Laporan Lokakarya Mini II

16
LAPORAN LOKAKARYA MINI II KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA A. Pendahuluan Hasil pengkajian di Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan pancoran Mas Kota Depok tahun 2009 khususnya di RW 03, RW 04, dan RW 09 didapatkan data tentang kebiasaan dan gaya hidup remaja, pengetahuan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual remaja. Frekuensi remaja pergi ke pesta remaja dalam sebulan 20,6%. Frekuensi remaja dalam menonton film di bioskop dalam sebulan 25,4%. Gaya hidup remaja akan menetukan kehidupan remaja dalam pergaulan diluar rumah terkait dalam kebebasan remaja dalam menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Remaja yang mengkonsumsi alcohol terbanyak 1-5 kali dalam sebulan 11,1%, remaja yang merokok 1-5 batang dalam seminggu 7,9%, dan remaja yang sudah mengkonsumsi narkoba 3,2%. Alkohol, rokok, dan narkoba yang dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan dalam kurun waktu yang lama akan mengakibatkan kanker dan mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja terkait dengan tingkat kesuburan. Perilaku seksual remaja di RW 03, RW 04, dan RW 09 Kelurahan Ratu Jaya Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok didapatkan hasil dari cuma berpacaran dengan berpegangan mesra 36,5% sampai yang melakukan hubungan badan 3,2%. Rancangan perencanaan program dalam mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja di Kelurahan Ratu

description

LOKAKARYA MINI MERUPAKAN LANGKAH UNTUK MENENTUKAN RENCANA APA YANG AKAN KITA LAKUKAN DENGAN MASALAH YANG ADA DI MASYARAKAT

Transcript of Laporan Lokakarya Mini II

Page 1: Laporan Lokakarya Mini II

LAPORAN LOKAKARYA MINI II

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

A. Pendahuluan

Hasil pengkajian di Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan pancoran Mas Kota

Depok tahun 2009 khususnya di RW 03, RW 04, dan RW 09 didapatkan data tentang

kebiasaan dan gaya hidup remaja, pengetahuan kesehatan reproduksi dan perilaku

seksual remaja. Frekuensi remaja pergi ke pesta remaja dalam sebulan 20,6%.

Frekuensi remaja dalam menonton film di bioskop dalam sebulan 25,4%. Gaya hidup

remaja akan menetukan kehidupan remaja dalam pergaulan diluar rumah terkait dalam

kebebasan remaja dalam menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Remaja yang

mengkonsumsi alcohol terbanyak 1-5 kali dalam sebulan 11,1%, remaja yang merokok

1-5 batang dalam seminggu 7,9%, dan remaja yang sudah mengkonsumsi narkoba

3,2%. Alkohol, rokok, dan narkoba yang dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan

dalam kurun waktu yang lama akan mengakibatkan kanker dan mempengaruhi

kesehatan reproduksi remaja terkait dengan tingkat kesuburan. Perilaku seksual remaja

di RW 03, RW 04, dan RW 09 Kelurahan Ratu Jaya Kecamatan Pancoran Mas Kota

Depok didapatkan hasil dari cuma berpacaran dengan berpegangan mesra 36,5%

sampai yang melakukan hubungan badan 3,2%.

Rancangan perencanaan program dalam mengatasi permasalahan kesehatan

reproduksi remaja di Kelurahan Ratu Jaya ditekankan pada prevensi primer, sekunder,

dan tersier. Program kesehatan reproduksi remaja di Kelurahan ratu Jaya ini diberi

nama Program Masa Depanku Adalah Pilihanku (MDAP). Program MDAP ini akan

diimplementasikan kedalam suatu aktivitas kegiatan di komunitas. Rencana kegiatan

pada aggregate anak remaja dengan kebutuhan kesehatan reproduksi di Kelurahan Ratu

Jaya diberikan dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership, empowerment dan

kelompok (peer group) remaja.

Rencana kegiatan dirancang untuk memberikan pembekalan pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku anak remaja dalam rangka peningkatan kesehatan serta

berupaya mencari alternatif kegiatan positif dalam tumbuh kembangnya dan

pemenuhan kesehatan reproduksi remaja. Waktu kegiatan disesuaikan dengan

ketersediaan waktu anak remaja. Kegiatan dilaksanakan di wilayah Kelurahan Ratu

Page 2: Laporan Lokakarya Mini II

Jaya dengan pertimbangan dekat, terjangkau, dan tidak memerlukan alat transportasi.

Pelaksanaan kegiatan melibatkan anak remaja, orang tua, perawat, pemerintah (Dinas

Kesehatan, Dinas Pendidikan, BKKBN, PKBI, dan Kelurahan), dan LSM. Berdasarkan

uraian tersebut diatas, maka perlu untuk disusun suatu rancangan implementasi dan

rancangan evaluasi program yang efektif dan efisien sehingga program MDAP ini

dapat dilksanakan dalam mengatasi permasalahan tumbuh kembang remaja dan

kesehatan reproduksi remaja di Kelurahan Ratu Jaya Kecamatan pancoran Mas, Kota

Depok.

B. Pelaksanaan Kegiatan

Implementasi asuhan keperawatan komunitas dilakukan melalui

pengorganisasian masyarakat yang mengutamakan pengembangan wilayah setempat

(locality development). Tanggung jawab perawat keperawatan komunitas lebih

mengedepankan upaya promotif, protektif dan preventif sesuai dengan

kewenangannya, berkolaborasi dengan tim lain, menggerakkan dan memberdayakan

masyarakat, sehingga terwujud masyarakat mandiri yang mampu mengatasi

permasalahannya. Menurut Ervin (2002) prinsip dasar yang dibangun harus didasarkan

kepada pemberdayaan (empowerment) masyarakat, sehingga suatu ketika

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi pada usia remaja harus dilaksanakan

secara mandiri oleh masyarakat baik pendanaan maupun pelaksanaannya.

Pelaksanaan program Masa Depanku Adalah Pilihanku (MDAP) dalam

mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja ini dilakukan dalam bentuk dua

kegiatan utama. Bentuk kegiatan tersebut adalah pembentukan kelompok kesehatan

(peer group) remaja dan pembentukan kelompok dukungan sosial (social support). Sub

program kegiatan dalam peer group remaja terdiri dari beberpa aktivitas dalam

peningkatan segi kognitif, afektif dan psikomotor remaja terhadap masalah kesehatan

reproduksi remaja. Sub program kegiatan dalam social support remaja ditekankan pada

aktivitas kegiatan berupa tehnik komunikasi yang efektif dengan remaja dari orang tua

untuk remaja.

Mahasiswa telah melakukan beberapa kegiatan untuk mengatasi masalah yang

kesehatan reproduksi remaja. Pelaksanaan program kegiatan MDAP ini dilakukan di

RW 09 Kelurahan Ratujaya sebagai pusat atau kantong masalah kesehatan reproduksi

Page 3: Laporan Lokakarya Mini II

remaja sebagai daerah binaan mahasiswa. Bentuk pelaksanaan kegiatan yang sudah

dilakukan dengan mempertimbangkan terbatasnya waktu implementasi dan SDM

dalam menjalankan program, maka dipilih beberapa kegiatan yang telah direncanakan

sebagai berikut:

1. Pembentukan Peer group yang terdiri dari remaja dengan masalah maupun

yang beresiko mengalami masalah kesehatan reproduksi.

Pembentukan kelompok dilakukan di RW 09 khususnya remaja yang ada di

RT 01 dan RT 02 RW 09 Kelurahan Ratu Jaya Kota Depok. Anggota terdiri dari 14

orang remaja. Pembentukan kelompok tersebut telah disepakati oleh anggota dan

aparat RT dan RW setempat. Susunan Organisasi kelompok tersebut telah

disosialisasikan kepada Ketua RW setempat dan mendapat dukungan terkait

penyelenggaraan kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok kesehatan (peer group)

remaja adalah perkenalan, sosialisasi kegiatan kelompok dan manual belajar aktif

remajha tentang kesehatan reproduksi yang dipandu oleh seorang fasilitator dari

kelompok remaja dan kader kesehatan dengan supervisi dari mahasiswa.

Kegiatan peer group remaja melalui Manual Belajar Aktif Remaja (MBAR)

mengenai kesehatan reproduksi remaja dilakukan dalam 3 kali pertemuan. MBAR

didalam peer group remaja dilakukan pada tanggal 12, 13, dan 24 November 2009

selama 2 jam setiap pertemuan yang dimulai pada jam 15.30 sampai dengan jam

17.30 WIB, di rumah ibu kader kesehatan RW 09. bentuk kegiatan peer group

remaja melalui MBAR ini adalah sebagai berikut:

a. Tanggal 12 November 2009

Pada pertemuan pertama ini dilakukan perkenalan, sosialisasi, pembentukan

kelompok kesehatan remaja, dan pembelajaran melalui MBAR tentang masalah

diriku dan tubuhku (bagian-bagian tubuhku, mengenal organ-organ reproduksi,

pemeliharaan kebersihan diri dan organ-organ reproduksi).

b. Tanggal 13 November 2009

Pada pertemuan kedua dilakukan pembelajaran melalui MBAR tentang masalah

perunahan-perubahan pada diriku (mengenali perubahan tubuh, mengenali

perubahan emosi, masalah kematangan seksual (haid/menstruasi pada

perempuan, mimpi basah pada laki-laki, proses pembuahan dan kehamilan),

masalah hubungan seksual dan akibat-akibatnya (apa yang disebut sex, akibat

hubungan seksual terhadap remaja, kekerasan seksual).

Page 4: Laporan Lokakarya Mini II

c. Tanggal 24 November 2009

Pada pertemuan ketiga dilakukan pembelajaran melalui MBAR tentang

peningkatan ketrampilan hidup pada remaja (tanggung jawab, penolakan

ajakan, dan kepercayaan diri remaja) dan penyusunan program kegiatan peer

group remaja.

Hasil dari pelaksanaan kegiatan peer group remaja dengan permasalahan

kesehatan reproduksi ini dibentuk struktur keorganisasian kelompok kesehatan

remaja dan disusun suatu program kerja atau kegiatan kelompok tersebut. Struktur

organisasi ini akan bertugas dalam mengkoordinasikan kegiatan yang telah disusun

agar terlaksana dengan baik. Bentuk struktur kelompok kesehatan remaja dan

program kegiatan kelompok kesehatan remaja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Struktur kelompok kesehatan remaja

a. Nama organisasi: Laskar Masa Depan

b. Kepengurusan:

1) Pembina :

Ketua RW 09

Ketua RW Siaga RW 09

Kader Kesehatan RW 09

2) Struktur inti:

Ketua : M Romadhony

Sekretaris : Iin

Bendahara : Selvi

Seksi kegiatan :

1. Pendidikan kesehatan reproduksi : Yuni

2. Kegiatan sosial : Supardi

3. Kegiatan keagamaan : Evi

4. Kegiatan olah raga : Sidiq

2. Program kegiatan remaja

a. Pendidikan secara berkala dan berkelanjutan tentang kesehatan

reproduksi remaja melalui pengajian remaja dilaksanakan setiap Kamis jam

19.30 Wib.

b. Kegiatan keagamaan:

1) Pengajian remaja setiap Kamis jam 20.30 Wib.

Page 5: Laporan Lokakarya Mini II

2) Marawis setiap Rabu jam 19.30 Wib.

c. Kegiatan sosial

1) Karang taruna (akan dibentuk lebih lanjut)

2) Kerja bakti (Minggu bersih dan disesuaikan dengan kegiatan di

RT/RW)

3) Kunjungan rumah remaja yang bermasalah (sesuai dengan

situasi dan kondisi)

d. Kegiatan olah raga

1) Sepak bola (Jum’at Minggu I dan III jam 15.00 Wib)

2) Futsall (Jum’at Minggu II dan IV jam 15.00 Wib)

Kegiatan peer group remaja diikuti oleh 10-15 orang remaja setiap

pertemuannya. Anggota kelompok antusias terhadap kegiatan dan aktif bertanya

terkait dengan materi kesehatan reproduksi yang disampaikan. Remaja sebelum

mengikuti kegiatan peer group melalui MBAR dilakukan pre dan post test untuk

mengetahui tingkat penegatahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Kategori

tingkat pengetahuan remaja mengenai permasalahan seputar kesehatan reproduksi

sebelum dilakukan kegiatan peer group remaja melalui MBAR adalah 6,7%

berpengetahuan jelek, 46,7% berpengetahuan sedang dan baik. Setelah dilakukan

peer group remaja melalui MBAR, kategori pengetahuan remaja seputar masalah

kesehatan reproduksi adalah 46,7% berpengatahuan sedang dan 53,3%

berpengetahuan baik. Kegiatan kelompok selanjutnya disepakati oleh anggota

kelompok melalui penyusunan program kegiatan remaja. Selanjutnya disepakati

untuk kegiatan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati

bersama.

Faktor pendukung kegiatan ini adalah tingginya kesadaran remaja dan

dukungan dari aparat wilayah setempat dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok

remaja untuk dapat meningkatkan kemamdirian remaja dalam menyelesaikan

masalah kesehatan reproduksi remaja. Faktor penghambat dalam kegiatan ini

adalah keterbatasan waktu dari remaja yang sebagaian besar adalah siswa sekolah

dan ada juga yang sudah bekerja sehingga menyebabkan kurangnya motivasi untuk

memberikan bantuan atau kunjungan rumah kepada remaja yang bermasalah

ataupun melakukan kegiatan yang telah terjadwal sehingga kegiatan kelompok

Page 6: Laporan Lokakarya Mini II

yang dilakukan hanya diikuti oleh remaja yang memiliki banyak waktu luang dan

belum bekerja.

2. Pemberian dukungan sosial kepada remaja (Social Support)

Kegiatan pemberian dukungan sosial kepada remaja diberikan kepada orang

tua yang memiliki anak remaja dengan/atau tanpa masalah kesehatan reproduksi.

Pemberian dukungan sosial oleh orang tua kepada remaja dilakukan melalui tehnik

komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja. Kegiatan pendidikan dan

pelatihan komunikasi efektif dengan remaja ini diikuti oleh 10 orang tua remaja.

Dalam kegiatan ini, orang tua dilatih untuk berkomunikasi dengan remaja secara

efektif sehingga setiap ada permasalahan pada diri remaja maka remaja akan

mampu mendiskusikan permasalahan tersebut yang pertama di keluarganya.

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 2 Desember 2009 jam 10.00 Wib di

rumah salah satu warga RT 01 RW 09 Kelurahan Ratu Jaya. Pada kegiatan ini para

orang tua khususnya ibu-ibu antusias dalam mengikuti kegiatan dan

meredemonstrasi dalam mempraktekkan cara berkomunikasi dengan remaja. Faktor

keberhasilan dari kegiatan ini adalah motivasi yang tinggi dari orang tua untuk

dapat memecahkan masalah remaja. Hal ini dikarenakan, orang tua merasa selama

ini selalu dianggap cerewet dan tidak gaul oleh remaja apabila berbicara dengan

remaja atau mendiskusikan masalah-masalah remaja di keluarga mereka. Faktor

penghambat dalam kegiatan ini adalah ketidakmauan kehadiran remaja dalam

kegiatan ini sehingga interaksi antara orang tua dengan remaja tidak terobservasi.

Selanjutnya untuk mengatasi faktor tersebut, maka mahasiswa akan melakukan

kunjungan tidak terencana kepada keluarga binaan untuk melihat ketrampilan

komunikasi yang telah diberikan.

3. Penyebarluasan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja

Penyebarluasan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja dilakukan

melalui pembuatan leaflet dan pamflet mengenai kesehatan reproduksi. Leaflet

yang disebarluaskan di kelompok remaja diantaranya mengenai tumbuh kembang

remaja, reproduksi sehat remaja, infeksi menular seksual, free sex dan kesehatan

reproduksi, kenakalan remaja, HIV, Narkotika, merokok, dan komunikasi dengan

remaja. Leaflet ini dibagikan kepada remaja di keluarga binaan mahasiswa dan

Page 7: Laporan Lokakarya Mini II

remaja di RW 09 melalui acara pengajian remaja. Penyebarluasan pamflet

mengenai kesehatan reproduksi remaja dilakukan pemasangan poster tentang

kesehatan reproduksi remaja di Pos RW Siaga RW 09.

Faktor pendukung kegiatan ini adalah keinginan yang tinggi dari remaja

untuk mengetahui lebih banyak mengenai kesehatan reproduksi remaja dan

permasalahan seputar remaja. Faktor penghambat kegiatan ini adalah kurangnya

sumber dana dalam pengadaan media penyebarluasan informasi kesehatan

reproduksi. Hal ini dapat diatasi dengan meminta bantuan kepada Dinas Kesehatan

Kota Depok dan Lembaga Konselor HIV/AIDS di Bandung untuk memberikan

media pembeljaran tentang kesehatan reproduksi remaja.

4. Pembinaan keluarga dengan anak remaja mengenai permasalahan kesehatan

reproduksi.

Pembinaan dilakukan pada 10 keluarga di wilayah RW 03 dan RW 09

Kelurahan Ratu Jaya yang meliputi 2 keluarga di RW 03 dan 8 keluarga di RW 09.

Hasil yang diperoleh meliputi 10 lanjut usia melaporkan bahwa terjadi kedisiplinan

remaja, kegiatan di luar rumah mulai berkurang, keluarga dan orang tua mulai

terjadi komunikasi, remaja terbuka tentang ketertarikan dengan lawan jenis dan

menceritakan hal tersebut ke orang tua.

Terapi Keperawatan yang utama dilakukan pada 10 keluarga dengan anak

remaja mengenai kesehatan reproduksi adalah melakukan konseling kepada remaja

dan orang tua, teraapi modifikasi perilaku dalam mendisiplinkan remaja,

pengembangan ketrampilan hidup dengan penegmbangan tanggung jawab dan

peningkatan kepercayaan diri remaja, mengajarkan tehnik komunikasi yang efektif

dengan remaja, dan mengajarkan tekhnik nafas dalam (pernafasan diafragma)

untuk mengurangi stress pada remaja dan orang tua akibat konflik diantara

keduanya. Faktor pendukung kegiatan ini adalah 100% keluarga binaan sangat

kooperatif. Disamping itu terdapat faktor penghambat kegiatan yaitu waktu praktik

yang terbatas dan luasnya wilayah praktik sehingga mahasiswa mempengaruhi

kegiatan yang dilakukan.

Page 8: Laporan Lokakarya Mini II
Page 9: Laporan Lokakarya Mini II

C. Analisis Pelaksanaan Program

No Masalah Kegiatan Evaluasi Analisis Pendukung dan Penghambat Kegiatan

Rencana Tindak Lanjut

1 Risiko terjadinya penyakit menular seksual pada remaja di Kelurahan Ratu Jaya

1. Pembentukan kelompok kesehatan (peer group) remaja

2. Pembinaan keluarga dengan anak remaja mengenai kesehatan reproduksi

b. Remaja hadir dalam kegiatan 10-15 orang

c. Remaja antusias mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan reproduksi melalui MBAR

d. Terbentuk struktur organisasi peer group remaja

e. Tersusun rencana program kegiatan remaja

f. Terbina 10 keluarga dengan anak remaja

1. Peer group remaja:a.Faktor pendukung: tingginya

kesadaran remaja dan dukungan dari aparat wilayah setempat dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok remaja untuk dapat meningkatkan kemamdirian remaja dalam menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi remaja

b. Faktor penghambat: keterbatasan waktu dari remaja yang sebagaian besar adalah siswa sekolah dan ada juga yang sudah bekerja sehingga menyebabkan kurangnya motivasi untuk memberikan bantuan atau kunjungan rumah kepada remaja yang bermasalah ataupun melakukan kegiatan yang telah terjadwal sehingga kegiatan kelompok yang dilakukan hanya diikuti oleh remaja yang memiliki banyak waktu luang dan belum bekerja.

2. Pembinaan keluarga:a. Faktor pendukung: 100%

keluarga binaan sangat kooperatif.b. Faktor penghambat: praktik

yang terbatas dan luasnya wilayah

a. Kegiatan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.

b. Program pendidikan kesehatan reproduksi akan dibahas melalui forum kajian pengajian remaja dengan pendekatan ilmu agama

c. Kunjungan rumah terhadap beberapa remaja yang mengalami permasalahan oleh sesame remaja dan kader kesehatan

d. Kegiatan akan dilakukan pada hari libur atau hasil rapat sebelumnya dengan remaja

Page 10: Laporan Lokakarya Mini II

praktik sehingga mahasiswa mempengaruhi kegiatan yang dilakukan.

2 Pola koping remaja di komunitas tentang kesehatan reproduksi remaja di Kelurahan Ratu Jaya tidak berfungsi

1. Pemberian dukungan social (social support) kepada remaja melalui komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja

2. Penyebarluasan informasi tentang kesehatan reproduksi

a. Orang tua yang hadir dalam kegiatan 10 orang

b. Orang tua antusias dalam mempraktekkan komunikasi yang efektif kepada remaja

c. Tersebarnya leaflet dan pamphlet tentang kesehatan reproduksi di RW 09

1. Sosial support:a. Faktor pendukung:

motivasi yang tinggi dari orang tua untuk dapat memecahkan masalah remaja. Hal ini dikarenakan, orang tua merasa selama ini selalu dianggap cerewet dan tidak gaul oleh remaja apabila berbicara dengan remaja atau mendiskusikan masalah-masalah remaja di keluarga mereka.

b. Faktor penghambat: ketidakmauan kehadiran remaja dalam kegiatan ini sehingga interaksi antara orang tua dengan remaja tidak terobservasi.

2. Penyebarluasan informasi kesehatan reproduksia. Faktor pendukung:

keinginan yang tinggi dari remaja untuk mengetahui lebih banyak mengenai kesehatan reproduksi remaja dan permasalahan seputar remaja.

b. Faktor penghambat: kurangnya sumber dana dalam pengadaan media penyebarluasan

a. Kunjungan tidak terencana kepada keluarga binaan untuk melihat ketrampilan komunikasi yang telah diberikan.

b. Meminta bantuan kepada Dinas Kesehatan Kota Depok dan Lembaga Konselor HIV/AIDS dan BKKBN untuk memberikan media pembelajaran tentang kesehatan reproduksi remaja.

Page 11: Laporan Lokakarya Mini II

informasi kesehatan reproduksi.