LAPORAN PENDAHULUAN KNF

19
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER NASOFARING A. Pengertian Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001) Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas karsinoma berasal dari epitel nasofaring. Biasanya tumor ganas ini tumbuh dari fossa rosenmuller dan dapat meluas ke hidung, tenggorok, serta dasar tengkorak. (Munir, 2010) B. Etiologi Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN KNF

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER NASOFARING

A. Pengertian

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah

nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma

nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak

ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001)

Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas karsinoma berasal dari epitel

nasofaring. Biasanya tumor ganas ini tumbuh dari fossa rosenmuller dan dapat meluas

ke hidung, tenggorok, serta dasar tengkorak. (Munir, 2010)

B. Etiologi

Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan,

lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997). Selain itu faktor geografis,

rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial

ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan

timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab

karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring

didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).

C. Klasifikasi KNF

1. Histopatologi menurut WHO

a Tipe WHO 1

1) Karsinoma sel skuamosa (KSS)

2) Deferensiasi baik sampai sedang.

3) Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).

b Tipe WHO 2

1) Karsinoma non keratinisasi (KNK).

2) Paling banyak variasinya.

3) Menyerupai karsinoma transisional

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

c Tipe WHO 3

1) Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).

2) Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear Cell

Carsinoma”, varian sel spindel.

3) Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.

2. Menurut bentuk dan cara tumbuh

a Ulseratif

b Eksofilik yaitu tumbuh keluar seperti polip.

c Endofilik yaitu tumbuh di bawah mukosa, agak sedikit lebih tinggi dari

jaringan sekitar (creeping tumor)

3. TNM menurut American Joint Committee on Cancer

a. Primary Tumor (T)

Tx = tidak dapat terkaji

T0 = tidak dapat dibuktikan

Tis = karsinoma in situ

T1 = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring

T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.

T2a = dengan ekstensi parafaringeal

T2b = tanpa ekstensi parafaringeal

T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.

T4 = Tumor menyebar ke endokranium/ mengenai syaraf otak.

b. Regional nodus limfe (N): Nasofaring

Nx = tidak dapat terkaji

N0 = tidak dapat dibuktikan

N1 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama (unilateral),

dan berukuran kurang/sama dengan 6 cm, diatas fosaa supraklavikula

N2 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada 2 sisi yang berbeda

(bilateral), dan berukuran kurang/sama dengan 6 cm, diatas fosaa

supraklavikula

N3 = Metastasis ke kelenjar getah bening

N3a = ukuran lebih besar dari 6 cm

N3b = ekstensi hingga fossa suraklavikula

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

c. Jarak metastasis (M)

Mx = jarak metastasis tidak dapat terkaji

M0 = Tidak ada metastasis jauh.

M1 = Didapatkan metastasis jauh.

D. Tanda dan gejala

Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain

1. Gejala nasofaring

Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung.

2. Gangguan pada telinga

Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius

(fosa Rosenmuller). Gangguan yang timbul akibat sumbatan pada tuba eustachius

seperti tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga

(otalgia)

3. Gangguan mata dan syaraf

Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen

laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia,

juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.

Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika

penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika

seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral.

4. Metastasis ke kelenjar leher

Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang

akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat.

E. Patofisiologi

KNF adalah tumor ganas yang berasal dari epitel yang melapisi nasofaring.

Rongga nasofaring diselaputi selapis mukosa epitel tipis, terutama berupa epitel

skuamosa, epitel torak besilia berlapis semu dan epitel transisional. Di dalam lamina

propria mukosa sering terdapat limfosit, di submukosa terdapat kelenjar serosa dan

musinosa. Infeksi virus Epstein-Barr dapat menyebabkan KNF. Hal ini dapat

dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita

KNF. Pada penderita ini sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein

tertentu yang berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan kelangsungan

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

virus di dalam sel host. Protein laten ini dapat dipakai sebagai petanda (marker) dalam

mendiagnosa KNF, yaitu EBNA-1 dan LMP-1, LMP- 2A dan LMP-2B.

Lokasi predileksi KNF adalah dinding lateral nasofaring (terutama di resesu

faringeus) dan dinding superoposterior. Tingkat keganasan KNF tinggi, tumbuh

infiltratif, dapat langsung menginfiltrasi berekspansi ke struktur yang berbatasan: ke

atas dapat langsung merusak basis cranial, juga dapat melalui foramen sfenotik,

foramen ovale, foramen spinosum, kanalis karotis internal atau sinus sphenoid dan

selula etmoidal posterior, lubang saluran atau retakan alamiah menginfiltrasi

intracranial, mengenai saraf cranial; ke anterior menyerang rongga nasal, sinus

maksilaris, selula etmoidales anterior, kemudian ke dalam orbita, juga dapat melalui

intrakranium, fisura orbitalis superior atau kanalis pterigoideus, resesus

pterigopalatina lalu ke orbita; ke lateral tumor dapat menginfiltrasi celah parafaring,

fossa intratemporal dan kelompok otot mengunyah; ke posterior menginfiltrasi

jaringan lunak prevertebra servikal, vertebra servikal; ke inferior mengenai orofaring,

bahkan laringofaring.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan

tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.

2. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi

virus E-B.

3. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal

dengan Xylocain 10 %.

4. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.

5. Magnetic resonance imaging (MRI), menghasilkan secara detail gambaran tubuh,

khususnya jaringan lunak. MRI sensitivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan

CT Scan dalam mendeteksi tumor nasofaring dan kemungkinan penyebarannya

yang menyusup ke jaringan atau nodus limfe

6. Bone scan. Prosedur ini menggunakan material radioaktif yang sangat kecil untuk

menentukan apakah kanker telah menyebar sampai ke tulang. Alat ini

menggambarkan bila tulan sehat maka pada kamera akan tampak berwarna abu-

abu, dan bila ada kanker akan tampak gelap.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

7. Neurologic tests. Tes ini untuk mengetahui fungsi nervus, khususnya sensasi taktil

wajah dan fungsi gerak pada nervus tertentu di area leher dan kepala.

8. Hearing test. Tes ini dilakukan bila diduga ada cairan pada telinga tengah.

9. Positron emission tomography (PET) scan. A PET scan adalah alat yang

digunakan untuk menciptakan tampilan gambaran organ dan jaringan dalam

tubuh. Substansi radioaktif yang berukuran kecil diinjeksikan ke dalam tubuh

pasien dan akan terdeteksi oleh sebuah scanner, yang akan menghasilkan gambar.

G. Pengkajian

1. Riwayat Penyakit

Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan karsinogen, penyakit paru

kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan

fibrosis pada jaringan paru.

2. Pemeriksaan fisik

Meliputi tanda-tanda vital. Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea,

hemoptisis karena erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak

sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis di daerah obstruksi akibat tumor, infeksi

saluran pernapasan berulang, nyeri karena penekanan saraf oleh tumor, disfagia,

edema daerah muka, leher dan lengan.

3. Pengkajian kebutuhan dasar

a Aktivitas dan istirahat

Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,

dispnea karena aktivitas.

Tanda : Kelesuan

b Sirkulasi

Gejala :JVD (obstruksi vena cava)

Tanda : Takikardi, jari tabuh

c Integritas ego

Gejala : perasaan takut, takut hasil pembedahan

Tanda : Menolak keganasan

d Nyeri kenyamanan

Gejala : Nyeri dada, nyeri bahu tangan, nyeri tulang sendi, nyeri abdomen

hilang timbul

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

e Keamanan

Deman, kemerahan, kulit pucat.

f Pernafasan

Gejala : Batuk ringan/perubahan pola batuk dari biasanya, nafas pendek,

bekerja terpasang polutan, debu industri, serak (paralisis pita suara), riwayat

merokok

Tanda : Dispnea, meningkat dengan bekerja, peningkatan premitus taktil,

krekels pada pada inspirasi atau ekspirasi, mengi menetap, penyimpangan

trahkeal.

g Seksualitas

Ginekomastia, (ca sel besar), amenore/impoten

h Penyuluhan/pembelajaran

Faktor resiko kanker pada keluarga

i Nutrisi /cairan

Penurunan BB, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan

menelan, haus, kurus, kerempeng, edema wajah, glukosa dalam urine.

Kelemahan, berat badan menurun dan anoreksia

j Eliminasi

Diare hilang timbul, peningkatan frekwensi bak/ jumlah urine.

k Stres koping

Takut, cemas, tanda –tanda kehilangan, faktor stress (perubahan peran atau

keuangan), cara mengatasi stress (keyakinan/religius).

H. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Nyeri berhubungan dengan agens cedera fisik,penekan jaringan saraf oleh sel-

sel kanker

2. Gangguan sensori persepsi (pendengaran) berubungan dengan gangguan status

organ sekunder metastase tumor

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake makanan yang kurang.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat:

kerusakan integritas kulit trakeostomi.

5. Risiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terapi.

6. Harga diri rendah b.d perubahan penampilan

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

I. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan agens cedera fisik,penekan jaringan saraf oleh sel-

sel kanker

NIC :

a Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

b Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

d Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

e Kurangi faktor presipitasi nyeri

f Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

g Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,

kompres hangat/ dingin

h Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...

i Tingkatkan istirahat

j Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri

akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

k Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

2. Gangguan sensori persepsi (pendengaran) berubungan dengan gangguan status

organ sekunder metastase tumor

a. Tentukan ketajaman pendengaran, apakah satu atau dua telinga terlibat .

b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan.

c. Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake makanan yang kurang.

a Kaji adanya alergi makanan

b Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien

c Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

d Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

e Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

f Monitor lingkungan selama makan

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

g Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

h Monitor turgor kulit

i Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht

j Monitor mual dan muntah

k Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

l Monitor intake nuntrisi

m Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi

n Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti

NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.

o Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

p Kelola pemberan anti emetik:.....

q Anjurkan banyak minum

r Pertahankan terapi IV line

s Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

4. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat:

kerusakan integritas kulit trakeostomi.

NIC :

a Pertahankan teknik aseptif

b Batasi pengunjung bila perlu

c Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

d Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

e Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

f Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

g Tingkatkan intake nutrisi

h Berikan terapi antibiotik:.................................

i Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

j Pertahankan teknik isolasi k/p

k Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

l Monitor adanya luka

m Dorong masukan cairan

n Dorong istirahat

o Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

p Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

5. Risiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terapi.

a. Kaji terhadap potensial perdarahan : pantau jumlah trombosit

b. Kaji terhadap perdarahan : petekhie, penurunan Hb Ht, perdarahan dari

orifisium tubuh

c. Instruksikan cara-cara meminimalkan perdarahan : gunakan sikat gigi

halus, hindari cairan pembilas mulut komersial, hindari makanan yang

sulit dikunyah

d. Lakukan tindakan meminimalkan perdarahan : hindari mengukur suhu

rektal, hindari suntikan IM, lembabkan bibir dengan petrolatum,

mempertahankan masukan cairan

e. Gunakan pelunak feses atau tingkatkan serat dalam diet.

6. Harga diri rendah b.d perubahan penampilan

NIC :

Body image enhancement

a. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya

b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya

c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit

d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya

e. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu

f. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I

Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;2000

2. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga

Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001

3. Mansjoer, Arif, dll.2002. Kapita Selekta Kedokteran.Ed.3.Jil.1.Jakarta: FKUI

4. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.

Ed 6. Vol 2. Jakarta: EGC

5. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis

NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Ed 9. Jakarta: EGC.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER NASOFARING

Disusun untuk memenuhi tugas praktek Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :

SUPAR

22020110130087

PRAKTIK KLINIK TAHAP AKADEMIK DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2013

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN KNF

Mata kabur diplopia

tinitus

alopesia Gg konsep diri: HDR

Pembesaran k. limfe

Penekanan jar. Sy o/ sel-sel kanker

Nutrisi kurang dr kebutuhan

nyeri

Perub persepsi sensori

Resti perdarahan

Gejala hidung

epistaksis

Kekeringan kelenjar rambut

Gejala pendengaran

Karsinoma nasofaring

Pertumbuhan sel abnormal

Gejala mata

Hilang pendengaran

Susah menelanNyeri

kpl

Gejala tumor lain

Gejala saraf

Resti infeksi

- geografis-pekerjaan- gaya hidup- jenis kelamin- sosek- genetik- infeksi- makanan yang diawetkan

Virus Eistein Barr

PATHWAY CARSINOMA NASOFARING