Laporan Lokakarya Mini II
-
Upload
melisumarso-nila -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
description
Transcript of Laporan Lokakarya Mini II
LAPORAN LOKAKARYA MINI II
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
A. Pendahuluan
Hasil pengkajian di Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan pancoran Mas Kota
Depok tahun 2009 khususnya di RW 03, RW 04, dan RW 09 didapatkan data tentang
kebiasaan dan gaya hidup remaja, pengetahuan kesehatan reproduksi dan perilaku
seksual remaja. Frekuensi remaja pergi ke pesta remaja dalam sebulan 20,6%.
Frekuensi remaja dalam menonton film di bioskop dalam sebulan 25,4%. Gaya hidup
remaja akan menetukan kehidupan remaja dalam pergaulan diluar rumah terkait dalam
kebebasan remaja dalam menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Remaja yang
mengkonsumsi alcohol terbanyak 1-5 kali dalam sebulan 11,1%, remaja yang merokok
1-5 batang dalam seminggu 7,9%, dan remaja yang sudah mengkonsumsi narkoba
3,2%. Alkohol, rokok, dan narkoba yang dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan
dalam kurun waktu yang lama akan mengakibatkan kanker dan mempengaruhi
kesehatan reproduksi remaja terkait dengan tingkat kesuburan. Perilaku seksual remaja
di RW 03, RW 04, dan RW 09 Kelurahan Ratu Jaya Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok didapatkan hasil dari cuma berpacaran dengan berpegangan mesra 36,5%
sampai yang melakukan hubungan badan 3,2%.
Rancangan perencanaan program dalam mengatasi permasalahan kesehatan
reproduksi remaja di Kelurahan Ratu Jaya ditekankan pada prevensi primer, sekunder,
dan tersier. Program kesehatan reproduksi remaja di Kelurahan ratu Jaya ini diberi
nama Program Masa Depanku Adalah Pilihanku (MDAP). Program MDAP ini akan
diimplementasikan kedalam suatu aktivitas kegiatan di komunitas. Rencana kegiatan
pada aggregate anak remaja dengan kebutuhan kesehatan reproduksi di Kelurahan Ratu
Jaya diberikan dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership, empowerment dan
kelompok (peer group) remaja.
Rencana kegiatan dirancang untuk memberikan pembekalan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku anak remaja dalam rangka peningkatan kesehatan serta
berupaya mencari alternatif kegiatan positif dalam tumbuh kembangnya dan
pemenuhan kesehatan reproduksi remaja. Waktu kegiatan disesuaikan dengan
ketersediaan waktu anak remaja. Kegiatan dilaksanakan di wilayah Kelurahan Ratu
Jaya dengan pertimbangan dekat, terjangkau, dan tidak memerlukan alat transportasi.
Pelaksanaan kegiatan melibatkan anak remaja, orang tua, perawat, pemerintah (Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan, BKKBN, PKBI, dan Kelurahan), dan LSM. Berdasarkan
uraian tersebut diatas, maka perlu untuk disusun suatu rancangan implementasi dan
rancangan evaluasi program yang efektif dan efisien sehingga program MDAP ini
dapat dilksanakan dalam mengatasi permasalahan tumbuh kembang remaja dan
kesehatan reproduksi remaja di Kelurahan Ratu Jaya Kecamatan pancoran Mas, Kota
Depok.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Implementasi asuhan keperawatan komunitas dilakukan melalui
pengorganisasian masyarakat yang mengutamakan pengembangan wilayah setempat
(locality development). Tanggung jawab perawat keperawatan komunitas lebih
mengedepankan upaya promotif, protektif dan preventif sesuai dengan
kewenangannya, berkolaborasi dengan tim lain, menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat, sehingga terwujud masyarakat mandiri yang mampu mengatasi
permasalahannya. Menurut Ervin (2002) prinsip dasar yang dibangun harus didasarkan
kepada pemberdayaan (empowerment) masyarakat, sehingga suatu ketika
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi pada usia remaja harus dilaksanakan
secara mandiri oleh masyarakat baik pendanaan maupun pelaksanaannya.
Pelaksanaan program Masa Depanku Adalah Pilihanku (MDAP) dalam
mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja ini dilakukan dalam bentuk dua
kegiatan utama. Bentuk kegiatan tersebut adalah pembentukan kelompok kesehatan
(peer group) remaja dan pembentukan kelompok dukungan sosial (social support). Sub
program kegiatan dalam peer group remaja terdiri dari beberpa aktivitas dalam
peningkatan segi kognitif, afektif dan psikomotor remaja terhadap masalah kesehatan
reproduksi remaja. Sub program kegiatan dalam social support remaja ditekankan pada
aktivitas kegiatan berupa tehnik komunikasi yang efektif dengan remaja dari orang tua
untuk remaja.
Mahasiswa telah melakukan beberapa kegiatan untuk mengatasi masalah yang
kesehatan reproduksi remaja. Pelaksanaan program kegiatan MDAP ini dilakukan di
RW 09 Kelurahan Ratujaya sebagai pusat atau kantong masalah kesehatan reproduksi
remaja sebagai daerah binaan mahasiswa. Bentuk pelaksanaan kegiatan yang sudah
dilakukan dengan mempertimbangkan terbatasnya waktu implementasi dan SDM
dalam menjalankan program, maka dipilih beberapa kegiatan yang telah direncanakan
sebagai berikut:
1. Pembentukan Peer group yang terdiri dari remaja dengan masalah maupun
yang beresiko mengalami masalah kesehatan reproduksi.
Pembentukan kelompok dilakukan di RW 09 khususnya remaja yang ada di
RT 01 dan RT 02 RW 09 Kelurahan Ratu Jaya Kota Depok. Anggota terdiri dari 14
orang remaja. Pembentukan kelompok tersebut telah disepakati oleh anggota dan
aparat RT dan RW setempat. Susunan Organisasi kelompok tersebut telah
disosialisasikan kepada Ketua RW setempat dan mendapat dukungan terkait
penyelenggaraan kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok kesehatan (peer group)
remaja adalah perkenalan, sosialisasi kegiatan kelompok dan manual belajar aktif
remajha tentang kesehatan reproduksi yang dipandu oleh seorang fasilitator dari
kelompok remaja dan kader kesehatan dengan supervisi dari mahasiswa.
Kegiatan peer group remaja melalui Manual Belajar Aktif Remaja (MBAR)
mengenai kesehatan reproduksi remaja dilakukan dalam 3 kali pertemuan. MBAR
didalam peer group remaja dilakukan pada tanggal 12, 13, dan 24 November 2009
selama 2 jam setiap pertemuan yang dimulai pada jam 15.30 sampai dengan jam
17.30 WIB, di rumah ibu kader kesehatan RW 09. bentuk kegiatan peer group
remaja melalui MBAR ini adalah sebagai berikut:
a. Tanggal 12 November 2009
Pada pertemuan pertama ini dilakukan perkenalan, sosialisasi, pembentukan
kelompok kesehatan remaja, dan pembelajaran melalui MBAR tentang masalah
diriku dan tubuhku (bagian-bagian tubuhku, mengenal organ-organ reproduksi,
pemeliharaan kebersihan diri dan organ-organ reproduksi).
b. Tanggal 13 November 2009
Pada pertemuan kedua dilakukan pembelajaran melalui MBAR tentang masalah
perunahan-perubahan pada diriku (mengenali perubahan tubuh, mengenali
perubahan emosi, masalah kematangan seksual (haid/menstruasi pada
perempuan, mimpi basah pada laki-laki, proses pembuahan dan kehamilan),
masalah hubungan seksual dan akibat-akibatnya (apa yang disebut sex, akibat
hubungan seksual terhadap remaja, kekerasan seksual).
c. Tanggal 24 November 2009
Pada pertemuan ketiga dilakukan pembelajaran melalui MBAR tentang
peningkatan ketrampilan hidup pada remaja (tanggung jawab, penolakan
ajakan, dan kepercayaan diri remaja) dan penyusunan program kegiatan peer
group remaja.
Hasil dari pelaksanaan kegiatan peer group remaja dengan permasalahan
kesehatan reproduksi ini dibentuk struktur keorganisasian kelompok kesehatan
remaja dan disusun suatu program kerja atau kegiatan kelompok tersebut. Struktur
organisasi ini akan bertugas dalam mengkoordinasikan kegiatan yang telah disusun
agar terlaksana dengan baik. Bentuk struktur kelompok kesehatan remaja dan
program kegiatan kelompok kesehatan remaja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Struktur kelompok kesehatan remaja
a. Nama organisasi: Laskar Masa Depan
b. Kepengurusan:
1) Pembina :
Ketua RW 09
Ketua RW Siaga RW 09
Kader Kesehatan RW 09
2) Struktur inti:
Ketua : M Romadhony
Sekretaris : Iin
Bendahara : Selvi
Seksi kegiatan :
1. Pendidikan kesehatan reproduksi : Yuni
2. Kegiatan sosial : Supardi
3. Kegiatan keagamaan : Evi
4. Kegiatan olah raga : Sidiq
2. Program kegiatan remaja
a. Pendidikan secara berkala dan berkelanjutan tentang kesehatan
reproduksi remaja melalui pengajian remaja dilaksanakan setiap Kamis jam
19.30 Wib.
b. Kegiatan keagamaan:
1) Pengajian remaja setiap Kamis jam 20.30 Wib.
2) Marawis setiap Rabu jam 19.30 Wib.
c. Kegiatan sosial
1) Karang taruna (akan dibentuk lebih lanjut)
2) Kerja bakti (Minggu bersih dan disesuaikan dengan kegiatan di
RT/RW)
3) Kunjungan rumah remaja yang bermasalah (sesuai dengan
situasi dan kondisi)
d. Kegiatan olah raga
1) Sepak bola (Jum’at Minggu I dan III jam 15.00 Wib)
2) Futsall (Jum’at Minggu II dan IV jam 15.00 Wib)
Kegiatan peer group remaja diikuti oleh 10-15 orang remaja setiap
pertemuannya. Anggota kelompok antusias terhadap kegiatan dan aktif bertanya
terkait dengan materi kesehatan reproduksi yang disampaikan. Remaja sebelum
mengikuti kegiatan peer group melalui MBAR dilakukan pre dan post test untuk
mengetahui tingkat penegatahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Kategori
tingkat pengetahuan remaja mengenai permasalahan seputar kesehatan reproduksi
sebelum dilakukan kegiatan peer group remaja melalui MBAR adalah 6,7%
berpengetahuan jelek, 46,7% berpengetahuan sedang dan baik. Setelah dilakukan
peer group remaja melalui MBAR, kategori pengetahuan remaja seputar masalah
kesehatan reproduksi adalah 46,7% berpengatahuan sedang dan 53,3%
berpengetahuan baik. Kegiatan kelompok selanjutnya disepakati oleh anggota
kelompok melalui penyusunan program kegiatan remaja. Selanjutnya disepakati
untuk kegiatan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati
bersama.
Faktor pendukung kegiatan ini adalah tingginya kesadaran remaja dan
dukungan dari aparat wilayah setempat dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok
remaja untuk dapat meningkatkan kemamdirian remaja dalam menyelesaikan
masalah kesehatan reproduksi remaja. Faktor penghambat dalam kegiatan ini
adalah keterbatasan waktu dari remaja yang sebagaian besar adalah siswa sekolah
dan ada juga yang sudah bekerja sehingga menyebabkan kurangnya motivasi untuk
memberikan bantuan atau kunjungan rumah kepada remaja yang bermasalah
ataupun melakukan kegiatan yang telah terjadwal sehingga kegiatan kelompok
yang dilakukan hanya diikuti oleh remaja yang memiliki banyak waktu luang dan
belum bekerja.
2. Pemberian dukungan sosial kepada remaja (Social Support)
Kegiatan pemberian dukungan sosial kepada remaja diberikan kepada orang
tua yang memiliki anak remaja dengan/atau tanpa masalah kesehatan reproduksi.
Pemberian dukungan sosial oleh orang tua kepada remaja dilakukan melalui tehnik
komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja. Kegiatan pendidikan dan
pelatihan komunikasi efektif dengan remaja ini diikuti oleh 10 orang tua remaja.
Dalam kegiatan ini, orang tua dilatih untuk berkomunikasi dengan remaja secara
efektif sehingga setiap ada permasalahan pada diri remaja maka remaja akan
mampu mendiskusikan permasalahan tersebut yang pertama di keluarganya.
Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 2 Desember 2009 jam 10.00 Wib di
rumah salah satu warga RT 01 RW 09 Kelurahan Ratu Jaya. Pada kegiatan ini para
orang tua khususnya ibu-ibu antusias dalam mengikuti kegiatan dan
meredemonstrasi dalam mempraktekkan cara berkomunikasi dengan remaja. Faktor
keberhasilan dari kegiatan ini adalah motivasi yang tinggi dari orang tua untuk
dapat memecahkan masalah remaja. Hal ini dikarenakan, orang tua merasa selama
ini selalu dianggap cerewet dan tidak gaul oleh remaja apabila berbicara dengan
remaja atau mendiskusikan masalah-masalah remaja di keluarga mereka. Faktor
penghambat dalam kegiatan ini adalah ketidakmauan kehadiran remaja dalam
kegiatan ini sehingga interaksi antara orang tua dengan remaja tidak terobservasi.
Selanjutnya untuk mengatasi faktor tersebut, maka mahasiswa akan melakukan
kunjungan tidak terencana kepada keluarga binaan untuk melihat ketrampilan
komunikasi yang telah diberikan.
3. Penyebarluasan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja
Penyebarluasan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja dilakukan
melalui pembuatan leaflet dan pamflet mengenai kesehatan reproduksi. Leaflet
yang disebarluaskan di kelompok remaja diantaranya mengenai tumbuh kembang
remaja, reproduksi sehat remaja, infeksi menular seksual, free sex dan kesehatan
reproduksi, kenakalan remaja, HIV, Narkotika, merokok, dan komunikasi dengan
remaja. Leaflet ini dibagikan kepada remaja di keluarga binaan mahasiswa dan
remaja di RW 09 melalui acara pengajian remaja. Penyebarluasan pamflet
mengenai kesehatan reproduksi remaja dilakukan pemasangan poster tentang
kesehatan reproduksi remaja di Pos RW Siaga RW 09.
Faktor pendukung kegiatan ini adalah keinginan yang tinggi dari remaja
untuk mengetahui lebih banyak mengenai kesehatan reproduksi remaja dan
permasalahan seputar remaja. Faktor penghambat kegiatan ini adalah kurangnya
sumber dana dalam pengadaan media penyebarluasan informasi kesehatan
reproduksi. Hal ini dapat diatasi dengan meminta bantuan kepada Dinas Kesehatan
Kota Depok dan Lembaga Konselor HIV/AIDS di Bandung untuk memberikan
media pembeljaran tentang kesehatan reproduksi remaja.
4. Pembinaan keluarga dengan anak remaja mengenai permasalahan kesehatan
reproduksi.
Pembinaan dilakukan pada 10 keluarga di wilayah RW 03 dan RW 09
Kelurahan Ratu Jaya yang meliputi 2 keluarga di RW 03 dan 8 keluarga di RW 09.
Hasil yang diperoleh meliputi 10 lanjut usia melaporkan bahwa terjadi kedisiplinan
remaja, kegiatan di luar rumah mulai berkurang, keluarga dan orang tua mulai
terjadi komunikasi, remaja terbuka tentang ketertarikan dengan lawan jenis dan
menceritakan hal tersebut ke orang tua.
Terapi Keperawatan yang utama dilakukan pada 10 keluarga dengan anak
remaja mengenai kesehatan reproduksi adalah melakukan konseling kepada remaja
dan orang tua, teraapi modifikasi perilaku dalam mendisiplinkan remaja,
pengembangan ketrampilan hidup dengan penegmbangan tanggung jawab dan
peningkatan kepercayaan diri remaja, mengajarkan tehnik komunikasi yang efektif
dengan remaja, dan mengajarkan tekhnik nafas dalam (pernafasan diafragma)
untuk mengurangi stress pada remaja dan orang tua akibat konflik diantara
keduanya. Faktor pendukung kegiatan ini adalah 100% keluarga binaan sangat
kooperatif. Disamping itu terdapat faktor penghambat kegiatan yaitu waktu praktik
yang terbatas dan luasnya wilayah praktik sehingga mahasiswa mempengaruhi
kegiatan yang dilakukan.
C. Analisis Pelaksanaan Program
No Masalah Kegiatan Evaluasi Analisis Pendukung dan Penghambat Kegiatan
Rencana Tindak Lanjut
1 Risiko terjadinya penyakit menular seksual pada remaja di Kelurahan Ratu Jaya
1. Pembentukan kelompok kesehatan (peer group) remaja
2. Pembinaan keluarga dengan anak remaja mengenai kesehatan reproduksi
b. Remaja hadir dalam kegiatan 10-15 orang
c. Remaja antusias mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan reproduksi melalui MBAR
d. Terbentuk struktur organisasi peer group remaja
e. Tersusun rencana program kegiatan remaja
f. Terbina 10 keluarga dengan anak remaja
1. Peer group remaja:a.Faktor pendukung: tingginya
kesadaran remaja dan dukungan dari aparat wilayah setempat dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok remaja untuk dapat meningkatkan kemamdirian remaja dalam menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi remaja
b. Faktor penghambat: keterbatasan waktu dari remaja yang sebagaian besar adalah siswa sekolah dan ada juga yang sudah bekerja sehingga menyebabkan kurangnya motivasi untuk memberikan bantuan atau kunjungan rumah kepada remaja yang bermasalah ataupun melakukan kegiatan yang telah terjadwal sehingga kegiatan kelompok yang dilakukan hanya diikuti oleh remaja yang memiliki banyak waktu luang dan belum bekerja.
2. Pembinaan keluarga:a. Faktor pendukung: 100%
keluarga binaan sangat kooperatif.b. Faktor penghambat: praktik
yang terbatas dan luasnya wilayah
a. Kegiatan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.
b. Program pendidikan kesehatan reproduksi akan dibahas melalui forum kajian pengajian remaja dengan pendekatan ilmu agama
c. Kunjungan rumah terhadap beberapa remaja yang mengalami permasalahan oleh sesame remaja dan kader kesehatan
d. Kegiatan akan dilakukan pada hari libur atau hasil rapat sebelumnya dengan remaja
praktik sehingga mahasiswa mempengaruhi kegiatan yang dilakukan.
2 Pola koping remaja di komunitas tentang kesehatan reproduksi remaja di Kelurahan Ratu Jaya tidak berfungsi
1. Pemberian dukungan social (social support) kepada remaja melalui komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja
2. Penyebarluasan informasi tentang kesehatan reproduksi
a. Orang tua yang hadir dalam kegiatan 10 orang
b. Orang tua antusias dalam mempraktekkan komunikasi yang efektif kepada remaja
c. Tersebarnya leaflet dan pamphlet tentang kesehatan reproduksi di RW 09
1. Sosial support:a. Faktor pendukung:
motivasi yang tinggi dari orang tua untuk dapat memecahkan masalah remaja. Hal ini dikarenakan, orang tua merasa selama ini selalu dianggap cerewet dan tidak gaul oleh remaja apabila berbicara dengan remaja atau mendiskusikan masalah-masalah remaja di keluarga mereka.
b. Faktor penghambat: ketidakmauan kehadiran remaja dalam kegiatan ini sehingga interaksi antara orang tua dengan remaja tidak terobservasi.
2. Penyebarluasan informasi kesehatan reproduksia. Faktor pendukung:
keinginan yang tinggi dari remaja untuk mengetahui lebih banyak mengenai kesehatan reproduksi remaja dan permasalahan seputar remaja.
b. Faktor penghambat: kurangnya sumber dana dalam pengadaan media penyebarluasan
a. Kunjungan tidak terencana kepada keluarga binaan untuk melihat ketrampilan komunikasi yang telah diberikan.
b. Meminta bantuan kepada Dinas Kesehatan Kota Depok dan Lembaga Konselor HIV/AIDS dan BKKBN untuk memberikan media pembelajaran tentang kesehatan reproduksi remaja.
informasi kesehatan reproduksi.