LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN...

25
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN SPIRITUAL A. PENGERTIAN Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry, 2009). Mickley (1992) menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Stoll (1989) menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi yaitu dimensi vertical dan dimensi horizontal. Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut : 1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan. 2. Menemukan arti dan tujuan hidup. 3. Menyadari kemampuan untuk menggunakkan sumber dan kekuatan diri sendiri. 4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri dan dengan Yang Maha Tinggi Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengambalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kbutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan tuhan B. ETIOLOGI/FAKTOR PREDISPOSISI Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual seseorang adalah 1. Tahap perkembangan seseorang Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda, ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak 2. Keluarga

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN...

  • LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

    DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN SPIRITUAL

    A. PENGERTIANSpiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan

    tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan

    ide-ide tentang kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter

    Perry, 2009). Mickley (1992) menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang

    multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Stoll (1989)

    menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi yaitu dimensi

    vertical dan dimensi horizontal.Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut :

    1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian

    dalam kehidupan.2. Menemukan arti dan tujuan hidup.3. Menyadari kemampuan untuk menggunakkan sumber dan kekuatan

    diri sendiri.4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri dan dengan Yang Maha

    TinggiKebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

    mengambalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kbutuhan

    untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan

    penuh rasa percaya dengan tuhan

    B. ETIOLOGI/FAKTOR PREDISPOSISIMenurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi

    spiritual seseorang adalah

    1. Tahap perkembangan seseorang

    Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat

    negara berbeda, ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang

    Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama,

    dan kepribadian anak

    2. Keluarga

  • Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual

    anak. Hal yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak

    tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan,

    diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan

    lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan

    kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh

    pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua.

    3. Latar belakang etnik dan budaya

    Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik

    dan budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan

    spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama

    termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan

    apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap

    saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu

    4. Pengalaman hidup sebelumnya

    Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif

    dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang

    menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat

    menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu

    cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya.

    5. Krisis dan Perubahan

    Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual

    seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,

    penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien

    dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk

    sembahyang atau berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang

    berpenyakit tidak terminal.

    6. Terpisah dari ikatan spiritual

    Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat

    individu terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan

    sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat

    menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat

  • berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan

    setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko

    terjadinya perubahan fungsi spiritual.

    7. Isu moral terkait dengan terapi

    Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai

    cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama

    yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat

    dipengaruhi oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ,

    sterilisasi,dll. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering

    dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.

    8. Asuhan Keperawatan Yang Kurang SesuaiKetika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat

    diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai

    alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberi asuhan

    spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman

    dengan kehidupan spiritualnya kurang menganggap penting kebutuhan

    spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam

    keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien

    bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.

    C. TANDA DAN GEJALABerbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya

    diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami

    masalah spiritual.1. Verbalisasi distress

    Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya

    memverbalisasikan distress yang dialaminya atau mengekspresikan

    kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya seorang istri mengatakan,

    “Saya merasa bersalah karena saya seharusnya mengetahui lebih awal

    bahwa suami saya mengalami serangan jantung.” Biasanya klien meminta

    perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberitahu pemuka

    agama untuk mengunjunginya. Peawat juga perlu peka terhadap keluhan

    klien tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti

  • hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari

    verbalisasi klien tentang distress yang dialami klien.2. Perubahan perilaku

    Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan

    fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau

    menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin

    saja sedang menderita distress spiritual. Ada yang bereaksi dengan

    mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan

    berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada

    yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari

    keluarga atau teman.3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin

    menunjukkan perubahan fungsi spiritual.

    D. POHON MASALAH

    Penyakitakut, kronis,

    terminal

    Perubahan perilaku

    Harga dirirendah

    Isolasi sosial

    keputusasaan

    ansietas

    Verbalisasi distress

    Ketidakefektifankoping Distressspiritual

    Perasaan bersalah,rasa takut, deperesi

    Faktor Predisposisi

  • E. PASIEN YANG MEMBUTUHKAN BANTUAN SPIRITUAL

    1. Pasien kesepian

    Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan

    membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada

    kekuatan selain kekuatan tuhan, tidak ada yang menyertainya selain tuhan.

    2. Pasien ketakutan dan cemas

    Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan

    kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya

    dan ketenangan yang paling besar adaalah bersama tuhan.

    3. Pasien menghadapi pembedahan

    Menghadapai pembedahan adalah sesuatu yang sangat

    mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada

    saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah tuhan sangat penting

    sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.

    4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup

    Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih

    membutuhkan keberadaan tuhan (Kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup

    dapat membuat kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih buruk. Akan

    tetapi bila perubahan gaya hidup ke araaha yang lebih baik, maka pasien

    akanlebih membutuhkan dukungan spiritual.

  • F. PENATALAKSANAAN MEDISJika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan

    yang menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien

    akan merasa terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan.

    Apapun keragaman intervensi yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien,

    hubungan mengasihi dan saling memahami penting. Baik klien dan perawat

    harus merasa bebas utnuk merelakan dan menemukan bersama makna

    penyakit yang dialami pasien dan dampaknya pada makna dan tujuan hidup

    klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat

    member perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.

    a. Menetapkan Kehadiran Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas

    pemberi perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan

    harapan untuk pemulihan (clark et al.1991). Perilaku pemberian perawatan

    spesifik yang menunjukan kehadiran perawat meliputi member I perhatian,

    menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan memberikan

    dorongan (tetapi realistis). Perawat dapat menunjukan adanya rasa

    kehadiran dalam berbagai cara yang tidak menyolok: melakukan pijat

    punggung dengan penyegaran, sentuhan yang lembut; dengan hati-hati

    memposisikan klien tanpa menimbulkan rasa nyeri; dengan halus

    memberikan perawatan mulut dan bekerja bersama klien untuk dengan

    lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat tidur ke kursi.

    Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan

    rasa percaya diri dan menyediakan waktubagi klien ketika terapi diberikan

    akan membantu menciptakan kehadiran. Klien yang sakit mengalami

    kehilangn control dan mencari seseorang untuk memberikan arahan dan

    perawatan yang kompeten.b. Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan

    Benner (1984) yang mendefiniskan tiga langkah yang ternyata

    terbukti ketika hubungan yang menyembuhkan terbina antara perawat dank

    lien: 1) Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian halnya bagi klien.2) Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang

    penyakit, nyeri, ketakutan, ansietas, atau emosi yang mengangkan.

  • 3) Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau

    spiritual.Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan

    harapan klien. Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan

    strategi yang dibutuhkan untuk mengahdapi segla tantangan dalam hidup.

    Perawat dapat membantu klien menemukan hal-hal yang dapat diajdikan

    sebagai harapan.Klien yang menderita penyakit terminal mungkin berharap

    data menghadiri anak wisuda perempuanya atau untuk menjalani hidup

    setiap hari dengan penuh makna.

    Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan

    perawat harus tetap menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual

    klien. Penting bagi klien untuk mampu mengekspresikan dan menelaah

    keyakinannya. Perawat yang menghargai kepercayaan klien dan mengenali

    pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap penyembuhannya akan

    dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan (clark et al. 1991). Ketika

    penyakit atau pengobatan menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian

    bagi klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal ini terhadap

    kesejahteraan klien. Sumber spiritual apa yang dapat diperkuat? Perawat

    dapat memulai dari apa yang ingin klien ketahui dan kemudian memberikan

    informasi terbaik untuk menghilangkan ketidakpastian klien. Klien mungkin

    juga meminta kehadiran keluarga atau teman untuk mempertahankan

    persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.

    c. Sistem Dukungan Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al

    (1991) mengetahui bahwa sistem pendukung member I mereka rasa

    sejahtera terbesar selama perawatan di rumah sakit. Sistem pendukung

    berfungsi sebagai hubungan manusia yang menghubungakan klien, perawat

    dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian dari lingkungan

    pemberi perawatan klien adalah kehadiran lingkungan pemberi perawatan

    klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh

    klien sebagai pendukung. Perawat merencankan perawatan bersama klien

    dan jaringan pendukung klien untuk meningktakan ikatan interp[ersonal

    yang sangat penting untuk penyembuhan. Sistem pendukung sering

  • memberi sumber penyembuhan. Sitem pendukung member sumber

    kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman

    mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan

    keagamaan yang dianut klien.

    d. BerdoaTindakan berdoa adalah bentuk “dedikasih diri” yang

    memungkinkan individu untuk bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha

    Kuasa (McCullough,1995). Berdoa memberi kesempatan individu untuk

    memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang maha kuasa

    dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu

    kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan

    untuk membuat komitmen hidup lebih baik. Klien dapat berpartisipasi

    dalam berdoa secara pribadi atau mencari kesempatan untuk kelompok

    berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok rohaniawan. Berdoa telah

    ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang untuk

    mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa menyebabkan seorang

    merasakan perbaikan Susana hati dan merasakn kedamaian dan ketenangan.e. Terapi Diet

    Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan

    keperawatan. Makanan juga komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti

    halnya kultur atau agama tertentu, makanan dan ritual sekitar persiapan dan

    penyajian makanan dapat menjadi bagian penting dari spiritualitas

    seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan diet. Beberapa sekte

    adalah penganut vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala mahluk

    hidup adalah suatu tindakan kriminal. Banyak orang beragama budha juga

    vegetarian. Sebagian penganut gama budha mempraktikan moderasi dan

    tidak menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada

    hari-hari khusus beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol

    adalah larangan dalam agama islam. Sebagai tradisi larangan Kristen,

    seperti hari ketujuh, mempunyai peraturan diet. Kelompok lainya, seperti

    evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan tembakau. Sebagai

    penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang mengandung

  • daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam

    perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari

    institusi perawatan kesehatan. Pada situasi ketika dapur rumah sakit atau

    rumah perawatan tidak dapat meyiapkan makanan dengan cara yang dipilih,

    keluarga dizinkan untuk membawa makanan yang sesuai dengan semua

    pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klienf. Mendukung Ritual

    Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan

    adalah suatu sumber koping yan penting. Hal ini terutama benar bagi

    seorang lansia. Perawat yang bertugas dilingkungan perawatan akut dan

    perawatan jangka panjang ,menjadi aktif dalam perawatan spiritual klien,

    mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai kunjungan,

    pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu seperti

    penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan

    dokter dan farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi klien,ramuan

    tradisional,atau medikasi herbal,jika memungkinkan. Karena kunjungan ke

    kapel atau musolah rumah sakit atau menghadiri suatu layanan mungkin

    penting bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan keluarganya,pengarahan

    tentang kapel atau musolah harus dicakupkan selama orientasi pada fasilitas

    medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari departemen

    perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen.

    Perawat merencanakan perwatan pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk

    memungkinkan pelayanan dari tempat ibadah , pembacaan keagamaan,atau

    kunjungan spiritual.

    G. PENGKAJIAN KEPERAWATANKetepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu sebaiknya

    dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial klien, selanjutnya, jika klien

    menanyakan tentang aspek psikososial ini, perawat langsung dapat

    menjelaskan bahwa keyakinan spritual seseorang juga merupakan bagian

    penting untuk memelihara kesehatan. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif.

    Dalam buku ajar ini akan digunakan proses keperawtan menurut Craven

  • (1996) pada dasarnya, informasi awal yang perlu digali secara umum adalah

    sebagai berikut.

    Pertama, Afiliasi agama :a) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secaraaktif

    atau tidak aktif . b) Jenis patisipasi dalam kegiatan agama

    Kedua, keyakinan agama tau spritual mempengaruhi :

    a) Praktik kesehatan diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau

    upacara agama.b) Persepsi penyakit hukuman cobaan terhadap keyakinan c) Strategi koping

    Ketiga, nilai agama atau spritual mempengauhi

    a) Tujuan dan arti hidup b) Tujuan dan arti kematian c) Kesehatan dan pemeliharaannyad) Hubungan dengan tuhan ,diri sendiri dan orang lain

    1. Pengkajian data subjektif pedoman pengkajian spiritual

    yang disusun oleh Stoll dalam Craven &Hirnle (1996) mencakup 4 area,

    yaitu :1) Konsep tentang tuhan atau ketuhanan 2) Sumber harapan dan kekuatan 3) Praktik agama dan ritual 4) Hubungan antara keyakinan spritual dan kondisi kesehatan. Pertayaan

    yang dapat diajukan perawat untuk memperoleh informasi tentang

    pola fungsi spritual klien antara lain , sebagai berikut : a) Apakah agama atau tuhan merupakan hal penting dalm

    kehidupan anda ?b) Kepada siapa anda biasanya meminta bantuan ? c) Apakah anda merasa kepercayaan ( agama ) membantu anda?

    Jika ya ? jelaskan bagaimana dapat membantu anda ? d) Apakah sakit ( atau kejadian penting lainnya yang pernah

    anda alami) telah mengubah perasaan anda terhadap tuhan

    atau praktik kepercayaan yang anda anut ? Fish dan shelly dalam Creven dan Hirnle (1996) juga

    menambahkan beberapa pertanyaan yang bermanfaat untuk mengkaji data

    subjektif yaitu : a) Mengapa anda berada di rumah sakit ?

  • b) Apakah kondisi yang anda alami telah mempengaruhi cara

    anda memandang kehidupan?c) Apakah penyakit yang anda telah mempengaruhi hubungan

    anda dengan orang yang paling berarti dalam kehidupan anda

    ? d) Apakah kondisi sakit, yang anda alami telah mempengaruhi

    cara anda melihat diri sendiri ? e) Apa yang paling anda butuhkan saat ini ?

    Pertanyaan juga dapat diajukan untuk mengkaji kebutuhan spritual anak,

    antara lain sebagai berikut 1) Bagaimana perasaanmu ketika dalam kesulitan ?2) Kepada siapa engkau meminta perlindungan ketika sedang merasa

    takut ( selain kepada orang tua ? 3) Apakah kegemaran yang dilakukan yang dilakukan ketika sedang

    merasa bahagia /gembira ?ketika sedang bersedih ?4) Engkau tahu siapakah tuhan itu ? seperti apakah tuhan itu ?

    2. Pengkajian data objektif. Pengkajian data objektif

    dilakukan melalui melalui pengkajian klinis yang meliputi pengkajian afek

    dan sikap, prilaku, verbalisasi hubungan interpesonal dan lingkungan

    pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi.

    Perawat perlu mengobservasi asfek berikut ini untuk mendapatkan data

    objektif atau data klinis

    a) Afek dan sikap1) Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah ,cemas, agitasi,

    apatis atau preokupasi ? b) Perilaku

    1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab

    suci atau buku keagamaan ?2) Apakah klien sering mengeluh tidak dapat tidur, bermimpi

    buruk dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya , serta

    bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan

    kemarahannya terhadap agama ?c) Verbalisasi

    1) Apakah klien menyebut tuhan , doa , rumah ibadah atau topik

    keagamaan lainnya( walaupun hanya sepintas)? 2) Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka

    agama ?

  • 3) Apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap

    kematiaan , kepedulian terhadap arti kehidupan , konflik batin

    tentang kenyakinan agama, kepedulian tentang hubungan

    dengan penguasa, pertanyaan tentang arti keberadaannya di

    dunia, arti penderitaan atau implikasi terhadap nilai

    normal/etik?d) Hubungan interpersonal

    1) Siapa pengunjung klien ? 2) Bagaimana klien berespon terhadap pengunjung ? 3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien ? 4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan

    dengan tenaga keperawatan ? e) Lingkungan

    1) Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan

    sembahyang lainnya ? 2) Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur

    keagamaan ?

    Pada umumnya karakteristik klien yang berpotensi mengalami distres spiritual

    adalah sebagai berikut

    1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung 2. Klien yang mengepresikan rasa takut dan cemas 3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem kepercyaan

    /agama. 4. Klien yang mengepresikan rasa takut terhadap kematian 5. Klien yang akan dioperasi 6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama7. Mengubah gaya hidup 8. Peokupasi tentang hubungan agama dengan kesehatan 9. Tidak dapat dikunjungi oleh pembuka agama 10. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spritual11. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritannya merupakan

    hukuman dari tuhan 12. Mengekspresikan kemarahannya rterhadap tuhan 13. Mempertayakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan

    agama14. Sedang mengadapi sakatul maut

    H. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Distress Spiritual

    a. Definisi

  • Gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan

    makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri,

    orang lain, seni, music, literature, alam, dan atau kekuatan yang

    lebih besar dari pada diri sendirib. Batasan Karakteristik

    - Hubungan dengan diri sendiri1) Marah2) Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)3) Mengungkapan kurangnya motivasi4) Mengungkapakan kurang dapat memaafkan diri sendiri5) Mengungkapkan kekurangan harapapan6) Mengungkapkan kekurangan cinta7) Mengungkapkan kurangnya maknanya hidup8) Mengungkapkan kurangnya tujuan hidup9) Mengungkapkan kurangnya ketenangan (misalnya

    kedamain)10) Merasa bersalah11) Koping tidak efektif

    - Hubungan dengan orang lain 1) Mengungkapkan rasa terasing2) Menolak interaksi dengan orang yang dianggap penting 3) Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual4) Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dengan

    sistem pendukung- Hubungan dengan seni, musik, literature, alam

    1) Tidak berminat pada alam2) Tidak berminat membaca literature spiritual 3) Kertidakmampuan mengungkapkan kondisi krieatifitas

    sebelumnya (misalnya menyanyi/mendengarkan

    music/menulis)- Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada

    dirinya sendiri1) Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih

    besar dari dirinya 2) Mengungkapkan telah diabaikan3) Mengungkapkan ketidakberdayaan 4) Mengungkapkan penderitaan5) Ketidakmampuan berintrospeksi6) Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas7) Ketidakmampuan berpartisipasi aktivitas keagamaan8) Ketidakmampuan berdoa 9) Meminta menemui pemimpin keagamaan 10) Perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual

    c. Faktor yang berhubungan

  • 1) Menjelang hajal2) Ansietas3) Sakit kronis4) Kematian5) Perubahan hidup6) Kesepian7) Nyeri8) Keterasingan diri9) Keterasingan sosial10) Gangguan sosiolultural

    2. Ansietasa. Definisi

    Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai

    respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak

    diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh

    antisifasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan

    yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan

    memampukan individu untuk bertindak menghapdapi ancaman.b. Batasan karakteristik

    - Perilaku 1) Penurunan produktivitas 2) Gerakan yang irelevan3) Gelisah4) Melihat sepintas5) Insomnia6) Kontak mata yang buruk7) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam

    peristiwa hidup8) Agitasi9) Mengintai 10) Tampak waspada

    - Afektif1) Gelisah2) Kesedihan yang mendalam3) Distress4) Ketakutan5) Perasaan tidak adekuat6) Berfokus pada diri sendiri7) Peningkatan kewaspadaan iritabilitas 8) Gugup9) Senang berlebihan10) Rasa nyari yang meningkatkan ketidakberdayaan 11) Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten12) Bingung13) Menyesal

  • 14) Ragu atau tidak peracaya diri15) Khawatir

    - Fisiologis1) Wajah tegang 2) Tremor tangan3) Peningkatan keringat4) Peningkatan ketegangan5) Gemetar6) Tremor7) Suara bergetar

    - Simpatik1) Anoreksia 2) Eksitasi kardiovaskular3) Diare4) Mulut kering5) Wajah merah6) Jantung berdebar-debar7) Peningkatan tekanan darah8) Peningkatan denyut nadi9) Peningkatan refleks10) Peningkatkan frekuensi pernapasan11) Pupil melebar12) Kesulitan bernafas13) Vasokontriksi superficial 14) Kedutan pada otot15) Lemah

    - Parasimpatik1) Nyeri abdomen2) Penurunan tekanan darah3) Penurunan denyut nadi4) Diare5) Vertigo6) Letih7) Mual8) Gangguan tidur9) Kesemutan pada ekstremitas10) Sering berkemih11) Anyang-anyangan 12) Dorongan sering berkemih

    - Kognitif1) Menyadari gejala fisiologis2) Bloking pikiran 3) Konfusi4) Penurunan lapang persepsi5) Kesulitan berkonsentrasi6) Penurunan kemampuan untuk belajar7) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah8) Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik

  • 9) Lupa 10) Gangguan perhatian 11) Khawatir12) Melamun 13) Cenderung menyalahkan orang lain

    c. Faktor yang berhubungan- Perubahan dalam

    1) Status ekonomi2) Lingkungan3) Status kesehatan4) Pola interaksi5) Fungsi peran6) Status peran

    - Pemajanan toksin- Terkait keluarga- Heriditer- Infeksi atau kontaminan interpersonal- Krisis maturasi- Krisis situasional- Stress- Penyalahgunaan zat- Ancaman kematian- Ancaman pada:

    1) Status ekonomi2) Lingkungan 3) Status kesehatan4) Pola interaksi5) Fungsi peran 6) Status peran7) Konsep diri8) Konflik yang tidak disadari mengenal tujuan penting hidup9) Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang

    esensial/penting10) Kebutuhan yang tidak dipenuhi

    3. Ketidakefektifan Kopinga. Definisi

    Ketidakmampuan untuk membentuk penilian valid tentang stressor,

    ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan atau

    ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersediab. Batasan Karakteristik

    1) Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa2) Penurunan penggunaan dukungan sosial3) Perilaku destruktif terhadap orang lain4) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri5) Kesulitan mengorganisasi informasi6) Letih

  • 7) Angka penyakit yang tinggi8) Ketidakmampuan memerhatikan informasi9) Keidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar10) Ketidakmampuan memenuhi harapan peran11) Pemecahan masalah yang tidak adkuat12) Kurangnya perilaku yang berfocus pada pencapaian tujuan 13) Kurangnya resolusi masalah konsentrasi buruk

    mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan14) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah 15) Pengambilan risiko16) Gangguan tidur 17) Penyalahgunaan zat18) Menggunakan koping yang mengganggu perilaku adaftif

    c. Factor yang berhubungan1) Gangguan dalam pola penilaian ancaman2) Gangguan dalam pola melepaskan tekanan atau ketegangan3) Perbedaan gender dalam strategi koping 4) Derajat ancaman yang tinggi 5) Ketidakmampuan untuk mengubah energy yang adaftif6) Tingkat percaya diri yang tidak adkuat dalam kemampuan

    mengatasi masalah.7) Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat8) Ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap stressor9) Sumber yang tersedia tidak adekuat 10) Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh

    karakteristik hubungan 11) Krisis maturasi12) Krisis situasi13) Ragu

    4. Keputusasaana. Definisi

    Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang

    hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan

    pribadi dan tidak mampu memobilisasi energy demi kepentingan

    sendiri.b. Batasan Karakteristik

    1) Menutup mata2) Penurunan afek3) Penurunan selera makan4) Penurunan respon terhadap stimulus 5) Penurunan verbalisasi6) Kurang inisiatif7) Kurang keterlibatan dalam asuhan8) Pasif

  • 9) Mengangkat bahu sebagai respons terhadap yang mengajak

    bicara10) Gangguan pola tidur11) Meninggalkan orang yang mengajak bicara 12) Isyarat verbal (misalnya isi putus asa “saya tidak dapat”

    menghela nafas)c. Faktor yang berhubungan

    1) Diasingkan2) Penurunan kondisi fisiologis3) Stress jangka panjang4) Kehilanagan kepercayaan pada kekuatan spirirtual5) Kehilangan kepercayaan pada nilai penting6) Pembatasan aktivitas jangka panjang7) Isolasi sosial

    I. RENCANA KEPERAWATAN

    No Diagnosa

    Keperawatan

    Tindakan dan Kriteria

    Hasil

    Intervensi Rasional

    1 Distres Spiritual Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24

    jam diharapkan pasien

    menunjukkan kesehatan

    spiritual dengan kriteria

    hasil :

    1. Mengungkapkan

    tentang keyakinan, arti

    hidup dan kedamaian

    diri2. Memahami bahwa

    penyakit adalah sesuatu

    tantangan terhadap

    system keyakinan3. Memahami bahwa

    terapi bertentangan

    dengan system

    kepercayaan4. Menunjukkan teknik

    koping untuk

    1. Kaji adanyaindicator langsung

    status spiritual

    pasien

    2. Komunikasikan

    kebutuhan nutrisi

    dengan ahli gizi3. Buat peubahan

    yang diperlukan

    segera untuk

    membantu

    memenuhi

    kebutuhan pasien4. Jaga privasi dan

    beri waktu kepada

    pasien untuk

    mengamati praktik

    keagamaan

    1.

    Agar dapat

    mengetahui

    bagaimana

    status spiritual

    pasien

    2.

    Agar pasien dapat

    terpenuhi status

    gizinya

    3.

    Agar pasien

    mendapatkan

    kebutuhan

    nutrisinya depat

    cepat

    4.

    Agar mengurangi

  • menghadapi distress

    spiritual5. Mengungkapkan

    penerimaan terhadap

    keterbatasan ikatan

    budaya atau keagamaan6. Mendiskusikan praktik

    dan keluhan spiritual7. Pasien menjelang ajal

    akan :a. Mengungkapkan

    penerimaan atau

    kesiapan

    menghadapi

    kematianb. Berbahagia dengan

    hubungan

    sebelumnyac. Mengungkapkan

    kasih sayang

    terhadap orang

    terdekat

    5. Terbuka terhadap

    ungkapan pasien

    tentang kesepian

    dan

    ketidakberdayaan6. Ungkapkan empati

    terhadap perasaan

    klien

    7. Beri jaminan

    kepada pasien

    bahwa perawat

    selalu ada untuk

    mendukung pasien

    saat pasien

    merasakan

    penderitaan8. Anjurkan

    kunjungan

    pelayanan

    keagamaan9. Beri artikel

    keagamaan yang

    diinginkan

    kesalahpahama

    n antara pasien

    dengan tim

    medis sehingga

    dapat

    bekerjasama

    dengan baik

    5.

    Agar pasien dapat

    percaya dengan

    tim medis

    6.

    Agar pasien

    merasakan

    bahwa tim

    medis juga

    dapat

    merasakan apa

    yang dirasakan

    oleh pasien

    7.

    Agar pasientidak

    merasa

    kesepian

    8.

    Agar kebutuhan

    spiritual pasien

  • terpenuhi

    9.

    Agar pasien juga

    tetap

    mempelajari

    agamanya

    2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24

    jam diharapkan ansietas

    berkurang dengan kriteria

    hasil :

    1. Klien mampu

    mengidentifikasikan

    dan mengungkapkan

    gejala cemas2. Mengidentifikasi,

    mengungkapkan dan

    menunjukkan teknik

    untuk mengontrol

    cemas3. Vital sign dalam batas

    normal4. Postur tubuh, ekspresi

    wajah, bahasa tubuh

    dan tingkat aktivitas

    menunjukkan

    berkurangnya ansietas

    1. Pantau tanda

    tanda vital dan

    ansietas

    2. Instrusikan pasien

    tentang

    penggunaan

    teknik relaksasi3. Berikan obat

    untuk mengurangi

    ansietas4. Gunakan

    pendekatan yang

    tenang dan

    meyakinkan

    5. Nyatakan dengan

    jelas tentang

    harapan terhadap

    perilaku pasien

    6. Bantu pasien

    untuk

    mengidentifikasik

    an situasi yang

    mencetutaskan

    ansietas

    1. Agar mengetahui

    kondisi pasien

    2. Agar pasien

    merasa lebih

    nyaman dan

    tenang

    3. Agar ansietas

    dapat berkurang

    4. Agar pasien

    tidak merasa

    terganggu dan

    bisa percaya

    dengan tim

    medis

    5. Agar pasien

    tidak salah

    paham dengan

    penjelasan yang

    diberikan

    6. Agar pasien

    dapat

    mengetahui

  • 7. Dorong pasien

    untuk

    mengungkapkan

    secara verbal

    pikiran dan

    perasaan untuk

    mengekteralisasik

    an ansietas8. Dampingi pasien

    untuk

    meningkatkan

    keamanan dan

    mengurangi rasa

    takut9. Dorong keluarga

    untuk menemasi

    klien10. Sarankan terapi

    alternative untuk

    mengurangi

    ansietas yang

    dapat diterima

    pasien11. Jelaskan prosedur

    dan semua yang

    dirasakan selama

    prosedur

    tentang ansietas

    7. Agar pasien

    dapat lebih

    terbuka tentang

    penyakitnya

    8. Agar pasien

    tidak merasa

    takut

    9. Agar pasien

    tidak merasa

    kesepian

    10. Agar dapat

    membantu

    pasien dalam

    mengurangi

    penyakitnya

    11. Agar pasien

    mengerti dan

    paham akan

    prosedur yang

    diberikan3 Ketidakefektifan

    Koping

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24

    jam diharapkan pasien

    1. Menginformasika

    n pasien

    alternative atau

    1. Agar tidak

    terpaku dengan

    satu penanganan

  • menunjukkan koping yang

    efektif dengan kriteria hasil

    :

    1. Mengidentifikasikan

    pola koping yang

    efektif 2. Mengungkapkan secara

    verbal tentang koping

    yang efektif3. Mengatakan penurunan

    stress4. Klien mengatakan telah

    menerima tentang

    keadaannya5. Mampu

    mengidentifikasikan

    strategi tentang koping

    solusi lain

    penanganan2. Memfasilitasi

    pasien untuk

    membuat

    keputusan3. Bantu pasien

    mengidentifikasik

    an keuntungan,

    kerugian dari

    keadaan4. Bantu pasien

    untuk identifikasi

    bermacam macam

    nilai kehidupan 5. Bantu pasien

    identifikasi

    strategi positif

    untuk mengatur

    pola nilai yang

    dimiliki6. Anjurkan pasien

    untuk

    mengidentifikasi

    gambaran

    perubahan peran

    yang realistis 7. Gunakan

    pendekatan

    tenang dan

    meyakinkan

    8. Hindari

    pengambilan

    saja

    2. Agar pasien

    tidak merasa

    terkekang

    3. Agar pasien

    paham dengan

    kelebihan dan

    kekurangan atas

    keadaannya

    4. Agar pasien

    lebih mengerti

    dengan nilai-

    nilai kehidupan

    5. Agar pasien

    dapat

    memahami

    lebih jelas

    tentang pola

    nilai

    6. Agar pasien

    dapat

    mengidentifikas

    i secara nyata

    dan objektif

    7. Agar pasien juga

    merasa tenang

    dan yakin

    dengan apa

    yang akan

  • keputusan pada

    saat pasien berada

    dalam stress berat

    9. Berikan informasi

    aktual yang

    terkait dengan

    diagnosis terapi

    dan prognosis

    10. Bantu penyaluran

    kemarahan dan

    rasa bermusuhan

    secara konstruktif

    disampaikan

    8. Agar pasien

    tidak salah

    langkah

    dalam

    mengambil

    keputusan

    9. Agar informasi

    yang

    diberikan

    jelas dan

    dapat

    dipercaya

    10. Agar pasien

    dapat

    berinteraksi

    dan

    mendapatkan

    masukan

    yang

    membangun

    1.

    4 Keputusasaan Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24

    jam diharapkan

    keputusasaan pasien

    berkurang dengan kriteria

    hasil :

    1. Menunjukkan semangat

    untuk hidup

    1. Pantau afek dan

    kemampuan

    membuat

    keputusan

    2. Ajari pengenalan

    terhadap realita

    1.Untuk

    mengetahui

    bahwa

    keputusan yang

    diambil oleh

    pasien itu benar

    adanya

    2. Agar pasien

  • 2. Segera menampilkan

    perilaku yang dapat

    menurunkan perasaan

    keputusasaan3. Percaya pada diri

    sendiri dan orang lain

    dengan meninjau

    situasi dan

    membuat rencana

    yang mungkin3. Dukung

    partisipasi aktif

    dalam aktivitas

    kelompok untuk

    memberikan

    kesempatan

    terhadap

    dukungan social

    dan penyelesaian

    masalah4. Gali bersama

    pasien factor yang

    berkontribusi

    terhadap perasaan

    keputusasaan

    5. Beri penguatan

    positif terhadap

    perilaku yang

    menunjukkan

    inisiatif, seperti

    kontak mata,

    membuka diri,

    penurunan jumlah

    waktu tidur,

    perawatan diri,

    peningkatan nafsu

    makan

    dpaat menilai

    secara nyata dan

    tidak semu

    3. Agar pasien

    mendapatkan

    dorongan

    sosial dari

    lingkungan

    terdekatnya

    4. Agar pasienjuga

    mendapatkan

    kesempatan

    untuk

    mengapresias

    ikan

    keadaannya

    saat ini

    5. Agar pasien

    dapat

    berpikir

    dengan jelas,

    jernih dan

    tenang dan

    tidak

    dikuasai oleh

  • hal-hal yang

    negatif

    J. REFERENSI

    Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :EGC

    Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC

    Ambarawati, Fitri Respati dan Nita Nasution.2012. Buku Pintar AsuhanKeperawatan JIwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu

    Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGCNurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan

    Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda nic noc.Yogyakarta : Mediaction Publishing