6.3 Demokrasi Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan terbuka.

1.6.5 Kapabilitas Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan bimbingan teknis yang diikutinya.

1.6.5 Penggunaan Alat Bantu Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti audio visual dan multi media untuk memudahkan pencapaian tujuan bimbingan teknis.

1.6.3 Praktis Materi diarahkan agar konsep-konsep teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di lapangan.

1.7 Alat Bantu 1.7.1 Buku dan Modul 1.7.2 LCD Projector 1.7.3 Sound-system

1.8 Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada bimbingan teknis ini adalah:

1. Evaluasi reaksi Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan bimbingan teknis.

2. Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta.

3. Evaluasi Perilaku Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis.

4. Evaluasi Hasil Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis terhadap kinerja di dalam panti, produktifitas dalam mendampingi lansia. Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Page 60: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

60

Materi 1 Mengidentifikasi permasalahan pada lansia

Permasalahan psikologis yang dapat terjadi pada lansia adalah: 1. Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan

hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup dilingkungan yang beranggota keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.

2. Duka cita (bereavement), pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu periode depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat self limiting.

3. Depresi, persoalan hidup yang mendera lansia seperti kemiskinan, usia, stress yang berkepanjangan, penyakit fisik yang tidak kunjung sembuh, perceraian atau kematian pasangan, keturunan yang tidak bisa merawatnya dan sebagainya dapat menyebabkan terjadinya depresi. Gejala depresi pada usia lanjut sedikit berbeda dengan dewasa muda, dimana pada usia lanjut terdapat gejala somatik. Pada usia lanjut rentan untuk terjadi: episode depresi berat dengan ciri melankolik, harga diri rendah, penyalahan diri sendiri, ide bunuh diri, penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor psikologik, sosial dan biologik. Seorang usia lanjut yang mengalami depresi bisa saja mengeluhkan mood yang menurun, namun kebanyakan menyangkal adanya depresi. Yang sering terlihat adalah hilangnya tenaga/energi, hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur atau keluhan rasa sakit dan nyeri kecemasan dan perlambatan motorik, (Stanley&Beare, 2002).

4. Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan ganggua obstetif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat.

5. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia.

6. Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa tetangganya mencuri barang- barangnya atau tetangga berniat membunuhnya. Parafrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.

7. Sindroma diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena lansia ini sering bermain-main dengan urin dan fesesnya. Lansia sering menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur.

8. Pemahaman dan pengalaman hidup terhadap agama kurang. 9. Ketergantungan terhadap orang lain. 10. Menurunnya daya ingat (sering lupa), komunikasi menjadi lambat.

Page 61: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

61

11. Most power syndrom, biasanya dialami seorang lanjut usia yang ketika mudanya mempunyai jabatan atau kedudukan yang tinggi, namun ketika sudah tua, tenaganya sudah tidak dibutuhkan lagi, seperti pensiun dari TNI atau kepolisian, dsb.

12. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.

13. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau isteri yang telah meninggal atau pergi jauh atau cacat.

14. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah. 15. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa. 16. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk

orang dewasa. 17. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut

dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan yang lebih cocok. 18. Ketakutan atau kesiapan dalam menghadapi kematian.

Cara mengidentifikasi permasalahan pada lansia menggunakan langkah sebagai berikut:

1. Membina hubungan dan harapan-harapan

a. Pada tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi

dengan pembimbing yang makin lama makin membuka peluang untuk

sebuah penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan.

Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi lansia.

b. Menyampaikan keinginan dan harapannya selama mengikuti program bimbingan

c. Menyampaikan kejadian / peristiwa yang terjadi dan bagaimana perasaannya

terkait dengan kejadian atau peristiwa yang dialami

2. Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah. Pada tahap ini pendamping mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi lansia. Berbeda dengan lansia lain yang cenderung membiarkan lansia “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam bimbingan ini lansia sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.

3. Pada tahap pembahasan bersama. Pada tahap ini pendamping dan lansia bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.

4. Tahap evaluasi dan penyimpulan. Mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku lansia. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan gejala.

Materi 2

Tehnik pendampingan lansia

Individu usia lanjut umumnya memiliki sikap yang lemah, baik lemah terhadap kondisi fisik maupun lemah menyesuaikan dengan lingkungannya. Yang perlu digaris bawahi disini adalah bahwa meraih usia panjang tidak hanya persoalan untuk menjaga fisik pada lansia, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mental seseorang dalam menyikapi rentang

Page 62: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

62

hidupnya. Seperti halnya usia lanjut disini mereka harus mampu menyikapi rentang hidupnya dengan berusaha memahami keadaan yang ada pada dirinya.

Pendampingan yang dilakukan pada lansia bergantung pada tipe psikologis lansia yang akan dibagi menjadi lima tipe, antara lain 1. tipe kepribadian konstrukstif (construction personality), tipe ini tidak perlu bimbingan

tetapi pendamping dibutuhkan bagi yang membutuhkan, namun jika lansia masih memiliki anak dan pasangan hidup berarti lansia sudah cukup memiliki pendamping sebaiknya jangan dipaksakan.

2. tipe kepribadian tergantung (dependent personality), disini pendamping dapat membangkitkan keinginan lansia untuk berbuat sesuatu bagi orang lain atau mungkin memberikan penyuluhan tentang makanan yang sehat bagi lansia, sebab pendamping disini berguna agar lansia memahami bahwa kemampuan dan pengalamannya masih bermanfaat bagi orang lain,

3. tipe kepribadian mandiri (independent personality), pendamping bekerja dengan lebih banyak mendengarkan sebelum perlahan mengubah persepsi lansia yang tidak suka menjadi tua dan pensiun, sehingga ia bisa menerima hal tersebut,

4. tipe kepribadian bermusuhan (hosility personality), tipe ini paling sulit didekati, mungkin pendamping hanya berguna sebagai pembimbing seperti pada tipe konstruktif,

5. tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pendampingg disini berguna untuk memberikan support bagi lansia, yang mana pembimbingan bertujuan untuk menghilangkan persepsi yang negatif tentang diri lansia.

Mencoba memberikan pelayanan yang tepat untuk lansia adalah salah satu cara untuk membantu lansia agar dapat menerima keadaannya yang sesungguhnya ia jalani, dengan begitu jika lansia dapat memahami dirinya maka ia akan berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi fisik, sosial-psikologisnya dengan tepat. Dengan memperlakukan lansia sesuai keinginannya hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa lansia perlahan-lahan akan lebih dapat menerima diri.

Keadaan yang ada pada lansia cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan secara khusus, baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan kepada lansia agar dapat menerima keadaan dengan mencari sisi positif dari kemampuan dan pengalaman yang ada pada lansia agar ia berpikir bahwa ia masih berguna dan dibutuhkan orang lain.

Materi 3 Bentuk-Bentuk Pendampingan

1. Pertemanan

Page 63: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

63

2. Membantu perawatan diri dan aktivitas sehari-hari

3. Menemani bepergian (menemani bepergian ke kegiatan kerohanian/spiritual dan rekreasi, menemani ke Puskesmas, dll).

4. Mengajak dan melakukan senam lansia bersama lanjut usia.

5. Advokasi kepada lanjut usia atau merujuk kepada pihak lain jika lanjut usia menghadapi masalah yang memerlukan penanganan

6. Dengan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan, seringkali pendamping menghadapi kasus yang memerlukan rujukan

MODUL 4

Page 64: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

64

Melatih Pergerakan Aktif Dan Pasif Serta Aktifitas Sehari-Hari

1.1 Deskripsi

Latihan pergerakan adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau

memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara

normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,

2005).

1.2 Tujuan Pembelajaran

1.2.1 Tujuan umum Modul ini ditujukan untuk membantu peserta pelatihan bimbingan (guidance) kepada lansia sebagai pendamping lansia potensial dan tidak potensial (sakit), sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melatih [ergerakan aktif, pasif dan aktifitas sehari-hari.

1.2.2 Tujuan Khusus Setelah mendapatkan materi pelatihan peserta mampu menjelaskan tentang: d. Latihan pergerakan aktif

e. Latihan pergerakan pasif

f. Latihan aktifitas sehari-hari

1.3 Pokok Bahasan

1.3.1 Tehnik pergerakan aktif

1.3.2 Tehnik pergerakan pasif

1.3.3 Tehnik melatih aktifitas sehari-hari

1.4 Proses Pembelajaran

No. Pokok Bahasan Waktu Peran

Fasilitator Peserta

1. Perkenalan 5 menit Melakukan apersepsi

Memperhatikan

2. Penyajian materi 20 menit Fasilitator menyajikan setiap materi

Peserta mengikuti penyajian, tanya jawab pada setiap akhir sesi masing-masing pemberian materi

3. Tanya Jawab 10 menit Fasilitator memfasilitasi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan substansi materi

Peserta menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan substansi materi

4 Refleksi/Penutup 10 menit Fasilitator memberikan masukan mengenai kesimpulan akhir

Mendengarkan

Page 65: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

65

1.5 Metode Pembelajaran

1.5.1 Demosntrasi

1.5.2 Re demonstrasi

1.6 Prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran dalam menggunakan modul ini sebagai berikut : 1.6.1 Kesiapan

Fasilitator memiliki kesiapan sebelum menyampaikan materi bimbingan teknis dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disajikan.

1.6.2 Partisipasi Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis.

1.6.3 Demokrasi Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan terbuka.

1.6.6 Kapabilitas Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan bimbingan teknis yang diikutinya.

1.6.5 Penggunaan Alat Bantu Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti audio visual dan multi media untuk memudahkan pencapaian tujuan bimbingan teknis.

1.6.3 Praktis Materi diarahkan agar konsep-konsep teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di lapangan.

1.7 Alat Bantu 1.7.1 Buku dan Modul 1.7.2 LCD Projector 1.7.3 Sound-system 1.7.4 Alat demonstrasi

1.8 Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada bimbingan teknis ini adalah:

1. Evaluasi reaksi Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan bimbingan teknis.

2. Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta.

3. Evaluasi Perilaku Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis.

4. Evaluasi Hasil Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis terhadap kinerja di dalam panti, produktifitas dalam mendampingi lansia. Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Page 66: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

66

Materi 1 Tehnik pergerakan aktif Latihan gerak sendi aktif adalah cara menggerakkan semua sendinya dengan rentang gerak sendi tanpa bantuan untuk meningkatkan aliran darah perifer, dan mencegah kekakuan otot dan sendi. Latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Tujuan latihan gerak sendi 1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot 2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan 3. Mencegah kekakuan pada sendi

Manfaat 1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan 2. Mengkaji tulang, sendi,dan otot 3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi 4. Memperlancar sirkulasi darah 5. Memperbaiki tonus otot 6. Meningkatkan mobilisasi sendi 7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

Jenis pergerakan sendi 1. Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (lansia) dengan menggunakan

energi sendiri. Pendamping memberikan motivasi, dan membimbing lansia dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (lansia aktif). Kekuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif .

2. Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (pendamping)

atau alat mekanik. Pendamping melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (lansia pasif). Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif adalah lansia semikoma dan tidak sadar, lansia dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, lansia tirah baring total atau lansia dengan kelumpuhan ekstermitas total (Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya pendamping mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

Tehnik gerak aktif: 1. Leher

a. Fleksi 45⁰ gerakan dagu menempel ke dada b. Ekstensi 45⁰ kembali ke posisi tegak (kepala tegak) c. Hiperekstensi 10⁰ menggerakkan kepala kearah belakang d. Rotasi 180⁰ memutar kepala sebanyak 4 kali putaran e. Fleksi lateral kanan 40-45⁰ dan fleksi lateral kiri 40-45⁰ memiringkan kepala

menuju kedua bahu kiri dan kanan

Page 67: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

67

2. Bahu

a. Fleksi 180⁰ menaikkan lengan ke atas sejajar dengan kepala b. Ekstensi 180⁰ mengembalikan lengan ke posisi semula c. Hiperekstensi 45-60⁰ menggerakkan lengan kebelakang d. Abduksi 180⁰ lengan dalam keadaan lurus sejajar bahu lalu gerakkan kearah

kepala e. Adduksi 360⁰ lengan kembali ke posisi tubuh f. Rotasi internal 90⁰ tangan lurus sejajar bahu lalu gerakkan dari bagian siku kearah

kepala secara berulang g. Rotasi eksternal 90⁰ dan kearah bawah secara berulang

3. Siku

a. Fleksi 150⁰ menggerakkan daerah siku mendekati lengan atas b. Ekstensi 150⁰ dan luruskan kembali

4. Lengan bawah

a. Supinasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan diatas b. Pronasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan dibawah

Page 68: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

68

5. Pergelangan tangan

a. Fleksi 80-90⁰ menggerakkan pergelangan tangan kearah bawah b. Ekstensi 80-90⁰ menggerakkan tangan kembali lurus c. Hiperekstensi 89-90⁰ menggerakkan tangan kearah atas

6. Jari-jari tangan

a. Fleksi 90⁰ tangan menggenggam b. Ekstensi 90⁰ membuka genggaman c. Hiperekstensi 30-60⁰ menggerakkan jari-jari kearah atas d. Abduksi 30⁰ meregangkan jari-jari tangan e. Adduksi 30⁰ merapatkan kembali jari-jari tangan

7. Ibu jari

a. Fleksi 90⁰ menggenggam b. Ekstensi 90⁰ membuka genggaman c. Abduksi 30⁰ menjauhkan/meregangkan ibu jari d. Adduksi 30⁰ mendekatkan kembali ibu jari e. Oposisi mendekatkan ibu jari ke telapak tangan

Page 69: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

69

8. Pinggul

a. Fleksi 90-120⁰ menggerakkan tungkai keatas b. Ekstensi 90-120⁰ meluruskan tungkai c. Hiperekstensi 30-50⁰ menggerakkan tungkai kebelakang d. Abduksi 30-50⁰ menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh e. Adduksi 30-50⁰ merapatkan tungkai kembali mendekat ke tubuh f. Rotasi internal 90⁰ memutar tungkai kearah dalam g. Rotasi eksternal 90⁰ memutar tungkai kearah luar

9. Lutut

a. Fleksi 120-130⁰ menggerakkan lutut kearah belakang b. Ekstensi 120-130⁰ menggerakkan lutut kembali keposisi semula lurus

10. Mata kaki

a. Dorso fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah atas b. Plantar fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah bawah

Page 70: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

70

11. Kaki

a. Inversi/supinasi 10⁰ memutar/mengarahkan telapak kaki kearah samping dalam b. Eversi/Pronasi 10⁰ memutar/mengarahkan telapak kaki kearah samping luar

12. Jari-jari kaki

a. Fleksi 30-60⁰ menekuk jari-jari kaki kearah bawah b. Ekstensi 30-60⁰ meluruskan kembali jari-jari kaki c. Abduksi 15⁰ mereganggkan jari-jari kaki d. Adduksi 15⁰ merapatkan kembali jari-jari kaki

Page 71: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

71

Materi 2 Tehnik Pergerakan Pasif Latihan gerak pasif dapat dilakukan secara pasif yaitu dengan tenaga yang diperoleh dari luar yaitu dengan bantuan seseorang yang merawat dan dilakukan pada bagian anggota gerak yang mengalami kelemahan. Latihan ini dilakukan apabila klien tidak mampu melakukan sendiri. Masing – masing gerakan dapat dilakukan sebanyak 5 kali.

A. Latihan Pasif Anggota Gerak Atas 1. Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu

a. Tangan satu penolong memegang siku, tangan yang lain memegang lengan.

b. Luruskan siku, naikkan dan turunkan lengan dengan siku tetap lurus.

2. Gerakan menekuk dan meluruskan siku Pegang lengan atas dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk dan meluruskan siku

3. Gerakan memutar pergelangan tangan

a. Pegang lengan dengan tangan satu dan tangan yang lainnya menggenggam telapak tangan klien

b. Putar pergelangan tangan klien ke arah luar (terlentang) dan ke arah dalam (telungkup)

Page 72: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

72

4. Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan a. Pegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan lainnya memegang

pergelangan tangan b. Tekuk pergelangan tangan ke atas dan ke bawah

5. Gerakkan memutar ibu jari Pegang telapak tangan dan keempat jari dengan satu tangan, tangan yang satunya memutar ibu jari tangan

6. Gerakan menekuk dan meluruskan jari – jari tangan Pegang pergelangan tangan dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.

B. Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah 1. Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha

Page 73: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

73

a. Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai b. Naikkan dan turunkan kaki dengan lutu tetap lurus.

2. Gerakan menekuk dan meluruskan lutut a. Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai b. Kemudian tekuk dan luruskan lutut

3. Gerakan untuk pangkal paha

Gerakkan kaki klien menjauh dan mendekati badan atau kaki satunya

4. Gerakan memutar pergelangan kaki Pegang tungkai dengan tangan satu, tangan lainnya memutar pergelangan kaki

Page 74: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

74

Materi 3 Tehnik melatih aktifitas sehari-hari

Latihan yang dapat diajarkan kepada lansia adalah sebagai berikut :

A. Berbaring pada posisi yang lemah : 1. Ranjang : datar seluruhnya 2. Kepala : di atas dengan posisi yang enak 3. Badan : agak membungkuk, diganjal dengan bantal pada punggung sampai

pinggul 4. Bahu yang lumpuh : di dorong ke depan dan diputar keluar 5. Lengan yang lumpuh : posisi dengan sudut rentang 90 º dari badan, seluruh

lengan disandarkan pada meja kecil beralas bantal di sisi ranjang klien, siku dalam posisi selurus mungkin dan telapak tangan menghadap ke atas.

6. Tungkai yang lumpuh : posisi pergelangan paha lurus, lutut sedikit ditekuk 7. Lengan yang sehat di letakkan di atas badan 8. Tungkai dan kaki yang sehat : dalam posisi melangkah, diganjal bantal,

pergelangan paha dan lutut agak ditekuk.

Page 75: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

75

A. Berbaring terlentang 1. Ranjang : datar seluruhnya 2. Kepala : di atas bantal, leher tidak tertekuk 3. Kedua bahu diganjal dengan bantal 4. Lengan yang lumpuh : disandarkan di atas bantal dan agak menjahui

bantal, sikut diluruskan, pergelangan tangan lurus, semua jari diluruskan 5. Pinggul yang lumpuh : posisi lurus dan diganjal dengan bantal 6. Lengan diletakkan pada bantal yang sama.

B. Berbaring pada sisi yang sehat 1. Ranjang : datar seluruhnya 2. Kepala : dibaringkan dengan nyaman dan lurus dengan badan 3. Badan : agak bersandar ke depan 4. Bahu yang lumpuh : agak didorong ke depan 5. Lengan dan tangan yang lumpuh : di atas bantal, sudut rentang sekitar

100º dari badan 6. Tungkai yang lumpuh : pergelangan paha dan lutut agak ditekuk, tungkai

dan kaki diganjal dengan bantal 7. Lengan yang normal : diletakkan pada posisi yang menyenangkan klien 8. Tungkai yang normal : pinggul dan lutut diluruskan.

Page 76: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

76

C. Duduk di ranjang 1. Ranjang : bagian kepala ranjang diusahakan selurus mungkin, sebuah

bantal diletakkan di bawah punggung klien 2. Kepala : tak bersandar 3. Badan : tegak 4. Pinggul : ditekuk 90º, berat badan dibebankan pada kedua pinggul 5. Lengan : diluruskan ke depan : siku disandarkan pada meja ranjang atau

bantal

D. Tata cara berpindah 1. Letakkan kursi/kursi roda di sebelah sisi yang lemah 2. Pstikan bahwa tempat tidur atau kursi tidak bergeser 3. Anjurkan agar klien bergeser ke tepi tempat tidur, duduk dengan telapak

kaki menapak lantai 4. Pegang pinggang klien dengan kedua tangan anda, anjurkan klien untuk

memegang bahu anda 5. Bantu klien untuk berdiri dan mundur ke belakang untuk duduk di kursi

Page 77: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

77

E. Latihan berjalan menggunakan tongkat berkaki satu atau berkaki empat Anjurkan klien untuk meletakkan tongkat di depannya agak kesamping,

langkahkan kaki yang lemah terlebih dahulu diikuti kaki yang sehat, ulangi

cara ini untuk belajar berjalan.

Page 78: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

78

F. Latihan naik turun tangga 1. Naik tangga dibantu penolong

a. Penolong berdiri di belakang klien b. Langkahkan kaki yang sehat terlebih dahulu sambil tangan berpegangan pada pegangan tangga c. Penolong melangkahkan kaki yang lemah pada anak tangga yang sama

2. Turun tangga dibantu penolong a. Sambil berpegang pada pegangan tangga, langkahkan terlebih

dahulu kaki yang lemah, kemudian diikuti kaki yang sehat b. Penolong berdiri di depan klien dan menghadap ke klien

Page 79: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

79

3. Naik turun tangga menggunakan tongkat

Pada saat klien mampu duduk maka latihlah klien untuk melakukan aktivitas terarah untuk

membantu kemandirian klien dalam memenuhi aktivitas sehari – hari, diantaranya yang

meliputi :

A. Berpakaian 1. Cara berpakaian:

a. Masukkan terlebih dahulu lengan yang lemah ke dalam lengan baju b. Tarik lengan baju ke atas sampai bahu c. Putar baju ke arah lengan yang sehat a. Masukkan tangan yang sehat ke lengan baju lainnya b. Kancingkan baju

2. Cara mengenakan celana a. Masukkan kaki yang lemah terlebih dahilu ke dalam celana b. Setelah itu masukkan kaki yang sehat ke dalam celana c. Jika keseimbangan berdiri klien telah bagus, celana langsung ditarik ke

atas d. Jika keseimbangan berdiri klien belum baik, klien berbaring, dahulu baru

celana ditarik ke atas secara bergantian.

Page 80: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

80

3. Cara Makan a. Berikan makanan yang mudah ditelan b. Latihlah klien memegang sendok dan memasukkan makanan sendiri c. Pada waktu menelan, anjurkan klien untuk memegang kerongkongannya

untuk merasakan proses menelan d. Latihlah klien untuk mengunyah dan menggigit

4. Cara menggunakan kamar kecil a. Sediakan kursi di kamar mandi klien b. Untuk menjaga keseimbangan klien dan keamanan klien, jika

memungkinkan pasang pegangan pada dinding kamar mandi. c. Bila perlu gunakan kursi berlubang di atas klosed d. Awasi klien pada saat di kamar mandi e. Bantu klien membersihkan diri apabila klien belum mampu melakukan

sendiri f. Pintu kamar mandi jangan dikunci untuk mempermudah pengawasan

Page 81: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

81

PENUTUP

Pedoman ini merupakan salah satu petunjuk kerja dalam melaksanakan program

pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di panti atau di rumah. Pelayanan lanjut

usia di institusi atau di Panti merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut

usia yang memiliki ketergantungan maupun mandiri. Berkembangnya Panti sebagai

salah satu program yang mendorong tumbuh berkembangnya kepedulian terhadap

permasalahan lanjut usia dalam melaksanakan layanan kepada lanjut usia terlantar,

miskin atau lanjut usia yang memiliki keinginan tinggal di panti.

Buku pegangan ini disusun agar dapat digunakan oleh caregiver sebagai sarana

untuk memberikan asuhan kepada lanjut usia. Mudah – mudahan buku ini bermanfaat.

Page 82: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

82

DAFTAR PUSTAKA

Ali, W. (1999). (Editor). Petunjuk praktis rehabilitasi fisik penderita stroke. Bagian neurologi

FKUI / RSCM, Jakarta

Departemen Agama RI. (1984). Al Qur’an dan terjemahannya. Jakarta : Bumi Restu.

George, Rickey L., Cristiani Theresa stridde. (1981). Theory. Methods, and processes of

counseling and psychoterapy. New york : prentice hall inc.

Hurlock, elizabeth B. (1996). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (edisi kelima) alih bahasa Istiwidayanti. Jakarta : Erlangga.

Kementerian Sosial RI (2014). Modul Pendampingan Pelayanan Lanjut Usia. Direktorat

Jenderal Rehabilitasi Sosia, Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Lumbantobing, S.M. (2000). Stroke bencana peredaran darah di otak. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

Mulyatsih, E. (2003). Stroke petunjuk praktis bagi pengasuh dan keluarga pasien pasca stroke. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Monks F.J, Konoers A.M.P, dan Siti Rahayu Haditono. (1994). Psikologi

Perkembangan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

A. Portal ilmu komunikasi Indonesia (2019). 12 Faktor Penghambat Komunikasi Pada

Lansia https://pakarkomunikasi.com/

Ismayadi, http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3595/keperawatan-

ismayadi.pdf;jsessionid=223115CC4A75A196461E9B1CD7D73514?sequence=1 Smeltzer, S.C., & Bare, B.G.(2004). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical

nursing. 10th edition. Volume 2. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.

Page 83: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/...4827-LAPORANPENGABM… · LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 Judul Model Bimbingan (Guidance)

83