Modul 2 Perdarahan, Sistem Hematologi, Fakultas Kedokteran UMJ
Laporan Modul II Perdarahan
-
Upload
tika-dian-paramita -
Category
Documents
-
view
244 -
download
31
Transcript of Laporan Modul II Perdarahan
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kata kunci, Skenario dan Pertanyaan
A. Kata Kunci
1. Laki-laki, 9 tahun
2. Pendarahan setelah sunat
3. Kasus sama pada keponakannya
4. Sering memar bila terjadi benturan benda tumpul
B. Skenario
Anak laki-laki 9 tahun menderita pendarahan setelah sunat. Kasus yang sama
terjadi pada keponakannya. Dari riwayat keluarga diketahui anak tersebut sering
memar berwarna biru bila terjadi benturan dengan benda tumpul. Anak itu
disarankan untuk tinggal di rumah sakit untuk didiagnosis penyebab pendarahan.
C. Pertanyaan
1. Jelaskan definisi dan klasifikasi perdarahan !
2. Jelaskan mekanisme dari hemostasis !
3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi pendarahan !
4. Jelaskan penatalaksanaan terhadap perdarahan !
5. Jelaskan mengenai DD : Hemofilia, Thalassemia dan
1
2
PERDARAHAN
2.2 Definisi
Perdarahan atau hemorrhage adalah keluarnya darah dari pembuluh, perdarahan kecil
digolongkan menurut ukuranya seperti petekie(sangat kecil), purpura (hingga 1 cm),
ekimosis(lebih besar).
2.3 Klasifikasi
Ada 4 klasifikasi perdarahan, yaitu :
A. Perdarahan kelas I
Kehilangan volume darah sampai 15% à gejala klinis minimal.
Bila tidak ada komplikasi, akan terjadi takikardi minimal.
Tidak ada perubahan yang berarti dari tekanan darah, tekanan nadi atau frekuensi
pernafasan.
Pengisian transkapiler dan mekanisme kompensasi lain akan memulihkan volume
darah dalam 24 jam.
B. Perdarahan kelas II
Kehilangan volume darah 15% sampai 30% à gejala-gejala klinis termasuk
takikardi (denyut jantung lebih dari 100 pada orang dewasa), takipnea dan
penurunan tekanan nadi.
Perubahan saat sentral yang tidak jelas seperti cemas, ketakutan atau sikap
permusuhan.
Produksi urin hanya sedikit terpengaruh.
Ada penderita yang kadang-kadang memerlukan transfuse darah, tetapi dapat
distabilkan dengan larutan kritaloid pada mulanya.
C. Perdarahan kelas III
Kehilangan volume darah 30% sampai 40% àkehilangan darah sekitar 2000 ml
untuk orang dewasa dapat sangat parah.
2
3
Penderitanya hampir selalu menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak adekuat,
termasuk takikardi dan takipnea yang jelas, status mental dan penurunan tekanan
darah sistolik.
Dalam keadaan yang tidak berkomplikasi, inilah jumlah kehilangan darah paling
kecil yang selalu menyebabkan tekanan sistolik menurun.
Keputusan untuk memberi transfuse darah didasarkan atas respon penderita
terhadap resusitasi cairan semula dan perfusi dan oksigenasi organ yang adekuat.
D. Perdarahan kelas IV
Kehilangan volume darah > 40%) àjiwa penderita terancam.
Gejala-gejalanya meliputi takikardia yang jelas, penurunan tekanan darah sistolik
yang cukup besar, dan tekanan nadi yang sangat sempit
Produksi urine hampir tidak ada dan kesadaran jelas menurun.
Kulit teraba dingin dan tampak pucat. Penderita ini seringkali memerlukan
transfuse cepat dan intervensi pembedahan segera.
2.4 Mekanisme Hemostasis
Hemostatis adalah proses penghentian perdarahan dari suatu aliran darah yang rusak.
Pada saat hemostatis terjadi maka konsentrasi aktin dan myosin meningkat.trombosit
adalah vesikel yang mengandung sebagian dari sitoplasma megakariosit terbungkus
membrane plasma.trombosit tersimpan didalam rongga – rongga berisi darah di limpa,
dan trombosit berperan serta berhubungan dengan proses perdarahan.trombosit hidup
dalam 10hari, trombosit yang sudah tua maka akan dibuang dari sirkulasi oleh makrofag
yang berada di sirkulasi limpa dan hatiàpembentuakan trombosit baru di SST.
Ciri- ciri trombosit :
Tidak memiliki nucleus
Mempunyai organel dan sitosolà energy dan sintesis produk sekretorik àdisimpan
à granula disitosol
3
4
Mengandung aktin dan myosin ( bila keduanya konsentrasinya meningkat maka dapat
berfungsi dalam proses hemostatis).
Fungsi trombosit :
Komplek protein aktin dan myosin didalam trombosit yang membentuk agregat
tersebut berkontraksi à memperkuat sumbatan semula yang longgar
Mengeluarkan zat kimia ( serotonin, epiefrin, troboksan A2, à vasokonstriksi)
Menghasilkan zat yang dapat mengalami peningkatan koagulasi darah( transformasi
darah à gel / padatan )
Rusaknya dinding pembuluh darahàdarah keluar
Tekanan dipembulah darah lebih besar dibandingkan tekanan yang berasal dari luar.
Perdaraha yang sering terjadi : kerusakan kecil yang terjadi dikapiler yaitu anteriol
dan venula karena trauma
Perdarahan arteri > berat dan berbahaya dibandingkan dengan perdarahan vena
Pembuluh darah rusak / robek
↓
Vasokonstriksi akibat respon inheren dari rangsangan simpatis
↓
Memperlambat cairanà darah berkurang
↓
Permukaan endotel pembuluh
↓
Menekan satu sama lain
↓
4
5
Akibat dari spasme vaskuler
↓
Endotel lengket & melekat satu sama lain
↓
Mencegah dan menutup sementara
↓
Membran plasma trombosit yang berkontak dengan kalogen à tromboksan A2.
Tromboksan A2 berkaitan dengan prostaglandin ( sekelompok zat perantara kimiawi yang
bekerja local diseluruh tubuh dan merupakan turunan asam lemak yang dibentuk oleh
asam arakidonat, asam yag ditemukan di fosfolipid membrane. Fungsinya mendorong
agregasi tombosit dan merangsang untuk pencetusan pengeluaran ADP lebih banyak.
Pada proses pembekuan darah semua faktor – faktor pembekuan darah berada secara
inaktif di dalam plasma dan disintesis oleh hati.ketika diubah menjadi bentuk aktif maka
akan bekerja sebagai enzim proteolitik ( pengurai protein ) yang mengaktifkan factor
spesfik lain dalam proses pembekuan.rangakian reaksi pengaktifan disebut jenjang.
Dalam proses agregasi komponen terpentung adlah adanya ADP yang dikeluarkan
lapisan jaringana ikat yang berada pada granulanya, ion Ca++ platelet factor ( factor
trombosit 3, PF3 ) suatu fosfolipid dari sumbat trombosit.
Pada proses agregasi trombosità fosfolipid trombosit (PF3)à+ factor lain dalam jenjang
pembekuan à +, mengaktifkan, dan memperkuat protrombin à + thrombin à +
perubahan fibrinogen à fibrin ( jaringan longgar ) à fibrin ( jaringan erat dan
stabil )perubahan fibrin longgar menjadi fibrin yang stabil dipengaruhi oleh rangsangan
faktor XIII dan alur selanjutnya juga thrombin dapat langsung berperan dalam
memperkuat dan merangsang agregasi trombosit.
Jalur pembekuan darah juga memiliki 2 jalur yaitu :
5
6
a) Jalur intrinsic à mencetuskan pembekuan darah intevaskuler serta pembekuan
sampel darah dalam tabung reaksi.
Jalur ini dapat berlangsung bila faktor XII ( faktor Hageman ) telah diaktifkan,
karena berkontak dengan kalogen yang berkontak dengan kolagen yang terpajan di
pembuluh yang cedera atau permukaan benda – benda asing yang dapat mencetuskan
agregasi trombosit. Agregat trombosità PF3 à pembekuan darah.
b) Jalur ekstrinsik à jalur ini memerlukan kontak langsung dengan faktor – faktor
jaringan dari luar. Dalam jalur ini cedera yang dialami langsung merangsang
tromboplastin untuk mengaktifkan faktor X.
Perbedaan pada jalur intrinsik mengalami penghentian darah dari dalam pembuluh keluar
yaitu tempat cederanya, sedangkan jalur ekstrinsik mengalami penghentian darah atau
pembekuan oleh pengaruh jaringan sebelum pembuluh yang rusak tersebut mengalami
tambalan.
2.5 Faktor yang mempengaruhi perdarahan
1. Trauma.
2. Aterosklerosis.
3. Erosi karena radang.
4. Neoplasia pada dinding pembuluh darah.
2.6 Penatalaksanaan terhadap perdarahan
Untuk pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan antara lain:
A. Tekan langsung pada cidera
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat,
sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk
luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
B. Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah dibalut)
sehingga lebih tingggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, diatas
6
7
balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang
pertama.
C. Tekan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian
yang luka.
D. Immobilisasi
Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka.
Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut
menurun.
E. Tourniquet
Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan pendarahan di tangan atau kaki
saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan
amputasi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah
tidak bisa mengalir. Dahi korban yang mendapat tourniquet harus diberi tanda
silang sebagai penanda dan korban harus segera dibawa ke rumah sakit untuk
mendapat penanganan lebih lanjut. Jika korban tidak segera mendapat
penanganan, bagian yang luka bisa membusuk.
Berbeda dengan pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang
mengalami pendarahan dalam adalah sebagai berikut:
A. Rest
Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin.
B. Ice
Bagian yang luka dikompres es hingga darahnya membeku. Darah yang membeku
ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme
tubuh.
C. Commpression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses
penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah.
D. Elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.
E. Han gas trointestinal karena menurunkan tekanan vena porta
7
8
F. Terapi skelerosing yang bertujuan menghentikan pendarahan dengan cara
menyuntikan sklerosan pada varises yang masif.
G. Operasi yang bertujuan menghentikan atau mencegah pendarahan.
2.7 Hemofilia
A. Definisi
Hemofilia adalah gangguan pembekuan darah akibat kekurangan faktor pembeku
darah yang disebabkan oleh kerusakan kromosom X. Darah pada penderita
hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses
pembekuan darah berjalan amat lambat, tak seperti mereka yang normal.
Normalnya ada 13 faktor pembekuan darah, penderita hemofilia kekurangan
faktor VIII dan IX.
B. Hemofilia terbagi atas :
a) Hemofilia A
1. Merupakan hemofilia klasik dan terjadi karena defisiensi faktor VIII.
2. Sekitar 80% kasus hemofilia adalah hemofilia A.
b) Hemofilia B
1. Terjadi karena defisiensi faktor IX. Faktor IX diproduksi hati dan
merupakan salah satu faktor pembekuan dependen vitamin K.
2. Hemofilia B merupakan 12-15% kasus hemofilia.
C. Gejala dan tanda
mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika
sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika
penderita telah melakukan aktifitas yang berat
pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku
tangan.
perdarahan yang sukar berhenti
nyeri sendi serta otot karena perdarahan
perdarahan setelah trauma atau operasi
. D. Berdasarkan derajatnya, hemofilia terbagi atas:
1. hemofilia berat, jika faktor pembekuan darah kurang dari 1%
2. hemofilia sedang, jika faktor pembekuan darah antara 1-5%
8
9
3. hemofilia ringan, jika faktor pembekuan darah antara 6-30%
Hemofilia ringan gejalanya hanya berupa darah lama membeku setelah cabut
gigi, operasi atau saat terluka. Hemofilia berat, 90% sudah dapat didiagnosis
pada usia di bawah 1 tahun.
E. Diagnosis
Diagnosa hemofilia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Misalnya terdapat riwayat biru pada kulit, perdarahan kulit dan sendi. Biasanya
ditemukan saat anak dikhitan, dan perdarahan tak kunjung berhenti (minimal usia
5 tahun), saat anak imunisasi atau anak periksa darah.
F. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan kadar faktor pembekuan VIII , IX dan XI
diagnosis molekular dengan memeriksa petanda gen hemofilia pada
kromosom yang dapat juga digunakan untuk pemeriksaan prenatal
pemeriksaan intracranial karena perdarahan intracranial ini penyebab utama
kematian
analisis gen dengan menggunakan DNA probe, yaitu dengan mencari locus
polimorfik pada kromosom X.
G. Pemeriksaan laboratorium
Darah tepi
Masa perdarahan normal, masa pembekuan memanjang, rumple leed negatif
PTT/masa pembekuan memanjang
PPT (Plasma Prothrombin Time) normal
SPT (Serum Prothrombin Time) pendek
Kadar fibrinogen normal
Retraksi bekuan baik
H. Penatalaksanaan
Pemberian transfusi rutin berupa Kriopresipitat-AHF utk hemofili A dan
plasma beku segar.
Menjaga bobot tubuh tetap sehat
Mengganti/ menambah faktor hemofili yang kurang
9
10
jika terjadi perdarahan, tindakan pertama RICE (rest, ice, compression,
elevation)
memberikan antifibrolitk, terapi gen,hormon DDAVP yg merangsang kadar
peningkatan faktor VIII dlm plasma 4 %
merencanakan suatu tindakan operasi
mempertahankan kadar faktor pembkuan 30-50 %
kortikosteroid untuk menghilangkan peradangan
analgetika pada hemartrosis dengan nyeri hebat, dan rehabilitasi medik.
I. Komplikasi
• Timbulnya inhibitor
• Kerusakan sendi
• Infeksi yang ditularkan oleh darah
• Infeksi yang ditularkan oleh konsentrat faktor pd waktu sebelumnya
2.8 Thallasemia
2.9 Von Willebrand
A. Definisi
Penyakit von Willebrand atau hemofilia vaskuler adalah suatu gangguan
hemostatik yang diwariskan sebagai sifat dominan autosomal dengan penetrasi
bervariasi dan derajat klinis yang bervariasi juga.
Secara genetika penyakit von Willebrand dibedakan 2 jenis :
1. Autosomal Dominan tipe klasik
Penyakit ini familial dengan penetrasi dan ekspresi yang sangat berbeda-beda.
2. Autosomal Resesif
Dalam keluarga biasanya tidak ada yang menderita penyakit ini. Sering ada
perkawinan consanguin. Pada kasus homozigot gejala-gejala klinik lebih berat.
Orang tua penderita biasanya tidak ada gejala-gejala perdarahan / asimptomatik.
B. Patofisiologi
Interaksi faktor VIII dan faktor von Willebrand serta vWF dan thrombosit penting
untuk memahami kompleksitas penyakit von Willebrand dan melibatkan aktivitas
10
11
prokoagulan (VIII : C), aktivitas antigenik (vWF : Ag), dan aktivitas faktor von
Willebrand (vWF : activity yang disebut VIII : vWF). Faktor VIII sedikitnya
mempunyai 3 fungsi molekuler yang berbeda satu dengan yang lain. Aktivitas
prokoagulan dan aktivitas antigenik dan fungsi yang ketiga yaitu interaksi dengan
endotel pembuluh darah dengan maksud mencegah perdarahan kapiler secara
berlebihan dan memodifikasi aktivitas thrombosit. Protein dengan fungsi
kompleks ini disebut dengan nama Von Willebrand. Pada hemofilia yang klasik,
aktivitas prokoagulan dari faktor VIII rendah, tetapi faktor Von Willebrand dan
zat-zat yang bereaksi silang biasanya menunjukkan aktivitas normal.
C. Gejala
- Sering mimisan
- Mudah memar
- Pendarahan pada gusi
- Menstruasi berkepanjangan
- Darah dalam tinja, dalam urin
- Luka sulit untuk mengering.
D. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil test fungsi hemostasis rutin tidak dapat diramalkan. Hasil laboratorium yang
klasik adalah masa perdarahan dan PTT yang memanjang akibat kadar faktor VIII
yang rendah. Hal ini dimungkinkan karena kelainan vaskuler dan faal thrombosit.
Variasi masa perdarahan pada sebagian besar penderita tidak terlalu besar tetapi
kadar faktor VIII sering menunjukkan fluktuasi yang jelas. Percobaan
pembendungan sering positif dan masa prothrombin biasanya normal. Jumlah
thrombosit dan retraksi bekuan biasanya normal, tetapi ada kelainan yang khas
pada aktivitas thrombosit yang dapat dipakai untuk menunjang diagnosis VWD
yaitu bila dipaparkan terhadap ristosetin, thrombosit penderita tidak mampu
menggumpal.
E. Pengobatan
Pengobatan penyakit von Willebrand sama dengan hemofilia A dengan pemberian
plasma segar atau plasma beku segar (cyopresipitate) untuk meningkatkan faktor
11
12
VIII secara perlahan-lahan. Kadar tertinggi tercapai 6 – 12 jam setelah infus
kembali ketingkat pengobatan setelah 48 jam.
12