LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS

13
LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU) 1. ANATOMI DAN FISIOLOGI Kandung empedu normal berbentuk kista berdinding tipis menempel pa bawah dan medial dari lobus kanan hepar. Kadang-kadang intrahepatik. D berhubungan dengan kandung empedu dan bersama duktus hepatikus membentu choledochus. Duktus choledochus berjalan ke arah kaudal akhirnya berhubungan den pankreatikus dan berakhir pada papilla vateri di dalam duodenum. Duktu biasanya bergabung dengan duktus choledochus proksimal dari papilla. Kecuali di biliaris mempunyai jaringan elastik lain dari pada dinding otot. Di di sphincter melibatkan duktus dalam area pendek tepat proksimal dari papilla. Fungsi kandung empedu tempat penyimpangan dan pemekatan empedu. Kon kandung empedu dan relaksasi sphincter oddi diketengahi oleh hormon cholecystoki disebabkan oleh dinding duodenum sebagai reaksi dari lemak intramural dan asam a Letak batu di saluran empedu yaitu di : saluran empedu utama ata choledochus (choledocholithiasis), di saluransistikus (sistikolitiasis) jarang sekali ditemukan dan biasanya bersamaan dengan batu di dalam kandung empedu, dan di sal empedu intrahepatal (intrahepatolitiasis) atau hepatolitiasis. ebagian besar batu yang terletak di duktus choledochus berasal dari kandun tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder. LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS LISKHA PUTRI K.W.S 1

description

LP

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS

LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU)1.ANATOMI DAN FISIOLOGI

Kandung empedu normal berbentuk kista berdinding tipis menempel pada bagian bawah dan medial dari lobus kanan hepar. Kadang-kadang intrahepatik. Duktus sistikus berhubungan dengan kandung empedu dan bersama duktus hepatikus membentuk duktus choledochus.Duktus choledochus berjalan ke arah kaudal akhirnya berhubungan dengan duktus pankreatikus dan berakhir pada papilla vateri di dalam duodenum. Duktus pankreatikus biasanya bergabung dengan duktus choledochus proksimal dari papilla. Kecuali distal, duktus biliaris mempunyai jaringan elastik lain dari pada dinding otot. Di distal ada otot (oddis) sphincter melibatkan duktus dalam area pendek tepat proksimal dari papilla.Fungsi kandung empedu tempat penyimpangan dan pemekatan empedu. Kontraksi kandung empedu dan relaksasi sphincter oddi diketengahi oleh hormon cholecystokinin yang disebabkan oleh dinding duodenum sebagai reaksi dari lemak intramural dan asam amino.Letak batu di saluran empedu yaitu di : saluran empedu utama atau di duktus choledochus (choledocholithiasis), di saluran sistikus (sistikolitiasis) jarang sekali ditemukan dan biasanya bersamaan dengan batu di dalam kandung empedu, dan di saluran empedu intrahepatal (intrahepatolitiasis) atau hepatolitiasis.Sebagian besar batu yang terletak di duktus choledochus berasal dari kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder. Choledocholithiasis biasanya disertai dengan kalkulus cholecystitis. Batu yang ada dapat tunggal atau ganda, berbentuk bulat atau oval. Batu dapat terletak di ampula vateri. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Namun, sering menimbulkan gejala sumbatan sebagian (partial obstruction), dan menimbulkan gejala kolik. Pada dasarnya dilatasi saluran empedu sangat bergantung pada berat atau tidaknya obstruksi yang terjadi. Pada penderita-penderita yang mengalami obstruksi parsial baik disebabkan oleh batu duktus choledochus, tumor papilla vateri atau cholangitis sklerosis, kadang-kadang tidak memperlihatkan pelebaran saluran empedu sama sekali, tetapi mungkin saja dijumpai pelebaran yang berkala. Bila menimbulkan gejala sumbatan, akan timbul tanda cholestasis ekstrahepatal. Di samping itu dapat terjadi infeksi, timbul gejala cholangitis, dan cairan empedu menjadi kental dan berwarna coklat tua (biliary mud). Dinding dari duktus choledochus menebal dan mengalami dilatasi disertai dengan ulserasi pada mukosa terutama di sekitar letak batu dan di ampula vateri.2.PENGERTIAN Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebutkolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebutkoledokolitiasis Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu. Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. (Williams, 2003) Cholelithiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimanaterdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memilikiukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi. Cholelithiasis lebih seringdijumpaipada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memilikifactor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggilemak dan genetik3. ETIOLOGIBatu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.Macam-macam batu yang terbentuk antara lain: Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu: Infeksi kandung empedu Usia yang bertambah Obesitas Wanita Kurang makan sayur Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterolKolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati; keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu empedu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan perdangan dalam kandung empedu.

Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentiukan batu empedu, melalui peningkatan dikuamasi sel dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler dan bakteri dapat berperan sebagi pusat presipitasi. Akan tetapi infeksi lenih sering menjadi akibat dari pembentukan batu empedu dari pada sebab pembentukan batu empedu.2. Batu pigmen empedu , ada dua macam; Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksiKemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tidak terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.3. Batu saluran empeduSering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.4.FAKTOR RESIKOUsia: Setelah 20 tahun, kecepatan pembentukan batu empedu meningkat setiap dekade. Jumlah kolesterol dalam empedu yang seharusnya meningkat dengan usia,hal ini disebabkan oleh dislipoproteinemia yang menghasilkan peningkatan linier dalam ekskresi kolesterol ke dalam empedu dan dengan sintesis asam empedu berkurang karena aktivitas menurun dari enzim kolesterol 7-hidroksilase (CYP7A1).Hemoperfusi dari dinding kantung empedu menurun dengan usia karena karena adanya perubahan sklerotik. Hal ini memberikan kontribusi terhadap disfungsi kantung emdpedu, infeksi, dan peradangan dengan eksudasi ke dalam lumen organ.Gender:jenis kelamin perempuan adalah faktor risiko secara umum penyakit batu empedu. Pada wanita usia reproduksi, risiko kolelitiasis adalah 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki. Kehamilan juga berkontribusi terhadap pembentukan batu di kantung empedu. Penyakit batu empedu umumnya pada multipara (paritas 4 kali atau lebih). Perbedaan gender dan deteksi penyakit batu empedu sering pada wanita hamil terkait dengan latar belakang hormonal. Peningkatan kadar estrogen diketahui akan meningkatnya ekskresi kolesterol ke dalam empedu dengan supersaturasi kolesterol. Selama kehamilan, di samping peningkatan kadar estrogen, fungsi evakuasi kantung empedu terganggu sehingga menimbulkan bile sludge dan batu empedu.Genetik: ada bukti yang berkembang bahwa pembentukan batu empedu dapat ditentukan secara genetik. Risiko pembentukan batu empedu adalah 2-4 kali lebih tinggi pada individu yang keluarganya menderita penyakit batu empedu. Dalam kasus penyakit batu empedu dalam keluarga, faktor genetik memainkan peran dan ditandai dengan diwariskan secara autosomal dominan. Para studi hubungan dan asosiasi mengidentifikasi transporter kolesterol ABCG5/G8 sebagai penentu genetik pembentukan batu empedu, atau gen Lith, pada manusia. Pembawa ABCG5 604Q atau ABCG8 polimorfisme D19H memiliki peningkatan risiko penyakit batu empedu independen usia, jenis kelamin dan BMI. Polimorfisme T400K di ABCG8 dapat dikaitkan dengan kejadian penyakit batu empedu pada laki-laki. Gen yang terkait dengan pengembangan penyakit batu empedu diasumsikan terletak terutama pada kromosom 3, 4, 9 dan 11. Gen varian dalam jalur metabolisme lipid berkontribusi terhadap risiko batu saluran empedu dan kanker, khususnya saluran empedu. Dengan polimorfisme gen tertentu, terdapat peningkatan risiko gangguan metabolisme sistemik, menyebabkan sekresi tinggi kolesterol ke dalam empedu dan kantong empedu disfungsi batu empedu. Kelebihan berat badan dan obesitas: Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko penting cholelithiasis. Obesitas disertai dengan peningkatan sintesis dan ekskresi kolesterol ke dalam empedu. Pada saat yang sama, jumlah kolesterol yang dihasilkan berbanding lurus dengan kelebihan berat badan. Siklus berat badan, independen dari BMI, dapat meningkatkan risiko penyakit batu empedu pada pria. Besar berat fluktuasi dan siklus berat badan lebih banyak dikaitkan dengan risiko yang lebih besar. Reseptor Beta3-adrenergik (ADRB3) adalah reseptor transmembran sangat disajikan dalam jaringan adiposa dan dianggap terlibat dalam regulasi lipolisis. ADRB3 juga sangat disajikan dalam jaringan kandung empedu mungkin terlibat dalam kontraksi kandung empedu. Diet rendah kalori yang digunakan pada pasien obesitas menimbulkan ointment-like bile seperti empedu dan batu pada 25% kasus. Dalam kasus operasi bypass untuk obesitas, kemungkinan cholelithiasis bahkan lebih tinggi: 50% dari pasien yang ditemukan memiliki batu empedu dalam 6 bulan pasca operasi. Berat badan disertai dengan peningkatan kadar musin dan kalsium dalam empedu kistik, sehingga menimbulkan biliary sludge dan batu empedu di kandung empedu.Diet:Asupan tinggi kolesterol meningkatkan kadar empedu. Diet rendah serat memperlambat transit isi usus, yang meran batu empedu Yang peningkatan pembentukan dan penyerapan asam empedu sekunder dan sifat lithogenic disempurnakan empedu. Pengolahan karbohidrat meningkatkan saturasi kolesterol empedu selama dosis kecil alkohol memiliki efek sebaliknya. Penyakit hati dan pankreas:Dalam sirosis hati, batu empedu terdeteksi di 30% dari pasien. Hal ini menyatakan bahwa subyek dengan HBsAg dan C virus hepatitis memiliki peningkatan risiko untuk pembentukan batu empedu. Disfungsi batu empedui metabolik hepar dan lesi saluran empedu yang disebutkan sebagai penyebab yang mungkin. Dalam sirosis biliar primer, batu saluran empedu (lebih umum yang pigmen) yang ditemui dalam 39% dari pasien. Insiden penyakit batu empedu meningkat di hepatosis lemak. Pasien dengan diabetes mellitus berada pada risiko yang lebih tinggi untuk penyakit batu empedu, yang dihubungkan dengan hiperkolesterolemia diamati dalam penyakit ini.Obat:Estrogen, prednisolon, cyclosporine, azathioprine, sandostatin, clofibrate, asam nikotinat dan sejumlah obat-obatan jangka panjang lainnya dapat meningkatkan risiko penyakit batu empedu. Kontrasepsi oral meningkatkan kejadian penyakit batu empedu pada wanita muda, terutama pada periode awal penggunaan kontrasepsi oral.Terapi jangka panjang kortikosteroid dikenal menyebabkan dislipoproteinemia, ditandai dengan peningkatan total plasma kolesterol, trigliserida, dan low-density lipoprotein kolesterol.Terapi sitostatik selama transplantasi organ meningkatkan risiko cholelithiasis. Ceftriaxone sering menyebabkan prespitasi bilier sementara dan probabilitas meningkat jika Batu empedu muncul untuk menjadi penanda untuk resistensi insulin, bahkan pada non-diabetes, pria nonobes. sGD(ConceptofThePathogenesis andTreatmentof Cholelithiasis, 2012).5.PATOFISIOLOGISekitar 75% pasien, batu empedu terdiri atas kolesterol, dan sisanya merupakan batu pigmentasi yang terutama mengandung bilirubin tidak terkonjugasi. Secara normal, kolesterol tidak mengendap dalam empedu, karena mengandung garam empedu terkonjugasi dan phosphatidylcholine secukupnya dalam bentukmicellar solution.Jika rasio konsentrasi kolesterol : garam empedu dan phosphatidylcholine meningkat, kelebihan kolesterol dalam batas minimal, kejenuhannya akan meningkat (supersaturasi) dalam larutan lumpur. Adanya supersaturasi oleh peningkatan rasio kolesterol, akan menyebabkan hepar mensekresi kolesterol konsentrasi tinggi sebagai inti vesikel unilamelar dalam kandung empedu dimana phosphatidylcholine menjadi kulit luar pembungkus vesikel dengan diameter 50-100 nm. Jika jumlah kandungan kolesterol relatif meningkat, vesikel multilamelar akan terbentuk (diameter melebihi 1000 nm). Vesikel-vesikel ini tidak stabil dan mengendap lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol. Kristal kolesterol ini merupakan prekursor batu empedu.Penyebab penting peningkatan rasio kolesterol : garam empedu dan phosphatidylcholine adalah:1. Peningkatan sekresi kolesterol, baik oleh karena peningkatan sintesis kolesterol (peningkatan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl [HMG]-CoA-kolesterol reduktase) ataupun penghambatan esterifikasi kolesterol seperti progesterone selama kehamilan2. Penurunan sekresi garam empedu oleh karena penurunan simpanan garam empedu pada penyakit Crohns atau setelah reseksi ataupun selama puasa dan nutrisi parenteral3. Penurunan sekresi phosphatidylcholine sebagai penyebab batu kolesterol ditemukan pada wanita Chili yang hidup hanya memakan sayuran.Batu pigmen terdiri atas sebagian besar kalsium bilirubinat (50%) yang memberikan warna hitam atau coklat pada empedu. Batu hitam juga mengandung kalsium karbonat dan fosfat, dimana batu coklat juga mengandung stearat, palmitat dan kolesterol. Peningkatan jumlah bilirubin tak terkonjugasi pada empedu, yang dipecahkan hanya dalammicelles, ini merupakan penyebab utama pembentukan batu empedu, dimana normalnya mengandung hanya 1-2% dalam empedu.Adapun sebagai penyebab meningkatnya konsentrasi bilirubin tidak terkonjugasi adalah:1. Meningkatnya pemecahan hemoglobin seperti pada anemia hemolitik, yang mana terdapat banyak bilirubin yang akan mengalami proses konjugasi dengan perantara enzim glukorunidase dalam hepar, ditemukan kelainan sebagai berikut: Penurunan kapasitas konjugasi dalam hepar seperti pada sirosis hepar Dekonjugasi non-enzimatik bilirubin dalam empedu khususnya monoglukoronat Dekonjugasi enzimatik (-glucosidase) oleh bakteri.

Gambar 3.Skema patofisiologi pembentukan batu empedu kolesterolBakteri juga tidak mengkonjugasi secara enzimatik garam empedu sehingga terjadi pembebasan palmitat dan stearat (dari phoshatidylcholine) dalam presipitat sebagai garam kalsium. Batu hitam dibentuk oleh tiga mekanisme pertama diatas, mengandung komponen tambahan, kalsium karbonat dan fosfat, inilah yang akan menurunkan kapasitas keasaman dalam kandung empedu.Kandung empedu, dimana komponen spesifik (kolesterol, garam empedu, phoshatidylcholine) terkonsentrasi dalam waktu yang lama keterikatan dalam air, juga merupakan bagian penting dalam pembentukan batu empedu. Gangguan pengosongan kandung empedu bisa menjadi salah satu penyebab baik karena insufisiensi CCK (tidak ada asam lemak bebas yang dilepaskan dalam lumen pada insufisiensi pancreas) sehingga rangsangan kontraksi ke kandung empedu melemah, ataupun karena vagotomy nonselektif tidak terdapat sinyal kontraksi dan asetilkolin. Kontraksi kandung empedu melemah juga pada keadaan kehamilan. Saat itu menjadi waktu yang sangat cukup terjadi endapan kristal untuk membentuk batu yang besar. Peningkatan sekresi mukus (dirangsang oleh prostaglandin) bisa memicu peningkatan jumlah inti kristalisasi.Konsekuensi yang mungkin terjadi pada kolelitiasis adalah kolik. Jika terjadi penghambatan saluran empedu oleh sumbatan batu empedu, tekanan akan meningkat dalam saluran empedu dan peningkatan kontraksi peristaltik di daerah sumbatan menyebabkan nyeri viseral pada daerah epigastrik, mungkin dengan penyebaran nyeri ke punggung dan disertai muntah.

Gambar 4.Skema patofisiologi pembentukan batu pigmen empedu

6. TANDA DAN GEJALAGEJALA AKUTGEJALA KRONIS

TANDA :1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas3. Kandung empedu membesar dan nyeri4. Ikterus ringanTANDA:1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas

GEJALA:1. Rasa nyeri (kolik empedu) yangMenetap2. Mual dan muntah3. Febris (38,5C)GEJALA:1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan2. Nausea dan muntah3. Intoleransi dengan makanan berlemak4. Flatulensi5. Eruktasi (bersendawa)

7.Pemeriksaan penunjangTes laboratorium :1. Leukosit : 12.000 15.000 /iu (N : 5000 10.000 iu).2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).3. Amilase serum meningkat.( N: 17 115 unit/100ml).4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 6 mnt).5. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.8.Penatalaksanaan1. DietRendah lemak dalam usaha mencegah nyeri lebih lanjut.Bila batu menyebabkan pembuntuan dari aliran empedu dilakuakn penggantian vitamin yang larut lemak (ADEK) dan pemberian garam empedu untuk membantu pencernaan dan absorbst vitamin.Infus cairan dan makanan bila ada masalah mual-mual dan muntah .2. Terapi ObatAnalgesik/narkotik (meperidine hydrochloric/Demerol)Antispasme dan anti Colinergik (prophantheline bromide / probanthine) untuk relaksasi otot polos dan menurunkan tonus dan spasme saluran empedu.Antimuntah lentik mengontrol mual dan muntah.Terapi asam empedu untuk melarutkan batu empedu yang kecil (chenodiol)Cholesteramine untuk menurunkan gatal yang sangat karena penumpukan berlebihan empedu pada kulit.3. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotherapy)4. Colecystectomy: Bedah pengambilan batu empedu5. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)ERCP terutama digunakan untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit-penyakit saluran empedu termasuk batu empedu. Sampai saat ini, endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) menjadi kriteria standar untuk diagnosis dan terapi choledocholithiasis.6. Untuk batu empedu simptomatik, dapat digunakan teknik cholecystectomy laparoskopik, yaitu suatu teknik pembedahan invasive minimal di dalam rongga abdomen dengan menggunakan pneumoperitoneum, sistem endokamera dan instrument khusus melalui layar monitor tanpa menyentuh dan melihat langsung kandung empedu. Cholecystectomy laparoskopik telah menjadi prosedur baku untuk pengangkatan kandung empedu simptomatik. Keuntungan cholecystectomy laparoskopik ini yaitu dengan teknik ini hanya meliputi operasi kecil (2-10 mm) sehingga nyeri pasca bedah minimal. Kolesistektomi terbuka Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut Kolisistektomi Laproskopi Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut.7 Indikasi pembedahan batu kandung empedu adalah bila simptomatik, adanya keluhan bilier yang mengganggu atau semakin sering atau berat. Indikasi lain adalah yang menandakan stadium lanjut, atau kandung empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm, sebab lebih sering menimbulkan kolesistitis akut dibanding dengan batu yang lebih kecil9.KOMPLIKASIKolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang palingumum dan sering meyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya diantara wanitausia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitandengan obstruksi duktus sistikus atau dalam infundibulum.Radang Kandung empedu (Cholecystitis),Radang saluran empedu ( Cholangitis), Peritonitis, sepsis, sirosis bilier, kerusakan hati permanen.(R. Sjamsuhidayat&Wim de Jong,2005).10.ASKEP SECARA TEORITISA.Pengkajian1.Anamnesa2.Identitas Pasien3.Sejarah/RiwayatMenentukan berat, ras, jenis kelamin, umur. Riwayat kehamilan, pil KB, esterogen, atau hormone suplemen.Kecenderungan makan (kesenangan makan) menentukan apakah dietnya berlebihan lemak dan kolesterol.Riwayat keluarga : Batu empedu, pengobatan medis, dan operasi4.Pemeriksaan Umuma.Aktivitas dan istirahat:Subyektif : kelemahanObyektif : kelelahanb.Sirkulasi :Obyektif : Takikardia, Diaphoresisc.Eliminasi :Subyektif : Perubahan pada warna urine dan fecesObyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat .d.Makan / minum (cairan)Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.Obyektif :Kegemukan.Kehilangan berat badan (kurus).e.Nyeri/ Kenyamanan :Subyektif :Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu. Dirasakan tiba-tibaNyeri epigastrium setelah makan.f.Respirasi :Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.g.Keamanan :Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).5.Pemeriksaan PenunjangSGOT, LDL (Low Density Lipoprotein) meningkatBilurubin direk dan indirek meningkat bila terjadi obstruksi (pembuntuan)Lekosit meningkat sebagai tanda radang.Bila ada keterlibatan pancreas, emylase darah dan amylase urin meningkat.Amylase adalah : suatu enzim pencernaan yang diproduksi oleh pankreas.RontgenOral cholecystogramMRICT ScanUSG : adalah yang paling sensitive atau spesifik dan invasive dan tidak mahal. Untuk mendetksi batu empedu.ERCP membutuhkan pemeriksaan pada saluran empedu dalam prosedur ini sebuah alat endoscopy dimasukkan melalui duodenum dan papilla vater, cairan kontras radiopague dimassukkan pada saluran empedu memunculkan bayangan kontras pada X-Ray. Batu pada empedu meuncul sebagai Filling defects (batunya) pada saluran yang putih (opak) sekarang ERCP biasanya digunakan bersama-sama dengan ERS (endoscopic retrograde sphincteromy) dan pengeluaran batu empedu.B.Diagnosa Keperawatan1.Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis2.Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan3.Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri4.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi

LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS LISKHA PUTRI K.W.S12