Laporan Pendahuluan Dewi

59
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: HIRSCHPRUNG DISEASE DI RUANG KEMUNING LT. 2 (BEDAH ANAK) RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2013 NAMA : AGUNG SUBIANTO NIM : 5012131002

Transcript of Laporan Pendahuluan Dewi

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN: HIRSCHPRUNG DISEASE DI RUANG

KEMUNING LT. 2 (BEDAH ANAK) RSUP Dr. HASAN SADIKIN

BANDUNG TAHUN 2013

NAMA : AGUNG SUBIANTO

NIM : 5012131002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN

SERANG-BANTEN

2013

1. PENGERTIAN

Penyakit Hirschsprung adalah suatu

kelainan bawaan berupa aganglionosis usus, mulai dari sfingter anal internal ke arah

proksimal dengan panjang segmen tertentu, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-

tidaknya sebagian rektum. Kelainan ini dikenal sebagai congenital aganglionesis,

aganglionic megacolon, atau Hirschsprung’s disease.

Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di sepanjang usus

karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini

disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan

saraf yang disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit

Hirschsprung, ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter.

Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-

bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih

sering ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan

bawaan lainnya, misalnya sindroma Down.

Hircshprung adalah malformasi kongenital di mana saraf dari ujung distal usus tidak

ada (Sacharin, 2002).Hircshprung disebut juga penyakit yang disebabkan oleh

obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus

sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum

berelaksasi.Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanyasel– sel

gangglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Ketidakadaan ini

menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi

usus spontan( Betz, Cecily &Sowden : 2000 )

Foto pasien penderita Hirschsprung berusia 3 hari. Terlihat abdomen sangat distensi

dan penderita kelihatan menderita

2. ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding

usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah

rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh

usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak

dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus,

gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus (Budi,

2010).

3. PATOFISIOLOGI

Problem utama dari penyakit ini adalah inervasi dari usus yang mengalami gangguan

terutama pada segmen anal termasuk mulai dari lokasi sfingter sampai internus ke

arah proksimal. Inervasi kolon berasal dari dua saraf yaitu saraf intrinsik dan saraf

ekstrinsik, saraf ekstrinsik simpatis berasal dari medula spinalis, sedangkan yang

parasimpatis untuk kolon sebelah kanan berasal dari nervus vagus, sedangkan yang

sebelah kiri berasal dari S2, S3, S4. Persarafan dari segmen anal dan sfingter internus

berasal dari sraf simpatis L5 dan saraf parasimpatis S1, S2, S3. Persarafan simpatis

akan menghambat kontraksi dari usus sedangkan persarafan para simpatis akan

mengaktifkan aktifitas peristaltik dari kolon. Saraf intrinsik berasal dari saraf

parasimpatis ganglion pleksus submukosa meisner dan ganglion mienterikus aurbach,

yang terletak diantara otot yang sirkuler dan longitudinal.

Secara sederhana, patofisiologi penyakit hirschprung adalah sebagai berikut.

Kegagalanmigrasi ganglion selcraniocaudal (5-12 minggu)

Pembentukan syaraf parasimpatis pada segmen usus besar tidak sempurna

(agangglionik)

Tidakadanyasel ganglion parasimpatisotonom (pleksusmeissnerdanAuerbach)

Hirschprung (segmenpanjang :melebihi sigmoid,

seluruhkolon/usushalus&segmenpendek)

Hipertrofi otot colon Kegagalan sfinter anal internal relaksasi

pada sub proximal

(zona peralihan antara usus Motilitas usus menurun

dan persyarafan)

Terjadi konstipasi atau obstipasi

Penebalan dinding colon

Colon distal berdilatasi hebat

Akumulasi feses dan gas Dilatasi colon distal Tindakan operasi

Mikroorganisme berkembang Megacolon Luka terbuka (terpasang stoma)

Biak di daerah colon

Akumulasi enterocolitis Peningkatan peristaltik pada Terputusnya

colon proksimal kontinuitas

Diare Hipertrofi otot colon dan distensi abdomen jaringan

Output cairan dan

Perubahan Pola Eliminasi

Resti kerusakan integritas kulit

Cemas

elektrolit berlebih Stagnansi makanan menekan difragma Pengeluaran

Dehidrasi Berat Impuls ke SSP zat vasoaktif

Ekspansi paru menurun (bradikinin,

Merangsang serotonin)

vomiting

center

Sesak napas Rangsang reseptor syaraf

Nausea dan vomitus bebas

Anoreksia Rangsang thalamus

Cortex serebri

4. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang ditemukan pada bayi yang baru

lahir adalah: Dalam rentang waktu 24-48 jam, bayi tidak mengeluarkan mekonium

(kotoran pertama bayi yang berbentuk seperti pasir berwarna hijau kehitaman), malas

makan, muntah yang berwarna hijau, pembesaran perut (perut menjadi buncit)distensi

abdomen, konstipasi, dan diaremeningkat

Sedangkan, gejala pada masa pertumbuhan (usia 1 -3 tahun) adalah sebagai berikut:

a. Tidak dapat meningkatkan berat badan

b. Konstipasi (sembelit)

Gangguan keseimbangan dan

elektrolit

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Pola napas tidak efektif

Gangguan rasa nyaman : Nyeri

c. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)

d. Diare cair yang keluar seperti disemprot

e. Demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus dan dianggap

sebagai keadaan yang serius dan dapat mengancam jiwa.

Pada anak diatas 3 tahun, gejala bersifat kronis :

a. Konstipasi (sembelit)

b. Kotoran berbentuk pita

c. Berbau busuk

d. Pembesaran perut

e. Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti gelombang)

f. Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia

Pada anak-dewasa

a. Konstipasi

b. Distensi abdomen

c. Dinding abdomen tipis

d. Aktivitasperistaltikmenurun

e. Terjadimalnutrisidanpertumbuhannyaterhambat

5. KLASIFIKASI

a. Hirschprungsegmenpendek : meliputi colon sigmoid, rektum, dananal canal,

tipeinilebih seringdideritaolehlaki-lakisertaseringditemukan

b. Hirschprung segmenpanjang: tidakditemukansel-selganglionikhampirdiseluruh

colon atauseluruh colon tidak memiliki ganglion (aganglionik colon total),

biasanya melebihi sigmoid, kadang-kadangsampaiusushalus

6. DIAGNOSA

Diagnosis yang diperoleh terutama dengan teknik radiografi dan ultrasound. Studi

tentang penilaian kolonik transit sangat berguna dalam menentukan kemampuan fisik

tubuh untuk menahan daya yang dapat merubah posisi megakolon dari bentuk

istirahat atau untuk merubah bentuk..Dalam tes ini, pasien diharuskan menelan larutan

yang mengandung bolus ‘kontras radio-opaq’. Dari sini didapatkan film dalam jangka

waktu1,3 dan 5 jam kemudian. Pasien dengan kelembaman kolon dapat dikenal pasti

dari penilaian yang terbentukdi sepanjang usus besar, sementara pasien obstruksi

berlebihan akan mengakumulasi penilaian pada tempat tertentu. Suatu colonscopy

bisa juga digunakan untuk menegaskan penyebab obstruksi secara mekanikal.

Monometri anorektal bisa membantu dalam membedakan bentuk kongenital dan

didapat. Biopsi rektal direkomendasi untuk diagnosis akhir bagi penyakit

Hirschprung.

7. PENATALAKSANAAN

Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan

dan konservatif.

a)  Pembedahan

Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap.Mula-mula

dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang

dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai

4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan 10

Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus

aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan

jarak 1 cm dari anus.

Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:

1. Prosedur Duhamel

Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1

tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normal ke arah bawah dan

menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding

ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal

yang ditarik tersebut.

2. Prosedur Swenson

Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian

dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon bergangliondengan saluran anal

yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada bagian posterior.

3. Prosedur Soave

Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan

prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit hirsrcprung.

Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf

normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon

normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.Dengan cara membiarkan

dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal

ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan

jaringan otot rektosigmoid yang tersisa

Pada prinsipnya tehnik ini adalah merupakan diseksi ekstramukosa rektosigmoid

yang mula-mula dipergunakan untuk operasi atresia ani letak tinggi. Persiapan

preoperasi yang harus dilakukan adalah irigasi rektum, dilatasi anorektal manual

serta pemberian antibiotik. ( Kartono, 2004 )

Tahun 1960 Soave melakukan pendekatan abdominoperineal, dengan membuang

lapisan mukosa rektosigmoid. Posisi pasien terlentang dengan fleksi pelvis 30

derajat, irisan kulit abdomen pararektal kiri melewati lubang kolostomi dan

dipasang kateter ( Kartono, 2004 )Dinding abdomen dibuka perlapis sampai

mencapai peritonium kemudian dilakukan preparasi kolon kiri. Kolon distal

dimobilisasi dan direseksi 4 cm diatas refleksi peritoneum. Dibuat jahitan traksi

pada kolon distal yang telah direseksi kemudian mukosa dipisahkan dari

muskularis kearah distal. Lapisan otot secara tumpul didorong kedistal hingga 1-2

cm diatas linea dentata. Lewat anus dibuat insisi melingkar 1 cm diatas linea

dentata. Kolon yang berganglion kemudian ditarik kedistal melewati cerobong

endorektal. Sisa kolon yang diprolapskan lewat anus dipotong setelah 21 hari.

( Kartono, 2004 )

4. Prosedur Transanal Endorectal Pull-Through.

Tehnik ini dilakukan dengan pendekatan lewat anus. Setelah dilakukan dilatasi

anus dan pembersihan rongga anorektal dengan povidon-iodine, mukosa rektum

diinsisi melingkar 1 sampai 1,5 cm diatas linea dentata. Dengan diseksi tumpul

rongga submukosa yang terjadi diperluas hingga 6 sampai 7 cm kearah proksimal.

Mukosa yang telah terlepas dari muskularis ditarik ke distal sampai melewati

anus sehingga terbentuk cerobong otot rektum tanpa mukosa (Tore, 2000 ).

Keuntungan prosedur ini antara lain lama pemendekan dan operasi lebih singkat,

waktu operasi lebih singkat, perdarahan minimal, feeding dapat diberikan lebih

awal, biaya lebih rendah, skar abdomen tidak ada. Akan tetapi masih didapatkan

komplikasi enterokolitis, konstipasi dan striktur anastomosis.

5. Posterior Sagital Neurektomi Repair for Hirschsprung Disease

Teknik ini diperkenalkan oleh Rochadi, 2005. Rincian teknik operasi  adalah

sebagai berikut:

Pesiapan preoperasi :

Pemeriksaan fisik yang teliti, penilaian keadaan umum penderita, adanya kelainan

bawaan yang lain, pemeriksaan laboratorium rutin, albumin dan pemeriksaan

rontgen dievaluasi secara cermat untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi

pembedahan dan pembiusan. Bila ada dehidrasi, sepsis, gangguan eletrolit,

enterokolitis, anemia atau gangguan asam basa tubuh semuanya harus dikoreksi

terlebih dahulu. Pencucian rektum dilakukan dengan cara pemasangan pipa

rektum dan kemudian dimasukkan air hangat 10 ml/kg berat badan. Informed

consent dilakukan kepada keluarga meliputi cara operasi, perkiraan lama operasi,

lama perawatan, komplikasi-komplikasi,cara-cara penanganan apabila terjadi

komplikasi dan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi

(Rochadi, 2007).

Jalannya operasi :

Setelah dilakukan pembiusan, kemudian dipasang pipa lambung dan kateter.

Dipasang infus pada tangan dengan menggunakan abbocath yang sesuai dengan

umur penderita. Tehnik ini dilakukan dengan posisi pasien tertelungkup Rochadi,

2007).

Setelah dilakukan desinfeksi pada daerah anogluteal kemudian daerah operasi

ditutup duk steril. Irisan pertama dimulai dengan irisan kulit intergluteal

dilanjutkan membuka lapisan-lapisan otot yang menyusun “muscle complex”

secara tumpul dan tajam sehingga terlihat dinding rektum. Lapisan otot dinding

rektum dibuka memanjang sampai terlihat lapisan mukosa menyembul dari irisan

operasi. Identifikasi daerah setinggi linea dentata dilakukan dengan cara

memasukkan jari telunjuk tangan kiri ke anus. Panjang irisan adalah 1 cm

proksimal linea dentata sampai zone transisi yang ditandai dengan adanya

perubahan diameter dinding rektum. Agar supaya tidak melukai mukosa rektum

maka setelah mukosa menyembul, muskularis dinding rektum dipisahkan dari

mukosa dengan cara tumpul sehingga lapisan muskularis benar-benar telah

terpisah dari mukosa. Strip muskularis dinding rektum dengan lebar 0,5 cm

dilepaskan dari mukosa sepanjang zone spastik sampai zone transisi. Material ini

dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk pemeriksaan pewarnaan hematoksilin-

eosin guna identifikasi sel ganglion Auerbach dan Meissner (Rochadi, 2007).

Lapisan-lapisan otot muscle complex ditutup kembali seperti semula dengan

benang Vicryl 3/0 diikuti lapisan subkutis dengan benang plain cat-gut 2/0 dan

lapisan kulit dijahit intra kutan dengan benang Vicryl 3/0. Dipasang pipa rektum

untuk mencegah terjadinya infeksi pada irisan operasi (Rochadi, 2007).

Tehnik Posterior Sagittal Repair for Hirschsprung’s Disease ini dilakukan satu

tahap, tanpa kolostomi dan tanpa pull –through (Rochadi, 2007).

b)    Konservatif

Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui

pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan

udara.

c) Tindakanbedahsementara

Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang

terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum

memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.

Pemeriksaan Penunjang Penyakit Hirschprung

1. Radiologi

a. Foto Polos Abdomen

Pemeriksaan foto polos abdomen, terlihat tanda-tanda obstruksi usus letak

rendah. Umumnya gambaran kolon sulit dibedakan dengan gambaran usus

halus. Pada foto polos abdomen memperlihatkan obstruksi pada bagian distal

dan dilatasi kolon proksimal.Penyakit Hirschsprung pada neonatus cenderung

menampilkan gambaran obstruksi usus letak rendah. Daerah pelvis terlihat

kosong tanpa udara. Pada pasien bayi dan anak gambaran distensi kolon dan

massa feses lebih jelas dapat terlihat.

Foto Polos Abdomen Penderita Hirschprung

b. Foto Barium Enema

Pemeriksaan enema barium harus dikerjakan pada neonatus dengan

keterlambatan mekonium disertai distensi abdomen dan muntah hijau, meskipun

dengan pemeriksaan colok dubur gejala dan tanda-tanda obstruksi usus telah

mereda atau hilang. Enema barium berisikan kontras cairan yang larut dalam air,

yang sangat akurat untuk mendiagnosis penyakit Hirschsprung.

Pada foto barium enema memberikan gambaran yang sama disertai dengan

adanya daerah transisi diantara segmen yang sempit pada bagian distal dengan

segmen yang dilatasi pada bagian yang proksimal. Jika tidak terdapat daerah

transisi, diagnosa penyakit hirschprung ditegakkan dengan melihat perlambatan

evakuasi barium karena gangguan peristaltik.

Terdapat tiga jenis gambaran zona transisi yang dijumpai pada foto enema

barium :

Abrupt, perubahan mendadak

Cone, bentuk seperti corong atau kerucut

Funnel, bentuk seperti cerobong

2. Laboratorium

a. Kimia Darah : Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal

biasanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai

dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada

penatalaksanaan cairan dan elektrolit.

b. Darah Rutin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan

platelet preoperatif.

c. Profil Koagulasi : Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada

gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.

3. Patologi Anatomis (Biopsi)

Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah terdapat

ganglion atau tidak. Padapenyakithirschprung ganglion initidakditemukan.

Perawatan

Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar dan juga modifikasi diet dan

wujud feses adalah efektif.

Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori digunakan dalam megakolon toksik-

Tidak memadatkan dan tidak menekan feses menggunakan tuba anorektal dan

nasogastric.

Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak

secara dini

Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak

Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak

dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya

meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.

Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta

situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total.

8. WEB OF CAUSATION (WOC)

(Terlampir)

9. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Identitas.

Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan

kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan

bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering

ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.  Sedangkan

kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus

ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).

2. Riwayat Keperawatan.

a. Keluhan utama.

Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering

ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah

lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah

dan diare.

b. Riwayat penyakit sekarang.

Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total

saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi

mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala

ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti

dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan,

enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau

busuk dapat terjadi.

c.  Riwayat penyakit dahulu.

Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit

Hirschsprung.

d. Riwayat kesehatan keluarga.

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.

e. Riwayat kesehatan lingkungan.

Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.

f.   Imunisasi.

Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung.

3. Pemeriksaan fisik.

a. Sistem kardiovaskuler.

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi

apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.

b. Sistem pernapasan.

Sesak napas, distres pernapasan, dan kaji frekuensi pernapasan

c. Sistem pencernaan.

Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,

adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi

dan karakteristik muntah) adanya kram, tenderness. Perut kembung atau perut

tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare

kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik

akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang

menyemprot.

e. Sistem saraf.

Tidak ada kelainan.

f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.

Gangguan rasa nyaman.

g. Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan.

h. Sistem integumen.

Akral hangat.

i. Sistem pendengaran.

Tidak ada kelainan.

b. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

Symptom Etiologi Problem

Kegagalanmigrasi ganglion

selcraniocaudal (5-12 minggu)

Pembentukan syaraf parasimpatis pada

segmen usus besar tidak sempurna

(agangglionik)

Tidakadanyasel ganglion

parasimpatisotonom

(pleksusmeissnerdanAuerbach)

Hirschprung (segmenpanjang : melebihi

sigmoid,

seluruhkolon/usushalus&segmenpendek)

Kegagalan sfinter anal internal relaksasi

Motilitas usus menurun

Perubahan Pola

Eliminasi Fekal

Obstipasi, Pembedahan

Konstipasi

Luka terbuka

(terpasang stoma)

Perubahan pola eliminasi fekal

Kegagalanmigrasi ganglion

selcraniocaudal (5-12 minggu)

Pembentukan syaraf parasimpatis pada

segmen usus besar tidak sempurna

(agangglionik)

Tidakadanyasel ganglion

parasimpatisotonom

(pleksusmeissnerdanAuerbach)

Hirschprung (segmenpanjang : melebihi

sigmoid,

seluruhkolon/usushalus&segmenpendek)

Gangguan Pola

Nutrisi

Kegagalan sfinter anal internal relaksasi

Motilitas usus menurun

Obstipasi, Konstipasi

Dilatasi colon distal

Megacolon

Peningkatan peristaltik pada colon

proximal

Hipertrofi colon dan distensi abdomen

Stagnansi makanan

Impuls SSP

Rangsang vomiting center

Nausea, vomit

Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Hirschprung

Hipertrofi otot colon proximal

Penebalan dinding colon

Colon distal berdilatasi hebat

Akumulasi gas & feses

Mo berkembang biak di colon

Akumulasi enterocolitis

Diare

Output cairan berlebih

Dehidrasi berat

Defisit Volume

Cairan

Defisit volume cairan

Kondisi anak dengan Hirsprung

Perubahan stress pada

Kondisi anak akibat

Kesehatan hospitalisasi

anak

Pembedahan

Keluarga sering bertanya tentang kondisi

penyakit anaknya

Ansietas

Ansietas

Kondisi anak dengan hirschprung

Dilakukan tindakan pembedahan

Terputusnya kontinuitas jaringan

Luka terbuka (terpasang stoma)

Kerusakan

Integritas Kulit

Perubahan struktur kulit sekitar area

insisi pembedahan

Kerusakan integritas kulit

Kondisi penyakit hirsprung pada

anak/bayi

Hipertrofi Tindakan

Colon sub pembedahan

Proximal

Terputus kontinuitas

Dilatasi jaringan

Colon

Distal

Luka terbuka

Megacolon

Feses &

Gas tertahan

Distensi abdomen

Rangsang bagian thalamus untuk

Nyeri akut

mengeluarkan zat vasoaktif (bradikinin,

histamin, serotonin)

Rangsang cortex serebri untuk

persepsikan nyeri

Nyeri akut

Konsisi megacolon (agangglionik)

Dilakukan tindakan pembedahan

definitif atau sementara

Klien anak terpasang stoma/colostomi

Kurangnya paparan informasi dari

sumber akurat seputar perawatan

anggota keluarga pasca pembedahan

hirsprung dan prognosis penyakit

Kurang pengetahuan

Kurang

pengetahuan

Diagnosa Keperawatan Prioritas :

Pre operasi

1.Perubahan pola eliminasi fekal : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan

tidak adanya daya dorong.

2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang inadekuat.

3.Defisit volume cairan berhubungan output berlebih akibat muntah dan diare.

4.Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

5. Ansietas berhubungan dengan keadaan status kesehatan anak, dan persiapan

pembedahan pada anak

Post operasi

1. Kerusakan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan

2. Nyeri akut b/d insisi pembedahan

3. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya paparan informasi seputar kebutuhan

irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi di rumah

c. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan

Tujuan dan Kriteria

Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Aktivitas berdasarkan NIC

Perubahan pola eliminasi

fekal b/d spastis usus dan

tidak adanya daya dorong

ditandai dengan :

DO :

- Perubahan kebiasaan

defekasi

- Asupan cairan tidak

adekuat

- Aktivitas tidak adekuat

- Proses penyakit

- Malnutrisi

- Asupan diet tinggi serat

tidak adekuat

- Kebiasaan makan yang

buruk

Jangka Panjang :

Eliminasi fekal kembali

normal

Jangka Pendek:

Sete;ah dilakukan asuhan

keperawatan 2x24 jam,

perubahan pola eliminasi

fekal dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

1. BAB teratur, mulai

dari setiap hari

sampai 3-5 hari

2. Defekasi lunak,

feses berbentuk, dan

1. Bowel Elimination

2. Bowel Training

3. Bowel Continence

4. Constipation

Management

1. Perkirakan penyebab fisik dan psikologi dari

perubahan eliminasi fekal

2. Jelaskan penyebab masalah dan rasional dari

tindakan

3. Jelaskan tujuan dari managemen bowel pada

pasien/keluarga

4. Diskusikan prosedur dan criteria hasil yang

diharapkan bersama pasien

5. Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat

keluaran feses

6. Cuci area perianal dengansabun dan air

lalukeringkan

7. Jaga kebersihan baju dan tempat tidur

8. Lakukan program latihan BAB

9. Monitor efek samping pengobatan.

10. Rencanakan program BAB dengan pasien dan

- Penurunan motilitas usus

- Dehidrasi

- Latihan defekasi tidak

adekuat

tidak ada tanda –

tanda kosntipasi

3. Penurunan insiden

inkontinensia usus

pasien yang lain

11. Konsul ke dokter jika pasien memerlukan

suppositoria

12. Ajarkan ke pasien/keluarga tentang prinsip

latihan BAB

13. Anjurkan pasien untuk cukup minum

14. Anjurkan pasien diet tinggi serat

15. Dorong pasien untuk cukup latihan

16. Jaga privasi klien

17. Kolaborasi pemberian suppositoria jika

memungkinkan

18. Evaluasi status BAB secara rutin

19. Modifikasi program BAB jika diperlukan.

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

b/d ketidakmampuan

mencerna makanan

Definisi : Intake nutrisi tidak

cukup untuk keperluan

metabolisme tubuh.

Jangka Panjang:

Gangguan pola nutrisi

teratasi

Jangka Pendek :

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

3x24 jam pola nutrisi

1. Nutritional Status :

food and Fluid

Intake

2. Nutrition

Management

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan

vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi

Batasan karakteristik :

- Berat badan 20 % atau lebih di

bawah ideal

- Dilaporkan adanya intake

makanan yang kurang dari

RDA (Recomended Daily

Allowance)

-  Membran mukosa dan

konjungtiva pucat

-  Kelemahan otot yang

digunakan untuk

menelan/mengunyah

-  Luka, inflamasi pada rongga

mulut

-  Mudah merasa kenyang,

sesaat setelah mengunyah

makanan

-  Dilaporkan atau fakta adanya

kekurangan makanan

-  Dilaporkan adanya perubahan

sensasi rasa

-  Perasaan ketidakmampuan

kembali normal dengan

kriteria hasil :

1. Adanya peningkatan

berat badan sesuai

dengan tujuan

2. Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi

badan

3. Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda

tanda malnutrisi

5. Tidak terjadi

penurunan berat

badan yang berarti

serat untuk mencegah konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah

dikonsultasikan dengan ahli gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan

makanan harian.

9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan

nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan berat badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa

dilakukan

4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama

makan

5. Monitor lingkungan selama makan

6. Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama

jam makan

untuk mengunyah makanan

- Miskonsepsi

-  Kehilangan BB dengan

makanan cukup

-  Keengganan untuk makan

-  Kram pada abdomen

- Tonus otot jelek

-  Nyeri abdominal dengan atau

tanpa patologi

-  Kurang berminat terhadap

makanan

-  Pembuluh darah kapiler mulai

rapuh

-  Diare dan atau steatorrhea

-  Kehilangan rambut yang

cukup banyak (rontok)

-  Suara usus hiperaktif

-  Kurangnya informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yang

7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah

patah

10. Monitor mual dan muntah

11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan

kadar Ht

12. Monitor makanan kesukaan

13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan

jaringan konjungtiva

15. Monitor kalori dan intake nuntrisi

16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila

lidah dan cavitas oral.

17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

berhubungan :

Ketidakmampuan pemasukan

atau mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi

berhubungan dengan faktor

biologis, psikologis atau

ekonomi.

Defisit volume cairan b/d

output berlebih akibat mual

muntah

Definisi : Penurunan cairan

intravaskuler, interstisial,

dan/atau intrasellular. Ini

mengarah ke dehidrasi,

kehilangan cairan dengan

pengeluaran sodium

Batasan Karakteristik :

Jangka Panjang :

Defisit volume cairan

dapat teratasi

Jangka Pendek :

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3

x 24 jam, volume cairan

kembali normal dengan

kriteria hasil :

1. Fuid balance

2. Hydration

3. Nutritional Status :

Food and Fluid

Intake

1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan

2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),

jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung

intake kalori harian

6. Kolaborasi pemberian cairan  IV

7. Monitor status nutrisi

8. Kolaborasikan pemberian cairan

9. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

Kelemahan

-  Haus

-  Penurunan turgor kulit/lidah

-  Membran mukosa/kulit

kering

- Peningkatan denyut nadi,

penurunan tekanan darah,

penurunan volume/tekanan

nadi

- Pengisian venamenurun

- Perubahan status mental

- Konsentrasi urine meningkat

- Temperatur tubuh meningkat

- Hematokrit meninggi

-  Kehilangan berat badan

seketika (kecuali pada third

spacing)

Faktor-faktor yang

berhubungan:

1. Mempertahankan

urine output sesuai

dengan usia dan BB,

BJ urine normal, HT

normal

2. Tekanan darah, nadi,

suhu tubuh dalam

batas normal

3. Tidak ada tanda

tanda dehidrasi,

Elastisitas turgor

kulit baik, membran

mukosa lembab,

tidak ada rasa haus

yang berlebihan

10. Dorong masukan oral

11. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output

12. Dorong keluarga untuk membantu pasien

makan

13. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )

14. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih

muncul meburuk

15. Atur kemungkinan tranfusi

16. Persiapan untuk tranfusi

-  

Kehilangan volume cairan

secara aktif

-  Kegagalan mekanisme

pengaturan

Ansietas b/d kondisi status

kesehatan anak dan persiapan

pembedahan pada anak

Definisi :

Perasaan gelisah yang tak

jelas dari ketidaknyamanan

atau ketakutan yang disertai

respon autonom (sumner

tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu);

perasaan keprihatinan

disebabkan dari antisipasi

terhadap bahaya. Sinyal ini

merupakan peringatan adanya

ancaman yang akan datang

Jangka Panjang

Ansietas dapat teratasi

Jangka Pendek :

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama

1x24 jam, ansietas dapat

diatasi dengan kriteria

hasil :

1. Klien mampu

mengidentifikasi dan

mengungkapkan

gejala cemas

2. Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik

1. Anxiety control

2. Anxiety Reduction

3. Coping

4. Impulse control

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku

pasien

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan

selama prosedur

4. Pahamiprespektifpasienterhdapsituasistres

5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengurangi takut

6. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,

tindakan prognosis

7. Dorong keluarga untuk menemani anak

8. Lakukan back / neck rub

9. Dengarkan dengan penuh perhatian

10. Identifikasi tingkat kecemasan

11. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

dan memungkinkan individu

untuk mengambil langkah

untuk menyetujui terhadap

tindakan

Ditandai dengan :

        Gelisah

        Insomnia

        Resah

        Ketakutan

        Sedih

        Fokus pada diri

        Kekhawatiran

        Cemas

untuk mengontol

cemas

3. Vital sign dalam batas

normal

4. Postur tubuh, ekspresi

wajah, bahasa tubuh

dan tingkat aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan

kecemasan

12. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

13. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

14. Ajarkan teknik non farmakologis untuk

mengurangi kecemasan.

Kerusakan integritas kulit b/d

kolostomi dan perbaikan

pembedahan

Definisi : Perubahan pada

epidermis dan dermis

Batasan karakteristik :

    Gangguan pada bagian tubuh

    Kerusakan lapisa kulit

Tujuan Jangka

Panjang :

Kerusakan integritas

kulit tidak terjadi

Jangka Pendek:

Setelah dilakukan asuhan

1. Tissue Integrity :

Skin and Mucous

Membrane

2. Pressure

Management

1. Kaji insisi pembedahan, bengkak dan drainage.

2. Berikan perawatan kulit untuk mencegah kerusakan

kulit.

3. Oleskan krim jika perlu.

4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang

longgar

(dermis)

     Gangguan permukaan kulit

(epidermis)

Faktor yang berhubungan :

Eksternal :

     Hipertermia atau hipotermia

    Substansi kimia

    Kelembaban udara

    Faktor mekanik(misalnya :

alat yang dapat menimbulkan

luka, tekanan, restraint)

    Immobilitas fisik

    Radiasi

    Usia yang ekstrim

    Kelembaban kulit

    Obat-obatanInternal :

     Perubahan status metabolik

    Tulang menonjol

    Defisit imunologi

  Faktor yang berhubungan

keperawatan 3x 24 jam

kerusakan integritas kulit

dapat diatasi dengan

kriteria hasil :

1. Integritas kulit yang

baik bisa

dipertahankan

(sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi,

pigmentasi)

2. Tidak ada luka/lesi

pada kulit

3. Perfusi jaringan baik.

4. Menunjukkan

pemahaman dalam

proses perbaikan

kulit dan mencegah

terjadinya sedera

berulang.

5. Mampu melindungi

kulit dan

mempertahankan

5. Hindari kerutan padaa tempat tidur

6. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

7. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua

jam sekali

8. Monitor kulit akan adanya kemerahan

9. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah

yang tertekan

10. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

11. Monitor status nutrisi pasien

denganperkembangan

     Perubahan sensasi

     Perubahan status nutrisi

(obesitas, kekurusan)

     Perubahan status cairan

     Perubahan pigmentasi

    Perubahan sirkulasi

Perubahan turgor (elastisitas

kulit)

Nyeri akut b.d insisi

pembedahan

kelembaban kulit dan

perawatan alami

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

2x24 jam, nyeri dapat

teratasi dengan kriteria

hasil :

1. Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi

untuk mengurangi

nyeri, mencari

bantuan)

2. Melaporkan bahwa

nyeri berkurang

1. Pain Level

Definisi :

Sensori yang tidak

menyenangkan dan

pengalaman emosional yang

muncul secara aktual atau

potensial kerusakan jaringan

atau menggambarkan adanya

kerusakan (Asosiasi Studi

Nyeri Internasional): serangan

mendadak atau pelan

intensitasnya dari ringan

sampai berat yang dapat

diantisipasi dengan akhir

yang dapat diprediksi dan

dengan durasi kurang dari 6

bulan.

Batasan karakteristik :

    Laporan secara verbal atau

non verbal

dengan

menggunakan

manajemen nyeri

3. Mampu mengenali

nyeri (skala,

intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri

berkurang

5. Tanda vital dalam

rentang normal

2. Pain control

3. Comfort level

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain

tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa

lampau

7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan

8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

kebisingan

    Fakta dari observasi

   Gerakan melindungi

    Tingkah laku berhati-hati

     Muka topeng

    Gangguan tidur (mata sayu,

tampak capek, sulit atau

gerakan kacau, menyeringai)

    Terfokus pada diri sendiri

     Fokus menyempit (penurunan

persepsi waktu, kerusakan

proses berpikir, penurunan

interaksi dengan orang dan

lingkungan)

    Tingkah laku distraksi, contoh

: jalan-jalan, menemui orang

lain dan/atau aktivitas,

aktivitas berulang-ulang)

    Respon autonom (seperti

diaphoresis, perubahan

tekanan darah, perubahan

nafas, nadi dan dilatasi pupil)

    Perubahan autonomic dalam

9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter

personal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15. Tingkatkan istirahat

16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri tidak berhasil

17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen

nyeri

Analgesic Administration

18. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan

derajat nyeri sebelum pemberian obat

19. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,

dan frekuensi

20. Cek riwayat alergi

21. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi

tonus otot (mungkin dalam

rentang dari lemah ke kaku)

   Tingkah laku ekspresif (contoh

: gelisah, merintih, menangis,

waspada, iritabel, nafas

panjang/berkeluh kesah)

    Perubahan dalam nafsu makan

dan minum

Faktor yang berhubungan :

Agen injuri (biologi, kimia,

fisik, psikologis)

dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

22. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan

beratnya nyeri

23. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,

dan dosis optimal

24. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk

pengobatan nyeri secara teratur

25. Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik pertama kali

26. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat

nyeri hebat

27. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

(efek samping)

Kurang pengetahuan b/d

perawatan di rumah dan

pembedahan.

Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya

informasi kognitif

sehubungan dengan topic

Jangka Panjang :

Pengetahuan klien dan

bertambah

Jangka Pendek :

Setelah dilakukan asuhan

1. Knowledge :

disease process

2. Knowledge : health

Behavior

3. Teaching : disease

Process

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan

pasien tentang proses penyakit yang spesifik

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana

hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,

dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul

pada penyakit, dengan cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang

spesifik.

Batasan karakteristik :

memverbalisasikan adanya

masalah, ketidakakuratan

mengikuti instruksi, perilaku

tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan :

keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap

informasi yang salah,

kurangnya keinginan untuk

mencari informasi, tidak

mengetahui sumber-sumber

informasi

keperawatan 1 x 24 jam

pengetahuan klien dan

keluarga bertambah

dengan kriteria hasil :

1. Pasien dan keluarga

menyatakan

pemahaman tentang

penyakit, kondisi,

prognosis dan

program pengobatan

2. Pasien dan keluarga

mampu

melaksanakan

prosedur yang

dijelaskan secara

benar

3. Pasien dan keluarga

mampu menjelaskan

kembali apa yang

dijelaskan

perawat/tim

tepat

5. identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara

yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,

dengan cara yang tepat.

7. Hindari jaminan yang kosong.

8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang

kemajuan pasien dengan cara yang tepat.

9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa

yang akan datang dan atau proses pengontrolan

penyakit.

10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau

mendapatkan second opinion dengan cara yang

tepat atau diindikasikan.

12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,

dengan cara yang tepat.

13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas

lokal, dengan cara yang tepat

14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala

untuk melaporkan pada pemberi perawatan

kesehatan lainnya kesehatan dirumah dengan cara yang tepat.

15. Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan

perasaan, kecemasan dan perhatian tentang irigasi

rectal dan perawatan kolostomi.

16. Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses

kesembuhan.

17. Ajarkan pada anak dengan membuat gambar-

gambar sebagai ilustrasi misalnya bagaimana

dilakukan irigasi dan kolostomi.

18. Ajarkan perawatan kolostomi segera setelah

pembedahan dan lakukan supervisi saat orang tua

melakukan perawatan kolostomi.

DAFTAR REFERENSI

Bulechet, Gloria et. Al. 2004. Nursing Interventions Clasification (NIC) Fouth

Edition. Mosby, Inc

Johnseon, Marion et al. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC) second edition.

Mosby, Inc

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI :Jakart

Nanda. 2005. Nursing Diagnosis : Definition dan Classification. Alih Bahasa Ani

Haryani. Bandung: Akper Aisyiah

Rizki. 2003. Mengenal Penyakit Hirschsprung (Aganglionic Megacolon). Diakses

Pada 28 November 2012. http://www.nursingbegin.com

Yuda. 2010. Penyakit Megacolon. Diakses Pada 28 November 2012.

http://dokteryudabedah.com/wp-content/uploads2010/01/mega-colon

LAMPIRAN

WEB OF CAUTION (WOC)

Hirschsprung

DEFINISI

Malformasi kongenital di mana

saraf dari ujung distal usus tidak ada

ETIOLOGI

1. Keturunan karena

penyakit ini

merupakan

penyakit bawaan

sejak lahir

2. Faktor lingkungan

3. Tidak adanya sel-

sel ganglion dalam

rectum atau bagian

rektosigmoid

kolon.

MANIFESTASI KLINIS

1. Masa neonatal

Gagal mengeluarkan mekonium

dalam 48 jam setelah lah

Muntah kehijauan

Enggan minum

Distensi abdomen

2. Masa bayi dan kanak-kanak

Konstipasi

Diare berulang

Tinja seperti pita, berbau

busuk

Distensi abdomen

Gagal tumbuh

PATOFISIOLOGI KLASIFIKASI

a. Hirschprung segmen

pendek

b. Hirschprung segmen

panjang

KOMPLIKASI

1. Enterokolitis

2. nekrotikans

3. pneumatosis usus

4. Abses perikolon

Absensi gangglion Meisner dan Auerbach

Usus spastis dan daya dorong tidak adaMual, muntah, diareObstipasi, tidak ada

mekonium

Distensi abdomen hebat

Gangguan pola eliminasi fekal

Defisit volume cairanGangguan pola nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Nyeri akut

Perubahan status kesehatan

Penatalaksanaan :

Pembedahan Ansietas

Resti Gangguan Integritas kulit

Kurang pengetahuan

Penatalaksanaan :

1. Pembedahan (Teknik Duhamel, Swenson, Soave)

2. Konservatif (Pasang pipa rectal & sonde lambung)

3. Bedah Sementara (Colostomi)4. Radiologi (Foto Polos Abdomen,

Barium Enema)5. Lab (Kimia darah, Darah rutin, )6. Patologi Anatomi (Biopsi)