bismillahirrohmannirrohim laporan k3

66
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak sekali industri yang berkembang. Baik yang bertujuan non profit maupun yang profit. Namun tidak semua industri tadi menerapakan K3 dengan baik. Kebanyakan mereka meremehkan K3 dan menganggap pelaksanaan K3 tidak penting bahkan hanya menambah beban produksi. Segala sesuatu yang besar dimulai dari hal yang remeh. Hal remeh seperti inilah yang mempengaruhi hidup suatu perusahaan. Pelaksanaan K3 pada suatu perusahaan sangat penting karena dapat mewujudkan suasana kerja yang kondusif, aman, sehat sehingga pekerja akan menjadi lebih produktif. Alasan itulah yang mendorong penulis untuk mengkaji lebih jauh mengenai pelaksanaan K3 di perusahaan, khususnya dalam pembuatan metode kontrol pengendalian bahaya. 1.2 Tujuan Praktikum 1. Mampu mengidentifikasi bahaya-bahaya pada tempat kerja 2. Mampu memberikan suatu model metode kontrol pengendalian bahaya pada ruang produksi semen 3. Mengetahui pelaksanaan metode kontrol pengendalian bahaya pada ruang produksi semen 4. Mengetahui hambatan pelaksanaan metode kontrol pengendalian bahaya pada ruang produksi semen 1 Teknik Industri UNDIP

Transcript of bismillahirrohmannirrohim laporan k3

Page 1: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini banyak sekali industri yang berkembang. Baik yang bertujuan non

profit maupun yang profit. Namun tidak semua industri tadi menerapakan K3 dengan

baik. Kebanyakan mereka meremehkan K3 dan menganggap pelaksanaan K3 tidak

penting bahkan hanya menambah beban produksi. Segala sesuatu yang besar dimulai dari

hal yang remeh. Hal remeh seperti inilah yang mempengaruhi hidup suatu perusahaan.

Pelaksanaan K3 pada suatu perusahaan sangat penting karena dapat mewujudkan suasana

kerja yang kondusif, aman, sehat sehingga pekerja akan menjadi lebih produktif. Alasan

itulah yang mendorong penulis untuk mengkaji lebih jauh mengenai pelaksanaan K3 di

perusahaan, khususnya dalam pembuatan metode kontrol pengendalian bahaya.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mampu mengidentifikasi bahaya-bahaya pada tempat kerja

2. Mampu memberikan suatu model metode kontrol pengendalian bahaya pada ruang

produksi semen

3. Mengetahui pelaksanaan metode kontrol pengendalian bahaya pada ruang produksi

semen

4. Mengetahui hambatan pelaksanaan metode kontrol pengendalian bahaya pada ruang

produksi semen

1.3 Pembatasan Masalah

Penulisan laporan ini membahas tentang pembuatan suatu model kontrol

pengendalian bahaya pada ruang produksi pembuatan semen.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan

BAB II DASAR TEORI

Berisi pengertian tentang K3, proses produksi semen, bahaya, model kontrol,

Ergonomi, alat pelindung diri dalam K3

1Teknik Industri UNDIP

Page 2: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

BAB III PEMBAHASAN

Berisi pembuatan flowchart proses produksi, Bahaya pada ruang produksi

semen, model kontrol pengendalian bahaya, hirarki kontrol pengendalian

bahaya

BAB IV ANALISA

Berisi penyebab kecelakaan, matriks identifikasi bahaya, hambatan

pelaksanaan metode kontrol, cara penanggulangan kecelakaan

BAB V PENUTUP

Berisi Kesimpulan dan Saran

2Teknik Industri UNDIP

Page 3: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

BAB II

DASAR TEORI

Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang dikenal dengan sebutan K3 sangat diperlukan

pada setiap pola kehidupan sehari-hari. Makna K3 sangat dirasakan manfaatnya jikalau

diaplikasikan dalam suatu proses produksi dalam proses kerja khususnya dalam perindustrian

yang menggunakan mesin-mesin dan peralatan serta bahan-bahan kimia yang dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan sewaktu-waktu. Istilah dalam K3 antara lain :

Bahaya : keadaan dan kegiatan yang berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan.

Kecelakaan : kejadian yang tidak dikehendaki yang datang tak terduga dan tiba-

tiba.

Sebab kecelakaan : faktor-faktor yang dapat menimbulkan atau menyumbangkan

adanya bahaya.

Akibat kecelakaan : pengaruh yang ditimbulkan oleh bahaya atau sebab bahaya

yang terjadi.

Pencegahan kecelakaan : Daya upaya untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan.

Resiko : Kerugian yang diharapkan dalam setiap kegiatan atau dalam satuan waktu

yang merupakan kombinasi antara kemungkinan suatu kejadian dalam setiap

kegiatan atau dalam satuan waktu dengan keparahan atau akibat yang dinyatakan

dalam kerugian dalam setiap kejadian.

Pengendalian rugi : Pengendalian atau pengelolaan setiap sumber yang dapat

mengakibatkan kerugian melalui eliminasi resiko.

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Definisi Keselamatan dan kesehatan kerja dilihat dari konsep filosofisnya adalah konsep berfikir

dan berupaya untuk menjamin kelestarian jasmaniah dan rohaniah tenaga kerja khususnya untuk

mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Ditinjau secara ilmiah, K3 adalah suatu ilmu yang

penerapannya adalah mencegah kemungkinan terjdinya kecelakaan dan penyakit yang

disebabkan oleh pekerja atau lingkungan.

Hakekat dari keselamatan kerja adalah upaya perlindungan guna melindungi tenaga kerja atau

keselamatan selama melakukan tugas pekerjaan ditempat kerja demi kesejahteraan hidup,

3Teknik Industri UNDIP

Page 4: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

peningkatan produksi dan produktivitas, menjaga keselamatan orang lain di tempat kerja,

keselamatan pemakaian alat-alat kerja, dan semua asset perusahaan, pemakaian dan penggunaan

sumber-sumber produksi secara aman dan efisien, serta menjaga lingkungan hidup.

Kesehatan kerja bertujuan agara tenaga kerja memperoleh derajat yang setinggi-tingginya dalam

kesehatannya. Tingkat kesehatan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas yang tinggi pula.

Dasar hukum pelaksanaan K3 di Indonesia :

Undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2, tentang penghidupan dan

pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan.

Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja serta

pembentukan P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan Kerja dan Kesehatan

Kerja)

Undang-undang no. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian.

Permen Tenaga kerja no.1/PERMEN/1982 tentang bejana bertekanan.

Surat Edaran menteri tenaga kerja no.SE.06/Men/1980 tentang Pewarnaan

Botol Baja.

Himpunan Peraturan-peraturan K3 s/d tahun 1969

Surat Keputusan Menteri Perindustrian no.148/SK-4/1989

Peraturan-Peraturan di atas pada konsepnya dibuat untuk menjamin:

Agar pekerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu dalam

keadaan sehat dan selamat.

Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman.

Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar dan tanpa hambatan.

Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

Kondisi dan lingkungan kerja

Kesadaran dan kualitas pekerja

Peranan dan kualitas manajemen

Kondisi tidak aman (berbahaya) dapat digolongkan berdasarkan :

Mesin, peralatan, pesawat, bahan dan lain-lain.

Lingkungan

Proses

4Teknik Industri UNDIP

Page 5: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Sifat pekerjaan

Cara kerja

Dari faktor-faktor tersebut akan benar-benar menimbulkan bahaya kecelakaan jikalau perbuatan

berbahaya seperti tersebut di bawah ini dilakukan. Perbuatan berbahaya tersebut adalah :

o Cacat tubuh yang tidak kentara

o Keletihan dan kelesuan

o Sikap dan tingkah yang tidak sempurna

o Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pekerja

Kecelakaan timbul juga disebakan oleh fungsi manajemen yang tidak peduli akan arti pentingnya

pelaksanaan K3 di perusahaannya. Pelaksanaan K3 dianggap menambah biaya produksi. Faktor-

faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan dari pucuk pimpinan

terhadap peran pentingnya K3 meliputi:

Sifat manajemen yang tidak memperhatikan K3 di tempat kerja.

Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan pelimpahan

wewenang bidang K3 secara jelas.

Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas.

Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang kurang baik.

Kelemahan manajemen berperan penting karena system inilah yang mengatur unsure-unsur

produksi.

2.2 Manajemen K3 dan Perlengkapannya

Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh

sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen

berarti proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Dari penjelasan di atas terdapatlah

suatu keterbatasan, misalnya tenaga, dana dan failitas lainnya baik dalam kualitas maupun

kuantitasnya.

Manajemen mempunyai sumber kelengkapan-kelengkapannya seperti manusia (tenaga kerja),

uang (modal), peralatan, bahan dan metode kerja. Semua unsur-unsur tadi tidak bisa

melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatannya, melainkan mengatur tindakan-tindakan pelaksanaan

oleh sekelompok orang yang disebut bawahan.

5Teknik Industri UNDIP

Page 6: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Perusahaan yang bertujuan untuk maksimasi profit dan minimasi biaya produksi agar lebih

efektif dan efisien seringkali melalaikan pelaksanaan K3 di dalam proses produksinya, sehingga

banyak terjadi kasus kecelakaan kerja. Untuk mencegah hal itulah sangat perlu untuk digalakkan

manajemen khusus K3. Disamping mewujudkan proses produksi yang aman, efektif dan efisien

manajemen K3 juga bermanfaat bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Unsur Manajemen K3 yang merupakan input digunakan untuk mencapai tujuan yang ingin

dicapai. Manusia, mesin, uang, material dan bahan serta metode merupakan unsur-unsur

manajemen dapat menjadi sumber bahaya apabila tidak memenuhi persyaratan yang diterapkan.

Berbagai macam upaya pencegahan bahaya yang ditimbulkan dari unsur manajemen :

Manusia = harus mempunyai keterampilan serta pengetahuan yang cukup dalam

melaksanakan pekerjaan serta jumlah tenaga kerja yang menangani pekerjaan

secara tepat.

Material = harus sesuai dengan unsur-unsur yang diterapkan demikian pula harus

dilengkapi dengan alat-alat pengaman yang memadai selama pengerjaan.

Dana = Harus cukup dalam menunjang segala aktivitas manajemen dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.

Metode = harus sesuai dengan tujuan upaya K3 dan didukung oleh seluruh unsur

manajemen dan merupakan metode yang terbaik.

Selain unsur-unsur di atas terdapat unsur yang lain seperti lingkungan di luar sistem manajemen

itu sendiri.

Fungsi-fungsi manajemen K3 akan terlaksana dengan baik, mencapai tujuan dan sasarannya

apabila kebijakan K3 diterapakan dengan baik oleh manajemen perusahaan. Untuk kebijakan K3

nasional tertinggi dipegang oleh Menteri Tenaga Kerja, sedangkan di perusahaan ditetapkan oleh

manajemen puncak.

Kebijakan K3 merupakan statement terhadap sasaran, tujuan dan prinsip-prinsip operasional

yang melandasi organisasi, bertujuan untuk mengubah perilaku manusia agar bertindak secara

aman dan selamat. Inti dari kebijakan K3 :

- Dukungan dari pucuk pimpinan

- Penemuan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan

6Teknik Industri UNDIP

Page 7: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

- Penerapan instruksi, penjelasan tentang keadaan dimaksud dan keharusan membuat

laporan K3.

Organisasi K3 dalam perusahaan terkelompokkan menjadi dua unsur yaitu unsur lini yang

berhubungan langsung dengan proses produksi dan unsur staf yang mendukung kegiatan

perusahaan secara keseluruhan. Pembagian tanggung jawab antar fungsi dan kaitannya dengan

maslah K3 dibagi berdasarkanjenjang jabatannya. Pada unsur lini pembagian tanggung jawab K3

antara supervisor dan manajemen tidaklah sama besarnya namun mempunyai ciri khas masing-

masing. Dalam memudahkan manajemen mencapai tujuan dan melaksanakan program K3 nya

dapat digunakan perlengkapan manajemen seperti :

1. Inspeksi teknis yang digunakan untuk mengetahui kondisi dan riwayat dari peralatan

dan bahan melalui sistem pencatatan guna memperoleh gambran akan adanya

kerusakan dan dapat segera melakukan tindakan koreksi, maintenance dan

sebagainya.

2. Supervisi K3 itujikan untuk mengetahui adanya penyebab kecelakaan (unsafe action

dan unsafe condition)

3. Audit K3, cara pemeriksaan dan penilaian secara menyeluruh, mendalam, sistematis,

dan berkala terhadap seluruh aspek dan sistem pengendalian bahaya yang ditujukan

untuk mengetahui kelemahan unsur sedini mungkin lalu segera diambil tindakan

koreksi. Aspek yang dinilai :

Kondisi tempat kerja seperti tata letak, bangunan, peralatan, lingkungan kerja.

Faktor manusia dengan mengadakan wawancara langsung dengan karyawan

dan melakukan sampling.

Sistem manajemen dengan mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap

keterlibatan manajemen, kebijaksanaan manajemen, organisasi K3, manual

dan prosedur kerja.

4. Pengendalian K3 merupakan upaya K3 dalam rangka mengendalikan rugi organisasi

melalui pengelolaan resiko, antara lain :

Pengeliminasian resiko dengan cara merubah perancangan atau proses

kegiatan guna meniadakan resiko yang ada.

7Teknik Industri UNDIP

Page 8: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Pengurangan resiko dapat dilakukan dengan cara melakukan pengurangan

salah satu atau kedua-duanya dari unsur kombinasi resiko.

Pemindahan resiko

Penerima Resiko

5. Latihan K3 oleh ahli K3 yang dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan praktis

kepada seluruh peserta agar memahami dan mampu mengaplikasikan ilmu K3 nya di

dalam proses kerja. Dari sini maka diharapkan dapat meminimasi kasus kecelakaan

yang ada.

6. Pembinaan K3 yang berupa :

Praktek K3 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktis dalam

melaksanakan pekerjaan secara aman selamat dan terhindar dari kecelakaan

serta penyakit.

Supervisi K3

Penilaian K3

Manajemen K3 yang merupakan bagian dari manajemen secara keseluruhan dan mempunyai

peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Peranan ini seharusnya ditunjukkan oleh

fungsi manajemen sebagai penentu langkah-langkah dalam menentukan kegiatan organisasi.

2.3 Ergonomi pekerja

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya

ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk per-alatan

kerja.

Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pen-dekatan, yaitu

1. Pendekatan kuratif

Dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa

intervensi/perbaikan/ modifikasi proses yang sedang/sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah

kondisi kerja dan lingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang

terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.

2. Pendekatan konseptual

Dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan pada saat

perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih teknologi,

8Teknik Industri UNDIP

Page 9: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

prinsip-prinsip ergonomi sudah seyogyanya dimanfaatkan bersama-sama dengan kajian lain yang

juga perlu, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial budaya, hemat energi dan melestarikan

lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna

(Manuaba, 1997). Jika dikaitkan dengan penyediaan lapangan kerja, pendekatan ergonomi secara

konseptual dilakukan sejak awal perencanaan dengan mengetahui kemampuan adaptasi pekerja

sehingga dalam proses kerja selanjutnya, pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.

2.3.1 Dimensi Antopometri

Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah tiadanya keserasian ukuran,

bentuk sarana dan prasarana kerja terhadap tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut

diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar disain sarana dan prasarana kerja.

Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi memegang

peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja.

Data Antropometri digunakan untuk macam-macam keper-luan. Pada kedokteran

kehakiman, salah satu fungsi antro-pometri adalah untuk identifikasi. Di sektor ketenaga kerjaan

peranan antropometri cukup dominan dalam menentukan efek-tifitas dan efisiensi peralatan dan

fasilitas kerja. Bagi seorang ahli ergonomi, antropometri merupakan salah satu perangkat untuk

mendapatkan hasil akhir berupa hubungan yang harmo-nis antara manusia dan peralatan kerja.

Dikenal dua macam antropometri, yakni antropometri statis dan antropometri di-namis. Pada

umumnya berkaitan dengan rancang bangun sara-na dan prasarana kerja cukup digunakan data-

data antropometri statis. Dimensi tubuh manusia sangat bervariasi antara satu orang dengan

orang lainnya, antara laki-laki dan perempuan dan antara beberapa suku bangsa.

Beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut :

- Posisi berdiri

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul,

panjang lengan.

- Posisi duduk

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan

tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.

Penerapan antropometri dalam ergonomi menuntut adanya suatu data antropometri tenaga kerja

yang mewakili tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan. Pada penyajian data antropometri

9Teknik Industri UNDIP

Page 10: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

akan diketengahkan nilai rata-rata, simpang baku, dan standar deviasi. Rentang nilai dan

penyajian data dalam bentuk persentil.

Perancangan tempat kerja yang cocok untuk pekerja yang terbesar dan yang terkecil tidak selalu

berhasil, untuk itu diusa-hakan memenuhi persyaratan buat mayoritas. Biasanya di-lakukan pada

Confidence Interval (CI) 90% atau 95%.

Bila rata-rata ( X ) dan standar deviasi (SD) diketahui, maka :

CI 95% = X ± 1.95 SD

CI 90% = X ± 1.65 SD

Bila yang digunakan ukuran persentil yang mencakup 90% dari populasi pekerja (CI 90%), maka

batas yang digunakan adalah 5 dan 95 persentil yang sama dengan X ± 1.65 SD.

Pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu mempertimbangkan beberapa aspek

(bidang kajian ergonomi), yaitu :

1. Anatomi dan gerak

Terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yakni :

a. Antropometris

Dimensi Antropometris dipengaruhi oleh :

- Jenis kelamin

- Perbedaan bangsa

- Sifat/hal-hal yang diturunkan

- Kebiasaan yang berbeda

b. Biomekanik kerja

Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap duduk/berdiri yang tidak/kurang

melelahkan karena posisi yang benar dan ukuran peralatan yang telah diperhitungkan.

2. Fisiologi

Dibagi menjadi :

- Fisiologi lingkungan kerja

a. Berhubungan dengan kenyamanan

b. Pengamanan terhadap potential hazards, ruang gerak yang memadai

- Fisiologi kerja

3. Psikologi

10Teknik Industri UNDIP

Page 11: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Rasa aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapat-kan oleh tenaga kerja. Hal ini

dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi, posisi kerja dll.) tidak menimbulkan

stres pada pekerja.

4. Rekayasa dan teknologi antara lain :

- Merupakan kiat-kiat untuk mendisain peralatan yang sesuai dengan ukuran tubuh dan batasan-

batasan pergerakan manusia.

- Memindahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya sehingga lebih efisien dan lebih

produktif, untuk itu diperlukan disain mesin yang sesuai dengan operatornya.

- Memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.

5. Penginderaan

- Kemampuan kelima indra manusia menangkap isyarat-isyarat yang datang dari luar.

2.3.2 Aplikasi Ergonomi

1. Posisi duduk/bekerja dengan duduk, ada beberapa per-syaratan :

− Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.

− Tidak menimbulkan gangguan psikologis.

− Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuas-kan.

2. Posisi bekerja dengan berdiri :

Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi

rata pada kedua tungkai.

3. Proses bekerja

Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, tetapi akibat

postur tubuh yang berbeda, perlu pemecahan masalah terutama di negara-negara berkembang

yang menggunakan peralatan impor sehingga perlu disesuaikan kembali, misalnya tempat kerja

yang harus dilakukan dengan berdiri sebaiknya ditambahi bangku panjang setinggi 10-25 cm

agar orang dapat bekerja sesuai dengan tinggi meja dan tidak melelahkan.

4. Penampilan tempat kerja

Mungkin akan menjadi baik dan lengkap bila disertai petunjuk-petunjuk berupa gambar-gambar

yang mudah diingat, mudah dilihat setiap saat.

5. Mengangkat beban

11Teknik Industri UNDIP

Page 12: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Terutama di negara berkembang mengangkat beban adalah pekerjaan yang lazim dan sering

dilakukan tanpa dipikirkan efek negatifnya, antara lain : kerusakan tulang punggung, ke-lainan

bentuk otot karena pekerjaan tertentu, prolapsus uteri, prolapsus ani ataupun hernia, dll.

Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pe-kerjaan dapat dilakukan setelah

mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan posisi kerjanya.

2.3.3 Penanggulangan Permasalahan Ergonomi

Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pe-mecahan masalah; tahap awal

adalah identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi.

Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah; masalah yang paling mencolok harus

ditangani lebih dahulu. Setelah analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif inter-vensi

harus diusulkan.

Pada pengenalan/rekognisi ada 3 hal yang harus diperhatikan, ketiganya berinteraksi dalam

penerapan ergonomi dengan fokus utama pada sumber daya manusia (human centered design) :

1. Kesehatan mental dan fisik harus diperhatikan untuk diperbaiki sehinggga didapatkan tenaga

kerja yang sehat fisik, rohani dan sosial yang memungkinkan mereka hidup produktif baik secara

sosial maupun ekonomi.

2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri, lingkup

gerak sendi dan kekuatan otot.

3. Lingkungan tempat kerja

- Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota badan sehingga dapat

bergerak secara leluasa dan efisien.

- Dapat menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan stres lingkungan.

4. Pembebanan kerja fisik Selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat meningkat sepuluh

sampai dua puluh kali. Meningkatnya per-edaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa

jantung untuk memompa darah lebih banyak.

Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu):

- Kerja otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian yang berirama dan ekstensi,

ketegangan dan istirahat.

12Teknik Industri UNDIP

Page 13: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

- Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan sikap

tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka lama karena akan

timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk berhenti.

5. Sikap tubuh dalam bekerja

Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan.

Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang

menjamin sikap tubuh paling alamiah dan me-mungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang

dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10

cm di bawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu

jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah men-datar dan lengan atas

vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya 95 cm, maka

tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah antara 90-95 cm dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm.

Keterangan:

Nilai cacat.

a. MMT 0 → kehilangan fungsi 100%

b. MMT 1 → kehilangan fungsi 80%

c. MMT 2 → kehilangan fungsi 60%

d. MMT 3 → kehilangan fungsi 40%

e. MMT 4 → kehilangan fungsi 20%

f. MMT 5 → kehilangan fungsi 0%

Fleksor : Memperkecil sudut di antara 2 bagian rangka dalam bidang sagital.

Extensor : Memperbesar sudut di antara 2 bagian rangka dalam bidang sagital.

Rotator : Gerak sekeliling sumbu panjang bagian rangka atau sekeliling sumbu yang hampir

berhimpit dengan sumbu panjang itu.

Abduktor : Menjauhkan bagian rangka dari bidang tengah badan.

Adduktor : Mendekatkan bagian rangka dari bidang tengah badan.

2.4 Proses Produksi Semen

Semen adalah suatu senyawa kimia yang bersifat hidrolis, artinya jika dicampur dengan

air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan lain menjadi suatu kesatuan massa yang

memadat dan mengeras.

13Teknik Industri UNDIP

Page 14: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Semen yang paling umum adalah Semen Portland. Semen ini memerlukan empat

komponen bahan kimia utama yaitu kapur (batu kapur), silika (pasir), alumina (tanah liat) dan

besi oksida (biji besi). Sedikit gipsum biasanya ditambahkan pada saat penghalusan untuk

memperlambat pengerasan

Tahap paling awal dari dari membuat semen adalah penggalian/quarrying. Pabrik semen

melakukan penambangan untuk penyediaan terhadap dua jenis material yang penting bagi

produksi semen yaitu bahan yang mengandung kapur (calcareous materials), dan material yang

mengandung silika (argillaceous materials) seperti tanah liat.

Lalu pada tahap berikutnya, material tadi dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil

dengan menggunakan alat penghancur. Material yang sudah dihancurkan tadi melewati alat

analisis on-line untuk menentukan komposisi tumpukan bahan. Komposisi tadi disesuaikan

dengan spesifikasi produksi. Tumpukan bahan tadi lalu diangkut oleh belt conveyor ke

penampung untuk digiling sampai tingkat kehalusan yang diinginkan.

Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata tersebut diumpankan ke pre-heater.

Pre-heater merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi

perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas. Tujuannya hanya

sebagai pemanasan awal agar proses di unit berikutnya (kiln) lebih efisien (bisa mencapai

efisiensi 20-40%).

Kemudian campuran bahan masuk ke dalam kiln. Pada proses ini bahan baku berubah

menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada yang bersuhu 1350-1400°C, bahan berubah

menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian

dialirkan ke pendingin, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai

100 °C.

Dari pendingin, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan

pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada

tahap ini, ditambahkan gipsum (kurang dari 4%) ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling

akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum, dan

pozolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam penggiling akhir untuk

mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana semen

14Teknik Industri UNDIP

Page 15: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen. Semen tersebut sudah siap untuk dikemas

dan dipasarkan

Deskripsi Proses

Secara umum proses produksi semen terdiri dari beberapa tahapan :

1. Tahap penambangan bahan mentah (Batu Kapur, Tanah Liat, Pasir Besi dan Pasir Silica)

2. Tahap penggilingan awal bahan mentah

3. Tahap pengangkutan bahan mentah

4. Tahap pencampuran dan penimbangan bahan mentah

5. Tahap penggilingan halus bahan mentah

6. Pembuangan emisi gas

7. Pemanasan awal di preheater

8. Pemanasan lanjut dan reaksi pembentukan kristal clinker

9. Pendinginan di cooler

10. Penyimpanan clinker di clinker silo

11. Penggilingan akhir

12. Pengeluaran semen

Gambar 2.1 Proses pembuatan semen

15Teknik Industri UNDIP

Page 16: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Sebagai contoh adalah proses produksi semen pada PT. Indocement adalah sebagai berikut :

Penambangan

Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi semen adalah batu kapur, pasir

silika, tanah liat, pasir besi dan gipsum. Batu kapur, tanah liat dan pasir silika di tambang dengan

cara pengeboran dan peledakan dan kemudian dibawa ke mesin penggiling yang berlokasi tidak

jauh dari tambang. Bahan yang telah digiling kemudian dikirim melalui ban berjalan atau dengan

menggunakan truk.

Dalam sistem proses basah, bahan baku dimasukkan ke dalam tanur dengan wujud

aslinya yang masih basah, sehingga membutuhkan konsumsi panas yang relatif tinggi. Dalam

sistem proses kering, bahan baku telah dikeringkan dan dimasukkan ke tanur dalam bentuk

bubuk. Ini memberikan keuntungan sehingga digunakan oleh produsen semen saat ini.

Indocement menggunakan proses tanur kering, yang mengkonsumsi panas lebih sedikit dan lebih

efisien dibandingkan proses tanur basah.

Pengeringan dan Penggilingan

Semua bahan yang sudah dihancurkan dikeringkan di dalam pengering yang berputar

untuk mencegah pemborosan panas. Kadar air dari material tersebut menjadi turun sesuai dengan

kontrol kualitas yang telah ditentukan sesuai standar yang telah ditetapkan. Setelah disimpan di

Raw Mill Feed Bins, campuran material yang telah mengikuti standar dimasukkan ke dalam

penggilingan. Dalam proses penggilingan ini, pengambilan contoh dilakukan setiap satu jam

untuk diperiksa agar komposisi masing-masing material tetap konstan dan sesuai dengan standar.

Setelah itu tepung yang telah bercampur itu dikirimkan ke tempat penyimpanan.

Pembakaran dan Pendinginan

Dari tempat penyimpanan hasil campuran yang telah digiling, material yang telah halus

itu dikirim ke tempat pembakaran yang berputar dan bertemperatur sangat tinggi sampai menjadi

klinker. Setelah klinker ini didinginkan, dikirim ke tempat penyimpanan. Selama proses ini

berlangsung, peralatan yang canggih digunakan untuk memantau proses pembakaran yang

diawasi secara terus menerus dari Pusat Pengendalian. Bahan bakar yang dipergunakan adalah

batu bara, kecuali untuk semen putih dan oil well cement digunakan gas alam.

16Teknik Industri UNDIP

Page 17: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Penggilingan Akhir

Klinker yang sudah didinginkan kemudian dicampur dengan gips yang masih diimpor,

kemudian digiling untuk menjadi semen. Penggilingan ini dilaksanakan dengan sistem close

circuit untuk menjaga efisiensi serta mutu yang tinggi. Semen yang telah siap untuk dipasarkan

ini kemudian dipompa ke dalam tangki penyimpanan.

Pengantongan

Dari silo tempat penampungan, semen dipindahkan ke tempat pengantongan untuk

kantong maupun curah. Pengepakan menjadi efisien dengan menggunakan mesin pembungkus

dengan kecepatan tinggi. Kantong-kantong yang telah terisi dengan otomatis ditimbang dan

dijahit untuk kemudian dimuat ke truk melalui ban berjalan. Sedangkan semen curah dimuat ke

lori khusus untuk diangkut ke tempat penampungan di pabrik, atau langsung diangkut ke

Tanjung Priok untuk disimpan atau langsung dikapalkan.

Gambar 2.2 Proses pembuatan semen PT.Indocement

17Teknik Industri UNDIP

Page 18: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

2.5 Klasifikasi Bahaya Pada Proses Produksi Semen

Bahaya adalah sesuatu yeang dapat menyebabkan cedera atau kecelakaan. Adapun

klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1. Bahaya Kimia

Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh:

o Pernapasan ( inhalation ),

o Kulit (skin absorption )

o Tertelan ( ingestion )

Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya.

Korosi

Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat

dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang

paling umum terkena.

Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

Iritasi

Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa

menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang

hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )

Contoh :

o Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .

o Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene,

chlorine ,bromine, ozone.

Reaksi Alergi

Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau

organ pernapasan

Contoh :

o Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel,

epoxy hardeners, turpentine.

o Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.

Asfiksiasi

18Teknik Industri UNDIP

Page 19: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada,

misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara

normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.

Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau

mencegah oksigenasi normal pada kulit.

Contoh :

o Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium

o Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen

sulphide

Kanker

Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada

manusia.

Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah

terbukti menyebabkan kanker pada hewan .

Contoh :

o Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver

angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos

(kanker paru-paru , mesothelioma);

o Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride,

dichromates, beryllium

Efek Reproduksi

Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang

manusia.

Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh

negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan.

Contoh :

o Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol,

mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide,

pelarut.

Racun Sistemik

19Teknik Industri UNDIP

Page 20: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh.

Contoh :

o Otak : pelarut, lead,mercury, manganese

o Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide

o Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers

o Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons

o Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

2. Bahaya Biologi

Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-

sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau

bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.

Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-

infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable,

racun biogenik dan alergi biogenik.

Bahaya infeksi

Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial

mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang,

dokter hewan dll.

Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci

Organisme viable dan racun biogenic.

Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik

termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.

Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media

dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja

pada sewage & sludge treatment, dll.

Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease

Alergi Biogenik

Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.

Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu

dan protein dari urine dan feaces binatang.

20Teknik Industri UNDIP

Page 21: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat,

bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin

dan kultur jaringan).

Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti

rinitis, conjunctivitis atau asma.

Contoh :

o Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.

3. Bahaya Fisika

Kebisingan

Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat

memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu

populasi.

Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi

frekuensi, dan lama pajanan.

Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya

konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.

Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat

menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.

Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim .

Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.

Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,

amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten.

Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang

berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala

gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ”

vibration-induced white fingers”(VWF).

21Teknik Industri UNDIP

Page 22: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf

dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang

belakang.

Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.

Radiasi Non Mengion

Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation, inframerah, laser,

medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) .

Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.

Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.

Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.

Contoh :

o Radiasi ultraviolet : pengelasan.

o Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran

o Laser : komunikasi, pembedahan .

Pencahayaan ( Illuminasi )

Tujuan pencahayaan :

o Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan

o Memberi lingkungan kerja yang aman

Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala,

berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.

Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas,

mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja,

mengurangi kecelakaan kerja.

4. Bahaya Psikologi

Stress

Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap

tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini

dinamakan stress.

Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan kepribadian,

penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.

22Teknik Industri UNDIP

Page 23: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi,

gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit

kulit seperti eksim,dll.

5. Bahaya Fisiologi

Pembebanan Kerja Fisik

Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi

dan derajat kesehatan.

Pembebanan tidak melebihi 30 - 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja

dalam jangka waktu 8 jam sehari.

Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila

mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum

tersebut harus disesuaikan.

Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter praktis yang

digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40

permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.

2.6 Alat Pelindung diri

Alat pelindung diri yang digunakan dalam proses produksi semen Terbagi menjadi:

1. Pelindung kepala: helm dan topi keselamatan (perlindungan leher dan kepaka dari butiran

semen)

Gambar 2.3 Helm

2. Perisai muka dan mata (perlindungan mata dari hamburan semen saat penggilingan)

23Teknik Industri UNDIP

Page 24: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Gambar 2.4 Perisai muka dan kacamata

3. Alat perlindungan Pernafasan (melindungi sistem pernafasan dari debu semen)

Gambar 2.5 Masker

4. Alat Perlindungan Pendengaran (melindungi alat pendengaran dari kebisingan mesin

penggiling semen)

Gambar 2.6 Alat perlindungan pendengaran

5. Alat perlindungan badan : wearpack anti api (melindungi badan dari api saat bekerja di

mesin pemanas serta melindungi badan dari semen-semen yang terlempar keluar)

6. Alat Pelindung tangan: sarung tangan (melindungi telapak tangan saat kontak dengan

bahan kimia berbahaya, panas, dan menyebabkan iritasi)

7. Alat pelindung kaki: sepatu boot (melindungi telapak kaki saat kontak di lantai licin,

lantai kotor ataupun lantai panas)

24Teknik Industri UNDIP

Page 25: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Gambar 2.7 Wearpack, sarung tangan, sepatu boot

2.7 Model Kontrol Pengendalian Bahaya

Metode kontrol pengendalian bahaya adalah suatu upaya pengendalian untuk

meminimasi resiko bahaya penyebab kecelakaan. Suatu model kendali bahaya merupakan

tanggungjawab antara manajemen dan pekerja. Langkah-langkah dalam penyusunan

modelnya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan batas-batas kondisi ruang kerja yang diterima

Mengukur kadar udara (measure the air sampling) menggunakan alat ukur

kebersihan udara

Melakukan diskusi dengan pekerja tentang disain ruang kerja yang baik,

melakukan analis data medis perusahaan

Membandingkan hasil observasi penentuan batas-bats kondisi ruang kerja yang

baik apakah kondisi ruang kerja sudah aman atau dapat diterima

Mengambil keputusan secara profesional dengan memperhatikan faktor lain

2. Mengambil tindakan yang tepat, dengan cara :

Membuat skala prioritas, artinya keputusan harus mendahulukan keselamatan

orang banyak dan penting bagi kelangsungan perusahaan

Mengembangkan perencanaan kontrol tempat kerja, yaitu :

Kontrol jangka pendek , seperti pengadaan sikap dalam be

Kontrol jangka panjang , seperti kontrol yang dipegang oleh

seorang ahli.

Mengetahui zona-zona pada ruang kerja, seperti :

Zona sumber : sumber bahaya yang dapat mengganggu kesehatan

Zona transmisi : Daerah penyebaran (dispersi) dari material pada

zona sumber

Zona reseptor : daerah tempat pekerja (daerah penerimaan)

25Teknik Industri UNDIP

Page 26: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Penyusunan model tersebut mempunyai suatu Hirarki kontrol. Hirarki kontrol dari

pembuatan model di atas adalah:

Harus mempunyai filosofis yang berawal dari penanganan sumber

Solusi dari ahli harus terpercaya dan teruji

Solusi dari PPE dan administrative kurang begitu diperlukan

2.7.1 Hirarki Kontrol Proses dan metode

Eliminasi dan reduksi sumber bahaya : pengurangan resiko bahaya dari

sumber

Substitusion : Mengganti proses dengan yang mengandung resiko terkecil

Mengganti bentuk dan sifat partikel dalam proses produksi

Metode basah: penggunaan air untuk membersihkan debu, bekas asbes di

tempat kerja

Inisiasi proses desain: Mengubah desain proses kerja yang ada hingga bahaya

menjadi seminimal mungkin, penambahan fasilitas kesehatn pekerja.

Mendesain kembali proses yang ada seperti pengubahan produksi rata-rata,

dan efisiensi produksi

Material handling : meminimalisasi pemindahan material yang tak perlu,

sebaiknya digunakan konveyor dalam pemindahan barang untuk

meminimalisasi resiko bahyaya yang ada

Isolasi : pemisahan material berbahaya (biasanya radioaktif) supaya

dijauhkan dari pekerja.

2.7.2 Hirarki Kontrol Engineering

Inisiasi proses desain: Mengubah desain proses kerja yang ada hingga bahaya

menjadi seminimal mungkin, penambahan fasilitas kesehatn pekerja.

Mendesain kembali proses yang ada seperti pengubahan produksi rata-rata,

dan efisiensi produksi

Material handling : meminimalisasi pemindahan material yang tak perlu,

sebaiknya digunakan konveyor dalam pemindahan barang untuk

meminimalisasi resiko bahyaya yang ada

26Teknik Industri UNDIP

Page 27: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Isolasi : pemisahan material berbahaya (biasanya radioaktif) supaya

dijauhkan dari pekerja.

Local Exhaust Ventilation: penting untuk sirkulasi udara, biasanya ruang

kerja di beri instalasi AC ataupun exhaust fan

General Ventilation: untuk pencampuran udara, serta irkulasi udara seperti

pintu, ventilasi, jendela dan lainnya

Menjaga kebersihan ruangan: Meminimasi kontaminan yang tersebar selama

proses produksi

2.7.3 Hirarki kontrol personal

Material handling

Menjaga kebersihan ruangan

Mencegah kontaminasi dengan bahan tercemar

Alat pelindung diri

Sikap dalam bekerja : disiplin pekerja dalam bekerja, biasanya sudah

distandardisasikan aturannya

Pembatasan Area kerja dan pekerjaan: Akses pekerja yang keluar masuk

dibatasi, hanya yang ahli saja yang diperbolehkan. Pembatasan penggunaan

asbes serta kebisingan dalam ruang produksi

2.7.4 Hirarki kontrol administrative

Alat pelindung diri

Sikap dalam bekerja : disiplin pekerja dalam bekerja, biasanya sudah

distandardisasikan aturannya

Pembatasan Area kerja dan pekerjaan: Akses pekerja yang keluar masuk

dibatasi, hanya yang ahli saja yang diperbolehkan. Pembatasan penggunaan

asbes serta kebisingan dalam ruang produksi

Mengurangi waktu yang tak produktif

Dekontaminasi

Penyusunan hygiene mandiri seperti tempat shower sendiri dan tempat

makan sendiri-sendiri

27Teknik Industri UNDIP

Page 28: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Informasi, instruksi dan pelatihan: memberi informasi tentang keselamatan ,

memberi pelatihan keterampilan kepada para pekerja untuk usaha

penyelamatan diri.

28Teknik Industri UNDIP

Page 29: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Flowchart Proses Produksi Semen

3.2 Bahaya dan Kecelakaan dalam Proses Produksi Semen

Secara umum, bahaya yang sering terjadi antara lain:

Lalu lintas/trafik dan peralatan bergerak ( 43%)

Jatuh dari ketinggian dan tertimpa benda yang terjatuh ( 21%)

Terjepit / terperangkap dalam peralatan yang bergerak (15%)

Ditinjau dari masing-masing proses produksinya, dapat diprediksi bahaya dan

kecelakaan sebagai berikut :

Penambangan

Bahaya akibat kecerobohan pekerja (tidak ahli menggunakan alat)

29Teknik Industri UNDIP

Page 30: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Driller dan tenaga pembuat lubang ledakan (loading shotholes) beresiko

terkena imbas tanah longsor.

Jatuh akibat rusaknya tali pengaman.

Terkena mesin drill atau ledakan dari proses pengambilan materialnya.

Proses penggilingan dan pemanasan

Bahaya akibat kecerobohan operator (tidak ahli menggunakan mesin)

Bahaya terjatuh dan terpeleset

Bahaya kejatuhan benda material

Terkena efek dari bisingnya mesin penggilingan.

Anggota badan terkena mesin penggilingan (terjepit pada mesin yang

bergerak)

Terkena suhu panas dari mesin pemanas (heat stress)

Kerusakan mesin dapat menyebabkan kebakaran

Pada saat material masuk mesin kiln:

Bahaya akibat kecerobohan operator (tidak ahli menggunakan mesin)

Kebisingan

Efek panas dari pemanasan material oleh mesin kiln

Anggota badan terkena mesin saat pencampuran material dengan gips

(terjepit pada mesin yang bergerak)

Kerusakan mesin dapat menyebabkan kebakaran

Bahaya akibat dispersi debu semen

Proses pendinginan dan proses pencampuran gips

Bahaya akibat kecerobohan operator (tidak ahli menggunakan mesin)

Efek suhu dingin (cryogenic)

Terkena material gips

Anggota badan terkena mesin saat pencampuran material dengan gips

(terjepit pada mesin yang bergerak)

Penggilingan akhir

Bahaya akibat kecerobohan operator (tidak ahli menggunakan mesin)

30Teknik Industri UNDIP

Page 31: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Bahaya terjatuh dan terpeleset

Bahaya kejatuhan benda material

Terkena efek dari bisingnya mesin penggilingan.

Anggota badan terkena mesin penggilingan (terjepit pada mesin yang

bergerak)

Bahaya akibat dispersi debu semen

Pada silo semen (penampungan semen)

Bahaya terjatuh dan terpeleset

Bahaya kejatuhan benda material

Bahaya akibat dispersi debu semen

Pengepakan semen

Bahaya terjatuh dan terpeleset

Bahaya kejatuhan benda material

Bahaya akibat dispersi debu semen

Distribusi semen

Tabrakan

Alat distribusi kelebihan beban

Bahaya akibat kecerobohan pengemudi

3.3 . Model Kontrol pengendalian bahaya pada ruang produksi semen

Langkah setelah mengidentifikasi bahaya adalah perencanaan desain

proses fabrikasi dan instalasinya. Ini adalah pekerjaan dari bagian manajemen

perusahaan. Standardisasi peraturan sangat diperlukan disini, agar proses kontrol

berjalan mudah dan pekerja menjadi disiplin menjaga keselamatan dirinya sendiri.

Dari proses produksi semen yang sudah dijelaskan tadi, maka dapat dibuat model

kontrol sebagai berikut:

1. Pembuatan / instalasi proses kerja pada proses pertambangan

Kontrol yang diberikan pada bagian penambangan adalah sebagai berikut:

Pengukuran kadar udara, kandungan bahan kimia berbahaya pada tempat

penambangan

31Teknik Industri UNDIP

Page 32: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Pemberian penyuluhan, pelatihan keterampilan penggunaan alat

pertambangan serta cara menambang yang aman dan benar kepada para

pekerja

Memastikan alat yang digunakan untuk menambang masih dalam kondisi

layak pakai dan aman

Memastikan para pekerja menggunakan alat pelindung diri yang sesuai

pekerjaannya

Memberikan instruksi akhir kepada para pekerja sebelum memulai

pekerjaannya

Menginspeksi pada saat penambang mulai bekerja sekaligus memastikan

proses pertambangan berjalan aman

2. Instalasi proses permesinan (penggilingan dan pemanasan)

Kontrol bahaya pada proses permesinan:

Pengukuran kadar udara, kandungan bahan kimia berbahaya pada tempat

penambangan

Memastikan ruang kerja bersih dan tidak licin

Memastikan sirkulasi udara lancar

Pemberian penyuluhan, pelatihan keterampilan cara mengoperasikan

mesin yang aman dan benar kepada para operator

Memastikan mesin yang digunakan untuk menggiling dan memanaskan

masih dalam kondisi layak pakai dan aman

Memastikan para pekerja menggunakan alat pelindung diri yang sesuai

pekerjaannya

Memberikan instruksi akhir kepada para operator sebelum memulai

pekerjaannya

Menginspeksi pada saat operator mulai bekerja sekaligus memastikan

proses permesinan berjalan aman

3. Pada saat proses di mesin kiln

Pengukuran kadar udara, kandungan bahan kimia berbahaya pada tempat

penambangan

32Teknik Industri UNDIP

Page 33: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Memastikan ruang kerja bersih dan tidak licin

Memastikan sirkulasi udara lancar

Pemberian penyuluhan, pelatihan keterampilan cara mengoperasikan

mesin yang aman dan benar kepada para operator

Memastikan mesin yang digunakan untuk menggiling dan memanaskan

masih dalam kondisi layak pakai dan aman

Memastikan para pekerja menggunakan alat pelindung diri yang sesuai

pekerjaannya

Memberikan instruksi akhir kepada para operator sebelum memulai

pekerjaannya

Menginspeksi pada saat operator mulai bekerja sekaligus memastikan

proses permesinan berjalan aman

4. Proses pendinginan dan pencampuran dengan gips

Pengukuran kadar udara, kandungan bahan kimia berbahaya pada tempat

penambangan

Memastikan ruang kerja bersih dan tidak licin

Memastikan sirkulasi udara lancar

Memastikan proses material handling aman (mengecek kondisi peralatan

angkut material)

Pemberian penyuluhan, pelatihan keterampilan cara mengoperasikan

mesin yang aman dan benar kepada para operator

Memastikan mesin yang digunakan untuk mendinginkan dan mencampur

material dengan gips masih dalam kondisi layak pakai dan aman

Memastikan para pekerja menggunakan alat pelindung diri yang sesuai

pekerjaannya

Memberikan instruksi akhir kepada para operator sebelum memulai

pekerjaannya

Menginspeksi pada saat operator mulai bekerja sekaligus memastikan

proses permesinan berjalan aman

5. Proses penggilingan akhir

33Teknik Industri UNDIP

Page 34: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Pengukuran kadar udara, kandungan bahan kimia berbahaya pada tempat

penambangan

Memastikan ruang kerja bersih dan tidak licin

Memastikan sirkulasi udara lancar

Memastikan proses material handling aman (mengecek kondisi peralatan

angkut material)

Pemberian penyuluhan, pelatihan keterampilan cara mengoperasikan

mesin yang aman dan benar kepada para operator

Memastikan mesin yang digunakan untuk menggiling masih dalam

kondisi layak pakai dan aman

Memastikan para pekerja menggunakan alat pelindung diri yang sesuai

pekerjaannya

Memberikan instruksi akhir kepada para operator sebelum memulai

pekerjaannya

Menginspeksi pada saat operator mulai bekerja sekaligus memastikan

proses permesinan berjalan aman

6. Proses penampungan semen di silo semen

Pengukuran kadar udara, kandungan bahan kimia berbahaya pada tempat

penambangan

Memastikan ruang kerja bersih dan tidak licin

Memastikan sirkulasi udara lancar

Memastikan proses material handling aman (mengecek kondisi peralatan

angkut material)

Memastikan alat penampung semen dalam kondisi layak pakai

Pemberian penyuluhan, pelatihan keterampilan cara mengoperasikan silo

yang aman dan benar kepada para operator

Menginspeksi pada saat operator mulai bekerja sekaligus memastikan

proses penampungan berjalan aman

7. Pengepakan

34Teknik Industri UNDIP

Page 35: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Pengukuran kadar udara, kandungan bahan kimia berbahaya pada tempat

penambangan

Memastikan ruang kerja bersih dan tidak licin

Memastikan sirkulasi udara lancar

Memastikan proses material handling aman (mengecek kondisi peralatan

angkut material)

Memastikan alat pengepakan semen dalam kondisi layak pakai

Memastikan sak semen dalam kondisi siap pakai

Pemberian penyuluhan, pelatihan keterampilan cara mengepak semen

yang aman dan benar kepada para pekerja

Menginspeksi pada saat pekerja mulai bekerja sekaligus memastikan

proses pengepakan berjalan aman

8. Pendistribusian

Memastikan mobil distribusi dalam kondisi layak dan siap pakai

Memastikan beban yang dibawa alat distribusi tidak melebihi kapasitas

(pencegahan overloading)

Dari segala pengontrolan di atas, selanjutnya dilakukan evaluasi

pelaksanaannya. Adapun short term dari model kontrol di atas adalah tindakan

kontrol administrativenya, yaitu:

Alat pelindung diri yang digunakan, seperti: helm, kacamata, penutup

telinga, masker, perisai muka, wearpack anti api, sarung tangan,

sepatu boot

Sikap dalam bekerja : disiplin pekerja dalam bekerja, biasanya sudah

distandardisasikan aturannya

Pembatasan Area kerja dan pekerjaan: Akses pekerja yang keluar

masuk dibatasi, hanya yang ahli saja yang diperbolehkan. Pembatasan

penggunaan asbes serta kebisingan dalam ruang produksi

Mengurangi waktu yang tak produktif

Dekontaminasi

35Teknik Industri UNDIP

Page 36: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Penyusunan hygiene mandiri seperti tempat shower sendiri dan

tempat makan sendiri-sendiri

Informasi, instruksi dan pelatihan: memberi informasi tentang

keselamatan , memberi pelatihan keterampilan kepada para pekerja

untuk usaha penyelamatan diri.

Sedangkan untuk Long Term nya, merupakan tindakan engineering

kontrol, kegiatan ini harus di maintenance secara berkala seperti:

Inisiasi proses desain: Proses kerja didesain dengan resiko bahaya

seminimal mungkin, proses produksi berbahaya seperti pemanasan,

penggilingan lebih baik diganti dengan bantuan robotisasi

Mendesain kembali proses yang ada seperti pengubahan produksi

rata-rata, dan efisiensi produksi

Material handling : meminimalisasi pemindahan material yang tak

perlu, sebaiknya digunakan konveyor dalam pemindahan barang

untuk meminimalisasi resiko bahaya yang ada , letak layout mesin-

mesin hendaknya didesain saling berdekatan agar material handling

dapat diminimasi

Isolasi : pemisahan material berbahaya zat kimia semen sperti SO3

supaya dijauhkan dari pekerja.

Local Exhaust Ventilation: penting untuk sirkulasi udara, biasanya

ruang kerja di beri instalasi AC ataupun exhaust fan

General Ventilation: untuk pencampuran udara, serta sirkulasi udara

seperti pintu, ventilasi, jendela dan lainnya

Menjaga kebersihan ruangan: Meminimasi kontaminan yang tersebar

selama proses produksi, membersihkan lantai dari debu semen

3.4 Hirarki Kontrol Pengendalian bahaya

Hirarki Kontrol Proses dan metode

36Teknik Industri UNDIP

Page 37: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Eliminasi dan reduksi sumber bahaya : Memastikan mesin-mesin serta alat

yang digunakan dalam kondisi layak pakai, memastikan pekerja mengetahui

proses kerja masing-masing sehingga dapat meminimasi resiko kecelakaan

Substitusion : Mengganti bahan pada ruang produksi yang menggunakan

asbes dengan bahan fiberglass

Mengganti bentuk dan sifat partikel dalam proses produksi, supaya debu

semen yang terbentuk diberi pelarut air sehingga tidak masuk dalam proses

pernafasan

Metode basah: penggunaan air untuk membersihkan debu, bekas asbes di

tempat kerja

Inisiasi proses desain: Mengubah desain proses kerja yang ada hingga bahaya

menjadi seminimal mungkin, penambahan fasilitas kesehatan pekerja.

Mendesain kembali proses yang ada seperti pengubahan produksi rata-rata,

dan efisiensi produksi

Material handling : meminimalisasi pemindahan material yang tak perlu,

sebaiknya digunakan konveyor dalam pemindahan barang untuk

meminimalisasi resiko bahyaya yang ada

Isolasi : pemisahan material berbahaya (SO3) supaya dijauhkan dari pekerja.

Hirarki Kontrol Engineering

Inisiasi proses desain: Proses kerja didesain dengan resiko bahaya

seminimal mungkin, proses produksi berbahaya seperti pemanasan,

penggilingan lebih baik diganti dengan bantuan robotisasi

Mendesain kembali proses yang ada seperti pengubahan produksi

rata-rata, dan efisiensi produksi

Material handling : meminimalisasi pemindahan material yang tak

perlu, sebaiknya digunakan konveyor dalam pemindahan barang

untuk meminimalisasi resiko bahaya yang ada , letak layout mesin-

mesin hendaknya didesain saling berdekatan agar material handling

dapat diminimasi

37Teknik Industri UNDIP

Page 38: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Isolasi : pemisahan material berbahaya zat kimia semen sperti SO3

supaya dijauhkan dari pekerja.

Local Exhaust Ventilation: penting untuk sirkulasi udara, biasanya

ruang kerja di beri instalasi AC ataupun exhaust fan

General Ventilation: untuk pencampuran udara, serta sirkulasi udara

seperti pintu, ventilasi, jendela dan lainnya agar debu semen yang

tersebar tidak terkonsentrasi di dalam ruang produksi

Menjaga kebersihan ruangan: Meminimasi kontaminan yang tersebar

selama proses produksi, membersihkan lantai dari debu semen

Meminimasi kontaminan yang tersebar selama proses produksi

Hirarki kontrol personal

Material handling supaya diminimasi dengan cara pengubahan layout

mesin

Menjaga kebersihan ruangan agar tidak terjadi bahaya seperti lantai

licin, debu bertebangan, kebersihan menstimulan produktifitas

Mencegah kontaminasi dengan bahan tercemar, artinya kontak

pekerja dengan bahan kimia semen supaya diminimasi

Alat pelindung diri harus sesuai dengan pekerjaan pekerja, alat

pelindung kerja harus memadai dan dipakai seluruh pekerja tanpa

terkecuali

Sikap dalam bekerja : disiplin pekerja dalam bekerja, biasanya sudah

distandardisasikan aturannya

Pembatasan Area kerja dan pekerjaan: Akses pekerja yang keluar

masuk dibatasi, hanya yang ahli saja yang diperbolehkan. Pembatasan

penggunaan asbes serta kebisingan dalam ruang produksi

Hirarki kontrol administrative

38Teknik Industri UNDIP

Page 39: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Alat pelindung diri yang digunakan, seperti: helm, kacamata, penutup

telinga, masker, perisai muka, wearpack anti api, sarung tangan,

sepatu boot

Sikap dalam bekerja : disiplin pekerja dalam bekerja, biasanya sudah

distandardisasikan aturannya

Pembatasan Area kerja dan pekerjaan: Akses pekerja yang keluar

masuk dibatasi, hanya yang ahli saja yang diperbolehkan. Pembatasan

penggunaan asbes serta kebisingan dalam ruang produksi

Mengurangi waktu yang tak produktif

Dekontaminasi

Penyusunan hygiene mandiri seperti tempat shower sendiri dan

tempat makan sendiri-sendiri

Informasi, instruksi dan pelatihan: memberi informasi tentang

keselamatan , memberi pelatihan keterampilan kepada para pekerja

untuk usaha penyelamatan diri.

BAB IV

39Teknik Industri UNDIP

Page 40: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

ANALISA

4.1 Penyebab kecelakaan

Analisa penyebab kecelakaan penulis tinjau dari faktor-faktor berikut:

1. Pekerja :

Pengetahuan tentang pekerjaannya tidak mencukupi

Tidak terampilnya pekerja dalam pengoperasian alat dan mesin

Kondisi fisik pekerja dibawah standard sehat

Tidak mengikuti prosedur kerja yang sudah ditetapkan

Sikap pekerja yang ceroboh, tidak disiplin, tidak hati-hati, tidak

serius, masa bodoh, suka mengambil resiko

2. Peralatan yang digunakan:

Tidak cocoknya alat yang digunakan, seperti kapasitas, ukuran dan

pemakaian alat untuk proses produksi

Kondisi tidak layak pakai

Tidak lengkap fasilitas pengamanan mesinnya

Keterlambatan inspeksi

3. Prosedur pekerjaan:

Prosedur tidak standard sehingga timbul kebingungan pada pekerja

sehingga probabilitas kecelakaan besar

Langkah kerja yang diinstruksikan tidak benar

Pengukuran-pengukuran kadar bahaya tidak akurat

Prosedur yang ditetapkan manajemen tidak memenuhi standard

keselamatan

Prosedur yang dibuat tidak fleksibel

Tidak adanya prosedur yang tertulis sehingga pekerja cenderung

mengambil inisiatif intuisinya yang belum tentu benar

4. Lingkungan tempat kerja:

Licin, gelap, material yang berserakan, debu, panas, kabut, oksigen

Tidak ada tanda-tanda peringatan (dangereous sign)

40Teknik Industri UNDIP

Page 41: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

Resiko Penambangan Proses permesinan Pengepakan PendistribusianTinggi terkena ledakan saat menambang anggota tubuh terkena proses mesin alat pengepakan semen rusak tabrakan

jatuh dari tempat penambangan yang tinggi terkena suhu panas mesin overload dalam pendistribusianterkena mesin dan alat pertambangan

Sedang kecerobohan penambang efek bising mesin bahaya terkena debu semen kecerobohan pengemuditertimpa material kerusakan mesin tertimpa material

tertimpa material kecerobohan pekerjakecerobohan operator

rendah terjatuh, terpeleset terjatuh, terpeleset terjatuh, terpelesettertimpa material tertimpa material tertimpa material

PROSES PRODUKSI

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Suasana kerja yang tidak menunjang

Rentang kendali organisasi perusahaan terlalu besar

Komitmen manjemen dalam pelaksanaan K3 kurang

Belum membudayanya K3 pada para pekerja

5. Besarnya energi yang terlibat:

Terlalu besarnya energi panas yang dipakai

Penggunaan bahan kimia (sumber energi kimia) yang berlebihan

dalam pembuatan semen

Penggunaan kecepatan putaran mesin penggilingan yang

berlebihan

4.2 Matriks identifikasi bahaya pada Ruang Produksi Semen

Dari matriks tersebut dapat terlihat masing-masing resiko bahaya yang

terdapat dip roses produksi semen. Resiko tinggi dapat menyebabkan cacat

seumur hidup bahkan kematian, resiko sedang dapat menyebabkan cedera atau

mengganggu kesehatan pekerja, sedangkan resiko rendah dapat menyebabkan

cedera ringan pada pekerja.

41Teknik Industri UNDIP

Page 42: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

4.2 Hambatan Pelaksanaan Metode Kontrol Pengendalian Bahaya Ruang Produksi

semen

Kurangnya kesadaran manajemen akan pentingnya pengendalian

kontrol

Kurangnya kesadaran pekerja untuk mentaati metode kontrol

pengendalian bahaya, pekerja cenderung meremehkan

Ketrampilan dan tingkat pemahaman pekerja yang rendah dalam

mengkaji metode kontrol tersebut

Biaya kontrol yang mahal

Proses pengendalian masih dirasa berbelit-belit dan memakan banyak

waktu

4.3 Cara Pencegahan Bahaya Pada Ruang Produksi semen

1. Dari Manajemen perusahaan:

Memasukkan manajemen K3 dalam bagian penting perusahaan

Menggunakan metode pengendalian kontrol yang sudah dibuat per

proses produksi

Berkomitmen dalam usaha menjalankan K3

Memberikan fasilitas K3 pada setiap ruang proses produksi

Mengadakan penyuluhan, pembinaan, pelatihan keterampilan K3 pada

para pekerjanya

Membuat aturan yang tegas mengenai K3 dan member sanksi bagi

yang tidak mentaatinya

Mengadakan survey K3 secara berkala, lalu mengevaluasinya

Memberi tanda gambar K3

Menyediakan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala dan

kontinu

Memasukkan proses K3 sebagai proses produksi yang penting

2. Dari pekerja:

Berdisiplin tinggi dalam bekerja

Menggunakan fasilitas K3 khususnya penggunaan APD

42Teknik Industri UNDIP

Page 43: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

Serius dalam bekerja

Meningkatkan keterampilan penggunaan alat dan mesin

Mentaati peraturan K3 yang dibuat perusahaan

Mentaati prosedur kerja yang aman

Menjaga kebersihan ruang produksi tempat bekerja

Menjadikan budaya K3 sebagai budaya dalm bekerja

BAB V

43Teknik Industri UNDIP

Page 44: bismillahirrohmannirrohim laporan k3

MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN

Adeka Sangtraga Hitapriya L2H007001

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan :

1. Metode kontrol pengendalian bahaya adalah suatu upaya pengendalian untuk

meminimasi resiko bahsya penyebab kecelakaan

2. Bahaya-bahaya pada ruang kerja produksi semen adalah sebagai berikut:

Bahaya penambangan.

Bahaya proses penggilingan dan pemanasan

Bahaya pada saat material masuk mesin kiln:

Bahaya proses pendinginan dan proses pencampuran gips

Bahaya penggilingan akhir

Bahaya pada silo semen (penampungan semen)

Bahaya pengepakan semen

Bahaya distribusi semen

3. Model kontrol pengendalian bahaya pada ruang produksi semen dibuat per proses

produksi supaya jelas dan mudah dilaksanakan

4. Hambatan pelaksanaan metode kontrol pengendalian bahaya pada ruang produksi

semen berasal dari manjemen dan diri pekerja sendiri

5.2 Saran

1. Perlunya melihat secara nyata di lapangan mengenai cara dan proses produksi semen

44Teknik Industri UNDIP