LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

99
1 BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Blitar merupakan salah satu kota yang terkenal dengan sektor pertaniannya. Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Propinsi Jawa Timur. Desa Jeblog terletak pada ketinggian + 350 diatas permukaan laut, terletak di sebelah selatan dari Pusat Kecamatan Talun dengan jarak + 5 Km. Luas Desa Jeblog sekitar 243.530 Ha. Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dihubungkan dengan jalan yang relatif mudah dijangkau, yang sebagaian besar jalan sudah berupa jalan aspal. Untuk menuju Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dapat dengan menggunakan kendaraan pribadi atau umum. Sebagian besar penduduk di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar ini bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani, para petani di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang memiliki lahan pertanian sebagian besar mereka memiliki lahan luasnya sekitar 350 m 2 . Penduduk Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar sebagian besar bermatapencaharian di sektor pertanian dikarenakan salah satu penyebabnya karena kondisi lahan dan suhu yang mendukung Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar digunakan untuk pertanian. Pada musim hujan sebagian besar komoditas yang

Transcript of LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

Page 1: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

1

BAB. 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Blitar merupakan salah satu kota yang terkenal dengan sektor

pertaniannya. Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar merupakan salah

satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Propinsi

Jawa Timur. Desa Jeblog terletak pada ketinggian + 350 diatas permukaan laut,

terletak di sebelah selatan dari Pusat Kecamatan Talun dengan jarak + 5

Km. Luas Desa Jeblog sekitar 243.530 Ha. Desa Jeblog, Kecamatan Talun,

Kabupaten Blitar dihubungkan dengan jalan yang relatif mudah dijangkau, yang

sebagaian besar jalan sudah berupa jalan aspal. Untuk menuju Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dapat dengan menggunakan kendaraan

pribadi atau umum.

Sebagian besar penduduk di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten

Blitar ini bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani, para petani di Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang memiliki lahan pertanian

sebagian besar mereka memiliki lahan luasnya sekitar 350 m2. Penduduk Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar sebagian besar bermatapencaharian

di sektor pertanian dikarenakan salah satu penyebabnya karena kondisi lahan

dan suhu yang mendukung Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

digunakan untuk pertanian. Pada musim hujan sebagian besar komoditas yang

Page 2: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

2

ditanam adalah padi, sedangkan pada musim kemarau sebagian besar komoditas

yang ditanam adalah jagung dana cabai.

Dilihat dari kondisi di lokasi kuliah lapangan di Desa Jeblog, Kecamatan

Talun, Kabupaten Blitar, terdapat lahan pertanian yang cukup digunakan untuk

mata pencaharian bertani di desa tersebut, hampir sekitar 2.515 Ha merupakan

lahan pertanian. Hal itu dilakukan untuk menunjang serta memenuhi kebutuhan

subsistensi keluarganya. Semakin sempitnya lahan pertanian menyebabkan

mereka harus lebih bekerja keras agar kebutuhan subsistensi mereka masih tetap

bisa terpenuhi. Menurut mereka mata pencaharian sebagai petani maupun buruh

tani saat ini penghasilan yang mereka terima tidak bisa dipastikan, hal ini

dikarenakan sistem pertanian mereka masih banyak yang hanya bergantung pada

alam, apalagi musim sekarang tidak bisa diprediksi. Jadi jika suhu alam bagus

maka penghasilan yang mereka peroleh dapat dikatakan cukup untuk digunakan

membiayai kebutuhan subsistensi mereka.

Jika pada saat musimnya bagus serta musimnya mendukung, maka petani

miskin yang memiliki lahan sekitar 350 m2 dalam satu kali panen dalam jangka

waktu (4 bulan sekali) penghasilan yang mereka peroleh Rp 3 juta, sehingga

penghasilan perbulan sekitar Rp 750.000. Sedangkan jika musimnya buruk

peluang terjadinya gagal panen komoditas yang mereka tanami semakin luas,

sehingga sering penghasilan yang mereka peroleh dibawah hasil yang diperoleh

pada saat musimnya bagus.

Page 3: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

3

Sedangkan penduduk Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

yang bermatapencaharian sebagai buruh tani, jika musimnya bagus penghasilan

yang mereka peroleh dalam sehari sekitar Rp 30.000, akan tetapi penghasilan

tersebut tidak pasti karena tidak setiap hari mereka dapat bekerja sebagai buruh

tani. Mereka hanya bekerja ketika pada saat ada pemilik lahan yang meminta dia

bekerja sebagai buruh tani. Apalagi pada saat musimnya buruk penghasilan yang

mereka peroleh dibawah hasil yang diperoleh pada saat musimnya bagus.

Dengan adanya musim yang tidak bisa diprediksi, maka mengharuskan

para petani dengan lahan sempit dan buruh tani harus bekerja lebih keras. Dan

agar tetap bisa memenuhi kebutuhan subsistensi mereka, berbagai strategi yeng

mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan subsistensi, seperti dengan cara

memanfaatkan relasi atau hubungan sosial berupa meminta bantuan patron,

keluarga, teman, tetangga serta kepada lembaga pemberi modal. Ada juga dari

mereka yang mencari penghasilan tambahan di luar sektor pertanian berupa,

mereka berjualanan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang bangunan, bahkan ada

yang memilih bekerja ke luar kota supaya kebutuhan subsistensi keluarga

mereka tetap bisa terpenuhi. Bahkan ada juga dari mereka yang menggunakan

strategi mengikat sabuk lebih kencang, mereka lebih memilik untuk mengurangi

intensitas konsumsi mereka, normalnya dalam sehari makan 3 kali, akan tetapi

mereka makan 2 kali dalam sehari, dan mengurangi kualitas makanan yang

dikonsumsi.

Page 4: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

4

Begitu banyak usaha atau strategi yang petani miskin (petani berlahan

sempit dan buruh tani) lakukan meskipun mereka harus lebih bekerja keras.

Tetapi hal tersebut bukan masalah bagi mereka karena menurut mereka memang

sewajibnya mereka melakukan usaha seperti itu agar kebutuhan subsistensi

keluarga mereka masih tetap bisa terpenuhi. Apapun yang mereka bisa lakukan

untuk mempertahankan kebutuhan subsistensi keluarganya tersebut pasti akan

mereka lakukan meskipun harus bekerja lebih berat.

Dari fenomena yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten

Blitar, Propinsi Jawa Timur ini, hal yang menarik yang berhubungan dengan

kehidupan petani miskin (petani berlahan sempit dan buruh tani), seperti

berbagai strategi yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan subsistensi hingga

dampak yang ditimbulkan dari pemilihan strategi tsubsistensi tersebut, sehingga

tim lapangan mengangkat judul permasalahan tentang ”Strategi Petani Miskin

dalam Memenuhi Kebutuhan Subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun,

Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur” .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah

dalam kuliah lapangan ini adalah:

1. Strategi apa yang dipilih petani miskin dalam memenuhi kebutuhan

subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar ?

2. Bagaimana cara pemilihan strategi subsistensi petani miskin di Desa

Jeblog Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar ?

Page 5: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

5

3. Apa alasan petani miskin dalam memilih strategi subsistensi di Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar?

4. Bagaimana kendala petani miskin dalam memilih strategi subsistensi di

Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar?

5. Bagaimana dampak pemilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan

subsistensi petani miskin di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten

Blitar ?

1.3 Tujuan Kuliah Lapangan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, adapun

tujuan dari kuliah lapangan ini adalah:

1. Mengetahui strategi-strategi yang dipilih petani miskin dalam memenuhi

kebutuhan subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

2. Mengetahui cara pemilihan strategi subsistensi petani miskin di Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

3. Mengetahui alasan yang mendasari petani miskin dalam memilih strategi

subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

4. Mengetahui kendala yang dialami petani miskin dalam memilih strategi

subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

5. Mengetahui dampak dari pemilihan strategi terhadap pemenuhan

kebutuhan subsistensi petani miskin di Desa Jebog, Kecamatan Talun,

Kabupaten Blitar.

Page 6: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

6

1.4 Manfaat Kuliah Lapangan

Sadar akan pentingnya pendidikan kuliah lapangan ini bagi potensi

mahasiswa mata kuliah Sosiologi Pedesaan, program studi Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya. Usaha-usaha ke

arah tersebut antara lain dilakukan dengan melakukan kuliah lapangan serta

pengamatan secara langsung ke lapangan oleh mahasiswa jurusan Sosiologi

mengenai strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensi di Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur. Manfaatnya

antara lain :

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Adapun manfaat kuliah lapangan ini bagi mahasiswa adalah:

1. Untuk mendidik mahasiswa agar dapat mengetahui secara langsung

strategi yang dilakukan petani miskin dalam memenuhi kebutuhan

subsistensi hingga dampak dari pengimplimentasian strategi tersebut

terhadap pemenuhan kebutuhan subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan

Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur.

2. Untuk mengembangkan wawasan dan disiplin ilmu baik secara teori

maupun praktek yang berhubungan dengan bidang Sosiologi Pedesaan

agar tidak bersifat abstraksi.

3. Untuk mengetahui dunia kuliah lapangan sesuai ilmu Sosiologi Pedesaan

yang telah diperoleh di dalam bangku perkuliahan.

Page 7: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

7

1.4.2 Bagi Subyek Kuliah lapangan

Adapun manfaat kuliah lapangan ini bagi subyek kuliah lapangan adalah:

1. Dengan adanya pendidikan kuliah lapangan ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang berguna bagi seluruh penduduk Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

2. Agar dapat membangkitkan motivasi para petani miskin di Desa Jeblog,

pada khususnya dan umumnya pada petani miskin di desa lain.

3. Sebagai media untuk meningkatkan kerja sama hubungan yang baik

antara Universitas Airlangga dengan penduduk Desa Jeblog, Kecamatan

Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur.

1.4.3 Bagi Pihak Lain

Adapun manfaat kuliah lapangan ini bagi pihak lain adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk pelaksanaan kuliah

lapangan yang sejenis dimasa yang akan datang.

2. Membantu memberikan informasi terhadap fenomena-fenomena yang

sejenis di masa yang akan datang dan siapa saja yang akan membacanya.

1.5 Landasan Teori

Dalam pelaksanaan kuliah lapangan ini, yang menjadi dasar dan acuan

adalah terdapat tiga buah teori sosial yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh

sosiologi terkemuka sebagai berikut:

Page 8: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

8

1.5.1 Teori Subsistensi ” Dahulukan Selamat ”- James C. Scott

Subsistensi pada masyarakat pertanian merupakan suatu kebutuhan yang

mendasar dan bersifat untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Kebutuhan

subsistensi ini tidak hanya menyangkut kebutuhan pangan atau rumah tangga

saja, namun juga bisa berupa kebutuhan operasional produksi, atau kebutuhan

yang darurat seperti penanganan kesehatan. perilaku subsisten petani hanya

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sendiri, memenuhi

kebutuhan hidup paling minimal, petani tidak berfikir untuk memenuhi

kebutuhan secara komersil mereka hanya berfikir bagaimana untuk

memenuhi kebutuhan subsistennya saat ini, bahkan untuk pemenuhan

kebutuhan hidup selanjutnya, masa depan tidak pernah terpikirkan. Petani

lebih memikirkan untuk menekan sampai sekecil-kecilnya kemungkinan

untuk timbulnya suatu bencana atau resiko dari pada memaksimalkan hasil

rata-rata.

Prinsip ”dahulukan selamat: ekonomi subsistensi” bahwa petani lebih

mengutamakan menanam tanaman kebutuhan subsisten untuk dikonsumsi

sendiri, keselamatan utama keluarganya daripada mereka memperoleh

keuntungan, setiap musim bergulat dengan lapar dengan segala konsekuensi,

mempunyai pandangan yang agak berbeda tentang pengambilan resiko,

keluarga petani yang harus hidup dengan lahan-lahan yang kecil di daerah

yang terlalu padat penduduknya akan bekerja keras dan lama agar tetap bisa

mempertahankan kebutuhan subsistensinya.

Page 9: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

9

1.5.2 Teori mekanisme Survival - James C. Scott

Dalam keadaan yang krisis, untuk tetap bisa mempertahankan

subsistensinya, para petani harus memiliki strategi untuk mempertahankan-

nya, strategi tersebut dalam scott (1983) dinamakan dengan mekanisme

survival, terdapat 3 mekanisme survival:

1. Menggunakan relasi atau jaringan sosial

Meminta bantuan dari relasi atau jaringan sosial seperti sanak saudara,

kawan-kawan sedesa, atau memanfaatkan hubungan dengan pelindungnya

(patron)/ memanfaatkan hubungan patronase, dimana ikatan patron dan klien

merupakan salah satu bentuk asuransi dikalangan petani

2. Alternatif subsistensi

Menggunakan alternatif subsisten yaitu swadaya yang mencakup kegiatan

seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, sebagai buruh lepas,

atau melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan. Cara ini dapat melibatkan

seluruh sumber daya yang ada di dalam rumah tangga miskin, terutama istri

sebagai pencari nafkah tambahan bagi suami.

3. Mengikat sabuk lebih kencang

Mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan jalan makan hanya sekali

sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah, seperti beralih

makan jewawut atau umbi-umbian.

Page 10: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

10

1.5.3 Teori Rasionalitas – Max Weber

Dari sudut pendekatan identifikasi yang berbeda, yaitu dari sisi “tingkat

rasionalitas masyarakat”, dengan yakin Max Weber menggolongkan tindakan

masyarakat pada 4 tipe tindakan, yaitu:

1. Tindakan Rasional Instrumental

Tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian

antara cara yang akan digunakan dengan tujuan yang akan dicapai.

2. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi

tujuan yang akan dicapai tidak terlalu dipentingkan. Tindakan yang dilakukan

hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar; tujuan-

tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang

bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya.

3. Tindakan Tradisional

Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional, seseorang melakukan

tindakan ini hanya karena sudah berupa kebiasaan yang berlaku dalam

masyarakat tanpa menyadari alasannya.

4. Tindakan Afektif

Tindakan ini sebagaian besar yang ditandai oleh dominasi perasaan atau

emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.

Page 11: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

11

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan

Kuliah lapangan ini menggunakan pendekatan secara kuantitatif, dimana

dalam pendekatan ini tim lapangan bertujuan untuk menjelaskan tentang

gambaran umum dari realitas sosial yang ada di Desa Jeblog, realitas tersebut

mengenai tentang strategi petani miskin di Desa Jeblog dalam memenuhi

kebutuhan subsistensinya. Pendekatan kuantitatif itu sendiri adalah

pendekatan yang dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data

melalui instrument kuliah lapangan berupa kuesioner, dalam pendekatan ini

menggunkan data-data kasar berupa angka yang selanjutnya akan diolah

menjadi sebuah tabel frekuensi. Dan nantinya untuk mendapatkan hasil data

tersebut akan diukur melalui beberapa indikator.

1.6.2 Tipe Penelitian

Kuliah lapangan yang tim lapangan lakukan ini menggunakan penelitian

deskriptif, dimana dalam kuliah lapangan ini menggambarkan tentang strategi

petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensi di Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, mulai dari strategi yang dipilih petani

miskin untuk memenuhi kebutuhan subsistensi sampai dengan dampak dari

pemilihan strategi tersebut terhadap pemenuhan kebutuhan subsistensi,

dengan didukung data yang bersifat kuantitatif dan dengan didukung data

kualitatif.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

12

1.6.3 Operasionalisasi Konsep

Satu teori sosial yang tim lapangan gunakan untuk menganalisis dan

mengidentifikasi fenomena yang ada dengan menggunakan 4 variabel dan

beberapa indikator, yaitu:

1. Strategi subsistensi yang dipilih petani miskin

Variabel ini digunakan untuk menjelaskan tentang strategi atau

mekanisme survival apa saja yang dilakukan oleh petani miskin dalam

memenuhi kebutuhan subsistensinya.

- Indikator yang terdapat dalam variabel ini;

Strategi-strategi yang dipilih petani miskin dalam memenuhi

kebutuhan subsistensi: (menggunakan relasi atau jaringan sosial,

menggunakan alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang).

Intensitas pemilihan strategi (menggunakan relasi atau jaringan sosial,

menggunakan alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang).

2. Cara pemilihan strategi subsistensi

Variabel ini digunakan untuk menjelaskan cara-cara petani miskin

dalam memilih strategi subsistensi dalam memenuhi kebutuhan

subsistensi.

- Indikator yang terdapat dalam variabel:

Cara pemilihan strategi (menggunakan relasi atau jaringan sosial,

menggunakan alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang)

Page 13: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

13

yang berorientasi pada tindakan rasional instrumental, tindakan

rasional berorientasi nilai, tindakan afeksi, tindakan tradisional.

3. Alasan petani miskin dalam memilih strategi subsistensi

Variabel ini digunakan untuk menjelaskan alasan yang mendasari

petani miskin dalam memilih strategi subsistensi seperti pertimbangan -

pertimbangan petani miskin dalam menentukan tindakan mereka sebagai

wujud pemenuhan kebutuhan subsistensi.

- Indikator yang terdapat dalam variabel ;

Alasan-alasan petani miskin dalam pemilihan strategi subsistensi

(menggunakan relasi atau jaringan sosial, menggunakan alternatif

subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang).

4. Kendala petani miskin dalam pemilihan strategi subsistensi

Variabel ini digunakan untuk menjelaskan kendala yang dihadapi petani

miskin dalam pemilihan strategi subsistensi untuk memenuhi kebutuhan

subsistensi.

- Indikator yang terdapat dalam variabel:

Kendala yang dihadapi petani miskin dalam pemilihan strategi

subsistensi (menggunakan relasi atau jaringan sosial, menggunakan

alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang).

Page 14: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

14

5. Dampak pemilihan strategi yang terhadap pemenuhan kebutuhan

subsistensi

Variabel ini digunakan untuk mengetahui tentang dampak dari

implikasi strategi yang dilakukan (menggunakan relasi atau jaringan

sosial, menggunakan alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang)

tehadap pemenuhan kebutuhan subsistensi, karena dari beberapa strategi

yang dilakukan pasti mempunyai dampak dan pengaruh yang berbeda-

beda baik dari segi positif maupun negatif.

- Indikator yang terdapat dalam variabel ini;

Dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap pemenuhan kebutuhan

subsistensi setelah penggunaan strategi.

1.6.4 Lokasi dan Waktu

Untuk memahami tugas dari mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang

merupakan bagian dari program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Airlangga, maka diadakan kuliah lapangan Sosiologi

Pedesaan yang akan diselenggarakan pada:

Hari : Kamis - Minggu

Tanggal : 06 - 09 Desember 2012

Lokasi : di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi

Jawa Timur.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

15

1.6.5 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel merupakan unsur terpenting dalam melakukan

setiap kuliah lapangan, pengambilan sampel haruslah benar-benar dapat

mewakili keseluruhan jumlah petani miskin yang memiliki karakteristik yang

homogen. Sebelum melakukan pengambilan sampel haruslah ditentukan

terlebih dahulu yang menjadi populasinya, dalam kuliah lapangan ini yang

menjadi populasi adalah warga miskin di Desa Jeblog, sedangkan sampelnya

adalah petani miskin di Desa Jeblog. Sehingga teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah purposive sampling yaitu dengan cara memilih sampel

dengan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan kuliah lapangan.

Memang dalam kuliah lapangan ilmiah, ketika sudah ditetapkan

merupakan bentuk kuliah lapangan kuantitatif maka konsistensi jalannya

kuliah lapangan pasti menggunakan teknik kuantitatif. Tapi teknik

pengambilan sampel kuantitatif pada kuliah lapangan ini memiliki kendala

dalam perumusan populasi dan kerangka samplingnya, karena ketidak adanya

arus informasi yang tetap mengenai jumlah sampling petani miskin di Desa

Jeblog. Adapun terdapat data yang masih memungkinkan relevan dengan

representatif data untuk diketahui, namun jumlah responden yang terkumpul

tidak mencukupi untuk bisa mewakili semua sampel petani miskin di Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Oleh karena itu, teknik

pengambilan data kualitatif berupa teknik purposive menjadi salah satu

alternative rujukan yang memungkinkan untuk lebih mampu menjawab

Page 16: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

16

research question yang hendak kuliah lapangan ini selesaikan. Namun

dikarenakan kuliah lapangan ini lebih menunjuk pada kuliah lapangan

kuantitatif, penekanan pengambilan data kualitatif hanya untuk menguatkan

data lapangan agar bisa sesuai dan cocok dalam menjawab research question.

1.6.6 Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode yang akan dipergunakan di dalam pengumpulan data

pada kegiatan kuliah lapangan ini merupakan perpaduan antara pengumpulan

data dengan kuantitatif dan data dengan kualitatif, meliputi:

1. Metode Kuesioner

Kuesioner menurut Koentjoroningrat (1983) diartikan sebagai daftar

yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau

bidang. Penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk

pengumpulan data kuantitatif. Mengenai bentuk kuesioner yang penulis

gunakan adalah dalam bentuk daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab oleh responden.

2. Metode Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan permasalahan yang sedang diteliti. Observasi sebagai pengamatan

dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang sedang diteliti.

Berdasar hal tersebut, maka tim lapangan mengamati secara langsung

fenomena-fenomena yang terdapat di lokasi kuliah lapangan khususnya

Page 17: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

17

para petani miskin yang melaksanakan strategi dalam memenuhi

kebutuhan subsistensinya.

3. Metode Wawancara Mendalam ( Indepth Interview )

Metode wawancara mendalam atau indepth interview adalah metode

pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab berdasarkan tujuan

kuliah lapangan tim lapangan yaitu petani sebagai populasi dari objek

penelitan, untuk mendapatkan data dari responden secara lebih detail, yang

mungkin tidak ditemukan dalam kuisioner.

4. Metode Dokumentasi

Metode ini pada dasarnya merupakan metode tambahan dalam

melengkapi pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan kuliah

lapangan khususnya strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan

subsistensi yang diperoleh dari lingkungan di Desa Jeblog, Kecamatan

Talun, Kabupaten Blitar dan juga dari perangkat desa yaitu Kepala Desa

Jeblog, beserta para perangkat desanya, Dan segala macam kegiatan yang

akan tim lapangan lakukan seluruhnya didokumentasikan dengan foto dan

juga video.

1..6.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam kuliah lapangan ini adalah

analisis data deskriptif. Data-data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif

dalam kuliah lapangan ini tetap digunakan sebagai instrumen pendukung

guna lebih memahami secara mendalam tujuan-tujuan kuliah lapangan.

Page 18: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

18

Semua data yang terkumpul akan diproses melalui beberapa tahapan kuliah

lapangan yang kemudian data tersebut akan disajikan ke dalam proses

tabulasi dan kategori yang relevan melalui proses interpretasi serta analisis

kritis, sehingga akan diperoleh gambaran langsung tentang strategi yang

dilakukan oleh petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensi di Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Propinsi Jawa Timur,

Dalam melakukan analisis dalam kuliah lapangan ini ada dua tahap yang

dilakukan, yaitu :

Pertama, (analisis data kuantitatif), data yang diperoleh dari wawancara yang

menggunakan kuesioner, akan mendapatkan data yang lebih merupakan

gambaran umum tentang strategi-strategi yang dipilih petani miskin dalam

memenuhi kebutuhan subsistensi. Dalam tahap ini lebih banyak menganalisis

data–data kuantitatif, dalam bentuk interpretasi data dari tabel frekuensi, dan

untuk mengetahui penyebaran data.

Kedua, (analisis data kualitatif), dari gambaran umum tersebut kemudian

dilakukan pemilahan atau klasifikasi, dan diperoleh klasifikasi seperti kasus-

kasus dalam kehidupan keluarga di lokasi kuliah lapangan. Tahap kedua ini

lebih banyak menganalisis data- data kualitatif.

Teknik analisis data dikembangkan dari data-data yang diperoleh selama

kuliah lapangan, baik itu berupa data primer ataupun data sekunder. Dengan

cara menyederhanakan data tersebut, sehingga data tersebut dapat

diinterpretasikan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Page 19: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

19

BAB.2

GAMBARAN UMUM DESA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum lokasi dari kuliah

lapangan yaitu, gambaran umum lokasi dari Desa Jeblog, Kecamatan Talun,

Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang meliputi tentang letak dan kondisi geografis dari

Desa Jeblog, potensi sumber daya manusia yang ada di Desa Jeblog, serta lokasi dan

topik dari kuliah lapangan di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

2.1 Letak dan Kondisi Geografi Desa

Lokasi kuliah lapangan Sosiologi Pedesaan 2012 terletak di Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur.

Gambar 2.1.1

Balai Desa Jeblog

Page 20: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

20

Desa ini merupakan daerah penghasil cabai di Indonesia. Hasil panen

cabai tersebut tidak hanya diekspor ke Kabupaten Blitar saja namun telah

diekspor ke luar kota seperti Jakarta dan daerah di Jawa Barat. Desa Jeblog,

dihubungkan dengan jalan yang relatif mudah dijangkau. Jarak tempuh ke

ibukota kecamatan setim lapanganr 5 km yang dapat ditempuh dengan

kendaraan pribadi. Sedangkan jarak tempuh ke ibukota kabupaten setim

lapanganr 15 km. Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar merupakan

bagian dari Wilayah Kecamatan Talun yang berada pada ketinggian + 350 m

diatas permukaan laut, terletak sebelah Selatan dari pusat Kecamatan Talun

dengan jarak + 5 km. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa. Pasirharjo

- Sebelah Selatan : Desa. Jabung

- Sebelah Barat : Desa. Tumpang

- Sebelah Timur : Desa. Bendosewu

Sebagian wilayah Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

merupakan tanah dataran dan sebagian besar merupakan tanah persawahan yang

cocok untuk bercocok tanam seperti padi, jagung, cabe, dll.

2.2 Potensi Sumber Daya Manusia

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan, untuk itu

perlu mendapatkan perhatian yang besar, utamanya dalam hal peningkatan

Page 21: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

21

kemampuan dan keikutsertaannya dalam menentukan arah dan kebijakan

pembangunan Desa.

Data penduduk Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

(Pendataan akhir Tahun 2008) adalah sebagai berikut :

o Penduduk Pria : 2.017 Jiwa

o Penduduk Wanita : 2.061 Jiwa

o Kepala Keluarga (KK) : 1.144 Jiwa

o Kepadatan Penduduk : 2,039 per km

Dari data jumlah pembagian penduduk diatas, dapat ditunjukkan pada

tabel yang berhubungan dengan potensi sumber daya manusia tersebut, yaitu

tabel kualitas angkatan kerja dan tenaga kerja yang ada di Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar sebagai berikut,

Tabel 2.2.1

Jumlah Kualitas Angkatan Kerja Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

ANGKATAN KERJA LAKI-LAKI PEREMPUAN

Penduduk usia 18-56 yang buta aksara

dan huruf/angka latin 5 orang 6 orang

Penduduk usia 18-56 yang tidak tamat

SD 10 orang 11 orang

Penduduk usia 18-56 yang tamat SD 758 orang 765 orang

Penduduk usia 18-56 yang tamat SLTP 275 orang 268 orang

Penduduk usia 18-56 yang tamat SLTA 240 orang 265 orang

Penduduk usia 18-56 yang tamat

perguruan tinggi 38 orang 27 orang

JUMLAH 1326 orang 1342 orang

Sumber: Profil Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

Page 22: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

22

Dari data di atas menunjukkan bahwa penduduk usia 18-56 tahun yang

masih buta aksara dan angka ada 5 orang laki-laki dan 6 orang perempuan

dengan prosentase masing-masing 0,4 % dan 0,45 %. Penduduk usia 18-56

tahun yang tidak tamat SD ada sebanyak 10 laki-laki dan 11 perempuan dengan

prosentase masing–masing 0,75 % dan 0,81 %. Penduduk usia 18-56 tahun yang

tamat SD sebanyak 758 laki-laki dan 765 perempuan dengan prosentase masing-

masing 57,7 % dan 57,0 %. Penduduk yang tamat SLTP sebanyak 275 laki-laki

dan 268 perempuan dengan prosentase masing-masing 20,7 % dan 20 %.

Penduduk yang tamat SLTA sebanyak 240 laki-laki dan 265 perempuan dengan

prosentase masing –masing 18,1 % dan 19,7 %. Kemudian penduduk yang tamat

perguruan tinggi ada 38 laki-laki dan 27 perempuan dengan prosentase masing-

masing 2,9 % dan 2,0 %.

Tabel 2.2.2

Jumlah Tenaga Kerja Kerja Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

TENAGA KERJA LAKI-LAKI PEREMPUAN

Penduduk usia 18-56 tahun 1119 orang 1131 orang

Penduduk usia 18-56 tahun yang

bekerja 965 orang 963 orang

Penduduk usia 18-56 tahun yang

belum bekerja atau tidak bekerja 154 orang 168 orang

Penduduk usia 0-6 tahun 225 orang 234 orang

Penduduk masih sekolah 7-18 tahun 417 orang 420 orang

Penduduk usia 65 tahun keatas 324 orang 356 orang

JUMLAH 3204 orang 3272 orang

Sumber: Profil Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

Page 23: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

23

Dari data di atas dapat diketahui bahwa penduduk usia 18-56 tahun di

Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar ada sebanyak 1119 laki-laki

dan 1131 perempuan dengan prosentase masing-masing 34,9 % dan 34,6 %. Di

Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar penduduk usia 18-56 tahun

yang bekerja ada sebanyak 965 laki-laki dan 963 perempuan dengan prosentase

masing-masing sebesar 30,1 % dan 29,4 %. Sedangkan penduduk dalam usia 18-

56 tahun yang belum bekerja atau tidak bekerja ada sebanyak 154 laki-laki dan

168 perempuan dengan masing-masing prosentase 4,8 % dan 5,1%. Penduduk

yang berusia 0-6 tahun sebesar 225 laki-laki dan 234 perempuan dengan masing-

masing prosentase 7,0 % dan 7,15 %. Kemudian penduduk yang masih berstatus

sekolah yakni usia 7-18 tahun ada sebanyak 417 laki-laki dan 420 perempuan

dengan prosentase masing-masing sebesar 13,0 % dan 12,8 %. Penduduk Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang berusia 65 tahun ke atas ada

sebesar 324 laki-laki dan 356 perempuan dengan masing-masing prosentasenya

yakni 10,1 % dan 10,9 %.

2.3 Lokasi dan Topik Kuliah Lapangan

Lokasi kuliah lapangan sosiologi pedesaan dilakukan di Desa Jeblog,

yang berada di Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur. Topik

kuliah lapangan yang tim lapangan angkat adalah strategi petani miskin dalam

memenuhi kebutuhan subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten

Page 24: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

24

Blitar. Dalam kuliah lapangan ini tim lapangan akan memfokuskan tentang

strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensinya.

Gambar 2.1.2

Peta Desa Jeblog

Masing-masing dari desa tersebut, diperoleh data yang memudahkan

mencari tempat tinggal responden yang dituju, di Desa Jeblog, Kecamatan

Talun, Kabupaten Blitar itu sendiri terbagi menjadi dua dusun, antara lain :

a. Dusun Sumberasri

b. Dusun Pundensari

Page 25: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

25

BAB. 3

DISKRIPSI SAMPEL

Pada bab ini akan diuraikan mengenai diskripsi profil, karakteristik dari

populasi yaitu: warga miskin dan sampel dari kuliah lapangan ini yaitu petani miskin

di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, yang dapat dilihat dari jenis

kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, umur serta besarnya pendapatan.

3.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada kuliah lapangan yang berjudul tentang

”strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensi”, sangat

menentukan untuk mengetahui gambaran umum dari sampel kuliah lapangan ini

yaitu petani miskin di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Berikut

ini, tim lapangan akan menjelaskan tentang karakteristik populasi dan sampel

melalui identitas responden, penjelasannya sebagai berikut:

Tabel 3.1.1

Jenis Kelamin Responden

JENIS KELAMIN FREKUENSI PROSENTASE (%)

Laki-laki 43 86

Perempuan 7 14

JUMLAH 50 100

Sumber : Item Pertanyaan no. 4 Koding no : 3

Page 26: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

26

Dari tabel diatas dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 43 orang dengan prosentase 86%, sedangkan untuk responden

perempuan berjumlah 7 orang dengan prosentase 14%.

Penduduk Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang

dijadikan responden lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki, karena

responden yang bekerja sebagai petani/ buruh tani, yang memahami bidang

pertanian adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki. Tetapi bukan berarti

responden yang berjenis kelamin perempuan tidak memahami. Semuanya

disesuaikan dengan susunan target responden berdasarkan kesepakatan tim

lapangan.

Tabel 3.1.2

Status Pernikahan Responden

Status Pernikahan Frekuensi Prosentase (%)

Belum Menikah 1 2

Sudah Menikah 45 90

Duda 1 2

Janda 3 6

Jumlah 50 100

Sumber : Item Pertanyaan no. 4 Koding 4

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 50 responden yang sudah

menikah sejumlah 45 orang dengan prosentase sebesar 90%. Untuk status belum

menikah dan duda 1 orang dengan prosentase masing-masing 2%, untuk status

janda 3 orang dengan prosentase 1%.

Page 27: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

27

Tabel 3.1.3

Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi Prosentase ( % )

Tidak sekolah 2 4

Tidak tamat SD 11 22

Tamat SD 25 50

Tidak tamat SLTP 1 2

Tamat SLTP 6 12

Tamat SMA 5 10

Jumlah 50 100

Sumber : Item Pertanyaan no. 6 Koding 5

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden petani miskin yang tidak

sekolah berjumlah 2 responden dengan prosentase 4 %, 11 responden dengan

prosentase sebesar 22 % tidak tamat SD. Kemudian 25 responden dengan

prosentase sebesar 50 % tamat SD. 1 responden dengan prosentase sebesar 2 %

tidak tamat SLTP. Untuk tamatan SLTP ada 6 responden dengan prosentase

sebesar 12 %. Menurut tabel di atas tidak ada satupun responden yang tidak

tamat SMA. 5 responden dengan prosentase sebesar 10 % tamatan SMA. Selain

itu sejauh ini sari ke tidak ada responden dari 50 responden tersebut yang

berpendidikan Diploma ataupun Sarjana

Tabel 3.1.4

Tingkat Pendidikan Keluarga Reponden

Tingkatan Frekuensi Prosentase ( % )

Rendah 35 70

Sedang 15 30

Tinggi 0 0

Jumlah 50 100

Sumber : Item Pertanyaan no. 9 Koding 7

Page 28: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

28

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden petani miskin yang

tingkat pendidikannya rendah berjumlah 35 responden atau 70 %., Kemudian 15

responden atau 30 % berpendidikan sedang. Menurut tabel di atas tidak ada

satupun responden yang berpendidikan tinggi.

Tabel 3.1.5

Kategori Umur

Kategori Frekuensi Prosentase (%)

Tidak produktif 15 30

Produktif 35 70

Jumlah 50 100

Sumber : Item Pertanyaan no. 10 Koding no. 8

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden petani miskin yang

masih tidak produktif berjumlah 15 responden atau 30 %., Kemudian 35

responden atau 70 % masih produktif.

Tabel 3.1.6

Kategori Pekerjaan Responden

Kategori Frekuensi Prosentase ( % )

Buruh tani 34 68

Petani Pemilik 10 40

Petani Penggarap 4 8

Petani Penyewa 2 4

Jumlah 50 100

Sumber : Item Pertanyaan no. 11 Koding no. 9

Dari tabel di atas dipat dilihat bahwa responden yang bekerja sebagai

buruh tani sejumlah 34 orang dengan prosentase sebesar 68%, yang sebagai

petani pemilik lahan sejumlah 10 responden dengan prosentase 40%, sebagai

petani penggarap sejumlah 4 orang dengan prosentase sebesar 8%, serta yang

Page 29: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

29

bekerja sebagai petani penyewa sejumlah 2 responden dengan prosentase sebesar

4%.

Tabel 3.1.7

Kepemilikan Lahan

Kepemilikan Lahan Frekuensi Prosentase ( % )

Tidak 16 32

Ya 34 68

Jumlah 50 100

Sumber Pertanyaan no. 12 Koding no.10

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 16 responden yang

tidak memiliki lahan dengan prosentase sebesar 32%, sedangkan 34 responden

yang memiliki lahan dengan prosentase sebesar 68%, Responden yang memiliki

lahan yang menjadi kriteria subyek kuliah lapangan tim lapangan adalah petani

yang memiliki luas kurang dari 500 m2.

Tabel 3.1.8

Pendapatan Responden

Kategori Frekuensi Prosentase ( % )

Rendah 9 18

Sedang 34 68

Tinggi 7 14

Jumlah 50 100

Sumber: Item Pertanyaan no. 14 Koding no.14

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendapatan 9 responden terletak

pada kategori rendah dengan prosentase sebesar 18%, 34 responden memiliki

penghasilan pada kategori sedang dengan prosentase sebesar 68%, sedangkan 7

responden terdapat dalam kategori kelas tinggi dengan prosentase sebesar 14%.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

30

BAB. 4

ANALISIS DATA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data yang digunakan untuk

menjawab 5 rumusan masalah yaitu: strategi apa yang dipilih petani miskin di Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, bagaimana cara pemilihan strategi

subsistensi petani miskin di Desa Jeblog, apa alasan petani miskin di Desa Jeblog,

dalam memilih strategi, bagaimana kendala petani miskin di Desa Jeblog dalam

memilih strategi, serta bagaimana dampak pemilihan strategi terhadap pemenuhan

kebutuhan subsistensi petani miskin di Desa Jeblog. Untuk menjawab kelima

rumusan masalah tersebut tim lapangan menggunakan 5 variabel diantaranya:

variabel strategi yang dipilih, variabel cara pemilihan strategi, variabel alasan dalam

pemilihan strategi, variabel kendala dalam pemilihan strategi, variabel dampak

pemilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan subsistensi.

4.1 Strategi yang Dipilih Petani Miskin Di Desa Jeblog, Kecamatan Talun,

Kabupaten Blitar

Variabel strategi yang dipilih oleh petani miskin di Desa Jeblog, Kecamatan

Talun, Kabupaten Blitar digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama

mengenai strategi apa yang dipilih oleh petani miskin di Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar ketika mengalami kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan subsistensi, untuk menjawab rumusan masalah ini akan

Page 31: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

31

dijelaskan dalam beberapa indikator, dengan disertakan tabel frekuensi,

potongan indepth, dan video:

Tabel 4.1.1

Kesulitan subsistensi yang dialami responden

Kesulitan Frekuensi Prosentase

Tidak 0 0

Ya 50 100

Jumlah 50 100

Sumber Pertanyaan no.15 Koding no.15

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang telah peneliti

wawancarai, semua reponden tersebut mengatakan bahwa memiliki kesulitan

dalam pemenuhan kebutuhan subsistensi. Jadi seluruh responden kami yang

diantaranya petani miskin dan buruh tani 100% mengalami kesulitan dalam

memnuhi kebutuhan subsistensi.

Berdasarkan dari temuan data baik berupa tabel frekuensi maupun

wawancara indepth interview dari semua responden yang jumlahnya 50

responden yang telah peneliti wawancarai mengatakan bahwa mereka dalam

kehidupan sehari-harinya mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan subsisten, dalam buku James C. Scott yang berjudul Moral Ekonomi

Petani kebutuhan subsisten yaitu kebutuhan jangka pendek, yaitu kebutuhan

yang tidak hanya menyangkut kebutuhan pangan atau rumah tangga saja, namun

juga bisa berupa kebutuhan operasional produksi, atau kebutuhan yang darurat

seperti penanganan kesehatan, perilaku subsisten petani hanya diarahkan untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sendiri hal ini sesuai pada tabel

Page 32: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

32

frekuensi 4.1.1 Setiap responden yang telah peneliti wawancarai kebanyakan

mereka memiliki kesulitan tidak hanya dalam satu kebutuhan saja, bahkan

mereka mengalami kesulitan lebih dari satu kebutuhan subsistensi, dari

kesulitan-kesulitan kebutuhan yang responden alami, kebanyakan mereka

mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak hal ini karena

mereka dalam pemenuhan kebutuhannya mereka hanya memikirkan untuk

memenuhi kebutuhan untuk hari ini, kebanyakan mereka tidak memikirkan

menabung untuk jaga-jaga ketika suatu saat terjadi kebutuhan yang mendesak

atau darurat,

Tabel 4.1.2

Jenis kesulitan subsisten yang dialami responden

Kesulitan yang dialami Tidak Ya Jumlah

F ( % ) F ( % ) F (%)

Kesulitan memenuhi kebutuhan

asupan gizi dan kalori 20 40 30 60 50 100

Kesulitan memenuhi kebutuhan

sandang 38 76 12 24 50 100

Kesulitan memenuhi kebutuhan

pendidikan 27 54 23 46 50 100

Kesulitan memenuhi kebutuhan

kesehatan 19 36 31 62 50 100

Kesulitan memenuhi kebutuhan

yang mendesak 9 18 41 82 50 100

Sumber Pertanyaan no. 17 koding no. 16-21

Tabel di atas merupakan tabel Jenis Kesulitan yang Dialami Responden.

Dari tabel di atas dapat dilihat dari 50 responden yang telah peneliti wawancarai

30 responden dengan prosentase 60% responden mengalami kesulitan dalam

Page 33: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

33

memenuhi kebutuhan konsumsi gizinya. Kemudian 12 responden mengalami

kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sandangnya dengan prosentase sebesar

24%. Sebanyak 23 responden mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan

pendidikan dengan prosentase sebesar 46%. Sedangkan 31 responden

mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan kesehatan dengan prosentase

sebesar 62%. Dan sebanyak 41 responden mengalami kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan yang mendesak dengan prosentase sebesar 82%.

Selain dari hasil tabel di atas jenis kesulitan subsistensi yang dialami

responden juga di dukung dengan hasil indept interview yang kami lakukan

terhadap buruh tani laki-laki sebagai informannya.

Potongan indepth interview Erika Isnaini M. dengan buruh tani laki-laki

Pewawancara : Eh ngge pak dengan penghasilan bapak yang mboten namtu

ngonten, nopo bapak mengalami kangelan damel maem npo

damel kebutuhan yang lainnya ngonten pak.

Informan : “ngge kangelan nak, kangelan damel maem ngge kangelan

damel sandang nak”.

Selain kami melakukan indept interview dengan buruh tani laki-laki, kami

juga melakukan indept interview dengan buruh tani perempuan sebagai informan

untuk mengetahui jenis kesulitan subsistensi yang dialami responden. Indept

interview ini kami gunakan untuk memperkuat sekaligus mendukung data yang

Page 34: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

34

telah kami peroleh. Adapun jawaban informan saat kami tanyakan kesulitan

yang dialaminya tersebut yaitu sebagai berikut :

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Informan :“Oh enggeh mbak, kadang yo susah maem, tapi ya masih iso lah

maem tiap hari, tapi ya gitu mbak, maemnya cuma tahu tempe.”

Berdasarkan temuan data tabel frekuensi dan hasil wawancara indepth

interview pada tabel frekuensi 4.1.2 diatas responden mengalami kesulitan

kebutuhan yang mendesak lebih banyak dengan kebutuhan subsistensi seperti

kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan asaupan gizi dan kalori hal ini karena

untuk urusan makan mereka tidak memikirkan mengenai gizi yang terkandung

dalam makanannya, mereka makan makanan seadanya, jika dalam keadaan yang

sangat kesulitan, yang benar-benar mereka tidak bisa makan nasi mereka makan

sayur-sayuran yang ditanam di belakang rumahnya. Hal ini sesuai dengan teori

subsistensi James C. Scott dimana tindakan yang dilakukan petani miskin hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan yang pendek saja, mereka tidak memikirkan

kebutuhan jangka penjang, sehingga untuk persiapan kebutuhan yang mendesak

mereka tidak memiliki persiapan.

Page 35: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

35

Tabel 4.1.3

Kepemilikan Strategi dalam mengatasi kesulitan

Waktu Frekuensi Prosentase (%)

Tidak 0 0

Ya 50 100

Jumlah 50 100

Sumber Pertanyaan No.19 Koding no.27

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang telah peneliti

wawancarai, seluruhnya yaitu 50 responden memiliki strategi untuk bertahan

hidup atau agar tetap survive untuk mengatasi keulitan subsisten yang mereka

alami.

Tabel. 4.1.4

Strategi Yang Dipilih Responden

Keadaan tertentu Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Memanfaatkan relasi

atau hubungan sosial 2 4 48 96 50 100

Alternatif subsistensi

( bekerja swadaya ) 24 48 26 52 50 100

Mengikat sabuk lebih

kencang 20 40 30 60 50 100

Sumber Pertanyaan No. 20 koding no. 28-30

Tabel di atas menunjukkan strategi yang dipilih oleh responden dalam

mengatasi krisis atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan subsistensinya. Dari

tabel diatas dapat dilihat bahwa 48 dari 50 responden memilih strategi

memanfaatkan relasi atau hubungan sosial dengan prosentase 96%, 26 dari 50

responden memilih strategi alternatif subsistensi (bekerja swadaya) dengan

Page 36: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

36

prosentase sebesar 52%, sedangkan juga menunjukkan bahwa 30 dari 50

responden memilih strategi mengikat sabuk lebih kencang dengan prosentase

sebesar 60%.

Selain dari tabel di atas, pemilihan strategi Alternatif subsistensi juga di

dukung dengan hasil indept interview yang kami lakukan terhadap buruh tani

laki-laki sebagai informannya, yaitu sebagai berikut :

Potongan indepth interview Erika Isnaini M. dengan buruh tani laki-laki

Informan : mreman nek wonten seng ngengken ngge kerjo nek mboten ngge

nyari seanane nak, mboten pernah nak bapak ngutang tonggo,

mboten tau nak, bapak mboten wani nak nek nyaure nak.

Selain kami melakukan indept interview dengan buruh tani laki-laki, kami

juga melakukan indept interview dengan buruh tani perempuan sebagai informan

untuk memperkuat sekaligus mendukung data yang telah kami peroleh. Adapun

dialog tersebut sebagai berikut :

Potongan indepth interview Erika Isnaini M. dengan buruh tani laki-laki

Pewawancara : npo wonten pekerjaan lain npo cara lain damel nyekapne

kangelan kebutuhan maeme bu selain buruh tani?

Informan : Enggeh, iku ngarit wedus, lumayan dapet lima ewu kalau

enggak sepuluh ewu.

Page 37: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

37

Gambar di atas merupakan salah satu strategi alternatif subsistensi yang

dipilih buruh tani di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dalam

memenuhi kebutuha subsistensi.

Dari temuan data diatas yang berasal dari tabel frekuensi 4.1.2 semua

responden yang telah diwawancarai mengaku bahwa mereka mengalami

kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan subsistensinya, mereka semua memiliki

strategi-strategi untuk mengatasi masalah kebutuhan subsistensi hal ini sesuai

pada tabel frekuansi 4.1.3. Semua strategi yang ddipilih responden berbeda-

beda, strategi-strategi tersebut sesuai halnya dengan strategi mekanisme survivel

oleh James C. Scott yaitu mereka memilih menggunakan strategi hubungan atau

relasi sosial dengan meminta bantuan dari relasi atau jaringan sosial seperti

sanak saudara, kawan-kawan sedesa, strategi alternatif subsistensi yaitu dengan

melakukan pekerjaan lain yang mencakup seperti berjualan kecil-kecilan,

bekerja sebagai tukang, dan bekerja serabutan, dan strategi mengikat sabuk lebih

kencang yaitu dengan mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan jalan

Page 38: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

38

makan hanya sekali sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah.

Dari ketiga strategi yang dipilih oleh responden kebanyakan mereka memilih

untuk memanfaatkan hubungan atau relasi sosial, sesuai halnya pada tabel

frekuensi 4.1.4.

4.2 Cara Pemilihan Strategi Subsistensi Oleh Petani Miskin di Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

Variabel pemilihan strategi digunakan untuk menjawab rumusan masalah

kedua mengenai Bagaimana cara pemilihan strategi oleh petani miskin di Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, untuk menjawab rumusan masalah

ini akan dijelaskan dalam beberapa indikator mengenai cara-cara dalam

pemilihan strategi (strategi memanfaatkan hubungan sosial, strategi alternatif

subsistensi, serta strategi mengikat sabuk lebih kencang), dengan disertakan

tabel frekuensi, potongan indepth, setta foto dan video:

Page 39: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

39

Tabel. 4.2.1

Cara pemilihan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi Kebutuhan

Subsistensi Asupan Gizi Dan Kalori

Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Meminta uang kepada

anaknya yang sudah bekerja 37 77,08 11 22,9 48 100

Meminjam / berhutang

kepada orang lain 19 39,58 29 60,4 48 100

Menjual barang berharga

yang dimiliki 47 97,91 1 2,0 48 100

Saling membantu

(hubungan timbal balik) 40 83,33 8 16,6 48 100

Lainnya (Meminjam ke PT) 46 95,83 2 4% 48 100

Sumber Pertanyaan no. 21 koding no. 31-35

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih

memanfaatkan strategi relasi sosial untuk bisa tetap survive dari kesulitan

subsisten yang dialami 11 responden dengan cara meminta uang kepada anaknya

yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 22,9%, 29 responden yang

memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan prosentase

sebesar 60,4%, hanya 1 responden yang memilih cara untuk menjual barang

berharga yang dimilikinya dengan prosentase sebesar 2%, 8 responden memilih

untuk saling membantu (timbal nalik) dengan prosentase sebesar 1,6%,

sedangkan 2 responden yang memilih untuk meminjam ke PT dengan prosentase

sebesar 4%.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

40

Tabel 4.2.2

Cara Responden Menggunakan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi

Kebutuhan Subsistensi Sandang

Cara pemilihan

Strategi

Tidak Ya Jumlah

F % F % F %

Meminta uang

kepada anaknya

yang sudah

bekerja

40 83,33 8 16,66 48 100

Meminjam /

berhutang kepada

orang lain

34 70,83 14 29,16 48 100

Menjual barang

berharga yang

dimiliki

48 100 0 0 48 100

Saling membantu

(hubungan timbal

balik)

34 70,83 14 29,16 48 100

Sumber Pertanyaan no. 21 Koding no. 36-40

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih

memanfaatkan strategi relasi sosial untuk memenuhi kebutuhan subsistensi

sandang yang dialami 8 responden dengan cara meminta uang kepada anaknya

yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 16,66%, 14 responden yang

memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan prosentase

sebesar 29,16%, dan sejumlah 14 responden memilih untuk saling membantu

(timbal nalik) dengan prosentase sebesar 29,16%.

Page 41: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

41

Tabel 4.2.3

Cara Pemilihan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi Kebutuhan

Subsistensi Pendidikan

Cara Pemilihan

Strategi

TIDAK YA Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Meminta uang

kepada anaknya

yang sudah bekerja

42 87,5 6 12,5 48 100

Meminjam /

berhutang kepada

orang lain

29 60,41 19 39,58 48 100

Menjual barang

berharga yang

dimiliki

42 87,5 6 12,5 48 100

Saling membantu

(hubungan timbal

balik)

30 62,5 18 37,5 48 100

Sumber Pertanyaan no. 21 Koding no. 41 – 45

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih

memanfaatkan strategi relasi sosial untuk bisa tetap survive dari kesulitan

subsistensi pendidikan yang dialami 6 responden dengan cara meminta uang

kepada anaknya yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 12,5%, 19

responden yang memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan

prosentase sebesar 39,58%, 6 responden yang memilih cara untuk menjual

barang berharga yang dimilikinya dengan prosentase sebesar 12,5%, 18

responden memilih untuk saling membantu (timbal nalik) dengan prosentase

sebesar 37

Page 42: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

42

Tabel 4.2.4

Cara Pemilihan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi Kebutuhan

Subsistensi Kesehatan

Cara Pemilihan

Strategi

Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F %

Meminta uang

kepada anaknya

yang sudah

bekerja

35 72,91 13 27,08 48 100

Meminjam /

berhutang kepada

orang lain

20 41,66 28 58,33 48 100

Menjual barang

berharga yang

dimiliki

45 93,75 3 6,25 48 100

Saling membantu

(hubungan timbal

balik)

28 58,33 20 41,66 48 100

Sumber Pertanyaan no. 21 Koding no. 46-50

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih

memanfaatkan strategi relasi sosial untuk bisa tetap survive dari kesulitan

subsistensi kesehatan yang dialami 13 responden dengan cara meminta uang

kepada anaknya yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 27,08%, 28

responden yang memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan

prosentase sebesar 58,33%, 3 responden yang memilih cara untuk menjual

barang berharga yang dimilikinya dengan prosentase sebesar 6,25%, 20

responden memilih untuk saling membantu (timbal nalik) dengan prosentase

sebesar 41,66%.

Page 43: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

43

Tabel 4.2.5

Cara Pemilihan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi Kebutuhan

Subsistensi yang Mendesak

Cara Pemilihan

Strategi

Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F %

Meminta uang

kepada anaknya

yang sudah

bekerja

38 79,2 11 22,91 48 100

Meminjam /

berhutang kepada

orang lain

28 58,33 20 41,66 48 100

Menjual barang

berharga yang

dimiliki

45 93,75 3 6,25 48 100

Saling membantu

(hubungan timbal

balik)

28 58,33 20 41,66 48 100

Sumber Pertanyaan no. 21 Koding no.51-55

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih

memanfaatkan strategi relasi sosial untuk bisa tetap survive dari kesulitan

subsistensi yang mendesak yang dialami 21 responden dengan cara meminta

uang kepada anaknya yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 19,21%, 20

responden yang memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan

prosentase sebesar 41,66%, 3 responden yang memilih cara untuk menjual

barang berharga yang dimilikinya dengan prosentase sebesar 6,25%, dan 20

responden memilih untuk saling membantu (timbal nalik) dengan prosentase

sebesar 41,66%.

Page 44: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

44

Disamping data temuan mengenai cara pemilihan strategi hubungan atau

relasi sosial dari tabel frekuensi juga diperkuat dengan data dari potongan

wawancara indepth interview:

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Pewawancara: Pak kalau saumpama bapak kesulitan memenuhi kebutuhan

yang mendesak itu bagaimana pak ?pernahkah bapak

berhutang?

Informan : Saya kalau ndak butuh banget gak mau pinjem-pinjem gitu

mbak, sungkan, tapi kalau sudah butuh sekali, baru saya

pinjam ke tetangga.

Dari hasil temuan data-data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa cara

pemilihan strategi relasi atau hubungan sosial dalam memenuhi kebutuhan

subsistensi yang paling banyak adalah mereka meminjam kepada tetangga dekat

dan mereka saling membantu (hubungan timbal balik) antar tetangga, dalam

artian bahwa ketika tetangganya mengalami kesulitan dalam pemenuhan

kebutuhan dia membantu tetangganya, begitu pula ketika dia mengalami

kesulitan pemenuhan kebutuhan tetangganya yang bergantian untuk membantu,

daripada prosentase yang memilih strategi dengan minta uang kepada anaknya

yang sudah bekerja. Dari temuan data diatas mengenai cara strategi dengan

memanfaatkan hubungan atau relasi social yang kebanyakan mereka memeilih

saling membantu (timbal balik) sesuai dengan teori rasionalitas Max Weber

Page 45: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

45

mengarah pada tindakan tradisional yang ditandai dengan prilaku kekeluargaan

diantara petani miskin dengan masyarakat setempatnya masih sangat erat karena

sudah merupakan suatu kebiasaan,

Tabel 4.2.6

Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi

Kebutuhan Subsistensi Asupan Gizi Dan Kalori

Cara pemilihan

strategi

Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berjualan kecil-kecilan 20 76,92 6 23,07 26 100

Bekerja serabutan 10 38,46 16 61,54 26 100

Bekerja sebagai tukang

bangunan 23 88,46 3 11,54 26 100

Bekerja keluar desa 22 84,62 4 15,38 26 100

Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 87-90

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih

memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan subsisten

yang dialami 6 responden dengan cara berjualan kecil-kecilan dengan prosentase

sebesar 23,07%, 16 responden yang memilih untuk bekerja serabutan dengan

prosentase sebesar 61,54%, 3 responden yang memilih bekerja sebagai tukang

bangunan dengan prosentase sebesar 11,54%, dan 4 responden memilih untuk

bekerja keluar desa dengan prosentase sebesar 15,38%.

Page 46: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

46

Tabel 4.2.7

Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi

Kebutuhan Subsistensi Sandang

Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berjualan kecil-kecilan 24 92,31 2 7,62 26 100

Bekerja serabutan 21 80,77 5 19,23 26 100

Bekerja sebagai tukang

bangunan 23 88,46 3 11,54 26 100

Bekerja keluar desa 24 92,31 2 7,62 26 100

Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 92-95

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih

memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan

subsistensi sandang yang dialami 2 responden dengan cara berjualan kecil-

kecilan dengan prosentase sebesar 7,62%, 5 responden yang memilih untuk

bekerja serabutan dengan prosentase sebesar 19,23%, 3 responden yang memilih

bekerja sebagai tukang bangunan dengan prosentase sebesar 11,54%, dan 2

responden memilih untuk bekerja keluar desa dengan prosentase sebesar 7,62%

Tabel. 4.2.8

Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi

Kebutuhan Subsistensi Pendidikan

Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berjualan kecil-kecilan 20 76,92 6 23,07 26 100

Bekerja serabutan 17 65,38 9 34,61 26 100

Bekerja sebagai tukang

bangunan 23 88,46 3 11,54 26 100

Bekerja keluar desa 21 80,77 5 19,23 26 100

Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 97-100

Page 47: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

47

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih

memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan

subsistensi pendidikan yang dialami 6 responden dengan cara berjualan kecil-

kecilan dengan prosentase sebesar 23,07%, 9 responden yang memilih untuk

bekerja serabutan dengan prosentase sebesar 34,61%, 3 responden yang memilih

bekerja sebagai tukang bangunan dengan prosentase sebesar 11,54%, dan 5

responden memilih untuk bekerja keluar desa dengan prosentase sebesar

19,23%.

Tabel. 4.2.9

Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi

Kebutuhan Subsistensi Kesehatan

Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah

F F (%) (%) F (%)

Berjualan kecil-kecilan 23 88,46 3 11,54 26 100

Bekerja serabutan 15 57,69 11 42,31 26 100

Bekerja sebagai tukang

bangunan 23 88,46 3 11.54 26 100

Bekerja keluar desa 21 80,77 5 19,23 26 100

Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 102-105

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih

memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan

subsistensi kesehatan yang dialami 3 responden dengan cara berjualan kecil-

kecilan dengan prosentase sebesar 11,54%, 11 responden yang memilih untuk

bekerja serabutan dengan prosentase sebesar 42,31%, 3 responden yang memilih

bekerja sebagai tukang bangunan dengan prosentase sebesar 11,54%, dan 5

Page 48: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

48

responden memilih untuk bekerja keluar desa dengan prosentase sebesar

19,23%.

Tabel. 4.2.10

Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi

Kebutuhan Kebutuhan Subsistensi Mendesak

Cara pemilihan

strategi

Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berjualan kecil-

kecilan 22 84,62 4 15,38 26 100

Bekerja serabutan 19 73,07 7 26,93 26 100

Bekerja sebagai

tukang bangunan 25 96,15 1 3,85 26 100

Bekerja keluar

desa 22 84,62 4 15,38 26 100

Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 107-110

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih

memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan

subsistensi keadaan yang mendesak yang dialami 4 responden dengan cara

berjualan kecil-kecilan dengan prosentase sebesar 15,38%, 7 responden yang

memilih untuk bekerja serabutan dengan prosentase sebesar 26,93%, hanya 1

responden yang memilih bekerja sebagai tukang bangunan dengan prosentase

sebesar 3,85%, dan 4 responden memilih untuk bekerja keluar desa dengan

prosentase sebesar 15,38%.

Disamping data temuan mengenai cara pemilihan strategi alternative

subsistensi dari tabel frekuensi diperkuat data dari potongan wawancara indepth

interview:

Page 49: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

49

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Pewawancara : “Maaf bu, sebelumnya. Kalau boleh tau gajinya ibu pinten?”

Informan : “Ya, buruh gajine sedikit toh mbak, yang penting bisa untuk

makan, gajine ibu telung puluh ewu, tapi kalau cuma

setengah hari biasane dikasih lime belas ribu.”

Pewawancara : “npo wonten pekerjaan lain npo cara lain damel nyekapne

kangelan kebutuhan maeme bu selain buruh tani?”

Informan : “Enggeh, iku ngarit wedus, lumayan dapet lima ewu kalau

enggak sepuluh ewu.

Gambar di atas adalah wujud dari strategi alternatif subsistensi dengan cara

pemilihan strategi dengan mencari rumput (ngaret). Rumput hasil ngaret tersebut

digunakan sebagai bahan pangan untuk sapi milik saudaranya yang ia rawat.

Page 50: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

50

Penghasilan dari pekerjaan merawat sapi milik saudaranya ini ia gunakan sebagai

tambahan penghasilan sekaligus untuk mencukupi kebutuhan subsistensi rumah

tangga

Dari hasil temuan berdasarkan data dari tabel frekuensi maupun data

potongan wawancara indepth interview, kebanyakan responden yang memiliih

strategi alternatif subsistensi mereka mimilih cara dengan bekerja serabutan, hal

ini karena bekerja serabutan tidak memerlukan biaya/ modal yang besar,

dibandingkan jika memilih berjualan kecil-kecil disamping harus memiliki modal

awal untuk berjualan juga pastinya akan terdapat resiko rugi jika mereka memilih

berjualan kecil-kecilan, cara pemilihan strategi petani miskin ini sangat

menggambarkan keadaan yang sesuai dengan teori dahulukan selamat oleh James

C. Scott, dimana para petani miskin lebih memilih keadaan yang aman dari pada

memilih cara untuk mengambil keuntungan tapi yang akan menimbulkan resiko.

Tabel. 4.2.11

Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk

Memenuhi Kebutuhan Subsistensi Asupan Gizi Dan Kalori

Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berpuasa 24 80 6 20 30 100

Mengurangi intensitas makan

(kurang dari 3x dalam sehari) 22 73 8 26,67 30 100

Mengkonsumsi makanan

yang kualitasnya lebih rendah 11 36,67 19 63,33 30 100

Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 127-129

Page 51: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

51

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih

memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive dari

kesulitan subsisten yang dialami 7 responden dengan cara berpuasa dengan

prosentase sebesar 23,33%, 7 responden yang memilih untuk mengurangi

intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase sebesar

23,33%, 19 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang kualitasnya

lebih rendah dengan prosentase sebesar 63,33%.

Tabel 4.2.12

Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk

Memenuhi Kebutuhan Subsistensi Sandang

Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berpuasa 27 90 3 10 30 100

Mengurangi intensitas

makan (kurang dari 3x

dalam sehari)

24 80 6 20 30 100

Mengkonsumsi makanan

yang kualitasnya lebih

rendah

20 66,67 10 33,33 30 100

Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 131-133

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih

memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive dari

kesulitan subsistensi sandang yang dialami 3 responden dengan cara berpuasa

dengan prosentase sebesar 10%, 6 responden yang memilih untuk mengurangi

intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase sebesar 20%,

Page 52: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

52

10 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih

rendah dengan prosentase sebesar 33,33%

Tabel. 4.2.13

Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk Memenuhi

Kebutuhan Subsistensi Pendidikan

Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berpuasa 24 80 6 20 30 100

Mengurangi intensitas

makan (kurang dari 3x

dalam sehari)

26 86,67 4 13,33 30 100

Mengkonsumsi makanan

yang kualitasnya lebih

rendah

17 56,67 13 43,33 30 100

Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 135-137

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih

memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive

dari kesulitan subsistensi pendidikan yang dialami 6 responden dengan cara

berpuasa dengan prosentase sebesar 20%, 4 responden yang memilih untuk

mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase

sebesar 13,33%, 13 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang

kualitasnya lebih rendah dengan prosentase sebesar 43,33%.

Page 53: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

53

Tabel. 4.2.14

Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk

Memenuhi Kebutuhan Subsistensi Kesehatan

Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berpuasa 26 86,67 4 13,33 30 100

Mengurangi intensitas makan

(kurang dari 3x dalam sehari) 25 83,3 5 16,67 30 100

Mengkonsumsi makanan yang

kualitasnya lebih rendah

17

56,67 13 43,33 30 100

Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 139-141

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih

memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive

dari kesulitan subsistensi kesehatan yang dialami 4 responden dengan cara

berpuasa dengan prosentase sebesar 13,33%, 5 responden yang memilih untuk

mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase

sebesar 16,67%, 13 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang

kualitasnya lebih rendah dengan prosentase sebesar 43,33%.

Page 54: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

54

Tabel. 4.2.15

Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk

Memenuhi Kebutuhan Subsistensi yang mendesak

Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berpuasa 28 93,33 2 6,67 30 100

Mengurangi intensitas

makan (kurang dari 3x

dalam sehari)

27 90 3 10 30 100

Mengkonsumsi makanan

yang kualitasnya lebih

rendah 12 40 18 60 30 100

Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 143-145

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih

memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive

dari kesulitan subsistensi yang mendesak yang dialami 2 responden dengan cara

berpuasa dengan prosentase sebesar 6,67%, 3 responden yang memilih untuk

mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase

sebesar 10%, 18 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang

kualitasnya lebih rendah dengan prosentase sebesar 60%.

Potongan indepth interviewFenita Dwi W dengan buruh tani perempuan

Pewawancara : Kalau panganan pernah ada masalah mboten bu?

Informan : Ya..gitu mbak, makane cuma karo tempe, tahu, ya, kalau

ora duwe lauk, yo kulo mboten maem. Kadang dikasih sama

tonggo. Kadang malu mbak dikasih terus, kayaknya nyusahin

orang terus.

Page 55: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

55

Dari temuan data diatas baik berdasarkan tabel frekuensi maupun potongan

indepth mengenai strategi mengikat sabuk lebih kencang petani miskin yang

memilih strategi ini mereka kebanyakan memilih cara mengkonsumsi makanan

dengan kualitas rendah, jika benar-benar dalam keadaan yang tidak bias

membeli lauk maupun beras mereka hanya bias makan sayur yang ditanam

sendiri di dekat rumahnya.

4.3 Alasan Petani Miskin Dalam Memilih Strategi di Desa Jeblog, Kecamatan

Talun, Kabupaten Blitar

Variabel alasan dalam pemilihan strategi digunakan untuk menjawab

rumusan masalah ketiga mengenai apa alasan petani miskin di Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dalam memilih strategi, untuk menjawab

rumusan masalah ini akan dijelaskan dalam beberapa indikator tentang alasan-

alasan dalam pemilihan strategi (strategi memanfaatkan hubungan sosial, strategi

alternatif subsistensi, serta strategi mengikat sabuk lebih kencang), dengan

disertakan tabel frekuensi, potongan indepth,

Dalam tabel mengenai alasan responden memilih strategi subsistensi, tim

lapangan menghitungnya: jika seorang responden menjawab memilih strategi

yang sama dalam pemenuhan kesulitan kebutuhan yang berbeda-beda

(contohnya: kesulitan kebutuhan pangan responden memilih cara meminta uang

kepada anak yang sudah bekerja, kesulitan kebutuhan sandang juga memilih

cara meminta uang kepada anak yang sudah bekerja, kesulitan kebutuhan

Page 56: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

56

kesehatan responden memilih untuk meminta kepada anak yang sudah bekerja),

tim lapangan menghitungnya menjadi satu yaitu bahwa responden itu memilih

cara strategi meminta anak yang sudah bekerja dan memiliki alasan untuk

memilih strategi tersebut, begitu juga dengan strategi-strategi yang dipilih

responden yang lainnya.

Page 57: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

57

Tabel. 4.3.1

Alasan Responden Memilih Strategi Memanfaatkan Relasi Atau Hubungan Sosial

Alasan Responden

Strategi

Memiliki hubungan

yang erat

Penghasilan yang

didapatkan tidak

mencukupi

Tidak

menggunakan

bunga saat

mengembalikan

Situasi yang

mendesak

JUMLAH

F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)

Meminta uang kepada anaknya

yang sudah bekerja 14 60,87 6 26 0 0 3 13 23 100

Meminjam/ berhutang kepada

orang lain. 10 25,64 17 43,59 1 2,56 11 28,20 39 100

Menjual barang berharga yang

dimiliki 0 0 0 0 0 0 7 100 7 100

Saling membantu (hubungan

timbal balik) 24 66,67 7 19,44 2 5,56 3 8,33 36 100

Lainnya (meminjam PT) 0 0 0 0

0 0 2 100 2 100

Sumber Pertanyaan no.25 Koding no.72-75

Page 58: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

58

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa: Strategi responden memilih hubungan

relasi atau hubungan sosial,

Meminta uang kepada anaknya yang sudah bekerja

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa dari 23 responden 14

responden memilih meminta uang kepada anaknya yang sudah bekerja dengan

alasan karena memiliki hubungan yang erat dengan prosentase 60,87%, 6

responden beralasan karena penghasilan yang didapatnya tidak mencukupi

dengan prosentase 26%, kemudian 3 responden melakukan strategi ini karena

situasi yang mendesak dengan prosentase 13%.

Meminjam/ berhutang kepada orang lain.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 10 responden beralasan

memilih meminjam/ berhutang kepada orang lain ini karena memiliki hubungan

yang erat dengan prosentase 25,64%, 17 responden melakukan memilih

meminjam/ berhutang ini karena penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi

dengan prosentase 43,59%, 1 dari 38 responden memilih me-minjam/ berhutang

ini karena tidak menggunakan bunga saat mengembali-kan dengan prosentase

sebesar 2,56%, dan 11 responden memilih meminjam berhutang ini karena

situasi yang mendesak dengan prosentase 28,20%

Menjual barang yang berharga.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hanya terdapat 7 responden

yang memilih menjual barang yang berharga dengan prosentase 100%.

Page 59: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

59

Saling membantu (hubungan timbal balik).

Berdasarkan data tabel daiatas dari 36 dapat dilihat bahwa 24 responden

beralasan memilih hubungan saling membantu (hubungan timbal balik) dengan

prosentase 66,67%, 7 responden memilih saling membantu (hubungan timbal

balik) dengan alasan penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi dengan

prosentase 19,44%, sedangkan 2 responden memilih saling membantu dengan

alasan tidak menggunakan bunga saat mengembalikan dengan prosentase 5,66%,

dan 3 responden memilih saling membantu dengan alasan situasi yang mendesak

dengan prosentase sebesar 8,33%.

Meminjam ke PT

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 2 responden meminjam ke

PT atas alasan karena situasi yang mendesak.

Disamping data temuan mengenai alasan pemilihan strategi hubungan atau relasi

sosial dari tabel frekuensi juga tim lapangan menyertakan data dari potongan

wawancara indepth interview:

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Pewawancara: Eh ngge pak dengan penghasilan bapak yang mboten namtu

ngonten, nopo bapak mengalami kangelan damel maem npo

damel kebutuhan yang lainnya ngonten pak?

Informan :ngge kangelan nak, kangelan damel maem ngge kangelan damel

sandang nak, ngge ngeneiki nak harus dicukup cukupne.

Page 60: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

60

Pewawancara : trus yaknopo ngonten nku pak ngatasane, damel ngatasi

kangelan dalam maeme pak?

Informan : ngge nek kekurangan terkadang nyuwun anak nak, anak kulo

wonten seng mpun kerjo nak.

Pewawancara : alasane bapak npo kok nyuwun teng anak?

Informan : jenenge ngge anak ngge yaknopo yaknopo nek butuh ngge

nyuwun anak nak, wong wes akrab kok, ndisek kan mpun susah

payah nyekolahne dadi ngge saknki belas kasihan lah anak e

nang bapak,

Dari hasil temuan data berdasarkan tabel frekuensi 4.3.1 dan potongan dari

Indepth Interview diatas membuktikan bahwa petani miskin yang telah tim

lapangan wawancarai yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten

Blitar, Propinsi Jawa Timur kebanyakan dari ketiga strategi yang terkenal

dengan mekanisme survival menggunakan strategi hubungan atau relasi sosial

yang kebanyakan dari strategi hubungan atau relasi sosial mereka memilih cara

strategi dengan meminta anak yang sudah bekerja serta meminta bantuan

(hubungan timbal balik), hubungan timbal balik tersebut maksudnya jika petani

miskin yang menjadi responden itu mengalami kesulitan maka tetangganya akan

membantunya baik itu dengan memberi pinjaman atau memberi bantuan

makanan atau uang, dan pada keadaan yang lain jika tetangganya mengalami

kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan subsistensi maka petani miskin yang

Page 61: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

61

menjadi responden yang bergantian membantu tetangganya tersebut,

kebanyakan mereka mengutarakan alasannya karena mereka sudah memiliki

hubungan yang sangat erat, hampir hubungan diantara mereka sudah seperti

saudara sendiri, walaupun orang yang dimintai bantuan tidak memiliki hubungan

kekeluargaan., karena bagi mereka sudah mejadi suatu kebiasaan yang sering

dilakukan untuk saling membantu antar satu dengan yang lain, baik membantu

dengan cara meminjamkan uang maupun barang. Akan tetapi jika sesama

tetangga tidak memiliki uang, mereka membantu dengan memberi nasi, lauk

ataupun yang lain.

Dilihat dari alasan yang dipaparkan para petani miskin di Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, maka sesuai dengan teori tindakan

rasionalitas Max Weber yang termasuk dalam tindakan tradisional, karena

merupakan tindakan yang tidak rasional, seseorang melakukan tindakan ini

hanya didasarkan karena sudah berupa kebiasaan yang berlaku. Sesuai dengan

tindakan yang dilakukan oleh antar buruh tani/ petani miskin dengan

tetangganya yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar,

mereka memiliki alasan karena memiliki hubungan yang erat, karena hubungan

yang terjalin antar mereka sudah sangat kuat, karena sudah merupakan suatu

kebiasaan yang mana setiap hari mereka selalu berinteraksi, saling membantu

antar sesama jika salah satu diantara mereka mengalami kesulitan dalam

pemenuhan kebutuhan subsistensinya, mereka tidak memikirkan untung atau

rugi yang didapatkan jika saling membantu antar sesamanya.

Page 62: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

62

Tabel 4.3.2

Alasan Responden Menggunakan Strategi Alternatif Subsistensi

Alasan Responden

Strategi

Penghasilan Yang

Didapatkan Tidak

Mencukupi

Menambah Penghasilan

Penghasilan yang

Diperoleh Lebih

Menjanjikan

Situasi yang

mendesak

JUMLAH

F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)

Berjualan Kecil-

Kecilan 4 57,14 3 42,86 0 0 0 0 7 100

Bekerja serabutan 9 47,36 10 52,63 0 0 0 0 19 100

Bekerja Sebagai

Tukang Bangunan 1 25 3 75 0 0 0 0 4 100

Bekerja Keluar Desa 4 80 1 20 0 0 0 0 5 100

Sumber Pertanyaan no. 29 koding no. 112-115

Page 63: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

63

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa: Strategi responden memilih

menggunakan strategi alternatif subsistensi

Berjualan Kecil-Kecilan

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 4 responden memilih

berjualan kecil-kecilan karena alasan penghasilan yang tidak mencukupi dengan

prosentase 57,14%, 3 responden memilih berjualan kecil-kecilan karena alasan

menambah penghasilan dengan prosentase 42,86%.

Bekerja serabutan

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 9 responden memilih

bekerja serabutan karena alasan penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi

dengan prosentase 47,36%, 10 responden memilih bekerja serabutan dengan

alasan menambah penghasilan, dengan prosentase 52,63%,

Bekerja Sebagai Tukang Bangunan

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat 1 responden memilih bekerja

sebagai tukang bangunan dengan alasan penghasilan yang didapatkan tidak

mencukupi sebesar 25%, 3 responden memilih bekerja sebagai tukang bangunan

dengan alasan menambah penghasilan dengan prosentase 75%

Bekerja Keluar Desa

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 4 responden memilih

bekerja keluar desa dengan alasan penghasilan yang tidak mencukupi dengan

prosentase 80%, 1 responden masing-masing memilih bekerja keluar desa

Page 64: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

64

dengan alasan menambah penghasilan dan Penghasilan yang diperoleh lebih

menjanjikan prosentase 20 %,

Disamping data temuan mengenai alasan pemilihan strategi alternatif

subsistensi dari tabel frekuensi juga tim lapangan menyertakan data dari

potongan wawancara indepth interview,

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Pewawancara : npo wonten pekerjaan lain npo cara lain damel nyekapne

kangelan kebutuhan maeme bu selain buruh tani?

Informan :Enggeh, iku ngarit wedus, lumayan dapet lima ewu kalau enggak

sepuluh ewu.

Pewawancara : alasane npo buk?

Informan : ngge keadaane kyok ngene mbak, wong mlarat penghasilane ngak

nyukupi nak,

Dari hasil temuan data berdasarkan tabel frekuensi no 4.3.2 dan potongan

indepth diatas membuktikan bahwa petani miskin yang telah tim lapangan

wawancarai yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, yang menggunakan strategi subsistensi

baik itu yang memilih cara strategi berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai

tukang bangunan maupun bekerja ke luar desa kebanyakan mereka

mengutarakan alasannya karena penghasilan yang mereka peroleh dari buruh

Page 65: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

65

tani saja tidak bisa mencukupi untuk memenuhi kebutuhan subsistensi yang

semakin hari harganya semakin meningkat, karena penghasilan yang mereka

peroleh dari bekerja sebagai buruh tani jika bekerja sehari penuh hanya Rp

30.000, sedangkan jika bekerja hanya setengah hari penghasilan yang mereka

peroleh hanya Rp 15.000, bekerja sebagai buruh tani itupun para petani miskin

tidak bisa dipastiin bekerja setiap hari, kalau ada yang nyuruh untuk menggarap

sawah mereka kerja. Mayoritas petani miskin (buruh tani) di Desa Jeblog, dalam

seminggu mereka hanya bekerja 3-4 hari. Sedangkan mereka yang bekerja

serabutan kebanyakan mereka memaparkan alasan karena untuk menambah

penghasilan, karena penghasilan yang mereka peroleh tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan subsistensi. Sehingga mau tidak mau mereka mencari

pekerjaan lain yang bisa menutupi kesulitan kebutuhan subsistensi yang mereka

alami, seperti halnya dari temuan data wawancara indepth interview, informan

(buruh tani) menambah penghasilan dengan melakukan berbagai pekerjaan

serabutan diantaranya: ngaret, mreman dan lain-lain, mereka tidak memikirkan

seberapa besar upah yang mereka peroleh dari bekerja, akan tetapi mereka

menerima seberapapun penghasilan yang diperoleh dari bekerja serabutan

asalkan dapat menambah penghasilan guna memenuhi kesulitan kebutuhan

subsistensinya.

Jika dilihat dari alasan yang dipaparkan oleh petani miskin di Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, yang memilih strategi alternatif subsistensi

kebanyakan alasan yang dipaparkan karena penghasilan yang tidak mencukupi

Page 66: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

66

serta untuk menambah penghasilan sesuai pada tabel frekuensi 4.3.2

dihubungkan dengan tindakan rasionalitas Max Weber, khusus petani miskin

yang memilih strategi alternatif subsistensi lebih tergolong mengarah pada

tindakan rasional intrumental, mereka sudah mempertimbangkan berbagai alasan

kenapa mereka memilih untuk bekerja serabutan.

Page 67: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

67

Tabel 4.3.3

Alasan Responden Menggunakan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang

Alasan Responden

Strategi

Penghasilan

Yang Didapat

Tidak

Mencukupi

Ada Rasa Sungkan

Jika Meminta

Bantuan Kepada

Orang Lain

Situasi yang

Mendesak

Merupakan

keadaan JUMLAH

F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)

Berpuasa 7 87,5 0 0 1 12,5 0 0 8 100

Mengurangi intensitas

makan (kurang dari 3x

dalam sehari)

6 60 1 10 1 10 2 20 10 100%

Mengkonsumsi makanan

yang kualitasnya lebih

rendah

15 55,55 2 7,4 3 11 7 25,9

3 27 100%

Sumber Pertanyaan no. 34 Koding no. 151-154

Page 68: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

68

Data dari tabel diatas menjelaskan bahwa responden yang memilih strategi

mengikat sabuk lebih kencang dengan cara:

Berpuasa

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 7 responden memilih cara

berpuasa dengan alasan penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi dengan

prosentase 87,5%, 1 responden memilih berpuasa karena situasi yang mendesak

dengan prosentase 12,5%,

Mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari)

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 6 responden memilih

cara berpuasa dengan alasan penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi

dengan prosentase 60%, 1 responden memilih berpuasa dengan alasan karena

memiliki rasa sungkan jika meminta bantuan orang lain serta karena situasi yang

mendesak yang masing-masing dengan prosentase 10%, Serta 2 responden yang

memilih berpuasa beralasan karena sudah merupakan suatu keadaan mereka

yang dasarnya memang tidak bisa mencukupi kebutuhan subsistensi.

Mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 14 responden memilih

cara mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah dengan alasan

penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi dengan prosentase 56%, 2

responden memilih mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah

dengan alasan karena memiliki rasa sungkan jika meminta bantuan orang lain

dengan prosentase 8%, 3 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang

Page 69: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

69

kualitasnya lebih rendah dengan alasan beralasan karena situasi yang mendesak

dengan prosentase 12%, serta 6% responden memilih untuk mengkonsumsi

makanan yang kualitasnya lebih rendah dengan alasan karena sudah merupakan

suatu keadaan mereka yang dasarnya memang tidak bisa mencukupi kebutuhan

subsistensi dengan prosentase sebesar 24%.Makanan yang kualitasnya lebih

rendah bisanya mereka makan sayur-sayuran yang ditanam dan dimakan sendiri.

Disamping data temuan mengenai alasan pemilihan strategi alternatif

subsistensi dari tabel frekuensi juga tim lapangan menyertakan data dari

potongan wawancara indepth interview:

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Informan : Ya..gitu mbak, makane cuma karo tempe, tahu, ya, kalau ora

duwe lauk, yo kulo mboten maem. Kadang dikasih sama

tonggo. Kadang malu mbak dikasih terus, kayaknya nyusahin

orang terus.

Pewawancara : alasane npo buk kok maem kale tempe?

Informan : ngge keadaane kyok ngene mbak, wong mlarat penghasilane

ngak nyukupi nak, ngge sak anane di maem.

Dari hasil temuan data berdasarkan tabel frekuensi no 4.3.3 dan potongan

indepth diatas membuktikan bahwa petani miskin yang telah tim lapangan

wawancarai yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, yang menggunakan strategi mengikat

Page 70: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

70

sabuk lebih kencang baik itu yang memilih strategi alternatif subsistensi

dengan cara berpuasa, mengurangi intensitas makan (tiga hari menjadi dua kali

sehari atau sekali dalam sehari), serta mengurangi kualitas makanan

kebanyakan dari mereka karena alasannya yang memang keadaannya sudah

melarat yang penghasilan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

subsistensi, seperti halnya dalam potongan indepth interview diatas.

Kebanyakan mereka yang memilih strategi mengikat sabuk lebih kencang

karena umur mereka yang sudah tua, sehingga untuk memilih strategi alternatif

subsistensi dengan cara bekerja serabutan mereka tidak kuat tenaganya,

sehingga mereka mau tidak mau makan seadanya, jika penghasilannya tidak

mencukupi dan pada keadaan yang benar-benar kesulitan, dan tidak ada yang

memberi pertolongan mereka memilih bahkan tidak makan/ berpuasa. Jika

dilihat dari alasan yang dipaparkan berdasarkan temuan data dari tabel

frekuansi dan potongan wawancara indepth interview petani miskin yang

memilih strategi alternatif subsistensi, baik itu yang memilih berpuasa,

mengurangi kuantitas makan, serta mengurangi kualitas makanan sesuai pada

tindakan rasionalitas Max Weber yang tergolong pada tindakan tradisional,

dimana para petani ini memaparkan alasan karena penghasilan yang tidak

mencukupi kebutuhan subsistensi sehingga sudah menjadi suatu kebiasaan atau

keseringan jika mereka mengalami kesulitan subsistensi mereka berpuasa,

mengurangi kuantitas atau kualitas makanan.

Page 71: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

71

4.4 Kendala Petani Miskin Dalam Memilih Strategi di Desa Jeblog, Kecamatan

Talun, Kabupaten Blitar

Variabel kendala dalam pemilihan strategi digunakan untuk menjawab

rumusan masalah keempat mengenai apa kendala petani miskin di Desa Jeblog,

Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dalam memilih strategi, untuk menjawab

rumusan masalah ini akan dijelaskan dalam beberapa indikator tentang kendala-

kendala dalam pemilihan strategi (strategi memanfaatkan hubungan sosial,

strategi alternatif subsistensi, serta strategi mengikat sabuk lebih kencang),

dengan disertakan tabel frekuensi, potongan indepth.

Tabel 4.4.1

Ada tidaknya Kendala (strategi relasi sosial)

Kendala Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Meminta uang kepada

anaknya yang sudah

bekerja

12 52,17 11 5,26 23 100

Meminjam/ berhutang

kepada orang lain 12 30,77 27 69,23 39 100

Menjual barang berharga

yang dimiliki 0 0 7 100 7 100

Saling membantu

(hubungan timbal balik) 17 47,22 19 52,78 36 100

Lainnya (meminjam PT) 0 0 2 100 2 100

Sumber Pertanyaan no. 26 Koding 77-81

Dari tabel 4.4.1 dapat dilihat bahwa dari 23 responden yang memilih cara

hubungan sosial dengan meminta uang kepada anak yang bekerja 12 responden

Page 72: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

72

tidak merasa mengalami kendala dengan prosentase 52,17%, dan 11 responden

mengalami kendala dengan prosentase sebesar 5,26%. Dari 39 responden yang

menggunakan cara Meminjam/ berhutang kepada orang lain 12 responden tidak

mengalami kendala dengan prosentase sebesar 30,77% dan 27 responden

mengalami kendala dengan prosentase sebesar 69,23%, 7 responden yang

memilih cara dengan menjual barang berharga yang dimiliki semuanya

mengalami kendala, dari 36 responden 17 responden yang memilih saling

membantu (hubungan timbal balik) tidak mengalami kendala, 19 responden

mengalami kendala dengan prosentase sebesar 52,78%, dan hanya 2 responden

yang memilih meminjam ke PT mereka semuanya mengalami kendala.

Petani miskin di desa Jeblog yang cara pemilihan strategi memanfaatkan

relasi / hubungan sosial dengan meminta uang kepada anaknya yang sudah

bekerja, meminjam / berhutang kepada orang lain, menjual barang berharga

yang dimiliki, saling membantu (hubungan timbal balik), dan meminjam di PT,

kesemuanya mengalami kendala ketika digunakan untuk memenuhi kebutuhan

subsistensinya. Berikut hasil temuan data dilapangan yang telah didapatkan baik

temuan data berupa ada atau tidaknya kendala dan bentuk kendala cara

pemilihan strategi dengan memanfaatkan relasi / hubungan sosial :

Page 73: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

73

Tabel 4.4.2

Kendala Responden dalam Pemilihan Strategi Relasi Sosial

Kendala

Pemilihan strategi

Adanya Rasa

Sungkan

Hubungan

Tidak Terlalu

Akrab

Takut

Tidak Bisa

Me-

ngembalika

n Hutang

Ketika

Tidak Ada

Yang

Memberi

Pertolongan

Tidak

memiliki

barang

berharga

untuk dijual

Jumlah

F (%) F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)

Meminta uang kpd

anaknya yang bekerja 11 100 0 0 0 0 0 0 0 0 11 100

Meminjam/ berhutang

kepada orang lain 17 62,96 2 7,40 7 25,9 1 3,7 0 0 27 100

Menjual barang

berharga yang dimiliki 0 0 0 0 4 57,14 0 0 3 42,86 7 100

Saling membantu

(hubungan timbal balik) 3 15,79 4 21 0 0 10 52,63 2 10,53 19 100

Lainnya (meminjam

PT) 0 0 0 0 2 100 0 0 0 0 2 100

Sumber Pertanyaan no.27 koding no. 82-86

Page 74: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

74

Dari data 4.4.2 dapat dilihat bahwa dari 11 responden yang meminta uang

kepada anaknya yang bekerja mereka mempunyai kandala adanya rasa sungkan,

dari 27 responden yang meminjam/ berhutang kepada orang lain 17 responden

memiliki kendala karena memiliki rasa sungkan dengan prosentase 62,96%, 2

responden yang meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan kendala karena

hubungannya tidak terlalu akrab dengan prosentase 7,40%, 7 responden

memiliki kendala rasa takut tidak bisa mengembalikan hutang dengan prosentase

25,9%, 1 responden yang meminjam/ berhutang kepada orang lain memiliki

kendala ketika tidak ada yang memberi pertolongan dengan prosentase 3,7%.

Dan dari 7 rasponden yang mempunyai kendala menjual barang berharga yang

dimiliki 4 responden responden memiliki kendala takut tidak bisa

mengembalikan dengan prosentase 57,14%, 3 responden tidak memiliki barang

untuk dijual dengan prosentase 42,86%. Dari 19 responden yang yang

mempunyai kendala memilih saling membantu (hubungan timbal balik) 3

responden memiliki kendala adanya rasa sungkan dengan prosentase 15,79%, 4

responden memiliki kendala hubungannya tidak terlalu akrab dengan prosentase

57,14%, 3 responden memiliki kendala tidak memiliki barang berharga untuk

dijial dengan prosentase sebesar 42,86%. Dari 19 responden yang memiliki

kendala. memilih saling membantu atau hubungan timbal balik 3 responden

memiliki kendala hubungan tidak terlalu akrab dengan prosentase sebesar

15,79%, 4 responden memiliki kendala hubunangannya tidak terlalu akrab

dengan prosentase sebesar 21%. Serta dari 2 responden yang memilih untuk

Page 75: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

75

meminjam PT kesemuanya mengalami kendala karena takut tidak bisa

mengembalikan hutangnya.

Disamping temuan data berupa tabel frekuensi, berikut ini indepth interview

yang bisa mendukung hasil temuan data lapangan mengenai kendala petani

miskin dalam memilih strategi subsistensi petani,

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Pewawancara : Tadi ibu katakan, ibu memiliki anak yang sudah bekerja,

mengapa tidak meminta bantuan dari sang anak?

Informan : Ya, anak sih pernah kirimi saya uang, tapi ya saya sungkan

mbak, anak ku wes punya keluarga, ben duite buat kelurgae

saja.

Pada indepth diatas menunjukkan bahwa responden yang diwawancarai oleh

pewawancara, mengalami kendala ketika memilih cara strategi relasi / hubungan

sosial dengan meminta uang kepada anaknya yang sudah bekerja, dikarenakan

adanya rasa sungkan kepada anaknya.

Dilihat dari hasil temuan data berdasarkan tabel 4.4.1 dan 4.4.2 dan indepth

interview yang ada diatas membuktikan bahwa petani miskin yang ada di desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, mereka ketika melakukan

pemilihan strategi relasi / hubungan sosial menyadari adanya sebuah kendala /

resiko yang akan dihadapi, bahkan meminjam dana pada PT yang berakhir hasil

pertaniannya dibeli dengan harga murah, menurut mereka hal tersebut adalah

Page 76: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

76

pilihan yang terbaik dari yang telah ada. Salah satu contohnya petani pemilik

lahan sempit supaya lahannya bisa digarap dan menghasilkan uang daripada

tidak sama sekali dalam mengatasi kekurangan dananya memilih cara meminjam

di PT. baik pemilik lahan sempit maupun buruh tani tidak memilih meminta

bantuan kepada Bank, karena bunganya yang terlalu besar, daripada PT yang

mana bantuannya tidak ada bunga dan kalaupun hasil pertaniannya gagal panen,

para petani pemilik lahan sempit itu tidak perlu pusing untuk mengembalikan

dananya. Ini menunjukkan dalam teori James Scott yang menjelaskan mengenai

prinsip moral ekonomi petani safety first, dimana prinsip mendahulukan

keselamatan bagi petani miskin adalah cara terbaik untuk bisa survival dalam

permasalahan subsistensinya.

Selain itu menunjukkan bahwa petani miskin di Desa Jeblog lebih banyak

mengalami kendala pada cara pemilihan strategi relasi sosial dengan meminjam /

berhutang kepada tetangga dan melalui hubungan timbal balik dikarenakan

adanya rasa sungkan dan tidak ada yang memberi pertolongan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa petani miskin yang ada di Desa Jeblog masih

mempertimbangkan kendala yang bersifat sosial atau lebih mengarah pada nilai

– nilai solidaritas yang berlaku di masyarakat. Berdasar teori Max Weber

menunjukkan bahwa tindakan sosial yang dilakukan petani di Desa Jeblog untuk

bisa survival memenuhi kebutuhan subsistensinya dengan pemilihan strategi

relasi / hubungan sosial mengarah pada tindakan sosial tradisional, yang mana

Page 77: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

77

tindakan sosialnya berorientasi pada nilai – nilai yang turun menurun dan sudah

ada sebelumnya.

Tabel 4.4.3

Ada tidaknya Kendala (strategi alternatif subsistensi)

Kendala

Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berjualan kecil-

kecilan 1 14,28 6 85,71 7 100

Bekerja serabutan 5 26,31 14 73,68 19 100

Bekerja sebagai

tukang bangunan 3 75 1 25 4 100

Bekerja keluar desa 1 20 4 80 5 100

Sumber Pertanyaan no.31 Koding 155-157

Dari tabel 4.4.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 7 responden yang memilih

strategi alternatif subsistensi dengan berjualan kecil-kecilan 1 responden tidak

merasa mengalami kendala dengan prosentase 14,28%, dan 6 responden

mengalami kendala dengan prosentase sebesar 85,71%. Dari 19 responden yang

menggunakan cara bekerja serabutan 5 responden tidak mengalami kendala

dengan prosentase sebesar 26,31% dan 14 responden mengalami kendala dengan

prosentase sebesar 73,68%, 4 responden yang memilih cara dengan bekerja

sebagai tukang bangunan 3 responden tidak mengalami kendala dengan

prosentase 75%, 1 responden mengalami kendala dengan prosentase 25% dari 5

responden 1 responden yang memilih bekerja ke luar desa tidak mengalami

kendala dengan prosentase 20%, dan 4 responden mengalami kendala dengan

prosentase 80%.

Page 78: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

78

Tabel 4.4.4

Kendala Responden dalam Pemilihan Strategi Alternatif Subsistensi

Kendala

Pemilihan strategi

Ketika barang

jualan tidak laku

Ketika tidak ada yang

memberi pekerjaan

Resiko yang

ditanggung tinggi Jumlah

F (%) F (%) F (%) F (%)

Berjualan kecil-kecilan 4 66,67 2 33,33 0 0 6 100

Bekerja serabutan 0 0 11 78,57 3 21,43 14 100

Bekerja sebagai tukang

bangunan 0 0 0 0 1 100 1 100

Bekerja keluar desa 0 0 4 100 0 0 4 100

Sumber Pertanyaan no.31 koding no. 122-126

Page 79: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

79

Dari tabel data 4.4.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 6 responden yang

memiliki kendala memilih berjualan kecil-kecilan mereka mempunyai kandala

ketika barangnya tidak laku untuk dijual dengan prosentase sebesar 66,67%, 2

responden memiliki kndala resiko yang ditanggung tinggi dengan prosentase

sebesar 33,33% dari 14 responden memilih bekerja serabutan 11 responden

memiliki kendala ketika tidak ada yang memberi pekerjaan dengan prosentase

78,57%, 3 responden dengan kendala resiko yang ditanggung tinggi dengan

prosentase 21,43%. Dan dari 7 rasponden yang memiliki kendala menjual

barang berharga yang dimiliki 4 responden responden memiliki kendala takut

tidak bisa mengembalikan dengan prosentase 57,14%, 3 responden tidak

memiliki barang untuk dijual dengan prosentase 42,86%. Dari 1 responden yang

yang memiliki kendala bekerja sebagai tukang bangunan responden memiliki

kendala resiko yang ditanggung tinggi dengan prosentase 100%. Dari 4

responden yang memiliki kendala bekerja diluar desa 4 responden memiliki

kendala ketika tidak ada yang memberi pekerjaan dengan prosentase 100%. yang

adanya rasa sungkan dengan prosentase 15,79%, 4 responden memiliki kendala

hubungannya tidak terlalu akrab dengan prosentase 57,14%, 3 responden

memiliki kendala tidak memiliki barang berharga untuk dijual dengan prosentase

sebesar 42,86%. Dari 19 responden yang memilih saling membantu atau

hubungan timbal balik 3 responden memiliki kendala hubungan tidak terlalu

akrab dengan prosentase sebesar 15,79%, 4 responden memiliki kendala

hubunangannya tidak terlalu akrab dengan prosentase sebesar 21%. Serta dari 2

Page 80: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

80

responden yang memilih untuk meminjam PT kesemuanya mengalami kendala

karena takut tidak bisa mengembalikan hutangnya.

Disamping temuan data berupa tabel frekuensi, berikut ini indepth interview

yang bisa mendukung hasil temuan data.

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Pewawancara : Apa kendala ibu Giah selama ini untuk bisa memenuhi

kebutuhan sehari – hari?

Informan : Ya, kendalanya itu mbak, kalau tidak ada yang minta

untuk ngarit wedus, ya aku ndak punya uang tambahan

buat kebutuhan sehari – hari mbak

Dilihat dari hasil temuan data yang ada berdasarkan tabel frekuensi 4.4.3

dan 4.4.4 dan potongan indepth interview diatas membuktikan bahwa petani

miskin yang ada di Desa Jeblog menunjukkan bahwa petani miskin yang ada di

desa Jeblog lebih banyak mengalami kendala pada cara pemilihan bekerja

serabutan dikarenakan ketidakberdayaannya petani miskin ketika tidak ada yang

memberikan pekerjaan padanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani miskin

yang ada di Desa Jeblog masih menggantungkan kehidupannya pada nilai – nilai

yang berlaku di masyarakat, yaitu hukum solidaritas. Berdasar teori Max Weber

menunjukkan bahwa tindakan sosial yang dilakukan petani di desa Jeblog untuk

bisa survival memenuhi kebutuhan subsistensinya dengan pemilihan strategi

alternative / swadaya masyarakat mengarah pada tindakan sosial tradisional,

Page 81: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

81

yang mana tindakan sosialnya berorientasi pada nilai – nilai yang turun menurun

dan sudah ada sebelumnya.

Tabel 4.4.5

Ada tidaknya Kendala (strategi mengikat sabuk lebih kencang)

Kendala

Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Berpuasa 7 87,5 1 12,5 8 100

Mengurangi intensitas

makan (kurang dari 3x

dalam sehari)

7 70 3 30 10 100

Mengkonsumsi makanan

yang kualitasnya lebih

rendah

17 62.96 10 37 27 100

Sumber Pertanyaan no.35 Koding 155-158

Dari tabel 4.4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 8 responden yang memilih

strategi mengikat sabuk lebih kencang 7 responden tidak merasa mengalami

kendala atau sebesar 87,5%, dan 1 responden mengalami kendala atau sebesar

12,5%. Dari 10 responden yang menggunakan cara mengurangi intensitas makan

(kurang dari 3x dalam sehari) 7 responden tidak mengalami kendala atau

sebesar 70% dan 3 responden sebesar 30%, 17 responden yang memilih cara

dengan mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah tidak mengalami

kandala dengan prosentase sebesar 62.96%, 10 reponden yang memilih cara

dengan mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah dengan

prosentase 37%

.

Page 82: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

82

Tabel 4.4.6

Kendala Responden dalam Pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang

Kendala

Pemilihan strategi

Nafsu atau keinginan untuk

makan tiga kali Memiliki Penyakit Jumlah

Frekuensi (%) Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Berpuasa 1 100 0 0 1 100

Mengurangi intensitas makan

(kurang dari 3x dalam sehari) 3 100 0 0 3 100

Mengkonsumsi makanan yang

kualitasnya lebih rendah 5 50 5 50 10 100

Sumber Pertanyaan no.36 koding no. 159-161

Page 83: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

83

Dari data tabel 4.4.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 1 responden yang

memiliki kendala memilih berpuasa mereka mempunyai kandala ketika nafsu

atau keinginan untuk makan sebanyak tiga kali dengan prosentase sebesar 100%,

dari 3 yang memiliki kendala responden memiliki kendala mengurangi

intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) kesemuanya memiliki kendala

ketika nafsu stau keinginan untuk makan sebanyak tiga kali dalam sehari dengan

prosentase sebesar 100%. Dari 10 responden yang memiliki kendala

mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah, 5 responden memiliki

kendala resiko yang ditanggung tinggi dengan prosentase sebesar 50%,

sedangkan 5 responden memiliki kendala karena memiliki penyakit dengan

prosentase sebesar 50% juga.

Berikut ini indepth interview yang bisa mendukung hasil temuan data tabel

frekuensi diatas :

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Pewawancara : Apa ada kendala begitu bu, waktu ibu giah makan seadanya

itu ?

Informan : ya gak ada seh mbak wes biasa. Paling kalau makannya

cuman lauk tempe atau seadanya gitu gampang lemes

dibandingkan kalau ama makan sayuran

Pada indepth diatas menunjukkan bahwa responden yang diwawancarai oleh

pewawancara, mengalami kendala ketika memilih cara strategi mengikat sabuk

lebih kencang dengan cara mengurangi kualitas makanan yaitu mengalami rasa

Page 84: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

84

sakit pada responden petani miskin tersebut untuk bisa memenuhi kebutuhan

subsistensinya.

Dilihat dari hasil temuan data tabel frekuensi 4.4.5 dan 4.4.6 yang ada diatas

membuktikan bahwa petani miskin yang ada di desa Jeblog, Kecamatan Talun,

Kabupaten Blitar, mereka ketika melakukan pemilihan strategi mengikatkan

sabuk lebih kuat juga mengalami adanya sebuah kendala / resiko yang akan

dihadapi, bahkan resiko pada akhirnya berada pada level yang cukup serius,

yaitu ancaman pada kondisi kesehatannya. Ketika responden memilih berpuasa

ataupun mengurangi intensitas makanan ataupun melakukan pengurangan pada

kualitas makanannya petani akan mengalami gangguan pada kesehatan pada

tahap yang lebih serius karena asupan gizinya yang rendah. Akan tetapi daripada

petani miskin tersebut tidak makan sama sekali justru beresiko kelaparan

dashyat berujung pada kematian sangat dekat. Lebih baik masih ada asupan

energy yang masuk daripada tidak ada sama sekali. Dalam fenomena kendala

yang dialami pada pemilihan strategi mengikat sabuk lebih kencang ini juga

sama menunjukkan dalam teori James Scott yang menjelaskan mengenai prinsip

moral ekonomi petani safety first dan menghindari resiko, dimana prinsip

mendahulukan keselamatan dan menghindarkan dari ancaman resiko terbesar

bagi petani miskin adalah cara terbaik untuk bisa survival dalam permasalahan

subsistensinya.

Pada pemilihan strategi mengencangkan sabuk lebih kencang oleh petani

miskin di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar pada fenomena hasil

Page 85: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

85

temuan data mengenai kendala yang dialaminya menunjukkan bahwasanya

pemilihan yang dilakukannya tidak dapat menjawab permasalahan pemenuhan

kebutuhan subsistensinya, namun yang dilakukannya hanya bersifat

mengamankan dirinya untuk masih tetap bertahan hidup pada saat itu saja,

namun jika kemudian justru berakibat tidak dapat terpenuhi kebutuhannya

karena gangguan kesehatan yang dihadapinya, justru tidak menjadi

pertimbangan pemilihan strateginya. Dalam kacamata teori tindakan sosial Max

Weber lebih mencerminkan pada tindakan sosial tradisional, karena pemilihan

antara alat dan tujuan tidak berjalan secara tepat atau linier untuk menghadapi

permasalahan.

4.5 Dampak Pemilihan Strategi Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi

di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar

Variabel dampak pemilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan

subsistensi digunakan untuk menjawab rumusan masalah kelima mengenai

bagaimana dampak pemilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan

subsistensi, untuk menjawab rumusan masalah ini akan dijelaskan dalam

beberapa di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar indikator tentang

dampak-dampak dalam pemilihan strategi (strategi memanfaatkan hubungan

sosial, strategi alternatif subsistensi, serta strategi mengikat sabuk lebih

kencang), dengan disertakan tabel frekuensi, potongan indepth.

Page 86: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

86

Tabel 4.5.1

Kecukupan Pemilihan Strategi Terhadap Pemenuhan Kebutuhan

Kecukupan Pemilihan Strategi

Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Frekuensi Presentase (%)

Tidak 6 12

Ya 44 88

Jumlah 50 100

` Sumber Pertanyaan no.37 Koding no.163

Dari tabel di atas dapat dilihat dari total 50 responden, 6 responden atau

sebanyak atau 12% responden menyatakan bahwa strategi yang dipilih ternyata

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan subsistensi. Sedangkan sebanyak 44

responden atau 88% responden menyatakan bahwa strategi yang dipilih telah

cukup untuk memenuhi kebutuhan subsistensi mereka.

Tabel 4.5.2

Intensitas Pemenuhan Strategi Terhadap Kebutuhan Subsistensi

Intensitas Frekuensi Persentase (%)

Pernah sekali 1 2,27

Jarang 9 20,4

Sering 34 77,2

Jumlah 44 100

Sumber Pertanyaan no. 38 Koding no. 164

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebanyak 1 responden atau 2,27%

responden menyatakan bahwa strategi subsistensi yang digunakannya perah

sekali saja membantu memenuhi kebutuhan subsistensinya. Selain itu sebanyak

9 responden atau 20,4% responden menyatakan bahwa strategi yang mereka

pilih jarang berhasil dalam memenuhi kebutuhan subsistensi mereka. Kemudian

Page 87: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

87

sebanyak 34 responden atau 77,2% responden lainnya menyatakan bahwa stategi

subsistensi yang dilakukan sering berhasil dalam upaya memenuhi kebutuhan

subsistensi responden. Dengan strategi yang digunakan mayoritas responden

sering berhasil memenuhi kebutuhannya.

Disamping data temuan mengenai alasan pemilihan strategi alternatif

subsistensi dari tabel frekuensi juga tim lapangan menyertakan data dari potongan

wawancara indepth interview:

Potongan indepth interview Erika Isnaini M, dengan buruh tani Laki-laki

Pewawancara :nang ngonten nku pas mpun diparingi anak npo mpun

tercukupi pak?

Informan :tercukupi ngge tercukupi nak,

Berdasarkan dari hasil temuan dari dan potongan indepth interview Sesuai

pada tabel frekuensi 4.5.1 tentang kecukupan pemilihan strategi terhadap

pemenuhan kebutuhan didapat data yang menyatakan dari total 50 responden

yang telah peneliti wawancarai, menyatakan bahwa strategi yang dipilih telah

cukup untuk memenuhi kebutuhan subsistensi mereka dan hanya sebagian kecil

kesulitan kebutuhan subsistensi tidak bisa terpenuhi. Setelah pemilihan

penggunaan tiga strategi subsistensi seperti halnya teori James C. Scott yang

terkenal dengan teori mekanisme survival, yaitu strategi hubungan atau relasi

sosial, strategi alternatif subsistensi, dan strategi mengikat sabuk lebih kencang,

kebanyakan responden mengatakan bahwa kesulitan pemenuhan kebutuhan yang

Page 88: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

88

dialaminya bisa tercukupi walaupun tidak semua kesulitannya pemenuhan

kebutuhan tersebut dapat terpenuhi akan tetapi bisa meringankan sebagian besar

kesulitan pemenuhan kebutuhan subsistensi yang sedang responden alami.

(untuk jawaban tidak)

Tabel 4.5.3

Tindakan Responden Apabila Strategi Tak Dapat

Memenuhi Kebutuhan Subsistensi

Tindakan Responden Frekuensi Persentase (%)

Terpaksa tidak dipenuhi

kebutuhannya 20 45,45

Menunda kebutuhan tersebut

untuk dipenuhi 15 34

Mengganti strategi lain 9 20,45

Jumlah 44 100

Sumber Pertanyaan no. 42 Koding no. 173

Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui tindakan responden apabila

strategi yang dilakukan tidak dapat memenuhi kebutuhan subsistensinya, yaitu

sebanyak 20 responden atau 45,45% responden terpaksa tidak dipenuhi

kebutuhannya. Kemudian 15 responden atau 34% responden memilih untuk

menunda kebutuhan tersebut untuk dipenuhi. Sedangkan 9 responden atau

20,45% responden lainnya memilih untuk mengganti strategi yang digunakan

dengan strategi lain.

Page 89: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

89

Tabel 4.5.4

Pilihan untuk Mengulang Strategi

Pilihan Untuk Mengulang

Strategi Terdahulu Frekuensi Persentase (%)

Tidak 1 17

Ya 5 83

Jumlah 6 100

Sumber Pertanyaan no. 43 Koding no. 174

Dari data tabel di atas dapat kita ketahui apabila strategi yang dipilih tidak

dapat memenuhi kebutuhan subsistensi, sebanyak 1responden atau 17%

responden menyatakan tidak akan mengulang memilih strategi yang terdahulu.

Sedangkan sebanyak 5 responden atau 83% responden sisanya masih tetap

memilih untuk mengulang strategi terdahulu.

Dari temuan-temuan data dari tabel frekuensi 4.5.3 dan 4.5.4 diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa strategi-strategi subsistensi yang dipilih petani hanya

sebagaian kecil saja yang pernah tidak bisa mencukupi kebutuhan subsistensi,

akan tetapi walaupun strategi tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan

subsistensinya, petani miskin di Desa Jeblog masih tetap menggulangi untuk

menggunakan strategi yang dipilih sebelumnya, serta jika strategi subsistensi

yang dipilih tidak berhasil mereka terpaksa kebutuhan subsistensinya tidak

dicukupi. Prosentase untuk tidak mengulang strategi subsistensi yang dipilih

hanya sedikit sesuai pada tabel frekuansi 4.5.4 hal ini disebabkan hanya strategi

itulah yang bisa petani miskin lakukan dan sesuai dengan kemampuan yang

dimili petani miskin itu sendiri, jika dia memilih mengganti memilih strategi

Page 90: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

90

subsistensi yang lain maka dia harus bekerja lebih keras untuk manggunakan

strategi yang baru, yang mana strategi itu tidak sesuai dengan kemampuannya.

(Untuk Jawaban Ya)

Tabel 4.5.5

Kebutuhan Yang Terpenuhi Setelah Penggunaan Strategi

Kebutuhan yang

Terpenuhi

Tidak Ya Jumlah

F (%) F (%) F (%)

Terpenuhinya asupan gizi

dan kalori 1 3,33 29 96,67 30 100

Terpenuhinya kebutuhan

sandang 1 8,33 11 91,67 12 100

Terpenuhinya kebutuhan

pendidikan 6 26 17 73,91 23 100

Terpenuhinya kebutuhan

kesehatan 4 12,9 27 87 31 100

Terpenuhinya kebutuhan

yang mendesak 6 14.63 35 85,37 41 100

Sumber Pertanyaan no. 39 Koding no. 165-170

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebanyak 1 responden atau 3,33 %

responden masih tidak terpenuhi asupan gizi dan kalorinya, sedangkan 29

responden atau 96,67% responden merasa telah terpenuhi asupan gizi dan

kalorinya setelah memilih menggunakan strategi subsistensi. Kemudian untuk

kebutuhan sandang, sebanyak 1 responden atau 8,33% responden merasa tidak

terpenuhi kebutuhannya sedangkan sebanyak 11 responden atau 91,67%

responden merasa telah terpenuhi kebutuhan sandangnya. Sebanyak 6 responden

atau 26% responden merasa tidak terpenuhi kebutuhan pendidikannya.

Sedangkan sebanyak 17 responden atau 73,91% responden merasa telah

Page 91: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

91

terpenuhi kebutuhan pendidikannya setelah melakukan strategi subsistensi. Bagi

pemenuhan kebutuhan kesehatan, sebanyak 4 responden atau 12,9% responden

merasa tidak terpenuhi kebutuhan kesehatannya walaupun telah melakukan

strategi subsistensi, sedangkan 27 responden atau 87% responden merasa

terpenuhi kebutuhan kesehatannya setelah menggunakan strategi subsistensi.

Dan sebanyak 6 responden atau 14.63% responden merasa belum terpenuhi

kebutuhan mendesaknya sedangkan sebanyak 35 responden 85,37% responden

responden merasa telah terpenuhi kebutuhan mendesaknya.

Tabel 4.5.6

Ketahanan Strategi Dalam Pemenuhan Kebutuhan

Waktu Frekuensi Persentase (%)

Sehari 16 36,3

Seminggu 9 20,4

Sebulan 19 43,1

Jumlah 44 100

Sumber Pertanyaan no. 40 Koding no. 171

Dari data tabel di atas dapat dilihat 16 responden atau 36,3% responden

menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dengan strategi yang dilakukan hanya

dapat bertahan selama sehari. Kemudian 9 responden atau 20,4% responden

menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dengan strategi yang dilakukan dapat

bertahan selama seminggu. Sementara itu 19 responden atau 43,1% responden

menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dengan strategi yang dilakukan dapat

bertahan selama sebulan. Berdasarkan temuan tersebut dapat dikatakan strategi

Page 92: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

92

subsistensi yang dilakukan mayoritas responden dapat bertahan untuk memenuhi

kebutuhan selama sebulan.

Selain temuan data dari tabel frekuensi dan untuk memperkuat data di atas,

dapat juga dilihat dari potongan data indepth interview yang dilakukan pada

informan, sebagai berikut:

Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan

Pewawancara :Bagaimana kondisi ibu setelah dibantu tonggo?

Informan :Alhamdulillah mbak, dadi iso maem, ndak sakit. Walaupun

cuma sehari dua hari tapi yo Alhamdulillah.

Potongan indepth interview Ayla Karina Budita dengan petani penyewa

Pewawancara :Setelah bapak melakukan manjing ataupun puasa itu. Apa

bapak tetap kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari?

Informan :Oh, ya enggak mpun tercukupi. Kalau makan ya seadanya

saja mbak.

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari wawancara responden di Desa

Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang dirangkum dalam temuan data

di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden telah berhasil memenuhi

kebutuhan subsistensi dengan menggunakan salah satu strategi, kedua strategi,

ataupun ketika strategi yang dipilih. Dengan menggunakan pilihan strategi

subsistensi tersebut mayoritas responden sering berhasil dalam pemenuhan

Page 93: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

93

kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil temuan tersebut juga dapat diketahui

bahwa setelah penggunaan strategi kesulitan kebutuhan subsistensi mendesak,

kebutuhan subsistensi kesehatan, kebutuhan subsistensi pendidikan, kebutuhan

subsistensi sandang, serta kebutuhan subsistensi asupan gizi dan kalori telah

dapat terpenuhi dengan baik sesuai pada temuan data pada tabel frekuensi 4.5.5,

hal ini dibuktikan dengan jumlah prosentase responden yang terpenuhi

kebutuhannya lebih mendominasi dibandingkan dengan responden yang tidak

dapat memenuhi kebutuhan subsistensinya.

Ketahanan setelah pemilihan strategi bersifat sangat lama sesuai pada hasil

temuan data tabel frekuensi 4.5.6 mayoritas responden setelah memilih strategi

ketahanannya dapat membantu dalam mengatasi kesulitan kebutuhan subsistensi

selama sebulan. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori yang dikemukakan oleh

James Scott tentang teori mekanisme survival yang terdiri dari

1. Menggunakan relasi atau Jaringan Sosial

Meminta bantuan dari relasi atau jaringan sosial seperti sanak saudara,

kawan-kawan sedesa, atau memanfaatkan hubungan dengan pelindungnya

(patron)/ memanfaatkan hubungan patronase, dimana ikatan patron dan klien

merupakan salah satu bentuk asuransi dikalangan petani.

Page 94: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

94

2. Alternatif subsistensi,

Menggunakan alternatif subsisten yaitu swadaya yang mencakup kegiatan

seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, sebagai buruh lepas,

atau melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan.

3. Mengikat sabuk lebih kencang.

Mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan jalan makan hanya sekali

sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah.

Dapat terbukti manfaatnya dengan memilih strategi-strategi tersebut dapat

membantu sebagian besar responden dalam mengatasi kesulitan dalam

pemenuhan kebutuhan subsistensi untuk tetap survive.

Page 95: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

95

BAB. 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sebagai tahap akhir dari kuliah lapangan, kesimpulan mengenai hasil

pengamatan penggunan strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan

subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar Kecamatan

Talun Kabupaten Blitar, akan ditarik kesimpulan dari menjawab rumusan

masalah, hasil temuan dan pengolahan data, serta hasil analisa data.

- Strategi Subsistensi yang Dipilih Petani Miskin Di Desa Jeblog,

Strategi yang dipilih oleh petani miskin di Desa Jeblog, semua strategi

yang dipilih responden berbeda-beda, strategi-strategi tersebut sesuai halnya

dengan strategi mekanisme survival oleh James C. Scott yaitu mereka

memilih menggunakan strategi hubungan atau relasi, strategi alternatif

subsistensi dan strategi mengikat sabuk lebih kencang. Akan tetapi

kebanyakan mereka memilih untuk memanfaatkan hubungan atau relasi

sosial. Hal ini dilakukan oleh petani miskin karena masih kentalnya rasa

solidaritas

- Cara Pemilihan Strategi Subsistensi Oleh Petani Miskin di Desa Jeblog,

Cara pemilihan strategi subsistensi dengan relasi / hubungan social,

ketika petani miskin mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

subsistensi, meminta uang kepada anaknya yang sudah bekerja, meminjam/

Page 96: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

96

berhutang kepada orang lain, menjual barang berharga yang dimiliki, saling

membantu (hubungan timbal balik), akan tetapi kebanyakan dengan

meminjam kepada tetangga dekat dan saling membantu (hubungan timbal

balik) antar tetangga. Cara pemilihan strategi subsistensi alternative

subsistensi petani miskin di Desa Jeblog diantaranya: Berjualan kecil-kecilan,

bekerja serabutan, bekerja tukang bangunan, bekerja keluar desa, akan tetapi

kebanyakan responden yang memiliih menggunakan strategi alternatif

subsistensi mereka mimilih cara bekerja serabutan, karena bekerja serabutan

tidak memerlukan biaya/ modal yang besar, dibandingkan jika memilih

berjualan kecil-kecil. Cara pemilihan strategi subsistensi dengan mengikat

sabuk lebih kencang Berpuasa, mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x

dalam sehari), mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah, akan

tetapi kebanyakan memilih cara mengkonsumsi makanan dengan kualitas

rendah, jika benar-benar dalam keadaan yang tidak bisa membeli lauk

maupun beras mereka hanya makan sayur yang ditanam sendiri di dekat

rumahnya.

- Alasan Petani Miskin Dalam Memilih Strategi di Desa Jeblog,

Petani miskin melakukan pemilihan strategi untuk memenuhi

kesulitan kebutuhan subsistensi karena mereka memiliki alas an-alasan

tersendiri. Alasan dari pemilihan strategi relasi atau hubungan sosial:

memiliki hubungan yang erat, penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi,

tidak menggunakan bunga saat mengembalikan, situasi yang mendesak.

Page 97: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

97

Alasan dari pemilihan strategi alternatif subsistensi: penghasilan tidak

mencukupi, dan menambah penghasilan. Alasan dari pemilihan strategi

mengikat sabuk lebih kencang: Penghasilan yang didapat tidak mencukupi,

ada rasa sungkan, situasi yang mendesak dan merupakan keadaan

- Kendala Dari Pemilihan Strategi

Setelah petani miskin melakukan pemilihan strategi subsistensi untuk

memenuhi kesulitan kebutuhan subsistensi baik mereka memiliki berbagai

kendala diantaranya, kendala pemilihan strategi relasi dan hubungan social:

adanya rasa sungkan, hubungan tidak terlalu akrab, takut tidak dapat

mengambalikan hutangnya, etika tidak ada yang memberi pertolongan, tidak

memiliki barang berharga untuk dijual. Kendala pemilihan strategi alternatif

subsistensi: ketika barang jualan tidak laku, ketika tidak ada yang memberi

pekerjaan, resiko yang ditanggung tinggi. Kendala pemilihan strategi

mengikat sabuk lebih kencang: hasrat atau keinginan untuk makan yang lebih

(3x sehari), memiliki penyakit, akan tetapi kebanyakan kendala dari memilih

strategi mengikat sabuk lebih kencang hasrat untuk makan lebih dari 3 kali

sehari

- Dampak Pemilihan Strategi Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi di

Desa Jeblog,

Dampak dari pamilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan

subsistensi tidak semua responden menjawab bahwa strategi subsistensi yang

dipilih dapat memenuhi kebutuha subsistensi, akan tetapi hanya 6 responden

Page 98: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

98

dari 50 responden yang menjawab demikian, akan tetapi kebanyakan sudah

terbukti bahwa strategi subsistensi yang dikenal James. C. Scott dengan

Mekanisme Survival yang telah dipilih berhasil mencukupi kebutuhan

subsistensi asupan gizi dan kalori, kebutuhan sandang, kebutuhan pendidikan,

kebutuhan kesehatan, kebutuhan yang mendesak.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan untuk penelitian yang akan dilakukan

selanjutnya yaitu antara lain sebagai berikut :

- Diharapkan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan mengenai masalah

yang dialami petani miskin di Desa Jeblog dalam masalah pemenuhan

kebutuhan subsistensi, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan

memberikan bantuan baik berupa uang untuk modal usaha atau barang

sembako dan memberikan keringanan biaya untuk biaya produksi pertanian.

- Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk lebih mempersiapkan kuesioner

dengan melakukan pretes ke desa yang akan dijadikan tempat penelitian

dengan seksama dan serius. Hal ini agar tidak terjadi kesalahan kuesioner

pada saat penelitian dilakukan, karena jika terjadi ketidak singkronan antara

kuisioner dengan keadaan desa sesungguhnya kita akan bekerja dua kali

untuk memperbaiki kuesioner.

Page 99: LAPORAN PENELITIAN SOSDES DESA JEBLOG, KOTA BLITAR

99

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Singarimbun, Masri., Sofian Effendi.1989. Metode Kuliah Lapangan Survey.

Jakarta: LP3ES.

James C. Scott, 1981. Moral Ekonomi Petani; Pergolakan dan Subsistensi di

Asia Tenggara. Jakarta : LP3ES

INTERNET

PNPM MPD.2011.Profil Desa Jeblog. http://pnpmmpd-talun.blogspot.com/2011

/11/profil-desa-jeblog.html. (diakses tanggal 28 November 2011).

Sitasdesablitar. 2012. Keidakadilan Adalah Sebab Sengketa Agraria Adalah

Sebab.http://Sitasdesablitar.press.com/kosevasi-lingkungan/reformasiagraria/

ketidakadilanadalah-sebab-sengketa-agraria-adalah-akibat/, (diakses Desember

2012).

Lentera Kecil. 2012. Penulisan Daftar Pustaka Dari Internet. http://lenterakecil

.com/penulisan-daftar-pustaka-dari-internet/. (diakses 19 Juni 2012).