sejarah blitar

download sejarah blitar

of 88

Transcript of sejarah blitar

PROJECT II LOCAL CONTENT DAN COUNTY PROFILE KABUPATEN BLITAR A. ALASAN PEMILIHAN KABUPATEN BLITAR 1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi Kabupaten Blitar, yang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang terletak di propinsi Jawa Timur, adalah wilayah yang memiliki aset sejarah, aset budaya, dan kekayaan alam yang tidak sedikit. Berdasarkan data yang didapat, dijelaskan bahwa pada awal-awal abad ke enam, Blitar dikenal sebagai tempat yang sangat penting dan selalu dikunjungi oleh raja-raja Majapahit (Sumber : Mengenang hari jadi kota blitar, Anonim). Selain itu di daerah Blitar Selatan pernah terjadi pemberontakan PKI yang pastinya meninggalkan jejak-jejak sejarah yang tidak sedikit. Makam Soekarno, Candi Penataran, Museum Purbakala di derah Penataran adalah bukti bahwa Kabupaten Blitar merupakan wilayah yang memiliki aset sejarah yang dapat digunakan sebagai sarana edukasi maupun sekedar rekreasi. Secara geografis, wilayah Selatan Kabupaten Blitar berbatasan dengan Samudera Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Blitar memiliki wilayah laut yang dapat diekplorasi sebagai salah satu pendapatan daerah melalui pemanfaatan kekayaan alam dan obyek wisata bahari. Selain itu wilayah laut tersebut juga dapat dijadikan sarana edukasi bagi para pelajar. Kabupaten Blitar memiliki budaya khas yang tercermin didalam kesenian maupun produk-produk budaya seperti makanan khas, upacara adat dan lain sebagainya. Kirap Pusaka, Siraman Gong Pusaka Kyai Pradah, Wajik Kletik, dan Pecel Blitar merupakan beberapa contoh produk budaya Kabupaten Blitar yang masih exist sampai sekarang ini (Sumber : Dinas Informasi Publik dan Pariwisata Kabupaten Blitar). Produk Budaya lokal tersebut sudah seyogyanya dipertahankan,dilestarikan dan terus menerus diperkenalkan agar tidak hilang dan terkikis oleh budaya pop yang mengaburkan jati diri generasi-generasi berikutnya. Namun sayang hampir seluruh aset Kabupaten Blitar, sekalipun setiap tahunnya mengalami peningkatan pengunjung, masih tergolong belum begitu

dikenal oleh masyarakat luas bahkan belum mampu menarik minat wisatawan asing. Hal ini dapat kita lihat dari tabel berikut:Wisatawan Wisatawan Nusantara Mancanegara 1998 105.633 707 1999 107.788 1.047 2000 315.567 1.645 2001 812.900 1.019 2002 Data belum NA s/d sekarang tersedia Sumber : Dinas Informasi Publik dan Pariwisata Kabupaten Blitar un Tah

Bertolak dengan hal tersebut desainer tertarik untuk memilih Kabupaten Blitar sebagai objek perancangannya. 2. a. Misi Visi Kabupaten Blitar adalah TERBANGUNNYA PEREKONOMIAN RAKYAT YANG MANDIRI DAN TANGGUH, MENUJU MASYARAKAT KABUPATEN BLITAR YANG SEJAHTERA DAN BERDAYA. Misinya adalah: Sasaran Pembangunan Jangka Panjang 1. masyarakat 2. 3. pendidikan 4. 5. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan Terwujudkan penerapan nilai-nilai kehidupan beragama dalam berkelanjutan dengan didukung pembangunan infrastruktur yang memadai perilaku kehidupan bermasyarakat yang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama Terwujudnya kesempatan kerja dan keterlibatan masyarakat Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik dan akses sebagai pelaku pembangunan masyarakat terhadap sumber daya ekonomi, pelayanan kesehatan dan Terwujudnya kesejahteraan, keberdayaan dan partisipasi Analisis Data Kabupaten Blitar Visi dan

6. 7.

Terwujudnya ketentraman dan ketertiban di lingkungan Terwujudnya optimalisasi pengendakian sumber daya alam,

masyarakat serta penegakan hukum dan HAM yang konsisten pelestarian lingkungan hidup dan penataan ruang yang berkelanjutan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah 8. dari KKN. Tiga pilar Good Governance sebagai prasyarat keberhasilan visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Blitar adalah: (1) Transparansi, yakni adanya kaminan dan terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap informasi pembangunan yang direncanakan, tengah dilaksanakan maupun yang sudah dilaksanakan di masyarakat. (2) Akuntabilitas, merupakan kunci untuk memastikan bahwa kekuasaan itu dijalankan dengan baik dan sesuai dengan kepentingan publik melalui sejumlah kriteria dan indikator untuk mengukur kinerja instansi pemerintah, serta mekanisme yang dapat mengontrol dan memastikan tercapainya berbagai standart yang telah ditetapkan. (3) Partispasi masyarakat dan seluruh stakeholders, adalah perwujudan dari berubahnya paradigma mengenai peran baru masyarakat dalam pembangunan. Motto : Hurub Hambangun Praja b. Lambang Daerah Lambang daerah Kabupaten Blitar terdiri dari 9 bagian dengan bentuk, macam dan maknanya sebagai berikut:N o Bentuk Makna

Terwujudnya revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi

daerah melalui reformasi birokrasi yang profesional, akuntabel, dan bersih

a.

Bentuk seluruhnya merupakan segi lima Candi Penataran Keris Pusaka

Lambang Pancasila

b. c.

Peninggalan Majapahit sebagai lambang kebudayaan yang luhur Lambang semangat dan jiwa kepahlawanan rakyat Blitar, sejak masa dahulu hingga sekarang Lambang kemakmuran, membagi daerah Blitar menjadi 2 bagian, yang sebelah utara sungai daerah makmur dan sebelah selatan daerah kurang makmur Lambang kedinamisan rakyat Blitar yang tak putus asa dan patah semangat, malahan semakin membaja, pantang mundur dalam berjuang dalam menghadapi malapetaka Lambang pengayoman pemerintahan yang diharapharapkan oleh rakyat demi keadilan Lambang kegotongroyongan dalam suasana aman dan damai Lambang sandang dan pangan kemakmuran. Buah kapas = 8 dan Butir padi = 17 Mengingatkan kita kepada citacita revolusi 17-8-1945 Lambang jiwa kepemimpinan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

d.

Sungai Brantas dengan warna biru di atas dasar warna hijau & kuning Pangkal keris dengan bentuk gunung dengan api yang menyala-nyala

e.

f.

Pohon beringin

g. h.

Segi Lima di tengah warna biru muda Padi Kapas

i.

Pita dwiwarna dengan bintang emas bersudut lima di atas dasar warna hitam

Warna-warna yang dipakai pada lambang daerah Kabupaten Blitar di atas mengandung makna sebagai berikut: Putih Hijau Merah semangat Kuning emas Hitam Biru muda : Lambang keluhuran : Lambang keabadian : lambang aman dan damai, ketenangan : Lambang kesucian : Lambang pengharapan dan kemakmuran : Lambang keberanian, kedinamisan dan

c.

Kuning Biru

: lambang kekurangsuburan : Lambang Kesetiaan Sejarah

Kabupaten Blitar Daerah Kabupaten Blitar adalah yang paling tua tercatat dalam prasati Kinewu dipahatkan pada belakang arca Ganesa dari abad X. Prasasti itu memberikan petunjuk bahwa wilayah Kabupaten Blitar, merupakan bagian dari kerajaan Balitung yang berpusat di Jawa Tengah. Ketika pusat Pemerintahan pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sekitar abad ke-X, sejarah daerah kabupaten Blitar dapat diketahui berdasarkan prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja-raja dinasti Istana. Selama Pemerintahan raja-raja ini berlangsung di antara awal abad ke-X sampai dengan akhir abad ke-XII, beberapa tempat yang sekarang termasuk Wilayah Kabupaten Blitar disebut dalam prasasti-prasasti Pandelegan I 1117, Panumbangan I 1120, Geneng I 1128, Talang 1136, Japun 1144, Pandelegan II 1159, Mleri I 1169, Jaring 1181, Semanding 1182, Palah 1197, Subhasita 1198, Mleri I 1198 dan Tuliskriyo 1202. Ketika kerajaan Singasari berkembang ada berapa prasasti yang berhubungan dengan daerah Kabupaten Blitar sekarang. Prasasti tersebut dikeluarkan pada masa Pemerintahan Raja Kartanagara (1268-1292) yang dikenal dengan prasasti Petung Ombo 1260 M. Beberapa peninggalan purbakala yang berasal dari zaman Singasari seperti : patung Ganesa dari Boro dan Candi Sawentar membuktikan bahwa semasa Pemerintahan raja-raja Singasari, daerah kabupaten Blitar telah memegang peranan yang penting. Pada zaman Majapahit kedudukan daerah Kabupaten Blitar menjadi sangat penting. Hali itu terbukti dengan adanya candi Kotes yang didirikan pada masa Pemerintahan pendiri kerajaan Majapahit yaitu Nararya Wijaya atau Kerta Rajasa Jayawardhana (1294-1309). Candi makam raja ini terletak di Desa Sumberjati dukuh Simping Kecamatan Suruhwadang. Saat yang sangat penting bagi pertumbuhan sejarah Kabupaten Blitar dewasa ini terjadi pada masa Pemerintahan raja Jayanagara (1309-1328). Salah satu

prasastinya ditemukan di Desa Blitar sekarang. Prasasti tersebut terkenal dengan prasasti Blitar I yang bertarikh "Swasti sakawarsatita 1246 Srawanamasa tithi pancadasi Suklapaksa wu para wara...." atau 5 Agustus 1324 Masehi. Prasasti ini memuat saat berdirinya Blitar sebagai daerah Swatantra. Masa-masa Pemerintahan raja-raja Majapahit kemudian, nama Blitar berkali-kali disebutkan dalam kitab Nagara-Kertagama yang ditulis oleh Pujangga : Prapanca. Naskah ini selesai ditulis bertepatan dengan 1 Oktober 1363 M. Blitar dan tempat-tempat lain telah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajahmada dalam rangka perjalan Raja Hayam Wuruk dalam rangka perjalanan raja Hayam Wuruk ke wilayah Jawa Timur yang dimulai pada tahun 1357 M. Beberapa peninggalan yang berupa candi membuktikan bahwa sepanjang abad XIV hingga akhir abad XV kedudukan Blitar semakin penting. Hal itu terbukti dari adanya candi Penataran yang merupakan candi negara sebagian besar berasal dari masa Pemerintahan Jayanagara hingga Wikramawardhana (13891429). Peninggalan dari raja terakhir ini sekarang terdapat di lereng gunung Kelud yang sekarang di kenal dengan nama Candi Gambar Wetan (1429 M). Maka berdasarkan kesimpulan di atas diambil keputusan bahwa : HARI LAHIR KABUPATEN BLITAR ialah 5 AGUSTUS 1324 d. Geografi Menghayati kembali penuturan tentang catatan sejarah yang ada, Kabupaten Blitar sejak dahulu telah tercatat sebagai kawasan yang strategis dan penuh dinamika dalam perkembangannya. Kabupaten Blitar berbatasan dengan tiga kabupaten lain, yaitu sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Malang, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri, sedangkan sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang, sementara itu untuk sebelah Selatan adalah Samudera Indonesia yang terkenal dengan kekayaan lautnya. Apabila diukur dari atas permukaan laut, maka Kabupaten Blitar mempunyai ketinggian 167 meter dan luas 1.588,79 km2. Di Kabupaten Blitar terdapat sungai Brantas yang membelah daerah ini menjadi dua, yaitu kawasan Blitar Selatan yang mempunyai luas 689,85 km2 dan kawasan Blitar Utara dengan

luas 898,94 km2. Dibandingkan dengan kawasan Blitar Utara, Blitar Selatan termasuk daerah yang kurang subur. Hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan yang berbatu. Yang mana batuan tersebut cenderung berkapur sehingga mengakibatkan tanah tandus dan susah ditanami. Sebaliknya kawasan Blitar Utara termasuk daerah surplus karena tanahnya yang subur, sehingga banyak tanaman yang tumbuh dengan baik. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah di kawasan Blitar Utara adalah adanya Gunung Kelud yang masih aktif serta banyaknya aliran sungai yang cukup memadai. Gunung berapi dan sungai yang lebar berfungsi sebagai sarana penyebaran zat-zat hara yang terkandung dalam material hasil letusan gunung berapi. Lokasi Kabupaten Blitar berada di sebelah Selatan Khatulistiwa. Tepatnya terletak antara 111 40 - 11210 BT dan 758 - 8951 LS. Hal ini secara langsung mempengaruhi perubahan iklim. Iklim Kabupaten Blitar termasuk tipe C.3 apabila dilihat dari rata-rata curah hujan dan bulan-bulan tahun kalender selama tahun 2004. perubahan iklimnya seperti di daerah-daerah lain mengikuti perubahan putaran 2 iklim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Merupakan kenyataan dan seperti yang kita lihat sampai saat ini, bahwa betapapun Kabupaten Blitar sebagai daerah yang kecil dengan segala potensi alam, geografis dan iklim serta manusianya yang sedang ternyata telah mampu tampil ke depan dalam keberhasilan pembangunan. Kemajuan demi kemajuan yang telah dicapai daerah ini adalah karena besarnya partisipasi, kesadaran dan pengabdian seluruh lapisan masyarakat (Kabupaten Blitar dalam Angka 2004-2005). Menurut sumber yang di-browse dari internet, luas wilayah Kabupaten Blitar adalah 1.667,93 km2. Terdiri dari : 1. Pemukiman / kampung 2. Persawahan 3. Pertanian Tanah Kering 4. Perkebunan 5. Kawasan Hutan 6. Tanah tandus / rusak 7. Lain - lain : 267,58 km2 : 336,12 km2 : 490,29 km2 : 143,93 km2 : 325,18 km2 : 13,20 km2 : 52,50 km

Daerah Blitar selalu dilanda lahar Gunung Kelud yang meledak secara berkala sejak zaman kuno sampai sekarang. Lahar mengalir kebawah melalui lembah-lembah sungai dan membeku menutup permukaan bumi. Geologis tanah daerah Blitar berupa tanah vulkanik yang mengandung abu ledakan gunung berapi, pasir, dan napal (batu kapur bercampuran tanah liat). Warnanya kelabu kekuning-kuningan. Sifatnya masam, gembur dan peka terhadap erosi. Tanah semacam itu disebut tanah regosol yang dapat digunakan tuntuk penanaman padi, tebu, tembakau, dan sayur- sayuran. Di samping sawah yang sekarang mendominasi pemandangan alam daerah sekitar Kabupaten Blitar ditanam pula tembakau di daerah ini. Tembakau ini ditanam sejak zaman Belanda berhasil menaruh daerah ini dibawah jurisdiksinya dalam abad ke-17. Bahkan pernah, majumundur Blitar ditentukan oleh berhasil tidaknya produksi tembakau di daerah ini. Sungai Brantas mengalir memotong daerah Blitar dari Timur ke Barat. Disebelah Selatan sungai Brantas (daerah Blitar Selatan) kita menjumpai tanah yang lain lagi jenisnya. Tanah ini tergolong dalam apa yang disebut grumusol. Tanah grumusol merupakan batu-batuan endapan yang berkapur di daerah bukit maupun gunung yang memilki sifat basah. Tanah semacam ini hanya baik untuk penanaman ketela pohon (cassave) dan jagung di samping kegunaannya sebagai daerah hutan jati yang kering dan tandus. Seperti yang telah kita ketahui, Sungai Brantas menerobos daerah Blitar dari Timur ke Barat. Sungai Brantas,yang melintasi, merupakan sungai terbesar di Jawa Timur sesudah Bengawan Solo ini mempunyai arti yang penting sekali bagi sejarah politik maupun sosial Jawa Timur. Bersumber di Gunung Arjuna, sungai ini membawa unsur-unsur basis yang dimuntahkan di dataran tinggi aluvial Malang yang bersifat masam hingga larutan basa-asam menimbulkan unsur garam yang tidak bisa di pisahkan dari kesuburan tanah karena garam merupakan bahan makan tumbuh-tumbuhan seperti padi, palawija dan sebagainya. Peranan semacam ini diulangi lagi oleh Sungai Brantas kalau sungai ini menalir menerobos Daerah Blitar. Di daerah ini, Sungai Brantas menerima unsur basis dalam airnya yang kemudian dimuntahkan di dataran rendah aluvial

Tulungangung (Ngrawa) dan Kediri yang bersifat masam sehingga daerah itu menjadi subur. Sekali lagi sungai ini setelah melewati Kediri menerobos pegunungan kapur Kendeng Tengah di sekitar Kabupaten Jombang dan memuntahkan unsur basisnya di rawa-rawa yang masam di daerah muara dan deretannya sekitar Kabupaten Mojokerto hingga endapan aluvial di daerah itu menjadi subur. e. Demografi Penduduk sebagai salah satu sumber daya pembangunan memegang dua peranan penting dalam pembangunan yaitu sebagai subyek/perilaku sebagai subyek/perilaku sekaligus sebagai obyek dari pembangunan. Karenanya data penduduk merupakan salah satu data pokok yang keberadaannya saat ini sangat diperlukan. Pada tahun 2000 penduduk di Kabupaten Blitar menunjukkan angka sebanyak 1.096.761 jiwa yang terdiri dari 545.592 jiwa laki-laki dan 551.169 jiwa perempuan. Jumlah penduduk ini mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya (1999) sebanyak 3.958 jiwa. Berarti kenaikan jumlah penduduk dari tahun 19992000 sebesar 0,36%. Dibanding dengan jumlah penduduk propinsi Jawa Timer maka jumlah penduduk Kabupaten Blitar menunjukkan angka sebesar 3,02%. Hasil Registrasi Penduduk menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Blitar mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dari 22 kecamatan di Wilayah Kabupaten Blitar, Kecamatan Ponggok menempati urutan teratas yang mempunyai jumlah penduduk terbesar, yaitu sekitar 92.044 jiwa. Sementara kecamatan lain yang juga berpenduduk cukup besar (> 60.000 jiwa) adalah Kecamatan Gandusari (70.771), Nglegok (63.712), Kademangan (63.004) dan Kanigoro (62.728). Kemudian jika diperhatikan kepadatan penduduk akhir tahun, Kecamatan Sanankulon menempati urutan teratas yaitu dengan kepadatan 1.436 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan lain yang mempunyai kepadatan di atas 1.100 jiwa/km2 yaitu Kecamatan Talun 1.159 jiwa/km2, Kecamatan Kanigoro 1.129 jiwa/km2. Program-program pengendalian kependudukan terus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Blitar melalui dinas-dinas terkait yang berwenang terutama

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Melalui BKKBN upaya pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk dilakukan. Program-program yang dilakukan antara lain menurunkan angka Pasangan Usia Subur (PUS), sementara di sisi lain meningkatkan peserta KB. Melalui program-program ini, selama lima tahun terakhir rata-rata angka pertumbuhan penduduk di Kabupaten Blitar sekitar 0,34%. Di bidang kemiskinan dalam jangka waktu lima tahun terakhir angkanya semakin menurun. Dikaitkan dengan visi pimpinan daerah Kabupaten Blitar ke depan yang berupaya semakin meminimalkan penduduk miskin, maka data lima tahun terakhir (2001-2005) dapat menjadi awal yang sangat baik. Data Analisis Indikator Makro Provinsi Jawa Timur 2005, pada tahun 2005 menunjukkan angka persentase penduduk Kabupaten Blitar masih sebesar 14,65% (sebanyak 166.354 jiwa). Dilihat dari angka ini maka kondisi penduduk miskin Kabupaten Blitar lebih kecil dibanding dengan Jawa Timur. Pada tahun yang sama angka penduduk miskin di Jawa Timur masih sebesar 22,51%.Tabel Penduduk, Sex Rasio dan Kepadatan 1984-2005 Tahu n1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

L504.847 507.528 508.018 512.021 513.739 516.380 518.091 520.249 522.452 524.342 526.390 528.825 536.031 540.280 541.880 543.316 545.592 547.848 548.622 553.852 557.736 657.012

P516.228 518.798 519.144 523.367 525.192 527.281 528.816 530.856 532.707 533.894 535.257 537.634 545.590 547.735 548.506 549.487 551.169 554.005 553.384 562.103 553.607 638.589

Jumlah1.021.075 1.026.326 1.027.162 1.035.388 1.038.931 1.043.661 1.046.907 1.051.107 1.055.159 1.058.236 1.061.147 1.066.459 1.081.621 1.088.015 1.090.386 1.092.803 1.096.761 1.101.853 1.102.006 1.115.955 1.111.343 1.295.601

Sex Rasio98 98 98 98 98 98 98 98 97 98 97 98 98 99 99 99 99 99 99 99 101 103

Kepadat an643 646 646 652 654 657 659 662 664 666 668 671 681 685 686 688 689 694 694 702 699 815

Sumber: Kantor Pendaftaran Penduduk Kabupaten Blitar 2005

f.

Peta

g. Agribisnis

Investasi Beberapa agribisnis yang ada di Kabupaten blitar adalah sebagai berikut : 1.Ternak Sapi Perah

Lokasi Tersebar di kabupaten Blitar 2.Ternak Ayam

Lokasi Tersebar di kabupaten Blitar 3.Penggemukan Kambing Perintis Bp. H. Marmin Siswoyo Lokasi Ds. Jatinom Kec. Kanigoro Harga Rp 15.000/kg (Kondisi Hidup).

4. Sapi Potong Perintis Bp. H. Marmin Siswoyo Lokasi Ds. Jatinom Kec. Kanigoro Harga Hidup) Rp. 14.500/Kg (Kondisi

5. Ikan Gurame

Lokasi Di beberapa peternak ikan di wilayah Blitar 6. Ikan Koi

Lokasi Di beberapa wilayah di Blitar

7.Ikan Kohaku Lokasi Di beberapa peternak ikan di wilayah Blitar Harga Rp. 25.000,- s/d Rp. 750.000,8.Salak Pondoh

9.Nanas Lokasi Ds. Ponggok -Nglegok dan Udanawu Harga Kelas A Rp. 500, Kelas B Rp. 250, Kelas C Rp. 125 10.TCT (TEH HITAM) Perintis Nusantara XII . Lokasi Dk. Serah Kencong Wlingi Ngadirenggo PTP

Sasaran Ekspor Australia, Amerika, Eropa, Arab & India 11. Pepaya Lokasi Tersebar di

kabupaten Blitar

12.Sirsak Lokasi Tersebar di kabupaten Blitar

13.Rambutan Lokasi Tersebar di kabupaten Blitar Harga Binjai Rp 4000,00, Bulus Rp 3000,00 (a) Penggunaan Lahan Kabupaten Blitar dengan luas 158.814 Ha, apabila dilihat dari penggunaan lahannya tampak bahwa 48,17% adalah merupakan lahan pertanian yang terdiri dari persawahan, tegal, dan perkebunan. Pada tahun 2004 luas lahan sawah itu sendiri di Kabupaten Blitar sebesar 31.704 Ha atau 19,96%. Dari lahan sawah seluas itu terdapat 67,68% lahan sawah pengairan teknis, 11,37% lahan sawah berpengairan setengah teknis dan sederhana, sisanya adalah irigasi desa dan sawah tadah hujan. Untuk luas bukan lahan sawah dilihat dari penggunaannya tampak bahwa luas tegal/kebun menduduki luas Pertanian

terbesar yaitu 35,24%, urutan kedua yaitu rumah dan pekarangan sebesar 27,40%, sedangkan sisanya terbagi-bagi dalam hutan, perkebunan, tambak/kolam dan lahan lainnya. Tanaman Sebagian dari komoditi yang tercakup dalam subsektor tanaman bahan makanan kelompok tanaman padi mengalami penurunan produksi, sedangkan palawija mengalami kenaikan di tahun 2004. produksi padi sawah mengalami penurunan sebesar 2,86%, yakni dari 265.427 ton pada tahun 2003 menjadi 257.853 ton pada tahun 2004 dalam bentuk produksi gabah kering panen. Namun produksi padi ladangnya mengalami penurunan produksi sebesar 12,16%, dari 12.057 ton (2003) menjadi 10.591 ton (2004). Sedangkan komoditas yang lain seperti tanaman jagung produktifitasnya pada tahun 2004 mengalami kenaikan dari 55,47 Kw/Ha menjadi 62,63 Kw/Ha, pada kenyataannya luas panennya mengalami kenaikan sebesar 12,91% sehingga produksinya juga mengalami kenaikan dari 199.906 ton (2003) menjadi sebesar 264.073 ton (2004). Untuk komoditi tanaman ubi kayu mengalami penurunan dari 182,37 Kw/Ha (2003) menjadi 167,08 Kw/Ha (2004). Pada komoditi kedelai justru mengalami penaikan produksinya jika dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2003 sebesar 4.986 ton menjadi 11.715 ton dalam bentuk produksi biji kering. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan luas panen dan produktivitas dari 4,80 Kw/Ha (2003) menjadi 10,12 Kw/Ha (2004). Sedangkan untuk tanaman kacang tanah mengalami kenaikan pada produksinya. Apabila di kelompok tanaman padi dan palawija secara umum mengalami penurunan produksi. Pada kelompok sayur-sayuran cukup bervariasi kenaikan atau penurunannya baik luas tanam, luas panen, produktifitas serta produksi.

Untuk kelompok sayur-sayuran, peningkatan terbesar pada luas panen untuk tanaman cabai kecil, yaitu dari 2.270 Ha (2003) meningkat menjadi 2.579 Ha (2004). Selain jenis sayuran, Kabupaten Blitar juga berpotensi dalam menghasilkan banyak jenis buah-buahan. Dari jenis buah-buahan tersebut yang banyak produksinya pada tahun 2005 adalah jenis nanas yang mengalami kenaikan dari tahun 2004 sebanyak 165.519 Kw menjadi 295.566 Kw dan rambutan juga naik daripada tahun 2004 yakni sebanyak 176.422 Kw menjadi 222.877 Kw. Sebenarnya rambutan merupakan salah satu jenis produk unggulan Kabupaten Blitar dari tahun ke tahun. (b) Perkebunan Areal dan produksi perkebunan rakyat hampir semua komoditi mengalami kenaikan. Kecuali untuk tanaman tembakau virginia dan kopi mengalami penurunan produksi. (c) Kehutanan Hutan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung, hutan tebang pilih dan suaka alam/hutan wisata/taman nasional. Areal hutan di Kabupaten Blitar pada tahun2004 seluas 34.969,6 hektar. Sementara penggunaan lahan untuk hutan negara secara statistik atau di atas kertas selama lima tahun tidak mengalami perubahan. Di Kecamatan Wonotirto terdapat seluas 4.547,5 Ha hutan negara. Sementara itu Kecamatan Panggungrejo terdapat seluas 4.152,5 Ha hutan negara. Sebaliknya di beberapa kecamatan tidak terdapat kawasan hutan, seperti Kanigoro, Talun, Srengat, Wonodadi atau Udanawu. Luas tebangan secara umum mengalami penurunan sebesar 19,90% yaitu dari 202 Ha di tahun 2003 menjadi 182 Ha di tahun 2004. Sedangkan untuk produksi kayu jati mengalami kenaikan sebesar 70,79% dan untuk produksi rimba turun drastis sebesar

53,68% yaitu dari 20.643 m3 di tahun 2003 menjadi 9.563 m3 di tahun 2004. Begitu pula dengan produksi kayu bakar baik jati dan rimba mengalami penurunan yaitu sebesar 72,22% yaitu dari 72 m3 di tahun 2003 menjadi 20 m3 di tahun 2004. (d) Peternakan Komoditi peternakan terbesar di Kabupaten Blitar adalah ayam ras petelur. Kendati ada wabah flu burung ternyata populasi jumlah ayam ras petelur dalam jangka waktu lima tahun (2001-2005) tidak mengalami penurunan, tetapi kenaikan. Tahun 2003 sebanyak 14.007.425 ekor, meningkat menjadi 14.048.595 ekor pada tahun 2004. Perkembangan jumlah ternak dan unggas bisa dilihat pada tabel.

Tabel Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Blitar Tahun 2001-2005 Jenis TernakSapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Babi Kuda Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedagang Itik

200198.909 6.510 7.252 42.251 39.918 3.117 312 2.255.35 3 8.105.72 6 633.000 224.514

200299.679 8.637 7.254 42.429 40.217 3.184 311 2.277.50 1 13.750.3 00 641.000 226.272

2003100.277 8.810 7.279 43.227 41.021 3.150 311 2.345.86 0 14.007.4 25 650.000 237.586

2004101.030 9.096 7.318 43.169 41.171 3.171 311 2.318.42 5 14.048.5 95 656.100 236.444

2005101.048 9.611 7.317 43.353 41.243 3.666 308 2.345.10 7 14.180.0 00 665.000 239.996

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Blitar Tahun 2006

(e)

Perikanan Dibanding tahun 2004, nilai produksi ikan darat rata-rata

mengalami penurunan secara keseluruhan dari total nilai produksinya, yaitu dari Rp 17.506.098.000,- menjadi Rp 16.824.789.000,- di tahun 2005. Dari perikanan darat, nilai produksi ikan gurami yang mempunyai nilai produksi terbesar di tahun 2005, yang juga mempunyai harga jual yang tinggi terlihat pada tabel 3.e.1

3.e.3. Di tahun 2005, yang mengalami kenaikan adalah pada nilai produksi ikan gurami yakni Rp 9.434.135.000,- pada tahun 2004, menjadi 9.484.839.000,- dan nilai produksi ikan lele, yakni Rp 2.489.710.000,- (2004) menjadi Rp 3.372.683.000,- (2005). Sedangkan untuk produksi ikan laut pada tahun 2004 secara umum mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2003. mengenai ragam dan jenis ikan laut yang sedikit bertambah. Pada tahun 2004 ikan yang ditangkap oleh para nelayan di Kabupaten Blitar masingmasing adalah tongkol, lemuru, cucut, tenggiri, pari, kerapu, kakap, kembung, layang, dan cumi-cumi.

Tabel Produksi Ikan Darat Menurut Jenis Ikan 2003-2005 Jenis2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tombro Tawes Mujair Gurami Gabus/Kutuk Lele Nila Udang Katak Lain-lain

200398.507 203.410 281.783 630.714 341.902 182.631 13.149 5.060 354.664

2004132.249 137.309 220.260 720.475 467.753 292.944 12.024 3.474 208.755

2005119.000 111.295 98.587 657.293 582.575 204.791 8.157 9.086 124.184

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Blitar

Tabel Produksi Ikan Laut Menurut Bulan dan Jenis Ikan (Kg) 2005Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septemb er Oktober Novembe Tongk ol 2.500 6.240 29.280 1.750 16.806 23.800 2.025 1.440 2.750 Cucut 4.480 1.890 1.050 960 Udang 1.664 1.836 1.299 1.708 1.986 Pare 1.470 900 840 Lemu ru 4.550 Layan g 8.100 840 Lainn ya 3.408 180 -

r Desembe r 2005 2004 2003 2002 2001

86.591 160.64 6 85.090 72.313 72.998

8.380 1.397 2.270 -

8.493 2.110 1.134 2.100

3.210 360 2.270 -

4.550 3.500 12.37 5 2.230 6.150

8.940 8.162 20.427 11.815

3.588 17.746 6.400 4.502 9.087

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Blitar

h. Pemerintahan Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Blitar Kabupaten Blitar terdiri dari 22 Kecamatan kelurahan / desa. Kecamatan tersebut antara lain : 1. Bakung Camat : Purwadi, SE, MSi Alamat Jl. Trisula No. 23 Telp 807467 2. Binangun Camat : Drs. Agus Budi Handoko Alamat Jl. Supriadi No. 18 Telp 331116 3. Doko Camat : Achmad lazim, SE, MM Alamat Jl. Abdul Salam No. 9 Telp 692678 4. Gandusari Camat : Tarmudji, S.Sos. Alamat Jl. Kawi No. 57 Telp 691012 5. Garum Camat : Drs. Basuki Rachmat Alamat Jl. penataran Garum No. 16 Telp 561026 6. Kademangan Camat : Wiyakto,SH yang meliputi 248

Alamat Jl. Raya Trisula no. 12 Telp Suruwadangan 7. Kanigoro Camat : Drs. Agusyono Alamat Jl. Kota Baru No. 17 Telp 771823 8. Kesamben Camat : Drs. Budi Susetyo Alamat Jl. Raya No. 17 Telp (0342) 331010 9. Nglegok Camat : Drs. Supranowo Alamat Jl. Raya Penataran No. 8 Telp 561009 10. Panggungrejo Camat : Drs. Supranowo Alamat Jl. protokol Panggngrejo Telp (0342) 807648 11. Ponggok Camat : Drs. Pudjo Suharadi Alamat Jl. Jendral Sudirman No.1 Telp 551003 12. Sanankulon Camat : Drs. Mujiato Alamat Jl. Supriadi No. 1 Telp 807463 13. Selopuro Camat : Toha Mashuri Alamat Jl. Gajah mada No. 17 Selopuro Telp 694598 14. Selorejo Camat : Sutjipto Sumedi, DI, BA

Alamat Jl. Raya Selorejo no. 27 Telp (0342) 331350 15. Srengat Camat : Heru Prabowo, SE Alamat Jl. Mastrip No. 2 Srengat Telp 551015 16. Sutojayan Camat : Achmad Lazim, SE, MM. Alamat Jl Raya utarano 148 Sutojayan Telp 441003 17. Talun Camat : Khusna Lindarti, S, Sos Alamat Jl. Raya Talun no. 57 Telp 691012 18. Udanawu Camat : Abu Darin, S, Sos Alamat Jl. kediri no. 802 Telp 551005 19. Wates Camat : Drs. Toha Mashuri Alamat Jl. Merdeka No 20 Telp 351115 20. Wlingi Camat : Hidayat Alamat Jl. Jendral Sudirman No.73 Telp 691012 21. Wonodadi Camat : Drs. Ec. Achmad Husain Alamat Jl. Gambar No. 1 Ds. Wonodadi Telp 551014 22. Wonotirto Camat : Sulistyo, S.Sos, M.Si.

Alamat Jl. Raya Wonotirto No 155 Telp 807646 3. a. Potensi Kabupaten Blitar Industri Profil industri pengolahan di Kabupaten Blitar apabila disimak lebih lanjut cenderung didominasi oleh industri kecil. Walaupun porsi jumlah industri sedang dan besar di Kabupaten Blitar lebih sedikit, namun demikian apabila dilihat dari kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja peranan kelompok industri besar dan sedang tidak dapat diabaikan. Industri kecil di Kabupaten Blitar pada tahun 2005 sebanyak 11.113 dengan jumlah tenaga kerja 31.303 orang. Sedangkan nilai produksi bisa mencapai Rp 200.658.182,- (data BPS 2004). Dari jumlah industri kecil tersebut, hampir separuhnya merupakan industri gula kelapa. Dari tabel 6.1.14 (C.1.2) menunjukkan bahwa ada 3 kecamatan yang merupakan daerah potensial memproduksi gula merah kelapa yaitu Kecamatan Nglegok, Ponggok, dan Gandusari. Sedangkan ada 8 kecamatan yang tidak ada industri gula kelapanya. Dalam Buku Kabupaten Blitar dalam Angka 2004, jenis industri yang didirikan akan berpengaruh erat terhadap besarnya nilai investasi yang ditanam. Jumlah investasi industri kecil di Kabupaten Blitar yaitu sebesar Rp 175.125,4 juta yang terbagi menjadi Rp 6.825,4 juta untuk kelompok industri kecil formal dan Rp 168.300 juta untuk kelompok industri kecil non formal. Dilihat dari total Industri Formal dan Non Formal. Kelompok industri hasil pertanian dan kehutanan menempati urutan pertama dalam penanaman investasi yaitu sebesar Rp 10.233 juta disusul kelompok industri aneka sebesar Rp 6.345 juta dan berikutnya kelompok industri logam, mesin dan kimia sebesar Rp 692 juta. (Tabel mengenai data investasi sektor industri tidak dapat kami sajikan) Nilai investasi yang ditanam berhubungan langsung dengan nilai produksi yang dihasilkan. Di Kabupaten Blitar kelompok industri hasil pertanian dan kehutanan merupakan kelompok yang mempunyai total nilai produksi terbesar

yaitu Rp 60.553 juta, sementara untuk kelompok industri aneka sebesar Rp 18.319 juta dan terakhir kelompok industri logam, mesin dan kimia sebesar Rp 4.519 juta. Situasi ekonomi yang belum beranjak jauh dari krisis yang multi dimensional ini sangat berpengaruh terhadap lapangan usaha. Terutama lapangan usaha di sektor industri yang pada umumnya menggunakan bahan baku dari luar daerah.Tabel Jumlah Industri Kerajinan Kecil & Rumah Tangga Dirinci Menurut Jenis Industri 2005Industri Kerajinan Rumah Tangga (Unit) 128 105 29 220 431 30 5360 8 1 89 213 50 630 79 110 65 352 6 64 3 9 208 69 11 11 32 4 27 13 12 11 445 20 1.779 10.624 10.640 9.264

Jenis IndustriRokok Kerupuk Kue Kering & basah Kecap Tahu Tempe Es Lilin Gula Kelapa Bubut Kayu Kap Lampu Pandai Besi Mebel Kayu Emping Melinjo Anyam-anyaman Tegel/Beton, Sanatair Tape Gerabah/Keramik Genteng Gula Tebu Jamu Watang Kulit Gamelan Minyak Kelapa Batu Bata Gamping Ukir-ukiran Marning Minyak Atsiri & Atsiri Lainnya Pati Ubi Kayu Permen Makanan Ternak Batik Pakaian Jadi Kapuk Tali-temali Perajangan Tembakau Sambel Pecel Industri Lainnya Kabupaten Blitar 2005 2004 2003

Industri Kecil (Unit) 53 18 16 10 30 21 6 1 1 19 76 12 27 2 7 2 3 2 4 37 1 8 4 16 6 2 9 96 489 462 414

Jumlah53 146 121 39 250 452 30 5366 9 2 108 289 62 630 106 110 67 359 8 67 3 2 13 208 106 12 11 40 4 4 43 19 14 11 445 29 1.875 11.113 11.102 9.678

2002 2001

376 358

25.028 25.028

25.404 25.386

Sumber: Dinas Perindustrian Pertambangan Pertambangan & Energi Blitar 2005

Di sektor Perindustrian kabupaten memiliki potensi industri sebagai berikut : 1. Tembikar 2. Ukiran Keramik 3. Keramik 4. Usaha Bordir Terletak di Dusun Patok Rt. 01 Rw. 02 Desa Pojok Kecamatan Garum. Sebagai Usaha rumah tangga (Home Industri) pada tahun 1996 melalui seminar dibeberapa kota di Jawa Timur. Diperkenalkan hasil bordir tersebut dan dapat diterima oleh masyarakat dan produk tersebut kebanyakan diperguanakan sebagai usaha nasional dan busana pengantin dengan harga perpoting Rp. 750.000,- sudah diperkenalkan sampai ke Jepang. Perintis. 5. Minyak Kenanga Bunga Kenanga merupakan bahan untuk pembuatan minyak atsiri. Terletak di kecamatan Ponggok didesa Langon dan Kebonduren. Adapun proses pembuatannyabunga kenagan direbus selama 50 jam dengan memakai tangki yang berisi 1 ton bunga. Ampas dari hasil rebusan bisa digunakan untuk pupuk. Setelah direbus menjadi minyak atsiri dijual dengan harga per kg Rp. 200.000,- dan dikirim ke Jakarta, Bandung Semarang dan Surabaya. Perintis. 6. Gula Kelapa Dengan memanfaatkan tanaman pohon kelapa yang tersebar luas di wilayah kabupaten Blitar, maka beberapa warga memproduksi GulaKelapa. Bahkan sebagian besar kebutuhan gula kelapa di P. Jawa dipasok dari kabupaten Blitar. Maka pemerintah Kabupaten Blitar menetapkan gula kelapa sebagai salah satu produk unggulan yang bisa meningkatkan perekonomian di wilayah Kabupaten Blitar. 7. Bubut Kayu Marmer

b. sme

Wisata/Turi Kabupaten Blitar sangat kaya akan potensi keindahan alamnya yang

dapat dijadikan obyek wisata. Hal ini terlihat, hampir setiap kecamatan mempunyai tempat wisata/obyek wisata baik itu berupa tempat peninggalan sejarah , wisata alam, pantai, maupun wisata buatan semisal bendungan. Potensi dan peluang investasi penanaman modal di sektor pariwisata di Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut : MAKAM BUNG KARNO Makam Presiden ke-1 Indonesia Ir. Soekarno terletak di Kota Blitar tepatnya di Kelurahan Bendogerit . Di sekitar lokasi makam banyak terdapat toko-toko yang menjual asesoris Bung Karno mulai dari foto keluarga, kaset pidato, dan lainnya serta dijual oleh-oleh kerajinan khas dari Blitar.

PANTAI TAMBAK REJO PUSAKA Pantai Tambakrejo 30 km dari Kota Blitar terletak di Desa Tambakrejo. Di Pantai Tambakrejo dan Pantai Serang setiap tanggal 1 Muharam diadakan Upacara Adat (Larung Sesaji), dalam upacara ini semua undangan memakai pakaian adat Jawa. Tujuannya agar masyarakat setempat diberi keselamatan dan rejeki yang melimpah, terlepas dari balak dan kesulitan. Dalam upacara ini semua warga terlibat dan setiap rumah

dikenakan tarikan Rp 5000,-. Sesaji yang berupa kepala sapi, kambing dan hasil pertanian dilepasteleng laut pada waktu yang telah ditentukan. Sebelum meninggalkan pantai mengadakan tumpengan ditepi pantai dan diberi doa oleh Pak Bayan (sesepuh desa). Sesaji ini diiringi oleh para sesepuh desa yang berpakaian adat, diadakan tayuban dan kuda lumping. Upacara Larung Sesaji ini banyak menarik masyarakat luar Blitar, seperti Malang, Trenggalek, Tulungagung, bahkan Surabaya. Pengunjung, mencapai ribuan terutama para kawula muda yang sebagian besar datang sehari sebelumnya dengan membuat tenda-tenda di sekitar pantai. Karcis masuk dikenakan sebesar Rp 5000/kepala sehingga Pemda meraup keuntungan jutaan rupiah. Fasilitas Umum : Gardu 3x3 m untuk tempat duduk Mushola, WC, milik perorangan Warung-warung penjual makanan sederhana. Lahan Parkir,yang dipungut setiap hari Minggu/libur dengan biaya Rp 2000 - Rp 3000,Berdasarkan penjelasan penjaga portal (Suparno) hasil dari retribusi adalah 60% untuk Dinas Pariwisata dan 40 % untuk desa dan petugas. Faktor Pendukung Jalan beraspal dan Angkot beroperasi sampai jam 16.00, sepanjang jalan terhampar bukit dan pepohonan buatan Tersedia Pasar Ikan yang tidak jauh lokasi. Dapat dikembangkan untuk wisata air dan pemandian umum. Rumah penduduk dapat dijadikan homestay wisatawan. Semua Kawasan Wisata Pantai di Kabupaten Blitar dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun empat. GONG KYAI PRADAH

Faktor Penghambat : belum ada kios souvenir.

Upacara adat ini dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiulawal (hari kelahiran Nabi Muhammad SAW). Upacara adat ini dilakukan secara turun menurun yaitu memandikan pusaka berbentuk : GONG dan Wayang Krucil dikenal dengan Siraman Gong Kyai Pradah dalam prosesinya penduduk berebut air bekas memandikan pusaka tersebut, karena mereka percaya bisa menyembuhkan segala macam penyakit serta membawa keberuntungan. Seluruh prosesi diadakan di Kelurahan Kalipang Kecamatan Sutojayan CANDI PENATARAN Candi Penataran merupakan salah satu wisata cagar budaya yang terletak di Desa Penataran Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, dan sejauh 12 km dari Kota Blitar. Merupakan bangunan suci peninggalan Kerajaan Majapahit yang bersifat Hinduistis. Pembangunan seluruh kompleks percandian memakan waktu kurang lebih 250 th (mulai abad 11 sampai dengan abad 14). Menurut catatan sejarah, Candi Penataran adalah Candi yang terbesar di Jawa Timur, di candi ini masih bisa kita lihat sisa-sisa kebesaran dan kemegahan candi pada masa kerajaan Majapahit. Karena bangunan-bangunan suci tersebut tidak lagi dipergunakan karena beralih kepercayaan dan tidak ada yang mengurusnya dan sejalan dengan evolusi alam, akhirnya bangunan Candi Penataran tertimbun longsoran tanah dan semak-semak belukar, ditambah berkembangnya daerah candi menjadi daerah pemukiman, banyak batu relief arca diambil sinder-sinder perkebunan untuk hiasan rumah.

Keberadaan candi ini ditemukan pada tahun 1815 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Kolonel Inggris yang berkuasa di negara Indonesia pada waktu itu, kemudian baru tahun 1850 baru dikenal keberadaan candi Penataran tersebut. Bangunan yang terdapat dalam kompleks Candi Penataran ini terdiri dari: Bale Agung Lokasi bangunan terletak di bagian Barat Laut. Bangunan terbuat dari batu dinding dalam keadaan polos. Pada sisi Selatan dan Utara serta sisi Timur terdapat tangga masuk berupa undakan-undakan, masingmasing tangga naik terdapat arca penjaga, nampaknya tidak lengkap lagi. Fungsi bangunan Bale Agung untuk tempat musyawarah para pendeta. Pendopo Teras Lokasi bangunan berada di sebelah Tenggara bangunan Bale Agung. Bangunan ini dikelilingi oleh relief-relief cerita. Bangunan Pendopo Teras berfungsi sebagai tempat untuk menaruh sesajen dalam rangka upacara keagamaan. Candi Angka Tahun Disebut demikian, karena di atas ambang pintu masuk bangunan terdapat angka tahun 1291 Saka (=1369 M). Di masyarakat lebih dikenal dengan Candi Brawijaya, karena model bangunan ini dipergunakan sebagai lambang Kodam V Brawijaya. Kadang-kadang ada yang menyebut Candi Ganesha, karena di dalam bilik candinya terdapat sebuah arca Ganesha. Candi Nogo Fisik bangunan ini hanya tinggal bagian yang disebut kaki dan tubuh candi, karena bagian

atapnya yang kemungkinan dibuat dari bahan yang tidak tahan lama, sehingga mudah runtuh. Adapun fungsi Candi Nogo selain menyimpan benda-benda upacara milik para dewa juga untuk pemasupatihan (pemberian kesaktian) benda-benda milik Kerajaan Mojopahit. Candi Induk Bangunan ini adalah candi yang paling besar, terdiri dari tiga teras bersusun dengan tinggi seluruhnya 7,19 m untuk masuk susunan teras terdapat Dewaraphala dan pada alas archa terdapat angka tahun 1269 Saka atau 1347 M. 1) Fasilitas Umum a) Ruang tunggu b) Kamar Mandi/WC c) Musholla d) Fasilitas Bermain e) Tempat Parkir f) Hotel/Home Stay 2) Jenis Pengembangan a) Perlu ditambah panggung permanen untuk pentas budaya rakyat di pelataran candi. b) Perlu ditambah bangunan pendukung: mushola dan tempat parkir kendaraan roda empat. 3) Faktor Pendukung Faktor alam, berupa pemandangan kawasan perkebunan dengan latar belakang sebelah Utara Gunung Kelud. 4) Kondisi Sosial-Ekonomi a) Tiket/tarif masuk : tidak dikarciskan, pengunjung bersifat rombongan, mengisi daftar tamu dan mengisi kas sukarela di lokasi candi b) Fasilitas Toko c) Atraksi Wisata : tersedia di halaman obyek wisata oleh penduduk sekitar : tersedia di dalam areal candi : tersedia 4 buah di luar areal candi : ada : tidak ada : di luar areal yang dikelola remaja kampung : tidak ada

- Pentas Budaya Lokal: biasanya dipakai pada acara pentas seni yang berlatar belakang candi Penataran - Acara Ritual : tidak ada stay, sangat setuju namun bila dibangun hotel kurang setuju, karena bisa mempromosikan desa Penataran e) Potensi unggulan dari lokasi wisata: - Keunggulan - Pertemuan - Makanan Khas : souvenir dari tanah liat motif candi : : d) Tanggapan masyarakat, bila rumah dipakai/difungsikan sebagai home

Produk tersebut hanya dipasarkan pada pengunjung candi. 5) Pelayanan Petugas Lokasi Wisata a) Informasi/Pelayanan meliputi : denah lokasi : tidak ada, hanya selebaran informasi tentang kompleks candi Penataran yang di dalamnya ada denah candi tanda petunjuk : tersedia di sepanjang jalan yang menuju lokasi candi loket pelayanan: tidak dipungut karcis, pengunjung harus mengisi buku tamu dan secara sukarela mengisi kas pada petugas PNS dari Dinas Purbakala. b) Keamanan Petugas keamanan tidak tersedia secara khusus, hanya masyarakat sekitar obyek wisata ikut mengamankan benda-benda purbakala pada waktu malam hari c) Tempat parkir tersedia dan dikelola Kalayakan/Kenyamanan remaja desa Penataran namun belum tertata dengan baik.

kurang umum -

Fasilitas umum tersedia, namun masih Transportasi tidak terlalu sulit, karena

untuk mencapai obyek wisata dari Blitar ada sarana angkutan Kesiapan petugas dalam melayani

tamu rombongan cukup baik dan sangat ramah yang dipandu petugas dari Dinas Purbakala Trowulan yang ditempatkan di Candi Penataran PANTAI SERANG Pantai Serang terletak di Desa Serang Kecamatan Panggungrejo. Jarak dari kota Blitar 40 km ke arah Selatan. Pantai Serang merupakan sebuah teluk dengan luas pantai 300 m, dengan kemiringan pantai yang agak landai. Pantai Serang diapit oleh perbukitan kapur. Di depan pantai atau laut lepas didapati adanya daratan/pulau kecil hasil abrasi air laut, sedangkan di belakang terdapat daratan yang cukup luas yang dijadikan persawahan/ tambak, dan didekat pantai digunakan pemukiman sekaligus tempat berjualan. Di pantai juga terdapat sisa-sisa batuan kapur yang melapuk/ abrasi sehingga terbentuk berbagai panorama yang dapat dinkmati wisatawan. Ruang terbuka di Pantai Serang masih cukup luas, saat ini digunakan sebagai taman, tempat penjualan,gardu pandang dan tempat pengamatan matahari (rukyat). Selain atraksi pemandangan alam, setiap tanggal 1 Syuro dilakukan upacara Larung Sesaji. Pada peristiwa ini, masyarakat sekitar Pantai Serang bersama-sama membuat berbagai macam sesaji yang selanjutna dihanyutkan ke laut dengan maksud memperolah keselamatan. Upacara ini dilakukan ruti setiap tahun sehingga dapat dijadikan atraksi tambahan. Selain itu, di pantai ini setiap pagi hari dijadikan sebagai tempat jual beli ikan hasil tangkapan langsung dari nelayan yang pulang melaut. Upaya Pengembangan

Daya tarik pantai serang adalah keindahan alamnya. Pemadangan ini dapat dinikmati wisatawan dari berbagai tempat yang menyebar sehingga wisatawan tidak berdesak-desakan di satu tempat. Untuk pengembangan, bebrapa keindahan yang harus diperhatikan yaitu dengan memperluas kawasan objek wisata dan meningkatkan kualitas objek wisata. Kendala yang timbul dalam upaya pengembangan Pantai Serang yaitu : 1. Aspek fisik Apabila dilakukan perluasan area wisata untuk pengembangan barbagai fasilitas penunjang, lahan di belakang pantai tidak cukup luas dan berbenturan dengan aktivitas masyarakat sekitar, ayitu persawahan dan tambak. Sedangakan pada lereng-lereng bukit tidak memungkinkan untuk didirikan bangnan, investasinya sangat ,mahal untuk membuat bangunan pada batuan kapur. Lalu, sebaiknya dijadikan lahan konservasi atau dihutankan kembali dan dapat dijadikan wisata petualangan misalnya, hiking, kemah dan sebagainya yang arahnya adalah pengembangan ekowisata. Mengingat kondisi batuannya adalah kapur, maka sulit ditemukan air tawar dalam jumlah yang cukup besar disekitar lokasi wisata. Untuk menuju ke pantai Serang diperlukan waktu yang cukup lama karena tidak adanya saran angkutan umum antar objek wisata maupun dari kota dan jaraknya cukup jauh. 2. Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Untuk menambah atraksi lebih abik melibatkan masyarakat sekita di luar kegiatan jual beli ikan; tidak ditemukan aktivitas masyarakat setempat yang dapat dijadikan atraksi. Sikap masyarakat dalam memelihara lingkungan perlu diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut di atas, kemungkinan yang paling sesuai untuk pengembangan Pantai Serang adalah mempertahankan sifat alamiahnya. Penambahan fasilitas penunjang yang paling penting dan tidak mengahbiskan banyak lahan. Dengan memperhatikan sifat alamiah, potensi keindahan alam dapat dipertahankan, dan pemanfaatan hutan sekitar

kawasan untuk penambahan atraksi berupa ekowisata yang nantinya mampu menjadikannya sebagai daya tarik wisatawan. PANTAI JALA SUTRA Pantai Jalasutra terdapat di Kecamatan Wates yang merupakan salahsatu teluk yang terdapat di garis pantai Samudra Hindia.Teluk Jalasutra relative luas, pada saat ini telah banyak mengalami pengendapan sehingga membentuk daratan yang luas. Teluk Jalasutra dikelilingi oleh perbukitan yang cukup terjal. Di sisi kanan terdapat perbukitan yang ditumbuhi oleh pepohonan heterogen yang cukup rapat. Diujung perbukitan ini terdapat sisa-sisa hasil pengikisan dari bukit tersebut, sehingga seolah-olah membentuk pulau-pulau kecil yang terdiri dari bongkahan-bongkahan batu yang muncul dari permukaan laut. Perbukitan sebelah kiri tampak lebih tinggi dari yang kanan dengan jumlah hutan yang mulai sedikit. Pada bagian belakang Teluk Jalasutra merupakan perbukitan yang memiliki lerenglereng yang cukup terjal. Disana banyak digunakan sebagai lahan pisang, sehingga menjadikan kawasan ini saebagai penghasil pisang potensial. Keadaan tanah Teluk Jalasutra dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bagian yang dibentuk oleh endapan yang berasal dari kawasan perbukitan-perbukitan dibagian belakangnya. Bagian dataran yang dibentuk oleh endapan tersebut relatif telah terkonsulidasi dan telah dikelola untuk berbagai kepentingan. Bagian lainnya adalah kawasan teluk yang berupa endapan pasir yang diendapakan oleh tenaga air laut. Kawasan ini masih merupakan pasir lepas dan membentuk hamparan sepanjang pantai yang mencapai sekitar 100 meter. Sarana dan Prasarana

Pantai Jalasutra sesuai dengan jumlah pengunjung pantai ini yang relatif masih sedikit, sarana dan prasarana yang tersedia pun kelihatannya masih sederhana. Warung-warung penjualan makanan dan minuman yang ada masih sederhana, baik bangunan maupun menu yang disediakan dan jumlahnya hanya beberapa saja. Menurut penduduk sekitar, untuk mencukupi kebutuhan pengunjung selama ini tidak ada masalah. Para pelajar yang mengadakan kemping dengan jumlah ratusan tidak mengalami kendala apapun, baik yang berkaitan dengan tempat untuk berkemah, maupun kebutuhan air. Dalam hal kebutuhan kamar mandi/WC penduduk setempat tidak keberatan untuk menyediakan jasanya. Sarana jalan yang menuju pantai ini meskipun agak sempit, namun sudah beraspal dan kendaraan bus pun dapat masuk kelokasi pantai tersebut. Untuk menuju pantai ini dapat ditempuh melalui jalan raya yang menghubungkan kota Wates-Blitar, dan dari jalan raya tersebut untuk menuju pantai Jalasutra dapat ditempuh dengan jarak sekitar 10 km. Sampai saat ini kendaraan umum yang memiliki trayek secara rutin dapat diakses dari kota terdekat belum ada. Dengan demikian wisatawan yang akan berkunjung kepantai ini harus mengadakan sarana transportasi sendiri. Keadaan pariwisata dikawasan ini secara umum belum berkembang. Hal ini tampak dari belum adanya toko-toko yang menjual cindera mata, penginapan, bangunan-bangunan untuk beristirahat, WC/Kamar Mandi umum, dsb. Disamping itu belum ada petugas yang secara rutin memantau atau menarik retribusi dari para pengunjung. GOA UMBUL TUK Merupakan goa alam yang sangat menarik dengan suguhan staglatit dan stalagmit yang indah diruang gua sepanjang 1,5 km. Memasuki gua ini memberikan kesan petualangan alam, sepanjang gua dialiri sungai bawah tanah dengan gemericik suara airnya yang bening. Pengunjung dapat masuk goa pada saat kemarau karena bila terjadi hujan didaerah tersebut menyebabkan aliran sungai bawah tanah di dalam gua cukup besar.

Untuk memasuki gua akan dipandu oleh penduduk setempat yang membawa lampu penerangan dengan tarif sesuai kesepakatan, oleh karena di beberapa tempat gua terdapat genangan air sebatas pinggang, disarankan untuk membawa pakaian ganti. Gua Embul tuk terletak di desa Tumpakkepuh Kecamatan Bakung, berjarak 10 km dari Monumen Trisula dan berada dikawsan hutan jati. Dapat ditempuh melalui kendaraan roda 4 dengan kondisi jalan aspal yang baik Lokasi : Desa Tumpak Kepuh-Bakung Sejarah : Goa ini ditemukan tahun 1984 oleh Kepala Desa Tumpak Kepuh, Bapak Tugimin. Goa ini merupakan goa yangselalu diairi air dan merupakan sumber air yang tidak pernah kering. Dinamakan Umbul Tuk, karena diartikan Goa yang cara masuknya harus melalui air dan kalau musim hujan pintu goa ini tertutup oleh air, sehingga harus menyelam beberapa meter masuk kedalam goa kemudian baru timbul dari air dan sampailah pengunjung di dalam gua. Fenomena Lingkungan 1. Keadaan objek : Menunjukkan bahwa pernah diolah, namun tidak dilakukan pemeliharaan, hal ini ditandai adanya bekas kamar kecil, dan tempat berteduh yang sampai saat ini masih bisa digunakan, diperkirakan dibangun pada tahun 1990. Tempat wisata ini tamapaknya telah memiliki pelanggan tetap, karena tujuan mereka berkunjung bervariasi. Ada yang hanya berkunjung tanpa masuk goa dan ada yang ingin melihat keindahan stalaktit dan stalakmit di dalam goa. Objek wisata ini memiliki potensi wisata yang bagus daripada di wilayah kecamatan Bakung, karena jalan menuju lokasi goa sudah diaspal mulai dari ibukota kecamatan yang jaraknya 10 km. 2. Fenomena daya tarik :

muncul di dalam goa goa -

keunikan goa pada musim hujan

dengan menyelam terlebih dahulu melalui mulut goad an keindahan stalaktit dan stalakmit mudah dijangkau dengan kendaraan

pribadi, baik roda dua maupun roda empat, langsung di lokasi pada saat istirahat dapat menunggu

hasil laut berupa ikan segar yang diperoleh nelayan pada saat itu yang dibawa olah penjual dan dinikmati langsung. dan airnya jernih dalam goa masih nampak keasliannya sehingga dengan pernbak-pernik stalaktit dan stalakmit menambah daya tarik tersendiri. 3. Faktor pendukung : lampunya. 1jam. 4. Faktor Penghambat : kecamatan secara rutin wisata lokasi parker sempit dan belum teratur dengan baik untuk kendaraan roda dua atau lebih dan belum ada tukang parker yang menjaganya. Lokasi tidak ditata sebagaimana objek tidak ada transportasi dari ibukota terdapat tempat peristirahatan Pantai Pangi sebagai tujuan wisata jalan menuju lokasi cukup memadai jika ingin memasuki goa senantiasa air goa dapat digunakan untuk mandi

ada penduduk yang bersedia memandu sekaligus menyewakan

kedua, karena dapat ditempuh dengan jalan kaki santai selama

-

belum jelas pengelolanya, sehigga

tidak adanya upaya pemeliharaan lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan daya tarik pengunjung. pengunjung. kamar mandi dan kamar kecil tidak -lahan untuk lokasi kurang luas, terkesan terisolir karena jarang ada ada sehingga kesulitan untuk mencari tempat ganti sehingga perlu penataan dan perluasan lahan. penduduk yanglewat kecuali musim liburan PESANGGRAHAN EYANG DJOEGO Asal mula cerita adanya Pesanggrahan Eyang Djoego. Eyang Djoego menurut cerita berasal dari kerabat Keraton Jawa Tengah, yang melarikan diri dari Keraton, yang disebabkan oleh adanya kerabat Keraton lainnya yang Pro dengan Penjajah Belanda, akhirnya Eyang Djoego singgah di Ds. Sadjoego atau tempat yang mirip dengan kandang Sapi. Nama Asli Eyang Djoego menurut penyelidikan adalah Zakaria II, Zakaria adalah Panglima Perang pada jaman Perang Diponegoro. Eyang Djoego wafat di Ds. Djoego Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar, hari Selasa bulan Selo tahun 1871, dikebumikan di Gunung Kawi hari Kamis Kliwon di Malang, dan pada tanggal 1 Suro di Gunung Kawi diadakan haul untuk memperingati hari wafatnya Eyang Djoego. Untuk memperingati hari wafatnya/haul Eyang pemanduan masih belum terkoordinir dengan baik sehingga mengndang rasa waswas dari para

Djoego di Ds. Djoego Kec. Kesamben Kab. Blitar dilaksanakan padi hari Selasa Bulan Selo. PENANGKARAN RUSA Lokasi wisata Sumberingin dapat ditempuh kurang lebih 15 menit dari pusat Blitar ke arah barat Srengat, tepatnya terletak di Kelurahan Pojok. Para pengunjung dapat melihat hewan-hewan seperti rusa, kera, merak, kasuari dan hewan lainnya. MONUMEN TRISULA Monumen Trisula terdapat di Desa Bakung, Kacamatan Bakung. Monumen ini didirikan untuk mengenang tempat komando pasukan penuntasan PKI dengan sandi operasi TRISULA. Monumen ini atas prakarsa KODAM Brawijaya. Monument ini masuk dalam pengelolaan Kantor Suaka Peninggalan Sejarah da Purbakal Jawa Timur yang berkedudukan di Trowulan Mojokerto. Hal ini ditandai : Pengajian penjaga Monumen dengan SK tenaka HR kantor Pembinaan kepegawaian di kantor SPSP Jawatimur di Segal sesuatu kegiatan dimonotor SPSP Jawatimur di SPSP Mojokerto Mojokerto Mojokerto.

Status Monumen ini secara khusus belum jelas, karena monument ini juga dikelola instansi Pemda Blitar dan Kantor Pendidikan Propinsi Jawa Timur. Karena monument ini secara riil diperhatikan oleh beberapa instansi yaitu SPSP Trowulan, Kantor Dinas Pendidikan Jawa Timur Kabupaten Blitar. Wisata Pilgrim Fenomena Lingkungan a. Keadaan Objek Kondisi Objek berbentuk Monumen yang menggambarkan peristiwa penumpasan operasi Trisula yang didukung oleh saksi sejarah berupa bangunan rumah yang bentuk dan kondisinya dipertahankan sesuai aslinya. Di sekitar lokasi dibatasi dengan pagar Di dalam rumah yang dimonumenkan Lingkungan monument manampak dipasang berbagai foto peristiwa pembangunan dan kegiatankegiatan yang berkaitan dengan peringatan Trisula. b. Jalan : rombongan besar c. Kenampakan : o o berada di pusat pemerintahan kecamatan dapat berfungsi sebagai titik awal pengunjung yang akan mudah dijangkau Kelas jalan memadai untuk pengunjung

melakukan perjalanan menuju objek wisata kecamatan Bakung, yaitu objek wisata pantai dan goa Umbul Tuk. d. Sosial Ekonomi : Perlu peningkatan kondisi ekonomi perlu peningkatan perilaku masyarakat yang berada disekitar perlu penataan sarana pendukung berupa stand souvenir

objek wisata maupun kebutuhan lain

o

perlu diadakan sarana angkut baikroda empat maupun ojek alam buatan : didukung suasana lingkungan : Monumen mengingatkan peristiwa sejarah

e. Fenomena Daya Tarik rindang o o o mempertahankan ideologi Pancasila dari Sosek : Beberapa stan kebutuhan ringan pengunjung

pemberontakan PKI

PETILASAN RAMBUT MONTE Petilasan Rambut Monte terletak di desa Krisik, kecamatan Gandusari, dengan luas area 1 ha. Petilasan ini terdiri dari candi kecil yang dibangun untuk pemujaan yang dilengkapi kolam dan taman wisata dan juga area perkemahan. Objek wisata ini merupakan petilasan dari kerajaan Majapahit, berupa bangunan menyerupai candi kecil yang sering digunak sebagai tempat pemujaan. Komplek petilasan dibangn pada tahun 2000 dan dibuka untuk umum oleh dinas Purbakala Trowulan. Kondisi Fisik Objek Wisata Situs rambut monte berupa bangunan mirip candi dengan ukuran penampang dasar 6x6 m dan tinggi 2 m, terletak dibawah naungan pepohonan tinggi dan besar berusia puluhan tahun. Area petilasan yang terletak di lereng gunung Kelud ini dapat dipilih menjadi 2 mintakat (zone) menurut ketinggiannya, yaitu mintakat atas dan bawah. Mintakat atas dengan luas ha merupakan tempat bangunan candi, ditumbuhi pepohonan besar yang sudah berusia puluhan taun. Tajuk (canopy) pepohonan mampu menjadikannya teduh di bagian bawahnya.

Mintakat ii kadang-kadang digunakan tempat kemahmurid-murid sekolah. Disini terdapat gapura dan bangunan untuk loket penjualan karcis. Mintakat bawah dengan luas ha merupakan perluasan dari minangkat atas. Di sini dibangun kolam seluas 400 m untuk menampung air sumber yang tidak pernah kering. Dinding kolam ditembok dan di atasnya berupa troroir yang rapih. Di dalam kolam terdapat ikan yang menyerupai Hiu. Dari pintu gerbang melewati mintakat atas hingga ke tepi kolam telah dibangun jalur jalan semen dilengkapi dengan trap-trap menuju mintakat bawah. Topografi Kelud. Kemiringan Rambut Monte dan sekitarnya sangat berfariasi, tetapi diareal situs sendiri yang terbagi menjadi 2 mintakat atas dan bawah, masing-masing merupakan areal yang cukup datar dengan kemiringan tidak lebih dari 3%. dua musim Panorama situs Rambut Monte berupa pemandangan alam lereng gunung. Lingkungan buatan yang menunjang objek wisata Rambut Monte adalah kolam buatan yang dihuni beberapa jenis ikan, dilengkapi jembatan kea rah tengah kolam, diperuntukkan agar pengunjung dapat menikmati ikan dikolam dengan leluasa. Sosial Ekonomi : masyarakat di daerah wisata ini merupakan masyarakat agraris yang memanfaatkan lahan untuk persawahan, perkebunan dan pekarangan. Sebagian besar sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan dengan komoditi utamanya palawija. Secara ekonomis kehidupan masyarakat tergolong kelas bawah hingga menengah. BENDUNGAN WLINGI Nama Objek Wisata : Bendungan Wlingi Raya Iklim di wisata ini adalah iklim tropis dengan Relief dari situs Rambut Monte dan sekitarnya adalah berombak, sesuai dengan letaknya yaitu di lereng gunung

Lokasi Jenis Objek Wisata Luas Sejarah

: Kelurahan Wlingi Kec. Sutojayan : Telaga Buatan :: Waduk Wlingi Raya mulai dibangun tahun 1981 dan selesai tahun

1985.Terletak 10 km dari kota Blitar dengan jalan aspal yang cukup lebar dan kondisi baik. Dam Waduk Wlingi dikelola oleh Pemerintahan Kabupaten Blitar yang berfungsi untulk keperluan Pengairan.dipinggir lokasi waduk disediakan tempat bersantai bagi masyarakat.Memang waduk ini belum terkelola dengan baik. Gambaran Umum : Waduk Wlingi Raya merupakan waduk yang ukurannya relatif kecil.disekeliling waduk merupakan hamparan pepohonan namun sebagian berupa lahan gunduk akibat penerbangan. Permukaan Waduk ini sering mengalami fluktuasi tergantung dari pasokan san kebutuhan air untuk pengairan sawah bagian hilir. Selain taman yang masih sering dimanfaatkan wisatawanm diseberang taman terdapat Gardu pandang yang tidak pernah lagi dimanfaatkan oleh wisatawan sehingga kondisinya rusah da kotor.Tempat ini sebenarnya baik untuk melihat pemandangan waduk karana tempatnya lebih tinggi dan terletak dipinggir waduk. Jalan ke lokasi waduk sangat mudah ditempuh dengan kndaraan sendiri namun sulit dicapai sdengan kendaraan umum karena belum terdapat angkutan umum yang memiliki trayek wilayah tersebut. BENDUNGAN LAHOR Nama Objek wisata Lokasi Jenis Objek Wisata Luas : Bendungan Lahor : Desa Ngreco kecamatan selorejo : Telaga Buatan : N/A

Sejarah Objek Wisata :

Objek wisata Bendungan Lahor mulai ada bersamaan dibangunnya bendungan karang Kates,karena objek wisata ini merupakan bagian atau sisi lain dari dari bendungan tersebut. Kondisi Objek Wisata : Objek wisata bendungan lahor merupakan bagian dari bendungan karang kates Kabupaten Malang.Lokasi bendungan terletalk diantara kabupaten blitar dan kabupaten malang. Letaknya sangat strategis karena dilalui jalan pintas sebagai alternatif jalan utama yamg ,menghubungkan kabupaten blitar dan kabupaten malang. Objek wisata yang dapat dinikmati pengunjung bendungan ini adalah Pemandangannya yang sangat indah dan adanya pasar ikan seperti bandeng, Gurami,bader,tombro, mujaer, betik dan wader pari. Fasilitas daerah wisata Bendungan Lahor : Prasarana yang telah disediakan Pemkab. Blitar didaerah wisata bendungan Lahor adalah. Bangunan-bangunan untuk pelayanan tiket dan informasi, serta jalan-jalan setapak bertrap yang disemen untuk menuju tepi telaga dari tempat parkir.beberapa fasilitas tersebut,seperti bangunan-bangunan untuk pelayanan tiket memang belum difungsikan mengingat minimnya pengunjung yang mendatangi daerah tersebut, bahkan fasilitas-fasilitas tersebut sudah mulai rusak. Topografi daerah wisata : Relief (raut muka Bumi) objek wisata dan daerah sekitarnya berupa perbukitan (berombak), sesuai dengan letaknya yaitu di kaki gunung Butak, dengan lembah-lembah yang relatif dalam. Kemiringan lokasi wisata dan wilayah sekitarnya sangat bervariasi antara 5% s/d 75 %. Iklim di lokasi wisata ini adalah iklim tropis dengan 2 musim : Kemarau dan Penghujan. Panorama objek wisata Bendungan Lahor berupa wisata air disamping juga pemandangan alam lereng gunung/pegunungan, dengan vegetasi pohon pinus dan tetumbuhan pertanian diselang-seling cover pepohonan besar dan tanaman pekarangan.

Lingkungan Buatan : Beberapa fasilitas penunjang sebagai sarana prasarana wisata telah tersedia diantaranya: Jalan menuju lokasi wisata sangat memadai yaitu jalan beraspal yang merupakan jalan alternatif dari jalan utama (arteri) yang menghubungkan kota blitar dan kota malang. Tempat parkir dengan seorang petugas parkir Warung Makan telah tersedia, baik yang menempati bangunan tetap tetapi masih bersifat non permanen,maupun penjaja makanan secara asongan Tempat MCK (toilet) sudah tersedia milik perorangan namun kondisinya belum memadai. Kios-kios tempat penjualan ikan hasil budidaya ikan keramba oleh penduduk setempat,menempati bangunan khusus sebagai tempat pelelangan ikan (TPI). Kios-kios lain juga telah tersedia bagi pemilik perorangan, menjual barang-barang P&D (jajanan dan minuman instan) serta sedikit souvenir. Kondisi Sosio Ekonomi o Tiket belum dilaksanakan , walaupun bangunan tempat pelayanan sudah tersedia dan bahkan kondisi bangunan tersebut udah mulai rusak o Toko dengan Bangunan Permanen yang menjual aneka kebutuhan belum tersedia o Sikap penjaga yang aktif bertugas yaitu juru parkir, cukup memadai dan positif. o Atraksi wisata belum tersedia o Tanggapan Masyarakat tergadap upaya pengambangan wisata cukup positif dan bahkan mereka tidak keberatan apabila rumahnya digunakan sebagai homestay wisatawan baik domestik maupun mancanegara.yang ingin bermalam disekitar bendungan.

o Potensi Unggulan daerah setempat baik berupa hasil-hasil kerajinan, pertanian, maupun makanan belum tersedia, namun paling tidak kios atau toko dapat mencari diluar daerah wisata ini seperti dari malang misalnya. Faktor Pendukung : a. Faktor Alam : Keberadaan telaga buatan yang cukup luas memberikan peluang untuk dimanfaatkan sebagai arena rekreasi air. Disamping itu pemandangan alam yang berupa panorama perbukitan dengan vegetasi hutan pinus yang diselang-seling tetumbuhan pertanian palawija dan hanparan air telaga yang berial-riak, memberikan dukungan tersendiri bagi kemungkinan-kemungkinan pengembangan wisata dilokasi Bendungan Lahor. b. Faktor Buatan : Beberapa bangunan yang kondisinya sudah mulai rusak untuk loket penjualan dan pelayanan informasi, dapat/perlu direhabilitasi dan renovasi. Jalan setapak bertrap dengan pengerasan dari semen menghubungkan antara kios atau tempat parkir dengan tepi telaga. Tersedianya jalan yang kondisinya sangat baik, tempat parkir yang memadai, warung makan kios-kios, dan tempat MCK walau kondisinya masih sederhana, merupakan faktor pendukung yang positif bagi pengembangan objek wisata ini. c. Faktor Sosio Ekonomi : TPI yang menjual beberapa jenis ikan air tawar, serta warungwarung makan dan kios-kios yang ada, secara ekonomis merupakan faktor pendukung bagi pengembangan objek wisata yang berdampak positif bagi ekonomi masyarakat Sikap Positif dari masyarakat untuk menyediakan rumahnya sebagai homestay bagi wisatawan bagi yang memerlukan,nerupakan dukungan moral sosial yang sangat positif bagi pengembangan pariwisata.

Dari sisi keamanan, daerah ini cukup aman baik dari segi alam (longsoran, banjir) maupun dari segi kriminal (pencurian, perampokan).

Faktor Penghambat : Faktor Alam :Tidak ada hambatan dari faktor alam Faktor Buatan : Kondisi sarana dan prasarana

penunjang dilokasi wisata seperti loket dan tempat pelayanan informasi perlu direnovasi, MCK yang memadai, tempat istirahat, Mushola, dan lain-lain belum tersedia. Sosial Ekonomi : Masyarakat di sekitar bendungan Lahor merupakan masyarakat agraris yang memanfaatkan lahan untuk persawahan, perkebunan, dan pekarangan. Sebagian besar sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan dengan komoditi utamanya palawija.Secara Ekonomis kehidupan masyarakat tergolong kelas bawah hingga menengah. Hal ini terutama terlihat dari kondisi bangunan dan penataan rumah mereka. LEMBAH GUNUNG KELUD Lokasi : Desa, Kecamatan Gandunsari Jenis Objek Wisata : Air terjun dan Pemandangan Alam Sejarah Objek Wisata : Objek wisata Lembah Gunung Kelud baru dalam taraf direncanakan untuk dapat dipertahankan. Kondisi Fisik Objek Wisata Lembah Gunung Kelud terletak dilokasi milik Perhutani. Di sini terdapat air terjun yang terjun yang tak pernah kering.Panorama alam pegunungan yang sejuk dan dapat melihat kaldera Gunung Kelud. Lokasi ini belum sepenuhnya menjadi daerah wisata karena letaknya jauh dari kota. Topografi Relief (raut muka bumi) dari lembah Gunung Kelud dan sekitarnya adalah berombak, sesuai dengan letaknya yaitu di lereng atas (hampir puncak) Gunung Kelud

Kemiringan Lokasi ini dan wilayah sekitarnya sangat bervariasi Iklim dilokasi wisata adalah tropis dengan dua musim yaitu kemarau Panorama wisata berupa pemandangan alam lereng

antara 5% hingga lebih dari 100% dan hujan. Gunung/Perbukitan dengan diselingi tetumbuhan pertanian dan tanaman pekarangan. Faktor Pendukung : Keberadaan air terjun, pemandangan alam, kaldera, kesejukan temperatur udara. Faktor penghambat : Letak yang cukup jauh dan belum ada jalan ke lokasi Belum ada sarana Prasarana yang menunjang

PANTAI PASUR Lokasi : Dusun Pasur-Desa Bululawang, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar Tentang Objek Wisata : Pantai Pasur terletak 4 km dari jalan raya Desa Bakung ke Belum dikelola secara khusus Digunakan Para Nelayan Saat Ombak tidak Besar.Jika desa Tumpak Wates.

Ombak besar nelayan pindah ke pantai pangi yang letaknya hanya dipisahkan oleh bukit Digunakan sebagai tempat larung sesaji pada awal bulan Muharam. Jenis Wisata : Wisata Budaya, Pantai dan Cagar Alam Daya Tarik pantai Persediaan bahan baku pandan cukup Ada bahan baku Rumput Laut : Jalan dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 sampai

Cukup Tersedia Air Bersih

Faktor Penghambat : Jalan Masih Makadam Tidak Ada pohon Rindang untuk berteduh

PANTAI PANGI Lokasi Sejarah lepas Daya Tarik : Air masih belum tercemar,aman untuk aktifitas Mudah dijangkau dari gua umbul Tuk Terdapat Pohon Kelapa untuk Berteduh : Desa Tumpak Kepuh, Kec.Bakung, Kab. Blitar : Sejak dahulu digunakan nelayan Jenis : Wisata Cagar Alam / Pantai Panjang Pantai : 1500 m, Berbentuk teluk, menjorok 400 -500 m dari laut

PANTAI GAYASAN Lokasi : Desa Kali Grenjeng & Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kab. Blitar, jauh dari pemukiman penduduk 1 -2 km dari pantai. Fungsi : Sebagai tempat transaksi hasil laut Jenis : Wisata Cagar Alam / Pantai Faktor Penghambat : Jalan makadam sangat rusak dan menanjak, sulit bagi kendaraan Roda 2 maupun Roda 4. BENDUNGAN NYUNYUR Identitas : Nama Objek Wisata : Bendungan Nyunyur Lokasi Jenis Wisata Luas : Desa Kecamatan Gandunsari : Wisata air pada telaga buatan. : 3 Ha

Sejarah Obyek Wisata:

Obyek wisata ini merupakan bangunan pada aliran sebuah bangunan bendungan pada sebuah sungai untuk kepentingan irigasi sekaligus dapat digunakan sebagai objek wisata air. Kondisi fisik Obyek wisata Obyak wisata bendungan nyuyur berupa bangunan pada sebuah daerah aliran sungai (DAS) untuk kepentingan irigasi, namun tidak menutup kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata air.Luas Areal yang digunakan 5 ha sedangkan daerah yang akan tergenang 3 ha dengan kedalaman dasar sungai dari permukaan bendungan 5m. Topografi Relief lokasi bendungan nyunyur dan sekitarnya adalah berombak, sesuai dengan letaknya yaitu dilereng gunung kelud.Daerah hilir merupakan dataran dengan penggunaan lahan untuk persawahan, sedangkan daerah hulu bendungan merupakan daerah perbukitan yang merupakan tanah milik penduduk setempat. Kemiringan lokasi bendungan nyunyur dan wilayah sekitarnya sangat bervariasi, dengan keliringan antara 5% hingga 50% Iklim di lokasi wisata ini adalah Iklim tropis dengan 2 musim yaitu musim kemarau dan hujan. Selain merupakan obyek wisata air bendungan Nyunyur juga merupakan dataran dan lereng-lereng pegunungan, dengan vegetasi tetumbuhan pertanian yang diselingi cover pepohonan besar dan tanaman pekarangan. Kondisi Sosio Ekonomi : Tarif/tiket belum diberlakukan Respon positif masyarakat Faktor alam : Letak Bendungan Nyunyur di kaki Gunung Kelud yang tidak terganggu oleh aliran lahar atau banjir Sosial Ekonomi : Sikap positif dari masyarat untuk menyediakan rumahnya sebagai homestay bagi wisatawan. Faktor Penghambat

Faktor Pendukung :

Faktor Buatan : kondisi sarana prasarana penunjang dilokasi seperti jalan yang menuju lokasi tidak baik, pos keamanan, loket tidak baik, pos keamanan , loket penjualan tiket dan pelayanan informasi belum tersedia

Socio Ekonomi : Masyarakat di sekitar Bendungan Nyuyur merupakan masyarakat agraris yang memanfaatkan lahan untuk persawahan, perekarangan dan perkebunan.

BENDUNGAN SERUT Identitas Nama Objek Wisata Lokasi Jenis Objek Wisata Sejarah Objek Wisata : Bendungan Serut, direncanakan untuk menggarakkan turbin generator untuk mensuplai listrik kawasan Jawa-Bali, di samping fungsi lainnya adalah untuk menaikkan tingkat muka air untuk kepentingan irigasi. Topografi : Terletak pada topografi yang datar, dengan panorama di sekitar bendungan cukup indah dan cukup sejuk. Fasilitas : Ruang tunggu Kamar Mandi / WC : Milik pribadi PLTA serut Musshola : Milik PLTA serut : Bendungan Serut : Desa Gogodesa, Kec. Kanigoro : Wisata bendungan Sungai

Akses jalan menuju Pusat Lokasi :

Objek wisata terletak disebelah tenggara dari kota blitar 7 km. Atraksi Wisata : Pentas Seni Lokal secara insidental (dangdut) Faktor Pendukung : Lokasi berada pada alam yang terbuka dan cukup sejuk dan tenang. Pelayanan : Denah Lokasi : ada di Kantor Jasa Tirta

Tanda Petunjuk : ada Loket Pelayanan : tidak ada, tidak dipungut retribusi masuk Keamanan Tempat Parkir Petugas : ada dari pihak Jasa tirta dan PLTA : Ada : Ada

GOA JAMBANGAN Goa jambangan merupakan wisata alam yang belum pernah dikembangkan. Keberadaan goa ini diketahui sejak tahun 1915 oleh Pak Kromotadi yang dianggap sebagai babat alas. Goa ini bukan buatan manusia namun sudah ada sejak dulu. Goa jambangan terletak di dusun Dawuan desa Krajan Dawua kecamatan Kademangan. Dari Kota Blitar arah selatan dengan jarak 9 km, sedangkan dari kecamatan hanya 4 km arah utara. Goa Jambangan terdiri dari batu kapur dengan ukuran mulut goa 12 meter dengan kedalaman 40 meter dan tinggi 3 sampai 4 meter. Di ujung dalam bagian atas ada lubang dengan garis tengah sekitar 1 meter. Dengan adanya lubang ini cahaya matahari masuk sehingga kelihatan agak terang. Pada musim hujan, air menembus tanah melalui celah-celah goa yang disebut galang. Tetesan ini langsung meresap kedalam tanah yang gembur berwarna hitam kecoklatan. Goa ini berda di sebelah kanan jalan dari arah kota Blitar, tetapi tidak tampak kerana tertutup pepohonan apalagi lima tahun yang lalu, tetapi jalan ini ditembok untuk menahan longsor. Tidak ada jalan masuk yang sengaja dibuat. Tidak ada fasilitas apapun seandainya ada pengunjung. CANDI KOTES Candi kotes terdapat di kecamatan Gandusari. Objek wisata Candi Kotes merupakan peninggalan sejarah Majapahit yang didirikan pada 1222 dan1223 Saka atau tahun1300 dan 1301 Masehi. Bangunan pertama yang

dibangn pada1222 Saka merupakan candi induk, berupa lantai datar yang tingginya 125 cm, konon sebagai tempat pertemuan sang raja.sedangkan bangunan kedua yang didirikan tahun1223 Saka merupakan bangunan candi, sebagai pintu gerbang ke ruan pertemuan candi induk. Lokasi wisata yang berjarak 15 km dari kota kecamatan Gandungsari atau 30 km dari kota Blitar ini, pernah digunakan untuk upacara agama Hindu. Objek wisata ini dijaga oleh seorang petugas dan rata-rata dikunjungi 60 wisatawan per bulan. Kondisi Fisik Objek Wisata Situs Candi kotes terdiri dari 2 buah bangunan. Bangunan pertama brupa lantai dasar yang tingginya 125 cm dengan pondasi terdiri dari tatanan batu-batu seperti yang digunakan pada candi-candi. Dilantai yang berukuran 8 x 8 m itu terdapat batu-batu balok yang konon digunakan sebagai tempat duduk dalam forum pertemuan. Bangunan kedua berupa candi dengan ukuran penampang dasarnya 7x7 m dan tinggi 3 m. bangnan ini menyiratkan fungsinya sebagai gapura untuk menuju ruang pertemuan. Bangunan candi ini banyak mengalami kerusakan, tetapi upaya renovasi secara professional belum terlaksana. Hal ini tampak pada penataan batubatu bangunan, banyak yang tidak sesuai penempatannya. Bangunan yang terkesan cukup terawatt ini menempati areal seluas 1.250 m, dikelilingi pagar besi yang juga cukup terawat. Topografi sekitarnya relative datar. 5% dengan 2 musim pertanian. Lingkungan Buatan Yang Menunjang Objek Wisata panorama objek ini berupa cadi Kotes dan pemandangan alam kaki gunung dengan vegetasi tetumbuhan Iklim daerah ini adalah iklim tropis kemiringan daerah ini tidak mencapai relief candi Kotes dan wilayah

memadai -

jalan menuju objek wisata cukup tersediianya took-toko disekitar objek tersedianya pos penjagaan bangunan lain yang berupa ruang

wisata, walaupun yang diperjualbelikan terbatas

tunggu, kamarmandi/WC, mushola, tempat rekreasi wisata, diorama, tempat bermain, parkiran dan hotel belum tersedia. Kondisi Sosial Ekonomi pengembangan wisata atraksi wisata belum tersedia tanggapan masyarakat sangat tarif belum diberlakukan toko-toko yang ada baru menyediakan sikap penjaga sangat positif bagi

jenis-jenis barang yang terbatas

mendukung terhadap peningkatan objek wisata candi Kotes. CANDI WRINGIN BRANJANG Candi Wringin Branjang terletak di kecamatan Gadusari dengan luas area 3 ha. Objek wisata ini merupakan petilasan candi dari kerajaan Majapahit yang berupa candi, yang bisanya digunakan para pengunjung sebagai tempat pemujaan dengan membakar kemenyan. Kompleks petilasan ditemukan tahun 1995 oleh mbah Harjo Gentilut. Petilasan ini dijaga oleh mbah Harjo Gentilut selaku juru kunci yang mengelola area petilasan. Kondisi Fisik Objek Wisata Situs candi Wringin Branjang ini sudah lama tidak dilakkukan renovasi kembali. Salahsatu bangunan candi yang sudah pernah direnovasi adalah bangunan dibagian depan dari lokasi yang merupakan Gapura. Area Gapura ini dikelilingi oleh klawat seluas 500 m, dilengkapi sebuah bangunan untuk loket penjualan tiket atau tempat informasi.

Dibagian belakang lokasi ini meruapakan tempat petilasan yang belum terenovasi. Terdapat 7 sepen (ruang pemujaan) yang digunakan pengunjung untuk melakukan semedi. Sepen-sepen ini oleh juru kuncidibuatkan rumah dengan dinding sasak dan beratap ilalang. Area petilasan candi yang terletak di lereng gunung kelud ini banyak dikunjungi oleh pasanga muda-mudi yang mengendarai sepda motor untuk berpacaran. Jarak likasi ini 40 km dari kota Blitar. Topografi dari 5% iklim daerah tropis Panorama objek wisata disamping Relief wisata cadi Wringin Branjang kemiringan daerah wisata tdak lebih dan sekitarnya relative cukup datar.

petilasan candi juga pemandangan alam kaki gunung. Lingkungan buatan yang menunjang objek wisata berupa pos penjagaan tiket dan informasi. Bangunan lain yang berupa ruang tunggu, kamarmandi/WC, mushola, tempat rekreasi wisata, diorama, tempat bermain, parkiran dan hotel belum tersedia. Kondisi Social Ekonomi tarif belum diberlakukan tanggapan masyarakat sangat mendukung terhadap

peningkatan objek wisata candi Wringin Brajang. CANDI SIRAHKENCONG Candi Sirahkencong terletak di kawasan perkebunan Sirahkencong dan berada di atas sebuah bukit. Dari pusat Kecamatan Wlingi, menuju arah utara melalui jalur Wlingi-Ngantang. Candi Sirahkencong ini ditemukan pada pertengahan tahun 1967 ketika para pekerja kebun akan menanam pohon kina atau teh. Ketika ditemukan kondisi fisik candi rusak parah dan sudah tidak utuh dan tidak lengkap.

Pada saat dilakukan rekonstruksi oleh Dinas Purbakala, ternyata sebagian besar bagian candi tidak utuh sehingga hasil pemugaran tidak sempurna. Candi Sirahkencong terdiri dari tiga bangunan pokok, yaitu bangunan candi pertama yang terletak di sebalah utara, kemudian candi kedua ditengah, dan bangunan ketiga terletak diselatan. Jarak antar bangunan satu dengan lainnya sekitar 50 cm. Ketiga bangunan tersebut menghadap ke arah Barat dan di muka tiap-tiap bangunan terdapat batur candi. Bangunan pertama candi ini terdiri atas sebuah subaseman dan candi ini mempunyai badan, namun atapnya tidak ada. Seperti pada umumnya subaseman, candi ini terdiri dari tiga bingkai, yaitu bawah, batang dan atas. Bagian bawah merupakan pelipit-pelipit baris dengan tinggi 100 cm. semntara itu lebar dan panjangnya sama, yaitu 300 cm. Di candi Sirahkencong tidak terdapat pelipit belah rotan, tetapi bingkai atas sama dengan bingkai bawah. Pada badan candi bingkai bawah, pelipit mistar diteruskan dengan batang tinggi badan candi 115 cm, sedangkan panjang dan lebarnya sama dangan ukuran kaki candi. Pada batang bangunan ini terdapat relief dangkal yang seprti digore-gores saja yang menggambarkan orang berbadan kurus dalam pose duduk wajrasana. Tangannya direntangkan seolah-olah meroleh ajakan ajakan Harimau yang membuka mulutnya dan duduk di mukanya. Ditengah orang tadi terdapat pintu gerbang paduraksa yang bersayap dengan beberapa pohon. Relief ini adalah relief yang diambil dari cerita Bukbuksah Gagangaking. Gambaran Kenampakan Objek Wisata m. Fasilitas Umum yang merupakan bangunan lain yang berupa ruang tunggu, kamarmandi/WC, mushola, tempat rekreasi wisata, diorama, tempat bermain, parkiran dan hotel belum tersedia. Lokasi candi Sirahkencong berada pada daerah dataran kondisi fisik candi tampak setengah dan halam sekitar 225 tinggi di kawasan lereng gunung Kawi bagian barat daya.

Hal-hal yang berkaitan dengan social ekonomi - Tiket masuk : Tidak dikarciskan dan pengunjung belum diwjibkan mengisi buku tamu karena lokasi dipuncak pegunungan dan juru pembersih berdomisili jauh dari komplek candi - Fasilitas barang dagangan : fasilitas penjual barang dagangan di wilayah wisata belum tersedia karena lokasi jauh dari kawasan penduduk dan selama ini belum banyak pengunjung. PANTAI GURAH Pantai Gurah terletak di Kecamatan Wates dan pemukiman penduduk yang terdekat dengan lokasi pantai ini adalah dusun Wonosari desa Tegalrejo. Keberadaan pantai Gurah belum banyak dikenal oleh masyarakat, bahkan oleh penduduk Kecamatan Wates sendiri. Pantai Gurah merupakan sebuah teluk yang relative sempit yang terdapat pada salah satu garis pantai samudera Hindia. Dengan pantai Jalasutra, teluk ini terletak berdampingan dan dipisahkan oleh sebuah tanjung sempit yang berupa igir bukit yang cukup terjal. Secara umum pantai Gurah terletak pada sebuah lekukan yang dikelilingi oleh perbukitan dengan kemiringan yang cukup terjal. Bagian yang relative datar pada bagian teluk vegetasinya masih cukup rapat dan alami bahkan masih terkesan belum banyak terjamah. Pada teluk yang relatif sempit ini terdapat muara aliran sungai. Meskipun pada musim kemarau sungai ini kering, namun pada musm hujan dipastikan bahwa sungai tersebut akan sering banjir. Salah satu akibat dari keberadaan muara sungai ini menyebabkan pasir pantai yang ada disini dicampur dengan fragmen-fragmen batuan sehingga memberikan kesan pemandangan pantai yang kurang bersih. Secara umum panorama pada kawasan ini cukup menarik, terutama bagi para wisatawan yang menginginkan pemandangan yang masih alami. Karena sifat-sifat alami dari suatu pantai masih dapat dinikmati pada

kawasan ini. Dari teluk yang sempit tersebut dapat diamati igir perbukitan yang mengapit teluk ersebut, vegetasinya masih rapat. Dari kejauhan dapat diamati sebongkah batu besar yang muncul dari permukaan air laut yang menyerupai sebuah pulau kecil. Pada bagian belakang dari pantai pasir yang relative sempit dari kawasan ini, dilata belakangi oleh pepohonan heterogen yang masih rapat dan belum banyak terjamah oleh manusia melalui sela-sela pepohonan inilah terdapat jalan setapak untuk menuju kepantai. Sebelumnya kawasan Panai Gurah terletak sangat terpencil, yaitu relative jauh dari pemukiman penduduk dan tidak ada jalan yang dapat diakses dengan kendaraan menuju kawasan tersebut. Pada saat ini untuk menuju kawasan pantai Gurah, dari kota kecamatan Wates menuju dusun Wonosari desa Tugurejo. Dari dusun tersebut pada saat ini telah dibuat jalan, tapi sementara ini masih berupa jalan tanah, menuju kepantai Gurah dengan jarak sekitar 2 km. PANTAI PEH PULAU DAN GOA CELUNG Pantai Peh Pulau terdapat didusun Peh Pulau desa Sumbersih Kecamatan Panggungrejo. Pantai Peh Pulau merupak sebuah pantai dengan konfigurasi yang sangat variatif kenampakannya dari pantai cliff (pantai yang berdinding terjal), teluk dan beberapa pulau yang jaraknya hanya beberapa meter dari garis pantai. Beberapa goa, termasuk Goa Celung terdapat dikawasan pantai tersebut. Keadaan lingkungan Pantai Peh Pulau saat ini sangat gersang karena hutan yang semula tumbuh dikawasan tersebut sekarang telah habis dibabat. Yang tersisa adalah gerumbul semak belukar yang tumbuh diperbukitan. Ditinjau dari kenampakan yang ada, yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata di kawasan ini dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu: 1) Pulau-pulau yang ada dihadapan Pantai Peh Pulau Dihadapan Pantai Peh Pulau bertebaran beberapa pulau kecil, dua pulau yang paling besar adalah Pulau Peh Pulau dan Pulau Tengkek. Pulau-pulau tersebut tampak hijau oleh perdu,

semak belukar dan pepohonan rendah. Dengan air laut yang sangat jernih dari dinding cliff yang relative tinggi dari bagian utara, pulau-pulau kecil tersebut memberikan panorama yang sangat indah. 2) Teluk dikawasan Pantai Peh Pulau Dikawasan ini terdapat dua buah teluk sempit yang diantara keduanya dipisahkan oleh sebuah bukit yang tidak terlalu besar. Kedua teluk ini merupakan pantai landai dengan hamparan pasir putih dan keadaan pantainya bersih. 3) Pantai terjal dan goa Dari bagian pantai teluk yang berpasir daopat diamati kenampakan dinding pantai terjal yang ada dibagian timur Pantai Peh Pulau. Pada salah satu sisi pantai ini terdapat sebuah goa yang disebut Goa Celung dan lebih dikenal dengan nama Goa Petung. Goa Celung terletak tersembunyi disalah satu dinding cliff. Goa tersebut memiliki pintu masuk yang sempit. Untuk memasuki, terlebih dahulu harus menuruni tangga bambu yang telah rapuh sekitar 2 meter. Setelah itu harus menyusuri jalan setapak yang sempit pada dinding terjal yang dari dasar pantai relatif tinggi. Beberapa goa juga ditemukan dikawasan ini. Hal ini memang wajar karena lokasi tersebut merupakan kawasan batuan kapur. Namun berdasarkan pengamatan, goa yang terdapat dikawasan ini tidak memiliki interior yang indah untuk dinikmati. Pantai Peh Pulau saat ini masih belum dikembangkan sebagai kawasan tujuan wisata. Untuk menuju kawasan ini dari dusun terdekat dapat ditempuh melalui jalan tanah sekitar 3-4 km. Sepanjang jalan, keadaan lingkungannya sangat panas karena hampir tidak ada pepohonan yang tersisa yang dapat digunakan untuk berteduh.

GOA NGETUP Lokasi : Desa Kedung Banteng, Dusun Sumber Jambe, Kecamatan Bakung Sejarah Goa ini tidak jelas kapan ditemukan, namun warga sekitar sudah lama mengetahui gua tersebut. Pada tahun 2002 Ketua DPP PDI-P bersama Bupati Blitar berserta staf meninjau Goa ini. Berdasarkan peninjauan, yang disampaikan pimpinan daerah, menjanjikan akan dikembangkan untuk daerah pariwisata dan ditindaklanjuti pengukuran jalan mulai dari jalan raya Kademangan-Wonotirto-Bakung menuju jalam masuk dusun Sumberjambe, Desa Kedung Banteng. Fenomena Lingkungan 1. Kekayaan objek : - masih sangat asli, masih belum dilakukan konservasi - seperti saluran air yang kering - jauh dari jangkauan manusia - batu bintang (stefit) antara lain BATU SANGKARA BALE. 2. Jalan : Kurang lebih 3km dari jalan aspal Wonotirto 3. Kenampakan : belum ada perlakuan 4. Sosial ekonomi : - termasuk masyarakat kurang beruntung - masyarakat siap menerima pengembangan Fenomena Daya Tarik Alam :- Batu bintang - jalan masuk lokasi terdapat pepohonan akasia, terutama musim hujan akan menampakkan hutan lindung Faktor Pendukung 1. SDA: - goa terdapat Batu Bintang - Masyarakat antusias menerima pengembangan - jalan menuju lokasi 3 m macadam 2. Sosial ekonomi :- masyarakat siap untuk dilatih keterampilan dalam mendukung sector pariwisata. Faktor Penghambat 1. SDA: - musim kering kurang mendukung

- jalan macadam - Goa ini belum bnyak dikenal orang 2. Sosial ekonomi : Masyarakat kurang beruntung CANDI GAMBAR WETAN 1) Lokasi 2) Jenis Obyek Wisata 3) Luas 4) Sejarah Candi Gambar Wetan, merupakan petilasan peristirahatan perjalanan Raja Hayam Wuruk yang dibangun pada tahun 1260 M, yang terdiri dari 1 Candi Dewaraphala, Pendopo teras yang berada di atas undakundakan tangga, 1 candi dinamakan Mbah Bodo, 1 candi lainnya dinamakan Mbah Dewo yang keduanya merupakan danjangan penduduk penduduk kala itu yang akhirnya dipundikan sebagai Budha. Penemuan situs candi di kawasan Dataran Tinggi Kelud (perkebunan kopi) adalah Belanda yang waktu itu menguasai wilayah perkebunan tersebut. 5) Topografi Terletak di bagian Selatan dari kaki Gunung Kelud yang berada di antara perbukitan, dengan kemiringan mengarah Selatan (bagian Utara lebih besar daripada bagian Selatan). Panorama di sekitar obyek wisata sangatlah asri dan sejuk serta berada pada kawasan perkebunan kopi Gambar. Pada lokasi sebelah bawah obyek wisata (Selatannya) langsung dapat terlihat jaringan sungai lahar dari kawah gunung Kelud. Kondisi fisik Candi Gambar Wetan untuk tempat pemujaan. Banyak relief yang tidak lengkap karena dicuri. Candi Mbah Dewa ada di bawah karena pada waktu itu terjadi pengikisan dinding dari atas, candi Dewaraphala sebagian godho yang dipanggul tangan dirusak. 6) Fasilitas Umum Tidak tersedia 7) Transportasi : Desa Sumbersari, Kec. Nglegok : kategori wisata Pilgrim : 1666 m2

Jarak dari Kota Blitar adalah 20 km, melewati jalur sebagai berikut: a) Kolektor sekunder 16 km, dengan lebar jalan 4-5 m beraspal dalam kondisi baik. b) Jalan menuju kawasan Perkebunan Gambar, melewati jalan tanah dan lewat di atas Sabodam (dam lahar) Gunung Kelud 2km. c) Dari Perkebunan Gambar masuk kawasan perkebunan (ke obyek wisata) melewati jalan setapak 2 km dalam kondisi medan naik turun dan jalan dalam kondisi jelek. d) Di lokasi obyek wisata hanya ditemui bangunan pos penjaga cagar budaya, yang terdiri dari 5 tenaga honorer Dinas Purbakala dan 1 orang PNS sebagai Ketua Pengelola Kawasan Candi Gambar Wetan. 8) Atraksi Wisata Pentas budaya lokal tidak pernah dilakukan, hanya acara ritual berdasarkan kepercayaan penduduk yang berada di sekitar wilayah Perkebunan Gambar untuk memandikan dayang Mbah Dewo dan Mbah Bodo pada Jumat Legi dari acara Sedekah Bumi selalu dilakukan acara ritual seperti nyadran, bersih desa, minta keselamatan untuk acara perkawinan atau sunatan (khitanan). 9) Potensi Unggulan Perkebunan cengkeh dan tanaman kopi (tanaman kopi dikelola oleh PT Perkebunan Gambar) dengan latar belakang pegunungan Kelud yang berudara bersih, sejuk dan asri. CANDI SIMPING Candi Simping merupakan wisata sejarah yang juga tidak terlepas dari kepercayaan Animisme yang bercampur agama. Candi Simping terletak di Desa Sumber Jati Kecamatan Kademangan di Suruh Wadang yang merupakan reruntuhan candi yang dipercaya sebagai Penyimpanan Abu Jenasah Raden Wijaya.

Mengenai sejarah kapan candi tersebut ada, Edi Suwarno selaku juru kunci yang telah diangkat sebagai PNS sejak 1982 tidak tahu persis, karena ia merupakan pewaris juru kunci yang kesekian. Candi Simping merupakan peninggalan jaman Majapahit yang berwujud puing candi, karena bentuk aslinya tidak kelihatan kecuali bagian dasar bangunan ini terbuat dari batu kali yang dibentuk kotak-kotak persegi empat dan persegi panjang kemudian disusun sebagaimana layaknya candicandi yang lain. Namun bangunan ini telah runtuh mungkin karena kurang terawat juga dimakan usia. Hanya untungnya susunan batu yang telah terlepas satu sama lain, kondisinya sebagian besar masih utuh. Berhubung yang diberi wewenang merawat candi tersebut nampaknya tidak ahli dengan bangunan percandian maka bagian-bagian bangunan yang runtuh ini ditata menurut seleranya sendiri dalam luas tanah sekitar 32 x 45 m. Pagarnya sering terkunci, dan kuncinya disimpan di rumah yang tidak jauh dari candi. Pengunjungnya sangat sepi apalagi bukan hari libur, boleh dikatakan tidak ada pengunjung. Tidak ada pula karcis masuk. Pengunjung yang datang selain salam rangka kunjungan sejarah, rata-rata untuk membakar kemenyan pa