Laporan modul 1 12208100
-
Upload
rachmat-galuh-septyadhi -
Category
Documents
-
view
341 -
download
8
Transcript of Laporan modul 1 12208100
LAPORAN
MODUL I
WATER BASE MUD I
Nama : Rachmat Galuh Septyadhi 12208100
Kelompok : 20
Tanggal Praktikum : 25 Maret 2011
Asisten Praktikum : Dirga Rikandhi (12207044)
LABORATORIUM PEMBORAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011
1. DATA PERCOBAAN
Data lumpur
Lumpur standar : Air 350 mL + bentonite 22.5 gr
Komposisi Data video Kel. 20 Kel. 15
Lumpur standar 350 mL 350 mL 350 mL
hematite 20 gr 12.5 gr 30 gr
Data densitas
Sampel
Densitas diukur
dengan
menggunakan mud
balance (ppg)
Densitas diukur
dengan pressurized
mud balance (ppg)
Lumpur standar 8.5 8.6
Lumpur standar + hematite 20 gr 9 8.95
Lumpur standar + hematite 12.5 gr 8.7 8,7
Lumpur standar + hematite 30 gr 8.95 9.1
Data Fann VG
Sampel
RPM
ΞΈ600 ΞΈ
300 ΞΈ 200
ΞΈ
100 ΞΈ 6 ΞΈ 3
Lumpur standar 30 20 16 11 4 3
Lumpur standar +
Xanthangum 91 77 65 55 29 27
Lumpur standar + PAC-R 161 125 109 86 39 35
Lumpur standar + unistarc 35 25 15 20 5 5
Gel strength
Sampel 10 s 10 menit
Lumpur standar 4 -
Lumpur standar +
Xanthangum 27 -
Lumpur standar + PAC-R 39 78
Lumpur standar + unistarc 17 -
Data LPLT
Sampel Volume filtrat Diameter mud cake
Lumpur standar 17.5 mL 0.135 cm
Lumpur standar + CMC-
LV 10 mL 0.11 cm
Data Filtration Loss
No Komposisi
Lumpur
Volum filtrat ( cc ) menit ke )
0 2 4 6 7,5 8 10 11 12 13 14 15 16
1 Duranex 2 gr 0,2 5 7,2 8,8 9,8 10,2 11,7 12 12,8 13,2 13,8 14,2 14,6
Volum filtrat ( cc ) menit ke )
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
15,1 15,4 15,8 16,2 16,6 17 17,4 17,6 18 18,2 18,6 19 19,2 19,6
Data filtration rate kelompok 15
Waktu
(menit)
Kelompok
15 Time
Lumpur
standar
Vol filtrat
(mL) (menit)
Volume
filtrat (mL)
2 2.5 0 0
4 4 2 5
6 4.8 4 7
7.5 5.2 6 8.5
8 5.4 7.5 9.8
10 6 8 10
11 6.2 10 11
12 6.5 11 11.8
13 6.9 12 12
14 7.1 13 12.8
15 7.4 14 13
16 7.6 15 13.5
17 8 16 13.9
18 8.2 17 14.2
19 8.4 18 14.8
20 8.5 19 15
21 8.7 20 15.6
22 9 21 16
23 9.3 22 16.2
24 9.6 23 16.8
25 9.9 24 17
26 10.2 25 17.1
27 10.4 26 17.8
28 10.6 27 18
29 10.7 28 18.2
30 10.8 29 18.8
Data Tebal Mud Cake
No Komposisi
Lumpur
Tebal Mud Cake pH relatif
1 2 3
1 Duranex 2 gr 0,26 0,26 0,27 8
2 unistarch 0.09 0.08 0.09 8
3 Lumpur standar 1.23 8
2. Pengolahan Data
Densitas
Volume bentonite = 0.0496 πππ
2.6 π₯ 8.33 πππ = 0.00229 gallon
Densitas lumpur standar : πππ =ππ ππ + πππ πππ
ππ‘=
0.0496 +0.09246π₯8.33
0.00229+0.09246 = 8.652 ppg
Volume hematite 20gr = 0.04409 πππ
4.95 π₯ 8.33 πππ = 0.001069 gallon
Densitas lumpur + hematite 20 gr : 0.04409 +8.752π₯0.093662
0.001069 +0.093662 = 9.11866 ppg
%berat solid = ππ πππ β πππ
πππ ππ βπππ π₯100% =
4.95β8.33(9.1186β8.652)
9.1186 (4.95β8.33β8.652)π₯100% = 6.465 %
Volume hematite 12.5gr = 0.02756 πππ
4.95 π₯ 8.33 πππ = 0.000668 gallon
Densitas lumpur + hematite 12.5 gr : 0.02756 +8.752π₯0.093662
0.000668 +0.093662 = 8.982 ppg
%berat solid = ππ πππ β πππ
πππ ππ βπππ π₯100% =
4.95β8.33(8.982β8.652)
8.982(4.95β8.33β8.652)π₯100% = 4.642 %
Volume hematite 30gr = 0.06614 πππ
4.95 π₯ 8.33 πππ = 0.001604 gallon
Densitas lumpur + hematite 12.5 gr : 0.06614 +8.752π₯0.093662
0.001604 +0.093662 = 9.295 ppg
%berat solid = ππ πππ β πππ
πππ ππ βπππ π₯100% =
4.95β8.33(9.295β8.652)
9.295(4.95β8.33β8.652)π₯100% = 8.740 %
Rheology Lumpur
Berdasarkan data dari Fann VG didapat
Sampel
RPM
ππ
= π600 β π300
ππ= 2π300 β π600
GS
ΞΈ600 ΞΈ 300 ΞΈ 3
Lumpur
standar 30 20 3 10 10 3
Lumpur
standar +
Xanthangum 91 77 27 14 63 27
Lumpur
standar +
PAC-R 161 125 35 36 89 35
L. standar +
unistarch 35 25 5 10 15 5
Dengan N = 600 rpm maka
πΎ = 1.704π₯π = 1.704 π₯ 600 = 1022.4
Sampel π = 5.077π₯ππ ππ = 100π₯
π
πΎ
Lumpur standar 152.31 1.489
Lumpur standar + Xanthangum 462.007 4.518
Lumpur standar + PAC-R 817.397 7.994
L. standar + unistarch 177.695 1.738
Filtration loss
Kelompok 20
Duranex 2 gr
Menit
(t)
Volume
filtrat
(cc)
βt
0 0,2 0,447
2 5 2,236
4 7,2 2,683
6 8,8 2,966
7,5 9,8 3,13
8 10,2 3,194
10 11,7 3,421
11 12 3,464
12 12,8 3,578
13 13,2 3,633
14 13,8 3,715
15 14,2 3,768
16 14,6 3,821
17 15,1 3,886
18 15,4 3,924
19 15,8 3,975
20 16,2 4,025
21 16,6 4,074
22 17 4,123
23 17,4 4,171
24 17,6 4,195
25 18 4,243
26 18,2 4,266
27 18,6 4,313
28 19 4,359
29 19,2 4,382
30 19,6 4,427
Kelompok 15
Unistarch
Menit
(t) Volume
flitrat βt
2 2,5 1,414
4 4 2
6 4,8 2,449
7,5 5,2 2,739
8 5,4 2,828
10 6 3,162
11 6,2 3,317
12 6,5 3,464
13 6,9 3,606
14 7,1 3,742
15 7,4 3,873
16 7,6 4
17 8 4,123
18 8,2 4,243
19 8,4 4,359
20 8,5 4,472
21 8,7 4,583
22 9 4,69
23 9,3 4,796
24 9,6 4,899
25 9,9 5
26 10,2 5,099
27 10,6 5,196
28 10,7 5,292
29 10,7 5,385
30 10,8 5,477
lumpur standar
Menit
(t) βt
Volume
flitrat
2 1,41421356 5
4 2 7
6 2,44948974 8,5
7,5 2,73861279 9,8
8 2,82842712 10
10 3,16227766 11
11 3,31662479 11,8
12 3,46410162 12
13 3,60555128 12,8
14 3,74165739 13
15 3,87298335 13,5
16 4 13,9
17 4,12310563 14,2
18 4,24264069 14,8
19 4,35889894 15
20 4,47213595 15,6
21 4,58257569 16
22 4,69041576 16,2
23 4,79583152 16,8
24 4,89897949 17
25 5 17,1
26 5,09901951 17,8
27 5,19615242 18
28 5,29150262 18,2
29 5,38516481 18,8
Grafik Filtration loss versus akar kuadrat waktunya adalah
y = 3,423x + 0,233
0
5
10
15
20
0 1 2 3 4 5 6
STATIC FILTRATION VS AKAR MENIT (lumpur standar)
y = 0,069x + 2,724
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
0 5 10 15 20
STATIC FILTRATION VS AKAR MENIT (DURANEX)
V vs βt
Series2
Linear (Series2)
y = 0,264x + 3,511
0
2
4
6
8
10
12
0 5 10 15 20 25 30 35
STATIC FILTRATION VS AKAR MENIT (UNISTARCH)
Perhitungan Laju Filtrasi, Volume Spurt Loss, dan API Water Loss
Laju Filtrasi
Laju filtrasi diperoleh dari gradien grafik Filtrat Volume Vs. π‘. Untuk sampel
Lumpur Standar didapat: π£π = 3.423 ππΏ
π 0.5
Volume Spurt Loss
Volume Spurt Loss diperoleh dengan ekstrapolasi grafik Filtrat Volume Vs. π‘
untuk π‘ = 0, maka untuk sampel Lumpur Standar didapat: Vsp = 0.233 mL
API Water Loss
API Water Loss dihitung dengan persamaan:
π30 = 2 Γ π7.5 β ππ π
Contoh perhitungan untuk sampel Lumpur Standar:
π30 = 2 Γ 9.8 β 0.233 = 19.367 ππΏ
Dengan kaidah perhitungan seperti di atas, hasilnya ditabelkan sebagai berikut:
Sampel Persamaan Filtrasi Laju Filtrasi
(mL/s1/2
)
Spurt Loss
(mL)
API Water Loss
(mL)
Lumpur
Standar
V = 3.423 t +
0.233
3.423 0.233 19.367
Kelompok
15(unistarch)
V = 0,264 t +
3,511
0,264 3,511 6,889
Kelompok
20(duranex)
V = 0.069 t +
2,724
0,069 2,724 16,876
3. Analisis
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat rheology, filtration
loss, dan karakteristik mud cake dari suatu lumpur pemboran pada tekanan dan
temperatur rendah. Sifat-sifat lumpur pada tekanan dan temperatur rendah penting
diketahui terutama saat pemboran yang kita lakukan masih dangkal. Sifat rheology itu
sendiri merupakan sifat-sifat intrinsik dari suatu fluida yang menunjukkan behavior fluida
tersebut saat mengalir. Dari sifat rheology ini, kita bisa menganalisis kemampuan lumpur
untuk membersihkan lubang bor, kemampuan lumpur untuk mgengankat cutting,
pressure loss selama sirkulasi, dan lain-lain yang secara umum menyangkut hidrolika
pemboran. Sedangkan keperluan kita mengetahui filtration loss dan karakteristik mud
cake adalah untuk mengevaluasi kemungkinan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
keduanya seperti formation damage, kesulitan interpretasi logging, kenaikan torque dan
drag akibat mud cake yang terlalu tebal dan lain-lain.
Pada percobaan pengukuran densitas didapat beberapa densitas dari beberapa
sampel dan pengukuran densitas dilakukan dengan dua alat yaitu alat mud balance dan
alat pressurized mud balance. Hasilnya, kedua alat tersebut menunjukkan nilai densitas
yang berbeda. Hasil perhitungan mass balance (teoritis) juga berbeda.
Untuk alasan praktis, perhitungan dengan mass balance jarang dilakukan. Biasanya
di lapangan menggunakan mud balance. Perbedaan ini disebabkan saat pengkalibrasian
dimana ada kemungkinan adanya udara di top cup saat menutup tutup cup.
Pressurized mud balance juga memungkinkan terjadinya kesalahan dalam
pengukuran. Pada saat piston di tekan, ada kemungkinan fluida lebih banyak di dalam cup
dibandingkan saat pengkalibrasian.
Pada hasil perhitungan teoritis dengan konsep mass balance (yang lebih akurat),
juga dapat kita ketahui bahwa semakin tinggi jumlah hematit yang kita tambahkan ke
dalam lumpur standar, maka semakin tinggi pula persentase berat solid lumpur tersebut.
Persentase berat solid ini sangat penting dalam menaikkan densitas lumpur ketika
pemboran menembus zona abnormal dimana gradien tekanan formasi semakin besar. Jadi
hematit ditambahkan ke dalam lumpur pemboran untuk menaikkan densitas.
Selanjutnya adalah pengukuran rheologi lumpur pemboran yang kita buat. Untuk
mengukur rheologi lumpur pemboran digunakan alat fann VG. Ada beberapa parameter
yang diukur seperti yield point, plastic viscosity, apparent viscosity dan gel strength.
Pada hasil pengolahan data, yield point tertinggi adalah lumpur standar dengan PAC-
R. Baik Unistarch, Xanthangum, dan PAC-R adalah polimer yang digunakan untuk
filtration fluid control additive. Namun PAC-R ternyata lebih baik dalam membawa
cutting saat sirkulasi berjalan. Hasil pengolahan data untuk plastic dan apparent viskositas
juga menunjukan bahwa nilai additive PAC-R lebih kuat.
Dalam praktek dilapangan viskositas lumpur mempunyai peranan yang sangat penting
karena berhubungan dengan proses pengangkatan cutting. Viskositas yang terlalu tinggi
dan terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada proses pemboran. Jika viskositas
terlalu tinggi maka lumpur akan menjadi kental sehingga laju pemboran rendah dan kerja
pompa terlalu berat sehingga dapat menyebabkan kerusakan formasi. Dan jika lumpur
dengan viskositas yang terlalu kecil lumpur akan terlalu encer sehingga cutting tidak
dapat terangkat dan akan cenderung mengendap pada dasar lubang sumur,
sehingga dapat menghambat proses pemboran. Jadi penentuan viskositas sangat
penting guna mengetahui bahwa apakah viskositas harus dinaikkan atau diturunkan
sehingga mencapai viskositas normal yang dibutuhkan dalam proses pemboran.
Viskositas memiliki kaitan dengan shear stress dimana semakin besar shear stress maka
semakin besar pula viskositas begitu juga semakin kecil shear stress maka viskositas
semakin kecil
Pada pengukuran Gel strength dengan Fann VG Meter, lumpur diputar oleh rotor dan
bob. Kemudian dilakukan poembacaan skala pada Fann Vgmeter melalui dial. Dari
percobaan diatas, didapat harga gel strength untuk 10 menit dari berbagai sampel. Jika gel
strength terlalu besar akan menyebabkan formasi pecah dan apabila terlalu kecil alan
menyebabkan cutting tidak dapat diangkat ke permukaan.
Berdasarkan hasil percobaan pengukuran laju filtrasi Dua dari tiga sampel
menunjukkan nilai nol pada volume spurt. Artinya sebelum terjadi proses filtrasi. Dari
data terlihat tebal mud cake berbanding lurus dengan volume filtrat yang dihasilkan.
Semakin banyak volum filtrate yang dihasilkan maka akan semakin tebal mud cake
karena semakin banyak padatan yang terendapkan. Dan juga karena pengukuran yang kita
lakukan adalah dalam kondisi static sehingga tidak ada penggerusan mud cake yang
dihasilkan karena tidak adanya sirkulasi.
Dari pengolahan data terlihat bahwa sampel kelompok 15 menghasilkan volum filtrate
yang paling sedikit dan juga tebal mud cake yang paling tipis.
RESUME PRAKTIKUM
Modul praktikum kali ini adalah tentang water base mud. Jadi pada hari pertama
dilakukan pembuatan lumpur standar water base mud. Pembuatannya adalah dengan
mencampurkan air dengan bentonite sesuai komposisi yang diinginkan lalu dimixer
pada kecepatan yang cepat selama beberapa menit dan di-mixer pada kecepatan
lambat selama kurang lebih 24 jam agar partikel bentonite benar-benar terdispersi.
Pada hari kedua dilakukan praktikum. Percobaan yang dilakukan antara lain :
Pengukuran densitas
Yang diukur adalah densitas dengan mengggunakan alat mud balance biasa.
Prinsip alat Pressurized Mud Balance adalah seperti timbangan biasa namun
skala timbangan yang kita baca bukan lagi skala massa namun sudah langsung
skala densitas yang kita baca.
Pengukuran rheologi lumpur dengan menggunakan fann VG
Alat yang digunakan adalah fann VG. Yang baru saya ketahui bahwa alat fann
VG yang kecil ini ternyata cukup mahal yaitu sekitar 45 juta, bahkan untuk
sekedar memperbaikinya bisa sampai 15 juta. Dan juga pemakaian alat ini
harus sangata hati-hati karena gir pada alat ini tidak bisa diubah-ubah paa saat
posisi alat mati karena akan menyebabkan kerusakan alat. Prinsip alat fann
VG ini adalah dengan memberikan shear rate yang berasal dari rotor fann VG
kepada fluida, lalu fluida akan memberikan shear stress kepada bob fann VG
sehingga bob memberikan simpangan yang dapat dibaca pada skala
simpangan. Percobaan ini dilakukan pada berbagai kecepatan sesuai yang ada
pada alat.
Pengukuran laju filtrasi dengan menggunakan alat LPLT filtration apparatus.
Pengukuran ini untuk mengukur laju filtrasi pada kondisi temperature rendah
dan tekanan rendah. Prinsip alat ini adalah memberikan tekanan kepada
lumpur yang telah dipasangi media berpori pada bagian bawahnya sehingga
mensimulasikan pembentukan mud cake di lubang bor. Kemudian dihitung
waktu dan volum filtrate yang tertampung di bagian bawah.
5. Resume Paper
A New TechniqueTo Determine the Equivalent Viscosity
of Drilling Fluids Under High Temperatures and
Pressures
Pada paper ini akan menjawab permasalahan tentang bagaimana mengetahui properti
dari lumpur pemboran pada tekanan dan temperatur yang tinggi. Tehnik yang
dikembangkan oleh Fann Consistometer model 5S-TDL ini mampu membaca equivalen
viskositas fluida pada suhu sampai 500 F dan tekanan 20.000 Psi.
Alat ini memiliki gaya magnetik yang konstan untuk memutarkan bob sebagai inti dari
prinsip konsistometer. Gaya magnetik ini menimbulkan suhu tambahan pada sample.
Padahal putaran bob tergantung dari jenis fluidanya sehingga pada fluida yang rendah
viskositasnya, tingkat errornya sangat besar.
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pengkalibrasian dengan menggunakan tap water
dan silikon minyak yang sudah diketahui viskositasnya, yaitu 200 cP. Pengkalibrasian
ini untuk membaca viskositas dari newtonian fluida atau non newtonian fluida dalam
satuan centipoise. Rentang besar viskositas yang terbaca bisa sampai 2000 cP.
Setelah dilakukan kalibrasi, barulah kita uji sampel lumpur. Awalnya dicatat terlebih
dahulu viskositas ekuivalen pada suhu dan tekanan ruangan. Setelah itu menjalankan
alat dan menjaga sample pada suhu konstan walaupun tekanannya dari 1000 psi secara
bertahap perlahan lahan dinaikkan. Setelah tekanan maksimum yang diinginkan sudah
tercapai barulah menaikkan suhu yang dijaga tadi. Begitu seterusnya sampai temperatur
yang diinginkan.
Sebagai perbandingan dengan konsistometer yang lama, jika suhu dinaikkan maka
viskositas fluida akan berkurang. Viskositas yang berkurang ini akan menimbulkan galat
yang besar karena disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama karena bob akan
memutar lebih cepat sehingga tercapainya aliran turbulen. Kondisi ini perlu koreksi
terhadap energi kinetik yang terjadi.
Alasan lain adalah ketika bob memutar dengan cepat, seharusnya viskositas minyak
silikon tidak berubah karena sifatnya newtonian fluida yang tidak dipengaruhi shear
rate. Shear rate kali ini disebabkan oleh percepatan bob. Namun kenyataannya berubah.
Pengaruh tekanan pada viskositas dari minyak silikon yang berbeda pada suhu 100 F
dipelajari pada gambar 3.
Pengaruh suhu terhadap viskositas lumpur A pada berbagai tekanan ditunjukkan
gambar 4. Apparent viscosity fluida tersebut diukur pada suhu yang berbeda di dalam
Fann 50 dengan kondisi tekanan 800 psi dan shear rate 511/sec. Pengaruh tekanan
terhadap ekuivalen viskositas sangat jelas tergambar pada viskositas yang rendah.
gradien penurunan ekuivalen viskositas menurun seiring naiknya suhu pada tekanan
konstan. Akan tetapi jika tekanan dinaikkan maka gradien ekuivalen viskositas akan
lambat turun.
Selanjutnya menguji fluida B yang hasilnya tergambar pada gambar 5. Pada suhu 400 F,
bukan suhu yang mempengaruhi ekuivalen viskositas secara signifikan akan tetapi
tekanan.
fluida C dan D masing masing memiliki densitas 10.5 ppg dan 18,9 ppg. Gambar 6
menunjukkan pengaurh tekanan pada berbagai suhu pada fluida C. Pada suhu 150 F,
terdapat 5 trend yang cenderung naik. Disini dapat dijelaskan bahwa trend akan
semakin linear pada suhu dan tekanan yang tinggi. Gambar 7 untuk fluida C adalah hasil
crosspolt gambar 6.
Gambar 8 untuk fluida D menunjukkan pengaruh dari berbagai suhu terhadap viskositas
ekuivalen pada tekanan tertentu. Gambar 9 menunjukkan hubungan antara kedalaman
dan viskositas ekuivalent yang diplot untuk fluida D pada sumur yang disimulasi.
Gambar ini berasal dari gambar 8 dengan tekanan mud sebesar 18.9 ppg dan
diasumsikan geotermal gradien sebesar 2,2 F/ 100 ft.
viskositas yang didapat dari lumpur D yang dicampuri campuran asam akan menjadi
lumpur E. Kondisi ini bisa kita bandingkan hubungan antara viskositas ekuivalen
dengan suhu yang dapat lihat pada gambar 10. suhu dimana lumpur mencapai tekanan
minimum memiliki kenaikan kira kira 325 F setelah rekondisi. Begitu pula dengan apa
yang terjadi pada gambar 11. Bandingkan gambar 9 dan gambar 11 yang memperlihatkan
bahwa fluida E mulai mengeras di kedalaman yang lebih dalam daripada fluida D. Fluida
E juga memperlihatkan lebih banyak nilai ekuivalen viskositas yang lebih rendah
dibandingkan fluida D pada berbagai suhu dan tekanan yang diuji.
WBM dengan 9 ppg disiapkan di dalam laboratorium tanpa mengandung meteri
pemberat. Selanjutnya dilakukan pengujian apparent viskositas dan ekuivalen viskositas.
Fluida ini dinotasilkan F pada gambar 12 yang memperlihatkan sebuah plot viskositas
apparetn pada shear rate yang tetap di 511 /detik dan 800 psi. Apparent viskositas
meningkat dengan kenaikan suhu sampai 250 F, namun tidak ada perubahan hingga
300 F dan akhirnya menurun. Hiller juga menunjukan sebuah peningkatan viskositas
apparent dari lumpur pemboran dengan kenaikan suhu sampai 350 F. Suhu dimana
mulainya penurunan viskositas tergantung pada komposisi fluida dan shear rate.
viskositas ekuivalen yang ditunjukkan oleh gambar 12 dan pada tekanan yang diujikan
memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan hingga suhu 250 F. akan tetapi setelah 250
F, nilai yang lebih besar hingga 350 F dari ekuivalen viskositas terjadi jika tekanan naik.
Setelah 350 F, viksoitas ekuivalen menunjukan penurunan yang tajam meskipun
nilaiviskositas ekuivalen jika dibandingkan lebih besar pada tekanan yang lebih tinggi.
Kenaikan viskositas ekuivalen pada tekanan tinggi dan suhu tetap ( diatas 250 F) akan
menyebabkan efek gel dari clay. Annis menyimpulkan bahwa setiap kenaikan gel
strength maka terjadi kenaikan suhu pada suspensi bentonite. Ini terlihat seperti proses
pembentuk gel yang disebabkan oleh penambahan tekanan.
Fluida F di campur dengan 5 lb./bbl campuran kimia (yang didominasi chrome
lignosulfonat) dan selanjutnya dilakukan percobaan uji viskositas ekuivalen dan
apparent viskositas. Campuran ini dinotasikan dengan fluida G yang karakternya
tergambar pada gambar 13. Setelah penambahan campuran kimia, fluida F akan
mengalami penurunan viskositas ekuivalen dan viskositas apparent pada suhu yang
rendah. Walaupun demikian, pada suhu yang lebih tinggi, pengaruh tekanan juga akan
sangat berpengaruh.
gambar 14 memperlihatkan plot viskositas ekuivalen vs tekanan pada berbagai suhu dari
lumpur pemboran H. Fluida H adalah WBM yang memiliki densitas 18,4 ppg. viskositas
ekuivalen dari fluida H pada suhu yang berbeda tidak dipengaruhi tekanan seperti fluida
A, B, C, D, dan E. Pada suhu 80 F , Tekanan tidak akan mempengaruhi viskositas
ekuivalen. Pada suhu yang tinggi, ada sebuah kenaikan viskositas ekuivalen seiring
naiknya tekanan. Kenaikan ini disebabkan struktur dari gel yang terbentuk. Gambar 15
adalah hasil crossplot dari gambar 14 dan terlihat disana di atas 400 F, fluida menjadi
gel secara drastis.
Gambar 16 memperlihatkan kedalaman vs viskositas ekuivalen untuk fluida H pada
kondisi pemboran. viskositas ekuivalen yang digunakan pada gambar 16 didapat dari
gambar 15 pada kedalaman yang berbeda. Untuk gradien suhu 2,2 F/100 ft, proses
pengerasan berawal pada kedalaman 14000 ft dan untuk 1,7 F/100 ft, pengerasan terjadi
pada kedalaman dibawah 18000 ft.
Summary
Dengan menggunakan modified Konsistometer maka kita akan mendapatkan informasi
yang lebih banyak tentang kelakuan aliran dari fluida pemboran. Hal ini dibuktikan
adanya pengaruh tekanan dan suhu dalam proses mulai terbentuknya pengentalan,
proses pengentalan, hingga akhirnya menjadi gel dan sulit untuk mengalir.
Pengukuran viskositas ekuivalen dipengaruhi arus pada kumparan, berat, ukuran, dan
bentuk dari bob yang digunakan. Jika arus pada kumparan meningkat atau berat dari
bob berkurang, lumpur akan semakin mudah menjadi gel pada suhu dan tekanan yang
lebih tinggi.
Hasil studi ini membandingkan modifief Fann konsistometer dengan Fann model 50
yang hasilnya adalah mirip dan memiliki kesamaan trend di dalam kelakuan dari fluida
berkonsistensi tinggi.
Kesimpulan
1. Keseluruhan grafik dari viskositas ekuivalen pada suhu dan tekanan yang berbeda telah
didapat dengan menguji satu sample. Pengujian dengan banyak sample akan lebih
melibatkan banyak prosedur dan lebih lama.
2. Dengan modifikasi dari konsistometer dan metoda pengkalibrasian, maka hal ini
memungkinkan bagi kita untuk mendapatkan nilai bacaan viskositas yang lebih akurat
yang kali ini untuk fluida newtonian (minyak silikon) pada harga viskositas yeng lebih
tinggi dari 25 cP, dengan cara demikian, kita menghasilkan suatu korelasi untuk
pengujian selanjutnya.
3. Data yang ditampilkan didukung oleh pernyataan berikut ini : a) kesamaan trend untuk
data yang didapat dari fluida unweighted dengan harga konsistensi yang tinggi ketika
dites menggunakan modified Fann consistometer dan Fann viscometer model 50. b)
Untuk lumpur invert emulsion, viskositas ekuivalen berbeda karena pengaruh tekanan
yang signifikan pada suhu yang rendah. c) viskositas ekuivalen dari WBM pada
umumnya lebih kecil pengaruhnya oleh suhu dan tekanan dibandingkan invert
emulsion. d) Pengaruh tekanan pada viskositas ekuivalen dari WBM tergantung
komposisi dan suhu sistem. e) campuran kimia yang mengandung chrome
lignosulfonate mengurangi efek suhu dan tekanan bagi viskositas ekuivalen dari WBM.
Kesimpulan Praktikum
1. Hematit adalah addtive yang sifatnya menaikkan densitas fluida
2. Walau tidak terjadi keakurasian nilai densitas dari mud balance namun nilainya tidak akan
jauh signifikan selama pengukuran dilakukan hati hati
3. Addtive PAC-R memiliki nilai Gel strength, Yield Point, apparent viskositas, dan plastic
viskositas yang lebih tinggi dibandingkan xanthan gum dan unistarch.
4. Kecilnya volum filtrat pada CMC-LV mengindikasikan CMC adalah additive filtration fluid loss
5. Percobaan ini hanya melihat ketinggian mud cake saat kondisi statis tidak pada dinamik
6. Duranex dan unistarch adalah filtration loss control yang memperkecil laju flitrasi sehingga
padatan yang tersaring (ditandai tebal mud cake) kecil