Laporan Pendahuluan Aids

30
LAPORAN PENDAHULUAN AIDS A. Pengertian 1. AIDS adalah sindrom yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui (Rampengan, 1993). 2. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006). 3. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi HIV (Price, 2000 : 224) 4. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immodeficiency Virus) ditandai dengan sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh. (Depkes RI, 1992 : 2) 5. AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241) 6. AIDS adalah suatu syndrome atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi imune yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi Human Immunedeficiency Virus (Syaefulloh, 1998) 7. AIDS merupakan syndrome defisiensi immune yang didapat, rute satu-satunya teridentifikasi dari transmisi melalui darah dan semen yang terkontaminasi oleh HIV (Engram, 1998)

description

tugas

Transcript of Laporan Pendahuluan Aids

LAPORAN PENDAHULUAN AIDSA. Pengertian1. AIDS adalah sindrom yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui (Rampengan, 1993).

2. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006).3. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi HIV (Price, 2000 : 224)

4. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immodeficiency Virus) ditandai dengan sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh. (Depkes RI, 1992 : 2)

5. AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)

6. AIDS adalah suatu syndrome atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi imune yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi Human Immunedeficiency Virus (Syaefulloh, 1998)

7. AIDS merupakan syndrome defisiensi immune yang didapat, rute satu-satunya teridentifikasi dari transmisi melalui darah dan semen yang terkontaminasi oleh HIV (Engram, 1998)

Dari semua pengertian di atas dapat disimpulkan, AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang ditandai dengan syndrome menurunnya sistem kekebalan tubuh, sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker.

B. EtiologiMenurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral (HIV) dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang menggunakan RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi genetic dirinya ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya.

Sedangkan menurut Long (1996) penyebab AIDS adalah Retrovirus yang telah terisolasi cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi yaitu darah semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak (cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS.Cairan transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah jarum suntik yang di pakai bersama sama tusuk jarum) seksual (homo bisek/heteroseksual) perinatal (intra plasenta dan dari ASI) . Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV :

1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun.

2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofilia).

3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.

4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang)

C. PatofisiologiPenyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan akan mengalami destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang memperkuat dan mengulang respons imunologik, dan bila sel-sel tersebut berkurang dan rusak, maka fungsi imunologik lain terganggu.

HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic RANA. Pada saat virus HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang mempunyai antigen CD4+ (Sel T pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk ke dalam sel, virus akan membuka lapisan protein sel dan menggunakan enzim Reserve transcriptase untuk mengubah RNA. DNA virus akan terintergrasi dalam sel DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama proses normal pembelahan.

Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4. kematian limfosit T4 membuat daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal itu menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV/AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain. Organ yang paling sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus AIDS diliputi oleh suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap sel. Khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat mengakibatkan kematian sel otak.

Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting dalam fungsi system immune normal, mengenai antigen dan sel yang terinfeksi, dan mengaktifkan sel B untuk memproduksi antibody. Juga dalam aktivitas langsung pada cell-mediated cell immune (immune sel bermedia) dan mempengaruhi aktivitas langsung pada sel kongetitis duplikasi.

Menurut Long (1996) retrovirus /HIV dibawa oleh hubungan seksual, tranfusi darah dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus. Pada saat virus HIV masuk ke dalam aliran darha maka HIV mencari sel T4 dan pembantu sel virus melekat pada isyarat dari T4 dan masuk ke dalam sel dan mengarahkan metabolisme agar mengabaikan fungsi normal (kematian sel T4) dan memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel T4 dan menghancurkannya. Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai berikut :

1. Infeksi Akut

Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam darah. HIV masih negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah, berkeringat malam, batuk, nyeri saat menelan dan faringgitis.

2. Infeksi kronik

Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi refleksi lambat pada sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.3. Pembengkakan kelenjar limfe

Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe dapat persisten selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada masa ini terjadi progresi terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam kelenjar limfe sampai dengan timbulnya involusi dengan tubuh untuk menghancurkan sel dendritik pada otak juga sering terjadi, pembesaran kelenjar limfa sampai dua tahun atau lebih dari nodus limfa pada daerah inguinal selama tiga bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada liquor serebrospinal.

4. Penyakit lain akan timbul antara lain :

1. Penyakit kontitusional

Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak langsung berhubungan dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1 bulan, berkeringat malam, terasa lelah yang berlebih, berat badan yang menurun sampe dengan 10% yang mengindikasikan AIDS (slim disease)

2. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS demensia complex)

Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara lain mielopati, neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak, kehilangan memori secara fluktoatik, bingung, kesulitan konsentrasi, apatis dan terbatasnya kecepatan motorik. Demensia penuh dengan adanya gangguan kognitif, verbalisasi, kemampuan motorik, penyakit kontitusional.3. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit pneumonia carinii protozoa (PCP), cryptosporidictis (etero colitis), toxoplasmosis (CNS dissemminated desease), dan isoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi mikrobakteri, bakteriemi, salmonella, tubercullosis), virus sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon; herpes simplek) dan fungus (candidiasis pada oral, esofagus, intestinum)4. Kanker sekunder

Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.5. Penyakit lain

Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian dimana sistem imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin habis sehingga HIV menguasai tubuh.

4. Manifesasi KlinisMasa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10 tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang dewasa. Tanda-tanda yang di temui pada penderita AIDS antara lain:

1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam tubuh: sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 38 C sampai 40 C dengan pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan timbulnya bercak kemerahan pada kulit.

2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi, dapat muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu pembesaran getah bening yang terus membesar lebih luas misalnya di leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar keringat malam tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat badan sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di kulit, timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini di indikasi adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh.

3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering di serang penyakit berbahaya seperti kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC), diare kronik, candidiasis mulut dan pnemonia.

Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain :

1. Berat badan lahir rendah

2. Gagal tumbuh

3. limfadenopati umum

4. Hepatosplenomegali

5. Sinusitis

6. Infeksi saluran pernapasan atas berulang

7. Parotitis

8. Diare kronik atau kambuhan

9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan

10. Infeksi virus Epstein-Barr persisten

11. Sariawan orofarings

12. Trombositopenia

13. Infeksi bakteri seperti meningitis

14. Pneumonia interstisial kronik

Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang terhambat, atau hilangnya perkembangan motoris.

5. Komplikasi1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC)

2. Pneumonia interstitial limfoid

3. Tuberkulosis (TB)

4. Virus sinsitial pernapasan

5. Candidiasis esophagus

6. Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)

7. Diare kronik

6. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratorium menurut Mansjoer (2000), dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan menggunakan microskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah dengan polymerase chain reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk ;

1. Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis.

2. Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif

3. Tes pada kelompok rasio tinggi sebelum terjadi sero konversi

4. Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk rendah.2. Cara tidak langsung yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik tes, misalnya :

1. ELISA, sensitivitas tinggi (98,1-100%), biasanya memberikan hasil positif 2-3 buah sesudah infeksi. Hasil positif harus di konfirmasi dengan pemeriksaan Western Blot.

2. Western Blot, spsifitas tinggi (99,6-100%). Namun, pemeriksaan ini cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.

3. Imonofivoresceni assay (IFA)4. Radio Imuno praecipitation assay (RIPA)2. Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa dan melacak virus HIV

1. Status imun

1. Tes fungsi sel CD4

2. Sel T4 mengalami penurunan kemampuan untuk reaksi terhadap antigen

3. Kadar imunoglobutin meningkat

4. Hitung sel darah putih normal hingga menurun

5. Rasio CD4 : CD8 menurun2. Complete Blood Covnt (CBC)Dilakukan untuk mendeteks adanya anemia, leukopenia dan thrombocytopenia yang sering muncul pada HIV.3. CD4 cell countTes yang paling banyak digunakan untuk memonitor perkembangan penyakit dan terapi yang akan dilakukan.4. Blood Culture5. Immune Complek Dissociaced P24 AssayUntuk memonitor perkembangan penyakit dan aktivitas medikasi antivirus.6. Tes lain yang biasa dilakukan sesuai dengan manifestasi klinik baik yang general atau spesifik antara lain :

1. Tuberkulin skin testing: Mendeteksi kemungkinan adanya infeksi TBC.2. Magnetik resonance imaging (MRI) : Mendeteksi adanya lymphoma pada otak3. Spesifik culture dan serology examination (uji kultur spesifik dan scrologi)

4. Pap smear setiap 6 bulan

Mendeteksi dini adanya kanker rahim.

Mendiagnosisi infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah. Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.

Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV :

1. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut

2. Penurunan persentase CD4

3. Penurunan rasio CD4 terhadap CD3

4. Limfopenia

5. Anemia, trombositopenia

6. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)

7. Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)

8. Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbilli, Haemophilus influenzae tipe B)

Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, yang berusia kurang dari 18 bulan dan yang menunjukkan uji positif untuk sekurang-kurangnya dua determinasi terpisah dari kultur HIV, reaksi rantai polimerase-HIV, atau antigen HIV, maka ia dapat dikatakan terinfeksi HIV. Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, berusia kurang dari 18bulan, dan tidak positif terhadap ketiga uji tersebut dikatakan terpajan pada masa perinatal. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV, yang ternyata antibodi-HIV negatif dan tidak ada bukti laboratorium lain yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV maka ia dikatakan seroreverter

7. PenatalaksanaanHingga kini belum ada penyembuhan untuk infeksi HIV dan AIDS. Penatalaksanaan AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan perkembangan penyakit dan pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan menggunakan tiga parameter: status kekebalan, status infeksi, dan status klinik. Seorang anak dengan tanda dan gejala ringan tetapi tanpa bukti adanya supresi imun dikategorikan sebagai A2. status imun didasarkan pada jumlah CD4 atau persentase CD4, yang tergantung usia anak.Kategorisasi Anak Infeksi HIV dan AIDS

Kategori ImunKategori Klinis

(N) Tanpa Tanda dan Gejala(A) Tanda dan Gejala Ringan(B) Tanda dan Gejala Sedang(C) Tanda dan Gejala Hebat

(1) Tanpa tanda supresi N1A1B1C1

(2) Tanda supresi sedang N2A2B2C2

(3) Tanda supresi beratN3A3B3C3

Keterangan :

Kategori Klinis HIV1. Kategori N : Tidak bergejalaAnak-anak tanpa tanda atau gejala infeksi HIV2. Kategori A: Gejala ringanAnak-anak mengalami dua atau lebih gejala berikut ini:

1. Limfadenopati

2. Hepatomegali

3. Splenomegali

4. Dermatitis

5. Parotitis

6. Infeksi saluran pernapasan atas yang kambuhan/persisten, sinusitis, atau otitis media.

3. Kategori B: Gejala sedang

Anak-anak dengan kondisi simtomatik karena infeksi HIV atau menunjukkan kekurangan kekebalan karena infeksi HIV: contoh dari kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Anemia, neutropenia, trombositopenia selama > 30 hari

2. Meningitis bakterial, pneumonia, atau sepsis

3. Sariawan persisten selama lebih dari 2 bulan pada anak di atas 6 bulan

4. Kardiomiopati

5. Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia 1 bulan

6. Diare, kambuhan atau kronik

7. Hepatitis

8. Stomatitis herpes, kambuhan

9. Bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan awitan sebelum berusia 1 bulan.

10. Herpes zoster, dua atau lebih episode

11. Leiosarkoma

12. Penumonia interstisial limfoid atau kompleks hiperplasia limfoid pulmoner (LIP/PLH)

13. Varisela zoster persisten

14. Demam persisten > 1 bulan

15. Toksoplasmosis awitan sebelum berusia 1 bulan

16. Varisela, diseminata (cacar air berkomplikasi)

4. Kategori C : Gejala Hebat

Anak dengan kondisi berikut ini:

1. Infeksi bakterial multipel atau kambuhan

2. Kandidiasis pada trakea, bronki, paru, atau esofagus

3. Koksidioidomikosis, diseminata atau ekstrapulinoner

4. Kriptosporodisis, intestinal kronik

5. Penyakit, sitomegalovirus (selain hati, limpa, nodus), dimulai pada umur > 1 bulan.

6. Retinitis sitomegalovirus (dengan kehilangan penglihatan)

7. Ensefalopati HIV

8. Ulkus herpes simpleks kronik (durasi > 1 bulan) atau pneumonitis atau esofatis, awitan saat berusia > 1 bulan.

9. Histoplasmosis diseminata atau ekstrapulmoner

10. Isosporiasis, intestinal kronik (durasi > 1 bulan)

11. Sarkoma Kaposi

12. Limfoma, primer di otak

13. Limfoma (sarkoma Burkitt atau sarkoma imunoblastik)

14. Kompleks Mycobacterium ovium atau mycobacterium kansasii, diseminata atau ekstrapulmoner.15. Penumonia Pneumocystis carinii16. Leukoensefalopati multifokal progresif

17. Septikemia salmonela, kambuhan

18. Toksoplasmosis pada otak, awitan saat berumur >1 bulan.

19. Wasting syndrome karena HIV

Selain mengendalikan perkembangan penyakit, pengobatan ditujukan terhadap mencegah dan menangani infeksi oportunistik seperti kandidiasis dan penumonia interstisial.

Azidotimidin (zidovudin), videks, dan zalcitabin (dcc) adalah obat-obatan untuk infeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah. Videks dan ddc kurang bermanfaat untuk penyakit sistem saraf pusat Trimetoprim sulfametoksazol (Septra, Bactrim) dan pentamadin digunakan untuk pengobatan dan profilaksis pneumonia cariini Pneumocystis (PCP). Pemberian imunoglobulin secara intravena setiap bulan sekali berguna untuk mencegah infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk hipogamaglobulinemia.

Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV. Sebagai ganti vaksin poliovirus oral (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV).

Memulihkan sistem imun.

1. Obat-obat yang telah dicoba dipakai adalah imunomodulator, seperti isoprenosino, interferon (alfa dan gamma), interleukin 2. Namun, sampai sekarang belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.

2. Transfusi limfosit dan transplantasi sumsum tulang.

Memberantas virusnya.

Salah satu cara untuk memutuskan rantai pembiakan virus AIDS adalah dengan inhibiton reserve transcriptace dengan obat suramin untuk menghambat efek sitopatis virus terhadap sel limposit-T helper, namun obat ini sangat toksik.

Menurut Long (1996) perawatan diri pasien dengan AIDS adalah :

1. Upaya preventif meliputi :

1. Penyuluhan kesehatan pada kelompok yang beresiko terkena AIDS.

2. Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan darah, organ atau cairan semen.

3. Modifikasi tingkah laku dengan :

1. Membantu mereka agar bisa merubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku yang beresiko atau yang kurang beresiko dengan mengubah kebiasaan seksual guna mencegah terjadinya penularan.

2. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan tubuh dengan baik yaitu dengan asupan nutrisi dan vitamin yang cukup.

3. Pandangan hidup yang positif

4. Memberikan dukungan psikologis dan social

5. Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV

2. Edukasi yang bertujuan :

1. Mendidik pasien dan keluarganya tentang bagaimana menghadapi kenyataan hidup bersama AIDS, kemungkinan didiskriminasikan dari masyarakat sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain.

2. Pendidikan bagaimana cara hidup sehat, dengan mengatur diet, asupan nutrisi dan vitamin yang cukup, menghindari kebiasaan.H. Pencegahan Langkah-langkah untuk mencegah penyebaran penyakit AIDS, adalah :

1. Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS

2. Mencegah hubungan seksual dengan partner banyak atau dengan orang yang mempunyai banyak partner

3. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotik yang menggunakan obat suntik.

4. Orang-orang dari kelompok resiko tinggi dicegah menjadi donor darah.

5. Pemberian transfusi darah hanya untuk pasien-pasien yang benar-benar perlu

6. Pada setiap suntikan harus terjamin sterilitas atau suntiknya

7. Penularan pada bayi dan anak dapat terjadi pada waktu hamil, melahirkan maupun postpartum, maka sebaiknya wanita dengan resiko tinggi AIDS jangan hamil dan jangan melahirkan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AIDS8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN1. Data Subjektif, mencakup:

1. Pengetahuan klien tentang AIDS

2. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun

3. Dispneu (serangan)

4. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)

2. Data Objektif, meliputi:

1. Kulit, lesi, integritas terganggu

2. Bunyi nafas

3. Kondisi mulut dan genetalia

4. BAB (frekuensi dan karakternya)

5. Gejala cemas

3. Pemeriksaan Fisik

1. Pengukuran TTV2. Pengkajian Kardiovaskuler3. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.4. Pengkajian Respiratori

5. Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas.

6. Pengkajian Neurologik

7. Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium, meningitis, keterlambatan perkembangan.

8. Pengkajian Gastrointestinal

9. Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronis, pembesaran limfa.

10. Pengkajain Renal

11. Pengkajaian Muskuloskeletal

12. Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)

13. Pengkajian Hematologik

14. Pengkajian Endokrin

4. Kaji status nutrisi

5. Kaji adanya infeksi oportunistik

6. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan

Uji Laboratorium dan Diagnostik

1. ELISA : Enzyme-linked immunosorbent assay (uji awal yang umum) untuk mendeteksi antibody terhadap antigen HIV(umumnya dipakai untuk skrining HIV pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun).

2. Western blot (uji konfirmasi yang umum) untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV.

3. Kultur HIV untuk memastikan diagnosis pada bayi.

4. Reaksi rantai polimerase (Polymerase chain reaction)/PCR untuk mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak).

5. Uji antigen HIV untuk mendeteksi antigen HIV.

6. HIV, IgA, IgM untuk mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).

Temuan laboratorium yang terdapat pada bayi dan anak yang terinfeksi HIV :

1. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut

2. Penurunan persentase CD4

3. Penurunan rasio CD4 terhadap CD8

4. Limfopenia

5. Anemia, trombositopenia6. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)7. Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)8. Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbili,Haemophilus influenzae tipe B)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun

2. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

INTERVENSI1. Diagnosa 1 : Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksiNOC : immune status

Kriterias hasil :

1. Status gastrointestinal normal

2. Status respirasi norml

3. Status BB normal

4. Status integritas kulit normal

5. Tidak menunjukan kelemahan

6. Menunjukan kekebalan tubuh

Skala penilaian :

1 = Extreme

2 = Berat

3 = Sedang

4 = Ringan

5 = Tidak kompromiNIC : imunisation / vaccination administration

Intervensi :

1. Ajarkan orang tua untuk mengikuti jadwal administerasi

2. Ajarkan individu keluarga untuk melakukan vaksinasi seperti kolera, influenza, rabies, demam typoid, typus, TBC

3. Sediakan informasi mengenai imunisasi

4. Pantau pasien setelah mendapat imunisasi5. Identifikasi kontraindikasi dari imunisasi seperi panas.

2. Diagnosa II : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairanNOC : fluid balance

Kriteria hasil :

1. Tekanan darah normal

2. Keseimbangan masukan dan haluaran selama 24 jam

3. Tidak ada distensi vena jugularis

4. Hidrasi kulit

5. Membran mukosa normal

6. Turgor kulit baik

Skala penilaian :

1 = Tidak pernah menunjaukan2 = Jarang menunjukan 3 = Kadang menunjukan 4 = Sering menunjukan5 = Selalu menunjukan NIC : fluid management

Intervensi :

1. Timbang popok jika diperlukan

2. Pertahankan intake dan output

3. Monitor status hidrasi

4. Monitor vital sign

5. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan3. Diagnosa III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhiNOC : Nutritional status

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Skala penilaian :

1= Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

NIC : nutrition management

Intervensi :

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake seperti Fe, vitamin, dan protein

3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kaloriNIC : nutrition monitoring

1. Monitor adanya penurunan berat badan2. Monitor interaksi anak / orang tua selama makan3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi4. Monitor turgor kulit

5. Monitor mual dan muntah

6. Monitor pertumbuhan dan perkembangan4. Dignosa IV : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksiTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh normalNOC : Thermoregulation

1. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan

2. Suhu tubuh dalam batas normal

3. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan

4. Perubahan warna kulit tidak ada

Skala penilaian :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Selalu menunjukan

5 = Sering menunjukan

NIC : Fever management

Intervensi :

1. Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan

2. Pantau warna kulit dan suhu3. Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia4. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi klien dengan hanya selembar pakaian 5. Berikan cairan intravena

DAFTAR PUSTAKABetz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Muma, Richard D. 1997. HIV : manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.

Rampengan. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC.Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta