LAPORAN PENDAHULUAN K3

43
LAPORAN PENDAHULUAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI ULIN KOTA BANJARBARU Tanggal 28 September s.d 3 Oktober 2015 Oleh : Annisa Febriana, S.Kep NIM. I4B110216 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

hhhh

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN K3

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN K3

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI ULIN

KOTA BANJARBARU

Tanggal 28 September s.d 3 Oktober 2015

Oleh :

Annisa Febriana, S.Kep

NIM. I4B110216

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2015

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN K3

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI ULIN

KOTA BANJARBARU

Tanggal 28 September s.d 3 Oktober 2015

Oleh :

Annisa Febriana, S.Kep

NIM. I4B110216

Banjarbaru, 28 September 2015

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Herawati, S.Kep,N er s., M.Kep Laraswati, S.Kep, Ns NIP.19791205 200604 2 002 NIP. 19720425 199503 2 001

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN K3

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A. Pengertian K3

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan

beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja memperoleh

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau

mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan

kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan

kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai

suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.

Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan

dengan proses produksi baik jasa maupun industri.

Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka

menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang

mengakibatkan pula meningkatnya risiko kecelakaan di

lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan

meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah

terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun

jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan

pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN K3

No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja

yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun

2003 tentang ketenaga kerjaan.

B. Tujuan K3

Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan

produktif.

Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut :

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam

keadaan sehat dan selamat.

2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya

hambatan.

Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu (Mangkunegara, 2002):

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik

secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya

selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

C. Ruang Lingkup K3

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN K3

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja

dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik fisik maupun psikis dalam hal

cara/metode kerja. Proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk (Sumarlin,

2012):

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di

semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun

kesejahteraan sosialnya

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya

dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh factor-faktor yang

membahayakan kesehatan

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya

D. Bahaya Ditempat Kerja

1. Bahaya fisik dan mekanik

Bahaya fisik adalah sumber utama dari kecelakaan di

banyak industri. Bahaya tersebut mungkin tidak bisa dihindari

dalam banyak industri seperti konstruksi dan pertambangan,

namun seiring berjalannya waktu, manusia mengembangkan

metode dan prosedur keamanan untuk mengatur risiko

tersebut. Buruh anak menghadapi masalah yang lebi spesifik

dibandingkan pekerja dewasa. Jatuh adalah kecelakaan kerja

dan penyebab kematian di tempat kerja yang paling utama,

terutama di konstruksi, ekstraksi, transportasi, dan perawatan

bangunan.

Permesinan adalah komponen utama di berbagai

industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi,

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN K3

dan pertanian, dan bisa membahayakan pekerja. Banyak

permesinan yang melibatkan pemindahan komponen dengan

kecepatan tinggi, memiliki ujung yang tajam, permukaan

yang panas, dan bahaya lainnya yang berpotensi

meremukkan, membakar, memotong, menusuk, dan

memberikan benturan dan melukai pekerja jika tidak

digunakan dengan aman.

2. Bahaya kimiawi dan biologis

Bahaya biologis

1) Bakteri

2) Virus

3) Fungi

4) Patogen bawaan darah

5) Tuberculosis

Chemical hazards

1) Asam

2) Basa

3) Logam berat

4) Pelarut

5) Partikulat

6) Asap

7) Bahan kimia reaktif

8) Api, bahan yang mudah terbakar

3. Masalah psikologis dan sosial

a. Stres  akibat jam kerja terlalu tinggi atau tidak sesuai

waktunya

b. Kekerasan  di dalam organisasi

c. Bullying

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN K3

d. Pelecehan seksual

e. Keberadaan bahan candu yang tidak menyenangkan

dalam lingkungan kerja, seperti rokok dan alkohol

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

1. Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada

umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian

didapat gambaran bahwa 30– 40% masyarakat pekerja

kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%

kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti

ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja

dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi

dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian

besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan

yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk

dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat

kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan

kerja.

2. Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun

yang bersifat teknis beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan

demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium

menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam.

Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan

yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik

(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban

kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja

yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN K3

melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis

ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan

dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan

Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat

Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational

Disease & Work Related Diseases).

F. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia

kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan

pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja,

yaitu:

1. Teori Heinrich( Teori Domino) : Teori ini mengatakan bahwa suatu

kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian . Ada lima faktor yang terkait

dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu: lingkungan, kesalahan manusia,

perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian

(Ridley, 1986).

2. Teori Multiple Causation :Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa

kemungkinan ada lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab

ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-

kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.

3. Teori Gordon :Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari

interaksi antara korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan

lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan

mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu,

untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan

maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan,

dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN K3

4. Teori Domino terbaru : Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah

berkembang suatu teori yang mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya

kecelakaan kerja adalah ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus

mengembangkan teori Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh

manajemen dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

5. Teori Reason :Reason (1995,1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi

akibat terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini

dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai

keselamatan kerja,

6. Teori Frank E. Bird Petersen :Penelusuran sumber yang mengakibatkan

kecelakaan . Bird mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich

dengan menggunakan teori manajemen, yang intinya sebagai berikut

(M.Sulaksmono,1997) :

a. Manajemen kurang kontrol

b. Sumber penyebab utama

c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)

d. Kontak peristiwa ( kondisi di bawah standar )

e. Kerugian gangguan ( tubuh maupun harta benda )

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari

memperbaiki manajemen tentang keselamayan dan kesehatan kerja.Kemudian,

praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu

kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen.

G. Penyebab Kecelakaan Kerja

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak

aman dari:

a. Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain

b. Lingkungan kerja

c. Proses kerja

d. Sifat pekerjaan

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN K3

e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya

dari manusia, yang dapat terjadi antara lain karena:

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.

d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

3. Takdir/nasib

H. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan

umumnya berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen

yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan

dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada

kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor

ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah);

faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada

kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan

di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)

1. Faktor Biologis :Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi

berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman

pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-

benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak

dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi

pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores

atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi

nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi.Secara teoritis

kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter

di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada

dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN K3

menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang

tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.

Pencegahan :

a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,

epidemilogi dan desinfeksi.

b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan

dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja

dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.

c. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.

d. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius

dan spesimen secara benar

e. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar

f. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.

g. Kebersihan diri dari petugas.

2. Faktor Kimia :Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak

dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula

dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik,

desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat

atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka.

Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja

yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya

sedikit saja oleh karena alergi (keton).Bahan toksik ( trichloroethane,

tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat

menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif

(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible

pada daerah yang terpapar.

Pencegahan :

a. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada

untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan

laboratorium.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN K3

b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah

tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga

kesehatan laboratorium.

c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,

celemek, jas laboratorium) dengan benar.

d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan

lensa.

e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

3. Faktor Ergonomi :Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya

menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan

kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-

tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara

populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man

and to fit the Man to the JobSebagian besar pekerja di perkantoran atau

Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang

ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan

yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai

dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan

dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan

dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis

(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low

back pain).

4. Faktor Fisik : Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan

masalah kesehatan kerja meliputi:

a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan

stress dan ketulian

b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan

dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan

kecelakaan kerja.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN K3

c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena radiasi

e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,

penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat

membahayakan petugas yang menangani.

Pencegahan :

a. Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.

b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.

c. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi

d. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.

e. Pelindung mata untuk sinar laser

f. Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah 

5. Faktor Psikososial : Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium

kesehatan yang dapat menyebabkan stress :

a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut

hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di

tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan

kewibawaan dan keramahan-tamahan

b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.

c. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau

sesama teman kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra

kerja di sektor formal ataupun informal.

I. Konsep Perawat sebagai Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan

diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan

atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang

untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan

S3-; pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan khusus

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN K3

kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb., dan

keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan

tenaga lainnya. Hanya mereka yang mempunyai pendidikan atau

keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan tertentu

yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta

lingkungannya.

Dalam hal ini,perawat memegang peranan yang cukup

besar dalam upaya pelaksanaan dan peningkatan K3. Sedangkan

dalam pelaksanaannya, perawat tidak dapat bekerja secara

individual. Perawat perlu untuk berkolaborasi dengan pihak-

pihak lintas profesi maupun lintas sektor.

J. Peran Perawat dalam Meningkatkan K3

Fungsi seorang perawat hyperkes sangat tergantung

kepada kebijaksanaan perusahaan dalam hal luasnya ruang

lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah tenaga kesehatan

yang dipekerjakan dalam perusahaan.

Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang

full time di perusahaan, maka fungsinya adalah :

3. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja

hiperkes di perusahaan

4. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk

administrasi kesehatan kerja.

5. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan

dan pengobatan.

6. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas

kesehatan perusahaan.

7. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-

cara yang telah disetujui.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN K3

8. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta

berusaha menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan

kepadanya.

9. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan

dengan faktor pekerjaan dan melaporkan kepada dokter

perusahaan.

10. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan

perusahaan sesuai kemampuan yang ada.

11. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha

kemasyarakatan : UKS.

12. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan

sendiri kunjungan rumah sebagai salah satu dari segi

kegiatannya.

13. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga

kerja yang dilayani.

14. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.

15. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk

statistic dan evaluasi.

16. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan

tenaga kerja.

17. Memelihara hubungan yang harmonis dalam

perusahaan

18. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.

19. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu

perusahaan, maka pimpinan paramedis hiperkes harus

mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha

perawatan hiperkes.

Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in

Industry, beberapa fungsi spesifik dari perawat hyperkes adalah :

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN K3

1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan atau

industri dalam membuat program dan pengolahan pelayanan

hiperkes yang mana bertujuan memberikan pemeliharaan

atau perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada

tenaga kerja.

2. Memberikan atau menyediakan primary nursing care untuk

penyakit-penyakit atau korban kecelakaan baik akibat kerja

maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan petunjuk-

petunjuk kesehatan yang ada.

3. Mengawasi pengangkutan pekerja yang sakit korban

kecelakaan ke rumah sakit, klinik atau ke kantor dokter untuk

mendapatkan perawatan atau pengobatan lebih lanjut.

4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan

perawatan dan follow up dengan rumah sakit atau klinik

spesialis yang ada.

5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report

kesehatan dan keselamatan yang sesuai dengan prosedur

yang ada di perusahaan.

6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur

servis perawatan.

7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik)

dapatkan data-data keterangan-keterangan mengenai

kesehatan dan pekerjaan. Lakukan referral yang tepat dan

berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.

8. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat

kesukaran dan jadilaj perantara untuk membantu

menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN K3

9. Mengajar karyawan praktik kesehatan keselamatan kerja

yang baik, dan memberikan motivasi untuk memperbaiki

praktik-praktik kesehatan.

10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan

karyawan dengan obyektif dan menetapkan program Health

Promotion, Maintenance and Restoration.

11. Kerjasama dengan tim hyperkes atau kesehatan kerja

dalam mencari jalan bagaimana untuk peningkatan

pengawasan terhadap lingkungan kerja dan pengawasan

kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang

terpapar dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan

kesehatannya.

12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar

kesehatan dan keselamatan kerja yang ada dalam

menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan

dalam bidang hiperkes ini.

13. Secara periodik untuk meninjau kembali program-

program perawatan dan aktifitas perawatan lainnya demi

untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta efisiensi.

14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional

perawat) seperti ikatan paramedic hiperkes, dan sebagainya.

15. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh

dilupakan dan penting adalah mengikuti kemajuan dan

perkembangan professional (continues education).

Menurut American Association of Occupational Health

Nurses, ruang lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah :

1. Health promotion / Protection

Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan

pengetahuan tenaga kerja akan paparan zat toksik di

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN K3

lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan perilaku yang

berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.

2. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance

Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai

jenis pekerjaannya.

3. Workplace Surveillance and Hazard Detection

Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan

dan keselamatan tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga

profesional lain dalam penilaian dan pengawasan terhadap

bahaya.

4. Primary Care

Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit

dan kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk diagnosis

keperawatan, pengobatan, rujukan dan perawatan emergensi.

5. Konseling

Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan

kesehatannya dan membantu untuk mengatasi dan keluar

dari situasi krisis.

6. Management and Administration

Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan

tanggung-jawab pada progran perencanaan dan

pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.

7. Research

Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah

kesehatan, mengenali faktor – faktor yang berperanan untuk

mengadakan perbaikan.

8. Legal-Ethical Monitoring

Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang

lingkup pelayanan kesehatan pada tenaga kerja sesuai

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN K3

perundang-undangan, mampu menjaga kerahasiaan dokumen

kesehatan tenaga kerja.

9. Community Organization

Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan

kepada tenaga kerja. Perawat hiperkes yang bertanggung-

jawab dalam memberikan perawatan tenaga kerja haruslah

mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau

dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar

pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur untuk merawat

orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan

pegangan yang utama dalam proses perawatan yang

berdasarkan nursing assessment, nursing diagnosis, nursing

intervention dan nursing evaluation adalah mempertinggi

efisiensi pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya.

Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk

menerapkan praktek-praktek standar perawatan secara

leluasa. Seorang perawat hiperkes, melalui program

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan hendaknya selalu

membantu karyawan / tenaga kerja untuk mencapai tingkat

kesehatan yang optimal.

K. Strategi Kesehatan Kerja

1. Mengembangkan kebijakan dan pemantapan manajemen program kesehatan

kerja

2. Meningkatkan SDM Kesehatan Kerja

3. Surveilans epidemiolog PAK dan PAHK

4. Intensifikasi Penatalaksanaan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit

Akibat Hubungan Kerja (PAHK)

5. Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Kerja (SIM-KK)

6. Pengembangan model lingkungan kerja sehat berbasis wilayah

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN K3

7. Meningkatkan kemitraan dan promosi kesehatan kerja

L. Pengendalian Kecelakan Dengan Penerapan K3

1. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :

a. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas

kesehatan dan non kesehatan

b. UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

c. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

d. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.

e. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahayaPeraturan/persyaratan

pembuangan limbah dll.

2. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control)

antara lain :

a. Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis

yang meliputi      batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan.

b. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift

c. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk

masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaannya

d. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama

untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan

(boiler, alat-alat radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur

tersebut dilaksanakan

e. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja

dan mengupayakan pencegahannya.

3. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) antara lain :

a. Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja

b. Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas

kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)

c. Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN K3

d. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)

Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan

cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang

dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan

pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu

sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka

penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan

mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat

pekerja.Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa

penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment).

Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan

pekerja yang meliputi:

1) Pemeriksaan Awal :Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan

sebelum seseorang calon / pekerja (petugas kesehatan dan non

kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon

pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari

segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan

kepadanya. Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :

a) Anamnese umum

b) Anamnese pekerjaan

c) Penyakit yang pernah diderita

d) Alergi

e) Imunisasi yang pernah didapat

f) Pemeriksaan badan

g) Pemeriksaan laboratorium rutin

h) Pemeriksaan tertentu: Tuberkulin test & Psikotes

2) Pemeriksaan Berkala :Adalah pemeriksaan kesehatan yang

dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang

disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN K3

besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala

Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan

pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila

diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan

resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.

3) Pemeriksaan Khusus :Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan

pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan

dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu

kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3

tidak hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal

memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi

panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan

promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar

tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya,

meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe

condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

Kesehatan dan keselamatan kerja di Tempat Kerja Kesehatan bertujuan

agar petugas, masyarakat dan lingkungan tenaga kesehatan saat bekerja selalu

dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.Untuk dapat

mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik

dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai

lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi

pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat

kerja kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor

terkait dalam pembinaan K3 tersebut.

M. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

1. Pengertian

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN K3

Merupakan komponen kegiatan pelayanan pemeliharaan/perlindungan

kesehatan pekerja dari suatu pelayanan kesehatan pekerja dari suatu pelayanan

kesehatan kerja.

2. Tujuan

Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah untuk mempengaruhi sikap

masing-masing pekerja mengenai kesehatannya secara individu, sehingga

dapat menentukan keputusan atas pilihan secara personal menuju gaya hidup

yang sehat dan lebih positif.

Tujuan khusus promosi kesehatan di tempat kerja adalah sebagai berikut:

a. Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara gaya hidup yang

sehat dan positif

b. Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara kebiasaan makan

makanan dengan kandungan gizi yang optimal

c. Memepengaruhi pekerja untuk berhenti merokok

d. Mmepengaruhi pekerja untuk mengurangi/menurunkan/menghilangkan

penyalahgunaan obat-obatan dan alkoho

e. Mempengaruhi pekerja untuk terbiasa mengatasi stress yang dialami

dalam kehidupannya

f. Mempengaruhi pekerja manajemen kemampuan P3K dan CPR

g. Mempengaruhi pekerja mengenai penyakit umum dan penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaannya serta bagaimana mencegah serta

meminimalisasi akibatnya

h. Mengadakan penilaian menyeluruh secara medis

3. Manfaat

a. Bagi pihak manajemen tempat kerja

1) Meningkatkan dukungan terhadap program K3

2) Citra positif (tempat kerja yang maju dan peduli kesehatan)

3) Meningkatnya moral staff

4) Menurunnya angka kemungkinan karena sakit

5) Meningkatnya produktivitas

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN K3

6) Menurunnya biaya kesehatan

b. Bagi pekerja

1) Meningkatnya percaya diri

2) Menurunnya stress

3) Meningkatnya semangat kerja

4) Meningkatnya kemampuan mengenai dan mencegah penyakit

5) Meningkatnya kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat sekitar

N. Penegakan Diagnosa

Secara teknis penegakkan diagnosis dilakukan dengan:

1. Anamnesis/ wawancara meliputi : identitas, riwayat

kesehatan, riwayat penyakit, keluhan.

2. Riwayat pekerjaan (kunci awal diagnosis)

a. Sejak pertama kali bekerja.

b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang

digunakan, jenis bahaya yang ada, kejadian sama pada

pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara

melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan,

kegemaran, kebiasaan lain (merokok, alkohol)

c. Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan.

3. Membandingkan gejala penyakit waktu bekerja dan dalam

keadaan tidak bekerja.

a. Waktu bekerja gejala timbul/ lebih berat, waktu tidak

bekerja/ istirahat gejala berkurang/ hilang.

b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar

tempat kerja.

c. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam

anamnesis atau dari data penyakit di perusahaan.

4. Pemeriksaaan fisik, yang dilakukan dengan catatan :Gejala

dan tanda mungkin tidak spesifik

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN K3

d. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu

diagnostik klinik.

Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga

melalui pemeriksaan laboratorium khusus/ pemeriksaan

biomedik.

5. Pemeriksaan laboratorium khusus/ pemeriksaan biomedik

a. Misal: pemeriksaan spirometri, foto paru

(pneumokoniosis-pembacaan standard ILO)

b. Pemeriksaan audiometric

c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah/ urine.

6. Pemeriksaan/pengujian lingkungan kerja atau data higiene

perusahaan, yang memerlukan:

a. kerjasama dengan tenaga ahli higiene perusahaan

b. kemampuan mengevaluasi faktor fisik/kimia

berdasarkan data yang ada

c. pengenalan secara langsung cara/sistem kerja,

intensitas dan lama pemajanan.

7. Konsultasi keahlian medis/keahlian lain

a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah

ada diagnosis klinik, kemudian dicari faktor kausa di

tempat kerja, atau melalui pengamatan/ penelitian

yang relatif lebih lama.

b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter

penasehat (kaitan dengan kompensasi)

O. Kebijakan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Era Global

1) Dalam bidang pengorganisasian

Di Indonesia K3 ditangani oleh 2 departemen; departemen

Kesehatan dan departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN K3

Pada Depnakertrans ditangani oleh Dirjen (direktorat jendral)

Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan, dimana ada 4

Direktur :

a. Direktur Pengawasan Ketenagakerjaan

b. Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak

c. Direktur Pengawasan Keselamatan Kerja, yang terdiri dari

Kasubdit:

1) Kasubdit mekanik, pesawat uap dan bejana tekan.

2) Kasubdit konstruksi bangunan, instalasi listrik dan

penangkal petir

3) Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian keselamatan

ketenagakerjaan

d. Direktur Pengawasan Kesehatan Kerja, yang terdiri dari

kasubdit:

1) Kasubdit Kesehatan tenaga kerja

2) Kasubdit Pengendalian Lingkungan Kerja

3) Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian kesehatan

kerja.

Pada Departemen Kesehatan sendiri ditangani oleh Pusat

Kesehatan Kerja Depkes. Dalam upaya pokok Puskesmas

terdapat Upaya Kesehatan Kerja (UKK) yang kiprahnya lebih

pada sasaran sektor Informal (Petani, Nelayan, Pengrajin, dll).

2) Dalam bidang regulasi

Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sudah

banyak, diantaranya :

a)UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

b)UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN K3

c) KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran

dan Industri.

d)Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang

Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.

e)Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1976 tentang

Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.

f)Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1979 tentang

Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan K3 Bagi Tenaga

Paramedis Perusahaan.

g)Keputusan Menaker No Kep 79/MEN/2003 tentang

Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena

Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

2) Dalam bidang pendidikan

Pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan

pendidikan untuk menghasilkan tenaga Ahli K3 pada berbagai

jenjang Pendidikan, misalnya :

a) Diploma 3 Hiperkes di Universitas Sebelas Maret

b) Strata 1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

khususnya peminatan K3 di Unair, Undip, dll dan jurusan

K3 FKM UI.

c) Starta 2 pada Program Pasca Sarjana khusus Program

Studi K3, misalnya di UGM, UNDIP, UI, Unair.

d) Pada beberapa Diploma kesehatan semacam Kesehatan

Lingkungan dan Keperawatan juga ada beberapa SKS dan

Sub pokok bahasan dalam sebuah mata kuliah yang

khusus mempelajari K3

P. Asuhan Keperawatan

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN K3

Pengkajian

Biologis :

1) Karakteristik usia : pekerja rata-rata berusia diatas 21 tahun dan 2 dari

jumlah pekerjanya sudah berusia lanjut.

2) Jenis kelamin : 8 pekerja wanita dan 1 pekerja laki-laki.

3) Masalah kesehatan : tidak ada.

4) Fungsi fisik : pekerja libur di hari Minggu, terkadang libur di hari

kerja (Senin-Sabtu) apabila ada keperluan keluarga.

Potensial hazard

1) Hazard fisik : Pekerja rentan mengalami gangguan kulit yang

disebabkan baik oleh faktor cuaca panas dan jarak tempat duduk

ketika membatik dengan malam (lilin) yang mudah meleleh.

2) Hazard biologi : lingkungan di sekitar tempat kerja berpotensi

mengalami kerusakan yang parah karena limbah yang dihasilkan.

3) Hazard kimia : Limbah yang dihasilkan mengandung bahan-bahan

kimia yang berbahaya yang berpotensi menimbulkan masalah

kesehatan.

4) Hazard ergonomi :  perilaku pekerja ketika melakukan pengecapan

(mengecap) berdiri dan pekerja yang membatik melakuan tugasnya

dengan duduk.

5) Hazard psikososial :  -

Gaya hidup

1) Konsumsi makanan : para pekerja tidak mempunyai jatah makanan,

mereka makan di rumah masing-masing apabila sudah memasuki jam

istirahat.

2) Aktivitas dan istirahat : para pekerja mulai istirahat saat dzuhur sekitar

pukul 12:00 – 13:00.

3) Penampilan : para pekerja memakai pakaian biasa saja karena tidak

ada tuntutan dari pekerjaan yang dijalani.

Page 29: LAPORAN PENDAHULUAN K3

4) Penggunaan alat pelindung diri : tidak ada alat pelindung diri yang

digunakan akan tetapi beberapa bulan kemarin ada bantuan dari

pemerintah Jerman yang memberikan alat pelindung diri seperti

masker, sarung tangan, celemek, sepatu boot, dan penyediaan fasilitas

seperti ember untuk menampung cairan pewarna batik yang sudah

digunakan.

Sistem Kesehatan

Tidak ada alat pelindung diri yang digunakan pekerja karena sejak dulu

pekerja tidak pernah menggunakan alat pelindung diri dan pekerja

beranggapan sampai sekarang pekerja masih merasa aman-aman saja.

Sejauh ini tidak ada kecelakaan yang terjadi pada pekerja.

Diagnosa Keperawatan

a. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit karena tidak ada alat pelindung

diri yang digunakan.

b. Resiko terhadap gangguan pada sistem pernapasan karena para pekerja

sering menghirup malam yang terlalu sering.

c. Resiko yang tinggi terhadap pencemaran lingkungan baik di tempat kerja

maupun lingkungan di sekitar tempat kerja tersebut.

Perencanaan

a. Memberikan pendidikan kesehatan terhadap pentingnya menggunakan alat

pelindung diri terutama sarung tangan untuk mencegah terkena kanker

kulit.

b. Memberikan penkes terhadap pentingnya alat pelindung diri seperti

masker agar tidak tehirup asap malam (lilin) ketika membatik

Memberikan bimbingan dan penkes mengenai kesehatan lingkungan

dalam pembuangan limbah batik.

Page 30: LAPORAN PENDAHULUAN K3

DAFTAR PUSTAKA

1. Murwani Anita, Skep. 2003. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.

Yogyakarta. Fitramaya.

2. Rachman, Abdul, et al. 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi

Pendidikan Tenaga Sanitasi. Jakarta: Depkes RI, Pusdiknakes.

3. Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang. 1985. Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.

4. http://www.docstoc.com/docs/85086181/konsep-askep-komunitas-

lingkungan-kerja, diakses pada 14 November 2013.

5. http://jokoateng-jokoateng.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-

kelompok-khusus-oleh.html, diakses pada 14 November 2013.