Laporan Pendahuluan Gangguan Persepsi Sensori.docx
-
Upload
dedydorowila -
Category
Documents
-
view
27 -
download
0
Transcript of Laporan Pendahuluan Gangguan Persepsi Sensori.docx
Laporan Pendahuluan Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi
A. Pengertian
Menurut May Durant Thomas (2004) halusinasi secara umum
dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi,
Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan
substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah
sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga
penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian
Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
B. Rentang respon halusinasi
Respon Adaptif Respon Maladaptif
>Pikiran logis >Distorsi pikiran >Gangguan pikir
>Persepsi akurat >Ilusi Halusinasi
>Emosi konsisten dgn pengalaman >Reaksi emosi >> atau < >Sulit
berespon
emosi
>Prilaku sesuai >Prilaku aneh/tidak biasa >Prilaku
disorganisasi
>Berhubungan sosial >Menarik diri >Isolasi sosial
C. Klasifikasi
Klasifikasi halusinasi sebagai berikut :
1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara
yang membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam
padahal tidak ada suara di sekitarnya.
2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang,
binatang atau sesuatu yang tidak ada.
3. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan.
Pasien yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau
bunga, bau kemenyan, bau mayat, yang tidak adasumbernya.
4. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan
halusinasi bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di
mulutnya.
5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan
merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini
merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi
heptik.
6.
D.Fase-fase halisinasi
1. Comforting, Ansietas sedang : halusinasi menyenangkan
2. Condemning, Ansietas berat : halusinasi menjadi menjijikkan
3. Controling, Ansietas berat : Pengalaman sensori menjadi berkuasa
4. Consquering, Panik : Umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya
E.Tanda dan Gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di
dapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi
yang di alaminya (apa yang di lihat, di dengar atau di rasakan).
F.Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (2007), Halusinasi dapat terjadi pada
klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan
delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan
alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan
epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi
juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang
meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,
sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya
halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga
terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang
mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya
pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab
halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak
faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial
budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis ,
pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
G.Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
PSP : Halusinasi……
Isolasi sosial : Menarik diri
Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
H.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di
lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata,
kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau
mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu
tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan
sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien
untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar
atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya
secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat
yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien
atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan
memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam
proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di
ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang
mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri
dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di
berikan tidak bertentangan.
I. Pengkajian Keperawatan Pada Paseien Dengan Halusinasi
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
1. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari pasien maupun keluarganya, mengenai factor
perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu
factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa
disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di
besarkan.
Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan
adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan
mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir
dengan gangguan orientasi realitas.
Faktor genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui,
tetapi hasilstudi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman / tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping.
Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada
dilingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai
pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat
meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik.
3. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins
dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai
mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari dimensi yaitu :
a) Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
d) Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan
adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem
control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk
itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,
serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
e) Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga
interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang
mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga
proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan
keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam
individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu
kehilangan kontrol kehidupan dirinya.
J. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
berhubungan dengan halusinasi.
2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan
menarik diri
3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
K. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
T
g
l
N
o.
D
x
Dx
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi
Gangguan
sensori
persepsi :
halusinasi
(lihat/dengar/
penghidung/
TUM:
Klien
dapat
mengon
trol
halusin
1. Klien
menunjukan tanda-
tanda percaya
kepada perawat :
- Ekspresi
wajah bersahabat
1. Bina
hubungan saling
percaya dengan
menggunakan
prinsip komunikasi
terapeutik :
raba/kecap) asi yang
dialamin
ya
TUK 1 :
Klien
dapat
membin
a
hubung
an
saling
percaya
- Menunjukan
rasa senang
- Ada kontak
mata
- Mau berjabat
tangan
- Mau
menyebutkan nama
- Mau
menjawab salam
- Mau duduk
berdampingan
dengan perawat
- Bersedia
mengungkapkan
masalah yang
dihadapi
- Sapa klien
dengan ramah baik
verbal maupun non
verbal
- Perkenalkan
nama, nama
panggilan dan
tujuan perawat
berkenalan
- Tanyakan
nama lengkap dan
nama panggilan
yang disukai klien
- Buat kontrak
yang jelas
- Tunjukan
sikap jujur dan
menepati janji
setiap kali interaksi
- Tunjukan
sikap empati dan
menerima apa
adanya
- Beri
perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien
- Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang
dihadapi klien
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 :
Klien
dapat
mengen
al
halusin
2. Klien mampu
menyebutkan :
- Isi
- Waktu
- Frekuensi
- Situasi dan
2.1 Adakan kontak
sering dan singkat
secara bertahap
2.2 Observasi
tingkah laku klien
terkait dengan
asinya kondisi yang
menimbulkan
halusinasi
halusinasinya
(dengar/lihat/penghi
dup/raba/kecap)
Jika menemukan
klien yang sedang
halusinasi :
- Tanyakan
apakah klien
mengalami sesuatu
(halusinasi
dengar/lihat/penghi
dup/raba/kecap)
- Jika klien
menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang dialaminya
- Katakan
bahwa perawat
percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri
tidak mengalaminya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
- Katakan
bahwa ada klien
lain yang
mengalaminya hal
yang sama.
- Katakan
bahwa perawat
akan membantu
klien jika klien tidak
sedang
berhalusinasi
klarifikasi tentang
adanya
pengalaman
halusinasi,
diskusikan denga
klien :
- Isi, waktu
dan frekuensi
terjadinya
halusinasi (pagi,
siang, sore, malam
atau sering dan
kadang-kadang)
- Situasi dan
kondisi yang
menimbulkan atau
tidak menimbulkan
halusinasi
3. Klien mampu
menyatakan
perasaan dan
responnya saat
mengalami
halusinasi :
- Marah
2.3 Diskusikan
dengan klien apa
yang dirasakn jika
terjadi halusinasi
dan beri
kesempatan untuk
mengungkapkan
- Takut
- Sedih
- Senang
- Cemas
- Jengkel
perasaannya.
2.4 Diskusikan
dengan klien apa
yang dilakukan
untuk mengatasi
perasaan tersebut.
2.5 Diskusikan
tentang dampak
yang akan
dialaminya bila klien
menikmati
halusinasinya.
TUK 3 :
Klien
dapat
mengon
trol
halusin
asinya
3.1 Klien mampu
menyebutkan
tindakan yang
biasanya dilakukan
untuk
mengendalikan
halusinasinya
3.2 klien dapat
menyebutkan cara
3.1 identifikasi
bersama klien cara
atau tindakan yang
dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur,
marah, menyibukan
diri dll)
3.2 Diskusikan cara
yang digunakan
baru mengontrol
halusinasinya.
3.3 Klien dapat
mampu memilih dan
memperagakan
cara mengatasi
halusinasi
(dengar/lihat/penghi
dup/raba/kecap)
3.4 Klien dapat
melaksanakan cara
yang telah dipilih
untuk
mengendalikan
halusinasinya
3.5 Klien mampu
mengikuti terapi
aktivitas kelompok
klien,
- Jika cara
yang digunakan
adaptif berikan
pujian
- Jika cara
yang digunakan
maladaptif
diskusikan kerugian
cara tersebut.
3.3 diskusikan cara
baru untuk
memutus/mengontr
ol timbulnya
halusinasi :
- Katakan
pada diri sendiri
bahwa ini tidak
nyata (“saya tidak
mau
dengar/lihat/penghi
dup/raba/
kecap pada saat
halusinasi terjadi)
- Menemui
orang lain
(perawat/teman/kel
uarga/ anggota
keluarga) untuk
menceritakan
tentang
halusinasinya.
- Membuat
dan melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari hari yang
telah disusun.
- Meminta
keluarga/teman/per
awat menyapa jika
sedang
berhalusinasi.
3.4 Bantu klien
untuk memilih cara
yang telah
dianjurkan dan latih
untuk mencobanya.
3.5 Beri
kesempatan untuk
melakukan cara
yang dipilih dan
dilatih.
3.6 Pantau
pelaksanaan yang
telah dipilih dan
dilatih, jika berhasil
beri pujian
3.7 Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi.
TUK 4 : 4.1 Keluarga 4.1 Buat kentrak
Klien
dapat
dukung
an dari
keluarg
a untuk
mengon
trol
halusin
asinya
menyatakan setuju
untuk mengikuti
pertemuan dengan
perawat
4.2 Keluarga
mampu
menyebutkan
pengertian, tanda
dan gejala, proses
terjadinya
halusinasi dan
tindakan untuk
mengendalikan
halusinasi
dengan keluarga
untuk pertemuan
(waktu, tempat dan
topik)
4.2 Diskusikan
dengan keluarga
(pada saat
pertemuan
keluarga/kunjunga
rumah)
- Pengertian
halusinasi
- Tanda dan
gejala halusinasi
- Proses
terjadinya
halusinasi
- Cara yang
dapat dilakukan
klien dan keluarga
untuk memutuskan
halusinasi
- Obat-obatan
halusinasi
- Cara
merawat anggota
keluarga yang
halusinasi dirumah
(beri kegiatan,
jangan biarkan
sendiri, makan
bersama, bepergian
bersama,
memantau obat-
obatan dan cara
pemberiannya
untuk mengatasi
halusinasi)
- Beri
informasi waktu
kontrol kerumah
sakit dan
bagaimana cara
mencari bantuan
jika halusinasi tidak
dapat diatasi
dirumah
TUK 5 :
Klien
dapat
memanf
aatkan
obat-
obatan
dengan
baik
5.1 Klien mampu
menyebutkan:
- Manfaat
minum obat
- Kerugian
tidak minum obat
- Nama,
warna, dosis, efek
samping obat
5.2 Klien mampu
mendemonstrasikan
penggunaan obat
dengan benar
5.3 Klien mampu
menyebutkan akibat
berhenti minum
5.1 Diskusikan
dengan klien
tentang manfaat
dan kerugian tidak
minum obat, nama,
warna, dosis, cara,
efek terapi dan efek
samping
penggunaan obat
5.2 Pantau klien
saat penggunaan
obat
5.3 Beri pujian jika
klien menggunakan
obat dengan benar
5.4 Diskusikan
obat tanpa
konsultasi dokter
akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
5.5 Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
Daftar Pustaka
Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan
Jiwa. Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa, , 2003
Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa, EGC, 1998
Keliat Budi Anna, dkk, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, 1987
Maramis, W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, 1990
Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga, CV.Sagung Seto, , 2007.
Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri, EGC, 1997
Stuart & Sunden, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, 2001